BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan suatu pandemik global, karena tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi juga di negara berkembang. Di dunia terdapat 671 juta penderita obesitas, dan lebih dari 50% di antaranya hidup di sepuluh negara di dunia. Indonesia termasuk salah satu dari sepuluh negara yang memiliki jumlah penderita obesitas tertinggi di dunia (Ng et al., 2014) Obesitas dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Obesitas pada anak berisiko berlanjut ke masa dewasa (Doak et al., 2006). Tidak ada negara yang berhasil menurunkan prevalensi obesitas dalam 33 tahun terakhir ini. Antara tahun 1980 dan 2013, prevalensi kegemukan dan obesitas meningkat pesat, sebesar 27,5% pada orang dewasa dan 47,1% pada anak-anak. Peningkatan berat badan terbesar terjadi antara tahun 1992 dan 2002, terutama pada usia 20 sampai 40 tahun (Ng et al., 2014). Di Indonesia, prevalensi obesitas pada hampir semua kelompok usia (kecuali kelompok 13-15 tahun) pada tahun 2013 meningkat sangat tinggi dibandingkan dengan 2010. Pada kelompok usia 18 tahun ke atas, jumlah penderita obesitas laki-laki tahun 2013 sebesar 19,7%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 (13,9%) dan 2010 (7,8%). Demikian juga jumlah penderita obesitas pada perempuan terjadi kenaikan dari 13,9% pada tahun

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas

merupakan suatu pandemik global, karena tidak hanya terjadi di negara maju,

tetapi juga di negara berkembang. Di dunia terdapat 671 juta penderita obesitas,

dan lebih dari 50% di antaranya hidup di sepuluh negara di dunia. Indonesia

termasuk salah satu dari sepuluh negara yang memiliki jumlah penderita obesitas

tertinggi di dunia (Ng et al., 2014)

Obesitas dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Obesitas pada anak

berisiko berlanjut ke masa dewasa (Doak et al., 2006). Tidak ada negara yang

berhasil menurunkan prevalensi obesitas dalam 33 tahun terakhir ini. Antara tahun

1980 dan 2013, prevalensi kegemukan dan obesitas meningkat pesat, sebesar

27,5% pada orang dewasa dan 47,1% pada anak-anak. Peningkatan berat badan

terbesar terjadi antara tahun 1992 dan 2002, terutama pada usia 20 sampai 40

tahun (Ng et al., 2014).

Di Indonesia, prevalensi obesitas pada hampir semua kelompok usia

(kecuali kelompok 13-15 tahun) pada tahun 2013 meningkat sangat tinggi

dibandingkan dengan 2010. Pada kelompok usia 18 tahun ke atas, jumlah

penderita obesitas laki-laki tahun 2013 sebesar 19,7%. Jumlah ini lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2007 (13,9%) dan 2010 (7,8%). Demikian juga

jumlah penderita obesitas pada perempuan terjadi kenaikan dari 13,9% pada tahun

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

2

2007 dan 15,5% pada tahun 2007 menjadi 32% pada tahun 2013 (Kemenkes RI,

2013; Kemenkes RI, 2010; Depkes RI, 2008).

Prevalensi kegemukan pada anak usia enam-12 tahun pada Riskesdas 2010

sebesar 9,2%, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan data Riskesdas

2013 pada anak usia lima - 12 tahun yang sebesar 18,8% (Kemenkes RI, 2013;

Kemenkes RI, 2010). Prevalensi gemuk tertinggi pada kelompok anak usia lima -

12 tahun dan remaja usia 16-18 tahun di Indonesia terdapat di Provinsi DKI

Jakarta, masing-masing 30,1% dan 4,2%. Provinsi DKI Jakarta menempati urutan

kedua tertinggi di Indonesia untuk prevalensi obesitas penduduk laki-laki dewasa,

sedangkan untuk perempuan dewasa menempati urutan kelima (Kemenkes RI,

2013).

Obesitas merupakan keadaan patologis akibat akumulasi lemak berlebihan

dalam tubuh dengan peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal

dan fisik. Obesitas diakibatkan adanya ketidakseimbangan jumlah energi yang

masuk ke dalam tubuh dengan yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi biologis

yang berlangsung dalam jangka waktu cukup lama (Sartika, 2011).

Ketidakseimbangan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor

genetika, metabolik, perilaku, lingkungan, dan lain-lain (Sharma, 2011). Pada

umumnya, faktor genetika merupakan penyebab minor, misalnya hipotiroidisme,

sindroma Cushing, sindroma Prader-Willi, dan beberapa kelainan saraf yang bisa

menyebabkan seseorang banyak makan (Clement & Ferre, 2003).

Pada negara berkembang, peningkatan jumlah penderita obesitas

berhubungan dengan peningkatan jumlah penghasilan, urbanisasi, dan perubahan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

3

gaya hidup. Penelitian Rὂmling dan Qaim (2011) yang menggunakan data

Indonesian Family and Life Survey tahun 1993, 2000 dan 2007, mendapatkan

hasil peningkatan indeks massa tubuh (IMT) individu berhubungan positif dengan

standar hidup. Transisi nutrisi menyebabkan peningkatan prevalensi obesitas. Hal

tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), seorang anak dikatakan

menderita obesitas jika IMT-nya berada di atas persentil ke-95 pada grafik

tumbuh kembang anak sesuai dengan jenis kelaminnya (IDAI, 2011). Kategori

CDC untuk anak obesitas adalah jika ia mengalami kelebihan berat badan di atas

persentil ke-95 dengan proporsi lemak tubuh yang lebih besar dibandingkan

dengan komponen tubuh lainnya (Deghan et al., 2005).

Obesitas merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia dan menjadi

masalah kesehatan yang serius, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya

berbagai penyakit tidak menular, seperti penyakit diabetes mellitus (DM) tipe 2,

kardiovaskular, osteoartritis, kanker, dan lain-lain. Obesitas pada anak juga dapat

mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup

anak, seperti gangguan pertumbuhan kaki, gangguan tidur, sleep apnea, dan

gangguan pernapasan lain. Obesitas pada anak usia enam-tujuh tahun dapat

menyebabkan menurunnya tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas

yang berkurang serta cenderung malas karena kelebihan berat (Sartika, 2011).

Selain itu, obesitas berkontribusi secara nyata terhadap biaya perawatan kesehatan

suatu negara. Obesitas mengakibatkan beban keuangan yang besar pada

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

4

pemerintah dan individu, dan menjadi salah satu pengeluaran terbesar dalam

anggaran kesehatan nasional di Amerika Serikat (Gill, 2006).

Teori Sosial Kognitif dari Bandura menjelaskan tiga faktor yang

mempengaruhi perilaku individu, yaitu: faktor perilaku, personal, dan lingkungan.

Teori ini menyatakan perilaku manusia merupakan hasil interaksi faktor-faktor

personal atau kognitif, perilaku, dan lingkungan atau kejadian-kejadian sosial.

Berdasarkan teori tersebut, perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi

perubahan kognitif dan sosial (Bennet & Murphy, 1997). Kepercayaan diri

seseorang dalam melakukan perilaku merupakan pengaruh kognitif, sedangkan

pengaruh keluarga, sekolah dan teman merupakan pengaruh sosial.

Menurut teori tersebut, perkembangan kognitif, efikasi diri, kesadaran, dan

harapan yang positif terhadap perilaku mengonsumsi makanan sehat,

meningkatnya aktivitas fisik, serta berkurangnya gaya hidup sedentari seorang

anak diperoleh melalui proses pengamatan terhadap lingkungannya, misalnya

pada orangtua, para guru di sekolah, teman-teman, dan paparan iklan produk

makanan di televisi.

Seseorang akan meniru perilaku dari model yang mendapat penghargaan

sekaligus belajar dari perilaku-perilaku yang mendapat hukuman. Penguat

merupakan respon perilaku yang memengaruhi seseorang akan mengulangi

perilakunya atau tidak. Selain itu, kemampuan seseorang untuk menampilkan

perilaku tertentu (pengetahuan tentang hal yang akan dilakukan dan cara

melakukannya) dan keyakinan untuk melakukan perilaku tersebut akan

memengaruhi perubahan perilaku (National Cancer Institute, 2005).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

5

Sejak dini seseorang sudah meniru perilaku lingkungannya, termasuk

perilaku makan. Perilaku makan terbentuk dari perilaku orangtua dan aturan-

aturan makan yang sudah diberikan sejak anak-anak. Gaya hidup keluarga dan

kebiasaan makan memainkan peranan penting dalam perkembangan pilihan

makanan anak-anak dan dapat mempengaruhi berat badan. Demikian pula dengan

aktivitas fisik, orangtua yang aktivitas fisiknya tinggi biasanya mempunyai anak-

anak yang jauh lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak dari orangtua yang

tidak aktif (Zwiauer, 2000).

Anak-anak juga lebih suka menghabiskan waktu luangnya dengan

menonton televisi atau bermain komputer karena tidak tersedia ruang terbuka

sosial dan taman bermain. Penelitian yang dilakukan oleh International Study of

Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) Phase III menunjukkan adanya

asosiasi positif antara peningkatan jumlah jam menonton TV dengan IMT, baik

pada anak-anak maupun remaja di seluruh dunia. Asosiasi yang sangat kuat

ditemukan pada remaja wanita (Braithwaite, 2013).

Adanya persepsi yang salah tentang obesitas pada anak menyebabkan ibu

tidak merasa khawatir terhadap anak yang mengalami obesitas. Persepsi salah

tersebut antara lain bahwa anak gemuk itu lucu, lambang kemakmuran,

menunjukkan kepandaian ibu mengurus anak, lebih jarang sakit, bisa kurus sendiri

bila sudah dewasa, dan orangtua gemuk wajar memiliki anak gemuk (Dhyanaputri

et al., 2011).

Pencegahan dan pengobatan kegemukan dan obesitas lebih mudah pada

anak-anak daripada orang dewasa karena anak-anak masih dalam masa

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

6

pertumbuhan. Anak-anak juga dapat beradaptasi dengan mudah dan mengubah

kebiasaan makannya, dibandingkan dengan kelompok usia lain (Joseph et al.,

2013). Tindakan pencegahan yang efektif terhadap kegemukan anak-anak

merupakan langkah awal pencegahan obesitas yang selanjutnya dapat mencegah

onset obesitas pada orang dewasa dan menurunkan risiko penyakit kronis (Doak et

al., 2006). Oleh karena itu, anak-anak merupakan populasi prioritas dalam

melaksanakan strategi intervensi.

Anak-anak yang berusia enam - 12 tahun menjalani sebagian besar

kehidupannya di lingkungan sekolah. Data SUSENAS tahun 2013 menunjukkan

angka partisipasi sekolah di Indonesia untuk anak usia tujuh - 12 tahun sangat

tinggi (98,4%), demikian juga di Jakarta (99,4%) (BPS, 2003-2013). Sekolah

merupakan organisasi yang mudah dijangkau dan didirikan untuk memberikan

pendidikan dan pengetahuan kepada murid-muridnya, termasuk pengetahuan

mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana yang

dibutuhkan dalam melaksanakan program promosi kesehatan, seperti ruang kelas

dan isinya, lapangan olah raga, dan lain-lain (Birch & Ventura, 2009). Selain itu,

sekolah memiliki personil yang dibutuhkan. Sekolah juga mempunyai program

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

siswa sekolah. Suatu model promosi kesehatan di sekolah untuk mencegah

obesitas pada anak usia sekolah dasar yang diintegrasikan dengan program UKS

perlu dikembangkan, karena sekolah merupakan tempat yang ideal untuk memulai

kegiatan promotif dan preventif. Berdasarkan data tersebut, pemberian intervensi

berupa promosi kesehatan kepada anak-anak di sekolah diharapkan akan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

7

memberikan hasil yang baik dalam mencegah kegemukan dan obesitas pada anak-

anak.

Intervensi berbasis sekolah untuk pencegahan obesitas telah banyak

dilakukan. Di AS terdapat program WAY (Wellness, Academics & You) yang

didesain untuk mengurangi kelebihan berat badan dengan penyakit yang

menyertainya dan meningkatkan prestasi akademik. Program ini dilaksanakan di

16 SD pada murid kelas IV dan V. Hasilnya berupa perubahan positif yang

bermakna dan peningkatan konsumsi buah dan sayuran, serta peningkatan tingkat

aktivitas fisik pada kelompok intervensi (Spiegel & Foulk, 2006).

Alberta Project Promoting Active Living and Healthy Eating (APPLE)

Schools dilaksanakan pada sepuluh SD di Alberta, Kanada. Program ini

menggunakan pendekatan: “membuat pilihan yang sehat adalah pilihan yang

mudah”, dengan menempatkan fasilitator kesehatan full time pada setiap sekolah.

Hasilnya menunjukkan siswa lebih banyak makan buah dan sayuran,

mengonsumsi kalori lebih rendah, lebih aktif bergerak, sehingga siswa yang

obesitas berkurang dibandingkan dengan provinsi lain (Fung et al., 2012).

Penelitian intervensi lainnya adalah program pendidikan gizi seimbang

“Makan yang Benar Sehatkan Badan” untuk anak usia SD (delapan - sepuluh

tahun) di Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Program

tersebut terdiri dari enam unit dan 24 sesi pelajaran tentang gizi seimbang dan

enam sesi pertemuan untuk para ibu. Hasil intervensi ini mempunyai dampak

yang bermakna untuk meningkatkan regulasi diri anak dalam memilih makanan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

8

dan meningkatkan self-efficacy ibu dalam menyediakan makan di rumah

(Kolopaking et al., 2010).

Rikesdas 2010 menyebutkan prevalensi kegemukan lebih tinggi di

perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan dan semakin meningkat pada

keadaan ekonomi rumah tangga yang semakin tinggi (Kemenkes RI, 2010). Oleh

karena itu penelitian model promosi kesehatan untuk mencegah obesitas ini akan

diadakan di SDN dan SDS Kotamadya Jakarta Utara, khususnya Kelurahan

Pejagalan, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Pademangan Timur,

Kecamatan Pademangan. Sebagian besar penduduk di wilayah tersebut memiliki

kelas sosial ekonomi menengah. Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan

terhadap murid-murid SD kelas IV dan V yang berusia sembilan-sebelas tahun

pada enam SD (tiga SDN dan tiga SDS) di wilayah tersebut, terdapat 158 siswa

gemuk (19,0%) dan 180 siswa obes (23,6%) dari 764 orang siswa. Selain

melibatkan orangtua murid, terutama para ibu, penelitian ini juga

mengintegrasikan intervensi pada program UKS, dengan melibatkan guru

pembina UKS dan memberdayakan dokter kecil. Hal ini mengingat pada usia

sembilan-sebelas tahun, seorang anak tidak lagi memandang orangtuanya sebagai

yang serba tahu. Mereka lebih percaya pada teman-teman sebaya atau gurunya

(Mönks et al, 2006).

Berdasarkan tinjauan beberapa penelitian sebelumnya, penelitian yang

melibatkan dan memberdayakan dokter kecil belum pernah dilakukan. Dokter

kecil diharapkan mampu berperan sebagai teladan, penggerak dan pendorong

hidup sehat bagi teman-temannya, khususnya dalam mencegah kegemukan dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

9

obesitas. Selain itu, sepengetahuan peneliti, penelitian tentang promosi kesehatan

untuk mencegah obesitas pada anak sekolah yang meliputi pendidikan nutrisi dan

aktivitas fisik, meskipun telah banyak dilakukan di luar negeri, belum pernah

dilakukan di Indonesia hingga tahun 2014.

Dasar dalam menyusun perencanaan penelitian ini menggunakan Social

Cognitive Theory (SCT), karena telah mempertimbangkan faktor individu dan

lingkungan sebagai faktor determinan perilaku kesehatan. Selain itu, untuk

menyusun program promosi kesehatan dalam pencegahan obesitas di sekolah

dasar ini, digunakan metode perencanaan program pendidikan dan promosi

kesehatan yang dikembangkan oleh Dignan & Carr. Metode ini terdiri dari lima

tahap, yaitu analisis komunitas, penilaian target, pengembangan perencanaan

program, implementasi dan evaluasi (Dignan & Carr 1992).

Sasaran intervensi adalah anak usia sembilan-sebelas tahun (masa

prapubertas), karena pada masa tersebut anak-anak sedang dalam tahap operasi

konkret. Pada tahap tersebut, mereka dapat melaksanakan dan mentaati aturan

yang jelas dan logis, serta memiliki kemampuan kognitif yang bersifat menetap

(Sumanto, 2014). Selain itu, anak usia tersebut secara kognitif sudah dapat

mengisi kuesioner dan menurut hasil penelitian kejadian obesitas mulai meningkat

pada usia-usia tersebut (Rudolf, et.al. 2001).

B. Rumusan Masalah

Uraian di atas menyatakan bahwa: 1) prevalensi obesitas semakin

meningkat dari tahun ke tahun dan dampaknya membahayakan bagi kesehatan;

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

10

2) anak-anak merupakan populasi prioritas dalam melaksanakan strategi

intervensi, karena menurunkan berat badan pada masa dewasa sulit jika sudah

menetap; 3) jumlah angka partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun sangat tinggi

(98,4%); 4) sekolah merupakan tempat yang ideal untuk memulai kegiatan

promotif dan preventif karena cakupannya yang luas. Berdasarkan pertimbangan

tersebut, maka patut dipertanyakan: “Bagaimana model promosi kesehatan yang

tepat guna dalam upaya pencegahan obesitas bagi anak kelas IV dan V SD usia

sembilan - sebelas tahun?”

C. Tujuan Penelitian

C.1. Tujuan umum

Mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi suatu model

promosi kesehatan di sekolah untuk pencegahan obesitas pada murid

sekolah dasar usia sembilan-sebelas tahun.

C.2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi model promosi kesehatan yang dibutuhkan oleh murid,

orangtua, dan guru dalam upaya pencegahan obesitas pada murid SD

kelas IV dan V usia sembilan-sebelas tahun.

b. Mengembangkan model promosi kesehatan di sekolah yang tepat guna

dalam upaya pencegahan obesitas bagi murid SD kelas IV dan V usia

sembilan-sebelas tahun

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

11

c. Mengimplementasikan model promosi kesehatan di sekolah dalam upaya

pencegahan obesitas pada murid SD kelas IV dan V usia sembilan-

sebelas tahun

d. Melakukan evaluasi hasil implementasi model promosi kesehatan di

sekolah dalam upaya pencegahan obesitas terhadap pengetahuan, sikap,

harapan akan hasil, efikasi diri, perilaku makan sayur dan buah, aktivitas

fisik, perilaku sedentari, dan IMT murid-murid SD kelas IV dan V usia

sembilan-sebelas tahun

D. Keaslian Penelitian

Untuk memperoleh data keaslian penelitian, telah dilakukan pencarian

artikel-artikel melalui beberapa search engine, yaitu ProQuest, Google Scholar,

SpringerLink, Ebscohost, Clinical Key, dan Cochrane Systematic Review/

Cochrane library. Selain itu, juga menggunakan website universitas dan jurnal

yang berkaitan dengan obesitas, seperti perpustakaan Unika Atma Jaya,

perpustakaan UGM, perpustakaan UI, Journal of Nutrition, The Lancet, dan

sebagainya.

Pada proses pencarian digunakan kata kunci obesity, childhood obesity,

obesity prevention, obesity intervention, intervention in childhood obesity, dan

school-based obesity intervention beserta terjemahan kata-kata tersebut. Hasil

pencarian mendapatkan sejumlah 325 judul yang berkaitan dengan intervensi

pencegahan obesitas pada anak. Judul-judul tersebut kemudian ditelaah

keterkaitannya dengan penelitian ini dan didapatkan 32 abstrak yang relevan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

12

Setelah membaca semua artikel tersebut, beberapa artikel dirasakan memiliki

beberapa kesamaan, akan tetapi perbedaan yang didapat juga menunjukkan

keaslian penelitian ini.

1. Kain et al. (2004), melakukan penelitian yang berjudul School based obesity

prevention in Chilean primary school children: methodology and evaluation of

a control study, tahun 2002-2003. Penelitian tersebut merupakan penelitian

intervensi, dengan disain cluster case controlled trial, non-random di kota

Santiago, Curico, dan Casablanca, Chile yang melibatkan 3.577 murid usia 5-

15 tahun, kelas I-VIII selama 26 minggu. Programnya berupa pendidikan

nutrisi untuk para murid melalui kurikulum sekolah, menjual makanan sehat

pada kios-kios sekolah, olahraga dan pendidikan jasmani, juga melibatkan

orangtua. Hasil yang diukur adalah perbedaan tinggi dan berat badan (IMT),

tebal lemak bawah kulit, lingkar pinggang, dan kebugaran fisik. Selain itu

penelitian ini menilai diet, pengetahuan dan sikap mengenai konsumsi sayur

dan buah, serta aktivitas fisik. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini

adalah programnya berupa pendidikan nutrisi dan aktivitas fisik, juga

melibatkan orangtua murid. Perbedaannya adalah dasar teori penelitian yang

digunakan bukan SCT, umur subjek penelitian bukan sembilan-sebelas tahun,

penelitian tersebut tidak mengukur perilaku sedentari, dan tidak melibatkan

dan memberikan pelatihan kepada dokter kecil.

2. Caballero, et al. (2003) melakukan penelitian yang berjudul Pathways: a

school-based randomized controlled trial for the prevention of obesity in

American Indian school children, dengan disain penelitian randomized

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

13

controlled trial. The Pathway Study dilaksanakan tahun 1997-1998 dengan

melibatkan 1.704 murid yang berusia delapan-sepuluh tahun kelas III-V di 41

sekolah pada tujuh komunitas Indian Amerika di Arizona, New Mexico dan

South Dakota (AS). Intervensi yang dilakukan terdiri dari empat komponen,

yaitu: 1) mendisain kurikulum yang meningkatkan perilaku makan sehat dan

aktivitas fisik; 2) menyediakan panduan nutrisi untuk tenaga penyedia

makanan sekolah yang bertujuan mengurangi lemak pada makanan ≥ 30% dan

meningkatkan asupan makanan rendah lemak, buah dan sayuran;

3) meningkatkan pengeluaran energi dan aktivitas fisik yang berhubungan

dengan kesehatan selama dan sesudah sekolah; dan 4) melibatkan keluarga

agar ikut membantu menciptakan lingkungan yang mendukung. Hasil yang

ingin diukur adalah perbedaan tinggi dan berat badan (IMT), tebal lemak

bawah kulit, lingkar pinggang, pengetahuan, sikap, efikasi diri dan perilaku

konsumsi makanan (dihitung berdasarkan total asupan energi) dan aktivitas

fisik. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah programnya

berupa pendidikan nutrisi dan aktivitas fisik, juga melibatkan orangtua murid,

serta menggunakan dasar teori SCT. Perbedaannya adalah pada penelitian

tersebut tidak mengukur perilaku sedentari, dan tidak melibatkan dan

memberikan pelatihan kepada dokter kecil.

3. Trevino (2005) melakukan penelitian yang berjudul Effect of the Bienestar

Health Program on physical fitness in low-income Mexican American children

The Bienestar Health Program, dengan disain penelitian randomized

controlled trial. Program kesehatan Bienestar melibatkan 389 murid dari

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

14

sembilan SD di daerah berpenghasilan rendah San Antonio, Texas (AS).

Tujuan program ini untuk mencegah penyakit diabetes mellitus pada anak-

anak Amerika Meksiko dengan sosial ekonomi rendah. Program ini berbasis

teori sosial kognitif dan menggunakan dua bahasa (Spanyol dan Inggris).

Disainnya juga disesuaikan dengan kebudayaan ras Amerika Meksiko. Tujuan

program tersebut untuk menurunkan asupan lemak jenuh, meningkatkan diet

serat, meningkatkan aktivitas fisik dan pengetahuan tentang diabetes. Program

tersebut terdiri dari empat komponen, yaitu: 1) program untuk orangtua,

berupa tarian murid-murid untuk memperkenalkan Bienestar, proyek

kerajinan tangan untuk menunjukkan proses diabetes berkembang, permainan

loteria (bingo) untuk mengajarkan kebiasaan diet sehat, dan kelas menari salsa

untuk menunjukkan manfaat kegiatan fisik; 2) kelas kesehatan Bienestar yang

berupa kurikulum pendidikan jasmani sekolah untuk mempromosikan

berbagai kegiatan fisik yang meliputi gizi, aktivitas fisik, citra diri, dan

diabetes; 3) klub kesehatan Bienestar, untuk melatih dan memperkuat

pengetahuan dan keterampilan, serta mempromosikan waktu luang untuk

aktivitas fisik dengan intensitas moderat sampai kuat. Kegiatan klub tersebut

di luar jam pelajaran sekolah dan menggunakan tarian, aktivitas fisik, lagu,

presentasi drama, dan pertunjukan boneka untuk menyajikan berbagai topik;

dan 4) program untuk penyaji makanan sekolah bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan gizi staf penyaji makanan dan membujuk para murid untuk

memilih dan makan lebih banyak buah dan sayuran, serta mengurangi

makanan berlemak. Hasil yang ingin diukur adalah perbedaan tinggi dan berat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

15

badan (IMT) dan skor kebugaran fisik. Persamaan dengan penelitian yang

dilakukan adalah programnya berupa pendidikan nutrisi dan aktivitas fisik,

juga melibatkan orangtua murid, serta menggunakan dasar teori SCT.

Perbedaannya adalah penelitian tersebut tidak mengukur perilaku konsumsi

sayur dan buah, perilaku sedentari, dan tidak melibatkan dan memberikan

pelatihan kepada dokter kecil.

4. Spiegel & Foulk (2006) melakukan penelitian yang berjudul Reducing

overweight through a multidisciplinary school-based intervention, dengan

disain penelitian randomized controlled trial. Program WAY (Wellness,

Academics & You) melibatkan 1.013 murid kelas IV dan V dari 16 SD di

Delaware, Florida, Kansas, dan North Carolina (AS). Program WAY didisain

untuk mengurangi kelebihan berat badan dengan penyakit yang menyertainya

dan untuk meningkatkan prestasi akademik. Program tersebut

mengintegrasikan modul materi kesehatan, gizi, aktivitas fisik dan kebugaran

dalam kurikulum inti multidisiplin, dengan fokus utama guru dan murid.

Selain itu, terdapat latihan aerobik rutin selama sepuluh menit setiap hari pada

jam pelajaran, juga disediakan sebuah situs web untuk guru, murid, dan

orangtua. Hasil yang ingin diukur adalah perbedaan tinggi dan berat badan

(IMT), peningkatan konsumsi sayur dan buah, serta level aktivitas fisik.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalalah programnya berupa

pendidikan nutrisi dan aktivitas fisik. Perbedaannya adalah penelitian ini

menggunakan dasar teori Theory of Reasoned Action (TRA),

mengintegrasikan materi pendidikan ke dalam kurikulum inti multidisplin,

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131044/potongan/S3-2017... · mengenai kesehatan. Pada umumnya, sekolah memiliki sarana dan prasarana

16

menggunakan website, hanya fokus pada guru dan murid, serta tidak

mengukur perilaku sedentari, dan tidak melibatkan dan memberikan pelatihan

kepada dokter kecil.

Berdasarkan uraian tentang berbagai intervensi berbasis sekolah terhadap

pencegahan obesitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa intervensi yang telah

dilakukan masih kurang komprehensif. Penelitian ini berbeda dengan intervensi

berbasis sekolah lain, karena tidak hanya melibatkan guru, petugas penyedia

makanan sekolah, dan orangtua murid, tetapi juga mengintegrasikannya dengan

program UKS, dengan melibatkan guru pembina UKS dan memberdayakan

dokter kecil. Selain itu, penelitian ini dimulai dengan analisis kebutuhan para

murid sekolah dan mengaplikasikan SCT yang dipadukan dengan Metode Dignan

dalam membuat model promosi kesehatan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam membuat suatu program

promosi kesehatan di sekolah untuk pencegahan obesitas pada anak SD.

2. Bagi sekolah, diharapkan model promosi kesehatan ini dapat dijadikan

pedoman untuk pelaksanaan program pencegahan obesitas pada anak SD yang

dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

3. Masyarakat semakin menyadari bahayanya obesitas dan mulai aktif

melakukan pencegahan untuk menghindari dampak obesitas.