BAB I Revisi kesesuaian

download BAB I Revisi kesesuaian

of 17

description

bab 1

Transcript of BAB I Revisi kesesuaian

13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLahan merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan bukan hanya merupakan tanah tetapi juga sebagai tempat makhluk hidup untuk saling berinteraksi. Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinisasi (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).Perkembangan penduduk yang semakin tinggi setiap tahunnya memicu terjadinya peningkatan kebutuhan lahan. Hal tersebut menjadi salah satu kebutuhan penting bagi manusia. Lahan akan digunakan baik sebagai tempat tinggal atau permukiman dan pertanian. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya dapat menyebabkan rusaknya ekosistem maupun berdampak negatif bagi manusia sendiri. Untuk itu sangat diperlukan adanya penelitian mengenai kesesuaian lahan.

Terdapat dua pengukuran penting dalam analisis sumberdaya lahan yaitu kesesuaian lahan dan kemampuan lahan. Kemampuan lahan adalah kapasitas suatu lahan untuk berproduksi, sedangkan untuk kesesuaian lahan sendiri adalah spesifikasi kemampuan lahan khususnya kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk suatu macam penggunaan lahan tertentu. Sesuai dengan sifat dan faktor-faktor pembatas yang ada, tiap-tiap lahan mempunyai daya guna yang berbeda antara satu lahan dengan yang lainnya (Mutaali, 2012).

Evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman sangat penting dilakukan. Tujuannya antara lain untuk mencegah terjadinya kerusakan lahan baik jangka panjang maupun pendek yang dapat berdampak pada sosial serta ekonomi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Selain itu, kawasan permukiman dan pertanian yang baik menciptakan lingkungan yang nyaman, aman serta menguntungkan baik semua pihak.1.1.1. Perumusan Masalah

Daerah penelitian berada di Desa Sidomulyo yang terletak di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal yang menjadi indikasi awal adalah pengelolaan lahan yang tidak berwawasan lingkungan disertai adanya penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukkannya. Contohnya adalah lahan pertanian yang terletak didaerah topografi yang curam tanpa memerhatikan cara penanaman yang benar. Selain itu, adanya beberapa rumah yang dibangun pada daerah rawan erosi serta gerakan massa menjadi indikasi diperlukan adanya penelitian mengenai kesesuaian lahan untuk permukiman.

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1) Bagaimana tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman pada daerah penelitian?

2) Bagaimana arahan pengelolaan serta pemanfaatan lahan yang sesuai dengan daerah penelitian?

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Permukiman di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.1.1.2. Keaslian Penelitian

Adapun topik penelitian yang dilakukan mengenai tingkat kekritisan lahan pada berbagai daerah telah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun terdapat beberapa perbedaan yang ditemukan yaitu perbedaan baik judul, tujuan, lokasi penelitian, metode yang digunakan, maupun hasil penelitian. Tabel keaslian penelitian dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Berbagai Penelitian tentang Kesesuaian Lahan untuk PermukimanNoPeneliti dan Tahun PenelitianJenis PenelitianLokasiJudulTujuanMetodeHasil

1.Heince Christonovel, 2004Thesis Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada YogyakartaKecamatan Ungaran, SemarangEvaluasi Kesesuaian Lahan untuk Permukiman dalam Hubungan dengan Potensi Bahaya Banjir dan Erosi di Kecamatan Ungaran, Kabupaten SemarangMengetahui kelas kesesuaian lahan untuk permukiman dan potensi bahaya banjir dan erosi di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang dalam menyusun alternatif arahan pengembangan lokasi pemukiamn berdasarkan pada kesesuaian lahan dan resiko potensi bahaya lingkungan fisik.Metode survey dang pengharkatan1) Kesesuaian lahan untuk permukiman di Kecamata Ungaran, Kabupaten Semarang didominasi oleh kelas S2 (sesuai) dan selebihnya adalah kelas S3(cukup sesuai) dan N1(tidak sesuai saat ini)2) Potensial terjadinya bahaya lingkungan fisik banjir dan di erosi dengan kesesuaian lahan kelas S3(hampir sesuai) dan N1.

2. Kisworo Rahayu, 2004Thesis Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada YogyakartaKota PurwerejoEvaluasi Kesesuaian Lahan terhadap Rencana Tata Guna Lahan Kota Purwerejo 1) Mengevaluasi kesesuaian laha untuk permukiman, rekreasi dan industri

2) Mengevaluasi potensi pengembangan peruntukan lahan untuk permukiman, rekreasi dan industri

3) Mengevaluasi keselarasan kesesuaian laha dengan rencana tata guna lahan

4) Menyusun arahan pemanfaatan lahan di Kota PurworejoMetode pembobotan, survey, dan laboratoriumKesesuaian lahan di Kota Purworejo sebagian besar sangat sesuai untuk permukiman.

Potensi pengembangan kawasan di Kota Purworejo sebagian besar untuk kawasan permukiman. Keselarasan kesesuaian lahan dengan rencana tata guna lahan di Kota Purworejo menunjukkan bahwa sebagian besar pemanfaatan lahan permukiman dan rekreasi selaras, sedangkan kegiatan industri seluruhnya tidak selaras.

3. Dewi Liesnoor Setyowati, 2007Jurnal GeografiKota Semarang, Jawa TengahKajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman dengan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG)1) Melakukan inventarisasi kesesuaian lahan pada wilayah pengembangan permukiman di Kota Semarang

2) Mengevaluasi kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman di Kota Semarang

3) Menerapkan teknologi SIG untuk mengevaluasi tingkat kerawanan bencana pada wilayah pengembangan permukiman di Kota SemarangTeknik perbandingan (matching) dan metode tumpang susun (overlay)1) Perkembangan permukiman di Kota Semarang termasuk kategori kesesuaian lahan kelas S2 (sesuai dengan sedikit hambatan) seluas 36,9%, kelas S3 (sesuai dengan banyak hambatan yang dominan) seluas 6,3%, kelas N1 (tidak sesuai) seluas 53,5% dan kelas N2 (sangat tidak sesuai) seluas 3,4%

4.Arya Guna, 2013Skripsi, Program Studi Teknik Lingkungan UPN YogyakartaDesa Karangawen, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa TengahEvaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Wilayah Permukiman Desa Karangawen, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah1. Mengetahui karakteristik lahan yang ada di daerah penelitian.2. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman di daerah penelitian.

3. Mengetahui arahan persebaran lahan yang sesuai untuk pembangunan kawasan permukiman di daerah penelitianmetode survei, wawancara, Tumpangsusun (overlay), dan pengharkatan dengan analisa kuantitatif deskriptif terhadap setiap parameter kesesuaian lahan.

Kelas kesesuaian lahan untuk permukiman terdiri dari kelas kesesuaian I (lahan sangat sesuai untuk permukiman) seluas 97,9 Ha atau sekitar 11,6 % dari total luas daerah penelitian. Kelas kesesuaian II (lahan cukup sesuai untuk permukiman) seluas 714,02 Ha atau sekitar 84,75 %. Kelas kesesuaian III (lahan sesuai marginal untuk permukiman) dengan luas 30,49 Ha atau sekitar 3,6 %.

5. Ahmad Muiz Lidinillah, 2014Skripsi, Program Studi Teknik Lingkungan UPN YogyakartaDesa Gunung Gajah dan sekitarnya, Kecamatan Bayat, Kab. Klaten, Jawa TengahKajian Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Permukiman dan Kemampuan Lahan untuk Pertanian di Desa Gunung Gajah dan sekitarnya, Kecamatan Bayat, Kabupaten KlatenMengkaji tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman dan kemampuan lahan pertanian di daerah penelitian. Mengusulkan arahan persebaran lahan yang sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman dan pertanian menurut kelas kesesuaian dan kemampuan lahanMetode survei lapangan, tumpangsusun peta tematik (overlay) wawancara, metode faktor pembatas (USDA) untuk kemampuan lahan untuk pertanian, dan pengharkatan (skoring) parameter untuk kesesuaian lahan untuk permukimanDari 261,9 ha wilayah penelitian, terdapat kelas kesesuaian S-1 seluas 102,33 ha, kelas kesesuaian S-2 seluas 95,57 ha, kelas kesesuaian S-3 seluas 33,32 ha, dan kelas kesesuaian N-2 seluas 30,48 ha. Dan pada wilayah tersebut terdiri dari kelas kemampuan lahan I seluas 48,09 ha, kelas kemampuan lahan II seluas 13,07 ha, kelas III seluas 1,76 ha, kelas kemampuan lahan IV seluas 120,38 ha, kelas kemampuan lahan VI seluas 35,29 ha, dan kelas VII seluas 23,36 ha.

6. Fajar Dania Nuzha, 2009Skripsi, Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa TengahEvaluasi Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah1) Mengidentifikasikan karakteristik medan untuk lokasi permukiman di daerah penelitian serta faktor-faktor pembatas kesesuaian medan di daerah penelitian

2) Mengetahui penyebaran kesesuaian medan untuk pengembangan lokasi permukiman di daerah penelitianMetode survei lapangan, metode tumpang susun (overlay) dan pengharkatan serta pembobotan.Daerah penelitian mempunyai tiga kelas kesesuaian medan untuk permukiman, yaitu kelas I (sangat baik hingga baik), II (sedang) dan III (jelek hingga sangat jelek). Faktor penghambat utama dalam pengembangan lokasi permukiman di daerah penelitian adalah kemiringan lereng, kerapatan alur, drainase permukaan, tekstur tanah, tingkat erosi, kekuatan batuan, tingkat pelapukan, kedalaman airtanah, tekstur.

1.2 Maksud, Tujuan, dan Manfaat yang diharapkan

1.2.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah:

1) Mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo.

2) Mengetahui arahan penggunaan lahan dan pengelolaan sesuai dengan tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman.

1.2.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo.

2) Menentukan arahan pengelolaan serta pemanfaatan lahan yang sesuai dengan daerah penelitian.1.2.3 Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan lingkungan kebumian kepada masyarakat mengenai kesesuaian lahan untuk permukiman sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembangunan wilayah.

2) Sebagai masukan dan pertimbangan bagi instansi pemerintah setempat terkait upaya pengelolaan dan pengembangan tata ruang di suatu daerah.

1.3 Peraturan

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini disajikan pada tabel 1.2.Tabel 1.2. Peraturan Perundang-undangan

NoPeraturanKaitan peraturan dengan penelitian

1. Undang-Undang Republik Indonesia

a. UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HidupDalam Undang-undang ini mengatur mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sehingga dapat menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

b. UU RI Nomor Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Dalam Undang-undang ini mengatur tentang kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian indonesia.

c.

2. Peraturan Pemerintaha. Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.Dalam peraturan pemerintah ini mengatur tentang peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional dapat berbentuk bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan bantuan teknik dan pengelolaan pemanfaaan ruang

3.Keputusan Presiden Republik Indonesia

a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional.Dalam kepres ini mengatur tentang pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat lintas sektoral, yang pelaksanaannya perlu memperhatikan aspek-aspek prasarana dan sarana lingkungan, rencana tata ruang, pertanahan, industri bahan, jasa konstruksi dan rancang bangun, pembiayaan, sumber daya manusia, kemitraan antarpelaku, peraturan perundang-undangan, dan aspek penunjang lainnya

4.Peraturan Menteri Negaraa. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkunganb. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya

Dalam permen ini mengatur tentang pembangunan dan penaatan bangunan serta lingkungan yakni kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/ pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal.

Dalam permen ini mengatur tentang kawasan budi daya yakni wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

5.Peraturan Daerah

a. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo No.1 Tahun 2012 tentang Rencna Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 - 2032.

.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten Kulon Progo adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah daerah yang menjadi pedoman bagi penataan ruang wilayah Daerah yang merupakan dasar dalam penyusunan program pembangunan.

1.4 Tinjauan Pustaka1.4.1 Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) evaluasi merupakan penilaian: hasil yang hingga saat ini belum diperoleh. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputuasan atas obyek yang dievaluasi. 1.4.2 Lahan

Lahan memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983) lahan mempunyai pengertian yaitu sebagai lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Lahan juga dapat diartikan sebagai permukaan daratan dengan benda-benda padat, cair bahkan gas (RafiI, 1985).

FAO dalam Arsyad mengemukakan bahwa lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi.

Lahan memilik berbagai fungsi yaitu;

a. Fungsi produksi

b. Fungsi lingkungan biotik

c. Fungsi pengatur iklim

d. Fungsi hidrologi

e. Fungsi penyimpanan

f. Fungsi pengendali sampah dan polusi

g. Fungsi ruang kehidupan

h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan

i. Fungsi penghubung spasial.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan tanah dengan segala ciri, kemampuan maupun sifatnya beserta segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.1.4.3 Sifat-sifat Lahan

Sebagaiman yang diungkapkan oleh Arsyad (1989) sifat laha yaitu atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Sifat lahan merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yang terdapat di lahan tersebut merupakan pembeda dari suatu lahan yang lainnya.

Sifat lahan menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika digunakan untuk suatu penggunaan lahan. Sifat lahan menentukan atau mempengaruhi keadaan yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akan kepekaan erosi, ketersediaan unsur hara dan sebagainya. Perilaku lahan yang menetukan pertumbuhan tersebut disebut kualitas lahan. Sifat-sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan, kualiats lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan (Jamulya, 1991).

1.4.3.1 Penggunaan LahanMenurut Arsyad (1989), penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan adalah interaksi manusia dan lingkungannya, dimana fokus lingkungannya adalah lahan, sedangkan sikap dan tanggapan kebijakan manusia terhadap lahan akan menentukan langkah-langkah aktivitasnya, sehingga akan meninggalkan bekas di atas lahan sebagai bentuk penggunaan lahan.Sedangkan menurut Hardjowigeno (2011), definisi penggunaan lahan secara umum (major kinds of land use) adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Penggunaan lahan secara umum biasanya digunakan untuk evaluasi lahan secara kualitatif atau dalam survey tinjau (reconaissance).Tipe penggunaan lahan (land utilization type) atau penggunaan lahan secara terperinci adalah tipe penggunaan lahan yang diperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu. Penggunaan lahan secara terperinci dapat terdiri dari hanya satu jenis tanaman dan lebih dari satu jenis tanaman. Tipe penggunaan lahan yang kedua ini dibedakan lagi menjadi tipe penggunaan lahn ganda (multiple land utilization type) dan tipe penggunaan lahan majemuk (compound land utilization type).Tipe penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan dengan lebih dari satu jenis sekaligus, dimana masing-masing jenis memerlukan input, syarat-syarat dan memeberikan hasil yang berbeda. Sedangkan untuk tipe penggunaan lahan majemuk merupakan penggunaan lahan dengan lebih dari satu jenis, tetapi untuk tujuan evaluasi dianggap sebagai satu satuan. Penggunaan lahan yang berbeda mungkin dilakukan dalam waktu yang berbeda (misalnya dalam rotasi tanaman) atau dalam waktu yang sama tetapi di tempat yang berbeda dalam satuan lahan yang sama (contoh sistem pertanian tumpang sari).1.4.3.2 Karakteristik LahanKarakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi, seperti kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, dan kapasitas air yang tersedia (Tim PPAT-Bogor 1993 dalam Sabandar, 2007). Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari survei dan pemetaan sumberdaya lahan, karakteristiknya dirinci dan diuraikan yang mencakup lingkungan fisik.Menurut Hardjowigeno (2011), satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap ketersediaan air, mudah tidaknya tanah diolah, kepekaan erosi dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik lahan. Contohnya, bahaya erosi tidak hanya disebabkan oleh curamnya lereng saja, melainkan merupakan interaksi antara curamnya lereng, panjang lereng, permeabilitas, struktur tanah, interaksi curah hujan dan sifat-sifat lain.1.4.3.3 Kesesuaian LahanKesesuaian lahan mempunyai sifat lebih spesifik untuk penggunaan lahan tertentu karena menyangkut kecocokan antara lahan dengan tipe penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan adalah kecocokan (suitability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan tertentu. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini dalam keadaan alami tanpa ada perbaikan. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan perbaikan lahan. Kesesuaian lahan fisik adalah kesesuaian lahan yang didasarkan atas faktor-faktor fisik, tanpa memperhatikan faktor ekonomi (Hardjowigeno, 2011). Menurut Rayes (2006) kelas kesesuaian lahan suatu kawasan dapat berbeda-beda, tergantung pada penggunaan lahan yang dikehendaki. Ada beberapa parameter fisik lahan yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan bagi permukiman, antara lain kemiringan lereng, daya dukung tanah, potensi kembang kerut tanah (nilai COLE), tinggi muka air tanah serta kerentanan banjir. Parameter-parameter ini digunakan untuk menilai apakah lahan yang digunakan tersebut sesuai atau tidak bagi permukiman.Klasifikasi kesesuaian atau kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan tertentu (Hardjowigeno, 2011). Khadiyanto (2005) menyatakan bahwa klasifikasi kesesuaian lahan (Land Suitability Classification) adalah proses penilaian dan pengelompokkan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu pengunaan tertentu. Menurut FAO (1976), sistem klasifikasi kesesuaian lahan terdiri dari empat kategori yang menunjukan tingkatan generalisasi yang sifatnya menurun, yaitu : (1) ordo kesesuaian lahan; menunjukan macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara umum, (2) kelas kesesuaian lahan; menunjukan tingkat kesesuaian dalam ordo, (3) sub kelas kesesuaian lahan; menunjuk jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan didalam kelas, (4) satuan kesesuaian lahan; menunjukan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan didalam sub kelas.Kesesuaian lahan pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai apabila diperlukan untuk maksud tertentu. Kesesuaian lahan pada tingkat ordo ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Ordo sesuai (S); Sesuai

Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahan.2) Ordo tidak sesuai (N); Tidak sesuai

Lahan yang termasuk dalam ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu secara lestari.

Batasan kelas-kelas kesesuaian lahan terdiri dari lima kelas, yaitu :

1) Kelas sangat sesuai (S1), yaitu lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut.

2) Kelas cukup sesuai (S2), yaitu lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktifitas lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan masukan untuk mengusahakan lahan tersebut.

3) Kelas sesuai marginal (S3), yaitu lahan yang mempunyai pembatas sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktifitas dan keuntungan. Perlu ditingkatkan masukan yang diperlukan.

4) Kelas tidak sesuai saat ini (N1), yaitu lahan yang mempunyai pembatas lebih berat, akan tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

5) Kelas tidak sesuai permanen (N2), yaitu lahan yang mempunyai pembatas sangat berat sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu penggunaan yang lestari.

Kesesuaian lahan pada tingkat sub kelas, yaitu tingkat kesesuaian lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Setiap kelas, kecuali S1 dapat dikelompokkan lagi ke dalam satu atau lebih sub kelas dengan mendasarkan pada pembatas yang ada.

Kesesuaian lahan pada tingkat unit, adalah pembagian lebih lanjut dari kesesuaian pada tingkat sub kelas. Semua satuan yang terdapat dalam satu sub kelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan memiliki jenis pembatas yang sama pula pada tingkat sub kelas. Kesesuaian pada tingkat ini berbeda satu dengan lainnya dalam hal sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan seringkali merupakan pembeda detail dari pembatas-pembatasnya (FAO, 1976).

1.4.4 PermukimanMenurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Yunus (1987) mendefinisikan permukiman sebagai bentukan artificial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang dipergunakan oleh manusia, baik individu maupun kelompok, untuk bertempat tinggal, baik sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupan.Kriteria kawasan peruntukan permukiman menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya :A. Fungsi utamaKawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:1) Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial;2) Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga.B. Kriteria umum dan kaidah perencanaan:

1) Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat,dan pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);

2) Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

3) Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum;

4) Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);

5) Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;

6) Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;

Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.Adapun kriteria lahan permukiman menurut Hardjowigeno (2011) untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman adalah sebagai berikut;

1. Kedalaman padas keras dan hamparan batuan pada tanah2. Kemiringan lereng3. Bahaya banjir4. Kedalaman airtanah5. Prosentase kebatuan (kerikil)6. Potensi kembang kerut tanah (nilai COLE).Lanjutan Tabel 1.1

Lanjutan Tabel 1.1

Lanjutan Tabel 1.1

Lanjutan Tabel 1.2

1