Kesesuaian Lahan Fiksss Revisi
-
Upload
herni-noviani -
Category
Documents
-
view
283 -
download
0
Transcript of Kesesuaian Lahan Fiksss Revisi
REVISI
TUGAS EVALUASI KESESUAIAN LAHAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Sumberdaya Lahan yang diampu oleh
Setya Nugraha, S.Si, M.Si
Oleh Kelompok 2 dan 4 :
Abu Rizal Afiat K5410002
Achmad Mashfufi K5410003
Danang Suryo N K5410013
Farahdiba Sofi A.W K5410020
Gigih Erlangga K5410021
Hendri Sulistyawan K5410023
Herni Noviani K5410024
Intan P urnamasari K5410026
Irfan Nur Zaini K5410027
Lina Miftahul Husna K5410035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
“KESESUAIAN LAHAN UNTUK INDUSTRI”
A. PENDAHULUAN
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung daripada tipe
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan
yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya
dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya, sementara evaluasi kemampuan sering
dinyatakan dalam hubungan dengan pembatas-pembatas negative, yang dapat menghalangi
beberapa atau sebagian penggunaan lahan yang sedang dipertanyakan atau dipertimbangkan.
Adapun tujuan dari evaluasi kesesuaian lahan adalah untuk mengatahui potensi atau nilai
dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Evaluasi tidak hanya terbatas pada penilaian
karakteristik lingkungan tetapi dapat juga mencakup analisis-analisis ekonomi, konsekuensi
social, dan dampak lingkungannya.
Strategi yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan menurut FAO, adalah :
Pendekatan dua tahapan (Two stage approach) Tahapan pertama terutama berkenaan
dengan evaluasi lahan yang bersifat kualitatip, yang kemudian diikuti dengan tahapan kedua
yang terdiri dari analisis ekonomi dan social. Pendekatan sejajar (Paralel approach) Analisis
hubungan antara lahan dan penggunaan lahan berjalan secara bersama-sama dengan analisis-
analisis ekonomi dan social.
Pendekatan dua tahapan tersebut sering digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan
inventarisasi sumberdaya untk keperluan perencanaan secara luas. Klasifikasi kesesuaian
lahan pada tahap pertama didasarkan atas kesesuaian lahan untuk berbagai penggunaan yang
telah diseleksi pada permulaan survey. Kontribusi dari analisis ekonomi dan social pada
tahapan pertama tersebut terbatas untuk mengetahui relevansi dari jenis-jenis penggunaan
lahan tersebut. Adapun prinsip utama yang digunakan dalam proses evaluasi kesesuaian lahan
adalah sebagai berikut (FAO) :
Kesesuaian lahan dinilai dari berdasarkan macam atau jenis penggunaan lahan tertentu.
Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan
masukan yang diperlukan. Diperlukan pendekatan multidisiplin dari para ahli ilmu-ilmu
alam, tekhnologi penggunaan lahan, ekonomi, sosiologi, dan lainnya.
Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kondisi-kondisi fisik lahan, kondisi social dan
ekonomi daerah yang dipelajari, serta kondisi nasional. Kesesuaian didasarkan atas
penggunaan yang lestari. Evaluasi melibatkan pembandingan lebih dari satu jenis
1
penggunaan lahan. Klasifikasi yang bersifat kualitatip umumnya didasarkan atas sifat fisik
lahan dengan hanya sedikit didukung oleh keterangan tentang ekonomi. Dilain pihak
klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatip mencakuo masukan yang banyak tentang informasi-
informasi ekonomis, social dan lingkungan.Bagi keperluan evaluasi lahan dinegara-negara
sedang berkembang, maka sangat bermanfaat adanya pemisahan antara kesesuaian sekarang
(current suitability) dan kesesuaian potensial. Klasifikasi kesesuaian sekarang menunjukkan
kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada
perubahan yang berarti. SEdangkan klasifikasi kesesuaian potensial menunjukkan terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah
diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan.
Struktur Klasifikasi Kesesuaian
Kerangka evaluasi lahan menurut FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif
maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Struktur dari system klasifikasi
kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang
bersifat menurun, yaitu :
1. Ordo kesesuaian lahan (Order) : menunjukkan jenis kesesuaian atau keadaan
kesesuaian secara umum
2. Kelas kesesuaian lahan (Class): menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo
3. Sub-kelas kesesuaian lahan (Sub-class): menunjukkan jenis pembatas
4. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan perbedaan kecil yang dilakukan dalam
pengelolaan di dalam sub-kelas. Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo menunjukkan
apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Oleh karena itu ordo
kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu :
1. Ordo S : Sesuai (Suitable) : Lahan yang termasuk pada ordo ini adalah lahan yang
dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan
sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lainnya.
2. Ordo N : Tidak Sesuai (Not Suitable) : Lahan yang termasuk Ordo ini mempunyai
pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari.
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menggambarkan
tingkat kesesuaian dari ordo. Kelas ini dalam simbolnya diberi nomor urut yang ditulis di
belakang simbol ordo. Jumlah kelas dalam ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi
dianjurkan untuk memakai tiga kelas dalam ordo sesuai dan dua kelas dalam ordo tidak
sesuai. Apabila tiga kelas dipakai dalam Ordo Sesuai (S) dan dua kelas dalam Ordo Tidak
Sesuai (N), maka pembagian serta definisi kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut :
2
a. Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable) : Lahan tidak mempunyai pembatas
yang berat untuk suatau penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas
yang tidak berarti.
b. Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderatly Suitable) : Lahan yang mempunyai pembatas
agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari.
c. Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginal Suitable) : Lahan yang mempunyai
pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan lahan yang lestari.
d. Kelas N1 : Tidak Sesuai Pada Saat Ini (Currently not suitable) : Lahan
mempunyai pembatas yang sangat berta, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi,
hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya
yang rasional.
e. Kelas N2 : Tidak Sesuai Permanen (Permanently not suitable) : Lahan
mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bag
suatu penggunaan yang lestari.
Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang
diperlukan dalan suatu kelas. Simbol kesesuaian lahan pada tingkat satuan dibedakan oleh
angka-angka yang ditempatkan setelah simbol sub-kelas. Kesesuaian lahan pada tingkat sub-
kelas. Beberapa jenis pembatas, baik untuk tanaman pangan maupun tanaman tahunan yang
biasanya merupakan kriteria sub-kelas adalah :
s : pembatas pada daerah perakaran
n : kesuburan tanah rendah atau sangat rendah
c : keracunan yang disebabkan alumunium tinggi
d : kelas drainase yang disebabkan oleh drainase agak terhambat atau terhambat
t : topografi yang disebabkan oleh tingginya prosentase lereng
Pada tugas ini akan dibahas mengenai penentuan kelas kesesuaian lahan untuk lokasi
industri. Kesesuaian lahan untuk industri memiliki beberapa persyaratan penting yang harus
dipenuhi. Persyaratan ini merupakan kunci penting dalam keberhasilan penyelenggaraan
kegiatan industri di suatu lahan. Dalam skripsi yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan
untuk Lokasi Sentra Industri di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun 2011”
terdapat sembilan indikator yang menjadi penilaian tingkat kesesuaian lahannya. Indikator
tersebut antara lain sebagai berikut;
a. Kemiringan Lereng
Kelas dan kriteria kemiringan lereng disertai harkat masing-masing kelas untuk evaluasi kesesuaian lahan bangunan atau gedung industri.
3
Tabel 1. Harkat Kelas dan Kriteria Kemiringan Lereng
No. Kelas Kemiringan Lereng Harkat Penimbang1. Datar <3% 5 0,0302. Landai 3 – 8 % 4 0,0303. Agak Miring 8 – 30 % 3 0,0304. Miring 30 – 50 % 2 0,0305. Terjal >50 % 1 0,030
b. Ancaman BanjirKelas kriteria ancaman banjir disertai harkat untuk evaluasi kesesuaian lahan bangunan/gedung industri.Tabel 2. Harkat Kelas dan Kriteria Ancaman Banjir
No. Kelas Lama Penggenangan Banjir Harkat Penimbang
1. Sangat BaikDaerah tidak pernah dilanda banjir.
5 0,030
2. BaikBanjir terjadi tidak teratur dalam waktu kurang dari satu tahun.
40,030
3. SedangSelama waktu satu bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir.
30,030
4. JelekSelama 2-5 bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir.
20,030
5.Sangat Jelek
Selama 6 bulan atau lebih selalu terjadi banjir secara teratur.
10,030
c. Tekstur TanahKelas kriteria dan harkat tekstur tanah untuk bangunan/gedung industri.Tabel 3. Harkat Kelas dan Kriteria Tekstur Tanah
No. Kelas Tekstur Tanah Harkat Penimbang
1. Sangat BaikPasir berlempung, Pasir berdebu, Pasir bergeluh, pasir
5 0,015
2. BaikGeluh berpasir, Geluh pasir berlempung, Geluh pasir berdebu
4 0,015
3. Sedang
Debu, Geluh, Geluh berdebu, Geluh lempung berdebu, Geluh lempung berpasir, Lempung berpasir
3 0,015
4. JelekLempung bergeluh, Lempung berpaasir halus, Geluh berlempung
2 0,015
5.Sangat Jelek
Lempung, Lempung berdebu 1 0,015
4
d. Drainase PermukaanKelas dan kriteria drainase permukaan disertai harkat untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk industri.Tabel 4. Harkat Kelas dan Kriteria Drainase Permukaan
No. Kelas Drainase Permukaan Harkat Penimbang
1. Sangat BaikLahan kering dan pengatusan sangat baik.
5 0,015
2. BaikLahan dengan pengatusan sangat baik setelah turun hujan.
4 0,015
3. SedangLahan dengan pengatusan sedang, sedikit terpengaruh flukutasi air tanah.
3 0,015
4. JelekLahan dengan pengatusan lambat, sangat terpengaruh oleh fluktuasi air tanah.
2 0,015
5.Sangat Jelek
Daerah rawa dan genangan banjir.
1 0,015
e. Tinggi Muka Air TanahKelas kriteria dan harkat tinggi muka air tanah untuk bangunan/gedung.Tabel 5. Harkat Kelas dan Kriteria Tinggi Muka Air Tanah
No. Kelas Tinggi Muka Air Tanah Harkat Penimbang1. Sangat Baik >250 cm 5 0,0152. Baik 151 – 250 cm 4 0,0153. Sedang 101 – 150 cm 3 0,0154. Jelek 51 – 100 cm 2 0,015
5.Sangat Jelek
<50 cm 1 0,015
f. Daya Dukung TanahKelas dan kriteria daya dukung tanah disertai harkat untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk industri.Tabel 6. Harkat Kelas dan Kriteria Daya Dukung Tanah
No. Kelas Daya Dukung Tanah Harkat Penimbang1. Sangat Baik >4,50 Kg/cm2 5 0,0152. Baik 2,75 – 4,50 Kg/cm2 4 0,0153. Sedang 1,75 – 2,75 Kg/cm2 3 0,0154. Jelek 1,25 – 1,75 Kg/cm2 2 0,015
5.Sangat Jelek
<1,25 Kg/cm2 1 0,015
g. Potensi Kembang KerutKelas kriteria dan harkat potensi kembang kerut untuk bangunan/gedung.
5
Tabel 7. Harkat Kelas dan Kriteria Potensi Kembang Kerut
No. Kelas COLE Harkat Penimbang1. Sangat Baik <0,01 5 0,0152. Baik 0,01 – 0,03 4 0,0153. Sedang 0,03 – 0,06 3 0,0154. Jelek 0,06 – 0,09 2 0,015
5.Sangat Jelek
>0,09 1 0,015
h. Penggunaan LahanKelas dan kriteria penggunaan lahan disertai harkat untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk industri.Tabel 8. Harkat Kelas dan Kriteria Penggunaan Lahan
No. Kelas Penggunaan Lahan Harkat Penimbang
1. Sangat BaikLahan berupa semak, lahan kosong, dan lahan tidak dimanfaatkan
5 0,030
2. BaikLahan pekarangan, Kebun campuran, dan sejenisnya.
40,030
3. SedangLahan pertanian kering berapa tegalan, perkebunan dan semacamnya
30,030
4. JelekLahan pertanian berupa sawah non irigasi dan semacamnya.
20,030
5.Sangat Jelek
Sawah irigasi, permukiman, situs purbakala, militer, pendidikan dan jasa.
10,030
i. Jarak Terhadap Jalan UtamaKelas kriteria dan harkat jarak terhadap jalan utama untuk bangunan/gedung.Tabel 9. Harkat Kelas dan Kriteria Jarak Terhadap Jalan Utama
No. Kelas Jarak (Km) Harkat Penimbang1. Sangat Baik 0 – 0,5 5 0,0302. Baik 0,5 – 1 4 0,0303. Sedang 1 – 1,5 3 0,0304. Jelek 1,5 – 2 2 0,030
5.Sangat Jelek
>2 10,030
Kelas dan skor total untuk evaluasi kesesuaian lahan lokasi sentra industri.
Tabel 10. Tabel Kelas Kesesuaian Lahan
No.Kelas
Kesesuaian Lahan
Skor Total Keterangan
1.Sangat Sesuai
(S1)0,8 - 1
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti bila digunakan untuk lokasi kawasan industri.
6
2.Cukup Sesuai
(S2)0,6 - 0,8
Lahan mempunyai pembatas agak berat bila digunakan untuk lokasi industri.
3.Sesuai Marjinal
(S3)0,4 - 0,6
Lahan mempunyai pembatas sangat berat bila di gunakan untuk lokasi kawasan industri.
4.Tidak Sesuai
Saat Ini(N1)
0,2 - 0,4
Lahan dengan pembatas sangat berat namun masih bisa diatasi hanya tidak bisa diatasi dengan pengetahuan sekarang dan biaya yang rasional.
5.Tidak Sesuai
Permanen(N2)
0 - 0,2Lahan dengan pembatas sangat berat dan tidak mungkin digunakan untuk penggunaan lestari
7
B. DATA
Tabel 11. Data Hasil Observasi dan Uji Laboratorium
NoSatuan Lahan
Kemiringan Lereng
Ancaman Banjir
Tekstur TanahDrainase
PermukaanTinggi Muka
Air TanahDaya Dukung
Tananh
Potensi Kembang
Kerut
Penggunaan lahan
Jarak terhadap
jalan utama
1K Reg KK 1 P
3 %
Daerah tidak pernah
Dilanda banjir
debu, geluh, geluh berdebu, geluh lempung berdebu, geluh lempung berpasir, lempung berpasir
Lahan dengan pengarusan sangat baik setelah turun hujan
51 - 100 cm1,25 - 1,75 Kg/cm2 0,01 - 0,03
Lahan pekarangan, kebun campuran, dan sejenisnya
> 2 km
2Reg K 1 T
3 %
Lempung bergeluh, lempung berpasir halus, geluh berlempung
Lahan dengan pengarusan
sedang, sedikit terpengaruh fluktuasi air
tanah
101-150 cm < 1,25 Kg/cm2 0,03 - 0,06
Lahan pertanian kering berapa tegalan, perkebunan, dan semacamnya
0 - 0,05 km
3Reg K 2 P 3 - 8 %
Geluh berpasir, geluh pasir 51 - 100 cm
1,75 - 2,75 Kg/cm2
0,01 - 0,03Lahan pekarangan,
0 ,05 - 1 km
8
berlempung, geluh pasir
berdebu
kebun campuran, dan sejenisnya
4Reg KK 1 K
3 %
Banjir terjadi tidak
teratur dalam waktu
kurang dari 1 tahun
51 - 100 cm < 1,25 Kg/cm2 > 2 km
5Reg K 3 T
8 - 30 %
Daerah tidak pernah
dilanda banjir
Geluh berpasir, geluh pasir berlempung, geluh pasir berdebu
< 50 cm1,25 - 1,75 Kg/cm2
Lahan pertanian kering berapa tegalan, perkebunan, dan semacamnya
1,5 - 2 km
9
C. HASIL SCORING
Tabel 12. Hasil Scoring Data
NoSatuan Lahan
Kemiringan Lereng
Ancaman Banjir
Tekstur Tanah
Drainase Permukaan
Tinggi Muka Air
Tanah
Daya Dukung Tanah
Potensi Kembang
Kerut
Penggunaan lahan
Jarak terhadap
jalan utamaJumlah Kelas
1K Reg KK 1 P
0,15 0,15 0,045 0,06 0,030 0,030 0,06 0,12 0,030 0,675 S2
2 Reg K 1 T 0,15 0,15 0,030 0,045 0,045 0,015 0,045 0,09 0,15 0,72 S2
3 Reg K 2 P 0,12 0,15 0,06 0,045 0,030 0,045 0,06 0,12 0,12 0,75 S2
4Reg KK 1 K
0,15 0,12 0,06 0,045 0,030 0,015 0,06 0,12 0,030 0,63S2
5 Reg K 3 T 0,09 0,15 0,06 0,045 0,015 0,030 0,06 0,09 0,09 0,63 S2
10
Berdasarkan hasil scoring tersebut maka didapatkan hasil bahwa kelima lahan
tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan yang sama. Kelas kesesuaian lahan Cukup Sesuai
(S2) dimiliki oleh satuan lahan K Reg KK 1 P, Reg K 1 T, Reg K 2 P, Reg KK 1 K dan
Reg K 3 T.
Kelima satuan lahan tersebut dikatakan Cukup Sesuai (S2) karena memiliki
pembatas yang agak berat jika digunakan untuk lokasi industri. Meskipun terdapat beberapa
hambatan namun hambatan ini masih bisa diatasi.
Berdasarkan data kelas kesesuaian lahan tersebut di atas maka dapat dinyatakan
bahwa untuk menentukan lokasi industri sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, keberadaan
air tanah, dan jarak jalan terhadap jalan utama. Meskipun terdapat beberapa hambatan
namun beberapa satuan lahan masih bisa diatasi dengan merujuk pada data kesesuaian
lahan serta jenis industri yang akan dibangun.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sarworini. 2002. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi Sentra Industri di
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun 2011. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (Skripsi)
Sitorus, Santun R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito
12
“KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG”
PENDAHULUAN
Dinamika demografi di suatu daerah memaksa lahan untuk mencukupi kebutuhan
manusia terutama pada tempat hunian dan lahan garapan. Sejalan dengan pertumbuhan
tersebut apabila tidak dilakukan usaha evaluasi terhadap lahan maka akan terjadi kerusakan
lahan, sehingga perlu dilakukanya usaha untuk mengkaji tingkat kecocokan lahan terhadap
penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan bertujuan untuk mengetahui tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal
dapat berbeda tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan
(Sitorus, 1998: 42).
Prosedur evaluasi lahan pada penelitian ini menggunakan prosedur yang telah
ditetapkan oleh FAO (1976), dalam Sitorus (1998: 47) yaitu :
1. Konsultasi pendahuluan: meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan
yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang akan
digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian, serta intensitas dan skala survai.
2. Penjabaran (diskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan
persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
3. Diskripsi satuan peta lahan (land mapping unit) dan kemudian kualitas lahan (land
qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang diperlukan untuk suatu
penggunaan lahan tertentu dan pembatas-pembatasnya.
4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada.
5. Hasil dari butir 4 adalah klasifikasi kesesuaian lahan.
6. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi
Evaluasi kesesuaian lahan yang dikaji dalam tulisan ini menggunakan data yang
diperoleh dari skripsi Agung Hartono yang berjudul “ARAHAN KONSERVASI DAERAH
13
ALIRAN SUNGAI SAMIN, KABUPATEN KARANGANYAR DAN SUKOHARJO ,
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2006”.
Kesesuaian lahan yang dikaji dalam tulisan ini yakni kesesuaian lahan untuk
tanaman jagung di DAS Samin. Data yang diambil merupakan data karakteristik fisik dari
DAS Samin. Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dilakukan evaluasi kesesuaian
lahan untuk tanaman jagung dengan menggunakan metode pembandingan (matching).
Pembandingan digunakan untuk menguraikan proses di mana persyaratan yang diperlukan
untuk suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan kondisi lahan untuk menduga prestasi
penggunaan lahan (land use performances) (Sitorus, 1998: 47).
.
14
PEMBAHASAN
Tanaman jagung dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L. adalah salah satu
jenis tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan (Graminaceae). Jagung
(Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan
hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai
bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga
merupakan bahan baku makanan ternak.
Jagung membutuhkan lokasi atau lahan yang sesuai agar dapat tumbuh dengan
optimal. DAS Samin menjadi lokasi objek kajian kesesuaian lahan bagi vegetasi tersebut.
Kesesuaian lahan terbagi atas beberapa kelas kesesuaian lahan. Penentuan kelas kesesuaian
lahan di DAS Samin untuk tanaman jagung dilakukan dengan membandingkan data
karakteristik dan kualitas lahan di DAS Samin dengan persyaratan tumbuh tanaman jagung.
A. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Menurut ( Rudi, 2005 ). Secara umum ada beberapa persyaratan kondisi yang
dikehendaki tanaman jagung antara lain sebagai berikut :
15
No ParameterKelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
1 Temperatur (t)
- Rata-rata tahunan (oC) 20- >26 > 26 - 30 > 30 – 32
16 - < 20
Td > 32
< 16
2 Katersediaan Air
(w)
- Bulan Kering (>75 mm)
- Curah Hujan
(mm/th)
- LGP
(hari)
1 – 7
> 1200
150 - 300
> 7 – 8
900-1200
120 - 150
> 8 – 9
600 - < 900
90 – 120
Td > 9
< 1 <750
< 90
3 Media Perakaran (r)
- Drainase Tanah
- Tekstur
- Kedalaman Efektif (cm)
- Gambut
- Kematangan
- Ketebalan (cm)
Baik, sedang
L, SCL, SiCL, Si, CL, SiL
> 60
-
-
-
Agak terhambat
SL, SC, C
40 – 60
-
Saprik
< 100
Terhambat, agak cepat
LS, SiC,Str C
24 - > 40
-
Hemik
100 -150
Td
Td
20 - < 24
-
Saprik-hermik
> 150 – 200
Cepat, Sangat Terhambat
Kerikil, Pasir
< 24
-
Fibrik
> 200
16
4 Retensi Hara (f)
- KTK tanah
- pH tanah
- C –organik (%)
≥ Sedang
6,0 – 7,0
> 0,8
Rendah
> 7,0 – 7,55,5 – 5,9
< 0,8
Sangat Rendah
> 7,5 – 8,04,5 -5,5
Td
-
> 8,0 – 8,54,0 – 4,5
Td
-
> 8,5<4,0
Td5 Kegaraman
(c)
- Salinitas
(mmhos/cm)
< 2 2 – 4 > 4 – 6
> 6 - 8 > 8
6 Toksisitas
- Kejenuhan Al
(%)
- Kedalaman sulfidik (cm)
> 100 75 - < 100 50 - < 75 40 -< 50 < 40
7 Hara Tersedia (n)
- N Total
-P2O5
- K2O
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang – rendah
Sedang – rendah
Sangat Rendah
Sangat rendah
Sangat rendah
-
-
-
-
-
-
17
8 Kemudahan Pengolahan
(p)
- - Sangat keras, sangat
teguh, sangat lekat
Td Berkerik
9 Terrain/Potensi Mekanisasi
- Lereng
(%)
- Batuan Permukaan
(%)
- Singkapan Batuan
(%)
< 3
< 3
< 2
3 -8
3 – 15
2 – 10
> 8 – 15
> 15 – 40
>10 – 25
>15 – 24
Td
> 25 – 40
>24
> 40
> 40
10 Tingkat Bahaya Erosi (e) SR R S B SB
11 Bahaya Banjir (b) F0 - F1 F2 F3 F4
18
Tabel 1. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
B. Karakteristik dan Kualitas lahan
DAS Samin memiliki 152 satuan lahan yang tersebar dari hulu hingga hilirnya.
Kajian ini menggunakan 5 satuan lahan yakni :
1. Gle-Qlla-I-Pmk
2. Al-Qlla-I-Tg
3. An-Qlla-III-Kb
4. Me-Qlla-I-Kb
5. KAnLa-Qvl-V-Tg
19
Setiap satuan lahan mempunyai karakteristik lahan yang dijabarkan sebagai berikut :
KARAKTERISTIK SATUAN LAHAN DAS SAMIN
No Satlah Jenis Tanah
Kemiringan
lereng
( %)
Kedalaman
tanah
(cm)
Tekstur Tanah
Tingkat
Bahaya
Erosi
Permeabilitas
(cm / jam)
Curah Hujan
Tahunan
(mm)
1 Gle-Qlla-I-Pmk Gleisol 2 91 Geluh lempung berdebuSangat
Rinan4,26 2109
2 Al-Qlla-I-Tg Aluvial 5 95 Geluh lempung berdebuSangat
Rinan4,26 2109
3 Me-Qlla-I-Kb Mediteran 7 150 LempungSangat
Rinan15,55 2109
4 An-Qlla-III-Kb Andosol 18 34 Lempung Sedang 26,16 2109
5 KAnLa-Qvl-V-Tg
Komplek
Andosol &
Latosol
65 23 Lempung Berat 2,05 2109
Tabel 2. Karakteristik 5 Satuan lahan DAS Sami
20
C. Menentukan Kategori Kelas Kesesuaian Lahan
Kelas kesesuaian lahan diketahui setelah melakukan prosedur pengklasifikasin
kesesuaian lahan. Berikut disajikan hasil penentuan kelas kesesuaian lahan dari 5 satuan
lahan di DAS Samin :
21
No Sat lah Satuan Lahan
Ketersediaan Air ( w )
Media Perakaran (r)Terrain / Potensi
Mekanisasi(s/m)
Kemiringan lereng
Tingkat Bahaya Erosi (e)
Kelas Kesesuaian LahanCurah Hujan/tahun
( mm/th )Tekstur
Kedalaman Efektif (cm)
1 Gle-Qlla-I-Pmk S1 S1 S1 S1 S1 S1
2 Al-Qlla-I-Tg S1 S1 S1 S2 S1 S2
3 Me-Qlla-I-Kb S1 S3 S1 S2 S1 S3
4 An-Qlla-III-Kb S1 S3 S3 N1 S3 N1
5 KAnLa-Qvl-V-Tg
S1 S3 N2 N2 N1 N2
Tabel 3. Kelas Kemampuan Lahan DAS Samin
22
D. Menentukan Kategori Subkelas Kesesuaian Lahan
Subkelas kemampuan lahan diketahui dengan melihat faktor pembatas
yang paling besar, yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi. Faktor pembatas
yang dikaji dalam tulisan ini meliputi ketersediaan air ( dalam wujud curah hujan
per tahun), media perakaran (dalam wujud tekstur tanah dan kedalaman efektif),
terrain/ potensi mekanisasi (dalam bentuk kemiringan lereng) dan tingkat bahaya
erosi. Semakin besar hambatan di suatu lahan akan berakibat pada kesesuaian
lahannya. Berikut disajikan hasil penetapan subkelas kesesuaian lahan DAS
Samin :
No SatlahKelas Kesesuaian
Lahan
Subkelas
Kesesuaian Lahan
1 Gle-Qlla-I-Pmk S1 -
2 Al-Qlla-I-Tg S2 s/m
3 Me-Qlla-I-Kb S3 r
4 An-Qlla-III-Kb N1 s/m
5 KAnLa-Qvl-V-Tg N2 r,e,s/m
Tabel 4. Subkelas Kemampuan Lahan DAS Samin
Keterangan :
* s/m : terrain/potensi mekanisasi (dalam wujud kemiringan lereng)
* r : media perakaran
23
PENUTUP
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan kegiatan penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian
lahan dalam kajian ini berada di DAS Samin. Objek kajian evaluasi kesesuaian
lahan berupa kesesuaian lahan untuk tanaman jagung. Kesesuaian lahan untuk
tanaman jagung dilakukan dengan menggunakan metode matching
(membandingkan) karakteistik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman jagung.
Hasil kajian sub kelas kesesuaian lahan DAS Samin yang menggunakan 5
satuan lahan diantaranya :
a. Sangat Sesuai (S1), yakni terdapat pada satuan lahan Gle-Qlla-I-Pmk.
b. Cukup Sesuai dengan faktor penghambat terrain/potensi mekanisasi
(S2s/m), terdapat pada satuan lahan Al-Qlla-I-Tg.
c. Sesuai Marjinal dengan faktor penghambat media perakaran (r) dalam
tanah (S3r,), terdapat pada satuan lahan Me-Qlla-I-Kb.
d. Tidak Sesuai Saat ini dengan faktor penghambat terrain/potensi mekanisasi
(s/m) : ( N1s/m), terdapat pada satuan lahan An-Qlla-III-Kb.
e. Tidak Sesuai permanen dengan fakto penghambat, terrain/potensi media
perakaran (r), tingkat bahaya erosi (e) dan mekanisasi (s/m), : (N2 r,e,
s/m) terdapat pada satuan lahan KAnLa-Qvl-V-Tg.
24
DAFTAR PUSTAKA
Hartono ,Agung. 2008. Arahan Konservasi Daerah Aliran Sungai Samin
Kabupaten
Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006.
Skripsi
S1 FKIP UNS. Surakarta.
Mega, I Made dkk.2010. Buku Ajar “KLASIFIKASI TANAH DAN KESESUAIAN
LAHAN”.Denpasar.Prodi Agroteknologi Universitas Udayana.
Muzakkir,Aam.2011. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN
FUNGISIDA (DIMETOMORF ) TERHADAP TINGKAT
SERANGAN PENYAKIT BULAI (DOWNY MILDEW) PADA
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.).Skripsi S1 FAPERTA Universitas
Darul ‘Ulum. Jombang.
Sitorus, Santun. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.
25