BAB I REVISI.docx

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Assemenent and teaching of 21 st Century Skills (ATC21S) mengelompokkan kecakapan abad 21 dalam 4 kategori yaitu cara bekerja, alat kerja kecakapan hidup dan cara berpikir (Griffin, 2013). Cara bekerja mencakup komunikasi dan kolaborasi. Alat untuk bekerja mencakup teknologi informasi komunikasi dan kolaborasi (ITC). Literasi informasi kecakapan hidup mencakup kewarganegaraan, kehidupan, karir dan tanggung jawab pribadi sosial. Kemampuan berpikir atau cara berpikir mencakup berpikir tingkat tinggi, kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar. Kemampuan berpikir yang dituntut pada abad 21 dalam menyiapkan siswa yang mampu bersaing dalam dunia global salah satunya adalah berpikir tingkat tinggi (Griffin, 2013; Trisdiono & Muda, 2013). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian dari proses berpikir yang perlu dibangun mulai tahapan berpikir mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis kemudian melakukan pengambilan keputusan dengen membuat kriteria penilaian, kritikan dan masukan bahkan sampai memberikan solusi pemecahan. Perubahan pola pikir dan

Transcript of BAB I REVISI.docx

8

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahAssemenent and teaching of 21st Century Skills (ATC21S) mengelompokkan kecakapan abad 21 dalam 4 kategori yaitu cara bekerja, alat kerja kecakapan hidup dan cara berpikir (Griffin, 2013). Cara bekerja mencakup komunikasi dan kolaborasi. Alat untuk bekerja mencakup teknologi informasi komunikasi dan kolaborasi (ITC). Literasi informasi kecakapan hidup mencakup kewarganegaraan, kehidupan, karir dan tanggung jawab pribadi sosial. Kemampuan berpikir atau cara berpikir mencakup berpikir tingkat tinggi, kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar. Kemampuan berpikir yang dituntut pada abad 21 dalam menyiapkan siswa yang mampu bersaing dalam dunia global salah satunya adalah berpikir tingkat tinggi (Griffin, 2013; Trisdiono & Muda, 2013). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian dari proses berpikir yang perlu dibangun mulai tahapan berpikir mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis kemudian melakukan pengambilan keputusan dengen membuat kriteria penilaian, kritikan dan masukan bahkan sampai memberikan solusi pemecahan. Perubahan pola pikir dan perubahan pola pembelajaran dilaksanakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa (Sabar & Maureen, 2010; Trisdiono & Muda, 2013). Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut sebagai HOTS (Higher Order Thinking Skills) adalah memahami fakta, konsep, prinsip-prinsip, prosedur serta melakukan analisis, evaluasi dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2011). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ddifenisikan didalamnya termasuk berpikir kritis, reflektif metakognisi dan kreatif (King et. all, 2011). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan yang perlu dibangun siswa melalui proses menghubungkan, memanipulasi, mentransformasikan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat berpikir kritis dan kreatif dalam penentuan pengambilan keputusan serta memecahkan masalah pada situasi yang dihadapi (Arisanto, dkk, 2014; Sabar & Maureen, 2010). Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom revisi mempunya tiga aspek yaitu aspek analisa (analysis), aspek evaluasi (evaluate) dan aspek mencipta (create). Aspek analisa (analysis) adalah menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana keterkaitan antar unsur-unsur. Aspek evaluasi (evaluate) adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Aspek mencipta (create) adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan (Anderson &Krathwohl, et.all, 2011).Kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa diharapkan mampu mengkaitkan informasi/pengalaman baru yang didapat dengan informasi yang sudah ada atau yang tersimpan dalam memori dan menghubungkannya untuk mencapai tujuan ataupun menyelesaikan masalah yang sulit dipecahkan (Heong et.all, 2011; Ramos, et.all., 2013). Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran membantu siswa untuk mendapatkan aktifitas pembelajaran yang bermakna sehingga materi yang didapat bukan berupa hafalan melain siswa paham terdapat materi, mampu mengambil keputusan dalam pemecahan masalah dan mampu menggunakan kemampuan berpikir kritis serta kreatif (Burris & Garton, 2006; Trisdiono, 2013; Yildirim & Ozkahraman, 2011). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian dari kemampuan berpikir yang bersifat abstrak yang tidak dapat dilihat sebelum dibuktikan dengan aktivitas kongkrit (Sabar & Maureen, 2010). Kemampuan yang bersifat abstrak diperoleh dengan menggunakan media yang berisi simbol verbal seperti tulisan menurut kerucut pengalaman Dale (Sadiman, 2011). Media berupa simbol verbal yang mampu mengabstraksi sifat berpikir tingkat tinggi adalah literatur bacaan. Literatur bacaan berpikir tingkat tinggi mampu mendukung proses pengumpulan informasi, mengingat dan keterampilan mengorganisasi, mengintegrasi, mengevaluasi serta menganalisis (Ramirez & Ganaden, 2008). Literatur bacaan dapat berwujud modul dan buku. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dilatihkan dengan penggunaan modul dan buku yang mampu mendukung proses pengumpulan informasi, mengingat dan keterampilan mengorganisasi, mengintegrasi, mengevaluasi serta menganalisis (Ramirez & Ganaden, 2008). Modul dan buku berpikir tingkat tinggi tidak hanya melatihkan tahapan mengingat melainkan juga harus terdapat kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta pemecahan masalah (Rosnawati, 2009). Buku atau modul dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi memuat aspek berpikir tingkat tinggi menurut taksonomi bloom yang telah direvisi. Aspek berpikir tingkat tinggi mempunyai dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif, dimana dimensi pengetahuan terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif, sementara untuk proses kognitif tiga level pertama merupakan Lower Order Thinking Skill yaitu C1, C2, C3, sedang tiga level atas merupakan Higher Order Thinking Skill yaitu C4, C5, C6 (Widodo, 2006).Modul kemampuan berpikir tingkat tinggi dibuat dengan susunan sesuai dengan cara mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mulai dari menentukan tujuan pembelajaran, bertanya, latihan soal, meninjau, memperbaiki dan meningkatkan serta memberikan umpan balik (Limbach & Waugh, 2009). Modul berpikir tingkat tinggi menambah panduan belajar siswa untuk berpikir tingkat tinggi dengan tingkat kognitif C4, C5 dan C6, juga menambah potensi buku yang ada disekolah apalagi buku yang mampu menunjang hasil belajar. Sumber belajar yang semakin variatif yang didapat siswa memungkinkan untuk siswa mengeksplorasi materi secara efektif untuk meningkatkan berpikir tingkat tinggi (Kiong &Azman, 2013; Trisdiono, 2003). Modul berpikir tingkat tinggi dikatakan mengakomodasi kemampuan berpikir tingkat tinggi apabila memuat aspek berpikir tingkat tinggi diantaranya berpikir kritis dan kreatif, serta tingkatan ranah taksonomi Bloom yang telah direvisi yaitu C4, C5,C6 dengan dimensi pengatahuan berupa faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif (Widodo, 2006). Hasil analisis buku yang didapat pada satu Kompetensi Dasar (KD) menunjukan bahwa isi buku yang digunakan memuat aspek .. %, aspek... %.Modul berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi dikembangkan pada materi jaringan tumbuhan sesuai hasil dari analisis buku, wawancara guru dan siswa bahwa hasil belajar siswa rendah pada materi jaringan tumbuhan. Hasil analisis daya serap materi jaringan tumbuhan di SMA XXX pada UAN tahun 2013/2014 didapatkan 62,19% yang berada dibawah rata-rata tingkat nasional (BNSP, 2014). Hasil analisis buku dan modul yang digunakan menunjukan bahwa aspek isi, cara penyampaian pada materi jaringan tumbuhan belum memenuhi aspek berpikir tingkat tinggi. Hasil wawancara guru menunjukkan siswa paling sulit untuk memahami materi jaringan tumbuhan ketika diajarkan serta guru selalu kesusahan untuk mengajarkan karena materinya yang begitu banyak dan kompleks. Rendahnya hasil daya serap materi jaringan UN akibat dari siswa tidak dapat memahami perbedaan dari jaringan-jaringan tersebut, sehingga siswa kebingungan untuk memahami materi jaringan tumbuhan. Modul berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi yang khusus dikembangkan pada materi jaringan tumbuhan diharapkan mampu membantu siswa belajar secara bermakna karena konten materi dikembangkan menjadi pelatihan berpikir tingkat tinggi, sehingga pandangan siswa mengenai materi jaringan tumbuhan berubah dari hafalan menjadi pemahaman, serta siswa mampu menemukan konsep pada materi jaringan tumbuhan. Berdasarkan hasil uraian di atas yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dari menambah variasi dalam bahan ajar juga meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam proses pembelajaran, maka didapatkan judul: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) UNTUK MEMBERDAYAKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN.

B. Perumusan MasalahMasalah dalam penelitian pengembangan modul berbasis Higer Order Thinking Skills (HOTS) dirumuskan sebagai berikut :1. Bagaimanakah produk pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk memperdayakan hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi jaringan tumbuhan?2. Bagaimanakah kelayakan produk pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk memperdayakan hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi jaringan tumbuhan?3. Bagaimanakah efektivitas produk pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk memperdayakan hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi jaringan tumbuhan?

C. Tujuan PengembanganTujuan dari penelitian pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah untuk:1. Menyusun produk pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk memperdayakan hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi jaringan tumbuhan.2. Menguji kelayakan efektivitas produk pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk memperdayakan hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi jaringan tumbuhan.3. Menguji efektivitas efektivitas produk pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk memperdayakan hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi jaringan tumbuhan.

D. Spesifikasi ProdukModul yang dikembangkan berupa media cetak yang menggunakan satu Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD 3.3. Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan. Modul dikembangkan sesuai dengan karakteristik modul menurut PMPTK (2008) yaitu petunjuk mandiri (self intruction), kesatuan isi (self contained), berdiri sendiri (stand alone), adaptif (adaptive) dan bersahabat dengan siswa (user friendly).Modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dikembangkan menggunakan aspek berpikir tingkat menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi yaitu analisi (C4), evaluasi (C5) dan mencipta (C6) serta memuat aspek belajar berpikir tingkat tinggi mulai dari menentukan tujuan pembelajaran, menanya, latihan/evaluasi, meninjau dan memberikan umpan balik. Tujuan, isi materi, evalusi dan kegiatan di dalam modul berpikir tingkat tinggi dikembangkan dengan memperhatikan dimensi pengetahuan, faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Kegiatan didalam modul dikemas dalam latihan terstruktur terkait materi melalui pemberian masalah, kasus, pertanyaan terorganisasi yang memungkinkan siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menemukan sebuah pemecahan masalah.Desain modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dibagi kedalam tiga bagian yaitu pembukaan, isi dan penutup. Bagian pembukaan berisi halaman judul, lembar identitas modul, peta isi modul, kata pengantar, daftar isis dan petunjuk penggunaan. Bagian isi terbagi menjadi 3 materi yaitu struktur jaringan, fungsi jaringan dan sifat totipotensi yang masing-masing berisi Kompentensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), pendahuluan, materi pokok, tujuan pembelajaran, tes, uraian materi, aktivitas siswa, tes akhir. Bagian penutup berisi kunci jawaban, glosarium dan daftar pustaka.

E. Pentingnya PengembanganPentingnya pengembangan terhadap modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah:1. Bagi Siswaa. Melatih siswa untuk memberdayakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.b. Memberikan bantuan secara langsung untuk meningkatkan hasil belajar melalui kemampuan berpikir tingkat tinggi.c. Membantu siswa untuk belajar mandiri.2. Bagi Gurua. Memberikan informasi terkait dengan modul pembelajaran baru yang mampu menperdayakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar.b. Mendapatkan referensi pilihan modul yang baik untuk pembelajaran biologi.3. Bagi SekolahSebagai sumber informasi dan dasar pertimbangan dalam mengupayakan modul pembelajaran biologi yang berkualitas dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar siswa.

F. Asumsi dan Keterbatasan PenelitianPenelitian pengembangan modul berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) memiliki amsumsi dan keterbatasan sebagai berikut:1. Asumsi PenelitianPenelitian pengembangan modul berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi dilakukan berdasarkan hasil analisis buku yang digunakan di SMA XXX Kabupaten Madiun yang belum memenuhi aspek dari berpikir tingkat tinggi, serta kurang tersedianya bahan ajar yang mampu menjelaskan konsep-konsep yang ada pada materi pelajaran yang diajarkan.2. Keterbatasan PenelitianPenelitian pengembangan modul berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki keterbatasan penelitian yaitu:a. Modul berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dikembangkan terbatas hanya satu Kompetensi Dasar (KD) yaitu 3.3 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan.b. Hasil belajar yang diukur pada saat uji lapangan operasional/efektivitas dibatasi pada hasil belajar kognitif karena merupakan produk langsung dari proses berpikir tingkat tinggi selama belajar menggunakan modul.

G. Definisi Operasional1. Modul berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah modul yang dikembangkan dengan memperhatikan kategori berpikir tingkat tinggi menurut taksonomi Bloom revisi menurut King (2012) yaitu pada tingkat Analyze (menganalisis), evaluate (mengevaluasi) dan create (mencipta) yang disesuaikan dengan dimensi pengetahuan faktual, prosedural, konseptual dan metakognisif. Modul disusun dengan karakteristik modul yang berisi petunjuk mandiri (self intruction), kesatuan isi (self contained), berdiri sendiri (stand alone), adaptif (adaptive) dan bersahabat dengan siswa (user friendly).2. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya pengalaman yang berasal dari interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian adalah hasil belajar kognitif yang merupakan produk dari proses berpikir tingkat tinggi siswa 3. Ciri dari dimensi pengetahuan faktual, prosedural, konseptual dan metakognitif yang mencakup pada kategori berpikir tingkat tinggi C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi) dan C6 (mencipta) (Anderson et, all., 2011; King, 2011).