BAB I Revisi Part 4

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa peralihan dari masa remaja ke masa usia lanjut. Pada masa ini, wanita dewasa telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan wanita dewasa lainnya. Periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru juga akan dialami oleh wanita dewasa. Wanita dewasa diharapkan mampu mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan, dan nilai-nilai baru yang sesuai dengan tugas perkembangannya (Hurlock, 1999). Tugas perkembangan yang baru itu ialah menjadi seorang istri dan ibu. Menjadi seorang ibu merupakan sebuah pengorbanan yang besar, tidak hanya ketika proses melahirkan namun juga perubahan tubuh yang harus dialami setelah 9 bulan mengandung dan mengalami proses melahirkan. Hal ini akan menjadi suatu kebanggaan seorang wanita saat 1

description

Ketidak mampuan ibu dalam menerima diri pada perubahan dirinya pasca melahirkan, disebabkan oleh timbulnya body image negatif pada dirinya

Transcript of BAB I Revisi Part 4

Page 1: BAB I Revisi Part 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa dewasa merupakan masa peralihan dari masa remaja ke masa usia

lanjut. Pada masa ini, wanita dewasa telah menyelesaikan pertumbuhannya dan

siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan wanita dewasa

lainnya. Periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-

harapan sosial baru juga akan dialami oleh wanita dewasa. Wanita dewasa

diharapkan mampu mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan, dan

nilai-nilai baru yang sesuai dengan tugas perkembangannya (Hurlock, 1999).

Tugas perkembangan yang baru itu ialah menjadi seorang istri dan ibu.

Menjadi seorang ibu merupakan sebuah pengorbanan yang besar, tidak hanya

ketika proses melahirkan namun juga perubahan tubuh yang harus dialami setelah

9 bulan mengandung dan mengalami proses melahirkan. Hal ini akan menjadi

suatu kebanggaan seorang wanita saat dirinya mengalami kehamilan dan menjadi

seorang ibu. Biasanya seorang ibu akan mengembangkan mekanisme kepuasan

dan kebanggaan ketika lahirnya seorang bayi, baik itu bayi anak pertama maupun

anak yang kedua, ketiga dan seterusnya. Karena dirinya merasa bisa memenuhi

tugas kewajiban sebagai wanita dan sebagai penerus generasi. Rasa bahagia juga

timbul karena sebagian wanita menganggap bahwa menjadi seorang ibu

merupakan kebanggaan sebagai wujud kesempurnaan. Namun terkadang

kesempurnaan yang telah terwujud, akan timbul kekurangan secara psikis maupun

1

Page 2: BAB I Revisi Part 4

2

fisiologis. Hal ini dikarenakan banyaknya wanita terutama wanita dewasa dini

masih ingin mempertahankan kemolekan dan keindahan tubuh mereka setelah

melahirkan. Bukan hanya dari bentuk tubuh, bahkan dari fungsi tubuh lainnya

yang dulu wanita banggakan. Misalnya saja pada kulit yang dulu kencang menjadi

kendor pasca melahirkan, kemudian bagian-bagian tubuh lain yang mulai tidak

menunjukkan estetika lagi.

Wanita dewasa dini yang telah menjalani proses persalinan pada umumnya

masih ingin memiliki tubuh yang ideal, namun pasca melahirkan tubuh ibu

cenderung menjadi gemuk karena otot yang melemah dan kenaikan berat badan

akibat makanan yang harus dijaga untuk kebutuhan janin saat mengandung.

Banyak ibu merasa takut, setelah melahirkan akan memiliki tubuh yang gemuk,

nafsu makan meningkat karena harus menyusui, dan sebagainya. Hal ini membuat

para ibu melakukan diet ketat untuk membuat kondisi tubuh mereka seperti

semula. Hal ini menandakan kurangnya sikap positif terhadap dirinya dalam

menerima bentuk tubuhnya yang baru (http://female.kompas.com/ Tanggal 30

Maret 2012). Maka dari itu ibu membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri

untuk dapat menerima dengan keadaannya yang baru. Ibu akan mengalami gejala

emosional, perasaan, dimana ibu merasa murung, tidak bisa tidur, kelelahan fisik

yang berlebihan, dan tidak mengetahui apa yang bisa dilakukan atas peranannya

yang baru.

Menurut Hurlock (1999) tugas perkembangan wanita pada masa dewasa

muda, ialah mengalami perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar menjadi

orang dewasa mandiri dengan menentukan pola hidup baru, memikul tanggung

Page 3: BAB I Revisi Part 4

3

jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Masa ini adalah masa rentan

dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Pada saat yang sama, ibu

mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dan tidak mampu mengontrol

situasi. Sehingga akan mempengaruhi hubungannya dengan orang yang ada

disekitarnya. Semua wanita mengalami perubahan ini, akan tetapi segalanya

tergantung pada intensitas dan koping terbaik apa yang dilakukan wanita tertentu

pada perubahan ini.

Sejumlah aspek dalam kehidupan wanita setelah melahirkan menunjukkan

bahwa memiliki anak merupakan tantangan dalam kehidupan yang menuntut

penyesuaian. Nicolson (Bobak, 1994) membagi empat aspek yang memerlukan

kemampuan penanggulangan (coping) secara nyata pasca persalinan seorang

wanita, yaitu perubahan fisik, perasaan tidak nyaman, adanya sistem dukungan,

dan kehilangan akan identitasnya yang dulu. Faktor-faktor seperti perubahan fisik

dan emosional yang komlpeks, aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada minggu-

minggu atau bulan-bulan setelah melahirkan sangat berpengaruh terhadap

penerimaan diri ibu pasca melahirkan.

Menurut Ryff (1996), penerimaan diri penting bagi terwujudnya kondisi

sehat secara mental. Salah satu dari enam konsep kesejahteraan psikologis yang

dijelaskan oleh Ryff adalah penerimaan diri. Lebih lanjut Ryff (1996)

menjelaskan, individu memiliki penerimaan diri yang rendah, apabila dirinya

merasa tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa dengan kehidupan yang telah

dijalaninya, mengalami kesulitan dengan sejumlah pribadinya dan ingin menjadi

individu yang berbeda dengan dirinya saat ini. Oleh karena itu wujud dari

Page 4: BAB I Revisi Part 4

4

penerimaan diri dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan bersikap positif

terhadap dirinya sendiri.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan pada

tanggal 9 April 2012 di rumah masing-masing sumber data yang kemudian

dilanjutkan lagi pada tanggal 27 April 2012 di Puskesmas Kelurahan Talang Ratu.

Berkaitan dengan fenomena penerimaan diri pada umumnya ibu merasakan hal

yang tidak biasa karena harus bangun tengah malam untuk memberikan ASI pada

bayinya sehingga merasakan stress hingga kurang lebih empat bulan dalam

menghadapi perubahan-perubahan secara psikis pasca melahirkan. Kekecewaan

terhadap perubahan tubuhnya yang semakin lebar sehingga mengundang kiritikan

dari suaminya dan mertuanya yang mengakibatkan ibu menjadi tidak percaya diri,

malu untuk pergi keluar rumah dan tidak percaya diri jika bertemu dengan orang

lain karena takut disindir. Kemudian dalam lingkungan kerja ibu merasa tidak

nyaman karena harus menyesuaikan diri lagi dengan perubahan perannya sebagai

ibu dan wanita karir, ditambah lagi ibu merasa malu dengan keaadaannya

sekarang jika dibandingkan dengan karyawati lainnya sehingga ibu merasa sulit

menerima keadaannya dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.

Kemudian berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 27

April 2012 pada ibu dewasa muda pasca melahirkan antara 2 sampai dengan 9

bulan di lingkungan Puskesmas Kelurahan Talang Ratu. Berdasarkan fenomena

yang berkaitan dengan penerimaan diri, pada umumnya ibu-ibu merasa bangga

setelah melewati proses persalinan, bahagia bayi telah lahir sesuai dengan

harapan. Akan tetapi saat minggu-minggu pertama merasa ada ketakutan akan

Page 5: BAB I Revisi Part 4

5

kesanggupannya dalam merawat bayi, namun dukungan orang terdekat yang

selalu memberikan motivasi dan masukan membuat ibu sedikit merasa tenang dan

percaya diri. Adapun 8 diatara 10 ibu yang diwawancarai, mengalami rasa takut

dalam hal perubahan tubuhnya yang tidak seperti dulu. Diantara 10 ibu yang

diwawancarai ada 5 ibu yang mengeluhkan tidak ingin memiliki anak dahulu

sebelum badannya kembali bugar dan siap untuk memiliki anak lagi.

Maslow (Hjelle dan Ziegler, 1992) mengungkapkan bahwa penerimaan

diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ibu pasca melahirkan dapat

menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan

kekurangannya. Ibu pasca melahirkan harus merasa bebas dari rasa malu dan

rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya

penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya.

Menurut Sheerer (Sutadipura, 1995) Faktor-faktor yang dapat

menghambat penerimaan diri, antara lain; (a) Sikap anggota masyarakat yang

tidak menyenangkan atau kurang terbuka, (b). Adanya hambatan dalam

lingkungan, (c) Memiliki hambatan emosional yang berat, (d) Selalu berfikir

negatif tentang masa depan. Salah satu diantaranya yaitu pada poin ‘c’ dikatakan

bahwa adanya hambatan emosional yang dimiliki oleh ibu pasca melahirkan,

hambatan ini dapat dipengaruhi oleh sikap dan perhatian suami terhadap istrinya.

Penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan ialah kemampuan seorang ibu

dalam menghadapi tekanan maupun konflik yang terjadi akibat perubahan fisik

atau citra tubuh, maupun psikologis selama periode pasca melahirkan dan

Page 6: BAB I Revisi Part 4

6

kemampuan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan

lingkungan.

Menurut Keliat (Salbiah, 2003) pandangan yang realistis terhadap diri ibu

pasca melahirkan, menerima dan menyukai bagian tubuh akan mengurangi rasa

cemas dan meningkatkan harga diri. Harga diri memiliki beberapa faktor

pendukung, salah satunya ialah citra tubuh. Individu yang stabil, realistis dan

konsisten terhadap realisasi yang akan memacu sukses didalam kehidupan

individu dapat mengubah citra tubuh secara dinamis.

Menurut Potter dan Perry (1997) citra tubuh adalah persepsi seseorang

tentang tubuhnya, baik secara internal maupun eksternal. Citra tubuh dipengaruhi

oleh pandangan seseorang tentang sifat-sifat fisik dan kemampuan yang dimiliki

dan oleh persepsi orang lain terhadap dirinya. Citra tubuh dipengaruhi juga oleh

perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik. Ukuran, bentuk, massa, struktur,

fungsi dan arti penting tubuh beserta bagian-bagiannya bersifat dinamis dan

sangat mungkin untuk berubah.

Maka dari itu, penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam

pembentukan kepribadian yang positif seorang ibu pasca melahirkan. Ibu yang

memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki persepsi

terhadap citra tubuh (body image) yang baik pula, sehingga bisa menerima citra

tubuhnya (body image) sesuai dengan realitas.

Kekhawatiran tentang perubahan bentuk tubuh selama kehamilan

sebenarnya dapat diatasi dengan tetap aktif bekerja dan berpikir positif. Penelitian

terbaru US Fed News Service (2008) menunjukkan kalau wanita yang tetap aktif

Page 7: BAB I Revisi Part 4

7

bekerja dan berpikir lebih positif tentang perubahan bentuk tubuh mereka dapat

mencegah depresi baik selama mengandung maupun setelah kehamilan.

Bagi banyak wanita, pasca melahirkan merupakan masa khusus dimana

diri mereka dipandang melalui bagaimana fungsi tubuh mereka dan bukan

bagaimana penampilan tubuh mereka di mata orang lain. Pada umumnya, ibu

yang dapat menerima bentuk tubuh pasca melahirkan hanya akan sedikit

terganggu oleh perubahan kondisi. Perubahan fisik selama kehamilan akan

mempengaruhi perubahan body image wanita (Newman & Newman, 2006).

Menurut Cash & Pruzinsky (Thompson, 1999) Body image merupakan

sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian

positif dan negatif. Saat hamil bobot tubuh wanita bisa meningkat drastis. Hal ini

disebabkan adanya pertumbuhan bayi di dalam kandungan. Bayi di dalam

kandungan memiliki berat sekitar 2,8-3,2 kg, ditambah dengan sekitar 0,8 kg

cairan ketuban. Maka setelah melahirkan wanita akan kehilangan sekitar 4 kg.

"Penurunan berat ini memang tidak akan langsung terjadi, dan pasti akan

membutuhkan waktu untuk bisa benar-benar memiliki berat tubuh seperti saat

belum hamil. Dalam minggu pertama, seorang ibu hamil akan kehilangan 1,2- 2

kg dulu. Butuh 9 bulan untuk menambahkan berat kehamilan itu pada tubuh,

maka berikan juga tubuh waktu untuk menghilangkan berat tersebut," ungkap Lisa

Druxman, penulis buku Lean Mommy. Dengan begitu penurunan berat badan yang

cukup lama akan mempengaruhi pola pikir ibu pasca melahirkan dengan adanya

perubahan negatif terhadap body image mereka. (http://female.kompas.com/,

akses tanggal 06 Oktober 2011).

Page 8: BAB I Revisi Part 4

8

Bagi kebanyakan ibu, kehadiran seorang anak akan membawa

kebahagiaan tersendiri bagi para wanita. Namun disamping itu, pasca melahirkan

juga sangat mempengaruhi beberapa perubahan pada ibu, salah satunya yaitu

perubahan pada fisik yaitu penambahan berat badan dan bentuk tubuh yang tidak

ideal. Perubahan ini seringkali terbawa hingga bulan-bulan berikutnya pasca

melahirkan. Bagi wanita yang ramping dan sangat memperhatikan bentuk tubuh

((BMI) Body Mass Index < 19,8), peningkatan berat badan merupakan masalah

besar (Bobak, 1994).

Matlin (2004), menyatakan bahwa perubahan fisik ini juga berhubungan

dengan bertambahnya ketidakpuasan terhadap tubuh pada wanita. Hal ini

dikarenakan kehamilan membawa perubahan pada ukuran dan bentuk tubuh yang

mempengaruhi kondisi fisik yang tampak dari luar pada diri seorang ibu pasca

melahirkan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tanggal 12 Desember 2011 pada

ibu pasca melahirkan di masing-masing tempat tinggal sumber data sebanyak 10

ibu, yang kemudian dilanjutkan kembali tanggal 27 April 2012 untuk melakukan

wawancara dan observasi di Puskesmas Talang Ratu. Berkaitan dengan fenomena

citra tubuh (body image), pada umumnya ibu mengeluhkan perubahan berat badan

dan bentuk tubuh mereka. Ibu mengeluhkan perubahan pada tubuhnya setelah

melahirkan yang mulai dipenuhi dengan lemak yaitu bagian perut, bagian otot

lengan, dan paha, selain itu juga banyaknya guratan disekitar perut dan paha yang

membuat risih. Menurut hasil wawancara, ibu mengutarakan perasaan bahwa

sebelum ibu hamil badannya stabil dan masih ramping. Namun setelah melahirkan

Page 9: BAB I Revisi Part 4

9

bentuk tubuhnya mengalami banyak perubahan, sehingga salah satu dari ibu muda

tersebut menyebutkan istilah klewer-klewer (lemak yang menggelambir) pada

tubuhnya. Rata-rata berat badan ibu naik hingga 10 kg setelah melahirkan dan

juga pakaian yang dimiliki tidak lagi pas untuk dipakai. Selain itu ibu

menyayangkan timbulnya jerawat diwajahnya yang semakin banyak pasca

melahirkan. Sebagian ibu berpikir bahwa seorang wanita harus bisa tampil cantik

di depan suaminya. Selain itu keluarga juga komplain, meski demikian keluarga

tetap memberikan nasihat padanya dan berusaha untuk melakukan upaya-upaya

untuk mengecilkan badan dan menurut perkataan ibu.

Usaha penerimaan diri pasca melahirkan diharapkan mempermudah dalam

mengatasi berbagai masalah dan tekanan atau tuntutan emosional yang berasal

dari dalam diri maupun dari lingkungan. Diharapkan kepada ibu pasca melahirkan

mampu memberikan rasa aman dan nyaman terhadap dirinya juga orang yang ada

didekatnya sehingga dapat menerima perubahan dalam kehidupannya dan juga

memiliki pandangan yang positif terhadap citra tubuhnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul penelitian tentang “hubungan antara body image dengan

penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan di Puskesmas Kelurahan Talang Ratu

Palembang“.

Page 10: BAB I Revisi Part 4

10

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka

permasalahan yang akan diteliti adalah, apakah ada hubungan antara body image

dengan penerimaan diri ibu pasca melahirkan pada kehamilan pertama di

Puskesmas Kelurahan Talang Ratu Palembang?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara body image dengan penerimaan diri ibu pasca melahirkan pada kehamilan

pertama di Puskesmas Kelurahan Talang Ratu Palembang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bidang

psikologi perkembangan yang berkaitan dengan body image terhadap

penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan.

2. Manfaat Praktis

Bagi subjek penelitian: hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi

masukan untuk dapat memperhatikan adanya hubungan antara body image

dengan penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan, khususnya pada ibu

yang memasuki usia dewasa awal (25-30 tahun) yang nantinya akan

berdampak terhadap kondisi fisik dan psikologis wanita saat kehamilan.

Page 11: BAB I Revisi Part 4

11

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Aning Rezki M (2006) di Universitas

Dipenogoro, menjelaskan tentang Hubungan Kenaikan Berat Badan Pada

Trimester I Sampai Trimester II Dengan Kejadian Pre Eklamsi Pada Trimester

III. Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi

yaitu pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan penyebab kematian

ibu karena pre eklamsia adalah 16,3 %. Dalam penelitian ini menggunakan total

populasi, dengan populasi semua ibu bersalin di RSUD dr. Soeroto Ngawi untuk

kurun waktu Januari-Desember 2006, jumlah sampel 193 responden. Untuk

mengidentifikasi hubungan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan taraf

signifikasi α = 5%, untuk analisa faktor risiko dengan menggunakan Ood ratio.

Dari hasil uji statistik hasil x2 hitung (110,507) > x2 Label (3,841) dengan df 1

dan taraf signifikasi α = 0,05 sehingga Ho ditolak ; ada hubungan kenaikan berat

badan pada trimester I sampai dengan trimester II dengan kejadian pre eklamsia

pada trimester III. Hasil OR = 75. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa kenaikan berat badan lebih dari 7 kilogram selama trimester I sampai

trimester II berhubungan dengan pre eklamsi pada trimester III.

Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Sri Hayuningtyas (2010)

yang berasal dari Universitas Sumatera Utara, telah melakukan penelitian yang

berjudul Pengaruh Body Image terhadap Penyesuian diri wanita pada kehamilah

pertama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah Body Image berpengaruh

secara signifikan terhadap penyesuaian diri wanita pada kehamilan pertama.

Subjek pada penelitian ini adalah 60 orang wanita hamil pertama yang

Page 12: BAB I Revisi Part 4

12

memeriksakan kandungan di klinik Life Fertility Centre Binjai dan analisa data

yang dilakukan adalah analisa regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa body

image berpengaruh secara signifikan (p = 0.000) terhadap penyesuaian diri wanita

pada kehamilan pertama. Body image memberikan sumbangan efektif sebesar

19.5% terhadap penyesuaian diri wanita pada kehamilan pertama. Dari hasil

tambahan diperoleh hasil bahwa body image berpengaruh secara signifikan pada

subjek berusia 26-30 tahun; subjek yang bekerja; dan subjek dengan usia

kandungan berada pada trimester III.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Shella Rafika (2010) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tentang penerimaan diri, dengan variabel kontrol Anak

Berhadapan Hukum (ABH) usia 12-18 tahun di Panti Sosial Marsudi Putra

(PSMP) Handayani. Subjek dalam penelitian ini adalah 106 Anak Berhadapan

Hukum (ABH) Hasil pengujian hipotesis penerimaan diri (self acceptance)

sebagai DV mengahasilkan R2 : 0.185, yang berarti 18,5% dari bervariasinya

penerimaan diri ditentukan oleh ke 10 IV tersebut dengan nilai F yang dihasilkan

adalah 2.16. Karena nilai F yang dihasilkan memiliki probability p < 0.05, maka

dapat dikatakan signifikan.

Kemudian selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Thomas F. Cash and

Karen L. Hicks (1990) di Universitas Old Dimion, Norfolk, Virginia menjelaskan

bahwa sebagian besar perempuan dan sekitar seperempat dari pria yang berat

badan yang normal secara objektif menganggap diri mereka kelebihan berat

badan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan psikologis

antara orang-orang tertentu sebagai fungsi dari berat badan mereka sendiri dengan

Page 13: BAB I Revisi Part 4

13

klasifikasi berat aktual dikendalikan dan sebaliknya. Subyek sampel dari survei

nasional. Studi 1 dibandingkan berat badan normal subyek diri diklasifikasikan

sebagai kelebihan berat badan dengan usia dan berat cocok subyek yang mandiri

diklasifikasikan sebagai berat badan normal (ns = 198 perempuan dan 130 laki-

laki) pada aspek citra tubuh, perilaku diet makan, dan psikososial kesejahteraan.

Relatif terhadap kontrol, self-baris subyek kelebihan berat badan dari kedua jenis

kelamin melaporkan citra tubuh kurang adaptif dalam beberapa hal, dan pesta

makan lebih sering dan pengendalian diri diet untuk menurunkan berat badan,

serta miskin kesejahteraan. Studi 2 dimasukkan hanya diri diklasifikasikan mata

pelajaran kelebihan berat badan dan dibandingkan mereka yang sebenarnya

kelebihan berat badan dengan berat badan normal kontrol (n= 112 yang

perempuan dan 106 laki-laki).

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Deborah Leann Reas di

Indiana University (1995) dijelaskan bahwa. Penilitian dilakukan pada remaja di

kalangan mahasiswa baru. Berdasarkan data yang ada, tampak bahwa citra tubuh

meningkat secara signifikan menyusul penurunan berat badan rata-rata 12% dan

agen perubahan tampaknya penurunan estimasi ukuran tubuh saat ini (CBS), yang

kemudian dikurangi nilai perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BMI

awal yang lebih tinggi, kecenderungan untuk makan berlebihan, dan depresi

adalah prediktor signifikan perbedaan citra tubuh pada awal, akuntansi untuk

50,7% dari varians (r = 0,712.). Dengan demikian, hipotesis kedua sebagian

didukung. Penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan hubungan yang

signifikan antara pesta-makan perilaku, depresi, dan tubuh ketidakpuasan gambar

Page 14: BAB I Revisi Part 4

14

pada orang gemuk. (Cargill, Clark, Pera, Niaura, Abrams, 1999;. Grilo, dkk,

1994).

Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini

adalah Henggaryadi G (2008) “Hubungan antara Body Image dengan Harga Diri

pada Remaja Pria yang Mengikuti Latihan Fitnes/Kebugaran” Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Sampel penelitian adalah remaja

pria berusia 13-24 tahun yang telah mengikuti latihan fitness selama sekitar 3

bulan sampai 1 tahun keatas dan jumlah sampel yang diambil adalah 100

responden. Hasilnya adalah terdapat hubungan yang sangat signifikan antara body

image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan fitness.

Persamaan penelitian Henggaryadi dengan penelitian ini adalah variabel

dependent dan independentnya.

Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah Cholifah (2010) “Persepsi

body image, asupan energi, dan aktivitas fisik pada remaja overweight dan

normalweight” penelitian ini dilakukan pada siswi SMP negeri 3 semarang.

Prevalensi overweight terus meningkat pada remaja putri. Body image, asupan

energi, dan aktivitas fisik merupakan faktor yang ikut beperan pada kejadian

overweight. Penelitian ini menggunakan metode desain kasus kontrol dengan

subjek penelitian siswi SMP Negeri 3 Semarang dipilih secara Simple Random

Sampling yang terdiri dari 28 orang kasus (overweight) dan 28 kontrol

(normalweight). Hasil yang didapatkan adalah revalensi overweight pada

penelitian ini adalah 15,8%. Sebagian besar kasus merasa tidak puas pada bentuk

dan ukuran tubuhnya (64,2%), sedangkan pada kontrol hanya 17,8% yang merasa

Page 15: BAB I Revisi Part 4

15

tidak puas. Pada kasus 25% memiliki tingkat asupan energi lebih, sedangkan pada

kelompok kontrol tidak ada yang memiliki asupan energi lebih. Sebanyak 35,8%

dari kasus memiliki aktivitas ringan dan kelompok kontrol 60,8% memiliki

aktivitas ringan. Ada perbedaaan body image, asupan energi, dan aktivitas fisik

antara remaja putri yang overweight dan normal (p = 0,001, p =0,045 dan p =

0,034).

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Candra, Farida Aprilina Tabitha

(2008) yang mengangkat judul Hubungan Antara Penerimaan Diri Remaja

Terhadap Penampilan Fisik Dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui: hubungan antara penerimaan diri remaja terhadap penampilan fisik

dengan kemampuan komunikasi interpersonal. Jenis penelitian ini yaitu

kuantitatif, variabel bebas dari penelitian ini yaitu: penerimaan diri remaja

terhadap penampilan fisik, dan variabel tergantung: kemampuan komunikasi

interpersonal. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I dan II SMK

Muda Patria Yogyakarta yang berjumlah 65 orang, dan teknik pengambilan

sampel yang dilakukan adalah cluster sample. Dari hasil analisis data yang

menggunakan teknik product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar

0, 535 dengan p < 0,01. Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini

terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan diri remaja

terhadap penampilan fisik dengan kemampuan komunikasi interpersonal.

Page 16: BAB I Revisi Part 4

16

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, bahwa variable dan subjek tempat

penelitian tidak ada kesamaan dari penelitian yang pernah dilakukan, sehingga

penelitian ini bisa dikatakan orisinil dan bisa dipertanggung jawabkan.