ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

23
I. PENDAHULUAN a. Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi,

Transcript of ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

Page 1: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN

a. Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan

untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara

yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi

dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk

penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk

kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan

(kesesuaian lahan potensial).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data

sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut

diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.

Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang

berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan

dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi

dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau

lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih

memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti

dengan tanaman yang lebih sesuai.

b. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO

(1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas,

Subkelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global.

Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang

tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not

Suitable).

Page 2: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo.

Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala

pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk

pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat

kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga

kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai

marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N)

tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau

(skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas

sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

Kelas S1 (Sangat sesuai) : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau

faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap

produktivitas lahan secara nyata.;

Kelas S2 (Cukup sesuai) : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan factor

pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,

memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya

dapat diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3 (Sesuai marginal) : Lahan mempunyai faktor pembatas yang

berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap

produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak

daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi factor pembatas

pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan

atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat

berat dan/atau sulit diatasi.

Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan.

Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas

dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya)

yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai

marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition).

Page 3: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang

didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas

yang sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran

terutama factor kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1

dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2

kedalaman efektif dangkal (<50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan,

kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

c. Pendekatan dalam evaluasi lahan

Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan

pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem

penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching) antara

kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh

tanaman.

Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah

Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van

Wambeke, 1997). ALESnmerupakan suatu perangkat lunak yang dapat

diisi dengan batasan sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat

dimodifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi

lahan. ALES mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land

Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan

berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan

dewasa ini adalah seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis

Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian” (Djaenudin et al., 2003)

dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi setempat atau

referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat

semi detil (skala peta 1:50.000). Untuk evaluasi lahan pada skala

Page 4: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi

Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997).

II. PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

DITINJAU DARI ASPEK KESESUAIAN LAHAN

Dewasa ini sektor pertanian memegang peranan penting dalam

pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk menunjang pertumbuhan dan

stabilitas ekonomi, pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk

meningkatkan produksi pertanian dan nilai tambah, memperluas lapangan

kerja dan meningkatkan pendapatan sebagaian besar anggota masyarakat,

yaitu petani. Namun permasalahan yang seringkali terjadi dalam

pembangunan pertanian adalah masih rendahnya pendapatan petani yang

disebabkan permodalan dan iptek.

Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

pendapatan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha serta

mengisi dan memperluas lapangan pasar baik pasar luar negri maupun

dalam negri. Produk buah-buahan ditumbuh kembangkan agar mampu

mencukupi kebutuhan dalam negri termasuk agroindustri serta memenuhi

kebutuhan pasar luar negri.

Salah satu informasi dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan

pertanian adalah data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan, yang

memberikan informasi penting tentang distribusi, luasan, tingkat

kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat

diterapkan. Namun, pada kenyataannya data/informasi sumberdaya lahan

tersebut belum tersedia secara menyeluruh pada skala yang memadai.

Sampai saat ini, informasi sumberdaya lahan yang tersedia di Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak)

untuk seluruh Indonesia hanya peta pada skala eksplorasi (1:1.000.000),

sedangkan data/peta pada skala tinjau (1:250.000) baru sekitar 57% dari

Page 5: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

total wilayah Indonesia, dan peta pada skala semi detil hingga detil

(1:50.000 atau lebih besar) hanya sekitar 13%.

Oleh karena keterbatasan data/peta yang tersedia tersebut, maka

dalam analisis potensi lahan ini digunakan data sumberdaya lahan yang

tersedia untuk seluruh Indonesia, yaitu pada skala eksplorasi

(1:1.000.000). Peta tersebut hanya sesuai digunakan sebagai acuan untuk

perencanaan atau arahan pengembangan komoditas secara nasional.

Sedangkan untuk tujuan operasional pengembangan pertanian di tingkat

kabupaten/kecamatan, diperlukan data/peta sumberdaya lahan pada skala

1:50.000 atau lebih besar, yang secara bertahap perlu dibangun.

III. ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

KABUPATEN BANYUWANGI

Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten penting yang

mempunyai sumberdaya alam yang cukup besar, namun sampai saat ini

potensi tersebut belum sepenuhnya memberikan kesejahteraan yang

memadai bagi masyarakat, oleh karena belum digunakan secara optimal.

Langkah yang perlu dilakukan sehubungan dengan pemberdayaaan

masyarakat antara lain melalui revitalisasi sektor pertanian dengan

menggunakan lahan sesuai daya dukungnya. Jika kegiatan pertanian dalam

arti luas dilakukan sesuai dengan kemampuan lahannya maka akan

membuka lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak

sehingga dapat menekan jumlah pengangguran, menghasilkan panen yang

optimal, meningkatkan pendapatan petani dan anggota masyarakat lainnya,

serta diharapkan dapat mengurangi bencana alam akibat penggunaan lahan

yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Potensi sumberdaya lahan yang

cukup luas, yaitu 578.200 hektar lahan, terdiri dari beragam jenis tanah

dan didukung oleh kondisi iklim yang memadai untuk pengembangan

pertanian dalam arti luas. Disamping itu penduduk Kabupaten sebagian

Page 6: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

besar berusaha di sektor pertanian. Namun sampai saat ini sumberdaya

tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan ekonomi

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Agar pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lahan lebih

optimal, maka diperlukan suatu kajian wilayah yang mencakup aspek

biofisik, ekonomi dan sosial untuk memperoleh wilayah pengembangan

lahan potensial. Kajian yang komprehensif ini selanjutnya disusun dalam

suatu Peta Zonasi Komoditas Pertanian. Dari data umum yang diperoleh

menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi berpotensi tinggi untuk

komoditas pangan, hortikultura, dan perkebunan. Namun data tersebut

masih kasar dan dalam format tabular, untuk keperluan operasional

pengembangan pertanian masih diperlukan data dan informasi maik

berformat tabular dan spasial yang lebih detail.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penyusunan peta zonasi

komoditas pertanian dan neraca ketersediaan lahan untuk pertanian skala

kabupaten (skala peta 1:50.000) di Kabupaten Banyuwangi secara

komputerisasi perlu dilaksanakan agar pengembangan komoditas unggulan

dan strategis dapat dilakukan secara terarah sesuai dengan potensi

sumberdaya lahannya. Zonasi komoditas dapat digunakan sebagai dasar

untuk melakukan perencanaan pembangunan bagi pemerintah daerah,

investasi, penentuan teknologi yang tepat dalam upaya mengoptimalkan

penggunaan sumberdaya lahan secara baik dan berkelanjutan dalam

rangka pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Lingkup dan rencana kegiatan Penyusunan Zonasi Komoditas

Pertanian dan Sistem Informasi Lahan Kabupaten Banyuwangi, meliputi:

(a) identifikasi dan karakterisasi sumberdaya lahan, (b) identifikasi

penggunaan lahan/vegetasi penutup (present landuse) melalui analisis citra

satelit, (c) evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan tanaman

pangan, hortikultura, dan perkebunan, dan (d) penyusunan peta zonasi

komoditas dan ketersediaan lahan untuk komoditas unggulan tanaman

pangan, hortikultura, dan perkebunan.

Page 7: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

Penggunaan teknologi penginderaan jauh melalui analisis data citra

satelit secara manual dan digital akan dilakukan untuk mengetahui

penyebaran dan luas keadaan penggunaan lahan saat ini (existing landuse)

dalam rangka menentukan lahan potensial dan tersedia untuk

pengembangan pertanian.

Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan

berdasarkan kondisi biofisik daerah, sebagai berikut:

1. Dari data umum yang diperoleh menunjukkan bahwa Kabupaten

Banyuwangi berpotensi tinggi untuk komoditas pangan, hortikultura,

dan perkebunan. Namun data tersebut masih kasar dan dalam format

tabular, untuk keperluan operasional pengembangan pertanian masih

diperlukan data dan informasi baik yang berformat tabular maupun

spasial yang lebih detail. Zonasi komoditas dapat digunakan sebagai

dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan bagi pemerintah

daerah, investor, penentuan teknologi yang tepat dalam upaya

mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan secara baik dan

berkelanjutan dalam rangka pengembangan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat

2. Wilayah Kabupaten Banyuwangi mempunyai kondisi iklim yang

bervariasi. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika

(BMG) dari 33 stasiun selama 20 tahun (1981-2000), bahwa curah

hujan rerata tahunan berkisar antara 926 mm/th (Stasiun Tegaldlimo)

hingga 2913 mm/th (Stasiun Banyu Lor). Secara agroklimatologis,

Wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi ke dalam 7 (tujuh) zona

agroklimat (pembagian menurut Oldeman, 1975), yaitu zona A, B1,

B2, C2, C3, D3, D4.

3. Hasil perhitungan luas menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten

Banyuwangi secara geomorfologi sebagian besar adalah bentuklahan

Dataran (788,65 km2 atau 21,9 % luas total), Dataran aluvial (519,06

km2 atau 14,41% luas total), Perbukitan denudasional terkikis ringan

(308,08 km2 atau 8,56 % luas total), Perbukitan kars berkembang baik

Page 8: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

(259,9 km2 atau 7,22 % luas total), Kaki gunungapi (245,62 km2 atau

6,82 % luas total), Lereng gunungapi (204,46 km2 atau 5,68 % luas

total), Dataran kaki gunungapi (185,56 km2 atau 5,15 % luas total),

Perbukitan denudasional terkikis sedang (180,51 km2 atau 5,01 % luas

total), dan dataran aluvial kars (141,15 km2 atau 3,92 % luas total).

4. Penggunaan lahan secara garis besar terdiri dari hutan, sawah, lahan

kering, dan penggunaan lainnya. Kawasan hutan di wilayah ini

mencapai luasan 180.937 hektar, terdiri dari hutan lindung 36.570

hektar, hutan produksi 78.926 hektar dan sisaya adalah hutan

konservasi. Areal persawahan di Kabupaten ini mencapai luasan

66.487 hektar yang sebagian besar terhampar dataran bagian tengah

Kabupaten, terutama di Kecamatan-kecamatan Genteng, Glenmore,

Srono, Cluring, Rogojampi, Gambiran, Kabat, Sempu, dan Songgon.

Lahan kering di wilayah ini menempati luasan 16.215 hektar, di mana

penggunaan lahannya terdiri tegalan, kebun campuran, perkebunan

rakyat, perkebunan besar dan pemukinan. Perkebunan yang terdiri dari

perkebunan rakyat dan perkebunan besar mempunyai luasan 82.143

hektar. Penggunaan lahan lainnya adalah berupa lahan rawa, pantai dan

sarana serta prasarana umum mencapai luasan 100.730 hektar.

5. Berdasarkan hasil-hasil studi sebelumnya dan hasil verifikasi di

lapangan, tanah di Kabupaten Banyuwangi menurut sistem Taksonomi

Tanah terbagi menjadi 6 ordo, yaitu Alfosol, Entisol, Inseptisol,

Ultisol, Mollisol, dan Oxisol.

6. Berdasarkan studi literatur dan hasil pengamatan lapangan, fisiografi

Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 9 wilayah, yaitu: (1) Pantai

dan Marin, (2) Rawa antar Pasang Surut, (3) Dataran Aluvial, (4)

Lembah Aluvial, (5) Kipas dan Lahar, (6) Teras dan Bukit lipatan, (7)

Bukit lipatan, volkan, intrusi dan bukit angkutan, (8) Perbukitan, dan

(9) Pegunungan. Dari sembilan wilayah fisiografi tersebut kemudian

dipilah-pilah menjadi 52 satuan lahan berdasarkan bentuk lahan

Page 9: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

(landform), lereng, relief, bahan induk/lithologi dan klasifikasi tanah,

tekstur lapisan atas/lapisan bawah dan curah hujan

7. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pangan di

Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Tanaman padi umumnya tergolong tidak sesuai sekitar 348.075 ha

atau 59,97 % dari total luas wilayah. Sedangkan tergolong katagori

sangat sesuai (S1) mencapai luasan 202.312 hektar atau 34,86

persen dari total wialayah Kabupaten. Sedangkan yang tergolong

cukup sesuai hanya 1.755 hektar atau 0,30 persen dari total

wilayah, dan sesuai marjinal 28.296 hektar atau 4,87 persen dari

total wilayah

Kesesuaian lahan untuk tanaman jagung umumnya tergolong tidak

sesuai (N) , yaitu sekitar 308.388 hektar atau 53,13 persen dari

total luas wilayah. Kelas sangat sesuai mecapai luasan 203.547

hektar atau 35,07 persen dari total wialayah Kabupaten. Sedangkan

yang tergolong cukup sesuai (S2) hanya 1.308 hektar atau 0,23

persen dan sesuai marjinal 67.196 hektar atau 11,58 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai sebagian besar lahan

tergolong tidak sesuai (N) yakni sekitar 307.617 hektar atau 53,00

persen dari total wilayah. Sedangkan yang tergolong sesuai terdiri

dari sangat sesuai (S1) mencapai luasan 203.547 hektar (35,07

persen), cukup sesuai (S2) 3.518 hektar atau 0,61 persen, dan

sesuai marjinal (S3) 65.756 ha (11,33 persen)

Kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau sebagian besar lahan

tergolong tidak sesuai (N) yakni sekitar 310.530 hektar atau 53,50

persen dari total wilayah. Sedangkan yang tergolong sesuai terdiri

dari sangat sesuai (S1) mencapai luasan 203.547 hektar (35,07

persen), cukup sesuai (S2) 1.308 hektar atau 0,23 persen, dan

sesuai marjinal (S3) 65.054 ha (11,21 persen)

Page 10: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

8. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan

hortikultura/buah-buahan di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai

berikut:

Kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk siam di Kabuapten

Banyuwangi umumnya tergolong tidak sesuai (N) , yaitu sekitar

308.176 hektar atau 53,09 persen dari total luas wilayah. Kelas

sangat sesuai (S1) mecapai luasan 198.275 hektar atau 34,16

persen, cukup sesuai (S2) hanya 6.102 hektar atau 1,05 persen, dan

sesuai marjinal (S3) 67.886 hektar atau 11,70 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman manggis menunjukkan, bahwa

sebagian besar lahan tergolong tidak sesuai (N) yakni sekitar

479.321 hektar atau 82,58 persen dari total wilayah. Sedangkan

sangat sesuai (S1) hanya mencapai luasan 10.228 hektar (1,76

persen), cukup sesuai (S2) 12.215 hektar atau 2,10 persen, dan

sesuai marjinal (S3) seluias 78.675 hektar (13,55 persen)

Kesesuaian lahan untuk tanaman durian umumnya tergolong tidak

sesuai (N) , yaitu sekitar 479.321 hektar atau 82,58 persen dari

total luas Kabupaten Banyuwangi. Kelas sangat sesuai (S1)

mecapai luasan 10.228 hektar atau 1,76 persen, cukup sesuai hanya

12.215 hektar atau 2,10 persen, dan sesuai marjinal 78.675 hektar

atau 13,55 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman mangga sebagian besar lahan

tergolong tidak sesuai (N) yakni sekitar 297.296 hektar atau 51,22

persen dari total wilayah. Sedangkan yang tergolong sangat sesuai

(S1) mencapai luasan 9.573 hektar (1,65 persen), cukup sesuai (S2)

202.465 hektar (34,88 persen), dan sesuai marjinal (S3) seluas

71.104 hektar (12,25 persen)

Kesesuaian lahan untuk tanaman pisang umumnya tergolong tidak

sesuai (N) , yaitu sekitar 296.836 hektar atau 51,14 persen dari

total luas wilayah. Kelas sangat sesuai (S1) mecapai luasan

182.405 hektar atau 31,43 persen, cukup sesuai hanya 31.638

Page 11: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

hektar atau 5,45 persen, dan sesuai marjinal 69.559 hektar atau

11,98 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman Rambutan umumnya tergolong

tidak sesuai (N) , yaitu sekitar 495.175 hektar atau 85,31 persen

dari total luas Kabupaten Banyuwangi. Kelas sangat sesuai

mecapai luasan 4.431 hektar atau 0,76 persen, cukup sesuai hanya

17.818 hektar atau 3,07 persen, dan sesuai marjinal 63.015 hektar

atau 10,86 persen

9. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan perkebunan

di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Kesesuaian lahan untuk kelapa umumnya tergolong tidak sesuai

(N) sekitar 299.330 hektar atau 51,57 persen dari total wilayah.

Sedangkan yang tergolong sangat sesuai (S1) mencapai 198.275

hektar atau 34,16 persen, cukup sesuai (S2) seluas 7.132 ha atau

1,23 persen, dan sesuai marginal (S3) seluas 75.702 hektar atau

13,04 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman tebu umumnya tergolong tidak

sesuai (N), yaitu sekitar 317.652 hektar atau 54,73 persen dari total

luas wilayah. Sedangkan sangat sesuai mecapai luasan 196.574

hektar atau 33,87 persen, cukup sesuai seluas 17.531 hektar atau

3,02 persen, dan sesuai marjinal 48.682 hektar atau 8,39 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman vanili umumnya tergolong tidak

sesuai (N) , yaitu sekitar 496.716 hektar atau 85,58 persen dari

total luas wilayah. Kelas sangat sesuai hanya mecapai luasan

12.964 hektar atau 2,23 persen, cukup sesuai hanya 9.980 hektar

atau 1,72 persen, dan sesuai marjinal 60.780 hektar atau 10,47

persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman kopi di Kabuapten Banyuwangi

sebagian besar tergolong tidak sesuai (N) , yaitu sekitar 489.839

hektar atau 84,39 persen dari total luas Kabupaten Banyuwangi.

Kelas sangat sesuai mecapai luasan 12.964 hektar atau 2,23 persen,

Page 12: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

cukup sesuai seluas 16.665 hektar atau 2,87 persen, dan sesuai

marjinal 60.971 hektar atau 10,50 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh sebagian besar tergolong

tidak sesuai (N) yakni sekitar 495.792 hektar atau 85,42 persen dari

total wilayah. Sedangkan yang tergolong sangat sesuai (S1) seluas

10.708 hektar atau 1,84 persen, cukup sesuai (S2) seluas 12.860

hektar atau 2,22 persen, dan sesuai marginal (S3) seluas 61.079

hektar atau 10,52 persen

Kesesuaian lahan untuk tanaman kakao sebagian besar lahan

tergolong tidak sesuai (N) yakni sekitar 489.839 hektar atau 84,39

persen dari total wilayah Kabupaten. Sedangkan yang tergolong

sangat sesuai (S1) hanya 12.964 ha (2,23 persen), cukup sesuai

(S2) seluas 16.665 ha atau 2,87persen, dan sesuai marjinal (S3)

60.971 ha (10,50 persen)

10. Hasil evaluasi pewilayahan komoditas unggulan pangan, hortikultura,

dan perkebunan di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Wilayah Kabupaten Banyuwangi seluas 294.529 hektar atau lebih

dari 50 persen masuk dalam wilayah yang tidak berpotensi untuk

pengembangan komoditas pangan. Sedangkan lahan yang

berpotensi untuk wilayah pengembangan komoditas pangan

mencapai sekitar 49 persen dari 580.438 hektar total wilayah.

Sebagian besar wilayah yang berpotensi didominasi oleh lahan

lahan berpotensi tinggi untuk dikembangkan 4 komoditas unggulan

pangan, yaitu mencapai luasan 202.312 hektar atau 34,86 persen

dari total wilayah. Hal tersebut mengindikasikan, bahwa kabupaten

Banyuwangi sangat potensial sebagai sentra pengembangan

komoditas unggulan pangan, yaitu padi, jagung, kedelai dan

kacang hijau.

Kabupaten Banyuwangi seluas 248.310 hektar atau lebih dari 42,78

persen masuk dalam wilayah yang tidak berpotensi untuk

pengembangan komoditas unggulan hortikultura. Sedangkan lahan

Page 13: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

yang berpotensi mencapai sekitar 57 persen dari 580.438 hektar

total wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayah

yang berpotensi didominasi oleh lahan-lahan berpotensi sedang-

tinggi untuk 3 komoditas buah-buahan, yaitu mencapai luasan

197.040 hektar atau 33,95 persen dari total wilayah. Hal tersebut

mengindikasikan, bahwa perlu adanya skala prioritas

pengembangan dari 6 komoditas unggulan buah-buahan yang

dievaluasi.

Kabupaten Banyuwangi seluas 276.236 hektar atau lebih dari 47,59

persen masuk dalam wilayah yang tidak berpotensi (TD) untuk

pengembangan komoditas unggulan perkebunan. Sedangkan lahan

yang berpotensi mencapai sekitar 52 persen dari 580.438 hektar

total wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayah

yang berpotensi didominasi oleh lahan-lahan berpotensi untuk 2

komoditas perkebunan (E1), yaitu mencapai luasan 191.302 hektar

atau 32,96 persen dari total wilayah. Wilayah lainnya pada

umumnya mempunyai potensi rendah sampai sedang untuk

kombinasi komoditas unggulan perkebunan. Hal tersebut

mengindikasikan perlu adanya skala prioritas pengembangan dari 6

komoditas unggulan perkebunan yang dievaluasi.

Page 14: ZONASI PERTANIAN DAN KESESUAIAN LAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Zonasi Pertanian dan Kesesuaian Lahan. http://bappeda.banyuwangikab.go.id/studi-dan-kajian/zonasi-pertanian-dan-kesesuaian-lahan.html. Diakses: 10 Maret 2011; 20.16 WIB

Ritung S, Wahyunto, Agus F, dan Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.