Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao
-
Upload
nur-fitri-indah-kumalasari -
Category
Documents
-
view
176 -
download
9
Transcript of Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERKEBUNAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L.)
Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan
Kelompok 8
Annisa Fainnaka 38383Nur Fitri Indah K 37688Pasha Grata P 37959Siti Utari 37790Zamia Rizka F 37756
Program Studi Perencanaan Wilayah dan KotaJurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas TeknikUniversitas Gadjah Mada
2013
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi. Tanaman yang
merupakan bahan baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun. Karena itulah banyak petani
kepincut membudidayakannya. Kakao atau Theobroma cacao L., merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Tanaman ini
termasuk golongan tumbuhan tropis. Tanaman penghasil biji kakao ini berasal dari daerah
hutan tropis di Amerika Selatan. Di habitat asalnya, kakao biasa tumbuh di bagian hutan hujan
tropis yang terlindung di bawah pohon-pohon besar.
Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia hingga saat ini.
Tahun 2009 produksi biji kakao mencapai 849.875 ton per tahun. Produsen terbesar kakao di
dunia ditempati Pantai Gading sebesar 1,3 juta ton sementara Ghana sebanyak 750.000 ton.
Produksi ini dihasilkan dari perkebunan rakyat, perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), perkebunan swasta, serta perkebunan rakyat. Luas perkebunan kakao yang dimiliki
masyarakat sekitar 92,7 persen dari luas total perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2009
yang mencapai 1.592.982 Ha.
Luas perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat sepanjang 5 tahun terakhir. Pada
tahun 2007 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1379279 Ha. Luas perkebunan ini
mengalami pertumbuhan sebesar 6.8 persen menjadi 1473259 Ha. Luas perkebunan kakao
kembali bertambah menjadi 1592982 Ha atau tumbuh 8.1 persen pada tahun berikutnya.
Secara rata-rata pertumbuhan luas perkebunan kakao di Indonesia dari tahun 2006 hingga
tahun 2009 adalah 8.1 persen.Perkebunan kakao di Indonesia didominasi oleh perkebunan
rakyat yakni perkebunan yang dimiliki masyarakat. Kepemilikan perkebunan ini rata-rata per
petani sangat kecil yakni 1 Ha per petani. Luas perkebunan kakao yang dimiliki masyarakat
sekitar 92,7 persen dari luas total perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2009 yang
mencapai 1.592.982 Ha. Beberapa wilayah pengembangan lahan perkebunan kakao di
Indonesia yang potensial adalah di Kaltim, Sulteng, Sultra, Maluku, dan Papua dengan luas
sekitar 6 juta Ha.
Jenis tanaman kakao yang diusahakan di Indonesia sebagian besar adalah jenis kakao
lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Tengah. Disamping itu, juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar milik negara
di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao
yang dicananangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan seluas 70 ribu Ha, rehabilitasi
235 ribu hektare lahan kakao, intensifikasi pada 145 ribu hektare lahan, serta dan pengendalian
hama pada 450 ribu hektare lahan kakao dalam tiga tahun sejak 2009 hingga 2011.
Melihat perkembangan dan peluang bisnis kakao yang baik di Indonesia, maka perlu
diadakannya penyesuaian lahan terhadap beberapa aspek. Hal ini dilakukan agar perkebunan
kakao khususnya di Indonesia dapat berkembang secara maksimal dan dapat sesuai dengan
ketentuan lokasi peruntukannya. Untuk itulah kami akan membahas mengenai analisis
kesesuaian lahan terhadap perkebunan kakao dari beberapa aspek yang nantinya akan dibahas
satu persatu dengan menggunakan teknik overlay dengan menggunakan sisten informasi
geografis menggunakan ArcGIS dalam paper ini.
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian Analisis Kesesuaian Lahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup
dalam Penataan Ruang Wilayah, kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu
hamparan lahan untuk pemanfaatan ruang tertentu dan kemampuan lahan
adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase,
dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan
pada suatu hamparan lahan. Kriteria utama dari kesesuaian lahan berupa
keberlanjutan kehidupan. Pada dasarnya, kesesuaian lahan itu ada dua yaitu
kesesuaian lahan aktual yang berdasar pada kondisi saat ini dan kesesuaian
lahan potensial yang menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai
setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan.
Analisis terhadap kesesuaian lahan diperlukan untuk mengenali
ketersediaan sumber daya alam dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan kawasan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan
ekosistem. Analisis terhadap kesesuaian lahan atas fisik dan lingkungan menjadi
masukan dalam penyusunan rencana tata ruang maupun dalam penyusunan
rencana pengembangan wilayah atau kawasan berupa rencana tindak, rencana
investasi, dan lain-lain. Analisis ini menjadi masukan karena memberikan
gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah atau kawasan. Berdasarkan
Peraturan Menteri PU Nomor 20 Tahun 2007 tentang Teknik Analisis Aspek
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang, data-data yang dibutuhkan dalam analisis fisik lingkungan dan
kesesuaian lahan ini di antaranya adalah data:
Klimatologi
Data klimatologi itu terdiri dari: curah hujan, hari hujan, intensitas hujan,
temperatur rata-rata, kelembaban relatif, kecepatan dan arah angin, dan
lama penyinaran (durasi) matahari.
Topografi
Data topografi itu merupakan peta topografi dengan skala terbesar yang
tersedia yang dapat diperoleh dari instansi: Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Pertanahan Nasonal (BPN),
Direktorat Topografi – TNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi
dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
serta intansi lainnya yang terkait. Peta-peta topografi yang didapat
tersebut akan menghasilkan peta turunan berupa peta morfologi dan peta
kemiringan lereng/lahan.
Geologi
Data yang terkait dengan data geologi berupa data fisiografi daerah yang
memperlihatkan gambaran umum kondisi fisik secara regional baik
menyangkut morfologi, pola pembentukannya, pola aliran sungai, serta
kondisi litologi dan struktur geologi secara umum. Data geologi yang
diperlukan dalam analisis adalah data geologi umum (statigrafi dan
uraian litologinya, struktur geologi, serta penampang-penampang
geologi), data geologi wilayah (rincian dari data geologi umum berupa
rincian karakteristik litologi, statigrafi, dan struktur geologinya), dan data
geologi permukaan (peta geologi permukaan yang memuat sebaran
lateral tanah/batu yang diperoleh melalui penelitian lapangan).
Hidrologi
Data hidrologi terkait atas data air permukaan dan data air tanah. Data air
permukaan adalah peta air permukaan dan mengikuti besaran serta debit
masing-masing jenis sumber air (mata air, sungai, danau, dan rawa)
sehingga dapat diketahui besaran potensi air permukaan. Sementara itu
data air tanah dibagi menjadi dua yaitu data air tanah dangkal (data yang
berupa kedalaman sumur-sumur penduduk yang dikaitkan dengan fisik
tanah dan batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air dan kemudian
diuji mutunya dalam laboratorium) dan data air dalam (data yang
diperoleh dari penelitian hidrogeologi yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Sumber Daya Mineral / Bahan Galian
Data sumer daya mineral / bahan galian yang terkait adalah peta
persebaran potensi bahan galian golongan C berupa batu, pasir, dan tanah
urug yang didapat dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Bencana Alam
Data yang terkait dengan data bencana alam berupa peta masing-masing
jenis bencana alam.
Penggunaan Lahan
Penyajian data terkait penggunaan lahan berupa peta penggunaan
lahan/tata guna lahan dan tabel luas penggunaan lahan.
Kemudian dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk suatu tanaman dapat dievaluasi
dan diklasifikasikan dalam kategori sesuai (S) atau tidak sesuai (N). Lahan yang sesuai dapat
dibedakan menjadi S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (kurang sesuai).
II. MENGENAL TANAMAN KAKAO
A. Sistematika Tanaman Kakao Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae
yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman
ini sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angioospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L
B. Karakteristik Tanaman Kakao
Tanaman kakao merupakan tanaman yang cocok tumbuh di daerah tropis
dengan suhu harian yang baik 24-28o C dan ideal kelembaban 80% atau 6-7 pH.
Tanaman kakao tumbuh subur di ketinggian 1-600 mdpl meskipun terkadang sampai
ketiggian 900 meter di atas permukaan laut masih bisa tumbuh. Tanaman kakao dalam
pertumbuhannya memerlukan kondisi tanah dengan kandungan organ yang cukup,
lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik
seperti struktur tanah yang gembur, dan sistem drainase yang baik. Menurut
Situmorang (1973), struktur tanah yang gembur membantu tumbuh kembang akar
tanaman kakao agar tidak terhambat karena 80% perakaran tanaman kakao berada
sepanjang 15 cm di permukaan tanah. Tanaman kakao membutuhkan curah hujan 1600-
3000 mm per tahun dan tidak tahan dengan musim kemarau yang berkepanjangan.
Penyerbukan bunga kakao dibantu oleh serangga Farcipomiya spp yang berbunga tidak
mengenal musim karena tanaman ini berbunga sepanjang tahun. Jumlah bunga kakao
yang dihasilkan sebanyak 500-12000 bunga per pohon tiap tahunnya dengan
menghasilkan buah sebanyak 1%. Dunia perkebunan mengenal tanaman kakao ada dua
jenis yaitu kakao edel atau kakao mulia dan kakao lindak. Kakao edel memiliki
keunggulan dalam aroma dan cita rasa serta biasanya dikelola dan diusahakan oleh
perkebunan yang besar. Sementara itu kakao lindak merupakan tanaman kakao yang
cenderung memiliki produktivitas yang tinggi serta relatif mudah dibudidayakan dan
dikelola oleh perkebunan rakyat dan petani.
Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman budidaya dengan prospek yang
menjanjikan. Penerapan kultur teknis yang baku dapat meningkatkan produktivitas
tanaman kakao yaitu dengan cara penggunaan bahan tanam unggul, pemangkasan,
pengendalian hama penyakit, dan pemupukan. Sementara itu, pada tanaman kakao yang
kurang produktif, upaya peningkatan produksi dapat dilakukan melalui rehabilitasi
tanaman dengan teknik tanpa melakukan pembongkaran untuk tanam ulang.
Peningkatan pendapatan perkebunan dapat diterapkan melalui verifikasi usaha tani
melalui tumpang sari dengan tanaman tahunan lain yang kompatibel (cocok). Semua ini
kembali lagi kepada produktivitas perkebunan di mana tanaman kakao dalam
perkembangbiakannya membutuhkan besar lahan sehingga diperlukan analisis
kebutuhan dan kesesuaian lahan perkebunan kakao yang memiliki karakteristik khusus.
Kakao Mulia (Edel)
Kakao Lindak
PEMBAHASAN
I. Langkah Analisis Kesesuaian lahan
Dalam menentukan kesesuaian lahan untuk perkebunan kakao, kita memerlukan beberapa data untuk analisis yaitu data curah hujan, data kelerengan dan data jenis tanah selain itu kita juga perlu memperhatikan kondisi drainase, PH tanah dan juga kepekaan terhadap erosi
Diagram Tahapan Overlay Kesesuaian Lahan
1. Menyiapkan peta yang merupakan variabel kesesuaian lahan, antara lain :
Curah hujan
Untuk mengetahui intensitas hujan di suatu lahan dan bagaimana pengaruhnya.
Menyiapkan PetaMelakukan Analisa
Skoring pada masing-masing peta
Overlay Menentukan Skor Peruntukan Lahan
Menetapkan peruntukan lahan
Kelerengan lahan
Untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu lahan terhadap bencana.
Jenis tanah
Untuk mengetahui lahan tersebut lebih cocok dimanfaatkan untuk apa dilihat
dari jenis tanahnya.
Drainase
Texture tanah
Ketahanan erosi
2. Melakukan analisa skoring dari variabel kesesuaian lahan menurut SK MENTAN
837/KPTS/UM/1980, sesuai dengan tabel berikut :
Variabel Nilai Rentang Variabel Kategori Bobot
1. KelerenganKelas
Lereng
Derajad Lereng
(%)
1 0 – 8 Datar 5
2 8 – 15 Landai 4
3 15 – 25 Agak Curam 3
4 25 – 40 Curam 2
> 40 Sangat Curam 1
2. Kepekaan
Terhadap Erosi
Kelas
TanahJenis Tanah
1
Aluvial, Clay,
Planosol,
Hidromorf kelabu,
Laterite air tanah
Tidak Peka 5
2 Latosol Agak Peka 4
3
Brown forest Soil,
Non Calsit Brown,
Mediteran
Kurang Peka 3
4
Andosol, Laterite,
Grumosol,
Podsolik, Podsol
Peka 2
5
Regosol, Litosol,
Organosol,
Renzina
Sangat Peka 1
3. Intensitas
Hujan
Kelas
Int.
Hujan
Intensitas Hujan
(mm/hari hujan)
1 =< 13,5 Sangat Rendah 5
2 13,6 – 20,7 Rendah 4
3 20,7 – 27,7 Sedang 3
4 27,7 – 34,8 Tinggi 2
5 > 34,8 Sangat Tinggi 1
4 DrainaseKelas
drainase
1 pengatusan sangat baik
5
2 Pengatusan baik 4 4
3 Pengatusan sedang 3
4 Pengatusan jelek 2
5 Pegatusan sangat jelek 1
5 Tekstur tanahKelas
Texture
1 Geluh 5
2 Geluh berpasir 4
3 Geluh Berlempung 3
4 Lempung berpasir 2
5 Lempung, pasir 1
6. Bahaya erosi
1 Sangat rendah 5
2 rendah 4
3 sedang 3
4 berat 2
5 Sangat berat 1
Skoring Curah Hujan
Skoring Jenis Tanah
Skoring Kelerengan
Skoring drainase
Skoring texture tanah
Skoring ketahanan erosi
3 Melakukan overlay
Setelah dilakukan skoring maka kita akan menghitung skor total dari masing-
masing data yang kita punya yang kemudian menjadi dasar penentuan tingkat
kesesuaian lahan untuk perkebunan kakao . penghitungan skor total tersebut dengan
menggunakan teknik overlay yang merupakan tahapan dimana semua peta di di
gabungkan menjadi satu. Langkah- langkah overlay bila menggunakan arcgis adalah
dengan mengklik Arctoolbox-pilih analyst tools- pilih overlay- pilih intersect.
Kemudian muncul input feature. Masukan semua data yang ada kemudian pilih folder
yang menjadi tempat keluaran peta, lalu klik ok.
Hasil overlay untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk perkebunan kakao. Dengan melakukan penjumlahan skor pada masing-masing variabel
HASIL OVERLAY
Bedasarkan total skor masing-masing variabel
Hasil overlay yang lebih detail sesuai klasifikasi lokasi yang cocok untuk perkebunan tanaman kakao
Berdasarkan hasil overlay kita dapat menentukan lokasi mana yang cocok untuk perkebunan tanaman kakao dengan mencocokan pada tabel klasifikasi di bawah ini :
Tabel klasifikasi untuk kesesuaian lahan tanaman kakao
Kelas Kesesuaian untuk perkebunan kakao Harkat dari seluruh parameter
I (S1, S2) Sangat baik hingga baik, lahan sangat sesuai untuk perkebunan kakao
>25
II (S3) Sedang, lahan mempunyai beberapa faktor penghambat non permanen
20-24
III (N) Jelek hingga sangat jelek, lahan memiliki <15-19
banyak faktor penghambat atau beberapa faktor penghambat mutlak dan permanen
Lahan yang cocok atau sesuai untuk tanaman kakao adalah daerah yang berwarna kuning karena faktor penghambatnya sangat sedikit/ tidak begitu mempegaruhi pertumbuhan tanaman kakao sehingga sangat cocok untuk tanaman kakao
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi.
Tanaman yang merupakan bahan baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun.
Karena itulah banyak petani kepincut membudidayakannya. Kakao atau Theobroma
cacao L., merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cocok dengan kultur
tanah dan iklim di Indonesia. Agar dapat tumbuh dengan optimal maka perlu
dilakukan penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kakao ini dimana kita perlu
memperhatikan data curah hujan, data kelerengan dan data jenis tanah selain itu
kita juga perlu memperhatikan kondisi drainase, PH tanah dan juga kepekaan
terhadap erosi. Kemudian data tersebut kita gunakan untuk melakukan analisis
kesesuaian lahan menggunakan teknik overlay menggunakan banuan software
arcgis. Setelah itu kita dapat lokasi yang sesuai untuk perkebunan kakao tersebut.
II. SARAN
Analisis kesesuaian lahan harus selalu dilakukan agar kita dapat mengetahui
lokasi yang cocok untuk sebuah kegiatan yang kita inginkan
Data yang kita gunakan haruslah data yang valid sehingga informasi yang
dihasilkan akan sesuai dengan kebutuhan perencanaan
Lampiran 5. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman PerkebunanPersyaratan
Kelas kesesuaian
Jenis Tanaman Perkebunan
penggunaan/ lahankarakteristik
Kopi arabika(coffea arabica)
Kopi robusta(coffea canephora)
Kelapa(cocos nicifera L.)
Kelapa sawit (Elaeis guinensis
Karet(Hevea brassiliensis
cacao(Theobroma
lahan(1) (2) (3) (4)
(5) (6) M.A.)(7)
cacao L.)(8)
Temperatur S1 16–22 22 – 25 25 – 28 25 – 28 26 - 30 25 – 28rerata (°C) S2 15-16 - 28 – 32 22 – 25 30 – 34 20 – 25
22-24 25 – 28 23 – 25 28 – 32 24 - 26 28 - 32S3 14-15 19-22 32 – 35 20 – 22 - -
24-26 28 – 32 20 - 23 32 – 35 22 - 24 32 – 35N <14 <19 > 35 < 20 > 34 > 35
>26 > 32 < 20 > 35 < 22Curah hujan S1 1.200-1.800 2.000-3.000 2.000 -3.000 1.700-2.500 2.500-3.000 1.500-2.500(mm) S2 1.000-1.200
1.800-2.0001.750-2.0003.000-3.500
1.300-2.000 1.450-1.7002.500-3.500
2.000-2.5003.000-3.500
-2.500-3.000
S3 2.000-3.000 1.500-1.750 1.000 - 1.300 1.250-1.450 1.500-2.000 1.250-1.500800 - 1.000 3.500-4.000 3.500-4.000 3.500-4.000 3.000-4.000
N >3.000 <1.500 < 1.000 < 1.250 <1.500 < 1.250< 800 >4.000 > 4.000 > 4.000 > 4.000
Drainase S1 baik baik baik, sedang baik, sedang baik baik, sedangS2 sedang Sedang agak terhambat agak terhambat sedang agak terhambatS3 agak terhambat, agak agak terhambat, agak terhambat, terhambat, agak terhambat, terhambat,
cepat Cepat agak cepat agak cepat terhambat agak cepatN terhambat, sangat terhambat, sangat sangat terhambat, sangat terhambat, sangat terhambat, sangat terhambat,
terhambat, cepat terhambat, cepat cepat cepat cepat cepatTekstur S1 halus, agak halus,
sedanghalus, agak halus, sedang
halus, agak halus, halus, agak halus, halus, agak halus, halus, agak halus,sedang sedang sedang sedang
S2 - - agak kasar - - -S3 agak kasar agak kasar sangat halus agak kasar agak kasar agak kasarN kasar, sangat halus kasar, sangat halus kasar Kasar kasar kasar
Kedalaman S1 > 100 > 100 > 100 > 100 > 100 > 100tanah (cm) S2 75 – 100 75 – 100 75 - 100 75 - 100 75 - 100 75 - 100
S3 50 – 75 50 – 75 50 – 75 50 – 75 50 – 75 50 – 75N < 50 < 50 < 50 < 50 < 50 < 50
Lanjutan Lampiran 5.
(1) (2)Jenis Tanaman
Perkebunan(3) (4) (5) (6) (7) (8)
Kejenuhan
S1S2
> 5035 – 50
> 20≤ 20
> 20≤ 20
> 20≤ 20
< 3535 - 50
> 3520 – 35
S3 < 35 - - - > 50 < 20N - - - - - -S1 5,6 - 6,6 5,3 - 6,0 5,2 - 7,5 5,0 - 6,5 5,0 - 6,0 6,0 - 7,0
pH H2O S2 6,6 - 7,3 6,0 - 6,5 4,8 - 5,2 4,2 - 5,0 6,0 - 6,5 5,5 - 6,05,0 - 5,3 7,5 - 8,0 6,5 - 7,0 4,5 - 5,0 7,0 - 7,6
S3 < 5,5 > 6,5 < 4,8 < 4,2 > 6,5 <5,5>7,4 < 5,3 > 8,0 > 7,0 < 4,5 > 7,6
N - - - - - -C-organik (%) S1 > 1,2 > 0,8 > 0,8 > 0,8 > 0,8 > 1,5
S2 0,8 - 1,2 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8 0,8 - 1,5S3 < 0,8 - - - - < 0,8N - - - - - -S1 < 8 < 8 < 8 < 8 < 8 < 8
Lereng (%) S2 8 - 16 8 - 16 8 – 16 8 – 16 8 – 16 8 – 16S3 16-30 16-30; 16-50 16 – 30 16 – 30 16 – 30 16 – 30
16-50 16 - 45N > 30 > 30; > 50 > 30 > 30 > 30 > 30
> 50 > 45Bahaya erosi S1 sangat rendah sangat rendah sangat rendah Sangat rendah sangat rendah sangat rendah
S2 rendah- sedang rendah- sedang rendah- sedang Rendah- sedang rendah- sedang rendah- sedangS3 berat berat berat Berat berat beratN sangat berat sangat berat sangat berat Sangat berat sangat berat sangat berat
DAFTAR PUSTAKA
http://www.smecda.com/Files/Budidaya/pengemb&pengolahan_kakao.pdf
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8345/Hermantoro%20_Lengkap_.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29237/1/Appendix.pdf
http://www.worldagroforestry.org/downloads/publications/PDFs/mn15224.pdf