BAB I RANGKUMAN · RANGKUMAN A. Masalah yang diteliti Praktek penjualan rokok secara satuan...
Transcript of BAB I RANGKUMAN · RANGKUMAN A. Masalah yang diteliti Praktek penjualan rokok secara satuan...
BAB I
RANGKUMAN
A. Masalah yang diteliti
Praktek penjualan rokok secara satuan merupakan suatu fenomena baru
yang muncul di negara-negara Asia. Hal serupa juga terjadi di Filipina yang
merupakan salah satu negara pengkonsumsi rokok impor terbesar di Asia yang
sekaligus terkenal akan kesetiaannya pada merek-merek rokok tertentu. Saat ini
perekonomian Filipina telah memasuki suatu era baru di mana kesempatan untuk
industri baru terbuka lebar. Adanya peningkatan kegiatan perekonomian ini telah
menjadikan Filipina sebagai salah satu sasaran baru bagi para pengusaha rokok. Hal
ini juga mengakibatkan maraknya impor rokok dari berbagai negara. Banyaknya
peredaran rokok impor tentu saja membawa dampak yang kurang baik terhadap harga
penjualan rokok. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Filipina untuk
mengantisipasi hal tersebut termasuk penetapan kebijaksanaan pajak baru untuk
penjualan serta pemasaran rokok impor. Namun upaya tersebut sama sekali tidak
membuahkan hasil. Hal ini disebabkan oleh besarnya daya beli masyarakat terlebih-
lebih yang dilakukan secara eceran (tingui - retail dalam bahasa Filipina).
Apakah hal ini akan mengacu pada pergantian merek rokok? Apakah
reaksi para pengusaha eceran terhadap kenaikan harga rokok? Apakah hal ini juga
akan menyebabkan menurunnya konsumsi rokok di kalangan masyarakat? Pernyataan
di atas menyebabkan peneliti ingin menyelidiki dampak-dampak apakah yang akan
muncul atas kenaikan harga rokok terhadap pergantian merek rokok bilamana praktek
"tingur diterapkan?
12
Perumusan masalah
• Apakah dampak-dampak yang akan muncul atas kenaikan harga rokok terhadap
pergantian merek rokok bilamana praktek "tingui" diterapkan?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak-dampak
apakah yang akan muncul atas kenaikan harga rokok terhadap pergantian merek
rokok bilamana praktek "tingui" diterapkan.
C. Hipotesa
Filipina merupakan salah satu negara pengkonsumsi rokok terbesar di
Asia. Dengan kata lain, kebutuhan akan rokok begitu besar sehingga menjadikan
Filipina sebagai salah satu pusat penjualan rokok terbesar di Asia. Sebagai salah satu
pusat penjualan rokok, Filipina memiliki pangsa pasar yang cukup kuat. Bukan suatu
hal yang tidak mungkin apabila para pengusaha rokok sangat memperhatikan kualitas
serta harga rokok yang mereka produksi. Perubahan akan tarif harga suatu merek
rokok bukan hanya dapat mempengaruhi jumlah penjualan rokok merek tersebut
melainkan juga rokok merek lainnya di pasaran. Untuk mengatasi dampak kenaikan
harga rokok, peneliti mengajukan beberapa hipotesa. Berikut ini adalah beberapa
hipotesa yang dikemukakan oleh peneliti:
1. Apabila terjadi kenaikan harga satu merek rokok, maka ceteris paribus, jumlah
penjualan tiap-tiap unit akan mengalami penurunan apabila tidak terdapat
kenaikan harga untuk merek rokok lainnya. Penurunan jumlah penjualan itu akan
terlihat dengan adanya peningkatan jumlah penjualan merek-merek rokok lainnya.
13
2. Apabila kualitas merek-merek rokok lainnya jauh lebih baik dibandingkan dengan
merek rokok yang mengalami kenaikan harga, maka keinginan para konsumen
untuk mengkonsumsi merek-merek rokok lainnya akan jauh lebih besar
dibandingkan apabila merek rokok tersebut memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan merek-merek rokok lainnya.
3. Kesetiaan para konsumen pada suatu merek rokok mampu mengurangi keinginan
mereka untuk mengkonsumsi merek-merek rokok lainnya yang diakibatkan oleh
perubahan harga. (Kesetiaan para konsumen pada suatu merek rokok juga dapat
mengurangi cross-price elasticity).
Hipotesa ini dianggap layak digunakan dalam penelitian ini mengingat
keberhasilan suatu produk di pasaran banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
harga, kualitas, serta merek.
D. Asumsi
Untuk kepentingan penelitian ini, pemilihan retailer besar dan kecil
dilaksanakan berdasarkan daftar para pedagang yang menyediakan rokok sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan. Persediaan rokok yang disediakan oleh para
pedagang terhadap retailer besar dan kecil yang ikut berpatisipasi dalam penelitian ini
digunakan sebagai reference dari jumlah penjualan. Empat merek rokok ternama yang
terdiri dari satu tanpa menthol serta tiga lainnya dengan menthol digunakan sebagai
stimuli. Harga merek-merek rokok lokal dimanipulasi sedangkan merek-merek rokok
impor dipasarkan seperti sedia kala.
14
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua macam metode penelitian. Pertama
adalah metode survei yang bertujuan untuk mengetahui pilihan konsumen terhadap
berbagai macam merek rokok yang ada di pasaran sekaligus untuk mengetahui
pertimbangan mereka untuk beralih ke merek rokok lainnya yang disebabkan oleh
faktor harga. Survei ini dilakukan di beberapa kota seperti Baguio, Davao, Cebu serta
Caloocan mengingat keempat kota tersebut merupakan pusat perdagangan serta
industri terbesar di Filipina. Metode kedua adalah eksperimen. Empat puluh retailer
besar serta delapan puluh retailer kecil ikut ambil bagian dalam eksperimen ini. Untuk
memudahkan pelaksanaan eksperimen ini, jumlah penjualan diperhitungkan
berdasarkan hasil penjualan rokok di tempat-tempat yang banyak pengunjungnya.
Empat merek rokok ternama yang terdiri atas satu tanpa menthol, tiga dengan menthol
digunakan sebagai stimuli.
F. Pengumpulan Data
Masing-masing kota dibagi menjadi empat quadrant kemudian manipulasi
harga dilakukan sebagai berikut:
KotaX
Quadrant 1
Quadrant 3
Quadrant 2
Quadrant 4
1. Pada minggu pertama eksperimen, tidak terdapat perubahan harga di quadrant 1.
Sedangkan di quadrant 2 harga merek rokok yang tanpa menthol mengalami
perubahan dengan kenaikan sebesar 2 peso. Hal serupa juga terjadi di quadrant 3
15
dan 4. Kenaikan sebesar 4 peso terjadi di quadrant 3, kenaikan sebesar 6 peso
terjadi di quadrant 4. Untuk rokok menthol, tidak terdapat perubahan harga di
semua quadrant.
2. Pada minggu kedua, harga rokok menthol pertama mengalami kenaikan sebesar 2
peso di quadrant 1, 4 peso di quadrant 2, dan 6 peso di quadrant 3. Sedangkan di
quadrant 4, harga rokok menthol tersebut tetap. Sementara itu harga rokok
menthol lainnya tetap berada pada posisi semula.
3. Pada minggu ketiga, harga rokok menthol kedua mengalami kenaikan sebesar 2
peso di quadrant 2, 4 peso di quadrant 3, dan 6 peso di quadrant 4. Pada quadrant
1, harga rokok menthol tersebut tetap. Hal ini juga terjadi pada rokok menthol
lainnya yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kenaikan harga.
4. Pada minggu keempat, kenaikan harga sebesar 2 peso di quadrant 3, 4 peso di
quadrant 4, 4 peso di quadrant 1 berlaku untuk rokok menthol ketiga. Pada
quadrant 2, harga rokok menthol tersebut tetap. Rokok menthol lainnya
dipasarkan menurut harga semula.
G. Kesimpulan
Pada awal penelitian, pilihan konsumen terhadap berbagai macam merek
rokok dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Merek A yang merupakan merek rokok tanpa menthol lebih disukai. Para
pengkonsumsi merek rokok A menyatakan apabila harga rokok yang mereka
konsumsi sekarang ini (18 peso untuk setiap bungkusnya) mengalami kenaikan
sebesar 2 peso, maka kemungkinan untuk beralih ke merek rokok lainnya akan
muncul. Namun hal ini tidak menyebabkan mereka untuk beralih ke tipe rokok
menthol. 16
2. Merek B yang merupakan kategori rokok menthol. Kenaikan harga rokok merek B
ini dari 18 peso menjadi 23 peso menyebabkan perpindahan yang cukup besar
baik ke merek-merek rokok lainnya maupun ke merek rokok C.
3. Merek C yang merupakan kategori rokok menthol. Rokok merek C ini merupakan
saingan terbesar rokok merek B di pasaran. Meskipun merupakan saingan terbesar
rokok merek B, rokok merek C hanya dapat menempati posisi kedua di pasaran.
Hal ini disebabkan karena harga rokok merek C relatif lebih mahal apabila
dibandingkan dengan merek B. Kenaikan harga sebesar 5 peso dari 20 peso
menjadi 25 peso menyebabkan para konsumen beralih ke merek rokok B.
Sedangkan kenaikan sebesar 5.50 peso mengakibatkan peralihan para konsumen
ke merek-merek rokok lainnya.
4. Merek D yang juga merupakan rokok menthol. Secara umum, rokok merek D ini
merupakan merek rokok dengan kualitas yang rendah. Akan tetapi di daerah-
daerah tertentu, rokok merek D ini dianggap sama dengan rokok merek C.
Kenaikan harga sebesar 4 peso dari 18 peso menyebabkan para konsumen beralih
ke merek-merek rokok lainnya.
Bagi masyarakat Filipina, merek-merek rokok asing selalu dianggap lebih
superior dibandingkan dengan merek-merek rokok lokal dilihat dari segi kualitas.
Meskipun harga rokok-rokok asing jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan
harga rokok-rokok lokal, perbedaannya rata-rata hanya mencapai sekitar 2.50 peso.
Perbedaan harga ini kecil artinya apabila dibandingkan dengan kepuasan yang
diterima para konsumen. Strategi ini bertujuan untuk mengontrol pilihan konsumen
terhadap merek-merek rokok di pasaran beserta dampaknya yang diharapkan dapat
mencegah bahkan memperkuat keberadaan rokok-rokok lokal di pasaran. 17
Perbedaan harga bukanlah suatu hal yang tak mungkin mengingat akibat
dari kenaikan harga adalah peralihan konsumen ke merek-merek rokok lainnya. Hal
yang mengejutkan adalah reaksi konsumen terhadap kenaikan harga sebesar 2 peso.
Reaksi umum yang nampak di pasaran adalah peningkatan jumlah konsumen yang
melakukan pembelian secara satuan yang cukup besar. Kenyataannya hampir semua
(97.6%) dari retailer kecil melaporkan adanya peningkatan jumlah penjualan rokok
satuan. Akibatnya mereka harus memperbarui persediaan rokok mereka jauh lebih
cepat dari yang dijadwalkan. Beda halnya dengan retailer besar. Meskipun mereka
mengakui adanya peningkatan sebesar 83.5% untuk penjualan rokok satuan, tidak
demikian halnya dengan penjualan rokok per pak. Pada akhir minggu, 45% dari
retailer besar menyatakan terdapat 2 sampai dengan 5% pak-pak rokok yang tidak
terjual dibandingkan dengan penjualan rokok mereka biasanya.
Peralihan ini lebih jelas terlihat pada retailer besar serta kecil. Perubahan
yang cukup significant pada unit penjualan dari merek-merek rokok ini ditunjukkan
oleh f-values dari keempat merek rokok (lokal dan asing) sebelum dan sesudah
perbandingan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktek penjualan rokok satuan
telah mengambil alih praktek penjualan rokok yang semestinya dari praktek penjualan
rokok pada tahap awal penelitian ini, kurang lebih memakan 77.4% dari jumlah
penjualan merek-merek rokok yang dipengaruhi oleh kenaikan harga. Sedangkan dari
sudut pandang kenaikan harga sebesar 3.15 peso, penjualan rokok per pak turun
drastis. Pada saat kenaikan harga mencapai P6.00, penjualan rokok satuan (tingui)
telah mencapai penjualan sebesar 92.7%.
18
Dari sisi para pesaing yang menjual rokoknya dengan harga normal,
tingkat penjualan rokok satuan (tingui) mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
jumlah penjualan. Akan tetapi tingui hanya dapat mencapai penjualan sebesar 42.6%.
Penjualan rokok baik lokal maupun asing dipengaruhi oleh merek.
Perubahan jumlah penjualan muncul ketika terdapat kenaikan harga sebesar 2 peso.
Perubahan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
• Merek A yang tidak significant terhadap kenaikan harga sampai 6 peso.
• Merek B yang significant terhadap kenaikan harga di atas 2 peso.
• Merek C yang tidak significant terhadap kenaikan harga sebesar 6 peso.
• Merek D yang significant terhadap kenaikan harga sebesar 4 peso.
Hal ini membuktikan bahwa rokok merek A lebih laku serta lebih dapat
diterima oleh masyarakat. Sedangkan dari segi rokok menthol, rokok merek C
merupakan rokok pilihan konsumen apabila terdapat kenaikan harga pada rokok B
danD.
Pada dasarnya praktek tingui merupakan faktor utama yang menyebabkan
peralihan pasar. Reaksi pasar yang tercermin dalam peralihan rokok menthol biasanya
cenderung berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa implikasi praktek tingui dari segi konsumen,
produsen, serta retailer:
• Produsen: Penerapan praktek tingui akan dapat mengurangi peralihan merek
rokok akibat kenaikan harga. Dengan adanya praktek tingui, para produsen
19
diharapkan dapat merebut pangsa pasar yang tidak dapat dijangkau sebelumnya
karena alasan harga.
• Konsumen: Konsumen mempunyai pilihan untuk mengkonsumsi rokok yang
berkualitas lebih dengan harga yang terjangkau.
• Retailer:
• Besar: Adanya peningkatan jumlah penjualan rokok secara satuan
menyebabkan permintaan akan persediaan rokok meningkat. Akibatnya
terdapat peningkatan terhadap jumlah penjualan yang disertai dengan
peningkatan keuntungan.
• Kecil: Retailer kecil akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan
menjual rokok secara satuan.
20
BAB II
KRITIKAN
A. Kelebihan
1. Penerapan praktek tingui dalam dunia usaha akan dapat merebut pangsa pasar
yang tidak masuk dalam target pasar sebelumnya karena alasan harga. Dalam
hal ini, konsumen yang tidak dapat mengkonsumsi produk rokok berkualitas
karena alasan harga dapat mengkonsumsinya karena dijual per satuan.
2. Penerapan praktek tingui akan dapat mengurangi atau bahkan mencegah
peralihan merek rokok akibat kenaikan harga. Dalam hal ini konsumen akan
tetap dapat mengkonsumsi merek rokok pilihannya meskipun dalam jumlah
yang terbatas dengan harga yang masih terjangkau.
3. Penerapan praktek tingui akan dapat meringankan beban pengeluaran
konsumen untuk mendapatkan produk rokok yang berkualitas (hal 155).
B. Kekurangan
1. Situasi pasar untuk praktek tingui tidaklah sama di masing-masing negara.
Oleh karena itu, penerapan praktek tingui di negara-negara lain bukanlah suatu
hal yang efektif mengingat Filipina merupakan salah satu negara
pengkonsumsi rokok impor terbesar di Asia.
2. Penggunaan empat merek rokok ternama yang terdiri dari satu tanpa menthol
serta tiga lainnya dengan menthol digunakan sebagai stimuli. Hal ini dinilai
kurang tepat karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal, produk rokok
21
yang digunakan sebagai stimuli hendaknya merupakan produk rokok yang
sejenis (rokok menthol/rokok tanpa menthol).
3. Penerapan praktek tingui di sebagian konsumen merupakan suatu cara untuk
beralih ke produk rokok yang berkualitas. Oleh karena itu, penerapan praktek
tingui hendaknya diimbangi dengan peningkatan dari segi kualitas sehingga
produsen dapat mempertahankan pangsa pasarnya (hal 154).
22
BAB III
SARAN PENELITIAN LEBIH LANJUT
Berikut ini adalah beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut:
1. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penelitian semacam ini (dengan
menggunakan data-data dari departemen perdangangan oleh lembaga-lembaga
yang bergerak dalam bidang konsultan pemasaran) hendaknya juga dilakukan
di negara-negara Asia lainnya seperti Indonesia, Thailand, dan sebagainya
mengingat negara-negara tersebut diduga melakukan penjualan rokok secara
satuan.
2. Kenaikan harga suatu produk di pasaran hendaknya juga disertai dengan
peningkatan-peningkatan seperti peningkatan dari segi kualitas misalnya serta
perhatian terhadap situasi pasar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga citra
produk tersebut di mata masyarakat sekaligus untuk mempertahankan daya
beli masyarakat terhadap produk tersebut.
23