BAB I Revisi Dea

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nifas merupakan suatu waktu yang dilewati oleh seorang ibu. Setelah melalui masa kehamilan dan persalinan, ibu akan memulai masa nifasnya. Masa nifas yang dimulai setelah kelahiran uri atau plasenta terlihat mudah, terkesan sudah menjadi masa aman bagi seorang ibu setelah persalinan. Sesungguhnya tidak, banyak masalah yang dapat terjadi di masa nifas. Kewaspadaan dan bahaya pada ibu tidak hanya terjadi pada saat kehamilan dan pesalinan, tetapi juga pada masa ini. Masa nifas adalah masa dimana terjadinya proses kembalinya alat-alat reproduksi kembali seperti sediakala sebelum hamil. Pada saat ini dapat terjadi macam-macam gangguan untuk proses kembalinya organ – organ reproduksi tersebut. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI yaitu mencapai 359/100.000. salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan dan infeksi. Dua masalah ini dapat juga terjadi di masa nifas seorang ibu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik 1

description

ipa

Transcript of BAB I Revisi Dea

Page 1: BAB I Revisi Dea

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nifas merupakan suatu waktu yang dilewati oleh seorang ibu. Setelah

melalui masa kehamilan dan persalinan, ibu akan memulai masa nifasnya.

Masa nifas yang dimulai setelah kelahiran uri atau plasenta terlihat mudah,

terkesan sudah menjadi masa aman bagi seorang ibu setelah persalinan.

Sesungguhnya tidak, banyak masalah yang dapat terjadi di masa nifas.

Kewaspadaan dan bahaya pada ibu tidak hanya terjadi pada saat kehamilan

dan pesalinan, tetapi juga pada masa ini.

Masa nifas adalah masa dimana terjadinya proses kembalinya alat-alat

reproduksi kembali seperti sediakala sebelum hamil. Pada saat ini dapat

terjadi macam-macam gangguan untuk proses kembalinya organ – organ

reproduksi tersebut. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI yaitu mencapai 359/100.000. salah

satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan dan infeksi. Dua

masalah ini dapat juga terjadi di masa nifas seorang ibu. Asuhan masa nifas

diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun

bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi

setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama. (Saifudin, 2009)

Pemeriksaan dan pengawasan post partum atau yang disebut

postpartum care yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam

safe motherhood dalam usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.

Berdasarkan latar belakang diatas mendorong penulis mengangkat “Asuhan

Kebidanan Patologi pada Ibu Postpartum dengan Subinvolusi” sebagai judul

makalah.

1

Page 2: BAB I Revisi Dea

B. Tujuan

1) Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny. E P1A0

postpartum hari ke 6 dengan late HPP e.c luka perineum terbuka dan

subinvolusi uterus.

2) Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu postpartum

dengan subinvolusi uterus.

b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada ibu postpartum

dengan subinvolusi uterus.

c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial

pada ibu postpartum dengan subinvolusi uterus.

d. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan kebutuhan ibu postpartum

dengan subinvolusi uterus.

e. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat.

f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada asuhan yang telah

diberikan.

C. Ruang Lingkup

Makalah ini membahas tentang Asuhan KebidananPatologi Pada Ibu

Postpartum dengan Subinvolusi Uterus yang dilakukan pada Ny. Eberusia 23

tahun dengan P1A0 post partum hari ke 6 di UGD RSIA Budi Kemuliaan hari

selasa, tanggal 22 - 24 agustus 2014.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 5 BAB, dengan Sistematika Penulisan sebagai

berikut :

a. BAB I : PENDAHULUAN. Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan

Penulisan, Ruang Lingkup, dan Sistematika Penulisan.

2

Page 3: BAB I Revisi Dea

b. BAB II : TINJAUAN TEORI. Terdiri dari uraian tentang

pengertian masa nifas, tujuan asuhan masa nifas, peran dan tanggung

jawab bidan dalam masa nifas, tahapan masa nifas, kebijakan program

nasional nifas, pengertian involusi uterus,subinvolusi uterus, penanganan

sub involusi uterus dan perdarahan post partum.

c. BAB III : LAPORAN KASUS. Terdiri dari penerapan Asuhan

Kebidanan pada ibu postpartum dengan subinvolusi uterus di RSIA Budi

Kemuliaan.

d. BAB IV : PEMBAHASAN. Membandingkan kesesuaian antara teori

yang ada dengan praktek di klinik .

e. BAB V : PENUTUP. Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

3

Page 4: BAB I Revisi Dea

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Sarwono; Ilmu Kebidanan,

2010)

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran 6 minggu. Selama

masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil

yang normal. (Obstetri William, 2009)

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat andugan kebali seperti pra hamil. Lama

masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri, 2010)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahi apa

tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikannya

asuhan pada ibu selama masa nifas menurut buku asuhan kebidanan III

(nifas) (2011) antara lain untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik mauun psikologi dimana

dalam asuhan pada masa ini peranana keluarga sangat penting, dengan

pemberian nutris, dukungan psikologi maka kesehata ibu dna bayinya

selalu terjaga.

2. Melaksanankan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan

harus melakukan manajemen asuhan kebidanan. Pada ibu masa nifas

secara sistematis, yaitu mulai pengajian data subjektif, objektif maupun

penunjang.

4

Page 5: BAB I Revisi Dea

3. Setelah bidan melakukan pengkajian data maka bidan harus mengannalisa

data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi

masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.

4. Mengobatiatau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,

yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke

langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

5. Memberikan penndidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

3. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah

proses persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahan masa nifas

harus dipahami oleh seorang bidan, antara lain :

1. Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial itu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang

lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan unntuk pulih dan sehat

terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung

jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan

secara komprehensif dan terus menenrus, artinya selama masa kurun

reproduksiseorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan

standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa

nifas, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain :

1. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk

memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.

2. Periksa fundus tiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit

sekali pada 1 jam kedua.

5

Page 6: BAB I Revisi Dea

3. Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi dan perdarahan tiap 15 menit

sekali pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit sekali pada 1 jam kedua.

4. Anjurkan ibu untuk minumm untuk mencegah dehidrasi, jaga kebersihan

ibu, beri posisi yang nyaman, dukung program bounding attachment dan

ASI eksklusif. Ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa fundus dan

perdarahan, beri konseling tentang gizi, personal hygiene dan eliminasi

serta mobilisaasi.

5. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai

dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis

selam masa nifas.

6. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

7. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan posisi yang nyaman

8. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan

dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

9. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

10. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tada-tanda bahaya, menjaga gizi yng

baik, serta personal hygiene.

11. Melakukan manajement asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhaan ibu dan bayi selama periode nifas.

12. Memberikasn asuhan secara profesional

5. Kebijakan Program Nasional Nifas

Menurut buku perawatan masa nifas (2009) dapun frekuensi

kunjungan, waktu, dan tujuan kunjungan tersebut dipaparkan sebagai

berikut :

1. Kunjungan Pertama, waktu 6 – 8 jam setelah persalinan.

Tujuannya antara lain adalah mencegah perdarahan masa nifas

karena persalinan atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan seperti rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan

6

Page 7: BAB I Revisi Dea

konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri,

pemberian ASI awal, memberi supervise kepada ibu bagaimana

teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, dan

menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mrncegah hipotermi Bila

ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan, maka

petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama.

2. Kunjungan Kedua, waktu : 6 hari setelah persalinan.

Tujuannya antara lain adalah memastikan involusi uteri berjalan

dengan normal, evaluasi adanya tanda – tanda demam, infeksi atau

perdarahan abdominal, memastikan ibu cukup makan, minum, dan

istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada

tanda - tanda adanya penyulit, dan memberikan konseling pada ibu

mengenai hal - hal berkaitan dengan asuhan sayang bayi.

3. Kunjungan Ketiga, waktu : dua minggu setelah persalinan.

Tujuannya sama dengan kunjungan hari keenam.

4. Kunjungan Keempat, waktu : 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya antara lain adalah menanyakan penyulit – penyulit

yang ada, memberikan konseling untuk KB secara dini.

6. Involusi Uterus

Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil setelah melahirkan.

Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi

otot-otot polos uterus. Sedangkan subinvolusi adalah penggagalan

uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi

yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.

(Asuhan kebidanan III nifas, 2011)

7

Page 8: BAB I Revisi Dea

Tabel TFU menurut Waktu Involusi menurut buku asuhan kebidanan

pada ibu nifas, 2011

7. Subinvolusi Uterus

Menurut buku asuhan kebidanan III nifas (2011) sub involusi uterus

adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Menurut

Manuaba (2011) Sub involusi uterus adalah proses involusi uterus rahim yang

tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya

terlambat.

Menurut Sarowono (2011) penyebab subinvolusi uteri :

a. terjadi infeksi pada endometrium

b. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya

c. Terdapat bekuan darah

d. Mioma Uteri

Faktor penyebab terjadinya subivolusi adalah :

a. Faktor usia

b. Paritas

c. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar

d. Terdapat sisa plasenta dalam uterus

e. Status gizi buruk (kurang gizi)

8

Page 9: BAB I Revisi Dea

f. Ibu tidak menyusui bayinya

g. Kurangnya mobilisasi

8. Penanganan Subinvolusi uterus

Penanganan Subinvolusi adalah

a. Pemberian obat antibiotik

b. Pemberian uterotonika

c. Pemberian tablet Fe

d. Pemberian tranfusi

Menurut Sarwono (2011) penangan pada kasus subinvolusi adalah

pemberian ergometrin per-os atau suntikan intramuskular. Dan pada kasus

subinvolusi uterus yang dikarenakan sisa plasenta atau selaputnya dalah harus

dilakukan kerokan rongga rahim (kuretase) .

9. Perdarahan Post Partum

Menurut buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal (2010) perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang

melebihi 500 cc setelah kelahiran bayi dan plasenta. Sedangkan menurut

Sarwono (2011) definisi perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan

uang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Menurut Manuaba (2011) pedarahan

post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan

berangsung.

Perdarahn post partum dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Perdarahan post partum primer (Early HPP)

Perdarahan post partum primer atau Early HPP adalah perdarahan yang

terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utamanya adalah

atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.

b. Perdarahan post partum sekunder (Late HPP)

Perdarahan post partum sekunder atau Late HPP adalah perdarahan yang

terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. Perdarahan terjadi

antara hari kedua sampai 6 minggu pasca persalinan. Penyebab utamanya

9

Page 10: BAB I Revisi Dea

adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran, kelainan

pembekuan darah.

Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah

a. Grandemultipara

b. Jarak persalinan kurang dari 2 tahun

c. Persalinanyang dilakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebeblum

waktunya, pertolongan persalinan dengan dukun, persalinan dengan

tindakan paksa, persalinan dengan narkose.

d. Anak besar

e. Hamil kembar dan hidramnion

f. Bekas sc atau riwayat perdarahan post partum sebelumnya.

10

Page 11: BAB I Revisi Dea

BAB III

LAPORAN KASUS

Nama istri : ny. E Nama Suami : Tn. A

Usia : 23 th Usia : 23th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan

Swasta

Alamat : Jln. Hidup baru no.41 Alamat : Jln. Hidup

baru

rt 04/01, pademangan barat No. 41 rt

04/01,

pademangan

barat

No. Tlp : - No. Tlp :

087889472xxx

Pada tanggal 22 agustus 2014, jam 08.00 pasien datang ke UGD dengan

Keluhan utama : keluar darah banyak (+) sejak tadi pagi jam 07.00, ganti

pembalut ± 2x penuh

Quick check pusing (-) mual (-) muntah (-) pandangan jelas (+) nyeri ulu hati (-)

sesak (-) akral hangat (+) konjungtiva agak pucat.

S/ Riwayat persalinan ini : pasien mengatakan partus spontan di RSBK tgl 16-

8-14. Perineum di episiotomi medlatki, dijahit dengan anastesi lidocain.

Perdarahan total 500 cc. Pasien riwayat pk I memanjang. Pasien

mengatakan tidak makan telur dan susu.

Riwayat penyakit (-) riwayat operasi (-) riwayat alergi obat (-)riwayat urut-

urut (-)

11

Page 12: BAB I Revisi Dea

O/ Status generalis : KU baik, kesadaran : compos mentis, konjungtiva agak

pucat. Sklera tidak ikhterik

TD: 100/70 mmHg Nd : 100x/mnt Sh : 36,5⁰C RR : 21x/mnt. Oedema (-) /

(-) sat.O2 : 100%

Status obstetrik : palpasi abdomen lemas, TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi

uterus lembek, NT (-) NL (-)

Inspeksi : tampak darah (+) ± 2 pembalut penuh, tampak luka jahitan

perineum tebuka, tampak darah merembes aktif dari perineum, tampak

benang chromic suda mulai lepas.

Inspekulo : tampak ostium terbuka ±1cm, tampak storsel (+) sedikit didepan

ostium, dibersihkan darah sudah tidak tampak mengair lagi. Dinding

vaginna utuh, portio licin

PD ata indikasi menilai keaadaan

Ostium terbuka 1 cm, portio tebal lunak arah depan.

Perdarahan total 400 cc

A/ P1A0 post partum hari ke 6 dengan late HPP e.c luka jahitan perineum

terbuka, subinvolusi uterus, anemia sedang (Hb 7,5)

Maspot : anemia berat, HPP berulang, syok

P/

1. Menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

2. Mengobservasi KU dan TTV. KU dan TTV terobservasi

3. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan. Kontraksi uterus dan

perdarahan terobservasi

4. Mengambil sample darah untuk dilakukan pemeriksaan DPL. Sample

sudah terambil

12

Page 13: BAB I Revisi Dea

5. Memasang infus RL loading 1 kolf. Infus sudah terpasang.

6. Bekolaborasi dengan dokter jaga untuk melakukan pemeriksaan USG.

Pasien di USG. Hasil USG : Uterus AF, tampak gambaran hyperekoik

di cavum uteri, ukuran 1,6 x 2,6 kesan sisa plasenta

7. Berkolaborasi dengan dokter jaga. Advice :

a. Pasien rencana tranfusi 500 prc

b. Rencana berkolaborasi dengan dokter konsulen untuk rehecting

perineum

Jam 08.35 Pasien masuk kamar bersalin

S/ Keluar darah (+) sejak pagi, pusing (+)

O/ KU baik, kesadaran : compos mentis, konjungtiva agak pucat. Sklera

tidak ikhterik

TD: 114/72 mmHg Nd : 120x/mnt (isi cukup) Sh : 36,5⁰C RR :

22x/mnt, sat.O2 : 100%

Palpasi abdomen lemas, TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus

baik.

Inspeksi perineum : tampak perineum terbuka ±4cm. Perdarahan aktif

merembes dari pembuluh darah dari laserasi perineum.

Terpasang infus RL loading

A/ P1A0 post partum hari ke 6 dengan late HPP e.c luka jahitan perineum

terbuka, subinvolusi uterus, anemia sedang (Hb 7,5)

Maspot : anemia berat, HPP berulang, syok

1. Menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang hasil

pemeriksaan

2. Mengobservasi KU dan TTV. KU dan TTV terobservasi

13

Page 14: BAB I Revisi Dea

3. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan. Kontraksi uterus

dan perdarahan terobservasi.

4. Mengobservasi eliminasi → pasien BAK ± 100cc

5. Berkolaborasi dengan dokter advice : Antibiotik ceftriaxone 1x2gr.

Jam 08.50 Inspeksi : tampak perineum terbuka ±4cm. Perdarahan aktif merembes

dari pembuluh darah dari laserasi perineum dijepit dengan arteri

klem

Jam 09.00 Dokter konsulen visit : - Acc rencana tranfusi darah

- Acc rehecting perineum

- Hasil USG kesan bekuan darah

Jam 09.10 Dilakukan rehecting dengan benang cromic no.2 dan ATR chromic

2/0. perdarahan total 300 cc

Jam 11.00 Petugas bank darah menginformaiskan darah sudah tersedia

Jam 11.20 Infus RL diganti NaCl spoel

Jam 11.35 Infus NaCl spoel diganti darah kolf I, gol.darah B/ (+) no. 141844471.

Jam 13.30 Darah kolf I habis, diganti NaCl spoel

Jam 13.40 Infus NaCl spoel diganti darah kolf II, gol.darah B/(+) no.141938331

Jam 15.00 Pasien diantar ke ruangan

Tanggal 23 agustus 2014

Jam 04.00 Lapor hasil DPL ke dokter jaga

Hb : 8,6 L : 16,6 Ht :25,2 Tr : 373 E : 3,68 advice : iberet tablet

1x1.

14

Page 15: BAB I Revisi Dea

Jam 07.00 Overan dinas pagi

S/ Nyeri luka jahitan (+) pusing (-) pandangan jelas (+) sesak (-) BAK

(+)

O/ KU baik, kesadaran : compos mentis, konjungtiva agak pucat. Sklera

tidak ikhterik

TD: 110/80 mmHg Nd : 79x/mnt (isi cukup) Sh : 36,6⁰C RR :

22x/mnt, sat.O2 : 100%

Palpasi abdomen lemas, TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus

baik.

Luka jahitan perineum baik, perdarahan (+)

A/ P1A0 post partum hari ke 7 dengan late HPP e.c luka jahitan perineum

terbuka, subinvolusi uterus, post rehecting, post tranfusi 2 kolf,

anemia sedang (Hb 8,6)

Maspot : anemia berat, HPP berulang, syok

P/

1. Menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang hasil

pemeriksaan

2. Mengobservasi KU dan TTV. KU dan TTV terobservasi

3. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan. Kontraksi uterus

dan perdarahan terobservasi

4. Mengobservasi eliminasi BAK (+) BAB (+)

5. Menginformasikan tentang mobilisasi. Pasien dan keluarga

mengerti tentang mobilisasi.

6. Berkolaborasi dengan dokter jaga advice therapy : Antibiotik

ceftriaxone 1x2gr, iberet 2x1, asam mefenamat 3x1

7. Berkolaborasi dengan dokter konsulen advice : metergine 3x1 tab,

USG ulang 3 hari lagi (tgl 26-8-14)

15

Page 16: BAB I Revisi Dea

Tanggal 24 Agustus 2014

Jam 14.00 Overan dinas sore

S/ Nyeri luka jahitan (+) pusing (-) pandangan jelas (+)

O/ KU baik, kesadaran : compos mentis, konjungtiva agak pucat. Sklera

tidak ikhterik

TD: 110/70 mmHg Nd : 82x/mnt (isi cukup) Sh : 36,6⁰C RR :

22x/mnt,

Palpasi abdomen lemas, TFU ½ pusat simpisis, kontraksi uterus baik.

Perdarahan (+) ½ intake

A/ P1A0 post partum hari ke 8 dengan late HPP e.c laserasi jalan lahir

terbuka, subinvolusi uterus, post rehecting, anemia sedang (Hb 8,6)

Maspot : anemia berat, HPP berulang, syok

P/

1. Menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang hasil

pemeriksaan

2. Menginformasikan tentang kebutuhan nutrisi dan hidrasi. Pasien

dan keluarga mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan hidrasi

3. Menginformasikan tentang kebutuhan eliminasi. Pasien dan

keluarga mengerti tentang kebutuhan eliminasi.

4. Menginformasikan tentang kebutuhan mobilisasi. Pasien dan

keluarga mengerti tentang kebutuhan mobilisasi.

5. Menginformasikan tentang personal hygiene. Pasien dan keluarga

mengerti tentang personal hygiene.

6. Menginformasikan tentang tanda-tanda bahaya pada ibu nifas.

Pasien dan keluarga mengerti tentang tanda bahaya pada ibu nifas.

7. Menginformasikan tanggal kontrol pada tanggal 26-8-14 untuk

pemeriksaan USG ulang.

16

Page 17: BAB I Revisi Dea

BAB IV

PEMBAHASAN

Tanggal 22 agustus 2014 jam 08.00 Ny. E usia 23 tahun post partum hari

ke 6 datang ke UGD dengan keluhan utama keluar darah banyak sejak pagi hari,

ganti pembalut 2x penuh. Pasien dilakukan quick check pusing, mual, muntah,

pandangan kabur, nyeri ulu hati, dan sesak, Ny. E menyatakan tidak merasakan

salah satu quick check diatas. Akral masih teraba hangat dan konjungtiva agak

pucat.

Dilakukan anamnesa mengenai riwayat persalinan ini, pasien mengatakan

bahwa ia partus spontan di RSIA Budi Kemuliaan tanggal 16 Agustus 2014.

Perineum di episiotomi medlatki, dijahit dengan anastesi lidocain. Perdarahan

total 400 cc. Pasien riwayat PK I memanjang. Pasien mengatakan tidak makan

telur dan susu.

Pasien dilakukan pemeriksaan fisik, pemereiksaan inspekulo dan

pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab keluar darah. Dan akhirnya

ditemukan penyebabnya adalah luka jahitan perineum yang terbuka. Pada kasus

ini pasien juga didiagnosa subinvolusi karena pada usia post partum hari ke-6,

TFU masih 3 jari di bawah pusat dan adanya kontraksi uterus yang lembek. Ini

sesuai dengan teori yang ada pada buku Asuhan kebidanan pada ibu nifas,

2011.Pasien dilakukan pemeriksaan USG dan ditemukannya bekuan darah yag

diduga menjadi faktor penyebab subinvolusi uterus. Ini sesuai dengan teori yang

ada pada buku Varney’s Midwivery (2009).

Pada kasus diatas dilakukan pemeriksaan darah laboratorium dan ditemukan

bahwa Hb 8,6 gr/dl , dan pasien didiagnosa anemia. Pada kasus ini pasien di

diagnosa late HPP karena pasien mengalami total perdarahan > 500 cc lebih dari

24 jam pertama setelah bayi lahir. Ini sesuai dengan teori yang ada pada buku

Manuaba (2011).

17

Page 18: BAB I Revisi Dea

Pada kasus ini semua penanganan sudah dilakukan dengan benar. Pada saat

datang pasien mendapat infus RL loading sebagai pengganti cairan karena pasien

mengeluarkan darah yang banyak. Pasien mendapat transfusi darah dan obat

penambah darah sebagai penanganan late HPP. Pasien juga mendapat obat

uterotonika dan antibiotik sebagai penanganan masalah subinvolusi. Dan pada

pasien ini juga ditemukan luka jahitan perineum yang terbuka yang diduga karena

kurangnya asupan nutrisi gizi yang baik saat ibu dirumah. Lalu pada pasien ini

dilakukan rehecting sebagai penanganan jahitan yang terbuka untuk menghentikan

perdarahan.

Pada kasus ini, saat pasien datang dan dirawat dilakukan observasi terhadap

KU dan TTV ibu serta perdarahan dan kontraksi rahim ibu. Saat pasien akan

pulang, ibu dan keluarga diberikan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi, hidrasi,

eliminasi, mobiilisasasi dan personal hygiene yang baik khususnya kebtuhan gizi

yang seimbang yang berasal dari telur atau susu untuk menncegah terjadinya luka

perineum terbuka kembali, karena mengandung protein untuk mempercepat

penyembuhan luka.

18

Page 19: BAB I Revisi Dea

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Analisa masalah yang didapat Ny. E adalah late HPP dan subinvolusi

uterus

2. Masalah potensial yang mungkin terjadi adalah anemia berat, HPP

berulang dan syok.

3. Perencanaan yang diberikan pada Ny.E adalah .

a. Observasi KU dan TTV

b. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan

c. Memasang Infus RL.

d. Melakukan pemeriksaan lab DPL.

e. Berkolaborasi dengan dokter untuk

1) Rencana transfusi PRC 500cc

2) Rencana rehecting luka jahitan perineum.

3) Melakukan USG kesan adanya bekuan darah.

4) Theraphy yang diberikan Antibiotik ceftriaxone 1x2gr, iberet

2x1, asam mefenamat 3x1 dan metergine 3x1 tablet.

4. Intervensi yang dibereikan pada Ny. E sudah sesuai dengan perencaan.

5. Evaluasi pada setelah tindakan, ibu dan keluarga mengerti mengenai

tindakan yang telah diberikan dan paham mengenai penyuluhan

kesehatan yang diberikan.

B. Saran

1. Memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu nifas dan keluarga

mengenai pentingnya asupan gizi seimbang, pemenuhan hidrasi,

mobilisasi, dan personal hygiene.

2. Memberikan penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya pada masa nifas

seperti keluar darah yang banyak, rahim tidak segera mengecil, dll.

19

Page 20: BAB I Revisi Dea

3. Bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan kesiapan dalam

mengambil keputusan pada kasus seperti diatas.

20