BAB I Revisi

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia dewasa ini sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meluasnya area kebun kelapa sawit. Pada tahun 1990 di Indonesia dijumpai 84 unit pabrik kelapa sawit yang mengolah 10 juta ton tandan buah segar, dengan kapasitas yang bervariasi antara 20 hingga 60 ton tandan segar per jam (Manurung, 2004) dan pada tahun 2014, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia kelapa sawit mencapai 10,9 juta hektar dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas area menurut status pengusahaannya milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta hektar atau 41,55% dari total luas areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta hektar atau 6,83% dari total luas areal, milik swasta seluas 5,66 juta hektar atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu swasta asing seluas 0,17 juta hektar atau 1,54% dan sisanya lokal. Terlebih, pasar terkini mengindikasikan permintaan tinggi akan komoditas minyak kelapa sawit yang akan memicu bertambahnya angka produksi (Ahmad M. N., 2011).

description

Sustainable Manufacturing and Innovation

Transcript of BAB I Revisi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPerkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia dewasa ini sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meluasnya area kebun kelapa sawit. Pada tahun 1990 di Indonesia dijumpai 84 unit pabrik kelapa sawit yang mengolah 10 juta ton tandan buah segar, dengan kapasitas yang bervariasi antara 20 hingga 60 ton tandan segar per jam (Manurung, 2004) dan pada tahun 2014, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia kelapa sawit mencapai 10,9 juta hektar dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas area menurut status pengusahaannya milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta hektar atau 41,55% dari total luas areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta hektar atau 6,83% dari total luas areal, milik swasta seluas 5,66 juta hektar atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu swasta asing seluas 0,17 juta hektar atau 1,54% dan sisanya lokal. Terlebih, pasar terkini mengindikasikan permintaan tinggi akan komoditas minyak kelapa sawit yang akan memicu bertambahnya angka produksi (Ahmad M. N., 2011).Bertambahnya angka produksi kelapa sawit berarti bertambah pula jumlah limbah yang dihasilkan. Ada dua jenis yang dihasilkan dari proses produksi minyak kelapa sawit, yaitu padat dan cair. Limbah cair biasa disebut sebagai Palm Oil Mill Effluent atau POME. POME merupakan limbah cair kental kecoklatan yang kaya akan zat koloid dan berbau tidak sedap (Ahmad A. L., 2009). Industri kelapa sawit seharusnya mengolah POME secara sedemikian rupa sehingga tidak mencemari lingkungan.Salah satu perusahaan pengolah minyak kelapa sawit yang gagal mengelola POME adalah PTP. Nusantara IV Bah Jambi. Perusahaan ini terletak di provinsi Sumatera Utara dan tersebar di beberapa daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Simalungun, Deliserdang, Asahan, Labuan Batu, Langkat, Tobasa, Tapanuli Selatan dan Kota Medan dan mempunyai area yang sangat luas dan mengelola komoditi kelapa sawit, kakao dan teh. Luas perkebunan kelapa sawit sebesar 120.780 Ha dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi untuk mengolah seluruh panen dari perkebunan kelapa sawit berjumlah enam belas buah. Raharjo dalam jurnalnya yang berjudul Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit telah melakukan studi akan pengolahan limbah cair kelapa sawit PTP. Nusantara IV Bah Jambi melalui beberapa tahapan, yaitu studi literatur, survey lapangan dan analisa serta evaluasi dalam perbandingan berdasarkan hasil survey lapangan (Rahardjo, 2011). Dari studi ini diketahui bahwa: 1.Sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, PTP Nusantara IV Bah Jambi telah melaksanakan pengendalian limbah cair dari pabrik kelapa sawit, yaitu dengan memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk setiap pabrik kelapa sawit,2.IPAL yang dimiliki oleh ke 16 pabrik kelapa sawit umumnya adalah dengan limbah cairnya sebesar 885 m/hari. Sistemnya konvensional, yaitu yang terdiri dari beberapa unit kolam anaerobik, fakultatif, dan aerobik,3.Masing-masing IPAL dari setiap pabrik kelapa sawit mempunyai kolam- kolam yang memiliki kedalaman, luas dan volume yang berbeda-beda dan karena itu, waktu tinggal atau WPH (Waktu Penahanan Hidrolysis) juga berbeda-beda,4.Luas kolam yang terkecil adalah 6.800 meter, sedangkan yang terbesar adalah 42.500 meter dengan volume kolam bervariasi dari 19.200 meter sampai 125.500 meter dan waktu tinggal yang tersingkat adalah 36 hari dan yang terpanjang selama 192 hari,5.Dan berdasarkan laporan dari pengelola IPAL di Bah Jambi saat itu, seluruh IPAL yang dimilikinya mampu beroperasi dan dapat menurunkan kadar BOD hingga 250 ppm (Standar kualitas limbah cair berdasarkan Keputusan Menteri No. Kep-51/Men-LH-10/1995) sedangkan berdasarkan ketentuan yang berlaku mulai dari 2009, BOD yang boleh dilepas ke lingkungan adalah 100 ppm.Oleh karena itu, kami mengusulkan tema Implementasi Gabungan Teknik Separasi Membran Ultrafiltrasi dan Treatment Adsorpsi di PTP. Nusantara IV Bah Jambi guna Mencegah Pencemaran Lingkungan oleh POME. Metode ini menggunakan material berupa membran serat selulosa pipih tergenerasi (RS) serta melalui dua tahap, yaitu Tahap treatment adsorpsi (pre-treatment) untuk mengurangi endapan dan partikel didalam POME dan Tahap perlakuan membrane. Metode ini juga dianggap lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan metode treatment biologis yang biasanya dilakukan, karena tidak menggunakan pemrosesan anaerob fakultatif yang cenderung mengeluarkan zat-zat bersifat korosif.

1.2 PERUMUSAN MASALAHSejak tahun 2011-sekarang, PTP. Nusantara IV Bah Jambi belum dapat menurunkan kadar BOD limbah cair pada IPAL sampai pada derajat aman yang ditentukan pemerintah (100 ppm). Hal ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem daerah sekitar pabrik kelapa sawit dan mencemari tanah. Oleh karena itu, perumusan masalah untuk penelitian ini adalah:Bagaimana PTP. Nusantara IV Bah Jambi menurunkan kadar BOD limbah cair pada IPAL sampai pada derajat aman yang ditentukan pemerintah?

1.3 TUJUAN DAN MANFAATBerdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, kasus pada PTP. Nusantara IV Bah Jambi belum dapat memenuhi aspek lingkungan dan karena itu, belum dapat diketagorikan ke dalam pengembangan berkelanjutan. Untuk dapat mengatasi hal ini, kelompok kami mengusulkan program berjudul Implementasi Gabungan Teknik Separasi Membran Ultrafiltrasi dan Treatment Adsorpsi di PTP. Nusantara IV Bah Jambi guna Mencegah Pencemaran Lingkungan oleh POME yang pendekatannya diadaptasi dari jurnal yang berjudul Wastewater Treatment of Palm Oil Mill Effluent (POME) by Ultrafiltration Membrane Separation Technique Coupled with Adsorption Treatment as Pre-Treatment oleh Azmi dan Yunos. Tujuan dari proyek ini adalah:1. Menurunkan kadar bpm limbah cair pada IPAL dari kondisi saat ini, yaitu 250 ppm, menjadi di bawah atau sama dengan batas aman yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu 100 ppm.2. Menumbuhkan dampak positif dari pengembangan perkebunan kelapa sawit3. Mengurangi dampak negatif dari pengembangan perkebunan kelapa sawitManfaat dari proyek ini bagi stakeholder adalah: Dari segi ekonomi1. Meningkatkan penerimaan devisa Negara2. Meningkatkan pendapatan Negara Dari segi lingkungan1. Mengurangi efek pemanasan global2. Mencegah bencana alam seperti banjir3. Mengurangi pencemaran udara Dari segi masyarakat:1. Meningkatkan pendapatan masyarakat2. Memperluas lapangan pekerjaan3. Meningkatkan produktivitas masyarakat