Mediasi Pidana Smnr s3

31
MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN Oleh : Barda Nawawi Arief Seminar Nasional “Pertanggungjawaban Hukum Korporasi dalam Konteks Good Corporate Governance” Program Doktor Ilmu Hukum UNDIP, di Inter Continental Hotel, Jakarta, 27 Maret 2007.

Transcript of Mediasi Pidana Smnr s3

Page 1: Mediasi Pidana Smnr s3

MEDIASI PENAL DALAMPENYELESAIAN SENGKETA

DI LUAR PENGADILANOleh :

Barda Nawawi Arief

Seminar Nasional

“Pertanggungjawaban Hukum Korporasi dalamKonteks Good Corporate Governance”

Program Doktor Ilmu Hukum UNDIP,

di Inter Continental Hotel, Jakarta, 27 Maret 2007.

Page 2: Mediasi Pidana Smnr s3

BERBAGAI ISTILAH MEDIASI PENAL

• “mediation in criminal cases” atau ”mediation in penalmatters”

• istilah Belanda : strafbemiddeling,

• istilah Jerman : ”Der Außergerichtliche Tatausgleich”(disingkat ATA) yang terdiri dari :– ATA-J (Außergerichtlicher Tatausgleich für Jugendliche) untuk

anak, dan

– ATA-E (Außergerichtlicher Tatausgleich für Erwachsene) untukorang dewasa.

• istilah Perancis : ”de médiation pénale”.

• Karena mempertemukan antara pelaku tindak pidanadengan korban, sering juga dikenal dengan istilah :– ”Victim-Offender Mediation” (VOM) atau

– Täter-Opfer-Ausgleich (TOA).

Page 3: Mediasi Pidana Smnr s3

ADR DALAM HK PIDANA POSITIFINDONESIA

• Kasus pidana pada prinsipnya tidak dapat diselesaikandi luar pengadilan, kecuali dalam hal-hal tertentu.

• namun dalam praktek, sering juga kasus pidanadiselesaikan di luar pengadilan melalui berbagaidiskresi aparat atau melalui mekanisme musyawarah/perdamaian atau lembaga permaafan yang ada didalam masyarakat .

• Praktek penyelesaian perkara pidana di luarpengadilan selama ini tidak ada landasan hukumformalnya, sehingga sering terjadi suatu kasus yangsecara informal telah ada penyelesaian damai(walaupun melalui mekanisme hukum adat), namuntetap saja diproses ke pengadilan sesuai hukum yangberlaku.

Page 4: Mediasi Pidana Smnr s3

MEDIASI PENAL DI INDONESIA?• ADR hanya dimungkinkan dalam perkara perdata (Pasal 6 UU No. 30/1999

Tentang: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa) ).

• Pasal 82 KUHP : denda damai hanya utk. Pelanggaran; tetapi bukanmediasi penal dan bukan means of diversion;

• Pasal 14c KUHP : ganti rugi sbg syarat dari pidana bersyarat; offenderoriented; bukan victim oriented.

• UU No. 39/1999 tentang Pengadilan HAM:– Komnas HAM dapat melakukan mediasi dalam kasus pelanggaran

HAM (lihat Psl. 1 ke-7; Psl. 76:1; Psl. 89:4; Psl. 96). Namun tidak adaketentuan tegas, bahwa semua kasus pelanggaran HAM dapatdilakukan mediasi oleh Komnas HAM,

– tidak ada ketentuan tegas, bahwa akibat adanya mediasi oleh KomnasHAM itu dapat menghapuskan penuntutan atau pemidanaan.

• ketentuan mediasi penal itu tidak terdapat dalam UU No. 3/1997(Pengadilan Anak) maupun dalam UU No. 23/2004 (KDRT).

Page 5: Mediasi Pidana Smnr s3

Konsep KUHP Baru (Psl.145/2006)

• Gugurnya kewenangan penuntutan telahdiperluas, antara lain apabila :

d) ada penyelesaian di luar proses;

e) telah dibayarnya maksimum pidana denda untuktindak pidana yang hanya diancam dengan pidanadenda paling banyak kategori II;

f) telah dibayarnya maksimum pidana denda untuktindak pidana yang diancam dengan pidana penjaramaksimum 1 tahun atau denda maksimum kategoriIII.

Page 6: Mediasi Pidana Smnr s3

ADR (Mediasi Penal) DALAMPERKEMBANGAN GLOBAL

• Mediasi penal sudah masuk dalam agenda pembahasan ditingkat internasional, yaitu dalam :

1. Kongres PBB ke-9/19952. Kongres PBB ke-10/2000 dan3. Konferensi Internasional Pembaharuan Hukum Pidana (International

Penal Reform Conference) tahun 1999;

• Pertemuan internasional itu mendorong munculnya tiga dokumeninternasional yang berkaitan dengan masalah peradilan restoratifdan mediasi dalam perkara pidana, yaitu :

1) the Recommendation of the Council of Europe 1999 No. R (99) 19tentang “Mediation in Penal Matters”;

2) the EU Framework Decision 2001 tentang the Standing of Victims inCriminal Proceedings; (EU 2001/220/JBZ) dan

3) the UN Principles 2002 (Resolusi Ecosoc 2002/12 ) tentang “BasicPrinciples on the Use of Restorative Justice Programmes in CriminalMatters”;

Page 7: Mediasi Pidana Smnr s3

IDE (LATAR BELAKANG)

• Dari berbagai dokumen internasional itu,masalah “penal mediation” tidak muncul sebagaimasalah yang berdiri sendiri, tetapi berkaitandengan latar belakang ide :

– ”penal reform”,

– ”restorative justice”,

– “alternative to imprisonment/custody”,

– “perlindungan korban” dan

– untuk mengatasi problem penumpukan perkara (“theproblems of court case overload”).

Page 8: Mediasi Pidana Smnr s3

Latar Belakang Ide Restorative Justice

• Ide ini bertolak dari paradigma baru atau dari “sudut/lensa pandangyang berubah” (a new paradigm or a “changing lenses”)perubahan mengenai :– reaksi terhadap kejahatan maupun ;– hakikat kejahatan itu sendiri. Kejahatan tidak dilihat semata-mata

sebagai pelanggaran UU yang abstrak, tetapi lebih pada pelanggaranterhadap orang dan hubungan antar-orang (A crime is not seen somuch in terms of violating abstract rules of law but rather as a violationof persons and relations).

• Bertolak dari pandangan demikian, reaksi mendasar ditujukan padaperbaikan kerusakan/kerugian (restoration of the damage), baikterhadap korban, lingkungannya dan masyarakat luas,

• Banyak yang menyatakan bahwa “restorative justice” merupakan“cara/jalan ketiga” (“third way”) yang dipilih untuk menggantikan(neo) retributive criminal law dan rehabilitation model (Peters, 1996;Walgrave, 1995).

Page 9: Mediasi Pidana Smnr s3

Ltr Blkg Ide DasarLtr Blkg Ide Dasar(lanjutan)(lanjutan)

Rekomendasi No. R (99) 19 dari Komisi para MenteriRekomendasi No. R (99) 19 dari Komisi para MenteriDewan Eropa (Dewan Eropa (the Committee of Ministers of thethe Committee of Ministers of theCouncil of EuropeCouncil of Europe) 15 September 1999 pernah) 15 September 1999 pernahmenyatakan, bahwa :menyatakan, bahwa :

Ide mediasi mempersatukan :Ide mediasi mempersatukan :1.1. mereka yang menghendaki dilakukannyamereka yang menghendaki dilakukannya rekonstruksi modelrekonstruksi model

terdahulu,terdahulu,

2.2. mereka yang menghendakimereka yang menghendaki diperkuatnya kedudukandiperkuatnya kedudukankorbankorban,,

3.3. mereka yang menghendakimereka yang menghendaki alternatif pidanaalternatif pidana, dan, dan

4.4. mereka yang menghendakimereka yang menghendaki dikuranginya pembiayaan dandikuranginya pembiayaan danbeban kerja dari sistem peradilan pidanabeban kerja dari sistem peradilan pidana atau membuatatau membuatsistem ini lebih efektif dan efisien.sistem ini lebih efektif dan efisien.

Page 10: Mediasi Pidana Smnr s3
Page 11: Mediasi Pidana Smnr s3

AUSTRIA• Diatur dlm amandemen KUHAP th. 1999 yang diberlakukan pada

Januari 2000.

• Mulanya diversi penuntutan hanya untuk anak kemudian jugauntuk orang dewasa.

• Menurut Pasal 90g KUHAP Austria Penuntut Umum dapatmengalihkan perkara pidana dari pengadilan apabila:– terdakwa mau mengakui perbuatannya,– siap melakukan ganti rugi khususnya kompensasi atas kerusakan yang

timbul atau memperbaiki akibat dari perbuatannya, dan setujumelakukan setiap kewajiban yang diperlukan yang menunjukkankemauannya untuk tidak mengulangi perbuatannya di masa yad.

• Tindak pidana yang dapat dikenakan tindakan diversi, termasukmediasi, apabila :– diancam dengan pidana tidak lebih dari 5 th. penjara atau 10 th. dalam

kasus anak.– dapat juga untuk kasus kekerasan yang sangat berat (Extremely severe

violence), dg catatan diversi tidak boleh, apabila ada korban mati(seperti dalam kasus manslaughter).

Page 12: Mediasi Pidana Smnr s3

BELGIA• Pada tahun 1994 diberlakukan UU tentang mediasi-penal (the Act on

Penal Mediation) yang juga disertai dengan pedomannya (the Guidelineon Penal Mediation).

• Tujuan utama diadakannya “penal mediation” ini adalah untukmemperbaiki kerugian materiel dan moral yang ditimbulkan karenaadanya tindak pidana. Namun, mediasi juga dapat dilakukan agarsipelaku melakukan suatu terapy atau melakukan kerja sosial(community service).

• Penuntut umum tidak meneruskan perkara ke pengadilan, apabila pelakuberjanji untuk memberi kompensasi atau telah memberi kompensasikepada korban.

• Pada mulanya hanya untuk delik yang diancam maksimum 5 tahunpenjara, tetapi dengan adanya ketentuan baru ini, dapat digunakan jugauntuk delik yang diancam pidana maksimum 2 tahun penjara.

• Ketentuan hukum acaranya dimasukkan dalam Pasal 216ter Code ofCriminal Procedure (10.02.1994).

Page 13: Mediasi Pidana Smnr s3

JERMAN• Tahun 1990, OVA (offender-victim arrangement) dimasukkan ke

dalam hukum pidana anak secara umum (§ 10 I Nr. 7 JGG), dandinyatakan sebagai “a means of diversion” (§ 45 II S. 2 JGG).

• Pada 12 Januari 1994, ditambahkan Pasal 46a ke dalam StGB(KUHP) yg memberi kemungkinan penyelesaian kasus pidanaantara pelaku dan korban melalui kompensasi (dikenal denganistilah Täter-Opfer-Ausgleich - TOA).

• Pasal 46a StGB : apabila pelaku memberi ganti rugi/kompensasikepada korban secara penuh atau sebagian besar, atau telahdengan sungguh-sungguh berusaha keras untuk memberi ganti rugi,maka pidananya dapat dikurangi atau bahkan dapat dibebaskandari pemidanaan. Pembebasan pidana hanya dapat diberikanapabila deliknya diancam dengan maksimum pidana 1 tahunpenjara atau 360 unit denda harian.

• Apabila TOA telah dilakukan, maka penuntutan dihentikan (s. 153bStPO/ Strafprozessord-nung/KUHAP).

Page 14: Mediasi Pidana Smnr s3

PERANCIS

• UU 4 Januari 1993 mengamandemen Pasal 41 KUHAP (CCP- Code ofCriminal Procedure). : penuntut umum dapat melakukan mediasi antarapelaku dengan korban, sebelum mengambil keputusan dituntut tidaknyaseseorang.

• Inti Pasal 41 CCP : penuntut umum dapat melakukan mediasi penal(dengan persetujuan korban dan pelaku) apabila hal itu dipandangmerupakan suatu tindakan yang dapat memperbaiki kerugian yang dideritakorban, mengakhiri kesusahan, dan membantu memperbaiki(merehabilitasi) si pelaku.

• Apabila mediasi tidak berhasil dilakukan, penuntutan baru dilakukan; namunapabila berhasil penuntutan dihentikan (s. 41 dan s. 41-2 CCP- Code ofCriminal Procedure).

• Untuk tindak pidana tertentu, Pasal 41-2 CCP membolehkan penuntutumum meminta pelaku untuk memberi kompensasi kepada korban(melakukan mediasi penal), daripada mengenakan pidana denda,mencabut SIM, atau memerintahkan sanksi alternatif berupa pidana kerjasosial selama 60 jam. Terlaksananya mediasi penal ini, menghapuskanpenuntutan.

Page 15: Mediasi Pidana Smnr s3

POLANDIA

• Mediasi pidana diatur dalam Pasal 23a CCP (Code of CriminalProcedure) dan Peraturan Menteri Kehakiman 13 Juni 2003 tentang“Mediation proceedings in criminal matters”.

• Pengadilan dan jaksa, atas inisiatifnya atau atas persetujuan korbandan pelaku, dapat menyerahkan suatu kasus ke lembaga terpercayaatau seseorang untuk melakukan mediasi antara korban danterdakwa. Proses mediasi paling lama satu bulan. Biaya prosesmediasi ditanggung oleh perbendaharaan negara (State Trea-sury).

• Hasil positif dari mediasi itu menjadi alasan untuk tidak melanjutkanproses pidana.

• Mediasi dapat diterapkan untuk semua kejahatan yang maksimumancaman pidananya kurang dari 5 tahun penjara. Bahkan kejahatankekerasan (Violent crimes) juga dapat dimediasi.

Page 16: Mediasi Pidana Smnr s3

MEDIASI PENAL DALAMVIOLENT CRIME

• VOM (Victim-Offender Mediation) untukviolent crime diterapkan di Austria,Polandia, Slovenia, Canada, USA, danNorwegia;

• Kasus-kasus KDRT (domestic violence)juga dapat di mediasi di United States,Austria, Poland, Denmark and Finland.

Page 17: Mediasi Pidana Smnr s3

DALAM MASALAHPERBANKANBERASPEK PIDANA

• Ruang lingkup kewenangan BankingMediation Bureau (BMB) Malaysia,antara lain dapat menangani sengketabernilai RM25,000, :• akibat penarikan ATM yang tidak sah

(Unauthorised Automatic Teller Machinewithdrawals) atau

• akibat penggunaan kartu kredit yang tidaksah (Unauthorised use of credit cards) [1].

•[1] Lee Swee Seng, LLB, LLM, MBA, Mediation: ItsPractice & Procedure, Sumber internet.

Page 18: Mediasi Pidana Smnr s3

Resolusi Dewan Gubernur Bank Latvia No. 89/9 –2001 tentang ”Recommendations for Transactions

Effected by Means of Electronic PaymentInstruments”

• 4.4.4 The issuer shall be liable to the holder of anelectronic money instrument for the lost amount of valuestored on the instrument and for the defective executionof the holder's transactions, where the loss or defectiveexecution is attributable to a malfunction of theinstrument, of the device/terminal or any otherequipment authorized for use. If the malfunction wascaused by the holder knowingly or in breach of Article3.1.3.1, the issuer shall not be liable for the lost amountof value stored on the instrument and for the defectiveexecution of the holder's transactions.

Page 19: Mediasi Pidana Smnr s3

Inti Resolusi Dewan Gubernur Bank Latvia

• Penerbit instrumen pembayaran elektronikbertanggungjawab terhadap pemilik instrumen atas :– hilangnya nilai (uang) yang tersimpan dalam instrumen itu dan

– terhadap rusaknya pelaksanaan transaksi yang dilakukansipemilik,

apabila hal itu disebabkan oleh :

• tidak berfungsinya instrumen itu,

• tidak berfungsinya peralatan/terminal pembayaran, atau

• tidak berfungsinya peralatan lain yang sah untuk digunakan.

• Apabila tidak berfungsinya itu disebabkan olehkesalahan sipemilik sendiri, pihak penerbit tidakbertanggung jawab.

Page 20: Mediasi Pidana Smnr s3

RESUME KOMPARASI

• Mediasi dimungkinkan dalam perkara pidana;– namun tetap diberi payung/kerangka hukum

(mediation within the framework of criminal law),diintegrasikan dalam hukum pidana materiel (KUHP)atau hukum pidana formal (KUHAP).

• Mediasi penal dimungkinkan dalam kasus :1. tindak pidana anak;

2. tindak pidana orang dewasa (ada yang dibatasi untuk delikyang diancam pidana penjara maksimum tertentu);

3. tindak pidana dengan kekerasan (violent crime);

4. kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence).

5. kasus perbankan yang beraspek hukum pidana.

Page 21: Mediasi Pidana Smnr s3

”Legal frame-work” Mediasi Penaldi beberapa negara Eropa

• Ditempatkan sebagai bagian dari UU Peradilan Anak(the Juvenile Justice Act), yaitu di Austria, Jerman,Finlandia, dan Polandia;

• Ditempatkan dalam KUHAP (the Code of CriminalProcedure), yaitu di Austria, Belgia, Finlandia, Perancis,dan Polandia;

• Ditempatkan dalam KUHP (the Criminal Code), yaitu diFinlandia, Jerman, dan Polandia;

• Diatur tersendiri secara otonom dalam UU Mediasi (theMediation Act), seperti di Norwegia, yang diberlakukanuntuk anak-anak maupun orang dewasa.

Page 22: Mediasi Pidana Smnr s3

Ide & Prinsip Kerja Mediasi Penal

1. Penanganan konflik (Conflict Handling/Konfliktbearbeitung)

2. Berorientasi pada proses (ProcessOrientation – Prozessorientierung)

3. Proses informal (Informal Proceeding -Informalität)

4. Ada partisipasi aktif dan otonom para pihak(Active and Autonomous Participation -Parteiautonomie/Subjektivierung)

Page 23: Mediasi Pidana Smnr s3

Models of Mediationin penal matters

1. "informal mediation"

2. "Traditional village or tribal moots"

3. "victim-offender mediation"

4. ”Reparation negotiationprogrammes"

5. "Community panels or courts"

6. "Family and community groupconferences",

Page 24: Mediasi Pidana Smnr s3

1. Model "informal mediation"

• Model ini dilaksanakan oleh personil peradilan pidana(criminal justice personnel) dalam tugas normalnya, yaitu:– JPU mengundang para pihak untuk penyelesaian informal

dengan tujuan untuk tidak melanjutkan penuntutan apabilatercapai kesepakatan.

– Pekerja sosial atau pejabat pengawas (probation officer) yangberpendapat bahwa kontak dengan dengan korban akanmempunyai pengaruh besar bagi pelaku tindak pidana;

– Pejabat polisi menghimbau perselisihan keluarga yang mungkindapat menenangkan situasi tanpa membuat penuntutan pidana.

– Hakim dapat juga memilih upaya penyelesaian di luarpengadilan dan melepaskan kasusnya.

• Jenis intervensi informal ini sudah biasa dalam seluruhsistem hukum.

Page 25: Mediasi Pidana Smnr s3

2. Model "Traditional village or tribal moots"

• Menurut model ini, seluruh masyarakat bertemu untukmemecahkan konflik kejahatan di antara warganya.

• Model ini ada di beberapa negara yang kurang maju dan diwilayah pedesaan/pedalaman.

• Model ini lebih memilih keuntungan bagi masyarakat luas.

• Model ini mendahului hukum barat dan telah memberiinspirasi bagi kebanyakan program-program mediasi modern.Program mediasi modern sering mencoba memperkenalkanberbagai keuntungan dari pertemuan suku (tribal moots)dalam bentuk yang disesuaikan dengan struktur masyarakatmodern dan hak-hak individu yang diakui menurut hukum.

Page 26: Mediasi Pidana Smnr s3

3. Model "victim-offendermediation"

• Model ini melibatkan berbagai pihak yang bertemu dengan dihadirioleh mediator yang ditunjuk. Banyak variasi dari model ini.Mediatornya dapat berasal dari pejabat formal, mediatorindependen, atau kombinasi.

• Mediasi ini dapat diadakan pada setiap tahapan proses, baik padatahap pembiasan penuntutan, tahap kebijaksanaan polisi, tahappemidanaan atau setelah pemidanaan.

• Model ini ada yang diterapkan untuk semua tipe pelaku tindakpidana; ada yang khusus untuk anak; ada yang untuk tipe tindakpidana tertentu (misal pengutilan, perampokan dan tindakkekerasan). Ada yang terutama ditujukan pada pelaku anak, pelakupemula, namun ada juga untuk delik-delik berat dan bahkan untukrecidivist.

Page 27: Mediasi Pidana Smnr s3

4. Model ”Reparation negotiationprogrammes"

• Model ini semata-mata untuk menaksir/menilaikompensasi atau perbaikan yang harus dibayar olehpelaku tindak pidana kepada korban, biasanya padasaat pemeriksaan di pengadilan.

• Program ini tidak berhubungan dengan rekonsiliasiantara para pihak, tetapi hanya berkaitan denganperencanaan perbaikan materiel.

• Dalam model ini, pelaku tindak pidana dapat dikenakanprogram kerja yang dengan demikian dapat menyimpanuang untuk membayar ganti rugi/kompensasi.

Page 28: Mediasi Pidana Smnr s3

5. Model "Community panels or courts"

• Model ini merupakan program untuk membelok-kan kasus pidana dari penuntutan atau per-adilan pada prosedur masyarakat yang lebihfleksibel dan informal dan sering melibatkanunsur mediasi atau negosiasi.

• Pejabat lokal dapat mempunyai lembaga/badantersendiri untuk mediasi itu.

Page 29: Mediasi Pidana Smnr s3

6. Model "Family and community groupconferences",

• Model ini telah dikembangkan di Australia dan NewZealand, yang melibatkan partisipasi masyarakat dalamSPP. Tidak hanya melibatkan korban dan pelaku tindakpidana, tetapi juga keluarga pelaku dan wargamasyarakat lainnya, pejabat tertentu (seperti polisi danhakim anak) dan para pendukung korban.

• Pelaku dan keluarganya diharapkan menghasilkankesepakatan yang komprehensif dan memuaskankorban serta dapat membantu untuk menjaga sipelakukeluar dari kesusahan/persoalan berikutnya.

Page 30: Mediasi Pidana Smnr s3

24 April 2007

Page 31: Mediasi Pidana Smnr s3

UU NO. 39/1999