PENGOLAHAN LIMBAH PERKEBUNAN UNTUK PAKAN TERNAK · Dari aspek pakan ternak, produk limbah...

3
Edisi 23 Nopember 2011 No.3432 Tahun XLII 14 AgroinovasI Badan Litbang Pertanian Tanaman perkebunan, di samping menghasilkan produk utama, berupa biji- bijian minyak atau serat, juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah. Dari aspek pakan ternak, produk limbah perkebunan bisa berupa bahan berserat tinggi, sebagai sumber hijauan makanan ternak, seperti pucuk tebu, ampas tebu, tandan sawit, hasil pangkasan tanaman penaung (kopi atau kakao) seperti lamtoro atau gamal. Di samping itu limbah perkebunan juga memiliki potensi untuk diolah sebagai bahan pakan penguat (konsentrat) seperti lumpur sawit, molasis, bungkil kelapa, cangkang kakao, buah semu mete, serta kulit buah kopi. Komoditas perkebunan yang cukup potensial sebagai penghasil limbah di daerah Bali antara lain kopi, kakao dan mete. Luas perkebunan kopi, kakao dan mete di Bali tahun 2005, diperkirakan masing-masing 40.000 ha, 9.000 ha dan 16.000 ha dengan potensi limbah basah masing-masing untuk tanaman kopi 21.000 ton, kakao 13.000 ton dan mete 30.000 ton. Mutu dari limbah dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi, salah satunya adalah dengan menggunakan Aspergillus niger. Fermentasi dilakukan selama 5 hari, setelah itu bahan kemudian dikeringkan kemudian ditepungkan agar bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama (3-6 bulan). Proses fermentasi tersebut dapat meningkatkan kandungan protein kasar (CP) pada limbah kopi, kakao dan mete masing-masing dari 8,8%, 9,23%, 7,61% menjadi 12,43%, 17,42% dan 21,29%. Selain itu juga dapat menurunkan kandungan serat kasarnya masing-masing dari 18,28%, 16,42%, 14,48% menjadi 11,05%, 8,15% dan 8,56%. Di samping itu dengan proses pengolahan, menyebabkan senyawa-senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan ternak dapat dihilangkan atau ditekan dan masa penyimpanannya dapat diperpanjang, sehingga dapat tersedia sepanjang tahun, meskipun panen komoditas perkebunan bersifat musiman. Dalam proses pengolahan, diperlukan proses fermentasi, pengeringan serta penepungan dan atau pencacahan. Agar proses tersebut dapat dilakukan secara efesien diperlukan peralatan mekanis, seperti alat penepung dan pencacah. Karena itu, dalam pemanfaatan limbah ini, diperlukan pengetahuan dan keterampilan petani untuk menguasai paket teknologi tersebut secara menyeluruh. Untuk ternak ruminansia (sapi, kambing), limbah kopi, kakao atau mete olahan bisa dijadikan pakan penguat untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas susu. Pemberian limbah kopi/kakao sebanyak 100-200 gram/ekor/ hari pada kambing dapat meningkatkan pertambahan bobot badan (PBB) masing- masing 98 gram/ekor/hari dan 119 gram/ekor/hari dibandingkan dengan yang diberi hijauan saja hanya sebesar 65 gram/ekor/hari. Untuk ternak sapi Bali penambahan 0,8% tepung limbah kopi dapat meningkatkan PBB sebesar 528 gram/ekor/hari. Tepung limbah perkebunan bisa dijadikan pengganti dedak, dengan dosis pemberian : 0,7-1,0% dari berat hidup ternak ruminansia. Pada ternak babi dan ayam, limbah perkebunan bisa dijadikan komponen penyusun ransum sebagai pengganti dedak. Pada limbah kopi olahan dosis penggunaannya bisa mencapai 10- 15% pada ransum ayam, dan 20% pada ransum babi. Sedangkan pada limbah kakao PENGOLAHAN LIMBAH PERKEBUNAN UNTUK PAKAN TERNAK

Transcript of PENGOLAHAN LIMBAH PERKEBUNAN UNTUK PAKAN TERNAK · Dari aspek pakan ternak, produk limbah...

Edisi 23 Nopember 2011 No.3432 Tahun XLII

14 AgroinovasI

Badan Litbang Pertanian

Tanaman perkebunan, di samping menghasilkan produk utama, berupa biji-bijian minyak atau serat, juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah. Dari aspek pakan ternak, produk limbah perkebunan bisa berupa bahan berserat tinggi, sebagai sumber hijauan makanan ternak, seperti pucuk tebu, ampas tebu, tandan sawit, hasil pangkasan tanaman penaung (kopi atau kakao) seperti lamtoro atau gamal. Di samping itu limbah perkebunan juga memiliki potensi untuk diolah sebagai bahan pakan penguat (konsentrat) seperti lumpur sawit, molasis, bungkil kelapa, cangkang kakao, buah semu mete, serta kulit buah kopi. Komoditas perkebunan yang cukup potensial sebagai penghasil limbah di daerah Bali antara lain kopi, kakao dan mete. Luas perkebunan kopi, kakao dan mete di Bali tahun 2005, diperkirakan masing-masing 40.000 ha, 9.000 ha dan 16.000 ha dengan potensi limbah basah masing-masing untuk tanaman kopi 21.000 ton, kakao 13.000 ton dan mete 30.000 ton.

Mutu dari limbah dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi, salah satunya adalah dengan menggunakan Aspergillus niger. Fermentasi dilakukan selama 5 hari, setelah itu bahan kemudian dikeringkan kemudian ditepungkan agar bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama (3-6 bulan). Proses fermentasi tersebut dapat meningkatkan kandungan protein kasar (CP) pada limbah kopi, kakao dan mete masing-masing dari 8,8%, 9,23%, 7,61% menjadi 12,43%, 17,42% dan 21,29%. Selain itu juga dapat menurunkan kandungan serat kasarnya masing-masing dari 18,28%, 16,42%, 14,48% menjadi 11,05%, 8,15% dan 8,56%.

Di samping itu dengan proses pengolahan, menyebabkan senyawa-senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan ternak dapat dihilangkan atau ditekan dan masa penyimpanannya dapat diperpanjang, sehingga dapat tersedia sepanjang tahun, meskipun panen komoditas perkebunan bersifat musiman. Dalam proses pengolahan, diperlukan proses fermentasi, pengeringan serta penepungan dan atau pencacahan. Agar proses tersebut dapat dilakukan secara efesien diperlukan peralatan mekanis, seperti alat penepung dan pencacah. Karena itu, dalam pemanfaatan limbah ini, diperlukan pengetahuan dan keterampilan petani untuk menguasai paket teknologi tersebut secara menyeluruh.

Untuk ternak ruminansia (sapi, kambing), limbah kopi, kakao atau mete olahan bisa dijadikan pakan penguat untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas susu. Pemberian limbah kopi/kakao sebanyak 100-200 gram/ekor/hari pada kambing dapat meningkatkan pertambahan bobot badan (PBB) masing-masing 98 gram/ekor/hari dan 119 gram/ekor/hari dibandingkan dengan yang diberi hijauan saja hanya sebesar 65 gram/ekor/hari. Untuk ternak sapi Bali penambahan 0,8% tepung limbah kopi dapat meningkatkan PBB sebesar 528 gram/ekor/hari.

Tepung limbah perkebunan bisa dijadikan pengganti dedak, dengan dosis pemberian : 0,7-1,0% dari berat hidup ternak ruminansia. Pada ternak babi dan ayam, limbah perkebunan bisa dijadikan komponen penyusun ransum sebagai pengganti dedak. Pada limbah kopi olahan dosis penggunaannya bisa mencapai 10-15% pada ransum ayam, dan 20% pada ransum babi. Sedangkan pada limbah kakao

PENGOLAHAN LIMBAH PERKEBUNAN UNTUK PAKAN TERNAK

15AgroinovasI

Edisi 23-29 Nopember 2011 No.3432 Tahun XLIBadan Litbang Pertanian

Menyiramkan inokulan (Aspergillus niger) pada limbah kopi

Seekor kambing yang sedang menikmati limbah kopi

16 AgroinovasI

Badan Litbang PertanianEdisi 23 Nopember 2011 No.3432 Tahun XLII

5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku

Cover

Cover

Cover

CoverCover

Petunjuk Cara Melipat:

1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid 2. Lipat sehingga cover buku

(halaman warna) ada di depan.

3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali

4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan

atau mete olahan, dosis penggunaannya bisa mencapai 20-22% pada ayam petelur dan 30-35% pada babi. Teknologi ini, di samping berkembang di Bali juga telah banyak berkembang di luar Bali seperti di Sulsel, Sulbar, NTT, Lampung, dll, dan pengembangannya didukung oleh Ditjen Bina Produksi Perkebunan. Di samping itu, juga telah diterbitkan dalam bentuk buku oleh penerbit Agro Media-Jakarta dan tersebar di seluruh Indonesia.

BPTP BaliJl. Bypass Ngurah Ray, Pasanggaran

PO Box 3480 Denpasar, Bali

Di samping meningkatkan pertumbuhan, pemberian limbah perkebunan juga dapat menghasilkan susu pada induk ternak yang laktasi