BAB I Revisi Part 4
description
Transcript of BAB I Revisi Part 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa dewasa merupakan masa peralihan dari masa remaja ke masa usia
lanjut. Pada masa ini, wanita dewasa telah menyelesaikan pertumbuhannya dan
siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan wanita dewasa
lainnya. Periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-
harapan sosial baru juga akan dialami oleh wanita dewasa. Wanita dewasa
diharapkan mampu mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan, dan
nilai-nilai baru yang sesuai dengan tugas perkembangannya (Hurlock, 1999).
Tugas perkembangan yang baru itu ialah menjadi seorang istri dan ibu.
Menjadi seorang ibu merupakan sebuah pengorbanan yang besar, tidak hanya
ketika proses melahirkan namun juga perubahan tubuh yang harus dialami setelah
9 bulan mengandung dan mengalami proses melahirkan. Hal ini akan menjadi
suatu kebanggaan seorang wanita saat dirinya mengalami kehamilan dan menjadi
seorang ibu. Biasanya seorang ibu akan mengembangkan mekanisme kepuasan
dan kebanggaan ketika lahirnya seorang bayi, baik itu bayi anak pertama maupun
anak yang kedua, ketiga dan seterusnya. Karena dirinya merasa bisa memenuhi
tugas kewajiban sebagai wanita dan sebagai penerus generasi. Rasa bahagia juga
timbul karena sebagian wanita menganggap bahwa menjadi seorang ibu
merupakan kebanggaan sebagai wujud kesempurnaan. Namun terkadang
kesempurnaan yang telah terwujud, akan timbul kekurangan secara psikis maupun
1
2
fisiologis. Hal ini dikarenakan banyaknya wanita terutama wanita dewasa dini
masih ingin mempertahankan kemolekan dan keindahan tubuh mereka setelah
melahirkan. Bukan hanya dari bentuk tubuh, bahkan dari fungsi tubuh lainnya
yang dulu wanita banggakan. Misalnya saja pada kulit yang dulu kencang menjadi
kendor pasca melahirkan, kemudian bagian-bagian tubuh lain yang mulai tidak
menunjukkan estetika lagi.
Wanita dewasa dini yang telah menjalani proses persalinan pada umumnya
masih ingin memiliki tubuh yang ideal, namun pasca melahirkan tubuh ibu
cenderung menjadi gemuk karena otot yang melemah dan kenaikan berat badan
akibat makanan yang harus dijaga untuk kebutuhan janin saat mengandung.
Banyak ibu merasa takut, setelah melahirkan akan memiliki tubuh yang gemuk,
nafsu makan meningkat karena harus menyusui, dan sebagainya. Hal ini membuat
para ibu melakukan diet ketat untuk membuat kondisi tubuh mereka seperti
semula. Hal ini menandakan kurangnya sikap positif terhadap dirinya dalam
menerima bentuk tubuhnya yang baru (http://female.kompas.com/ Tanggal 30
Maret 2012). Maka dari itu ibu membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri
untuk dapat menerima dengan keadaannya yang baru. Ibu akan mengalami gejala
emosional, perasaan, dimana ibu merasa murung, tidak bisa tidur, kelelahan fisik
yang berlebihan, dan tidak mengetahui apa yang bisa dilakukan atas peranannya
yang baru.
Menurut Hurlock (1999) tugas perkembangan wanita pada masa dewasa
muda, ialah mengalami perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar menjadi
orang dewasa mandiri dengan menentukan pola hidup baru, memikul tanggung
3
jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Masa ini adalah masa rentan
dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Pada saat yang sama, ibu
mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dan tidak mampu mengontrol
situasi. Sehingga akan mempengaruhi hubungannya dengan orang yang ada
disekitarnya. Semua wanita mengalami perubahan ini, akan tetapi segalanya
tergantung pada intensitas dan koping terbaik apa yang dilakukan wanita tertentu
pada perubahan ini.
Sejumlah aspek dalam kehidupan wanita setelah melahirkan menunjukkan
bahwa memiliki anak merupakan tantangan dalam kehidupan yang menuntut
penyesuaian. Nicolson (Bobak, 1994) membagi empat aspek yang memerlukan
kemampuan penanggulangan (coping) secara nyata pasca persalinan seorang
wanita, yaitu perubahan fisik, perasaan tidak nyaman, adanya sistem dukungan,
dan kehilangan akan identitasnya yang dulu. Faktor-faktor seperti perubahan fisik
dan emosional yang komlpeks, aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada minggu-
minggu atau bulan-bulan setelah melahirkan sangat berpengaruh terhadap
penerimaan diri ibu pasca melahirkan.
Menurut Ryff (1996), penerimaan diri penting bagi terwujudnya kondisi
sehat secara mental. Salah satu dari enam konsep kesejahteraan psikologis yang
dijelaskan oleh Ryff adalah penerimaan diri. Lebih lanjut Ryff (1996)
menjelaskan, individu memiliki penerimaan diri yang rendah, apabila dirinya
merasa tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa dengan kehidupan yang telah
dijalaninya, mengalami kesulitan dengan sejumlah pribadinya dan ingin menjadi
individu yang berbeda dengan dirinya saat ini. Oleh karena itu wujud dari
4
penerimaan diri dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan bersikap positif
terhadap dirinya sendiri.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan pada
tanggal 9 April 2012 di rumah masing-masing sumber data yang kemudian
dilanjutkan lagi pada tanggal 27 April 2012 di Puskesmas Kelurahan Talang Ratu.
Berkaitan dengan fenomena penerimaan diri pada umumnya ibu merasakan hal
yang tidak biasa karena harus bangun tengah malam untuk memberikan ASI pada
bayinya sehingga merasakan stress hingga kurang lebih empat bulan dalam
menghadapi perubahan-perubahan secara psikis pasca melahirkan. Kekecewaan
terhadap perubahan tubuhnya yang semakin lebar sehingga mengundang kiritikan
dari suaminya dan mertuanya yang mengakibatkan ibu menjadi tidak percaya diri,
malu untuk pergi keluar rumah dan tidak percaya diri jika bertemu dengan orang
lain karena takut disindir. Kemudian dalam lingkungan kerja ibu merasa tidak
nyaman karena harus menyesuaikan diri lagi dengan perubahan perannya sebagai
ibu dan wanita karir, ditambah lagi ibu merasa malu dengan keaadaannya
sekarang jika dibandingkan dengan karyawati lainnya sehingga ibu merasa sulit
menerima keadaannya dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Kemudian berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 27
April 2012 pada ibu dewasa muda pasca melahirkan antara 2 sampai dengan 9
bulan di lingkungan Puskesmas Kelurahan Talang Ratu. Berdasarkan fenomena
yang berkaitan dengan penerimaan diri, pada umumnya ibu-ibu merasa bangga
setelah melewati proses persalinan, bahagia bayi telah lahir sesuai dengan
harapan. Akan tetapi saat minggu-minggu pertama merasa ada ketakutan akan
5
kesanggupannya dalam merawat bayi, namun dukungan orang terdekat yang
selalu memberikan motivasi dan masukan membuat ibu sedikit merasa tenang dan
percaya diri. Adapun 8 diatara 10 ibu yang diwawancarai, mengalami rasa takut
dalam hal perubahan tubuhnya yang tidak seperti dulu. Diantara 10 ibu yang
diwawancarai ada 5 ibu yang mengeluhkan tidak ingin memiliki anak dahulu
sebelum badannya kembali bugar dan siap untuk memiliki anak lagi.
Maslow (Hjelle dan Ziegler, 1992) mengungkapkan bahwa penerimaan
diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ibu pasca melahirkan dapat
menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Ibu pasca melahirkan harus merasa bebas dari rasa malu dan
rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya
penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya.
Menurut Sheerer (Sutadipura, 1995) Faktor-faktor yang dapat
menghambat penerimaan diri, antara lain; (a) Sikap anggota masyarakat yang
tidak menyenangkan atau kurang terbuka, (b). Adanya hambatan dalam
lingkungan, (c) Memiliki hambatan emosional yang berat, (d) Selalu berfikir
negatif tentang masa depan. Salah satu diantaranya yaitu pada poin ‘c’ dikatakan
bahwa adanya hambatan emosional yang dimiliki oleh ibu pasca melahirkan,
hambatan ini dapat dipengaruhi oleh sikap dan perhatian suami terhadap istrinya.
Penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan ialah kemampuan seorang ibu
dalam menghadapi tekanan maupun konflik yang terjadi akibat perubahan fisik
atau citra tubuh, maupun psikologis selama periode pasca melahirkan dan
6
kemampuan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan
lingkungan.
Menurut Keliat (Salbiah, 2003) pandangan yang realistis terhadap diri ibu
pasca melahirkan, menerima dan menyukai bagian tubuh akan mengurangi rasa
cemas dan meningkatkan harga diri. Harga diri memiliki beberapa faktor
pendukung, salah satunya ialah citra tubuh. Individu yang stabil, realistis dan
konsisten terhadap realisasi yang akan memacu sukses didalam kehidupan
individu dapat mengubah citra tubuh secara dinamis.
Menurut Potter dan Perry (1997) citra tubuh adalah persepsi seseorang
tentang tubuhnya, baik secara internal maupun eksternal. Citra tubuh dipengaruhi
oleh pandangan seseorang tentang sifat-sifat fisik dan kemampuan yang dimiliki
dan oleh persepsi orang lain terhadap dirinya. Citra tubuh dipengaruhi juga oleh
perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik. Ukuran, bentuk, massa, struktur,
fungsi dan arti penting tubuh beserta bagian-bagiannya bersifat dinamis dan
sangat mungkin untuk berubah.
Maka dari itu, penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam
pembentukan kepribadian yang positif seorang ibu pasca melahirkan. Ibu yang
memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki persepsi
terhadap citra tubuh (body image) yang baik pula, sehingga bisa menerima citra
tubuhnya (body image) sesuai dengan realitas.
Kekhawatiran tentang perubahan bentuk tubuh selama kehamilan
sebenarnya dapat diatasi dengan tetap aktif bekerja dan berpikir positif. Penelitian
terbaru US Fed News Service (2008) menunjukkan kalau wanita yang tetap aktif
7
bekerja dan berpikir lebih positif tentang perubahan bentuk tubuh mereka dapat
mencegah depresi baik selama mengandung maupun setelah kehamilan.
Bagi banyak wanita, pasca melahirkan merupakan masa khusus dimana
diri mereka dipandang melalui bagaimana fungsi tubuh mereka dan bukan
bagaimana penampilan tubuh mereka di mata orang lain. Pada umumnya, ibu
yang dapat menerima bentuk tubuh pasca melahirkan hanya akan sedikit
terganggu oleh perubahan kondisi. Perubahan fisik selama kehamilan akan
mempengaruhi perubahan body image wanita (Newman & Newman, 2006).
Menurut Cash & Pruzinsky (Thompson, 1999) Body image merupakan
sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian
positif dan negatif. Saat hamil bobot tubuh wanita bisa meningkat drastis. Hal ini
disebabkan adanya pertumbuhan bayi di dalam kandungan. Bayi di dalam
kandungan memiliki berat sekitar 2,8-3,2 kg, ditambah dengan sekitar 0,8 kg
cairan ketuban. Maka setelah melahirkan wanita akan kehilangan sekitar 4 kg.
"Penurunan berat ini memang tidak akan langsung terjadi, dan pasti akan
membutuhkan waktu untuk bisa benar-benar memiliki berat tubuh seperti saat
belum hamil. Dalam minggu pertama, seorang ibu hamil akan kehilangan 1,2- 2
kg dulu. Butuh 9 bulan untuk menambahkan berat kehamilan itu pada tubuh,
maka berikan juga tubuh waktu untuk menghilangkan berat tersebut," ungkap Lisa
Druxman, penulis buku Lean Mommy. Dengan begitu penurunan berat badan yang
cukup lama akan mempengaruhi pola pikir ibu pasca melahirkan dengan adanya
perubahan negatif terhadap body image mereka. (http://female.kompas.com/,
akses tanggal 06 Oktober 2011).
8
Bagi kebanyakan ibu, kehadiran seorang anak akan membawa
kebahagiaan tersendiri bagi para wanita. Namun disamping itu, pasca melahirkan
juga sangat mempengaruhi beberapa perubahan pada ibu, salah satunya yaitu
perubahan pada fisik yaitu penambahan berat badan dan bentuk tubuh yang tidak
ideal. Perubahan ini seringkali terbawa hingga bulan-bulan berikutnya pasca
melahirkan. Bagi wanita yang ramping dan sangat memperhatikan bentuk tubuh
((BMI) Body Mass Index < 19,8), peningkatan berat badan merupakan masalah
besar (Bobak, 1994).
Matlin (2004), menyatakan bahwa perubahan fisik ini juga berhubungan
dengan bertambahnya ketidakpuasan terhadap tubuh pada wanita. Hal ini
dikarenakan kehamilan membawa perubahan pada ukuran dan bentuk tubuh yang
mempengaruhi kondisi fisik yang tampak dari luar pada diri seorang ibu pasca
melahirkan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tanggal 12 Desember 2011 pada
ibu pasca melahirkan di masing-masing tempat tinggal sumber data sebanyak 10
ibu, yang kemudian dilanjutkan kembali tanggal 27 April 2012 untuk melakukan
wawancara dan observasi di Puskesmas Talang Ratu. Berkaitan dengan fenomena
citra tubuh (body image), pada umumnya ibu mengeluhkan perubahan berat badan
dan bentuk tubuh mereka. Ibu mengeluhkan perubahan pada tubuhnya setelah
melahirkan yang mulai dipenuhi dengan lemak yaitu bagian perut, bagian otot
lengan, dan paha, selain itu juga banyaknya guratan disekitar perut dan paha yang
membuat risih. Menurut hasil wawancara, ibu mengutarakan perasaan bahwa
sebelum ibu hamil badannya stabil dan masih ramping. Namun setelah melahirkan
9
bentuk tubuhnya mengalami banyak perubahan, sehingga salah satu dari ibu muda
tersebut menyebutkan istilah klewer-klewer (lemak yang menggelambir) pada
tubuhnya. Rata-rata berat badan ibu naik hingga 10 kg setelah melahirkan dan
juga pakaian yang dimiliki tidak lagi pas untuk dipakai. Selain itu ibu
menyayangkan timbulnya jerawat diwajahnya yang semakin banyak pasca
melahirkan. Sebagian ibu berpikir bahwa seorang wanita harus bisa tampil cantik
di depan suaminya. Selain itu keluarga juga komplain, meski demikian keluarga
tetap memberikan nasihat padanya dan berusaha untuk melakukan upaya-upaya
untuk mengecilkan badan dan menurut perkataan ibu.
Usaha penerimaan diri pasca melahirkan diharapkan mempermudah dalam
mengatasi berbagai masalah dan tekanan atau tuntutan emosional yang berasal
dari dalam diri maupun dari lingkungan. Diharapkan kepada ibu pasca melahirkan
mampu memberikan rasa aman dan nyaman terhadap dirinya juga orang yang ada
didekatnya sehingga dapat menerima perubahan dalam kehidupannya dan juga
memiliki pandangan yang positif terhadap citra tubuhnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul penelitian tentang “hubungan antara body image dengan
penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan di Puskesmas Kelurahan Talang Ratu
Palembang“.
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka
permasalahan yang akan diteliti adalah, apakah ada hubungan antara body image
dengan penerimaan diri ibu pasca melahirkan pada kehamilan pertama di
Puskesmas Kelurahan Talang Ratu Palembang?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara body image dengan penerimaan diri ibu pasca melahirkan pada kehamilan
pertama di Puskesmas Kelurahan Talang Ratu Palembang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bidang
psikologi perkembangan yang berkaitan dengan body image terhadap
penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan.
2. Manfaat Praktis
Bagi subjek penelitian: hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi
masukan untuk dapat memperhatikan adanya hubungan antara body image
dengan penerimaan diri pada ibu pasca melahirkan, khususnya pada ibu
yang memasuki usia dewasa awal (25-30 tahun) yang nantinya akan
berdampak terhadap kondisi fisik dan psikologis wanita saat kehamilan.
11
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Aning Rezki M (2006) di Universitas
Dipenogoro, menjelaskan tentang Hubungan Kenaikan Berat Badan Pada
Trimester I Sampai Trimester II Dengan Kejadian Pre Eklamsi Pada Trimester
III. Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi
yaitu pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan penyebab kematian
ibu karena pre eklamsia adalah 16,3 %. Dalam penelitian ini menggunakan total
populasi, dengan populasi semua ibu bersalin di RSUD dr. Soeroto Ngawi untuk
kurun waktu Januari-Desember 2006, jumlah sampel 193 responden. Untuk
mengidentifikasi hubungan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan taraf
signifikasi α = 5%, untuk analisa faktor risiko dengan menggunakan Ood ratio.
Dari hasil uji statistik hasil x2 hitung (110,507) > x2 Label (3,841) dengan df 1
dan taraf signifikasi α = 0,05 sehingga Ho ditolak ; ada hubungan kenaikan berat
badan pada trimester I sampai dengan trimester II dengan kejadian pre eklamsia
pada trimester III. Hasil OR = 75. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kenaikan berat badan lebih dari 7 kilogram selama trimester I sampai
trimester II berhubungan dengan pre eklamsi pada trimester III.
Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Sri Hayuningtyas (2010)
yang berasal dari Universitas Sumatera Utara, telah melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Body Image terhadap Penyesuian diri wanita pada kehamilah
pertama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah Body Image berpengaruh
secara signifikan terhadap penyesuaian diri wanita pada kehamilan pertama.
Subjek pada penelitian ini adalah 60 orang wanita hamil pertama yang
12
memeriksakan kandungan di klinik Life Fertility Centre Binjai dan analisa data
yang dilakukan adalah analisa regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa body
image berpengaruh secara signifikan (p = 0.000) terhadap penyesuaian diri wanita
pada kehamilan pertama. Body image memberikan sumbangan efektif sebesar
19.5% terhadap penyesuaian diri wanita pada kehamilan pertama. Dari hasil
tambahan diperoleh hasil bahwa body image berpengaruh secara signifikan pada
subjek berusia 26-30 tahun; subjek yang bekerja; dan subjek dengan usia
kandungan berada pada trimester III.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Shella Rafika (2010) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tentang penerimaan diri, dengan variabel kontrol Anak
Berhadapan Hukum (ABH) usia 12-18 tahun di Panti Sosial Marsudi Putra
(PSMP) Handayani. Subjek dalam penelitian ini adalah 106 Anak Berhadapan
Hukum (ABH) Hasil pengujian hipotesis penerimaan diri (self acceptance)
sebagai DV mengahasilkan R2 : 0.185, yang berarti 18,5% dari bervariasinya
penerimaan diri ditentukan oleh ke 10 IV tersebut dengan nilai F yang dihasilkan
adalah 2.16. Karena nilai F yang dihasilkan memiliki probability p < 0.05, maka
dapat dikatakan signifikan.
Kemudian selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Thomas F. Cash and
Karen L. Hicks (1990) di Universitas Old Dimion, Norfolk, Virginia menjelaskan
bahwa sebagian besar perempuan dan sekitar seperempat dari pria yang berat
badan yang normal secara objektif menganggap diri mereka kelebihan berat
badan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan psikologis
antara orang-orang tertentu sebagai fungsi dari berat badan mereka sendiri dengan
13
klasifikasi berat aktual dikendalikan dan sebaliknya. Subyek sampel dari survei
nasional. Studi 1 dibandingkan berat badan normal subyek diri diklasifikasikan
sebagai kelebihan berat badan dengan usia dan berat cocok subyek yang mandiri
diklasifikasikan sebagai berat badan normal (ns = 198 perempuan dan 130 laki-
laki) pada aspek citra tubuh, perilaku diet makan, dan psikososial kesejahteraan.
Relatif terhadap kontrol, self-baris subyek kelebihan berat badan dari kedua jenis
kelamin melaporkan citra tubuh kurang adaptif dalam beberapa hal, dan pesta
makan lebih sering dan pengendalian diri diet untuk menurunkan berat badan,
serta miskin kesejahteraan. Studi 2 dimasukkan hanya diri diklasifikasikan mata
pelajaran kelebihan berat badan dan dibandingkan mereka yang sebenarnya
kelebihan berat badan dengan berat badan normal kontrol (n= 112 yang
perempuan dan 106 laki-laki).
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Deborah Leann Reas di
Indiana University (1995) dijelaskan bahwa. Penilitian dilakukan pada remaja di
kalangan mahasiswa baru. Berdasarkan data yang ada, tampak bahwa citra tubuh
meningkat secara signifikan menyusul penurunan berat badan rata-rata 12% dan
agen perubahan tampaknya penurunan estimasi ukuran tubuh saat ini (CBS), yang
kemudian dikurangi nilai perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BMI
awal yang lebih tinggi, kecenderungan untuk makan berlebihan, dan depresi
adalah prediktor signifikan perbedaan citra tubuh pada awal, akuntansi untuk
50,7% dari varians (r = 0,712.). Dengan demikian, hipotesis kedua sebagian
didukung. Penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan hubungan yang
signifikan antara pesta-makan perilaku, depresi, dan tubuh ketidakpuasan gambar
14
pada orang gemuk. (Cargill, Clark, Pera, Niaura, Abrams, 1999;. Grilo, dkk,
1994).
Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini
adalah Henggaryadi G (2008) “Hubungan antara Body Image dengan Harga Diri
pada Remaja Pria yang Mengikuti Latihan Fitnes/Kebugaran” Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Sampel penelitian adalah remaja
pria berusia 13-24 tahun yang telah mengikuti latihan fitness selama sekitar 3
bulan sampai 1 tahun keatas dan jumlah sampel yang diambil adalah 100
responden. Hasilnya adalah terdapat hubungan yang sangat signifikan antara body
image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan fitness.
Persamaan penelitian Henggaryadi dengan penelitian ini adalah variabel
dependent dan independentnya.
Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah Cholifah (2010) “Persepsi
body image, asupan energi, dan aktivitas fisik pada remaja overweight dan
normalweight” penelitian ini dilakukan pada siswi SMP negeri 3 semarang.
Prevalensi overweight terus meningkat pada remaja putri. Body image, asupan
energi, dan aktivitas fisik merupakan faktor yang ikut beperan pada kejadian
overweight. Penelitian ini menggunakan metode desain kasus kontrol dengan
subjek penelitian siswi SMP Negeri 3 Semarang dipilih secara Simple Random
Sampling yang terdiri dari 28 orang kasus (overweight) dan 28 kontrol
(normalweight). Hasil yang didapatkan adalah revalensi overweight pada
penelitian ini adalah 15,8%. Sebagian besar kasus merasa tidak puas pada bentuk
dan ukuran tubuhnya (64,2%), sedangkan pada kontrol hanya 17,8% yang merasa
15
tidak puas. Pada kasus 25% memiliki tingkat asupan energi lebih, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak ada yang memiliki asupan energi lebih. Sebanyak 35,8%
dari kasus memiliki aktivitas ringan dan kelompok kontrol 60,8% memiliki
aktivitas ringan. Ada perbedaaan body image, asupan energi, dan aktivitas fisik
antara remaja putri yang overweight dan normal (p = 0,001, p =0,045 dan p =
0,034).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Candra, Farida Aprilina Tabitha
(2008) yang mengangkat judul Hubungan Antara Penerimaan Diri Remaja
Terhadap Penampilan Fisik Dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui: hubungan antara penerimaan diri remaja terhadap penampilan fisik
dengan kemampuan komunikasi interpersonal. Jenis penelitian ini yaitu
kuantitatif, variabel bebas dari penelitian ini yaitu: penerimaan diri remaja
terhadap penampilan fisik, dan variabel tergantung: kemampuan komunikasi
interpersonal. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I dan II SMK
Muda Patria Yogyakarta yang berjumlah 65 orang, dan teknik pengambilan
sampel yang dilakukan adalah cluster sample. Dari hasil analisis data yang
menggunakan teknik product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0, 535 dengan p < 0,01. Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini
terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan diri remaja
terhadap penampilan fisik dengan kemampuan komunikasi interpersonal.
16
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, bahwa variable dan subjek tempat
penelitian tidak ada kesamaan dari penelitian yang pernah dilakukan, sehingga
penelitian ini bisa dikatakan orisinil dan bisa dipertanggung jawabkan.