PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI …e-dokumen.kemenag.go.id/files/svduVbhG1301385651.pdf · 1....

44
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN 2009

Transcript of PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI …e-dokumen.kemenag.go.id/files/svduVbhG1301385651.pdf · 1....

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI

PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN 2009

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt.,karena hanya

dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya Pedoman Teknis

Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama dalam wilayah hukum

Pengadilan Tinggi Agama Banten dapat diselesaikan. Salawat dan salam

atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw., yang telah membawa ajaran

Agama Islam sebagai pedoman hidup yang sempurna.

Buku ini dinamakan Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi dengan

harapan dapat membantu pelaksanaan tugas sehari-hari di lingkungan

Peradilan Agama khususnya di wilayah hukum PTA Banten sehingga

penyelesaian perkara lebih cepat,sederhana dan murah serta memenuhi rasa

keadilan.

Mediasi sebagai upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non

litigasi) sebagaimana diatur dalam Perma No.01 Tahun 2008, kini belum

mempunyai petunjuk teknis yang lebih rinci tentang pelaksanaannya,

sementara Hukum Acara Perdata hanya bersifat mengikat (imperative)

terhadap majelis hakim dalam menyidangkan perkara (litigasi), sehingga

untuk menunggu pedoman yang berlaku secara nasional, membutuhkan

waktu yang lama, sementara pelaksanaan mediasi merupakan suatu hal

yang bersifat mendesak dan wajib dilaksanakan, oleh sebab itu sambil

menunggu peraturan yang lebih rinci, pedoman teknis pelaksanaan mediasi

tersebut, maka Pengadilan Tinggi Agama Banten merasa perlu untuk

menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Mediasi untuk menyatukan persepsi,

langkah dan mekanisme mediasi agar dipedomani majelis hakim, mediator

dan para pencari keadilan dalam melaksanakan mediasi.

Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada

Kelompok Kerja (Pokja) PTA Banten dan Sdr.Drs.H.Endang Ali Maksum,MH

dan Drs.H.R.Manshur para Hakim Tinggi PTA Banten sebagai nara sumber

yang telah memberikan sumbangan pemikirannya sehingga buku pedoman

ini selesai dengan baik.

Demikianlah semoga buku pedoman ini bermanfaat, dan dilaksanakan

sebagaimana mestinya.

Serang, 23 Juni 2009

Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten

Drs. H. Soufyan M. Saleh, SH.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ iii

Sambutan Tuada Uldilag............................................................................................................ iv

Daftar Isi ................................................................................................................................... v

I. Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten

Tentang Pedoman Teknis Mediasi pada Pengadilan Agama

dalam wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Banten ............................................... 1

II. Lampiran I ( Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama dalam wilayah

hukum Pengadilan Tinggi Agama Banten)

Bab I Pengertian Umum ............................................................................................... 3

Bab II Sidang Pra Mediasi ............................................................................................ 4

Bab III Pelaksanaan Mediasi .......................................................................................... 6

Bab IV Laporan Mediasi .................................................................................................. 7

Bab V Sidang Lanjutan Laporan Mediasi ....................................................................... 9

Lampiran II (Administrasi Mediasi)

1. SK. Ketua Pengadilan Agama tentang Daftar Mediator (Format M.1) ....................... 11

2. Surat Penunjukan Mediator yang dipilih para pihak (Format M.2.1) ......................... 15

3. Surat Penunjukan Mediator yang ditunjuk Majelis Hakim (Format M.2.2) .................. 16

4. Surat Penunjukan Hari Mediasi (Format M.3) ........................................................... 17

5. Instrumen Mediasi (Format M.4) ................................................................................ 19

6. Contoh Register (Format M.5) ................................................................................... 20

7. Inventarisasi Masalah (Format M.6) .......................................................................... 21

8. Laporan Mediasi Gagal (Format M.7.1) ..................................................................... 23

9. Laporan Perkara tidak layak dimediasi (Format M.7.2) .............................................. 24

10. Laporan Proses Mediasi Gagal (Format M.7.3.1) ...................................................... 25

11. Pernyataan Proses Mediasi Gagal (Format M.7.3.2) ................................................. 26

12. Kesepakatan Perdamaian (Format M.7.4) ................................................................. 27

13. BAP Pemusnahan Catatan Mediasi (Format M.8) .................................................... 28

14. BAP Sidang Pertama P dan T hadir, berhasil memilih Mediator ................................ 29

(Format M.9.1)

15. BAP Sidang Pertama P dan T hadir, tidak berhasil memilih Mediator ....................... 30

(Format M.9.2)

16. BAP Sidang Pertama, salah satu tidak hadir (Format M.9.3). .................................... 31

17. BAP Sidang Lanjutan, salah satu tidak hadir kedua kalinya ...................................... 32

(Format M.9.4)

18. BAP Sidang pembacaan laporan mediasi gagal (Format M.9.5) ................................ 33

19. Akta Perdamaian (Format M.9.6) ............................................................................... 34

20. Laporan Perkara Yang Diproses Melalui Mediasi …………………………………….. 36

III. Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten Tentang Kelompok kerja (Pokja)

Pengadilan Tinggi Agama Banten .................................................................................. 37

KEPUTUSAN

KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

Nomor : W27.A/1493/HK.05/VI/2009

Tentang

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI PADA

PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM

PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

Menimbang:

a. Bahwa mediasi merupakan salah satu alternatif yang sangat efektif dan efisien

dalam penyelesaian perkara serta dapat memberikan akses yang lebih besar

kepada para pencari keadilan dalam upaya menemukan penyelesaian

sengketa yang lebih memuaskan dan memenuhi rasa keadilan;

b. Bahwa pasca berlakunya Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, pelaksanaan

mediasi dalam setiap perkara perdata yang diterima Pengadilan Agama

merupakan suatu keharusan (Qonditio sine qua non);

c. Bahwa untuk mewujudkan kesatuan langkah, arah, tujuan serta teknis

pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama sebagaimana dikehendaki oleh

Perma Nomor 01 Tahun 2008 tersebut, dipandang perlu untuk menetapkan

Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama wilayah

Pengadilan Tinggi Agama Banten dalam suatu keputusan;

Mengingat:

1. Pasal 24 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) Staatsblad 1941 Nomor 44 ;

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

4. Undang-undang No.3 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas Undang-

undang No.14 Tahun 1985;

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah

dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

6. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2008

tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan: PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI PADA

PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM PENGADILAN

TINGGI AGAMA BANTEN.

PERTAMA : Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama

dalam wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Banten yang

menjadi lampiran dalam Surat Keputusan ini merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini

KEDUA : Memerintahkan kepada seluruh Ketua Pengadilan Agama,

Mediator, dan para pihak yang terlibat dalam proses mediasi, untuk

mempedomani dan melaksanakan keputusan ini dengan sebaik-

baiknya dan penuh tanggung jawab;

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan

ketentuan bahwa apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan

dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di : Serang.

Pada Tanggal : 23 Juni 2009.

Ketua

Drs. H. Soufyan M. Saleh,SH.

Tembusan : Disampaikan dengan hormat kepada yth :

1. Ketua Mahkamah Agung RI di Jakarta;

2. Ketua Muda Uldilag MA RI di Jakarta;

3. Dirjen Badan Peradilan Agama MA RI di Jakarta;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI

PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA

BANTEN.

BAB I Pengertian Umum

Dalam keputusan ini, yang dimaksud dengan :

1. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan

untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator;

2. Mediator adalah hakim atau pihak lain yang berwenang melakukan mediasi

pada Pengadilan Agama ;

3. Surat Penunjukan Mediator adalah Penetapan Ketua Majelis Hakim

Pengadilan Agama dalam suatu perkara tentang mediator yang akan

melaksanakan mediasi berdasarkan pilihan para pihak maupun atas

penunjukkan majelis Hakim;

4. Majelis Hakim adalah hakim yang ditunjuk Ketua Pengadilan Agama untuk

menyidangkan suatu perkara;

5. Para pihak adalah semua subjek hukum yang berperkara di Pengadilan

Agama;

6. Tempat mediasi adalah ruangan pada Pengadilan Agama yang

diperuntukkan untuk mediasi, atau tempat lain yang disepakati para pihak

berperkara dalam hal mediator bukan hakim;

7. Penetapan Hari Mediasi/PHM adalah penetapan yang dikeluarkan oleh

mediator tentang jadual mediasi yang telah disepakati;

8. Jadual mediasi adalah hari dan tanggal pelaksanaan mediasi yang telah

ditetapkan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak berperkara dengan

mediator;

9. Resume perkara adalah penjelasan masing-masing pihak tentang sengketa

yang dihadapi serta alternatif penyelesaiannya, dengan dilampiri foto copy

dokumen yang dipandang relevan;

10. Catatan mediasi adalah segala dokumen yang berkaitan dengan

pelaksanaan mediasi, baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun

pelaporan;

11. Surat Kesepakatan Perdamaian adalah surat pernyataan yang ditanda

tangani para pihak dan mediator tentang penyelesaian akhir dari sengketa

yang mereka hadapi berdasarkan kesepakatan para pihak;

12. Akta Perdamaian adalah akta yang dibuat oleh Majelis Hakim atas dasar

kesepakatan para pihak untuk mengakhiri sengketa di antara mereka;

13. Surat pernyataan proses mediasi gagal adalah surat yang dibuat oleh

mediator dan para pihak dalam hal mediasi tidak berhasil mencapai

kesepakatan;

14. Surat pernyataan mediasi gagal adalah surat yang dibuat oleh mediator

dalam hal salah satu pihak atau keduanya tidak hadir setelah dipanggil dua

kali secara patut;

15. Surat pernyataan tidak layak dimediasi adalah surat yang dibuat oleh

mediator dalam hal para pihak tidak lengkap;

16. Pemusnahan catatan mediasi adalah penghancuran dokumen-dukumen yang

berkaitan dengan proses mediasi, yang dituangkan dalam berita acara

pemusnahan. Laporan akhir mediator kepada majelis hakim tidak termasuk

yang dimusnahkan.

BAB II

SIDANG PRA MEDIASI

1. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan dan dihadiri kedua

belah pihak, majelis hakim menjelaskan tentang keharusan para pihak untuk

menempuh proses mediasi serta menjelaskan prosedur mediasi menurut

Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 tahun 2008;

2. Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada para pihak untuk memilih

mediator yang dikehendaki bersama dan berunding tentang pembebanan

biaya yang timbul jika memilih mediator bukan hakim. Untuk itu, majelis hakim

menskors persidangan:

2.1. Para pihak dengan dibantu panitera sidang, memilih salah satu atau dua

mediator yang tertera di dalam Daftar Mediator;

2.2. Hakim yang memeriksa perkara tidak boleh ditunjuk sebagai mediator

kecuali dalam hal tidak terdapat mediator lain;

2.3. Jika belum berhasil, para pihak hanya dapat meminta penundaan

persidangan paling lama 2 (dua) hari kerja;

3. Setelah mendapat laporan dari panitera sidang, ketua majelis kemudian

mencabut skors dan melanjutkan persidangan :

3.1. Dalam hal para pihak telah menentukan pilihan, ketua majelis membuat

Surat Penunjukan Mediator, sidang ditunda untuk proses mediasi;

3.2. Dalam hal para pihak menyatakan gagal memilih mediator yang

dikehendaki, ketua majelis menunjuk mediator dengan membuat Surat

Penunjukan Mediator, sidang ditunda untuk proses mediasi;

3.3. Menunda persidangan paling lama 2 (dua) hari kerja, dalam hal proses

pemilihan mediator belum selesai.

4. Dalam hal mediator sudah ditunjuk, selanjutnya majelis hakim :

4.1 Memberitahukan Mediator yang ditunjuk melalui panitera sidang, dengan

menyerahkan Surat Penunjukan Mediator disertai salinan

gugatan/permohonan/perlawanan;

4.2 Memerintahkan para pihak untuk menemui mediator yang ditunjuk guna

memusyawarahkan jadual mediasi;

5. Paling lambat satu hari kerja berikutnya, mediator yang ditunjuk wajib

menentukan hari pelaksanaan mediasi dalam sebuah Penetapan, dengan

ketentuan tenggang waktu antara Surat Penunjukan Mediator dengan hari

pelaksanaan mediasi tidak boleh lebih dari 7 hari kerja;

6. Panggilan para pihak untuk mediasi dapat dilakukan oleh Jurusita Pengganti

dan biayanya dibebankan kepada panjar biaya perkara;

7. Sebelum melaksanakan mediasi, mediator wajib:

a. Mempelajari gugatan/permohonan sehingga diperoleh suatu gambaran

awal tentang pokok permasalahan;

b. Mempersiapkan usulan jadual pertemuan mediasi yang akan dibahas dan

disepakati;

BAB III

PELAKSANAAN MEDIASI

1. Mediasi dilaksanakan di tempat mediasi Pengadilan Agama, kecuali para pihak

menghendaki lain,apabila mediator bukan dari hakim;

2. Pada hari pelaksanaan mediasi yang dihadiri oleh kedua pihak , terlebih

dahulu Mediator melakukan hal-hal sebagai berikut :

2.1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan posisinya sebagai pihak yang

neteral;

2.2. Menjelaskan urgensi dan relevansi institusi mediasi sebagai salah satu

alternatif penyelesaian perkara;

2.3. Membuat kesepakatan tentang biaya mediasi, dalam hal mediator adalah

non hakim;

2.4. Menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses penyelesaian sengketa

melalui mediasi;

2.5. Menyusun jadual mediasi berdasarkan kesepakatan;

4. Dalam hal kedua belah pihak tidak hadir maka mediasi ditunda untuk

memanggil para pihak. Apabila telah dipanggil 2 kali berturut-turut tidak hadir,

maka mediator menyatakan mediasi gagal (Pasal 14 ayat 1 Perma Nomor 1

Tahun 2008);

5. Proses mediasi diawali dengan identifikasi masalah. Untuk itu Mediator

memberi kesempatan kepada kedua pihak/pihak yang hadir untuk menyiapkan

‘resume perkara’ baik secara lisan maupun tertulis;

6. Pada hari dan tanggal yang ditentukan, Penggugat/Pemohon

menyampaikan/membacakan resumenya, kemudian dilanjutkan dengan

penyampaian/pembacaan resume perkara dari Tergugat/Termohon atau

Kuasanya;

7. Setelah menginventarisasi permasalahan dan alternatif penyelesaian yang

disampaikan para pihak, mediator menawarkan kepada pihak

Tergugat/Termohon alternatif solusi yang diajukan Penggugat/Pemohon dan

sebaliknya, untuk dimintai pendapatnya;

8. Dalam hal terjadi kebuntuan, mediator dapat melakukan kaukus;

9. Sebelum mengambil kesimpulan, mediator memberikan kesempatan kepada

pihak untuk merumuskan pendapat akhir atas perkara tersebut;

10. Dalam hal tidak diperoleh kesepakatan, mediator menyatakan proses mediasi

gagal, mediator melaporkan kegagalan tersebut kepada majelis hakim pada

hari sidang yang telah ditentukan;

11. Dalam hal diperoleh kesepakatan, para pihak merumuskan kesepakatan

tersebut secara tertulis dalam suatu Surat Kesepakatan dibantu oleh mediator.

Setelah surat kesepakatan tersebut disetujui dan ditanda tangani para pihak

dan mediator, dilaporkan oleh para pihak kepada majelis hakim.

12. Dalam hal kesepakatan dilakukan oleh kuasa hukum maka para pihak in

person harus ikut menandatangani kesepakatan tersebut sebagai tanda

persetujuannya.

BAB IV

LAPORAN MEDIASI

1. Mediator wajib menyusun laporan pelaksanaan mediasi, baik dalam hal

mediasi berhasil yang diakhiri dengan perdamaian atau tidak berhasil.

1.1. Dalam hal mediasi mengenai harta atau pengasuhan anak berhasil, maka

dibuatkan kesepakatan dan dapat dimohonkan kepada hakim untuk

dibuatkan Akta Perdamaian (van dading).

1.2. Dalam hal kesepakatan bersama (tidak dikuatkan dengan putusan

Pengadilan), maka kesepakatan perdamaian harus ada klausula

pencabutan gugatan.

1.3. Dalam hal perceraian telah terjadi kesepakatan perdamaian, maka

kesepakatan tersebut sebaiknya diikuti dengan surat pencabutan

permohonan/gugatan.

1.4. dalam hal perceraian tidak terjadi perdamaian, sedangkan akibat

perceraian (aksesoris) terjadi kesepakatan, maka isi laporan mediator

harus memuat :

1.4.1. Bahwa mediasi perceraian telah gagal,

1.4.2. Bahwa apabila tercapai kesepakatan, maka kesepakatan

tersebut harus dibuat secara terperinci.

2. Laporan mediator sudah harus disampaikan melalui panitera sidang sebelum

persidangan dimulai.

3. Apabila mediator dalam laporannya menyatakan bahwa mediasi telah gagal,

dalam hal majelis hakim telah menentukan hari sidang berikutnya, maka

persidangan dibuka kembali dengan acara biasa. Sedangkan dalam hal sidang

berikutnya belum ditentukan, maka sidang dilanjutkan terlebih dahulu

memanggil para pihak dengan Penetapan Hari Sidang baru;

4. Dalam hal mediasi gagal, maka laporan mediasi cukup ditanda tangani oleh

mediator;

5. Jika para pihak dalam proses mediasi diwakili oleh kuasa hukum, maka

laporan kesepakatan harus dilampiri pernyataan persetujuan tertulis dari para

pihak

6. Apabila mediasi tidak berhasil, maka seluruh catatan mediasi dimusnahkan

dengan berita acara pemusnahan catatan mediasi sebelum sidang dibuka

kembali yang ditandatangi oleh mediator;

BAB V

SIDANG LANJUTAN LAPORAN MEDIASI

1. Mediasi berhasil :

1.1. Perkara perceraian :

1.1.1. Apabila semua tahapan mediasi telah dilaksanakan dan mediator

telah menyampaikan laporan akhirnya kepada majelis hakim

sebelum jatuh tempo penundaan sidang 40 hari, maka ketua

majelis dapat membuat Penetapan Hari Sidang (PHS) baru dan

memanggil para pihak berperkara untuk melanjutkan persidangan,

dengan memperhatikan pemanggilan harus dilakukan secara sah

dan patut;

1.1.2. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan, sidang

dibuka untuk umum, kemudian kedua belah pihak dipanggil masuk

ke ruang sidang dan dibacakan laporan mediator yang telah

dilaksanakan, kemudian menanyakan kepada para pihak tentang

kebenaran laporan mediator tersebut;

1.1.3. Dari laporan mediator tersebut dan pernyataan para pihak, majelis

hakim menyatakan menyetujui pencabutan perkara tersebut, dan

membuat penetapan pencabutan perkara;

1.2. Perkara selain perceraian :

1.2.1. Apabila semua tahapan mediasi telah dilaksanakan dan mediator

telah menyampaikan laporan akhirnya kepada majelis hakim

sebelum jatuh tempo penundaan sidang 40 hari, maka ketua

majelis dapat membuat Penetapan Hari Sidang (PHS) baru dan

memanggil para pihak berperkara untuk melanjutkan persidangan,

dengan memperhatikan pemanggilan harus dilakukan secara

resmi dan patut;

1.2.2. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan sidang

dibuka untuk umum, kedua belah pihak dipanggil masuk ke ruang

sidang dan dibacakan laporan mediator yang telah dilaksanakan,

kemudian menanyakan kepada para pihak tentang isi laporan

mediator tersebut ;

1.2.3. Dari laporan mediator tersebut dan pernyataan para pihak, majelis

hakim menanyakan tentang kesepakatan para pihak apa sudah

dibuat atau belum ;

1.2.3.1. Apabila telah dibuat kesepakatan (perdamaian), maka

majelis hakim memutuskan dengan putusan akta

perdamaian;

1.2.3.2. Apabila belum dibuat klausula kesepakatan

(perdamaian) maka sidang ditunda untuk keperluan

tersebut dan pada sidang berikutnya diputus dengan

putusan akta perdamaian;

2. Mediasi gagal :

2.1. Apabila semua tahapan mediasi telah dilaksanakan dan mediator telah

menyampaikan laporan akhirnya kepada majelis hakim sebelum jatuh

tempo penundaan sidang 40 hari, maka ketua majelis dapat membuat

Penetapan Hari Sidang (PHS) baru dan memanggil para pihak

berperkara untuk melanjutkan persidangan, dengan memperhatikan

pemanggilan harus dilakukan secara resmi dan patut;

2.2. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan sidang dibuka

untuk umum, kemudian kedua belah pihak dipanggil masuk ke ruang

sidang dan dibacakan laporan mediator, yang isinya tentang mediasi

gagal sehingga Majelis Hakim melanjutkan persidangan sesuai ketentuan

hukum acara yang berlaku;

Format M.1. SK Ketua PA tentang Daftar Mediator

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA……….. Nomor : ……………………..2009.

TENTANG

DAFTAR MEDIATOR PADA PENGADILAN AGAMA……..

KETUA PENGADILAN AGAMA…….. Menimbang: 1. Bahwa, untuk mendukung pelaksanaan mediasi pada Pengadilan Agama

………sesuai dengan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun 2008 perlu ditetapkan daftar mediator pada Pengadilan Agama ………;

2. Bahwa oleh karena di lingkungan Pengadilan Agama ………belum/telah ada mediator bersertifikat dari hakim namun belum memadai dibandingkan dengan volume perkara, maka untuk mendukung efektifitas pelaksanaan Perma Nomor 1 Tahun 2008 tersebut perlu menunjuk mediator dari hakim yang belum bersertifikat;

3. Bahwa semua hakim yang namanya tersebut dalam lampiran surat keputusan ini, di samping tugas pokoknya sebagai hakim, dipandang mampu dan cakap untuk ditunjuk menjadi mediator pada Pengadilan Agama ………dengan ketentuan bahwa hakim tersebut menjadi mediator tidak terhadap perkara yang ditanganinya sendiri;

Mengingat: 1. Pasal 24 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) Staatsblad 1942 Nomo 44 ; 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 ; 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989; 6. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2008

Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan; Memperhatikan : - Hasil Pelatihan di Magamendung Bogor (Pusdiklat MA RI). - Hasil Rapat Koordinasi Pengadilan Tinggi Agama Banten.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: DAFTAR MEDIATOR PADA PENGADILAN AGAMA…….…

PERTAMA :

Mediator yang tersebut dalam lampiran I surat keputusan ini adalah mediator yang sudah terregistrasi sebagaimana tersebut dalam lampiran 2, bertugas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan mediasi sesuai dengan ketentuan Perma Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan;

KEDUA :

Daftar Mediator ini sebagai dasar bagi para pihak untuk memilih mediator sesuai dengan kesepakatan atau bagi ketua majelis untuk menunjuknya bila tidak tercapai kesepakatan diantara para pihak ;

KETIGA :

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di :………………... Pada Tanggal : ………………... Ketua Pengadilan Agama……..,

…………………………………..

Tembusan ; Disampaikan dengan hormat kepada yth ; - Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten; - Arsip

Lampiran 1 (Ditunjukkan kepada para pihak)

DAFTAR MEDIATOR PADA PENGADILAN AGAMA ……….

NO NAMA LENGKAP PENDIDIKAN PROFESI PENGALAMAN 1. 2. 3. 4.

5.

Lampiran 2. (Berkas Panitera)

REGISTER MEDIATOR

NO Nama Pendidikan Lembaga yang mengeluarkan Sertifikat

No dan Tanggal Sertifikat

Keterangan

Format M.2.1

P E N E T A P A N

Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA.....

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Majelis Hakim Pengadilan Agama ....................., telah membaca surat

gugatan/permohonan tanggal.... ……………… 20. Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA....;

Menimbang menurut hukum, bahwa setiap sengketa perdata wajib terlebih

dahulu diselesaikan melalui mediasi. Untuk itu perlu ditetapkan atau ditunjuk mediator;

Menimbang, bahwa oleh karena para pihak telah sepakat memilih mediator

yang namanya sebagaimana tersebut dibawah ini, maka yang bersangkutan perlu

ditetapkan sebagai mediator dalam perkara ini;

Menimbang, kepada Mediator yang ditunjuk supaya melaksanakan mediasi

dan melaporkan hasilnya secara tertulis kepada Majelis Hakim;

Memperhatikan, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor: 01 Tahun 2008

Tentang Prosedur Mediasi pada Pengadilan serta ketentuan hukum lain yang terkait;

M E N E T A P K A N :

1. ………………………………………: sebagai mediator dalam perkara ini;

2. Memerintahkan mediator yang ditunjuk agar melaksanakan proses mediasi dan

melaporkan hasilnya secara tertulis kepada majelis hakim;

Ditetapkan di ………………………… ;

Pada tanggal : ……………………200 ….

Ketua Majelis,

…………………………………………

Tembusan:

Ketua Pengadilan Agama ................

Format M.2.2

P E N E T A P A N

Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA.....

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Majelis hakim Pengadilan Agama ......................., telah membaca surat

gugatan/ permohonan tanggal ……………… 200 Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA....;

Menimbang menurut hukum, bahwa setiap sengketa perdata wajib terlebih

dahulu diselesaikan melalui mediasi. Untuk itu perlu ditetapkan atau mediator;

Menimbang oleh karena para pihak telah tidak sepakat tentang siapa yang

dipilih sebagai mediator, maka majelis hakim perlu menunjuk mediator dalam perkara ini

yang namanya seperti tersebut dibawah ini;

Menimbang kepada mediator yang ditunjuk supaya melaksanakan mediasi dan

melaporkan hasilnya secara tertulis kepada Majelis Hakim;

Memperhatikan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor: 01 Tahun 2008

Tentang Prosedur Mediasi pada Pengadilan serta ketentuan hukum lain yang terkait;

M E N E T A P K A N :

1. Menunjuk: …………………………………: sebagai mediator dalam perkara ini;

2. Memerintahkan mediator yang ditunjuk agar melaksanakan proses mediasi dan

melaporkan hasilnya secara tertulis kepada majelis;

Ditetapkan di …………..............................;

Pada tanggal : ……………………200 …...

Ketua Majelis,

…………………………………………

Tembusan:

Ketua Pengadilan Agama ................

Format M.3

P E N E T A P A N

Nomor: …./Pdt.G/ 200.. /PA…..

Membaca, Surat Penunjukan Mediator tanggal……………………………..

Nomor : …….. /……… /……../PA….; dalam perkara antara:

……………………………………………………………, umur..… tahun, agama

…………… pekerjaan …………………………………… tempat kediaman di

…………………………………………………………………………………………

selanjutnya disebut sebagai: P.........................;

m e l a w a n

……………………………………………………………, umur..… tahun, agama

…………… pekerjaan …………………………………… tempat kediaman di

……………………….…………………………………………………………………

selanjutnya disebut sebagai: T.........................;

Menimbang bahwa untuk melaksanakan prosedur mediasi terhadap perkara

tersebut perlu ditetapkan hari, tanggal dan tempat pelaksanaan mediasi sebagaimana

tersebut di bawah ini ;

Menimbang bahwa kepada petugas yang ditunjuk diperintahkan memanggil para

pihak beperkara sesuai ketentuan yang berlaku;

Mengingat, ketentuan dalam Perma Nomor 01 Tahun 2008 dan ketentuan hukum

yang berkaitan;

MENETAPKAN :

1. Menentukan, bahwa mediasi akan dilangsungkan di ……………………………. pada

hari ……………… tanggal ……………………………..200.., jam 09.00 Wib;

2. Memerintahkan juru sita pengganti lewat ketua majelis hakim untuk melakukan

pemanggilan kepada para pihak agar hadir pada hari, tanggal dan jam yang telah

ditetapkan;

Ditetapkan di : ............................................... ;

Pada Tanggal : ………………………200...;

Mediator,

…………………………………………………

Tembusan

Majelis Hakim perkara No…../Pdt.G/200./PA…;

Format M.4

INSTRUMEN MEDIASI

Supaya dicatat dalam register:

Nama Mediator : ...................................................................................................... ;

Perkara Nomor : ……/Pdt.G/200./PA…..;

Penggugat/Pemohon : ............................................................................................. ;

Tergugat/Termohon : .............................................................................................. ;

Tgl Penetapan : ...................................................................................................... ;

……., ……………………….200.,-

Ketua Majelis,

……………………………………………

Format M.5

REGISTER MEDIASI

No No. Perkara

Para Pihak

Majelis Hakim

Tanggal Penetapan Penunjukan Mediator

Nama Mediator

Mediasi yang gagal

Tanggal Kesepakatan Perdamaian

Isi Akta Perdamaian/Kesempatan Perdamaian

Tanggal Put./Pen

Ket.

Format M.6

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH

DAN USULAN PENYELESAIAN SENGKETA

Perkara Nomor : ……………./Pdt.G/………../PA….. Tanggal Mediasi : ……………………………………………..

I. Masalah Pokok : 1. ………………………………………………………………………………….. 2. ………………………………………………………………………………….. 3. ………………………………………………………………………………….. 4. …………………………………………………………………………………. 5. ………………………………………………………………………………….

II. Masalah Biasan :

1. ………………………………………………………………………………….. 2. …………………………………………………………………………………. 3. …………………………………………………………………………………. 4. …………………………………………………………………………………. 5. ………………………………………………………………………………….

III. Faktor-Faktor Pemicu Konflik :

1. ................................................................................................................. 2. ................................................................................................................. 3. ................................................................................................................. 4. ................................................................................................................. 5. .................................................................................................................

IV. Faktor-faktor Penyatuan Persepsi:

1. ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… 5. …………………………………………………………………………………

V. Alternatif Penyelesaian :

1. ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………... 5. …………………………………………………………………………………

VI. Kesimpulan : 1. ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………... 4. ………………………………………………………………………………… 5. …………………………………………………………………………………

………………,…………….200.. Mediator, ………………………..

Format M.7.1. Laporan Mediasi Gagal Hal: Laporan mediasi gagal Kepada: Yth. Majelis Hakim Yang memeriksa Perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,

Bersama ini kami, selaku mediator dalam perkara No,______________

memberitahukan bahwa oleh karena salah satu/ para pihak tidak menghadiri pertemuan mediasi sebanyak dua kali berturut-turut tanpa alasan setelah dipanggil secara patut, sehingga mediasi gagal.

Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

________,_______________20__

Mediator

( )

Format M.7.2 Laporan Perkara Ttidak Layak Dimediasi Hal: Laporan perkara tidak layak dimediasi Kepada: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,

Bersama ini kami, selaku mediator dalam perkara No,______________

memberitahukan bahwa oleh karena sengketa yang dimediasi melibatkan aset atau harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam gugatan sehingga pihak lain yang berkepentingan tidak menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi, maka perkara tersebut tidak layak untuk dimediasi.

Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

________,_______________20__

Mediator

( )

Format M.7.3.1. Laporan Proses Mediasi Gagal Hal: Laporan proses mediasi gagal Kepada: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,

Bersama ini kami, selaku mediator dalam perkara No,______________

memberitahukan bahwa proses mediasi yang kami laksanakan telah gagal mencapai kesepakatan (pernyataan tentang kegagalan tersebut terlampir).

Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

________,_______________20__

Mediator

( )

Format M.7.3.2. Pernyataan Proses Mediasi Gagal (dibuat oleh mediator dan para pihak)

PERNYATAAN

Pada hari ini,……… tanggal………………….,20…. saya, (Nama Mediator), Mediator terdaftar di Pengadilan Agama ………………….,dengan ini menyatakan bahwa:

Perkara : No. ………………………………/20…… Antara : .....…………………………………………

melawan

…………………………………………

Telah gagal mencapai kesepakatan dalam proses mediasi yang telah kami tempuh dari tanggal ……………………….,20… s.d……………………………...,20…..

Demikian pernyataan ini dibuat dan ditandatangani oleh saya, selaku

mediator dan para pihak yang bersangkutan tersebut.

…………..,………….20…..

Pihak Tergugat,

Pihak Penggugat,

Mediator,

Format M.7.4. Kesepakatan Perdamaian Hal: Laporan kesepakatan perdamaian Kepada: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,

Pada hari ini …...…….. tanggal …………… kami para pihak dalam perkara

No..…………….., antara …………………., melawan ……………………, melaporkan bahwa dalam proses mediasi yang kami laksanakan, telah tercapai kesepakatan untuk mengakhiri sengketa dengan ketentuan sebagai berikut :

1. ……………………………………………….. 2. ……………………………………………….. 3. dst.

Bahwa selanjutnya kami para pihak sepakat untuk mencabut perkara

No.……………… tersebut di atas dan menyatakan perkara bahwa telah selesai.(alternatif 1)

Bahwa selanjutnya kami para pihak mohon kepada majelis hakim untuk menguatkan kesepakatan perdamaian tersebut dalam akta perdamaian. (alternatif 2)

Demikian laporan kesepakatan perdamaian ini ditandatangani oleh para pihak dan mediator.

____________________20__

Mediator,

Pihak Tergugat,

Pihak Penggugat,

Format M.8.

BERITA ACARA PEMUSNAHAN CATATAN MEDIASI Nomor: …../Pdt…../………/PA…….

Pada hari ini …………………………., tanggal ………………………….. pukul ……………………..WIB, bertempat di ………………………………………………….., Saya ………………………………………… yang ditunjuk sebagai mediator dalam perkara Nomor: ………/ Pdt…../………/PA……., berdasarkan surat pernyataan mediasi gagal tertanggal ……………………, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 tahun 2008, demi menjaga kerahasiaan perkara dan kebebasan hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo dengan ini melakukan pemusnahan catatan mediasi dalam perkara tersebut; Demikian berita acara ini dibuat dengan ditandatangani oleh mediator dan pihak-pihak berperkara.

…………., ………………… Mediator, …………………………

Para Pihak :

Penggugat/Pemohon,

Tergugat/Termohon,

Format M.9.1. Berita Acara Persidangan (bila para pihak berhasil memilih mediator)

BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor:…/Pdt.G/200…/PA…..

Persidangan Pengadilan Agama…………,yang memeriksa dan mengadili

perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari…..,tanggal….200….dalam perkara yang diajukan :

……………………………..umur…..tahun… agama Islam, pekerjaan………bertempat tinggal di jalan……………. Kelurahan ………………….. Kecamatan………….……., Kota………..…… sebagai Pemohon.

melawan

……………………… umur …..tahun…….. agama Islam, pekerjaan………bertempat tinggal di jalan…………….. Kelurahan ……………….. Kecamatan……………….…., Kota………………………… sebagai Termohon.

Susunan Persidangan: 1. ………………, sebagai Ketua Majelis. 2. ………………, sebagai Hakim Anggota. 3. ………………, sebagai Hakim Anggota. 4. ………………, sebagai Panitera Pengganti.

..Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis, maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk kedalam ruang persidangan.

Pemohon datang mengahadap sendiri di persidangan. Termohon datang mengahadap sendiri di persidangan.

Ketua Majelis mengawali persidangan dengan upaya perdamaian melalui mediasi, dengan menjelaskan kepada para pihak tentang kewajiban untuk menempuh proses mediasi dan prosedur mediasi itu sendiri, lalu memberi kesempatan kepada para pihak untuk berunding guna memilih mediator diantara mediator yang telah disediakan oleh pengadilan.

Selanjutnya berdasarkan kesepakatan mereka telah memilih ………… sebagai mediator , maka ketua majelis menunjuk mediator tersebut dengan penetapan yang dibacakan oleh ketua majelis .

Selanjutnya ketua majelis hakim memberitahukan kepada para pihak untuk menghubungi mediator yang sudah ditunjuk tersebut dan kemudian memerintahkan panitera sidang untuk menyampaikan penetapan mediator tersebut kepada mediator yang bersangkutan.

Ketua Majelis kemudian menyatakan sidang ditunda untuk mediasi dan akan dibuka kembali pada hari …………., tanggal ………………….

Setelah penundaan tersebut diumumkan, kemudian ketua majelis menyatakan sidang ditutup.

Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti.

Ketua Majelis (…………………..)

Panitera Pengganti

Ketua Majelis

Format M.9.2. Berita acara Persidangan (apabila para pihak gagal memilih mediator)

BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA ….

Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili

perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam,pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. Sebagai Pemohon.

m e l a w a n

……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti

Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon datang menghadap sendiri di persidangan.

Ketua Majelis mengawali persidangan dengan upaya perdamaian melalui mediasi, dengan menjelaskan kepada para pihak tentang kewajiban untuk menempuh proses mediasi dan prosedur mediasi itu sendiri,lalu memberi kesempatan kepada para pihak untuk berunding guna memilih mediator diantara mediator yang telah disediakan oleh pengadilan.

Selanjutnya berdasarkan laporan para pihak yang menyatakan telah gagal memilih mediator, maka ketua majelis menunjuk mediator …………………. untuk menjalankan proses mediasi dalam perkara ini dengan penetapan yang dibacakan oleh ketua majelis.

Selanjutnya ketua majelis memberitahukan kepada para pihak untuk menghubungi mediator yang sudah ditunjuk tersebut dan kemudian memerintahkan panitera pengganti untuk menyampaikan penetapan mediator tersebut kepada mediator yang bersangkutan.

Ketua Majelis kemudian menyatakan sidang ditunda untuk mediasi dan akan dibuka kembali pada hari…………., tanggal ……………… kemudian ketua majelis menyatakan sidang ditutup.

Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti Format M.9.3. BAP Sidang Pertama salah satu pihak tidak hadir

Panitera Pengganti

Ketua Majelis

BERITA ACARA PERSIDANGAN

Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA ….

Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam, pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. sebagai Pemohon m e l a w a n ……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti

Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon tidak datang menghadap sendiri di persidangan.

Ketua Majelis mengawali persidangan dengan memeriksa relaas panggilan kepada Termohon dan ternyata relaas panggilan tersebut telah dilaksanakan secara sah dan patut. Selanjutnya ketua majelis menjelaskan kepada pihak yang hadir tentang kewajiban untuk menempuh proses mediasi dan prosedur mediasi itu sendiri, namun karena Termohon tidak hadir maka tahapan mediasi tidak dapat dilaksanakan.

Berhubung termohon tidak hadir sidang ditunda guna memanggil termohon dan memerintahkan kepada pemohon untuk hadir pada sidang berikutnya hari …………., tanggal ………………..

Setelah penundaan tersebut diumumkan, selanjutnya ketua majelis menyatakan sidang ditutup.

Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti

Format M.9.4 BAP Sidang lanjutan Termohon tidak hadir kedua kalinya

Panitera Pengganti

Ketua Majelis

BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA ….

Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili

perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam, pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. sebagai Pemohon m e l a w a n ……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti

Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon tidak datang menghadap sendiri di persidangan.

Ketua Majelis mengawali persidangan dengan memeriksa relaas panggilan kepada termohon dan ternyata relaas panggilan tersebut telah dilaksanakan secara sah dan patut.

Berhubung termohon untuk kedua kalinya tidak hadir didalam persidangan setelah dipanggil secara patut, majelis hakim berpendapat, oleh karena para pihak tidak lengkap, maka perkara ini tidak layak dimediasi.

Selanjutnya, majelis hakim menyatakan pemeriksaan perkara dilaksanakan dengan acara biasa dan di awali upaya perdamaian sesuai ketentuan Pasal 130 HIR.

Majelis hakim melanjutkan pemeriksaan dengan …………………………… ………………………………………………………………………………………………

Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti Format M.9.5. BAP Sidang Pembacaan Laporan Mediasi Gagal

BERITA ACARA PERSIDANGAN

Panitera Pengganti

Ketua Majelis

Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA …. Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam, pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. sebagai Pemohon m e l a w a n ……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti

Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon tidak datang menghadap sendiri di persidangan, meskipun ia telah dipanggil dengan resmi dan patut sebanyak 2(dua) kali tanpa alasan yang sah.

Ketua Majelis mengawali persidangan dengan membaca laporan dari mediator tertanggal .................................... yang melaporkan bahwa Termohon tidak menghadiri pertemuan mediasi sebanyak 2(dua) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara patut, dan oleh karenanya sesuai ketentuan Pasal 14 ayat (1) Perma No.01 Tahun 2008, dilaporkan oleh mediator bahwa mediasi telah gagal dilaksanakan ;

Selanjutnya ketua majelis memerintahkan kepada pihak yang berperkara untuk melanjutkan persidangan sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku, dan majelis hakim akan tetap mengupayakan perdamaian pada setiap tahap pemeriksaan perkara hingga sebelum putusan diucapkan.

Setelah penundaan tersebut diumumkan, selanjutnya ketua majelis menyatakan sidang ditutup.

Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti. .)

AKTA PERDAMAIAN

Panitera Pengganti

Ketua Majelis

Pada hari ini……….. tanggal …………………, dalam persidangan Pengadilan

Agama………………. Yang terbuka untuk umum yang memeriksa dan mengadili perkara-

perkara perdata dalam tingkat pertama, telah datang menghadap :

I. A…………. bertempat tinggal di…………… pekerjaan……………

menurut surat gugatan dalam perkara daftar No……….., sebagai

Penggugat.

II. B…………. bertempat tinggal di…………… pekerjaan……………

menurut surat gugatan dalam perkara daftar No……….., sebagai

Tergugat;

Yang menerangkan bahwa mereka bersedia untuk mengakhiri

persengketaan antara mereka seperti termuat dalam surat gugatan tersebut,

dengan jalan perdamaian melalui proses mediasi dengan mediator

……………………., Pengadilan Agama tersebut, dan untuk itu telah mengadakan

persetujuan sebagai berikut :

(isi persetujuan)

…………………………..

…………………………..

Setelah isi persetujuan perdamaian tersebut dibuat secara tertulis

tertanggal ………… dan dibacakan kepada kedua belah pihak, maka mereka

masing-masing menerangkan dan menyatakan menyetujui seluruh isi persetujuan

perdamaian tersebut.

Kemudian Pengadilan Agama menjatuhkan putusan sebagai berikut.

P U T U S A N

No…………/Pdt.G/200…/PN……..

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama tersebut;

Telah membaca surat persetujuan perdamaian tersebut diatas;

Telah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;

Mengingat Pasal 130 HIR/154 RBg dan PERMA No. 01 Tahun 2008 serta

ketentuan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI

Menghukum kedua belah pihak A dan B tersebut untuk mentaati isi

persetujuan yang telah disepakati tersebut diatas,

Menghukum kedua belah pihak untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp………………..…… masing-masing separuhnya.

Demikianlah diputuskan pada hari……… tanggal………………………..

oleh…………….……., sebagai Ketua Majelis

dan…………………………………..sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan mana

pada hari itu juga diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis

tersebut, dengan dibantu oleh ……………………………., Panitera Pengganti dan

kedua belah pihak yang berperkara.

Hakim-Hakim Anggota Ketua Majelis

Panitera Pengganti

Lampiran M.11

(Berkas Panitera)

LAPORAN PERKARA PERDATA AGAMA YANG DIPROSES MELALUI MEDIASI

(PERMA No.1 TAHUN 2008)

PENGADILAN AGAMA………..

BULAN………………….20…….

No

No.Perkara

Tgl

Pendaftaran

Klafikasi

Para

Piha

k

Didampingi

Kuasa

Hukum

Mediator

Tangga

l

penunju

kan

Mediato

r

Hasil Akhir/Laporan

Mediator (Tanggal) Ket

Ya Tidak Terdaftar di PA

Luar

PA Kesepakatan

Gagal

Hakim

Non

Hakim Damai Cabut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

……,…………20….

Mengetahui

Ketua Pengadilan Agama ……… Panitera ……..…………..

(……………………………) (……………………………)

NIP. ……………………… NIP. ……………………

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

Nomor : W27-A/ 714 /HK.03.5/2009

TENTANG

KELOMPOK KERJA PTA BANTEN

KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

Menimbang : a. Dalam rangka memecahkan permasalahan permasalahan yang

timbul dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pengadilan

Agama di lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Banten

dipandang perlu membentuk kelompok kerja Pengadilan Tinggi

Agama Banten (POKJA PTA BANTEN);

b. Bahwa yang namanya tersebut dalam lampiran surat keputusan

ini dipandang cakap dan mampu melaksanakan tugas tersebut;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Jo. Undang-Undang

Nomor 3 tahun 1987 tentang Peradilan Agama;

2. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan

kehakiman;

3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 Jo. Undang-Undang

Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;

4. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2005 tentang pembentukan

Pengadilan Tinggi Agama Banten;

Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Pengadilan Tinggi Agama Banten dengan

Pengadilan Agama se- wilayah PTA Banten tanggal 4 s/d 6 Februari

tahun 2009;

MEMUTUSKAN

Pertama : Membentuk Kelompok Kerja ( POKJA ) Pengadilan Tinggi Agama

Banten;

K e d u a : Menunjuk yang namanya tersebut pada daftar terlampir sebagai

kelompok kerja

( POKJA ) Pengadilan Tinggi Agama Banten;

Ke t i g a : Tugas POKJA adalah :

1. Menginventarisir permasalahan-permasalahan dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;

2. Mendiskusikan/memecahkan permasalahan tersebut ;

3. Melaporkan hasil diskusi/pemecahan masalah kepada pimpinan

Pengadilan Tinggi Agama Banten;

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila

dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,

akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

Salinan surat keputusan ini disampaikan kepada yangbersangkutan untuk

diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di : S e r a n g

Pada Tanggal : 6 April 2009

K e t u a,

Drs. H. Soufyan M Saleh, S.H.

NIP : 150110843