BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46730/2/BAB I.pdfKepatuhan atau adherence pada...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46730/2/BAB I.pdfKepatuhan atau adherence pada...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Dunia jumlah yang terinfeksi HIV dan AIDS semakin meningkat sejak
tahun 2010 orang yang hidup dengan infeksi HIV 33,3.000.000 orang dengan
jumlah kematian terkait AIDS sebanyak 15.000.000 orang. Di tahun 2015 kasus
infeksi HIV sebanyak 36.700.000 orang dan jumlah kematian terkait AIDS
sebanyak 11.000.000 orang. Sedangkan di Asia pada tahun 2010 jumlah yang
terkena infeksi HIV 47.000.000 orang dengan jumlah kematian terkait AIDS
sebanyak 240.000 orang. Tahun 2015 yang terinfeksi HIV sebanyak 51.000.000
orang dengan kematian terkait AIDS sejumlah 180.000 orang (UNAIDS, 2016)
Menurut Menteri Kesehatan infeksi HIV dan AIDS di Indonesia mampu
berkembang begitu pesat. Semenjak ditemukan pertama kali di Provinsi Bali
pada tahun 1897. Di tahun 2015 kasus HIV sebanyak 30.935 kasus, dengan
AIDS sebanyak 7.185 kasus dan jumlah kematian karena AIDS 765 kasus. Di
tahun 2016 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sampai desember 2016 sebanyak
41.250 kasus dengan jumlah kasus AIDS sebanyak 7.491 kasus dan angka
kematian karena AIDS sebanyak 806 kasus (Kemenkes, 2016). Sedangkan
Provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama pada sepuluh provinsi yang
melaporkan jumlah AIDS terbanyak hingga bulan desember 2016 sebanyak
16.199 kasus dan jumlah meninggal karena AIDS 3.679 kasus. Sementara di
Malang (Jawa Timur) dari tahun 2005 sampai tahun 2016 jumlah kasus yang
terinfeksi HIV 3888 kasus (Dinkes Malang, 2017).
Mayoritas program penangulangan HIV dan AIDS di Indonesia mengacu
pada berbagai program yang pernah dilakukan di berbagai negara dan pedoman
2
yang dikeluarkan oleh WHO. Terminologi yang dipakai pun mengacu pada
terminologi WHO, seperti care, support and treatment (CST). Pada tahun 2010an
istilah CST dalam dokumen strategi dan rencana aksi nasional penanggulangan
HIV dan AIDS (SRAN) tahun 2010 sampai 2014 disebut perawatan dukungan
dan pengobatan (PDP). Komponen dalam program PDP bagi ODHA secara
signifikan ada dua, yakni layanan ARV dan penjangkauan pendampingan.
Tujuan dari program PDP yakni : 1) tersedianya layanan kesehatan yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 2) 100 % ODHA yang
memerlukan pencegahan dan pengobatan Infeksi Oportunistik dapat mengakses
layanan kesehatan sesuai kebutuhan; 3) memberikan pengobatan ARV kepada
orang terinfeksi HIV yang membutuhkan sesuai dengan standar WHO untuk
kualitas hidup yang lebih produktif; 4) pengembangan perawatan komunitas
untuk memberikan dukungan psikologis dan sosial; dan 5) meningkatkan
kapasitas ODHA melalui pendidikan dan pelatihan bagi ODHA (Tim Peneliti
PKMK FK UGM, 2015).
Persyaratan ODHA yang dapat menerima ARV disesuaikan dengan situasi
global sebagaimana pedoman terbaru world health organization (WHO) atau
organisasai yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional
tahun 2010 di mana ARV diberikan pada ODHA dengan hasil pemeriksaan CD4
kurang dari 350 sel/mm ³. ODHA pada ibu hamil, dengan infeksi TB dan
Hepatitis B, yakni pemberian ARV tanpa memandang jumlah CD4 (Tim Peneliti
PKMK FK UGM, 2015).
Pada periode 2004–2011 diterapkan kolaborasi TBHIV melalui Kemenkes
Nomor 1990/Menkes/SK/X/2004 tentang pemberian gratis Obat
AntiTuberklosis (OAT) dan obat Antiretroviral (ARV) untuk HIV dan AIDS.
3
Kolaborasi ini semakin diperkuat dengan adanya Kepmenkes Nomor
1190/Menkes/SK/X/2004 tentang pemberian gratis Obat Antituberkulosis
(OAT) dan Obat Antiretroviral (ARV) untuk HIV dan AIDS.
Data di Indonesia pada tahun 2016 cakupan ODHA yang memenuhi
syarat penggunaan ARV mencapai 27.015 orang sedangkan yang pernah
mengkonsumsi ARV 21.292 orang dan sampai saat ini yang masih
mengkonsumsi ARV 10.207 orang (Kemenkes, 2016). Begitu halnya di Kota
Malang jumlah yang terinfeksi HIV yang tidak minum obat ARV dalam periode
30 hari kurang dari 3 dosis sebanyak 8729 kasus (>95%), yang lebih dari 12
dosis sebanyak 64 kasus (<80), dan 3 sampai 12 dosis tidak minum obat ARV
sebanyak 1842 kasus (80 % sampai 85%) (Dinkes Malang, 2017).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2015–2019 telah menarget ODHA yang menerima ARV pada tahun 2016
sebanyak 47 %. Sementara di provinsi jawa presentase angka kasus HIV yang di
obati tetapi belum memenuhi target yaitu 38%, yang mengakibatkan angka
kematian akibat terinfeksi HIV dan AIDS meningkat di tahun 2016. (Restrain,
2015-2019)
Menurut Martoni 2013 dalam depkes RI 2006 Penggunaan obat ARV
memerlukan tingkat kepatuhan tinggi untuk mendapatkan keberhasilan terapi
dan mencegah resistensi. Untuk mendapatkan respon penekanan jumlah virus
sebesar 85% diperlukan kepatuhan penggunaan obat 90-95%, dalam hal ini
pasien 60 kali minum obat ARV setiap bulan seumur hidup dan dalam satu
bulan pasien diharapkan tidak lebih dari 3 kali lupa minum obat. (Martoni, 2013).
Penelitian lain menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat supresi virus yang
4
optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh terlupakan (Kementerian
Kesehatan RI, 2012).
Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana pasien
mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena
mematuhi perintah dokter (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Dampak dari
ketidakpatuhan terhadap terapi ARV dapat memberikan efek resistensi obat
sehingga obat tidak dapat berfungsi atau gagal. Berdasarkan penelitian pada
tahun 2004, di Amerika Serikat dan Eropa didapatkan 10% dari infeksi baru
HIV/AIDS menunjukkan resistensi terhadap ARV (Martoni, 2013).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penelitian
terhadap petugas kesehatan di Rumah sakit Universitas Islam Malang (RSI
Unisma, menjelaskan bahwa obat Antiretroviral selalu disediakan setiap bulan
oleh pihak Rumah sakit. Antiretroviral yang disediakan dalam satu bulan
mencapai 450 botol, sedangkan pasien yang selalu aktif dalam mengambil obat
ARV sekitar kurang lebih 120 orang dari 251 ODHA dalam 1 bulan (47%),
dengan jumlah obat yang diambil sebanyak kurang lebih 200 botol dan yang
masih tersisa sekitar 250 botol dalam satu bulan (80%). Membuktikan bahwa
masih tersisa sekitar 250 atau (80%) botol obat ARV yang tidak diambil oleh
ODHA dalam satu bulan, dan sekitar 131 orang yang tidak patuh dalam
melalukan pengobatan. hasil wawancara dari pihak voluntary counselling and testing
(VCT) atau bisa diartikan konseling dan tes HIV sukarela (KTS), di rumah sakit
unisma adalah tidak ada catatan atau pembukuan terkain faktor-faktor apa saja
yang membuat ODHA patuh dalam mengambil obat setiap bulannya.
Menurut Eyassu faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat ARV
77% adalah pendidikan (Eyassu, 2016). Mugoh menjelaskan 66,1% kepatuhan
5
terhadap pengobatan ARV dikaitkan dengan beberapa faktor yaitu usia, status
pernikahan, pekerjaan (Mugoh, 2016). Begitu juga menurut Belayihun factor usia
mempengaruhi tingkat kepatuhan 81,1% (Belayihun, 2015). Beberapa faktor
tersebut belum tercantum dalam pembukuan terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam meminum obat ARV pada orang yang
terinfeksi HIV dan AIDS di unisma, peneliti ingin mengetahui apakah menurut
jurnal atau teori faktor tersebut mempengaruhi kapatuhan yang juga
mengakibatkan kunjungan mengambil obat di unisma menurun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Faktor apakah yang paling dominan
terhadap kepatuhan dalam mengkonsusi obat ARV pada ODHA ? .”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
pengobatan ARV pada ODHA.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kepatuhan mengkonsumsi obat ARV pada pasien
ODHA di Rumah Sakit Universitas Islam Malang.
2. Mengidentifikasi pengetahuan pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
3. Mengidentifikasi pendidikan pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
4. Mengidentifikasi pekerjaan pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
6
5. Mengidentifikasi status pernikahan pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
6. Mengidentifikasi usia pada pasien ODHA di Rumah Sakit Universitas
Islam Malang.
7. Mengidentifikasi pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan
mengkonsumsi obat ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
8. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan terhadap kepatuhan
mengkonsumsi obat ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
9. Mengidentifikasi pengaruh pekerjaan terhadap kepatuhan
mengkonsumsi obat ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
10. Mengidentifikasi pengaruh status pernikahan terhadap kepatuhan
mengkonsumsi obat ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit
Universitas Islam Malang.
11. Mengidentifikasi pengaruh usia terhadap kepatuhan mengkonsumsi
obat ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit Universitas Islam
Malang.
12. Mengetahui faktor dominan terhadap kepatuhan mengkonsumsi obat
ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit Universitas Islam Malang.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengembangan wawasan peneliti mengenai faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pengobatan ARV pada ODHA di kota malang. Serta menjadi
pengalaman dan pembelajaran peneliti untuk memahami masalah secara
ilmiah.
1.4.2 Manfaat Akdemik
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini selain diajukan sebagai syarat
untuk memenuhi tugas akhir, diharapkan bisa menjadi referensi bagi
pembaca, khususnya teman - teman S1 Keperawatan untuk menambah
wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan
ARV pada ODHA di kota malang dan di gunakan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan kepada
masyarakat terutama keluarga maupun ODHA bersama kelompok sebaya
dalam meningkatkan kepatuhan terapi ARV
1.5 Keaslian Penelitian
Sebelum melakukan penelitian terakit analisa factor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan pengobatan ARV pada ODHA, beberapa penelitian berikut
dijadikan sebagai bahan referensi dan pedoman dalam melakukan pengkajian
teori, sebagai berikut :
a. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Heestermans et al (2016) dengan judul
“Determinants of adherence to antiretroviral therapy among HIV-positive adults
8
in sub-Saharan Africa: a systematic review”. Penelitian ini bertujuan untuk
Perkembangan antiretroviral yang cepat pengobatan (ARV) di sub-Sahara Afrika
(SSA) telah Menghasilkan peningkatan fokus pada kepatuhan pasien. Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan Pencarian sistematis dilakukan pada 6
Database (PubMed, Cochrane Library, EMBASE, Web Ilmu Pengetahuan,
Popline, Perpustakaan Kesehatan Global) untuk Artikel kualitatif dan kuantitatif.
Hasil: Dari 4052 artikel yang disaring, 146 di antaranya Termasuk untuk analisis
akhir, melaporkan faktor-faktor penentu Dari 161 922 pasien HIV dengan rata-
rata kepatuhan Skor 72,9%. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penelitian
Heestermans et al (2016) dengan penelitian ini adalah melakukan penelitian dari
hasil pengumpulan artikel, sedangkan penelitian ini bertanya langsung kepada
pasien yang patuh maupun tidak patuh dalam meminum obat ARV pada pasien
ODHA.
b. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Tumwikirize (2015) dengan judul “ The
Value of Support Group Participation in Influencing Adherence to
Antiretroviral Treatment among People Living with Human Immunodeficiency
Virus (HIV)” . penelitian ini bertujuan untuk untuk menentukan nilai partisipasi
kelompok pendukung dalam meningkatkan kepatuhan ARV. Hasil dari
penelitian ini adalah Kepatuhan ARV dilaporkan sendiri oleh 745/788 (95%)
dan 814/888 (92%) responden yang memiliki pernah dan tidak pernah
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok pendukung masing-masing. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh Tumwikirize (2015) dengan penelitian ini adalah
penelitian pada kepatuhan ARV antara ODHA yang berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok pendukung dan tidak, sedangkan penelitian ini kepada
9
pasien yang patuh maupun tidak patuh dalam meminum obat ARV pada pasien
ODHA.
c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mhode (2016). Dengan judul
“Experiences and Impact of Stigma and Discrimination among People on
Antiretroviral Therapy in Dar es Salaam: A Qualitative Perspective” penelitian
ini bertujuan untuk secara sistematis menilai hubungan antara stigma terkait HIV
dan kepatuhan ART.. Hasil penelitian Di antara 34 studi kualitatif, meta-sintesis ,
stigma HIV mempengaruhi kepatuhan ART seperti koping adaptif dan
dukungan sosial.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Mhode (2016) dengan penelitian ini
adalah penelitian pada keterkaitan stigma HIV dengan kepatuhan ARV,
sedangkan penelitian ini faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan ARV
pada ODHA.