BAB I · Web viewGubernur melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program...

54
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: /MENKES/PER/ /2009 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Perizinan Rumah Sakit Menimbang : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389) 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (.Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 1

Transcript of BAB I · Web viewGubernur melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program...

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: /MENKES/PER/ /2009

TENTANG

PERIZINAN RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Perizinan Rumah Sakit

Menimbang : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389)

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (.Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 165 , Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 1

8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

11.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

M E M U T U S K A N :Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERIZINAN

RUMAH SAKIT

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :1. Rumah Sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

2. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik sesuai dengan kemampuan klasifikasi yang ditetapkan.

3. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit.

4. Rumah Sakit Pemerintah adalah rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah di bawah Departemen, Lembaga Pemerintahan Non Departemen, TNI maupun POLRI atau pemerintah daerah.

5. Rumah Sakit Swasta adalah rumah sakit yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk badan hukum.

6. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum atau rumah sakit khusus yang menyelenggarakan dan/atau digunakan untuk pelayanan, pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan.

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 2

7. Izin rumah sakit adalah pemberian kewenangan kepada pihak tertentu untuk mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit.

8. Izin penyelenggaraan sementara adalah pemberian kewenangan penyelenggaraan rumah sakit kepada Rumah Sakit yang baru berdiri dan belum memenuhi semua sarana, prasarana, peralatan, dan tenaga sesuai ketentuan.

9. Izin Penyelenggaraan tetap adalah pemberian kewenangan penyelenggaraan rumah sakit yang telah memenuhi semua persyaratan sesuai ketentuan.

10. Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status rumah sakit di Indonesia.

11. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada manajemen rumah sakit yang telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

12. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) adalah upaya yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/kegiatan dalam penanganan komponen lngkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

13. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah upaya yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/kegiatan dalam pemantauan komponen lngkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

14. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

15. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan

BAB IIRUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini mengatur mengenai perizinan rumah sakit yang meliputi izin pendirian dan izin penyelenggaraan rumah sakit.

(2) Sesuai tugas pokok dan fungsi, rumah sakit wajib menyelenggarakan dan menyediakan :

a. pelayanan gawat daruratb. pelayanan medisc. pelayanan penunjang medis dan non medisd. pelayanan keperawatane. pelayanan rujukanf. administrasi dan manajemen

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 3

BAB III JENIS DAN KLASIFIKASI

Bagian KesatuJenis Rumah Sakit

Pasal 3

(1) Berdasarkan pelayanannya Rumah Sakit dibagi menjadi :a. Rumah Sakit Umum b. Rumah Sakit Khusus

(2) Berdasarkan kepemilikannya Rumah Sakit dibagi :a. Rumah Sakit Pemerintah.b. Rumah Sakit Swasta.

(3) Berdasarkan fungsinya rumah sakit dibagi menjadi :a. Rumah Sakit Pendidikanb. Rumah Sakit Non Pendidikan

Bagian KeduaKlasifikasi Rumah Sakit

Pasal 4

Rumah Sakit diklasifikasikan berdasarkan tugas, fungsi, kemampuan pelayanan kesehatan dan kapasitas sumber daya organisasi.

Pasal 5(1) Rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi :

- Rumah sakit kelas A- Rumah sakit kelas B pendidikan- Rumah sakit kelas B non pendidikan- Rumah sakit kelas C- Rumah sakit kelas D

(2) Rumah sakit khusus diklasifikasikan menjadi :- Rumah sakit kelas A- Rumah sakit kelas B- Rumah sakit kelas C

(3) Ketentuan tentang klasifikasi rumah sakit diatur tersendiri dengan peraturan Menteri.

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 4

BAB IV PERIZINAN RUMAH SAKIT

Bagian KesatuJenis Perizinan

Pasal 6

(1) Untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan dan melindungi seluruh pihak yang terkait, maka setiap rumah sakit harus memiliki izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari izin pendirian dan izin penyelenggaraan rumah sakit.

(3) Izin pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan izin yang diberikan untuk mendirikan rumah sakit.

(4) Izin penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

(5) Izin penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri dari izin penyelenggaraan sementara dan izin penyelenggaraan tetap.

Bagian KeduaPersyaratan Izin Pendirian

Pasal 7

(1) Persyaratan untuk memperoleh izin pendirian rumah sakit meliputi, studi kelayakan, master plan, status kepemilikan, rekomendasi izin mendirikan, izin undang-undang gangguan (HO), persyaratan pengolahan limbah, sertifikat tanah, izin mendirikan bangunan (IMB), izin penggunaan bangunan (IPB) dan surat izin tempat usaha (SITU).

(2) Studi kelayakan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi nama, jenis dan klasifikasi rumah sakit, kajian terhadap kebutuhan akan layanan rumah sakit, kebutuhan sarana/fasilitas, peralatan medik/non medik, dan tenaga yang di butuhkan, serta kemampuan pembiayaan.

(3) Master plan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan biaya berulang dan pelaksanaan strategi.

(4) Persyaratan pengolahan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, meliputi Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi rumah sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 5

(1) Luas lahan untuk rumah sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar.

(2) Nama rumah sakit menggunakan nama dalam bahasa Indonesia.

(3) Jumlah tempat tidur berdasarkan jenis dan klasifikasi rumah sakit ditetapkan oleh Menteri.

Bagian KetigaPersyaratan Izin Penyelenggaraan

Pasal 9

(1) Persyaratan untuk mendapatkan izin penyelenggaraan meliputi:

a. Bangunan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, kamar operasi, ruang laboratorium, ruang farmasi, ruang radiologi dan ruang perkantoran telah selesai dibangun sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

b. Direksi rumah sakit yang purna waktu, tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

c. Peralatan/perlengkapan medik dan non medik untuk rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, kamar operasi, laboratorium, farmasi, perkantoran telah terpenuhi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

(2) Izin penyelenggaraan sementara diberikan kepada rumah sakit yang baru berdiri namun belum memenuhi semua persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kemampuan pelayanan minimal gawat darurat, rawat jalan, rawat inap dan 2 (dua) pelayanan medik spesialistik dasar.

(3) Izin Penyelenggaraan tetap diberikan kepada rumah sakit yang memenuhi semua persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan telah mendapat penetapan kelas dan sesuai ketentuan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termuat dalam lampiran peraturan ini.

Bagian KeempatPersyaratan Izin Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal

Pasal 10

(1) Penanaman modal terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).

(2) Persyaratan pendirian Rumah Sakit PMDN/PMA meliputi:a. Permohonan izin pendirian Rumah Sakit dari pemilik Rumah Sakit kepada

Menteri Kesehatan RI melalui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 6

b. Persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).c. Studi kelayakan.d. Rekomendasi izin pendirian dari Dinas Kesehatan Provinsi.e. Sertifikat tanah atas nama pemilik RS.f. Salinan pengesahan badan hukum pemilik RS dari Departemen Hukum dan

HAM.

(3) Persyaratan penyelenggaraan Rumah Sakit PMDN/ PMA meliputi:a. Permohonan Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit dari pemilik kepada

Menteri Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.b. Berita Acara Pemeriksaan Rumah Sakit dari Departemen Kesehatan. c. Rekomendasi Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit dari Dinas Kesehatan

Provinsi.d. Pernyataan sanggup mentaati peraturan dibidang kesehatan dari Pemilik.e. Dokumen UKL/UPL/AMDAL disahkan oleh Pejabat yang berwenang.f. Struktur Organisasi RS.g. Daftar Ketenagaan Rumah Sakit. m. Daftar peralatan/perlengkapan Rumah Sakit.

BAB V TATALAKSANA PERIZINAN

Bagian KesatuTatalaksana Izin Pendirian

Pasal 11

(1) Permohonan izin pendirian rumah sakit diajukan oleh calon pemilik rumah sakit sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

a. Izin pendirian Rumah Sakit Umum kelas A, Rumah Sakit Umum kelas B pendidikan, Rumah Sakit Khusus kelas A dan Rumah Sakit PMDN/PMA diberikan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b. Izin pendirian Rumah Sakit Umum kelas B non pendidikan, Rumah Sakit Khusus kelas B diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi setelah mendapat rekomendasi dari Menteri dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Izin pendirian Rumah Sakit Umum kelas C, Rumah Sakit Umum kelas D dan Rumah Sakit Khusus kelas C diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi.

(2) Rumah sakit harus mulai dibangun, selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah mendapatkan izin pendirian.

(3) Izin pendirian berlaku 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan lama berlaku 1 (satu) tahun.

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 7

Bagian KeduaTatalaksana Izin Penyelenggaraan

Pasal 12

(1) Pemilik rumah sakit mengajukan permohonan izin penyelenggaraan dengan ketentuan : a. Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum kelas A, Rumah Sakit Umum

kelas B pendidikan, Rumah Sakit Khusus kelas A dan Rumah Sakit PMDN/PMA diberikan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b. Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum kelas B non pendidikan, Rumah Sakit Khusus kelas B diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi setelah mendapat rekomendasi dari Menteri dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum kelas C, Rumah Sakit Umum kelas D dan Rumah Sakit Khusus kelas C diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi.

(2) Izin penyelenggaraan sementara yang berlaku 2 (dua) tahun, apabila pihak rumah sakit belum memenuhi semua sarana, prasarana, peralatan, dan tenaga sesuai ketentuan.

(3) Setelah mendapat izin penyelenggaraan sementara, rumah sakit harus mengajukan penetapan kelas untuk mendapatkan izin penyelenggaraan tetap.

(4) Izin penyelenggaraan tetap berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali.

Pasal 13

(1) Setiap rumah sakit yang telah mendapakan izin penyelenggaraan harus melakukan proses registrasi dan akreditasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi ditetapkan oleh Menteri.

Bagian KetigaTatalaksana Perizinan Rumah Sakit PMDN/PMA

Pasal 14

(1) Permohonan diajukan kepada Departemen Kesehatan c.q. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik dengan melampirkan data-data :a. Studi kelayakan (feasibility study)

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 8

b. Formulir isian pendirian rumah sakit yang telah dilengkapi(2) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik mengeluarkan surat rekomendasi

apabila permohonan memenuhi persyaratan.(3) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas,

pemohon mengajukan persetujuan penanaman modal ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

(4) Setelah diterbitkannya persetujuan, maka pemohon wajib mengajukan izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit sesuai ketentuan.

Bagian KeempatPencabutan Izin

Pasal 15

Izin penyelenggaraan rumah sakit dapat dicabut apabila :a. Penyelenggaraan rumah sakit tidak memenuhi standar dan ketentuan yang

ditetapkan.b. Terbukti melakukan tindakan pelanggaran terhadap peraturan perundang-

undangan.c. Ada perintah Pengadilan dalam rangka penegakan hukum.

Bagian KeempatTatacara Pencabutan Izin

Pasal 16

Pencabutan Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit dilaksanakan dengan ketentuan :d. Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum kelas A, Rumah Sakit Umum kelas

B pendidikan, Rumah Sakit Khusus kelas A dan Rumah Sakit PMDN/PMA dicabut oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

e. Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum kelas B non pendidikan, Rumah Sakit Khusus kelas B dicabut oleh Dinas Kesehatan Provinsi setelah mendapat rekomendasi dari Menteri dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

f. Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum kelas C, Rumah Sakit Umum kelas D dan Rumah Sakit Khusus kelas C dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi.

g. Pejabat yang berwenang melakukan pencabutan izin sesuai dengan klasifikasi rumah sakit membentuk tim pemeriksa untuk melakukan penilaian.

h. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan Tim Pemeriksa, Pejabat yang berwenang melakukan pencabutan Izin memberitahukan rencana penutupan rumah sakit ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan pemilik rumah sakit.

i. Pejabat yang berwenang melakukan pencabutan izin tersebut berkoordinasi dengan Kepala Daerah Kabupaten/Kota untuk memberikan pengumuman kepada masyarakat tentang rencana penutupan rumah sakit.

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 9

j. Pejabat yang berwenang melakukan pencabutan izin membuat surat keputusan penutupan rumah sakit.

k. Kepala Daerah Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja setempat untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan sesuai ketentuan yang berlaku.

l. Kepala Daerah Kabupaten /Kota melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk mengatasi masalah evakuasi pasien.

BAB VI PENETAPAN DAN PENINGKATAN KELAS RUMAH SAKIT

Bagian KesatuUmum

Pasal 17

(1) Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas oleh Menteri.(2) Rumah sakit yang mampu meningkatkan dan memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat melakukan peningkatan kelas. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi rumah sakit diatur tersendiri.

Bagian KeduaTatalaksana Penetapan dan Peningkatan Kelas

Pasal 18

(1) Pengajuan usulan penetapan/peningkatan kelas rumah sakit ditujukan kepada Menteri dengan melampirkan :a. Surat usulan penetapan/peningkatan rumah sakit dari pemilik rumah sakit

kepada Menteri Kesehatan RI.b. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan

Provinsi. c. Profil dan data rumah sakit.d. Isian Instrument Self Assesment penetapan kelas

(2) Menteri akan membentuk Tim untuk melakukan penilaian kelayakan rumah sakit berdasarkan kriteria klasifikasi.

(3) Menteri menetapkan klasifikasi berdasarkan hasil penilaian kelayakan rumah sakit.

BAB VIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 19

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam peraturan menteri ini kepada pemerintah daerah provinsi

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 10

(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam perizinan rumah sakit kepada pemerintah daerah Kabupaten / Kota

(3) Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam kebijakan perizinan setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri

(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lain.

BAB VIIIPEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 20

(1) Untuk menjamin sinergi kesinambungan dan efektivitas langkah-langkah secara terpadu dalam pelaksanaan kebijakan dan program perizinan rumah sakit menteri, gubernur dan bupati/ walikota melakukan pemantauan dan evaluasi

(2) Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi perizinan di provinsi

(3) Gubernur melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program perizinan rumah sakit di kabupaten/ kota

(4) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan dalam pelaksanaan kebijakan dan program perizinan rumah sakit di daerah

Pasal 21

(1) Bupati dan walikota berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit di daerahnya kepada gubernur

(2) Gubernur berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit di daerahnya kepada Menteri

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22

(1) Seluruh peraturan yang terkait dengan perizinan rumah sakit masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam peraturan ini.

(2) Pelaksanaan ketentuan mengenai perizinan rumah sakit sebagaimana ketentuan dalam peraturan ini dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak peraturan ini ditetapkan.

BAB XPENUTUP

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 11

Pasal 23

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di :pada tanggal :

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SpJP (K)

LampiranPeraturan Menteri Kesehatan

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 12

Nomor :Tanggal :

PERSYARATAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT

a. Bangunan Umum1. Rasio bangunan minimal 50 m2 setiap penyediaan 1 (satu) tempat tidur.2. Bangunan meliputi :

a. Bangunan atau ruangan untuk rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan kamar operasi.

b. Bangunan instalasi penunjang medik yang terdiri dari yaitu laboratorium, radiologi, farmasi dan sterilisasi.

c. Bangunan administrasi, ruang komite medik/ruang tenaga medis, ruang tenaga keperawatan dan ruang pertemuan staf.

d. Bangunan atau ruangan penunjang sarana rumah sakit meliputi dapur, gudang, cuci, bengkel, kamar jenazah dan lain sebagainya.

3. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi sebagai berikut :a. Ruang bayi :

Ruang perawatan minimal 2 m2/ tempat tidur Ruang isolasi minimal 3, 5 m2/ tempat tidur

b. Ruang dewasa/ anak : Ruang perawatan minimal 4,5 m2/ tempat tidur Ruang isolasi minimal 6 m2/ tempat tidur

4 Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keselamatan dan keamanan, sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.Aspek keselamatan dan keamanan pasien antara lain :a. Pegangan sepanjang tangga.b. Toilet dilengkapi pegangan dan belc. Pintu dapat dibuka dari luar.

5 Seluruh ruangan memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, bebas polusi, ventilasi, penerangan dan sistem keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana.

b. Bangunan Khusus

1. Instalasi Gawat Darurat Instalasi Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawatdarurat

24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan :o Melakukan pemeriksaan awal kasus – kasus gawat darurat

o Melakukan resusitasi dan stabilisasi.

Lokasi Gedung IGD mudah diakses langsung oleh masyarakat dari dalam dan maupun luar rumah sakit dengan tanda-tanda yang jelas.

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 13

Mempunyai pintu masuk dan keluar yang menghadap kejalan dan berbeda dengan pintu utama, yang dapat diakses langsung oleh ambulans tanpa diundur.

Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan : untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan dengan jalan ambulans harus membuat ramp).

Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung minimal 2 ambulans (sesuai dengan beban RS).

Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar. Mempunyai area dekontaminasi yang ditempatkan didepan / diluar IGD

atau terpisah dengan IGD. Mempunyai area yang dapat digunakan untuk penanganan korban massal

akibat bencana Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga :

o Arus penderita dapat lancar dan tidak ada “cross infection”

o Harus dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan kelas RS

o Kegiatan mudah dikontrol oleh kepala perawat

Minimal memiliki ruangan untuk :o Ruang Triase untuk seleksi pasien sesuai dengan tingkat

kegawatan penyakitnyao Ruang Resusitasi yang cukup luas dan tenang yang berdekatan

dengan ruang triase.o Ruang tindakan yang terpisah antara tindakan bedah dan non

bedaho Ruang Observasi

o Ruang tunggu untuk publik area yang memiliki toilet

o Ruang administrasi

o Ruang istirahat untuk petugas (dokter & Perawat)

Memiliki peralatan medis yang dapat digunakan untuk mendiagnosa,

menangani, momonitor dan mengevakuasi (proses rujukan) serta alat

medis pendukung untuk penanggulangan penderita gawat darurat :

Trauma (Bedah)

Non Trauma :

Kegawat daruratan Jantung

Kegawatdaruratan Penyakit dalam

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 14

Kegawatdaruratan Kebidanan

Kegawatdaruratan Anak dan neonatus

Kegawatdaruratan neurologi, psikiatri,

Memiliki sarana penunjang pelayanan sebagai berikut (bangunan dapat bergabung dengan IGD atau terpisah tetapi dapat diakses 24 jam) :

o Penunjang Medis :

Radiologi, laboratorium klinik, depofarmasi dan Bank Darah RS / Instalasi Transfusi Darah RS

o Penunjang Non Medis :

Komunikasi khusus (telepon, radiomedik) dan ambulans

2. Kamar Operasia) Kamar operasi adalah unit kerja tempat dilakukan tindakan operasi.b) Rancang bangunan kamar operasi harus memenuhi syarat:

1. Mudah dicapai, baik untuk kasus rutin maupun kasus darurat.2. Penerimaan pasien berdekatan dengan perbatasan daerah steril dan

non-steril.3. Ada kebebasan bergerak bagi tempat tidur (brancard) pasien dengan

sedikit persimpangan.4. Ada batas yang jelas antara daerah steril dan non-steril yang dibuat

sedemikian rupa sehingga mendorong peningkatan disiplin pemakaian baju steril.

c) Ruangan kamar operasi harus memenuhi syarat :1. Kamar yang tenang, tempat pasien menunggu tindakan anestesi, dan

dilengkapi dengan fasilitas untuk induksi anestesi.2. Kamar pulih (recovery).3. Ruang ganti pakaian petugas pria dan wanita terpisah.4. Kamar operasi yang berhubungan langsung dengan kamar induksi.5. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, linen, Obat/farmasi

termasuk bahan narkotik.6. Ruang/tempat pengumpulan/pembuangan peralatan dan linen bekas

pakai operasi.7. Tersedia ruang istirahat dan kelengkapan yang cukup bagi petugas

yang harus berada di Kamar Operasi dalam jangka lama.d) Perlengkapan kamar operasi harus memenuhi syarat :

1. Alat pengatur temperatur dan kelembaban yang aman bagi pasien yang dibius. Peralatan ini diperiksa oleh petugas pemeliharaan (maintenance) secara teratur.

2. Ada persediaan gas medis yang cukup.3. Ada pengisap lendir yang berfungsi baik.4. Ada kotak kontak listrik yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan.5. Cukup tersedia cadangan gas medis, listrik diesel, UPS dan pengisap

lendir yang dapat bekerja bila sumber listrik utama mati.e) Persyaratan kamar operasi lainnya :

1. Dinding, lantai dan langit-langit dari bahan yang kedap air.2. Pertemuan lantai, dinding dan langit-langit dengan lengkung.

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 15

3. Berwarna terang.4. Tinggi langit-langit rata-rata 2,70 – 3,30 m dari lantai.5. Lebar pintu minimal 1, 20 m dan tinggi minimal 2,10 m6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan

berwarna terang.7. Tersedia lampu operasi dengan pemasangan balance/keseimbangan

baik jumlah lampu operasi dan ketinggian pemasangan memperhatikan norma.

8. Semua kotak kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1, 40 m dari lantai.

9. Suhu diusahakan 22 - 25 0 C dan kelembaban 50 - 60%.10.Pencahayaan 300 - 500 lux, meja operasi 10.000 - 20.000 lux.11.Ventilasi digunakan AC sentral atau semi sentral dengan 98% steril dan

dilengkapi saringan. Ventilasi harus dengan sistem tekanan positif/ total pressure.

12.Arah udara bersih yang masuk kedalam kamar operasi dari atas ke bawah.

13.Semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.14.Tidak boleh terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu

harus dibuat ruang antara.15.Tersedianya ruangan cuci tangan/scrub-up16.Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang

operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka/ditutup.

17.Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui atas langit-langit.

18.Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang di bawah lantai.

19.Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman.

3. Ruang Laboratoriuma. Lantai dan dinding terbuat dari bahan yang kedap air.b. Tinggi langit-langit antara 2,70 – 3.30 m dari lantai.c. Lebar pintu minimal 1, 20 m dan tinggi minimal 2,10 md. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.e. Semua kotak kontak dan saklar dipasang sekitar meja kerja beton.f. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang

dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia.g. Lokasi mudah dicapai pasienh. Luas ruangan minimal 30 m2

i. Meja beton dilapisi dengan porselin/ keramik dengan tinggi 0, 80 – 1, 00 m.

j. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan getaran.k. Dinding ruang dapur, kamar mandi/toilet dilapisi porselin atau keramik

minimal 1, 50 m dari lantai.l. Dilengkapi wastafel/ tempat cucim. Dipasang exhaust fan untuk menghilangkan bau kimia.n. Ruang harus memiliki pencahayaan yang baik.o. Ruang harus memiliki ventilasi yang baik.

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 16

p. Terdapat penataan ruang (ruang tunggu, ruang penerimaan/ pengambilan spesimen).

q. Tersedianya sumber air bersih.r. Sumber listrik yang baik dan aman, voltage yang stabil dan dapat

dimonitor.s. Tersedia sumber gas. t. Tersedianya unit transfusi darah/bank darah rumah sakit

4. Ruang Sterilisasia. Dinding dan langit-langit dari bahan yang kedap air.b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air dan

berwarna terang.c. Langit-langit terbuat dari bahan-bahan yang kuat.d. Lebar pintu minimal 1, 20 m dan tinggi minimal 2,10 m.e. Ambang bawah jendela minimal 1, 00 m dari lantai.f. Meja beton dilapisi porselin atau keramik dengan tinggi 0, 80 – 1,

00 m dari lantai.g. Semua kotak kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1, 40 m

dari lantai.h. Gudang untuk ruang sterilisasi harus benar-benar steril.i. Perlu handswitch untuk sterilisasi dengan kapasitas daya listrik besar.

5. Ruangan Radiologia. Ruangan untuk Diagnostik Radiologi (Ruang Radiodiagnostik)

1. Dinding ruangan terbuat dari pasangan batu bata dengan campuran 1 semen : 3 pasir, bagian dalam dilapisi dengan lempengan timah hitam (Plumbum/Pb), setebal 2 mm, sebelum diplester minimal setinggi 2 m dari lantai Atau dinding ruangan terbuat dari beton setebal 15 cm, dengan plesteran (bahan beton dari split dengan densitas 2,3 gr/cm3

atau batu koral dengan densitas 1,8 gr/cm3.2. Semua pintu kayu dan kusen bagian dalamnya, harus dilapisi timah

hitam (Pb) setebal 2 mm.3. Jendela harus minimal setinggi 2 (dua) meter dari lantai ruangan

periksa.4. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air serta mudah

dibersihkan.5. Langit-langit terbuat dari bahan multiplek, dengan ketinggian 2, 70

meter dari lantai.6. Stop kontak khusus untuk pesawat X-ray dipasang pada ketinggian

1,40 meter dari atas lantai.7. Jendela yang membatasi ruangan X-ray dengan ruang operator

memakai kaca timbal/lead glass dengan ketebalan equivalen 2 mm Pb, ukuran kaca Pb 40 cm x 60 cm.

8. Tembok pembatas antara ruang X-ray dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette, dan harus dilapisi plumbum 2 mm .

9. Pemasangan AC pada ruang pesawat X-ray bukan merupakan suatu keharusan tetapi merupakan anjuran agar pesawat tidak cepat rusak.

10.Kalau pesawat X-ray yang dipasang dalam ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas untuk penyinaran tembus (fluoroscopy) tanpa layar

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 17

monitor, maka ruang ini hanya kedap cahaya dan perlu dipasang lampu merah.

b. Kamar Gelap1. Langit-langit terbuat dari multiplek dengan tinggi 2,70 m dari lantai.2. Lebar daun pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.3. Semua kotak kontak dan saklar dipasang minimal setinggi 1,40 m dari

lantai.4. Pencahayaan pada kamar gelap menggunakan safelight berwarna

merah tidak merusak film.5. Perlu adanya persediaan air bersih dan exhause fan dengan

pemasangan yang kedap cahaya.6. Jika dilengkapi dengan transfer cassette box, maka pemasangan harus

menjamin bahwa sinar X dan cahaya tidak dapat masuk ke kamar gelap.

c. Ruang dengan Radioisotop.Ruang radioisotop / ruang isolasi harus terpisah dengan ruang tunggu pasien.Oleh karena memakai sinar pengion berenergi tinggi maka dengan ketebalan dinding memerlukan perhitungan.

d. Ruangan untuk melakukan pelayanan radioterapi memerlukan persyaratan dan penghitungan khusus, berhubungan dengan sinar pengion yang dipakai berenergi sangat tinggi. Untuk itu mengacu pada standar pelayanan radioterapi .

e. Ruangan untuk melakukan pelayanan kedokteran nuklir memerlukan persyaratan dan penghitungan khusus, berhubungan dengan radiofarmaka/ radionukleida. Untuk itu mengacu pada standar pelayanan kedokteran nuklir.

6. Ruang Pendingin untuk ruang gizi/ dapura. Luas/besar ruangan minimal dapat menyimpan bahan pangan untuk

kebutuhan selama 3 (tiga) hari.b. Suhu di dalam ruang pendingin antara –10 C sampai 5 C.c. Dilengkapi rak untuk menyimpan bahan makanan, dengan tinggi rak paling

bawah antara 20 - 25 cm dari lantai.d. Bebas tikus dan serangga khususnya kecoa.

7. Kamar Mayata. Dinding dilapisi porselin atau keramik.b. Lebar pintu minimal 1, 20 m dan tinggi minimal 2,10 m.c. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan

berwarna terang.d. Dilengkapi dengan sarana pembuangan air limbah.

8. HCU ( High Care Unit )a. Lokasi : Tergantung dari model yang dipilih

1. Integrated : bergabung dengan Intensive Care Unit ( ICU )2. Pararel : bersebelahan dengan Intensive Care Unit ( ICU )3. Separated : terpisah dengan Intensive Care Unit (dapat dibuat di setiap

bagian : bagian bedah, bagian neurologi, penyakit dalam, anak, bagian kebidanan dll)

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 18

b. Disain :a. Ukuran ruangan per satu tempat tidur minimal 3 x 3 meter untuk satu

pasienb. Mempunyai alat pendingin ruangan (AC)c. Ventilasi baikd. Memiliki exhaust fane. Pencahayaan cukupf. Lantai bersihg. Memiliki sumber energi listrik cadanganh. Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan i. Jumlah tempat tidur disesuaikan dengan kebutuhan j. Memiliki sumber oksigen (sentral/tabung)k. Memiliki wastafel untuk 1 (satu) ruangan

9. Kamar Isolasi Disain :a. Pasien didalam satu ruangan tersendiri, bila tidak tersedia, penempatan

pasien dapat secara kohorting dan jarak antar tempat tidur minimal 2 meter dan disekat

b. Ruangan bertekanan negatif dengan 6 – 12 ACH per jam atau menggunakan HEPA filter

c. Pintu harus tertutupd. Jendela berukuran tinggi 0,5 m dan lebar 0,5 m, membuka keluar dan tidak

mengarahkan ke daerah publike. Alur masuk tidak sama dengan alur keluarf. Memiliki ruang ganti anteroomg. Memiliki kamar mandi pasien dan petugas h. 1 wastafel tiap 6 TTi. Kamar Isolasi Khusus misalnya : Avian Influenza, kamar mandi petugas

dilengkapi dengan shower

10.Kamar bersalina. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGDb. Luas minimal : 6 m2 per orang. Berarti bagi 1 pasien, 1 penunggu dan 2

penolong diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2

c. Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 (6m2 untuk masing-masing pasien)d. Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisahe. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapt hadirf. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orangg. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada

keharusan melintas pada ruang bersalinh. Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umumi. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk

memudahkan transpor bayi dengan kompikasi ke ruang rawatj. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit ter-integrasi : kala 1, kala

2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya-secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala 2

k. Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 19

dibawa ke ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin

l. Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan dengan kamar bersalinm. Ruang postpartum harus cukup luas, standar : 8 m2 per tempat tidur (bed)

dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal : 10 m2

n. Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemario. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum

1 m s/ d 2 m dan antara dinding 1 mp. Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 4 (empat)q. Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara

cukupr. Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangans. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor)t. Kamar periksa/diagnostik berisi : tempat tidur pasien/obgin, kursi

pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli emergensi

u. Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2, Bila ada beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m2. Perlu disediakan toilet yang dekat dengan ruang periksa

v. Ruang perawat-nurse station-berisi : meja, telepon, lemari berisi perlengkapan darurat/obat

w. Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin

x. Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care : untuk kuret, penjahitan dsb berisi : meja operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci tangan operator, mesin anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA) dsb

y. Ruang tunggu bagi keluarga pasien minimal 15 m2, berisi meja, kursi-kursi serta telepon.

11. ICU (Intensive Care Unit) a. Prasarana

1. Lokasi : Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat, laboratorium dan radiologi

2. Disain : Standar ICU yang memadai ditentukan disain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat

a. Bangunan ICU : Terisolasi (dirancang khusus agar terhindar dari faktor luar

ruang, misal: bakteri, udara kotor, kebisingan suara, dll) Mempunyai standar tertentu terhadap : Bahaya api,

Ventilasi,AC, Exhaust Fan, Pipa air, Komunikasi, Bakteriologis, Kabel monitor

Lantai mudah dibersihkan, keras dan ratab. Area Pasien:

Unit terbuka 12 – 16 m2/ tempat tidur Unit tertutup 16 – 20 m2/ tempat tidur

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 20

Jarak antara tempat tidur : 2 m Unit terbuka mempunyai 1 (satu) tempat cuci tangan setiap 2

tempat tidur Unit tertutup 1 ruangan 1 tempat tidur cuci tangan Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU.

ICU tersier paling sedikit 3 outlet udara-tekan, dan 3 pompa hisap dan minimal 16 stop kontak untuk tiap tempat tidur

Pencahayaan cukup dan adaekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil. Disain dari unit juga memperhatikan privasi pasien.

c. Area Kerja Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual

perawat dengan pasien Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi

dan penyimpanan obat dan alat (termasuk alat pendingin) Ruang yang cukup untuk mesin X- Ray mobile dan mempunyai

negatif skop Ruang untuk telpon dan sistem komunikasi lain, komputer dan

koleksi data, juga tempat untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang cukup untuk resepsionis dan petugas administrasi

d. LingkunganMempunyai pendingin ruangan/ AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 220-250 C kelembaban 50 – 70 %

e. Ruang IsolasiDilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri

f. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersihUntuk menyimpan monitor, ventilator, pompa infurs dan pompa syringe, peralatan dialistis, alat-alat sekali pakai, cairan, penggantung infus, troli, penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih

g. Ruang tempat pembuangan alat/ bahan kotorRuang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan pembersihan pispot dan botol urine. Disain unit menjamin tidak ada kontaminasi

h. Ruang perawatTerdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dan pimpinannya

i. Ruang staf DokterTempat kegiatan organisasi admistrasi termasuk kantor Kepala Bagian dan staf , dan kepustakaan

j. Ruang tunggu keluarga pasienk. Laboratorium

Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan terpusat

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 21

b. Peralatan

1. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar yang berlaku

2. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat3. Peralatan dasar meliputi:

Ventilator Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas Alat hisap Peralatan akses vaskuler Peralatan monitor invasif dan non invasif Defibrilator dan alat pemacu jantung Alat pengatur suhu pasien Peralatan drain thorax Pompa infus dan pompa syringe Peralatan portable untuk transportasi Tempat tidur khusus Lampu untuk tindakan Continous renal replacement theraphy

4. Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur diagnostik dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.

5. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila terjadi malfungsi.

6. Peralatan monitoring (termasuk peralatan portable yang digunakan untuk transportasi pasien), meliputi :1) Tanda bahaya kegagalan pasokan gas2) Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen

Alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan oksigen, yang selalu terpasang di ventilator

3) Pemantauan konsentrasi oksigenDiperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh ventilator atau sistem pernafasan

4) Tanda bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistem pernafasanPada penggunaan ventilator otomatis, harus ada alat yang dapat segera mendeteksi kegagalan sistim pernafasan atau ventilator secara terus-menerus

5) Volume dan tekanan ventilatorVolume yang keluar dari ventilator harus terpantau. Tekanan jalan nafas dan tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus menerus dan dapat mendeteksi tekanan yang berlebihan

6) Suhu alat pelembang (humidifier)Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi

7) ElektrokardiografTerpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus

8) Pulse oximeterHarus tersedia untuk setiap pasien di ICU

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 22

9) Emboli udaraApabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmapheresis atau alat perfusi harus ada pemantauan untuk emboli udara

10)Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variabel fisiologis lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intrakaranial, suhu, transmisi neuromuskular, kadar CO 2 ekspirasi

Ditetapkan di :pada tanggal :

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SpJP (K)

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 23

FORMULIR ISIAN PENDIRIAN RUMAH SAKIT

1. Nama rumah sakit Sebutkan nama rumah sakit tersebut : ................................................

2. Badan hukum pemilik rumah sakit (untuk RS swasta)

a. Nama dan bentuk badan hukum pemilik rumah sakit:.................................……

b. Nomer dan tanggal akte badan hukum pemilik rumah sakit:..........................…

(lampirkan akte badan hukum pemilik rumah sakit )

c. Alamat badan hukum rumah sakit :............................………..............................

d. Apakah badan hukum pemilik rumah sakit telah memiliki rumah sakit sarana kesehatan lainnya, bila ya, sebutkan nama dan alamat rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya yang telah dimiliki oleh badan hukum tersebut.NAMA ALAMAT1. ………………………..

2. …………………………

dst………………………….

3. Jenis ijin pendirian yang diajukan :a. Permohonan ijin pendirian rumah sakit b. Permohonan ijin perpanjangan pendirian rumah sakit( lingkari jawaban yang sesuai )

4. Kelas dan jenis rumah sakita. Rumah sakit Umum,

1) Kelas D 2) Kelas C 3) Kelas B Non pendidikan4) Kelas B Pendidikan(lingkari jawaban yang sesuai)

b. Rumah sakit Khusus1) Kelas C2) Kelas B3) Kelas A(lingkari jawaban yang sesuai)

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 24

5. Lokasi Rumah sakit

a. Letak rumah sakitDesa/kelurahan :Kecamatan :Kabupaten/Kotamadya :Provinsi :

b. Apakah sudah ada persetujuan lokasi dari pemerintah daerah atau apakah lokasi sudah sesuai dengan rencana umum tata ruang kabupaten/kota ? Sudah/Belum

c. Luas tanah lokasi rumah sakit ................................. M2Pemilik tanah 1) Perorangan, sebutkan nama pemilik tanah ...............2) Badan hukum, sebutkan nama badan hukum pemilik tanah

tersebut ..............................................3) No akte sertifikat tanah(lampirkan foto copy sertifikat tanah)

d. Rumah sakit terletak di daerah 1) Pemukiman2) Perkantoran3) Pertokoan4) Sekolahan5) Pariwisata6) Kawasan industri7) Lain-lain, sebutkan ..........................................( Lingkari sesuai daerah letak rumah sakit Saudara)

6. Keadaan sekitar

a. Sebutkan apa yang bersebelahan dengan kompleks rumah sakit ini :Sebelah utara :Sebelah selatan :Sebelah barat :Sebelah timur :

b. Apakah ada rumah sakit lain disekitar/daerah rencana lokasi rumah sakit yang diusulkan (dalam radius 5 Km2) ? Ada/tidakBila ya, sebutkan tiga rumah sakit terdekat :

RS I RS II RS III Ket.Nama rumah sakitKepemilikanJenis rumah sakit (Umum/Khusus)

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 25

Kelas rumah sakitJml TTJarak dng rumah sakit iniBORLOSJml hari rawatRata-2 kunjungan/hari

Catatan : Lampirkan peta dengan skala dan berilah tanda pada peta letak rumah sakit yang diusulkan dan letak tiga rumah sakit lainnya

c. Apakah letak rumah sakit di daerah rawan bencana ya atau tidakBila ya, sebutkan jenis bencana: banjir, gempa bumi, longsor, dan lain-lain

d. Apakah letak rumah sakit di perpanjangan jalur startbaan/landingsstrip lapangan terbang? ya/tidak

e. Apakah letak rumah sakit dekat rel kereta api? Ya/tidak

f. Apakah letak rumah sakit dekat dengan aliran listrik tegangan tinggi? Ya/Tidak

g. Apakah ada industri di sekitarnya? Ya/TidakBila ya, agar disebutkan jenis industri, jarak dari rumah sakit, pencemaran yang diakibatkan (udara, tanah dan air tanah di sekitarnya)

h. Apakah ada kampung dengan bangunan darurat serta padat yang berada di sekitar rumah sakit yang diusulkan? Ya/Tidak

i. Bagaimana keadaan sanitasi di sekitar rumah sakit dan bagaimana kesadaran penduduk mengenai sanitasi di daerah ini1) Baik2) Cukup3) Kurang4) Buruk (Lingkari jawaban yang sesuai)

j. Sebutkan sepuluh penyakit terbanyak di daerah rencana rumah sakit yang diusulkan

k. Sebutkan jumlah penduduk dan kepadatannya pada lokasi rumah sakit yang diusulkan.

7. Perhubungan

a. Bagaimana keadaan jalan menuju ke rumah sakit ini ?1) Baik/rusak2) Satu jalur/Dua jalur3) Di lewati kendaraan umum atau tidak

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 26

b. Apakah jalan di depan lokasi rumah sakit yang diusulkan sering terjadi kemacetan ? Ya/Tidak

c. Apakah ada sambungan telepon/radio ke rumah sakit ini ? Ya/Tidak

d. Bila tidak, apakah ada cara telekomunikasi lainnya ?, sebutkan ...............

e. Berapa jumlah ambulan yang direncanakan ?

8. Perencanaan Pelayanan RS

Sebutkan jenis pelayanan spesialisasi yang direncanakan.

9. Perencanaan Bangunan RS

a. Luas seluruh bangunan yang direncanakan ............... m2

b. Apakah sudah ada Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) ?

c. Apakah bangunan bertingkat atau tidak, bila bangunan bertingkat, berapa jumlah tingkatnya dan berapa luas lantai dasar yang direncanakan ?

1) Jumlah tingkat yang direncanakan

2) Bila bertingkat, jumlah luas lantai dasar ......................... m2

d. Berapakah rencana jumlah tempat tidur dan rencana proporsi tempat tidur di setiap kelas perawatan

Kelas Perawatan Rumah Sakit

Jumlah TT Jml TT / Kamar

ViP/UtamaKelas IKelas IIKelas IIIJumlah TT seluruhnya

e. Apakah dalam bangunan rumah sakit yang diusulkan ada unit-unit sebagai berikut ?Bangunan ada/tidak Keterangan

1. Unit rawat jalan/polikinik2. Unit gawat darurat3. Unit rawat inap4. Kamar operasi5. Kamar bersalin6. Laboratorium7. Radiologi8. Farmasi9. Sterilisasi

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 27

10.Ruang administrasi11. Dapur, dst

Catatan : Lampirkan denah situasi rencana bangunan rumah sakit

10. Peralatan rumah sakitBagaimana rencana pengadaan peralatan medis rumah sakit

a. Pembelian dalam negeri

b. Import (lampirkan peralatan yang akan diimport yang akan dimintakan pembebasan beaya masuk : nama alat,merk, tahun pembuatan, negara asal, jumlah, harga,dll)

c. Sumbangan

d. Lain-lain, sebutkan ............................................

11. Prasarana rumah sakit

a. Penyediaan listrik

1) Apakah listrik dapat tersedia 24 jam terus menerus ?Bila ya, sebutkan dari sumber manakah diperoleh penyediaan tenaga listrik?a. PLNb. Perusahaan/Organisasi lain, sebutkan ...........c. Pembangkit sendiri

2) Berapa rencana KVA yang tersedia.........................

3) Berapakah cycle dan voltagenya ? .....................................

4) Apakah disediakan pembangkit listrik darurat dan disambung dengan bagian-bagian manakah ?

5) Berapa KVA pembangkit tersebut ?

6) Berapa jumlah mesin pembngkit listrik ?(lampirkan denah listrik)

b. Penyediaan air

1) Dari sumber manakah air untuk rumah sakit ini ?a) PAMb) Sumber sendiric) Organisasi laind) Sumur artesise) Sumur biasaf) Air permukaan, sungai dengan instalasi penjernihan airg) Lain-lain, sebutkan...............................

2) Apakah air dapat tersedia 24 jam terus menerus ? .....................Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 28

3) Bilamana digunakan pompa-pompa hydropheer, penjernihan, apakah kemungkinan pemeliharaan/perbaikan dapat baik sehingga kontinuitas penyediaan air terjamin ?...........................................

4) Apakah ada pengaruh dari musim kemarau/hujan pada penjernihan air ....................................................................................................

5) Pemeriksaan kualitas air secara rutin bakteriologis dan kimia dapat dilakukan oleh laboratorium mana dan bagaimana hasilnya ?(Hasil pemeriksaan air agar dilampirkan)

c. Pengelolaan limbah dan pembuangan sampah

1) Bagaimana rencana sistem pengolahan limbah cair ?a) Direncanakan ada instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)b) Sistem septic-tank sendiri-sendiric) Lain-lain, sebutkan..........................

( Lingkari jawaban yang sesuai )

2) Bagaimana rencana pengolahan limbah padat termasuk pembuangan sampah ?a) Apakah diangkut dengan truck/gerobak/dan lain-lain ketempat

lain dan bagaimanakah tempat penampungan di rumah sakit sebelum diangkut ke luar , apakah dalam tempat tertutup atau terbuka ?

b) Apakah tersedia tempat pembakaran (incenerator) dengan mesin pembakar atau cara konvensional ?

12. Ketenagaan

a. Direktur rumah sakit :

1) Nama : ...............................

2) Pendidikan : ................…...........

b. Daftar rencana ketenagaanJenis tenaga Jml Rekruitmen *) FT **) PT ***)

Dokter spesialisDokter umumDokter gigiPerawatTenaga kesehatan lainNon medislain-lainKeterangan :*) Rekruitment bisa ditulis dari : rumah sakit lain, Depkes, Departemen lain, Pensiunan, TNI/Kepolisian, dll

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 29

**) FT = Full time***) PT = Part time

13. Sumber dana

a. Dana sendiri

b. Pinjam bank

c. Sumbangan

d. Lain-lain, sebutkan .........................................

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07//09 30

FORMULIR II

FORMULIR ISIAN PENYELENGGARAAN

RUMAH SAKIT UMUM SWASTA

UMUM

1. Nama rumah sakit

2. Alamat rumah sakit

3. Pemilik rumah sakit

4. Alamat pemilik rumah sakit

5. Jenis rumah sakit a. RS Umum

b. RS Khusus

6. Kelas rumah sakit a. Kelas D

b. Kelas C

c. Kelas B

7. Jenis ijin yang

Diajukan

a. Ijin sementara penyelenggaraan

b. Ijin tetap penyelenggaraan

c. Ijin perpanjangan penyelenggaraan

8. Direktur rumah sakit a. Nama :

b. Pendidikan :

9. Luas tanah

10. Luas bangunan

11. Untuk bangunan Bertingkat :

Jumlah tingkat

Luas lantai dasar

12. Jumlah tempat tidur

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 31

KETENAGAANJenis tenaga Jml Rekruitmen *) FT **) PT ***) Keterangan

Dokter spesialis

Dokter umum

Dokter gigi

Perawat

Tenaga kesehatan lain

Non medis

lain-lain Keterangan :

*) Rekruitment bisa ditulis dari : rumah sakit lain, Depkes, Departemen lain, Pensiunan, TNI/Kepolisian, dll

**) FT = Full time***) PT = Part time

MANAJEMEN RUMAH SAKITNo. KRITERIA YA/TIDAK

1. Apakah rumah sakit sudah mempunyai struktur organisasi yang sekurang-kurangnya meliputi bidang pelayanan medik, bidang pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang, rekam medis, komite medik dan komite etik rumah sakit.

Bila sudah, mohon disebutkan nama penanggung jawab bidang-bidang tersebut dan kualifikasinya (pendidikannya) dan sebutan jabatannya (Direktur/kepala bidang/kepaka seksi/ketua,dll):

a. Bidang pelayanan medik

- Nama : …………………………………….

- Pendidikan : …………….………………………

- Sebutan jabatannya : …………………………………….

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 32

No. KRITERIA YA/TIDAK

b. Bidang pelayanan keperawatan,

- Nama : …………………………………….

- Pendidikan : …………….………………………

- Sebutan jabatannya : ………………………………………

c. Bidang pelayanan penunjang,

- Nama : …………………………………….

- Pendidikan : …………….………………………

- Sebutan jabatannya : ………………………………………

d. Komite medik

- Nama : …………………………………….

- Pendidikan : …………….………………………

- Sebutan jabatannya : ………………………………………

e. Komite etik rumah sakit.

- Nama : …………………………………….

- Pendidikan : …………….………………………

- Sebutan jabatannya : ………………………………………

f. Bagian rekam medis,

- Nama : …………………………………….

- Pendidikan : …………….………………………

- Sebutan jabatannya : ………………………………………

2. Apakah rumah sakit sudah mempunyai uraian tugas, prosedur, manual,dan lain -lain?

3. Apakah rumah sakit sudah mempunyai hospital- bylaws ?

4. Apakah rumah sakit sudah mempunyai sistem keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana ?

Yang dimaksud sistem K-3 disini adalah rumah sakit mempunyai alat komunikasi, alat pemadam kebakaran,

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 33

No. KRITERIA YA/TIDAK

bangunan yang memperhatikan aspek keamanan pasien dan kebijakan prosedur tentang K-3)

PELAYANAN MEDIKNo. KRITERIA YA/TIDAK

1. PELAYANAN RAWAT JALAN

a. Apakah rumah sakit mempunyai poliklinik penyakit dalam ?

Bila ya, sebutkan kualifikasi yang memberikan pelayanan :Dokter umum/dokter spesialis penyakit dalam

b. Apakah rumah sakit mempunyai poliklinik bedah ?

Bila ya, sebutkan kualifikasi yang memberikan pelayanan :

Dokter umum/dokter spesialis bedah

c. Apakah rumah sakit mempunyai poliklinik penyakit anak ?

Bila ya, sebutkan kualifikasi yang memberikan pelayanan :

Dokter umum/dokter spesialis anak

d. Apakah rumah sakit mempunyai poliklinik obstetri dan ginekologi?

Bila ya, sebutkan kualifikasi yang memberikan pelayanan :

Dokter umum/dokter spesialis obstetri dan ginekologi

e. Apakah rumah sakit mempunyai poliklinik penyakit gigi dan mulut

Bila ya, sebutkan kualifikasi yang memberikan pelayanan :

Dokter gigi umum/dokter gigi spesialis

f. Apakah rumah sakit mempunyai poliklinik spesialis lainnya dan sub

spesialis ?

Bila ya, sebutkan jenis poli spesialis kualifikasi yang memberikan pelayanan :

Dokter umum/dokter spesialis …………..

Dokter sub spesialis

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 34

2. PELAYANAN GAWAT DARURAT

a. Apakah rumah sakit mampu memberikan pelayanan gawat darurat spesialistik bidang bedah, medik, obstetri dan ginekologi dan spesialis lain dan sub spesialis ?

Bila tidak, mohon dapat dijelaskan pelayanan gawat darurat yang mampu dilaksanakan oleh rumah sakit :

-

-

-

b. Apakah rumah sakit mempunyai/telah menyiapkan dokter jaga 24 jam ?

c. Bila jawaban yang diatas ya, apakah dokter jaga tersebut pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan ?

d. Apakah rumah sakit mempunyai/telah menyiapkan perawat jaga 24 jam di unit gawat darurat ?

Bila jawaban yang diatas ya, apakah perawat jaga tersebut pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan ?

e. Apakah unit gawat darurat mempunyai ruang sendiri dan terdiri dari ruang/tempat tindakan, ruang/tempat observasi ?

f. Apakah sudah ada kebijakan dan prosedur-prosedur untuk tindakan penanganan gawat darurat ?

g. Apakah ada sarana komunikasi (telepon) ?

h. Apakah ada ambulans untuk rujukan pasien

i. Apakah ada peralatan-peralatan yang dapat melakukan tindakan-tindakan resusitasi kardio-pulmuner dan untuk menyelamatkan hidup ?

g. Apakah tersedia obat-obatan untuk penanggulangan gawat darurat ?

3. PELAYANAN RAWAT INAP

a. Apakah pelayanan rawat inap dilaksanakan oleh dokter spesialistik ?

Bila ya, sebutkan pelayanan spesialistik yang bisa dilaksanakan

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 35

oleh rumah sakit :

-

-

-

b. Bila tidak, apakah pelayanan rawat inap dilaksanakan oleh dokter umum ?

c. Apakah rumah sakit mempunyai ruang isolasi ?

Bila ya, berapakah perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai ruang isolasi ……………………..

d. Apakah fasilitas perawatan sudah sesuai dengan standar fasilitas ruang perawatan ?

Bila ya, berapakah perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan ……………….

e. Apakah rumah sakit telah mempunyai perawat dengan pendidikan sarjana keperawatan (S.Kp) ?

f. Apakah tersedia suction (alat penghisap) dan oksigen di setiap ruang perawatan ?

g. Apakah semua tempat tidur pasien dilengkapi pegangan pada tepinya dengan jarak terali lebih kecil dari kepala anak ?

h. Apakah toilet pasien dilengkapi dengan bel dan dapat dibuka dari luar ?

4. PERAWATAN INTENSIF

(Catatan : apabila rumah sakit tidak mempunyai ruang intensif maka kolom ketiga agar ditulis NA = Not aplicable)

a. Apakah perawatan intensif/perawatan kritis dilaksanakan oleh dokter spesialis ?

Bila ya, mohon disebutkan jenis spesialisasinya :

-

-

-

b. Bila jawaban diatas tidak, apakah perawatan intensif/perawatan

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 36

kritis dilaksanakan oleh dokter umum ?

Bila ya, sebutkan jenis pelatihan yang telah dipunyai oleh dokter umum :

-

-

-

c. Apakah telah tersedia perawat yang terlatih dalam bidang perawatan intensif/kritis ?

Bila ya, sebutkan jenis pelatihan yang telah diikuti oleh perawat :

-

-

-

d. Apakah sudah ada SOP untuk pelayanan intensif ?

Bila ya, sebutkan SOP yang telah ada :

-

-

-

f Apakah ada peralatan yang dapat memantau dan monitoring terus menerus fungsi-fungsi vital pasien (respirator, EKG, dll)?

5. PELAYANAN REHABILITASI MEDIK

(Catatan : apabila rumah sakit tidak mempunyai pelayanan rehabilitasi medik maka kolom ketiga agar ditulis NA = Not aplicable)

a. Apakah rumah sakit mampu melaksanakan rehabilitasi sistem kardiovaskuler ?

Bila ya, sebutkan kualifikasi petugas yang memberikan pelayanan …………………………….

b. Apakah rumah sakit mampu melaksanakan rehabilitasi sistem pernafasan?

Bila ya, sebutkan kualifikasi petugas yang memberikan pelayanan …………………………….

c. Apakah rumah sakit mampu melaksanakan rehabilitasi sistem

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 37

neuromuskular

Bila ya, sebutkan kualifikasi petugas yang memberikan pelayanan …………………………….

d. Apakah rumah sakit mampu melaksanakan rehabilitasi mental dan spiritual ?

Bila ya, sebutkan kualifikasi petugas yang memberikan pelayanan …………………………….

e. Apakah rumah sakit mampu melaksanakan rehabilitasi sosial ?

Bila ya, sebutkan kualifikasi petugas yang memberikan pelayanan …………………………….

f. Apakah tersedia peralatan untuk fisioterapi ?

Bila ya, mohon dilampirkan daftar alat fisoterapi.

PELAYANAN PENUNJANG MEDIKNo. KRITERIA YA/TIDAK

1. LABORATORIUM

a. Apakah penanggung jawab pelayanan laboratorium dokter spesialis Patologi Klinik?

Bila ya, sebutkan status kepegawaiannya (full time atau part time)

- Status kepegawaian ……………………..

b. Bila jawaban diatas tidak, apakah penanggung jawab pelayanan laboratorium dokter umum ?

Bila ya, sebutkan jenis pelatihan yang sudah diikuti dan status kepegawaiannya (full time atau part time )

- jenis pelatihan ……..

- status kepegawaian ………

c. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan Hematologi ?

d. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan Hemostasis ?

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 38

No. KRITERIA YA/TIDAK

e. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan Urin dan cairan tubuh lainnya ?

f. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan tinja ?

g. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan Kimia Klinik ?

h. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan Imunologi ?

i. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan Mikrobilogi biakan ?

j. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan Uji Kepekaan Kuman ?

k. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan

Parasitologi ?

l. Apakah laboratorium rumah sakit mampu melaksanakan pemeriksaan

Patologi Anatomi ?

m. Apakah pelayanan laboratorium rumah sakit tersedia/akan disediakan selama 24 jam ?

n. Apakah ada tenaga analis kesehatan ?

Bila ya, sebutkan jumlahnya, status kepegawaiannya dan pendidikannya ?

Jumlah ……………………………………

Status kepegawaian …………………….

Jenis Pendidikan ………………………...

o. Apakah laboratorium rumah sakit juga sebagai tempat Bank Darah ?

Apakah juga melakukan pemeriksaan untuk darah dan komponen darah yang akan ditransfusikan ?

p. Apakah ada tenaga kesehatan khusus untuk melayani Bank

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 39

No. KRITERIA YA/TIDAK

Darah?

Bila ya, sebutkan jumlahnya, status kepegawaian dan pendidikannya.

Status Kepegawaian ………………………………….

Jenis Pendidikan ……………………………………...

q. Daftar peralatan Laboratorium agar dilampirkan.

2. PELAYANAN RADIOLOGI

a. Apakah penanggung jawab pelayanan radiologi adalah dokter radiologi ?

Bila ya, sebutkan status kepegawaiannya : Full time/Part time

Bila tidak, sebutkan kualifikasi penanggung jawab radilogi dan status kepegawiannya :

- dokter umum/radiografer

- full time/part time

b. Apakah dapat melakukan pelayanan radiodiagnostik tanpa bahan kontras ?

c. Apakah dapat melakukan pelayanan radiodiagnostik dengan bahan kontras ?

d. Apakah dapat melakukan pemeriksaan invasif (arteriografi, bronchografi, limfografi, kateterisasi jantung,dll)?

Bila ya, sebutkan jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan :

-

-

-

-

e. Apakah dapat melakukan pemeriksaan nuclear scaning (thyroid scaning, liver scaning, renal scaning,dll) ?

Bila ya, sebutkan jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan :

-

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 40

No. KRITERIA YA/TIDAK

-

-

-

f. Apakah pelayanan radiologi tersedia/akan disediakan 24 jam ?

g. Apakah tersedia tenaga radiografer ?

Bila ya, sebutkan jumlah dan status kepegawaiannya

- jumlah

- status kepegawaian

h. Daftar peralatan radiaologi agar dilampirkan dan denah

3. KAMAR OPERASI (Catatan : apabila rumah sakit tidak wajib mempunyai Kamar Operasi, misalnya RS Jiwa maka kolom ketiga agar diisi N.A. (Not Applicable)

a. Apakah penanggung jawab kamar operasi dokter spesialis ?

Bila ya, sebutkan jenis spesialisasinya dan status kepegawaiannya

- jenis spesialis

- status kepegawaiannya : full time/part time

Bila tidak, sebutkan kualifikasi penanggung jawab kamar operasi dan status kepegawaiannya :

- kualifikasi …………….

- status kepegawaiannya ……..

b. Apakah kamar operasi mampu memberikan pelayanan bedah umum ?

c. Apakah kamar operasi mampu memberikan pelayanan bedah spesialis dan sub spesialis ?

Bila ya, sebutkan jenis spesialis yang akan memberikan pelayanan di kamar operasi

-

-

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 41

No. KRITERIA YA/TIDAK

-

d. Apakah penanggung jawab dan pemberi pelayanan anesthesi dilakukan oleh dokter spesialis anesthesi ?

Bila ya, sebutkan jumlah dokter anestesi dan status kepegawaiannya :

Jumlah : ……

Status kepegawaiannya :

Bila tidak, sebutkan kualifikasi pemberi pelayanan anestestesi dan status kepegawaiannya

- kualifikasi

- status kepegawaiannya :

e. Apakah kamar operasi mempunyai tenaga perawat anestesi/penata anestesi ?

Bila ya, jumlah dan status kepegawainnya

Jumlah :

Status kepegawaiannya :

f. Apakah kamar operasi mempunyai perawat mahir ?

Bila ya, jumlah dan status kepegawaiannya

Jumlah :

Status kepegawaiannya :

g. Apakah tersedia kamar pulih ?

h. Apakah tersedia suction dan oksigen di kamar operasi ?

i. Apakah tersedia tempat cuci tangan ?

j Apakah dibawah meja operasi ada kabel petir yang dipasang dibawah lantai ?

k. Lampirkan daftar peralatan bedah dan anestesi dan denah kamar operasi

4. FARMASI

a. Apakah penanggung jawab farmasi adalah apoteker yang

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 42

No. KRITERIA YA/TIDAK

merupakan tenaga full time rumah sakit ?

Bila tidak sebutkan kualifikasi penanggung jawab farmasi rumah sakit dan status kepegawaiannya

- kualifikasi

- status kepegawaiannya

b. Apakah tersedia tenaga asisten apoteker ?

Bila ya, berapa jumlahnya …………

c. Apakah apotek rumah sakit mempunyai izin apotek tersendiri ?

d. Apakah pelayanan farmasi dilaksanakan 24 jam ?

Lampirkan daftar alat di farmasi dan denah pelayanan farmasi

5. PELAYANAN STERILISASI

a. Apakah penanggung jawab pelayanan sterilisasi adalah apoteker?

Bila tidak, sebutkan kualifikasi tenaga penanggung jawab pelayanan anestesi dan status ketenagaannya

- kualifikasi

- status ketenagaan

Catatan : apabila pelayanan sterilisasi tidak dilakukan secara sentralisasi maka kolom ke 3 agar diisi NA = Not Aplicable

b. Lampirkan daftar alat untuk pelayanan sterilisasi dan denah ruangan sterilisasi

PELAYANAN PENUNJANG

No. KRITERIA YA/TIDAK

1. PENGADAAN AIR

a. Apakah rumah sakit mampu menyediakan air bersih untuk keperluan minum, mandi, cuci selama 24 jam terus menerus ?

Bila tidak, sebutkan alasannya:

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 43

……………………………………………………………………………..

b. Apakah sumber air bersih dari PAM ?

Bila tidak, sebutkan sumber air bersih yang dipakai oleh rumah sakit :

-

-

-

c. Apakah rumah sakit mempunyai menara air/reservoir ?

d. Apakah pernah dilakukan pemeriksaan air ?

Bila ya, agar dilampirkan hasil pemeriksaan 6 bulan terakhir

2. PENYEDIAAN LISTRIK

a. Apakah rumah sakit mampu menyediakan listrik selama 24 jam terus menerus ?

Bila ya, dari mana sumber listrik rumah sakit , sebutkan

-

-

-

Berapa KVA tersedia ……………..

b. Apakah rumah sakit menyediakan cadangan tenaga listrik ?

c. Bila ya, apakah untuk seluruh tenaga listrik rumah sakit?

d. Bila jawaban c) tidak, maka apakah hanya untuk kamar operasi, kamar bersalin dan gawat darurat ?

e. Apakah rumah sakit mempunyai rumah generator sendiri ?

3. SANITASI/KEBERSIHAN LINGKUNGAN

a. Apakah rumah sakit mempunyai Instalasi pembuangan air limbah (IPAL) ?

Bila jawaban tidak, jelaskan cara pembuangan limbah cair di rumah sakit : ………………………………………………………….

………………………………………………………………………….

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 44

b. Apakah rumah sakit mempunyai incenerator ?

Bila jawaban tidak, jelaskan cara pembuangan limbah padat (limbah medis/infectious)

………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………….

c. Apakah rumah sakit mempunyai tempat pembuangan sampah yang ada penutupnya ?

Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik ‘ 09 45