BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding
indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah
melalui mata. Mata sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang
memantulkan. Fatalnya, banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada
mata hingga menimbulkan kebutaan (http://kbi.gemari.or.id). Buta
berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu apapun
yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat
atau menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia
sudah dikatakan buta (http://kumpulan-artikel-menarik.blogspot.com).
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah
keburaman atau kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dapat
dilalui cahaya ke retina. Saat kekeruhan terjadi, maka terjadi pula kerusakan
penglihatan (Engram, 2000). Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan
bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Katarak memiliki derajat
keparahan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal,
seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan obat, tetapi biasanya
2
berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun
kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini
diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan
lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90%
diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia
tenggara. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu
bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita usia produktif
(http://kbi.gemari.or.id). Angka kejadian katarak 0,78% dan angka
pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia merupakan
penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan
meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak senilis
pun meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama
katarak yang terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak mulai
diatas usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak
memang tidak dapat dicegah, akan tetapi juga dapat diobati.
(http://kumpulan-artikel-menarik.blogspot.com).
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini
menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Apabila diindikasikan
pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara definitif memperbaiki
3
ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien mugkin telah
mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio retina,
perdarahan corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke
arah kamera interior) yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraokular
dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak
menjadi lebih mudah, dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang tebal
(http://kinton.multiply.com).
Peran perawat pada pasien dengan katarak sangatlah banyak. Disini,
perawat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi dan penyulit sedini
mungkin. Pada pasien katarak dengan pre operasi, peran perawat diperlukan
untuk mempersiapkan pasien dalam pembedahan mata yang akan dilakukan.
Mulai dari pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah
ada kelainan yang menjadi penghalang, pemenuhan kebutuhan psikologis
dan keamanan pasien serta pengetahuan tentang tindakan yang akan
dilakukan dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pada post operasi katarak,
peran perawat dibutuhkan berhubungan dengan adanya luka operasi yang
ada pada klien dimana menimbulkan permasalahan yang kompleks mulai
dari nyeri, resiko infeksi, resiko cedera serta berbagai masalah yang
mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Perawat mengajarkan teknik untuk
mengurangi nyeri, membersihkan luka dengan teknik aseptik untuk
menghindari terjadinya infeksi, dan perawat juga membantu pasien
memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
4
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Pre dan Post Operasi Katarak di
IRNA A4 RSUP DR KARIADI Semarang” dan mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan post operasi
katarak.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan post operasi katarak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengerti dan memahami pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
manifestasi klinik, patofisiologi, dan penatalaksanaan pada klien
dengan katarak.
b. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian pada klien
dengan katarak.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan pre
dan post operasi katarak.
d. Mampu menentukan tujuan dan membuat rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan pre dan post operasi katarak
5
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pre
dan post operasi katarak
f. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan pre dan post operasi
katarak
C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan pemecahan masalah proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Adapun teknik
penulisan bersifat deskriptif yaitu merupakan suatu gambaran kasus yang
dibaca. Sedangkan teknik pengambilan data yang digunakan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi partisipatif
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama
di rumah sakit dan lebih bersifat obyektif yaitu : dengan melihat respon
klien setelah dilakukan tindakan.
2. Interview
Suatu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan
tanya jawab dengan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk
mendapatkan keterangan.
6
3. Pemeriksaan Fisik
Suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan mulai
dari inspeksi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan data fisik
klien secara keseluruhan.
4. Studi Dokumenter
Suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan mempelajari
catatan medik dan catatan perawatan serta hasil pemeriksaan diagnosik
yang ada. Dalam hal ini penulis mempelajari buku laporan, catatan
keperawatan dan catatan medik serta hasil diagnostik.
5. Studi Pustaka
Yaitu mmepelajari buku-buku referensi tentang penyakit yang
berhubungan dengan keperawatan.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis
ilmiah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima
bab, yaitu Bab I: berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II: berisi
tentang konsep dasar yang meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplilasi, penatalaksanaan,
pengkajian fokus, pathways keperawatan, dan fokus intervensi. Bab III:
berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien, meliputi
7
pengkajian, pathways kasus, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi. Bab IV: berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk
menemukan kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus yang ada mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Bab V: penutup yang berisi kesimpulan dan saran.