Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

26
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERKEBUNAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L.) Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan Kelompok 8 Annisa Fainnaka 38383 Nur Fitri Indah K 37688 Pasha Grata P 37959 Siti Utari 37790 Zamia Rizka F 37756 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik

Transcript of Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Page 1: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERKEBUNAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L.)

Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan

Kelompok 8

Annisa Fainnaka 38383Nur Fitri Indah K 37688Pasha Grata P 37959Siti Utari 37790Zamia Rizka F 37756

Program Studi Perencanaan Wilayah dan KotaJurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Fakultas TeknikUniversitas Gadjah Mada

2013

Page 2: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi. Tanaman yang

merupakan bahan baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun. Karena itulah banyak petani

kepincut membudidayakannya. Kakao atau Theobroma cacao L., merupakan salah satu

komoditas perkebunan yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Tanaman ini

termasuk golongan tumbuhan tropis. Tanaman penghasil biji kakao ini berasal dari daerah

hutan tropis di Amerika Selatan. Di habitat asalnya, kakao biasa tumbuh di bagian hutan hujan

tropis yang terlindung di bawah pohon-pohon besar.

Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia hingga saat ini.

Tahun 2009 produksi biji kakao mencapai 849.875 ton per tahun. Produsen terbesar kakao di

dunia ditempati Pantai Gading sebesar 1,3 juta ton sementara Ghana sebanyak 750.000 ton.

Produksi ini dihasilkan dari perkebunan rakyat, perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), perkebunan swasta, serta perkebunan rakyat. Luas perkebunan kakao yang dimiliki

masyarakat sekitar 92,7 persen dari luas total perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2009

yang mencapai 1.592.982 Ha.

Luas perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat sepanjang 5 tahun terakhir.  Pada

tahun 2007 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1379279 Ha. Luas perkebunan ini

mengalami pertumbuhan sebesar 6.8 persen menjadi 1473259 Ha. Luas perkebunan kakao

kembali bertambah menjadi 1592982 Ha atau tumbuh 8.1 persen pada tahun berikutnya.

Secara rata-rata pertumbuhan luas perkebunan kakao di Indonesia dari tahun 2006 hingga

tahun 2009 adalah 8.1 persen.Perkebunan kakao di Indonesia didominasi oleh perkebunan

rakyat yakni perkebunan yang dimiliki masyarakat. Kepemilikan perkebunan ini rata-rata per

petani sangat kecil yakni 1 Ha per petani. Luas perkebunan kakao yang dimiliki masyarakat

sekitar 92,7 persen dari luas total perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2009 yang

mencapai 1.592.982 Ha. Beberapa wilayah pengembangan lahan perkebunan kakao di

Indonesia yang potensial adalah di Kaltim, Sulteng, Sultra, Maluku, dan Papua dengan luas

sekitar 6 juta Ha.

Jenis tanaman kakao yang diusahakan di Indonesia sebagian besar adalah jenis kakao

lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi

Tengah. Disamping itu, juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar milik negara

di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao

yang dicananangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan seluas 70 ribu Ha, rehabilitasi

235 ribu hektare lahan kakao, intensifikasi pada 145 ribu hektare lahan, serta dan pengendalian

hama pada 450 ribu hektare lahan kakao dalam tiga tahun sejak 2009 hingga 2011.

Page 3: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Melihat perkembangan dan peluang bisnis kakao yang baik di Indonesia, maka perlu

diadakannya penyesuaian lahan terhadap beberapa aspek. Hal ini dilakukan agar perkebunan

kakao khususnya di Indonesia dapat berkembang secara maksimal dan dapat sesuai dengan

ketentuan lokasi peruntukannya. Untuk itulah kami akan membahas mengenai analisis

kesesuaian lahan terhadap perkebunan kakao dari beberapa aspek yang nantinya akan dibahas

satu persatu dengan menggunakan teknik overlay dengan menggunakan sisten informasi

geografis menggunakan ArcGIS dalam paper ini.

Page 4: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Analisis Kesesuaian Lahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17

Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup

dalam Penataan Ruang Wilayah, kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu

hamparan lahan untuk pemanfaatan ruang tertentu dan kemampuan lahan

adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase,

dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan

pada suatu hamparan lahan. Kriteria utama dari kesesuaian lahan berupa

keberlanjutan kehidupan. Pada dasarnya, kesesuaian lahan itu ada dua yaitu

kesesuaian lahan aktual yang berdasar pada kondisi saat ini dan kesesuaian

lahan potensial yang menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai

setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan.

Analisis terhadap kesesuaian lahan diperlukan untuk mengenali

ketersediaan sumber daya alam dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian

lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan kawasan dapat

dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan

ekosistem. Analisis terhadap kesesuaian lahan atas fisik dan lingkungan menjadi

masukan dalam penyusunan rencana tata ruang maupun dalam penyusunan

rencana pengembangan wilayah atau kawasan berupa rencana tindak, rencana

investasi, dan lain-lain. Analisis ini menjadi masukan karena memberikan

gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah atau kawasan. Berdasarkan

Peraturan Menteri PU Nomor 20 Tahun 2007 tentang Teknik Analisis Aspek

Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana

Tata Ruang, data-data yang dibutuhkan dalam analisis fisik lingkungan dan

kesesuaian lahan ini di antaranya adalah data:

Klimatologi

Data klimatologi itu terdiri dari: curah hujan, hari hujan, intensitas hujan,

temperatur rata-rata, kelembaban relatif, kecepatan dan arah angin, dan

lama penyinaran (durasi) matahari.

Topografi

Data topografi itu merupakan peta topografi dengan skala terbesar yang

tersedia yang dapat diperoleh dari instansi: Badan Koordinasi Survei dan

Page 5: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Pertanahan Nasonal (BPN),

Direktorat Topografi – TNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi

dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,

serta intansi lainnya yang terkait. Peta-peta topografi yang didapat

tersebut akan menghasilkan peta turunan berupa peta morfologi dan peta

kemiringan lereng/lahan.

Geologi

Data yang terkait dengan data geologi berupa data fisiografi daerah yang

memperlihatkan gambaran umum kondisi fisik secara regional baik

menyangkut morfologi, pola pembentukannya, pola aliran sungai, serta

kondisi litologi dan struktur geologi secara umum. Data geologi yang

diperlukan dalam analisis adalah data geologi umum (statigrafi dan

uraian litologinya, struktur geologi, serta penampang-penampang

geologi), data geologi wilayah (rincian dari data geologi umum berupa

rincian karakteristik litologi, statigrafi, dan struktur geologinya), dan data

geologi permukaan (peta geologi permukaan yang memuat sebaran

lateral tanah/batu yang diperoleh melalui penelitian lapangan).

Hidrologi

Data hidrologi terkait atas data air permukaan dan data air tanah. Data air

permukaan adalah peta air permukaan dan mengikuti besaran serta debit

masing-masing jenis sumber air (mata air, sungai, danau, dan rawa)

sehingga dapat diketahui besaran potensi air permukaan. Sementara itu

data air tanah dibagi menjadi dua yaitu data air tanah dangkal (data yang

berupa kedalaman sumur-sumur penduduk yang dikaitkan dengan fisik

tanah dan batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air dan kemudian

diuji mutunya dalam laboratorium) dan data air dalam (data yang

diperoleh dari penelitian hidrogeologi yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral.

Sumber Daya Mineral / Bahan Galian

Data sumer daya mineral / bahan galian yang terkait adalah peta

persebaran potensi bahan galian golongan C berupa batu, pasir, dan tanah

urug yang didapat dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Bencana Alam

Data yang terkait dengan data bencana alam berupa peta masing-masing

jenis bencana alam.

Page 6: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Penggunaan Lahan

Penyajian data terkait penggunaan lahan berupa peta penggunaan

lahan/tata guna lahan dan tabel luas penggunaan lahan.

Kemudian dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk suatu tanaman dapat dievaluasi

dan diklasifikasikan dalam kategori sesuai (S) atau tidak sesuai (N). Lahan yang sesuai dapat 

dibedakan menjadi S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (kurang sesuai).

II. MENGENAL TANAMAN KAKAO

A. Sistematika Tanaman Kakao Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae

yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman

ini sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angioospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L

B. Karakteristik Tanaman Kakao

Tanaman kakao merupakan tanaman yang cocok tumbuh di daerah tropis

dengan suhu harian yang baik 24-28o C dan ideal kelembaban 80% atau 6-7 pH.

Tanaman kakao tumbuh subur di ketinggian 1-600 mdpl meskipun terkadang sampai

ketiggian 900 meter di atas permukaan laut masih bisa tumbuh. Tanaman kakao dalam

pertumbuhannya memerlukan kondisi tanah dengan kandungan organ yang cukup,

lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik

seperti struktur tanah yang gembur, dan sistem drainase yang baik. Menurut

Situmorang (1973), struktur tanah yang gembur membantu tumbuh kembang akar

tanaman kakao agar tidak terhambat karena 80% perakaran tanaman kakao berada

sepanjang 15 cm di permukaan tanah. Tanaman kakao membutuhkan curah hujan 1600-

3000 mm per tahun dan tidak tahan dengan musim kemarau yang berkepanjangan.

Penyerbukan bunga kakao dibantu oleh serangga Farcipomiya spp yang berbunga tidak

mengenal musim karena tanaman ini berbunga sepanjang tahun. Jumlah bunga kakao

yang dihasilkan sebanyak 500-12000 bunga per pohon tiap tahunnya dengan

menghasilkan buah sebanyak 1%. Dunia perkebunan mengenal tanaman kakao ada dua

jenis yaitu kakao edel atau kakao mulia dan kakao lindak. Kakao edel memiliki

Page 7: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

keunggulan dalam aroma dan cita rasa serta biasanya dikelola dan diusahakan oleh

perkebunan yang besar. Sementara itu kakao lindak merupakan tanaman kakao yang

cenderung memiliki produktivitas yang tinggi serta relatif mudah dibudidayakan dan

dikelola oleh perkebunan rakyat dan petani.

Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman budidaya dengan prospek yang

menjanjikan. Penerapan kultur teknis yang baku dapat meningkatkan produktivitas

tanaman kakao yaitu dengan cara penggunaan bahan tanam unggul, pemangkasan,

pengendalian hama penyakit, dan pemupukan. Sementara itu, pada tanaman kakao yang

kurang produktif, upaya peningkatan produksi dapat dilakukan melalui rehabilitasi

tanaman dengan teknik tanpa melakukan pembongkaran untuk tanam ulang.

Peningkatan pendapatan perkebunan dapat diterapkan melalui verifikasi usaha tani

melalui tumpang sari dengan tanaman tahunan lain yang kompatibel (cocok). Semua ini

kembali lagi kepada produktivitas perkebunan di mana tanaman kakao dalam

perkembangbiakannya membutuhkan besar lahan sehingga diperlukan analisis

kebutuhan dan kesesuaian lahan perkebunan kakao yang memiliki karakteristik khusus.

Kakao Mulia (Edel)

Kakao Lindak

Page 8: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

PEMBAHASAN

I. Langkah Analisis Kesesuaian lahan

Dalam menentukan kesesuaian lahan untuk perkebunan kakao, kita memerlukan beberapa data untuk analisis yaitu data curah hujan, data kelerengan dan data jenis tanah selain itu kita juga perlu memperhatikan kondisi drainase, PH tanah dan juga kepekaan terhadap erosi

Diagram Tahapan Overlay Kesesuaian Lahan

1. Menyiapkan peta yang merupakan variabel kesesuaian lahan, antara lain :

Curah hujan

Untuk mengetahui intensitas hujan di suatu lahan dan bagaimana pengaruhnya.

Menyiapkan PetaMelakukan Analisa

Skoring pada masing-masing peta

Overlay Menentukan Skor Peruntukan Lahan

Menetapkan peruntukan lahan

Page 9: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Kelerengan lahan

Untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu lahan terhadap bencana.

Jenis tanah

Untuk mengetahui lahan tersebut lebih cocok dimanfaatkan untuk apa dilihat

dari jenis tanahnya.

Page 10: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Drainase

Texture tanah

Page 11: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Ketahanan erosi

2. Melakukan analisa skoring dari variabel kesesuaian lahan menurut SK MENTAN

837/KPTS/UM/1980, sesuai dengan tabel berikut :

Variabel Nilai Rentang Variabel Kategori Bobot

1. KelerenganKelas

Lereng

Derajad Lereng

(%)

1 0 – 8 Datar 5

2 8 – 15 Landai 4

3 15 – 25 Agak Curam 3

Page 12: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

4 25 – 40 Curam 2

> 40 Sangat Curam 1

2. Kepekaan

Terhadap Erosi

Kelas

TanahJenis Tanah

1

Aluvial, Clay,

Planosol,

Hidromorf kelabu,

Laterite air tanah

Tidak Peka 5

2 Latosol Agak Peka 4

3

Brown forest Soil,

Non Calsit Brown,

Mediteran

Kurang Peka 3

4

Andosol, Laterite,

Grumosol,

Podsolik, Podsol

Peka 2

5

Regosol, Litosol,

Organosol,

Renzina

Sangat Peka 1

3. Intensitas

Hujan

Kelas

Int.

Hujan

Intensitas Hujan

(mm/hari hujan)

1 =< 13,5 Sangat Rendah 5

2 13,6 – 20,7 Rendah 4

3 20,7 – 27,7 Sedang 3

4 27,7 – 34,8 Tinggi 2

5 > 34,8 Sangat Tinggi 1

4 DrainaseKelas

drainase

1 pengatusan sangat baik

5

2 Pengatusan baik 4 4

3 Pengatusan sedang 3

4 Pengatusan jelek 2

5 Pegatusan sangat jelek 1

5 Tekstur tanahKelas

Texture

1 Geluh 5

2 Geluh berpasir 4

3 Geluh Berlempung 3

Page 13: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

4 Lempung berpasir 2

5 Lempung, pasir 1

6. Bahaya erosi

1 Sangat rendah 5

2 rendah 4

3 sedang 3

4 berat 2

5 Sangat berat 1

Skoring Curah Hujan

Skoring Jenis Tanah

Page 14: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Skoring Kelerengan

Skoring drainase

Page 15: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Skoring texture tanah

Skoring ketahanan erosi

Page 16: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

3 Melakukan overlay

Setelah dilakukan skoring maka kita akan menghitung skor total dari masing-

masing data yang kita punya yang kemudian menjadi dasar penentuan tingkat

kesesuaian lahan untuk perkebunan kakao . penghitungan skor total tersebut dengan

menggunakan teknik overlay yang merupakan tahapan dimana semua peta di di

gabungkan menjadi satu. Langkah- langkah overlay bila menggunakan arcgis adalah

dengan mengklik Arctoolbox-pilih analyst tools- pilih overlay- pilih intersect.

Kemudian muncul input feature. Masukan semua data yang ada kemudian pilih folder

yang menjadi tempat keluaran peta, lalu klik ok.

Page 17: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Hasil overlay untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk perkebunan kakao. Dengan melakukan penjumlahan skor pada masing-masing variabel

HASIL OVERLAY

Bedasarkan total skor masing-masing variabel

Page 18: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Hasil overlay yang lebih detail sesuai klasifikasi lokasi yang cocok untuk perkebunan tanaman kakao

Berdasarkan hasil overlay kita dapat menentukan lokasi mana yang cocok untuk perkebunan tanaman kakao dengan mencocokan pada tabel klasifikasi di bawah ini :

Tabel klasifikasi untuk kesesuaian lahan tanaman kakao

Kelas Kesesuaian untuk perkebunan kakao Harkat dari seluruh parameter

I (S1, S2) Sangat baik hingga baik, lahan sangat sesuai untuk perkebunan kakao

>25

II (S3) Sedang, lahan mempunyai beberapa faktor penghambat non permanen

20-24

III (N) Jelek hingga sangat jelek, lahan memiliki <15-19

Page 19: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

banyak faktor penghambat atau beberapa faktor penghambat mutlak dan permanen

Lahan yang cocok atau sesuai untuk tanaman kakao adalah daerah yang berwarna kuning karena faktor penghambatnya sangat sedikit/ tidak begitu mempegaruhi pertumbuhan tanaman kakao sehingga sangat cocok untuk tanaman kakao

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi.

Tanaman yang merupakan bahan baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun.

Karena itulah banyak petani kepincut membudidayakannya. Kakao atau Theobroma

cacao L., merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cocok dengan kultur

tanah dan iklim di Indonesia. Agar dapat tumbuh dengan optimal maka perlu

dilakukan penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kakao ini dimana kita perlu

memperhatikan data curah hujan, data kelerengan dan data jenis tanah selain itu

kita juga perlu memperhatikan kondisi drainase, PH tanah dan juga kepekaan

terhadap erosi. Kemudian data tersebut kita gunakan untuk melakukan analisis

kesesuaian lahan menggunakan teknik overlay menggunakan banuan software

arcgis. Setelah itu kita dapat lokasi yang sesuai untuk perkebunan kakao tersebut.

II. SARAN

Analisis kesesuaian lahan harus selalu dilakukan agar kita dapat mengetahui

lokasi yang cocok untuk sebuah kegiatan yang kita inginkan

Page 20: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Data yang kita gunakan haruslah data yang valid sehingga informasi yang

dihasilkan akan sesuai dengan kebutuhan perencanaan

Page 21: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Lampiran 5. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman PerkebunanPersyaratan

Kelas kesesuaian

Jenis Tanaman Perkebunan

penggunaan/ lahankarakteristik

Kopi arabika(coffea arabica)

Kopi robusta(coffea canephora)

Kelapa(cocos nicifera L.)

Kelapa sawit (Elaeis guinensis

Karet(Hevea brassiliensis

cacao(Theobroma

lahan(1) (2) (3) (4)

(5) (6) M.A.)(7)

cacao L.)(8)

Temperatur S1 16–22 22 – 25 25 – 28 25 – 28 26 - 30 25 – 28rerata (°C) S2 15-16 - 28 – 32 22 – 25 30 – 34 20 – 25

22-24 25 – 28 23 – 25 28 – 32 24 - 26 28 - 32S3 14-15 19-22 32 – 35 20 – 22 - -

24-26 28 – 32 20 - 23 32 – 35 22 - 24 32 – 35N <14 <19 > 35 < 20 > 34 > 35

>26 > 32 < 20 > 35 < 22Curah hujan S1 1.200-1.800 2.000-3.000 2.000 -3.000 1.700-2.500 2.500-3.000 1.500-2.500(mm) S2 1.000-1.200

1.800-2.0001.750-2.0003.000-3.500

1.300-2.000 1.450-1.7002.500-3.500

2.000-2.5003.000-3.500

-2.500-3.000

S3 2.000-3.000 1.500-1.750 1.000 - 1.300 1.250-1.450 1.500-2.000 1.250-1.500800 - 1.000 3.500-4.000 3.500-4.000 3.500-4.000 3.000-4.000

N >3.000 <1.500 < 1.000 < 1.250 <1.500 < 1.250< 800 >4.000 > 4.000 > 4.000 > 4.000

Drainase S1 baik baik baik, sedang baik, sedang baik baik, sedangS2 sedang Sedang agak terhambat agak terhambat sedang agak terhambatS3 agak terhambat, agak agak terhambat, agak terhambat, terhambat, agak terhambat, terhambat,

cepat Cepat agak cepat agak cepat terhambat agak cepatN terhambat, sangat terhambat, sangat sangat terhambat, sangat terhambat, sangat terhambat, sangat terhambat,

terhambat, cepat terhambat, cepat cepat cepat cepat cepatTekstur S1 halus, agak halus,

sedanghalus, agak halus, sedang

halus, agak halus, halus, agak halus, halus, agak halus, halus, agak halus,sedang sedang sedang sedang

S2 - - agak kasar - - -S3 agak kasar agak kasar sangat halus agak kasar agak kasar agak kasarN kasar, sangat halus kasar, sangat halus kasar Kasar kasar kasar

Kedalaman S1 > 100 > 100 > 100 > 100 > 100 > 100tanah (cm) S2 75 – 100 75 – 100 75 - 100 75 - 100 75 - 100 75 - 100

S3 50 – 75 50 – 75 50 – 75 50 – 75 50 – 75 50 – 75N < 50 < 50 < 50 < 50 < 50 < 50

Page 22: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

Lanjutan Lampiran 5.

(1) (2)Jenis Tanaman

Perkebunan(3) (4) (5) (6) (7) (8)

Kejenuhan

S1S2

> 5035 – 50

> 20≤ 20

> 20≤ 20

> 20≤ 20

< 3535 - 50

> 3520 – 35

S3 < 35 - - - > 50 < 20N - - - - - -S1 5,6 - 6,6 5,3 - 6,0 5,2 - 7,5 5,0 - 6,5 5,0 - 6,0 6,0 - 7,0

pH H2O S2 6,6 - 7,3 6,0 - 6,5 4,8 - 5,2 4,2 - 5,0 6,0 - 6,5 5,5 - 6,05,0 - 5,3 7,5 - 8,0 6,5 - 7,0 4,5 - 5,0 7,0 - 7,6

S3 < 5,5 > 6,5 < 4,8 < 4,2 > 6,5 <5,5>7,4 < 5,3 > 8,0 > 7,0 < 4,5 > 7,6

N - - - - - -C-organik (%) S1 > 1,2 > 0,8 > 0,8 > 0,8 > 0,8 > 1,5

S2 0,8 - 1,2 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8 0,8 - 1,5S3 < 0,8 - - - - < 0,8N - - - - - -S1 < 8 < 8 < 8 < 8 < 8 < 8

Lereng (%) S2 8 - 16 8 - 16 8 – 16 8 – 16 8 – 16 8 – 16S3 16-30 16-30; 16-50 16 – 30 16 – 30 16 – 30 16 – 30

16-50 16 - 45N > 30 > 30; > 50 > 30 > 30 > 30 > 30

> 50 > 45Bahaya erosi S1 sangat rendah sangat rendah sangat rendah Sangat rendah sangat rendah sangat rendah

S2 rendah- sedang rendah- sedang rendah- sedang Rendah- sedang rendah- sedang rendah- sedangS3 berat berat berat Berat berat beratN sangat berat sangat berat sangat berat Sangat berat sangat berat sangat berat

Page 23: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Kakao

DAFTAR PUSTAKA

http://www.smecda.com/Files/Budidaya/pengemb&pengolahan_kakao.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8345/Hermantoro%20_Lengkap_.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29237/1/Appendix.pdf

http://www.worldagroforestry.org/downloads/publications/PDFs/mn15224.pdf