contoh rumusan ikm.docx

89
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Derajat kesehatan pada masyarakat, menurut Hendrick L. Bloem, dipengaruhi oleh empat faktor yang besar pengaruhnya pada kesehatan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi. Faktor lingkungan memiliki peran yang sangat besar dalam konsep tersebut. Maka dari itu kesadaran akan kesehatan lingkungan itu sendiri sangat penting untuk menciptakan sebuah komunitas yang sehat. Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak. 1 Kesehatan lingkungan masyarakat tidak lepas dari sanitasi tempat-tempat umum. Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria seperti diperuntukan untuk masyarakat umum, mempunyai bangunan tetap atau 1

Transcript of contoh rumusan ikm.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangDerajat kesehatan pada masyarakat, menurut Hendrick L. Bloem, dipengaruhi oleh empat faktor yang besar pengaruhnya pada kesehatan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi. Faktor lingkungan memiliki peran yang sangat besar dalam konsep tersebut. Maka dari itu kesadaran akan kesehatan lingkungan itu sendiri sangat penting untuk menciptakan sebuah komunitas yang sehat. Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.1Kesehatan lingkungan masyarakat tidak lepas dari sanitasi tempat-tempat umum. Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria seperti diperuntukan untuk masyarakat umum, mempunyai bangunan tetap atau permanen, memiliki aktivitas pengelola, pengunjung atau pengusaha, dan tersedianya fasilitas seperti fasilitas kerja pengelola dan fasilitas sanitasi seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/urinoir, kamar mandi, dan pembuangan limbah. Dalam hal ini, sanitasi tempa-tempat umum dalam kesehatan masyrakat adalah usaha untuk menjamin kondisi fisik lingkungan Tempat-Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kualitas kesehatan, dan sanitasi.Dapat pula sebagai usaha memenuhi psikologis masyarakat, seperti rasa keamanan, kenyamanan, dan ketenangan. Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu saran tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyrakat guna melaksanakan kegiatan ibadah.Usaha Kesehatan Masjid adalah satu komponen upaya masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945.2Permasalahan masjid dan pemberdayaannya merupakan hal yang menarik untuk terus dibicarakan. Hal ini bukan hanya karena masjid dijadikan tempat sakral umat Islam tapi juga merupakan bagian riil dari kehidupan umat manusia. Upaya pemberdayaan masjid yang dilakukan dalam berbagai segi di antaranya sisi Idarah (pengelolaan administrasi & organisasi), Imarah (program kegiatan), dan Riayah (pemeliharaan sarana/fisik). Satu hal yang menjadi program pemberdayaan masjid dan jamaahnya adalah upaya mengaplikasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program ini sangat urgen bagi umat Islam dan masjidnya karena bisa membuktikan nilai kemuliaan Ajaran Islam yang sebenarnya. Dalam hal ini pengelola/pengurus masjid sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (masjid) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. PHBS yang harus dilakukan oleh setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Penerapan PHBS di lingkungan masjid merupakan salah satu upaya untuk menggerakkan dan memberdayakan para pengurus dan jamaah masjid tersebut untuk hidup bersih dan sehat. Oleh karenanya usaha kesehatan Masjid dan masyarakat sekitarnya perlu dibina dan dikembangkan mengingat keberadaan Masjid ditengah masyarakat sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pusat kegiatan kemasyarakatan. Dengan demikian dikembangkanlah Usaha Kesehatan Masjid disamping meluaskan pelayanan kesehatan dimasyarakat oleh masyarakat juga sekaligus memperoleh hasil ganda dalam pembangunan manusia seutuhnya yaitu sehat jasmani dan rohani.3Puskesmas memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. Namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan itu seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.Program kesehatan lingkungan Puskesmas Salaman I adalah melakukan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi pada tempat-tempat umum.Untuk program kesehatan lingkungan ini dikepalai oleh seorang tenaga kesehatan, yang mengelola kesehatan lingkungan luar gedung dan dalam gedung. Yang termasuk sanitasi luar gedung yaitu Tempat-Tempat Umum (TTU), Tempat Pengolahan Penjualan Makanan (TP2M), Tempat Penyimpanan Penjualan Pestisida (TP3), Inspeksi Sanitasi Rumah, Sarana Air Minum ,Jamban keluarga (SAMIJAGA) dan Saluran Pembuangan Air Limbah.Tempat Tempat Umum yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Salaman I pada bulan Januari Desember 2014 masih belum mencapai dengan target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Dari laporan kegiatan program Kesehatan Lingkungan bulan Januari Desember 2014 ,terdapat cakupan TTU yang memenuhi syarat sanitasi tersebut hanya 14 dari 51 TTU, baru didapatkan 28% dibandingkan targetnya 80% sehingga pencapaiannya hanya 35%, dibawah pencapaian yang diharapkan sebesar 100%. Selain itu karena belum dilakukannya inspeksi secara langsung terhadap Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman.Setelah dilakukan Inspeksi secara langsung dengan menggunakan Indikator Masjid yang memenuhi syarat sanitasi didapatkan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman ada sebanyak 2 dari 7 masjid, sehingga didapatkan cakupan sebesar 28,5%. Cakupan tersebut masih lebih rendah dari target dinkes yaitu 80%. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian di Desa Salaman untuk mencari apa penyebab dan pemecahan masalah yang dapat dilakukan.

B. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain: apa saja penyebab yang mempengaruhi rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman dan apa saja alternatif pemecahan masalah terkait sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman ?.C. Tujuan 1. Tujuan umumMenganalisa rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang pada bulan Januari Desember 2014.2. Tujuan khususa. Mengetahui penyebab kurangnya sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.b. Mengetahui penyebab rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Periode Januari - Desember 2014.c. Mencari altermatif pemecahan masalah kurangnya sanitasi tempat-tempat umum masjid di Desa Salaman, Kecamatan Ssalaman, Kab Magelangd. Menyusun renana tindak lanjut untuk mengatasi masalah tersebut.D. Manfaat 1. Dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai: ciri ciri Tempat Tempat umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi dan bagaimana menjaga kebersihan di Tempat Tempat Umum (Masjid) yang sesuai dengan syarat sanitasi yang baik2. Mengetahui masalah puskesmas yang belum memenuhi target Standar Pelayanan Minimal (SPM) terutama program Kesehatan Lingkungan terkait Tempat Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman periode Januari Desember 2014

3. Membantu Puskesmas dalam mengidentifiksai penyebab dari upaya puskesma dan memberikan aslternative pemecahan masalah terutama program Kesehatan Lingkungan yang belum memenuhi SPM terkait Tempat Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman periode Januari Desember 2014

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi, sejarah, perkembangan dan fungsi MasjidMasjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam merupakan tempat melaksanakan sholat, mengaji dan kegiatan keagamaan lainnya.mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.4

1. EtimologiAsal kata masjid adalah sajada yang berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Arab ditemukan dalam inskripsi pada tahun 5 Masehi yang berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".42. SejarahMenara-menara, serta kubah masjid yang besar, seakan menjadi saksi betapa jayanya Islam pada kurun abad pertengahan.Masjid telah melalui serangkaian tahun-tahun terpanjang di sejarah hingga sekarang.Mulai dari Perang Salib sampai Perang Teluk.Selama lebih dari 1000 tahun pula, arsitektur Masjid perlahan-lahan mulai menyesuaikan bangunan masjid dengan arsitektur modern.3. Masjid pertamaKetika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, beliau memutuskan untuk membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi, yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad saw. Masjid Nabawi menjadi jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.Saat ini, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsa adalah tiga masjid tersuci di dunia.4. Penyebaran masjidMasjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab, seiring dengan kaum Muslim yang bermukim di luar Jazirah Arab.Mesir menjadi daerah pertama yang dikuasai oleh kaum Muslim Arab pada tahun 640. Sejak saat itu, Ibukota Mesir, Kairo dipenuhi dengan masjid. Maka dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara. Beberapa masjid di Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah bahkan sebagai rumah sakit. Masjid di Sisilia dan Spanyol tidak menirukan desain arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur bangsa Moor. Para ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-Islam kemudian diubah menjadi bentuk arsitektur Islam ala Andalus dan Magribi, seperti contoh lengkung tapal kuda di pintu-pintu masjid.Masjid pertama di Cina berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi'an. Masjid Raya Xi'an, yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur Cina. Masjid di bagian barat Cina seperti di daerah Xinjiang, mengikuti arsitektur Arab, dimana di masjid terdapat kubah dan menara.Sedangkan, di timur Cina, seperti di daerah Beijing, mengandung arsitektur Cina.Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke 11 Masehi, dimana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam. Beberapa masjid awal di Turki adalah Aya Sofya, dimana pada zaman Bizantium, bangunan Aya Sofya merupakan sebuah katedral. Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar gedung yang lapang.Masjid di Kesultanan Usmaniyah biasanya mengkolaborasikan tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam satu masjid.Sampai saat ini, Turki merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur Utsmaniyah.Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa.Perkembangan jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu, ketika banyak imigran Muslim yang masuk ke Eropa.Kota-kota besar di Eropa, seperti Munich, London dan Paris memilki masjid yang besar dengan kubah dan menara. Masjid ini biasanya terletak di daerah urban sebagai pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para muslim di daerah tersebut. Walaupun begitu, seseorang dapat menemukan sebuah masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut ditinggali oleh kaum Muslim dalam jumlah yang cukup banyak.Masjid pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan di Amerika Serikat adalah di daerah Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun akhir 1920an. Bagaimanapun, semakin banyak imigran Muslim yang datang ke Amerika Serikat, terutama dari Asia Selatan, jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah secara drastis. Dimana jumlah masjid pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada tahun 1980, 50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan.5. Fungsi masjid a. Bidang keagamaan sebagai tempat IbadahSemua muslim yang telah baligh atau dewasa harus menunaikan shalat lima kali sehari. Walaupun beberapa masjid hanya dibuka pada hari Jum'at, tapi masjid yang lainnya menjadi tempat shalat sehari-hari. Pada hari Jum'at, semua muslim laki-laki yang telah dewasa diharuskan pergi ke masjid untuk menunaikan shalat ke masjid,b. Bidang sosial sebagai pusat kegiatan masyarakatBanyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, berlomba-lomba untuk membangun masjid. Seperti kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat makam Imam Husein. Kota Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imam-nya yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas I dari dinasti Safawi di Iran merubah kota Isfahan menjadi salah satu kota terbagus di dunia dengan membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini menjadikan kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota yang terbesar di dunia. Lapangan ini berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga.Masjid di daerah Amerika Serikat dibangun dengan sangat sering. Masjid biasa digunakan sebagai tempat perkumpulan umat Islam. Biasanya perkembangan jumlah masjid di daerah pinggiran kota, lebih besar dibanding di daerah kota. Masjid dibangun agak jauh dari pusat kota.c. Bidang pendidikanDalam bidang pendidikan, Rasulullah menggunakan masjid untuk mengajarkan para sahabat agama Islam, membina mental dan akhlak mereka. Dalam sejarah perkembangan keilmuan Islam, proses talim lebih sering dilakukan di masjid, tradisi ini dikenal dengan nama halaqah, banyak ulama yang lahir dari tradisi halawah ini. Tradisi ini diadpso di Indonesia dengan model pesantren. Di beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum.Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid.Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab.d. Bidang ekonomiDi bidang ekonomi, masjid pada awal perkembangan Islam digunakan sebagai baitul mal yang mendistribusikan harta zakat, sedekah dan rampasan perang kepada fakir miskin dan kepentingan Islam. Untuk saat ini fungsi masjid di bidang ekomoni banyak berperan dalam kegiatan zzakat, infak dan sodakoh yang nantinya disalurkan kepada kaum yang membutuhkan.

B.Usaha Kesehatan Lingkungan Masjid1. Arti Perilaku hidup sehat di lingkungan masjid4Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sendiri sehingga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.Perilaku kesehatan ini dianggap penting karena menjadi penyebab masalah kesehatan.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan impelementasi mewujudkan hak asasi manusia, bisa dilakukan sejak usia dini, pembiasaan dalam hidup sehari-hari, dan akan memberikan contoh bagi masyarakat lain. Masalah kesehatan akan muncul dari tiga hal: 1) bibit penyakit, hal ini mesti dimusnahkan. 2) lingkungan kurang sehat, jalan keluarnya adalah harus disehatkan. 3) perilaku kurang sehat, solusinya adalah mengubah perilaku tersebut. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bisa dilakukan di dalam rumah tangga, institusi kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja, dan tempat-tempat umum. Salah satu tatanan tempat umum yang sering dikunjungi oleh umat Islam khususnya adalah masjid.Penerapan PHBS di lingkungan masjid merupakan salah satu upaya untuk menggerakkan dan memberdayakan para pengurus dan jamaah masjid tersebut untuk hidup bersih dan sehat. PHBS yang harus dilakukan oleh setiap individu/ keluarga/ kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.2. Arti Kesehatan Masjid.Usaha Kesehatan Masjid adalah usaha kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di Masjid dan lingkungannya dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan Masjid serta mencegah terjadinya penularan penyakit.3. Dasar pemikiran Usaha Kesehatan MasjidPHBS perlu dilaksanakan di Masjid atas dasar karena Masjid merupakan tempat sentral umat Islam khususnya yang sering digunakan setiap saat, tak kurang sebanyak lima kali dalam sehari tempat ini digunakan. Masjid memiliki sedikitnya empat kekuatan, di antaranya: kekuatan historis (sejarah), spiritual, fisik, dan fugsional. Masjid bukanlah hanya sekedar bangunan fisik lambang tempat peribadatan umat Islam semata, melainkan memiliki makna yang luas, di antaranya :1. Berkaitan dengan aspek individual; terciptanya umat yang beriman dan bertaqwa sesuai firman Allah SWT dalam QS.al-Hujurat : 15 dan al-Maidah : 132. Berkaitan dengan aspek sosial kemasyarakatan; membentuk umat yang siap menjalankan kehidupan social dalam berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi dalam berbangsa dan bernegara sesuai firman Allah QS.al-Rad : 11, al-Ahzab : 23, dan al-Ahkaf : 233. Berkaitan dengan fisik; bangunannya sebagai pembuktian ketauhidan dan kekokohan jalinan sosial konstruktif dan produktif yang terkait erat dengan lingkungan sekitarnya yang berkeseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dunia dan akhirat sesuai dengan firman Allah QS. al-Taubah : 18, 105. Selain itu, berkaitan dengan penulisan laporan evaluasi ini karenan usaha kesehatan masjid dijalankan atas dasar pemikiran bahwa masjid adalah jumlah masjid masjid yang terdata di Jawa Tengah saat ini tercatat sebanyak 39.478 Masjid dan merupakan suatu tempat dimana masyarakat melakukan ibadah keagamaan Islam. Dengan demikian Masjid merupakan tempat berkumpul sejumlah orang untuk melakukan kegiatan peribadatan. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran dalam surat At- Taubah: 18 yang berisi Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. Satu hal yang menjadi program pemberdayaan masjid dan jamaahnya adalah upaya mengaplikasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Program ini bisa membuktikan nilai kemuliaan Ajaran Islam yang sebenarnya.Dalam khazanah referensi pustaka Islam, bab yang membahas tentang kebersihan / kesucian dikenal dengan istilah Thaharah. Dari sekian banyak kitab fiqh yang ada, rata-rata bab thaharah ini diletakkan di awal pembahasan. Satu contoh kitab fiqh/hadits yang popular adalah Bulugh al-Maram. Dalam kitab tersebut pun bab Thaharah menjadi pembuka dari bab-bab selanjutnya, hal ini memberikan indikator bahwa Islam sangat menjunjung tinggi sikap dan sifat kebersihan dan kesucian. Kebersihan dan kesucian selain menjadi prasyarat dari sahnya ibadah mahdhah juga menjadi permasalahan dasar (basic problem) bagi umat Islam.Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum termasuk masjid.Selain argumen mendasar secara aqli, dalam ajaran Islam terdapat banyak landasan-landasan naqli yang menegaskan urgensinya kebersihan dan kesehatan yang merupakan tujuan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Salah satu ungkapan yang populer dan kadung sudah dianggap sebagai hadits (padahal bukan) adalah kalimat An nadhaafatu minal Iiman (kebersihan itu sebagian dari iman). Terlepas dari kajian ilmu hadits, yang pasti keterangan tersebut sudah menjadi pematri umat Islam untuk mewujudkan kebersihan tersebut.4. Sasaran upaya kesehatan lingkungan masjidYang menjadi poin penilaian sasaran adalah bangunan Masjid dan fasilitasnya, jamaaah atau pengunjung Masjid dan pengurus Masjid dan dilihat dari sisi perilaku hidup sehat yang mereka laksanakan sehari-hari, terutama saat berkegiatan di masjid.

5. Indikator PHBS di MasjidPerilaku hidup bersih dan sehat di masjid meliputi: menggunakan jambansehat, memberantas jentik nyamuk, menggunakan air bersih, membuang sampah pada tempatnya, memelihara kebersihan dan kerapihan sarana, tidak meludah di sembarang tempat, dan tidak merokok di dalam masjid.Sedangkan untuk menilai kelayakan masjid disebut menjadi masjid yang sehat meliputi terdapatnya sarana air bersih, peturasan, pembuangan air limbah, pembuangan air hujan, pembuangan sampah, pencahayaan, penghawaan, kebersihan lantai dan langit-langit, kebersihan alat sembahyang dan wudhu.1. Penggunaan air bersih yang menggunakan air bersih adalahjamaah/pengunjung masjidmenggunakan air bersih yang memenuhi syarat fisik (tidak berwarna,tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau) untuk kebutuhan melakukanibadah yang berasal dari sumur galian, sumur pompa, mata air,penampungan air hujan dan air ledeng yang terlindung dan berjarakminimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.2. Penggunaan jamban sehat yang menggunakan jamban sehat adalah jamaah/pengunjung masjid menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan septitank yang dipisah antara laki-laki dan perempuan. 3. Terdapatnya peturasanPeturasan merupakan tempat urinoir, tempat buang air kecil untuk pria, sehingga dapat dihindarkan pembuangan air kecil di tempat wudhu, sehingga dapat tercipta tempat wudhu yang bersih dan terhindar dari hadast.4. Pembuangan saluran air limbah, air hujan dan sampahPembuangan air limbah dan hujan ini penting untuk menciptakan lingkungan masjid yang bersih dan menghindarkan terjadinya genangan air yang dapat menyebabkan timbulnya termpat perkembangan penyakit, selain itu harus digalakkan usaha membuang sampah pada tempatnya, dengan membuang sampah pada tempatnya sehingga jamaah masjid membuang sampah pada tempat yang telah tersedia dan bagian dalamnya dilapisi plastik serta tertutup.5. Tidak merokok di dalam masjid adalah jamaah masjid tidak merokok di dalam masjid. 6. Memberantas jentik nyamuk adalah pengurus masjid dan masyarakat sekitar melaksanakan pemberatasan sarang nyamuk di masjid dan sekitarnya satu kali dalam seminggu , juga memeriksa tambahan lainnya seperti penampungan air, bak mandi, talang air, dan sebagainya.

7. Trias Usaha Kesehatan MasjidSecara garis besar Usaha Kesehatan Masjid mempunyai tiga program yaitu:a. Kebersihan Lingkungan Masjid.Didalam Al Quran maupun Al Hadist banyak dijumpai petunjuk tentang kebersihan dan kesehatan sebagai bagian yang tidak lepas dari kegiatan ibadah. Salah satu Hadist Nabi Muhammad S.A.W memberikan lima prinsip kebersihan yaitu:1. Kebersihan rumah atau pekarangan.2. Kebersihan badan.3. Kebesihan pakaian.4. Kebersihan makan atau minum.5. Kebersihan rohani atau hati dan budi pekertib. Penyuluhan kesehatan masyarakat Masjid.Secara fungsional Masjid selalu diramaikan oleh jamaah untuk kegiatan ibadah wajib maupun sunnah antara lain:1. Shalat Fardhu 5 kali sehari dan Shalat Jumat.2. Pengajian yang diberikan baik kepada umum, ibu-ibu, remaja dan sebagainya. Dalam kegiatan tersebut maka pesan-pesan kesehatan dapat dengan mudah diterima oleh para jamaah apabila disampaikan dengan bahasa agama.c. Pelayanan kesehatan.Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan primer atau dasar dan pertolongan pertama.Sesuai dengan fungsi Masjid seyogyanya dapat disediakan obat-obatan PPPK dan obat-obat ringan lainnya yang sewaktu-waktu diperlukan dapat digunakan oleh jamaah Masjid.Dapat dipertimbangkan agar Masjid memiliki kader kesehatan yang diambil dari pengurus Masjid untuk dapat menangani kasus-kasus sederhana.Untuk itu perlu ada kerjasama dengan Puskesmas.

B. Indikator Penilaian Tempat-Tempat Umum

Tabel 1. Indikator Penilaian Tempat-Tempat UmumNoMateriNilaiKategori

1Penyediaan air bersiha. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

10060251006025BaikCukupKurangBaikCukupKurang

2Jambana. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

c. Perawatan

302010302015302010BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang

3Peturasan/Kamar Mandia. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

453015453015BaikCukupKurangBaikCukupKurang

4Sal pembuangan air limbaha. Kualitas

604020BaikCukupKurang

5Pembuangan air hujana. Kualitas

302010BaikCukupKurang

6Tempat pembuangan sampaha. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

251510251510BaikCukupKurangBaikCukupKurang

7Pengawasan insek/vector

805020BaikCukupKurang

8Pencahayaan a. Kualitas

20105BaikCukupKurang

9Penghawaana. Kualitas

20105BaikCukupKurang

10Kebersihan lantaia. Kualitas

b. Penggunaan/perawatan

2010520105BaikCukupKurangBaikCukupKurang

11Kebersihan. Dinding/langita. Kualitas

b. Penggunaan/perawatan

1510515105BaikCukupKurangBaikCukupKurang

12Pengaturan baranga. Penempatan

302010BaikCukupKurang

13Fasilitas PPPK

20105BaikCukupKurang

14Kebersihan alat sembahyanga. Kualitas

806010BaikCukupKurang

15Fasilitas wudhua. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

c. Penempatan

d. Perawatan

20105201052010520105BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang

16Karyawan/pengurus masjida. Kebersihan perorangan

b. Pemeriksaan kesehatan

402010402010BaikCukupKurangBaikCukupKurang

C. Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan aspek dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Health Organization(WHO) sebagai : aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh fakto-faktor dalam lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam menilai dan mengendalikan factor-faktor dalam lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi kesehatan. Kesehatan lingkungan mencakup efek patologis langsung bahan kimia, radiasi, dan beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di bidanng kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, social dan estetika lingkungan termasuk perumahan, pembangunan lahan dan transportasi.5Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor(limbah) dan sebagainya. Adapaun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atua mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.6Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/pengendalian semua factor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.3Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupu terus menerus. Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria seperti diperuntukan oleh masyarakat umum, mempunyai banginan tetap atau permanen, memiliki aktivitas pengelola, pengunjung atau pengusaha, dan tersedianya fasilitas seperti fasilitas kerja pengelola, dan fasilitas sanitasi seperti penyediaan air bersih, nak sampah, WC/urinoir, Kamar mandi, dan pembuangan limbah.Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama ynag erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit.Usaha-usaha yang dilakukan dalam senitasi tempat-tempat umum dapat berupa pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. Dapat juga dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul di tempat-tempat umum.3Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat pengembanngan tehnologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup, misalnya pencemaran air, udara dan tanah akan mengakibatkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah, akibatnya akan terjadi hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian lingkungan. Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan baik bersifat fisik, kimiawi maupun biologis, sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas manusia serta organisme lainnya.Faktor lingkungan (fisik, biologi, dan sosiokultural) mempunyai kaitan yang erat dengan faktor perilaku misalnya kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih, membuang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat termasuk pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tersebut dan penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air seperti penyakit kulit, diare dan lain-lain.6

D. Pengetahuan dan perilaku1..PengetahuanA.Definisi PengetahuanPengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.7Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang.Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed).Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.7Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap.

B. Tingkat PengetahuanNotoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut :1. Tahu (Know) Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.2. Memahami (Comprehension) Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.3. Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.4. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.5. Sintesis (Sinthesis) Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

C.Pengukuran PengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100% b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75% c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%2. PerilakuA.Definisi PerilakuMenurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.7Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya.Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

B.Determinan PerilakuGreen (1980), mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes) . Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni :1. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil, misalnya orang hamil tidak boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntik bisa menyebabkan anak cacat. Karena faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.72. Faktor-faktor sarana dan prasarana (enabling factors)Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil; misalnya Puskesmas, Polindes, Bidan Praktek, ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung3. Faktor-faktor sikap (reinforcing factors)Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini Undang-Undang, peraturan-peraturan bayik dari Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan kesehatan.Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, malainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu Undang-Undang, peraturan-peraturan, dan sebagainya diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.Seperti contoh perilaku periksa hamil tersebut di atas; di samping pengetahuan dan kesadaran pentingnya periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat setempat.Demikian juga diperlukan peraturan atau perundanganundangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil.Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, dan sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat-Tempat UmumPerilaku hidup bersih sehat (PHBS) di tempat-tempat umum adalah pemberdayaan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktekan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat. 8Yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olah raga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum termasuk masjid. 8Tujuan dari PHBS di TTU : Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di tempat-tempat umum. Meningkatnya tempat-tempat umum sehat, khususnya tempat perbelanjaan, rumah makan, tempat ibadah dan angkatan-angkatanSasaran PHBS di Tempat-tempat Umum- masyarakat pengunjung/pembeli- pedagang- petugas kebersihan, keamanan pasar- konsumen- pengelola (pramusaji)- jamaah- pemelihara/pengelola tempat ibadah- remaja tempat ibadah- penumpang- awak angkutan umum- pengelola angkutan umumManfaat PHBS di Tempat-tempat UmumBagi Masyarakat: Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit Masyarakat mampu mengupayakan lingungan sehat, serta mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapiBagi Tempat Umum: Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebi bersih, indah dan sehat, sehingga meningkatkan citra tempat umum. Meningkatkan pendapatkan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum.Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota : Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah kabupaten/kota yang baik. Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umumLangkah-langkah pembinaan PHBS di tempat-tempat umum1. Analisis SistemPenentu kebijakan/pimpinan di tempat-tempat umum melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di tempat-tempat umum serta bagamana sikap dan perilaku khalayak sasaran (pengelola, karyawan dan pengunjung) terhadap kebijakan PHBS di tempat-tempat umum.Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.2. Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat-tempat Umum Pihak pimpinan/penanggung jawab tempat-tempat umum mengajakn bicara/berdialog pengelola dan karyawan di tempat-tempat umum tentang: Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di tempat-tempat umum. Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat umum Meminta masukan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat umum, antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi. Menetapkan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum dan mekanisme pengawasannya. Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi pengelola, karyawan dan pengunjung Kemudian pimpinan/penanggung jawab di tempat-tempat umum membentuk Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di tempat-tempat umum.3. Pembuatan Kebijakan PHBS di Tempat-tempat UmumKelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan cara melaksanakanya.4. Penyiapan Infrastruktur membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di tempat-tempat umum. Instrumen pengawasan Materi sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-tempat umum yang strategis Mekanisme dan saluran pesan PHBS di tempat-tempat umum. Pelatihan bagi pengelola PHBS di tempat-tempat umum.5. Sosialisasi Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum di lingkungan internal Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum6. Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum Penyampaian pesan PHBS di tempat-tempat umum kepada pengunjung seperti melalui penyuluhan, penyebarluasan informasi melalui media poster, striker, papan pengumuman, billboard, spanduk, dsb. Penyediaan saran dan prasarana PHBS di tempat-tempat umum seperti air bersih, jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci tangan, dsb. Pelaksanaan pengawasan PHBS di tempat-tempat umum7. Pengawasan dan Penerapan SanksiPengawasan penerapan PHBS di tempat-tempat umum mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan Peraturan Daerah setempat seperti merokok di tempat-tempat umum, membuang sampah sembarangan.8. Pemantauan dan Evaluasi Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan yang telah dilaksanakan. Minta pendapat Pokja PHBS di tempat-tempat umum dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan.Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.F. Analisa MasalahDalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat sanitasi DI Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut 4: Gambar 1. Analisis Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan SistemINPUTMan, Money, Method, Material, Machine

PROSESP1,P2,P3OUT PUTCakupan ProgramOUT COMELINGKUNGANFisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan

Gambar 1. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan SistemMasalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.

G. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah1.Identifikasi Masalah2.Penentuan Penyebab Masalah3.Menentukan alternative pemecahan masalah4.Penetapan pemecahan masalah terpilih6.Monitoring dan evaluasi5.Penyusunan rencana penerapan

Gambar 2. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

1. Identifikasi masalahMenetapakan keadaan spesifik yang ingin dicapai, menemukan indikator tertentu(SPM) sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan dengan menghitung skor pencapaian membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi dengan keadaan tertentu yang diinginkan sesuai dengan indikator yang dimiliki.92. Penentuan penyebab masalahPenentuan masalah berdasarkan data atau kepustakaan. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan Fish Bone Diagram.3. Menentukan alternatif pemecahan masalahJika penyebab sudah jelas maka dapat langsung ditentukan alternatif pemecahan masalah.

4. Menetapkan pemecahan masalah terpilihApabila didapatkan beberapa alternatif pemecahan masalah, maka digunakan metode kerangka matriks untuk menentukan pemecahan masalah yang palingefektif dan efesien.5. Penyusunan rencana penerapanSetelah pemecahan masalah terpilih ditentukan selanjutnya menentukan kegiatan untuk pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk Plan of action (PoA).6. Monitoring dan evaluasiDapat ditinjau dan dipantau kembali apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah sudah diterapkan dengan baik dan apakah ada masalah yang sudah dapat dipecahkan.

H. Penyebab MasalahPenentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat dengan petugas kesehatan. Hasil konfirmasi merupakan penyebab paling mungkin yang akan dituangkan dalam diagram fish bone sebagai kerangka pendekatan system, seperti yang tampak pada gambar dibawah ini :

MASALAHPROSESLINGKUNGANP1P2P3INPUTMONEYMANMACHINEMETHODEMATERIAL

Gambar 3. Diagram Fish Bone

I. Penentuan Alternatif Pemecahan MasalahJika penyebab masalah sudah ditemukan maka dapat langsung ditentukan alternative pemecahan masalah.

J. Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks, menggunakan Rumus (M x I x V)/CSetelah kita sudah menemukan alternative pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks (MxIxV)/C. Berikut ini proses penetuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks:1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.3. Valnurability (V) adalah sensitivitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.K. Pembuatan Plan of Action dan Gantt ChartSetelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan pembuatan Plan of Action serta Gann Chart, ha ini bertujuan untuk menentukan perencanaan kegiatan.

BAB IIIANALISA MASALAH

DATA UMUM DESA SALAMANa. Keadaan geografi

A. Data cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi Puskesmas Salaman periode Januari Desember 2014

Tabel 9. Cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat Sanitasi Puskesmas Salaman IIndikatorTarget dinkes 2014(%)Sasaran 1TahunSasaran Bulan BerjalanCakupanPencapaian (%)

KegiatanPersen (%)

Tempat-tempat umum(TTU) yang memenuhi syarat sanitasi8093-5862,3777,96

B. Hasil inspeksi Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.Inspeksi masjid dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2015, dengan menggunkan blanko indikator masjid yang memenuhi syarat sanitasi dengan hasil sebagai berikut:Tabel 10. Hasil Inspeksi Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman pada 7 masjidNo MateriMasjid

1234567

1Penyediaan air bersiha. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

100

100100

100100

100100

10060

6060

60100

60

2Jambana. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

c. Perawatan20

20

2010

20

2020

20

2010

15

1010

15

1010

15

1010

15

10

3Peturasana. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

30

3015

1530

3015

150

00

015

15

4Sal pembuangan air limbaha. Kualitas

20206020404020

5Pembuangan air hujana. Kualitas

10103010302010

6Tempat pembuangan sampaha. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas10

1010

10

15

1510

1015

1515

1010

10

7Pengawasan insek/vector

50505050505080

8Pencahayaan a. Kualitas

20202020202020

9Penghawaana. Kualitas

20202020202020

10Kebersihan lantaia. Kualitas

b. Penggunaan/perawatan

20

2010

1020

2020

2010

1010

1020

20

11Kebersihan. dinding/langita. Kualitas

b. Penggunaan/perawatan

15

510

1015

1515

1510

1010

1015

15

12Pengaturan baranga. Penempatan

10203020102020

13Fasilitas PPPK

10555555

14Kebersihan alat sembahyanga. Kualitas

60606060606080

15Fasilitas wudhua. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

c. Penempatan

d. Perawatan

20

20

10

1020

20

20

2020

20

20

2010

5

10

1010

5

5

510

5

10

1020

10

10

10

16Karyawan/pengurus masjida. Kebersihan perorangan

b. Pemeriksaan kesehatan

20

2020

10

20

2020

1010

1020

1020

10

TOTAL700655855625505500650

Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Masjid yang Memenuhi Syarat SanitasiNoNama MasjidDusunPengurus NilaiKeterangan

1An Nur700MS

2Mujahiddin655TMS

3Ash Shidiq855MS

4Jami soco625TMS

5Baitull Muttaqin505TMS

6Baiturrahmah500TMS

7As Shofi650TMS

Memenuhi syarat (MS)2

Tidak memenuhi syarat (TMS)5

KETERANGAN:Keterangan Nilai:Keterangan Predikat:Baik: 700-1000MS: Memenuhi Syarat (nilai 700-1000)Cukup: 500-699TMS: Tidak Memenuhi Syarat (nilai 0-699)Kurang: 0-499

Setelah dilakukan inspeksi sanitasi kepada 7 tempat-tempat umum (masjid) di Desa Salaman, didapatkan ada 5 masjid yang tidak membuhi syarat sanitasi (TMS). 5 masjid tersebut adalah Tabel 12. Rekapitulasi Masjid Yang Tidak Memenuhi Syarat SanitasiNo.Nama MasjidDusunPengelola

1Baiturrahmah

2Baitul Muttaqin

3Jami soco

4As Shofi

5Mujahidin

C. Cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasiJumlah cakupan tempat umum berupa masjid yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang :Besar cakupan : x 100 %:x 100% = %D. Analisa masalahMasalah didapatkan dari cakupan yang tidak memenuhi target. Hal itu dapat kita lihat dengan menghitung pencapaian. Pencapaian dapat dihitung dengan rumus berikut :Angka pencapaian : x 100%: x 100% = 35.6 %Dari hasil diatas didapatkan besar cakupan tempat-tempat umum berupa masjid yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman periode Januari-Desember 2014 belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Dinkes Kabupaten Magelang sebesar 80%. Angka pencapaian yang didapatkan sebesar 35,6% (kurang dari 100%) dan dapat diangkat menjadi masalah.

Tabel 13. Penjabaran Hasil Inspeksi Masjid Yang Tidak Memenuhi Syarat SanitasiNoMateriNilaiKategoriMasjid TMS%

12345

1Penyediaan air bersiha Kuantitas/jumlah

b Kualitas

10060251006025BaikCukupKurangBaikCukupKurangX

x X

X X

XX

XX

x1000040600

2Jambana Kuantitas/jumlah

b Kualitas

C Perawatan

302010302015302010BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang

x

X

X

x

X

X

x

X

X

x

X

X

x

X

X001000010002080

3Peturasana Kuantitas/jumlah

b Kualitas

453015453015BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

x

x

x

x

X

X0604004060

4Sal pembuangan air limbaha Kualitas

604020BaikCukupKurang

X

X

X

x

X02080

5Pembuangan air hujanA Kualitas

302010BaikCukupKurang

X

X

X

X

X

06040

6Tempat pembuangan sampahA Kuantitas/jumlah

B Kualitas

251510251510BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X0010000100

7Pengawasan insek/vector

805020BaikCukupKurangxxxXx01000

8Pencahayaan A Kualitas

20105BaikCukupKurangXXXXX10000

9PenghawaanA Kualitas

20105BaikCukupKurangXXXXX10000

10Kebersihan lantaiA Kualitas

B Penggunaan/perawatan

2010520105BaikCukupKurangBaikCukupKurangX

XX

XX

XX

XX

X1000010000

11Kebersihan. Dinding/langitA Kualitas

B Penggunaan/perawatan

1510515105BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

XX

XX

XX

XX

X8002080020

12Pengaturan barangA Penempatan

302010BaikCukupKurang

X

X

X

X

X01000

13Fasilitas PPPK

20105BaikCukupKurang

X

X

X

X

X00100

14Kebersihan alat sembahyangA Kualitas

806010BaikCukupKurang

x

x

x

x

x

01000

15Fasilitas wudhuA Kuantitas/jumlah

B Kualitas

C Penempatan

D Perawatan

20105201052010520105BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurangX

X

X

XX

X

X

XX

X

X

XX

X

X

XX

X

X

X10000040600802008020

16Karyawan/pengurus masjidA Kebersihan perorangan

B Pemeriksaan kesehatan

402010402010BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

X

X

X

X

X

x

0100002080

Dari data inspeksi dilihat lagi pada masjid yang bermasalah secara lebih detail dan dianalisa. Setelah dilakukan analisa didapatkan berberapa masalah yang menyebabkan nilai pada masjid-masjid ini rendah, antara lain:1. Pada kuantitas, kualitas dan perawatan jamban2. Pada kuantitas, kualitas dan perawatan peturasan3. Kualitas SPAL4. Tempat pembuangan sampah5. Tidak adanya Fasilitas P3K6. Perawatan tempat wudhu7. Pemeriksaan kesehatan pengurus

BAB IVKERANGKA PENELITIANA. Kerangka Teori

PROCESP1: Jadwal Inspeksi sanitasi TTU (Masjid), jadwal penyuluhanP2: Pelaksanaan inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid), Pelaksanaan penyuluhan P3: Pencatatan dan Pelaporan inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) dan penyuluhan

INPUT MAN: Petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman IMONEY: Dana Operasional puskesmas Salaman IMETHOD: Inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) dengan kunjungan langsung, Penyuluhan tentang masjid yang memenuhi syarat sanitasiMATERIAL: Sarana TransportasiMACHINE: Blanko inspeksi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi

CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID)

LINGKUNGANPengurus/Pengelola Tempat-tempat Umum (Masjid)Masyarakat sekitar Tempat-tempat Umum (Masjid)Inspeksi jalan disekitar masjid

Gambar 5. Kerangka Teori

B. Kerangka KonsepGambar 6. Kerangka KonsepFaktor lingkungan berupa : Pengetahuan dan sikap pengurus Masjid mengenai sanitasi yang baik untuk Masjid Dana swadaya masyarakat yang belum cukupSDM Petugas Kesehatan Lingkungan dalam menjalan peran dan fungsi berupa: Jumlah petugas Pembuatan jadwal inspeksi dan penyuluhan kelompok Pelaksanaan Inspeksi dan penyuluhan Pencatatan dan pelaporan hasil inspeksi

CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID) YANG MEMENUHI SYARAT SANITASI DI DESA SALAMAN

BAB VMETODE PENELITIANSurvei dilakukan dengan kunjungan langsung kepada pengelola Masjid dan Masyarakat untuk mencari penyebab dari rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman periode Januari-Desember 2014. Survei ini dilakukan secara langsung di Tempat-tempat Umum (Masjid) yang tidak memenuhi syarat sanitasi di Desa Salaman dengan metode di bawah:1. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner mengenai pengetahuan pengurus/pengelola masjid tentang syarat-syarat sanitasi masjid yang baik, mengenai kegiatan pengurus/ pengelola dalam mewujudkan dan menjaga kebersihan Masjid dan sanitasi yang baik, kepedulian masyarakat sekitar masjid dalam menjaga kebersihan masjid serta wawancara kepada koordinator kesehatan lingkungan.2. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Salaman I, diperoleh dari program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Salaman I terkait Tempat-Tempat Umum (TTU) Periode Januari-Desember 2014, dan data dari Balai Desa Salaman3. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah secara deskriptif dan selanjutnya dilakukan analisis penyebab masalah dalam bentuk diagram fish bone. Setelah itu ditentukan alternative pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah menggunakan kriteria matriks dengan rumus M.I.V/C. Setelah didapatkan pemecahan masalah, dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah terpilih.Batasan Pengkajian1. Batasan JudulPada desa Salaman masih terdapat Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang belum dilakukan pemeriksaan terkait sanitasi. Oleh karena itu, penulis memilih judul RENCANA PENINGKATAN CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID) YANG MEMENUHI SYARAT SANITASI DI DESA SALAMAN, KECAMATAN SALAMAN, KABUPATEN MAGELANG, dengan batasan judul sebagai berikut:

a. Evaluasi :Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta solusi-solusi atas permasalahan yang ditemukan.b. Rencana:Rencana adalah rangka suatu yang dikerjakan.c. Peningkatan:Peningkatan adalah usaha memajukan suatu rencana.d. Program Kesehatan Lingkungan:Program Kesehatan Lingkungan adalah serangkaian kegiatan untuk meperbaiki atau mengoptimalkan lingkunga hidup manusia untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.e. Cakupan:Cakupan adalah sesuatu jangkauan suatu hal.f. Tempat-Tempat Umum:Tempat-Tempat Umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil) maupun secara terus-menerus (permanen) baik membayar maupun tidak membayar.g. Sanitasi Tempat-Tempat Umum:Kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terkait usaha untuk mengawasi teritama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah.

h. Predikat Tempat-Tempat UmumDalam penilaian TTU terdapat 3 kategori nilai dari seluruh daftar tilik yang ada,yaitu: Baik : 700-1000 Cukup : 500-699 Kurang: 0-499Setelah TTU dinilai secara keseluruhan, terdapat 2 predikat TTU, ayitu TTU yang memenuhi syarat Sanitasi (MS) dengan nilai Baik dan TTU yang tidak memenuhi syarat sanitasi (TMS) dengan nilai cukup dan kurang.

i. Desa Salaman:Desa Salaman merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

j. Kecamatan Salaman:Kecamatan Magelang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.k. Kabupaten Magelang:Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah2. Batasan Opersionala. Sasaran adalah Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.b. Ruang Lingkup Lingkup Lokasi : desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Lingkup Waktu : Periode Januari-Desember 2014. Lingkup Sasaran : Seluruh Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Lingkup Metode : Wawancara, pencatatan, pengamatan dan penilaian daftar tilik. Lingkup Materi : Cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

Definisi Operasional1. Cakupan adalah presentase hasil perbandingan antara jumlah tempat-tempat umum (masjid) yang memenuhi syarat sanitasi dengan jumlah seluruh tempat-tempat umum (masjid) yang diperiksa di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.2. Pengelola/Pengurus Tempat-Tempat Umum (Masjid) adalah pengelola yang mengurus tentang berbagai kegiatan dan pemeliharaan masjid .3. Pengetahuan tentang syarat sanitasi TTU(masjid) yang diketahui oleh pengelola/pengurus TTU(masjid).4. Perilaku hidup adalah perilaku pengelola/pengurus masjid terutamanya tentang kebersihan jamban, peturasan, SPAL, tempat wudhu, alat sholat, tempat pembuangan sampah dan P3K.5. Petugas Kesehatan Lingkungan adalah petugas yang ditugaskan untuk melakukan inspeksi, pendataan, penyuluhan tentang kesehatan lingkungan pada masyarakat, pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan serta evaluasi.6. Fungsi penyuluhan adalah untuk meningkatkan pengetahuan pengelola/pengurus masjid tentang syarat sanitasi serta perilaku hidup bersih saat bekerja.7. Penyusunan jadwal kunjungan adalah bertujuan mengoptimalkan penjadwalan kunjungan inspeksi sanitasi TTU agar lebih terinci.8. Dana swadaya adalah uang atau barang/jasa yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari masyarakat dan secara langsung digunakan untuk tujuan kesejahteraan masjid.Kriteria Inklusi dan Ekslusi1. Kriteria InklusiKriteria inklusi dalam penilitian ini adalah pengelola kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman I dan pengurus/pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat sekitar Tempat-Tempat Umum (Masjid) di dusun yang terdapat masjid tidak memenuhi syarat sanitasi, desa Salaman, Kecamatan Salaman, yang bersedia diwawancara dan ada ditempat.2. Kriteria EkslusiKriteria ekslusi dalam laporan ini adalah : Pengurus/pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat sekitar Tempat-Tempat Umum (Masjid), di dusun yang terdapat Masjid memenuhi syarat. Pengurus/pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat sekitar Tempat-Tempat Umum (Masjid) di dusun yang terdapat masjid tidak memenuhi syarat sanitasi, desa Salaman, Kecamatan Salaman, yang tidak bersedia diwawancara dan tidak ada ditempat.

BAB VIHASIL PENELITIANA. Hasil SurveiSurvei dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 7 Maret 2015, terhadap 5 responden yaitu pengelola/pengurus masjid TMS. Setalah dilakukan survey tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:Tabel 14. Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuan dan Prilaku Pengurus MasjidNo.Pertanyaan12345%

1.Apakah anda mengetahui arti penting terwujudnya masjid sehat?YYYYY100

2.Menurut anda apakah masjid ini dapat digolongkan sebagai masjid sehat?TTTTT0

3.Apakah masjid ini pernah diadakan kegiatan pemantauan kesehatan dan kebersihan masjid?TTTTT0

4.Apakah anda pernah mendapat penyuluhan tentang masjid sehat?TTTTT0

5.Penyediaan air bersih1) Darimana asal penyediaan air masjid ini?a. PDAMb. Sumur galic. Sumur pompad. Lain-lain BABBB100

2) Apakah tahu syarat air bersih? T YYYT60

6.Apakah memiliki jamban?YYYYY100

Ciri-ciri jamban sehat?TYYTT40

7.Apakah memiliki peturasan?YYYYY100

Apakah peturasan menimbulkan bau?TTTTT100

Apakah peturasan sering dibersihkan?YYYYY100

8.SPAL1) Apakah mempunyai SPAL?YYTTY60

2) Syarat SPAL sehat?YYTTT40

9.Pembuangan air hujan1) Apakah ada permbuangan air hujan?YYYYY100

2) Apakah pembuangan lancar?YYYYY100

10.Tempat pembuangan sampahApakah terdapat tempat pembuangan sampah?YTTTY40

11.Pengawasan insek/vector1) Keberadaan tikus dalam masjid:TTTTT100

2) Keberadaan lalat dalam masjid :TTTYY60

3) Keberadaan kecoa dalam rumah :TTTYT80

4) Keberadaan nyamuk dalam masjid:TTTTT100

5) Apakah terdapat jentik nyamuk di penampungan air (bak mandi, gentong, dll) (pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan senter) ?TTTTT100

12.Pencahayaan dan Penghawaan1) Apakah masjid mempunyai pencahayaan (pencahayaan alamiah)?a. Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membacab. Kurang terang, bila untuk membaca mata terasa sakit.c. Terang, enak untuk membaca dan tidak silau.CCCCC100

2) Bagaimana penghawaan di masjid ini?a. Jendela dibuka setiap harib. Jendela jarang dibuka, ventilasi hanya melalui kusenc. Jendela tidak pernah dibuka, kusen tidak adaABAAB60

13.Bagaiman pemeliharaan kebersihan lantai masjid?a. Terdapat jadwal piket dan dibersihkan setiap harib. Dibersihkan 2x/mingguc. Dibersihkan 1x/minggud. Hanya bila terlihat sudah kotorAAAAA100

14.Pengatursn barang1) Apakah barang-barang di masjid tersusun rapi?YTYYY80

15Fasilitas P3K1) Apakah terdapat fasilatah P3K? TTTTT0

16Kebersihan alat sembahyang1) Siapakah yang tmembersihkan alat sembahyang?a. Pengurus masjidb. Jamaah c. Tidak adaABAAA100

2) Bagaimana pemeliharaaan alat sembahyang?a. Dicuci 1 minggu/sekalib. Dicuci 2 minggu/sekalic. Dicuci 1 bulan/sekalid. Hanya bila terlihat sudah kotorBBBCC60

179. Fasilitas wudhu1) Bagaimana pemeliharaan kebersihan fasilitas wudhu?a. Dibersihkan setiap harib. Dibersihkan 2x/semingguc. Dibersikan 1x/minggud. Hanya bila terlihat sudah kotorCBCBC40

18Pengurus masjidApakah ada dana khusus untuk pengadaan dan perawatan masjid?YYYYY100

19 Apakah saat pertemuan pengurus dibahas sering tentang kebesihan masjid?TYTTT20

Keterangan :Persentase didapat dari membandingkan hasil jawaban ya(baik) dengan tidak.Y : jawaban YA, berarti tahu atau adaT : jawaban Tidak, berarti tidak tahu atau tidak adaA/B/C/D : jawaban sesuai pilihan pada pertanyaan yang di ajukan: Pada pertanyaan no.5 yang jika jawaban A/B/C (baik) dan D (tidak) Pada pertanyaan no.12. 1) yang diharapkan jawaban C (baik) sedang A/B (tidak) Pada pertanyaan no.12. 2) yang diharapkan jawaban A (baik) sedang B/C (tidak) Pada pertanyaan no.13 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C/D (tidak) Pada pertanyaan no.16 1) yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C (tidak) Pada pertanyaan no.16 2) yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C/D (tidak) Pada pertanyaan no.17 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C/D (tidak)

Dari hasil survei dapat disimpulkan bahwa meski sebagian besar pengetahuan pengurus sudah baik namun masih ada yang kurang pengetahuannya tentang bagaimana sanitasi yang baik.Pengetahuan yang masih kurang yaitu tentang:1. Syarat air bersih2. Syarat jamban, peturasan dan SPAL yang sehat3. Belum adanya tempat pembuangan sampah di beberapa masjid4. Belum adanya perlengkapan P3KDari perilaku dapat disimpulkan masih kurangnya kesadaran untuk memelihara kebersihan dari tempat ibadah. Hal tersebut dilihat dari :1. Jarangnya dibahas tentang kebersihan masjid setiap ada pertemuan pengurus masjid2. Masih kurangnya kesadaran untuk membersihkan alat sembahyang3. Kurangnya perawatan dan pembersihan fasilitas wudhu dan alat sembahyangDari hasil survey ini juga didapatkan bahwa sampai saat dilakukan survey, belum pernah dilakukan inspeksi terhadap sanitasi masjid dan penyuluha tentang bagaimana sanitasi yang baik. Selain itu juga meski ada dana khusus untuk pemeliharaan masjid namun dikatakan belum mencukupi.

B. Hasil Wawancara dengan Petugas Kesehatan LingkunganTabel 15.Rekapitulasi Hasil Wawancara Koordinator Kesehatan LingkunganNo.PertanyaanJawabanKeterangan

1Berapa orang petugas Kesehatan lingkungan?1 orang

2Apakah sudah cukup?Tidak cukup

3Dari mana dana untuk kegiatan kunjungan dan penyuluhan TTU?Dana operasional Puskesmas dan BOKDana yang disediakan hanya untuk transportasi perbulan, namun dana untuk media promosi seperti penyuluhan atau pembuatan poster tidak ada

4Apakah ada jadwal Kunjungan TTU?AdaDalam pelaksanaannya sering tidak sesuai

5Apakah ada jadwal penyuluhan ?Tidak ada

6Apakah pernah dilakukan penyebaran media seperti brosur ataupun leaflet ?

Tidak ada

7Apakah terdapat transportasi untuk kunjungan?Ada

8Apakah terdapat blanko untuk penilaian TTU?Ada

9Bagaimana pencatatan dan pelaporan kunjunganDilakukan setiap akhir bulan

10Apakah ada sertifikasi untuk masjid yang memenuhi syarat sanitasi?Tidak ada

Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan puskesmas salaman I, didapatkan bahwa: Masih kurangnya tenaga kerja atau SDM dibidang kesehatan lingkungan Belum adanya dana khusus untuk media promosi dan penyuluhan Pelaksanaan jadwal kunjungan yang tidak sesuai Belum adanya sertifikasi untuk masjid yang memenuhi syarat sanitasi Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi

BAB VII PEMBAHASANA. Analisa penyebab masalah1. Penyebab MasalahPenyebab masalahdidapatkan dari hasil survei dengan kuesioner dan wawancara konfirmasi kepada petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Salaman I. penyebab masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut:Tabel 16. Analisis Penyebab masalah rendahnya Cakupan Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat sanitasi ditinjau dari faktor InputKomponen INPUTKelebihanKekurangan

Man Adanya petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman I Jumlah petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman hanya 1 orang untuk luas wilayah puskesmas

Money Tersedianya dana operasional dari Puskesmas Salaman I untuk kegiatan diluar gedung Tersedianya Bantuan Operasional Kesehatan dari Puskesmas Salaman I untuk kegiatan luar gedung (biaya transportasi). Belum ada biaya khusus untuk Program Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum terutama untuk penyuluhan

Method Terdapatnya metode inspeksi secara langsung ke Tempat-Tempat Umum (Masjid) Terdapat program penyuluhan langsung setiap kunjungan langsung masjid.

Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi

Material Terdapat kendaraan operasional untuk mobilisasi petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan kunjungan ke tempat umum (masjid)-

Machine Tersedia blanko daftar tilik untuk pemeriksaan sanitasi masjid Kurangnya media penyuluhan seperti pamflet, poster ataupun brosurmengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi

Tabel 17. Penyebab masalah rendahnya Cakupan Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat sanitasi ditinjau dari faktor ProcessKelebihanKekurangan

ProcessP1 Sudah adanya jadwal program kunjungan berkala oleh petugas kesehatan lingkungan ke tempat-tempat umum (masjid) Sudah ada data jumlah masjid yang harus dikunjungi di setiap desa Kurangnya perencanaan sosialisasi(penyuluhan)tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh petugas kesehatan lingkungan.

P2 Sudah terlaksananya inspeksi langsung ke masjid untuk penilaian sanitasi oleh petugas kesehatan lingkungan Sudah dilakukannya penyuluhan tentang masjid yang memenuhi syarat sanitasi bersamaan dengan kunjungan langsung

Pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, dan tidak berkelanjutan

P3 Adanya pengawasan dan penilaian sanitasi masjid oleh petugas kesehatan lingkungan Kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan tentang sanitasi masjid

Tabel 18. Analisis Penyebab masalah rendahnya Cakupan Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat sanitasi ditinjau dari faktor LingkunganLingkungan Sudah ada struktur organisasi kepengurusan di setiap masjid

Kurangnya kesadaran pengurus akan kualitas dan pemeliharaan fasilitas masjid yang sudah ada Kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan masjid Untuk berberapa Masjid sulit dijangkau akibat keadaan jalan yang buruk

2. Penyebab Masalah Setelah dilakukan konfirmasi dengan petugas kesehatan didapatkan beberapa penyebab masalah yang paling mungkin sebagai berikut:1. Jumlah petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman hanya 1 orang untuk wilayah puskesmas2. Belum ada biaya khusus Program Kesehatan Lingkungan untuk penyuluhan kelompok3. Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid.4. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi5. Kurangnya media penyuluhan seperti pamflet, poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi6. Kurangnya perencanaan penyuluhan tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh petugas kesehatan lingkungan.7. Pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, dan tidak berkelanjutan8. Kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan tentang sanitasi masjid9. Kurangnya kualitas dan pemeliharaan fasilitas masjid yang sudah ada10. Kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan masjid11. Kurangnya dana swadaya masyarakat dan alokasi dana pemeliharaan sarana sanitasi masjid12. Kondisi jalan yang masih buruk untuk dilalui oleh kendaraan

10

PROSES

.Belum ada biaya khusus untuk Program Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum terutama untuk penyuluhan

Pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, dan tidak berkelanjutanKurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan tentang sanitasi masjidLINGKUNGANKurangnya media penyuluhan seperti pamflet, poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasiMachineMethodGambar 8. Diagram tulang ikan(fish bone)Jumlah petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman hanya 1 orang untuk luas wilayah puskesmas

INPUTMoneyKurangnya perencanaan sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh petugas kesehatan lingkungan.P2P3P1

56

CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID) YANG MEMENUHI SYARAT SANITASI DI DESA SALAMAN SEBESAR 28.5% KURANG DARI TARGET DINAS SEBESAR 80%

Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi

Material - Kurangnya kesadaran pengurus akan kualitas dan pemeliharaan fasilitas masjid yang sudah ada - Kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan masjid

Man

Alternatif Pemecahan Masalah1. Analisis pemecahan masalahSetelah diperoleh penyebab masalah, dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif pemecahan masalah.Tabel 19. Alternatif Pemecahan MasalahPenyebab masalahAlternatif Pemecahan

1. Jumlah petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman hanya 1 orang untuk luas wilayah puskesmas

Melatih SDM yang sudah ada seperti kader atau kadus agar bisa membantu dalam pendataan masjid Melakukan hubungan kerja lintas program terkait kesehatan lingkungan (misalnya bagian Promkes)

2. Belum ada biaya khusus untuk Program Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum terutama untuk penyuluhan Mengalokasikan dana untuk penyuluhan kelompok

3. Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid. Mengoptimalkan tenaga kesehatan lingkungan yang ada Membuat jadwal terperinci untuk kujungan dan penyuluhan

4. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi

Mengadakan sertifikasi masjid dengan sanitasi memenuhi syarat, sebagai reward dan motivasi agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan masjid

5. Kurangnya media penyuluhan seperti pamflet, poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi Mengalokasikan dana untuk meningkatkan kegiatan promosi kesehatan Membuat media promosi seperti Pamflet, Poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan akibatnya jika masjid tidak memiliki sanitasi yang baik

6. Kurangnya perencanaan sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh petugas kesehatan lingkungan.

Membuat jadwal pendataan, penilaian setiap 1 bulan sekalian, kemudian dilakukan evaluasi dan sosialisasi (penyuluhan) tentang masjid yang memenuhi syarat sanitasi

7. Pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, dan tidak berkelanjutan

8. Kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan tentang sanitasi masjid Membuat jadwal kunjungan dan penyuluhan juga evaluasi yang berkelanjutan

9. Kurangnya kualitas dan pemeliharaan fasilitas masjid yang sudah ada Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana sanitasi masjid yang baik dan cara pemeliharaan yang benar

10. Kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan masjid

Mengadakan penyuluhan tentang penting sanitasi yang memenuhi syarat untuk masjid dan akibat yang dapat ditimbulkan jika masjid tidak baik sanitasinya

11. Kurangnya dana swadaya masyarakat dan alokasi dana pemeliharaan sarana sanitasi masjid Mengadakan program iuran sukarela dan kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat minimal 1 bulan sekali dilanjutkan dengan musyawarah masyarakat desa.

12. Kondisi jalan yang masih buruk untuk dilalui oleh kendaraan Mengajak warga untuk memperbaiki Jalan yang kondisinya masih buruk

2. Penggabungan alternative pemecahan masalahTabel 20.Penggabungan Alternatif MasalahPenyebab masalahAlternatif pemecahan masalah

1. Jumlah petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman I hanya 1 orang untuk luas wilayah puskesmas

2. Belum ada biaya khusus untuk Program Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum terutama untuk penyuluhan

3. Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid.

4. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi

5. Kurangnya media penyuluhan seperti pamflet, poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi

6. Kurangnya perencanaan sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh petugas kesehatan lingkungan.

7. Pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, dan tidak berkelanjutan

8. Kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan tentang sanitasi masjid

9. Kurangnya kualitas dan pemeliharaan fasilitas masjid yang sudah ada

10. Kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan masjid

11. Kurangnya dana swadaya masyarakat dan alokasi dana pemeliharaan sarana sanitasi masjid

12. Kondisi jalan yang masih buruk untuk dilalui oleh kendaraan Melakukan hubungan kerja lintas program terkait kesehatan lingkungan (misalnya bagian Promkes)

Mengalokasikan dana untuk penyuluhan kelompok dan media promosi lainnya

Membuat media promosi seperti Pamflet, Poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan akibatnya jika masjid tidak memiliki sanitasi yang baik Membuat jadwal terperinci untuk kujungan, evaluasi, dan penyuluhan kelompok Mengadakan sertifikasi masjid dengan sanitasi memenuhi syarat, sebagai reward dan motivasi agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan masjid

Mengadakan penyuluhan tentang penting sanitasi yang memenuhi syarat untuk masjid dan akibat yang dapat ditimbulkan jika masjid tidak baik sanitasinya

Mengadakan program iuran sukarela dan kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat minimal 1 bulan sekali dilanjutkan dengan musyawarah masyarakat desa.

Setelah dilakukan penggabungan pemecahan masalah didapatkan beberapa penyelesaian masalah yang dapat dilakukan antara lain :1. Melakukan hubungan kerja lintas program terkait kesehatan lingkungan (misalnya bagian Promkes)2. Membuat media promosi seperti Pamflet, Poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan akibatnya jika masjid tidak memiliki sanitasi yang baik3. Membuat jadwal terperinci untuk kujungan, evaluasi, dan penyuluhan kelompok4. Mengadakan sertifikasi masjid dengan sanitasi memenuhi syarat, sebagai reward dan motivasi agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan masjid5. Mengadakan penyuluhan tentang penting sanitasi yang memenuhi syarat untuk masjid dan akibat yang dapat ditimbulkan jika masjid tidak baik sanitasinya6. Mengadakan program iuran sukarela dan kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat minimal 1 bulan sekali dilanjutkan dengan musyawarah masyarakat desa.

3. Penentuan alternatif pemecahan masalahSetelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah.Penentuan pioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriterian matriks dengan rumus [M.I.V]/C.1. Efektivitas programa. Magnitude: Besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat diselesaikan. Dengan nilai 1-5 , semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.b. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah. Pentingnya cara penyelesaian dalam mengatasi masalah maka akan semakin efektif dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.c. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka akan semakin efektif pemecahan masalah tersebut. Dengan nilai 1-5, semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka nilainya mendekati angka 5.2. Efisiensi programCost: Biaya (sumber daya) yang digunakan. Perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan pemecahan masalah.Dengan nilai 1-5, semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati angka 1.

Tabel 21. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Melalui Metode MatriksMagnitudeImportancyVulnerabilityCost

1 = Tidak magnitude1 = Tidak penting1 = Tidak sensitif1 = Sangat murah

2 = Kurang magnitude2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah

3 = Cukup magnitude3 = Cukup penting3 = Cukup sensitif3 = Cukup murah

4 = Magnitude4 = Penting4 = Sensitif4 = Mahal

5 = Sangat magnitude5 = Sangat penting5 = Sangat sensitif5 = Sangat mahal

Tabel 22. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan MasalahPenyelesaianMasalahNilaiKriteriaHasil akhirUrutan

MIVC(M x I x V) / C

1534320IV

243349VI

3455333,33I

4433312V

5544326,66II

6444321,33III

B. Bentuk Kegiatan dari Pemecahan MasalahTabel 23. Bentuk Kegiatan Pemecahan MasalahNo.Pemecahan MasalahBentuk kegiatan

1Membuat jadwal terperinci untuk kujungan, evaluasi, dan penyuluhan kelompokPembuatan jadwal kunjugan, evaluasi dan penyuluhan kelompok 2 kali sebulan

2.Mengadakan penyuluhan tentang penting sanitasi yang memenuhi syarat untuk masjid dan akibat yang dapat ditimbulkan jika masjid tidak baik sanitasinya

Penyuluhan kelompok Tentang Sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat dan akibatnya

3.Mengadakan program iuran sukarela dan kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat minimal 1 bulan sekali dilanjutkan dengan musyawarah masyarakat desa.

Pertemuan perencanaan program kerja bakti dan musyawarah masyrakat desa

4.Melakukan hubungan kerja lintas program terkait kesehatan lingkungan (misalnya bagian Promkes)Rapat Koordinasi antar petugas puskesmas dalam hal kerja lintas program terkait kesehatan lingkungan

5.Mengadakan sertifikasi masjid dengan sanitasi memenuhi syarat, sebagai reward dan motivasi agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan masjidPemberian sertifikasi masjid yang memenuhi syarat

6.Membuat media promosi seperti Pamflet, Poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan akibatnya jika masjid tidak memiliki sanitasi yang baikPembuatan pamflet, poster dan brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan akibatnya jika sanitasi tidak baik

54Penyusunan Rencana Pelaksanaan KegiatanTabel 24.Plan Of Action (POA) 2015No.KegiatanTujuanSasaranLokasiPelaksanaWaktuDanaMetodeTolak ukur

ProsesHasil

1Pembuatan jadwal kunjungan, evaluasi dan penyuluhan kelompokMembuat jadwal kunjungan, evaluasi dan penyuluhan kelompok agar program terlaksana dengan sistematisKoordinator Kesehatan LingkunganPuskesmas Salaman IKepala PuskesmasJanuari 2015Dana Operasional PuskesmasDiskusi dan rapat koordinasiTerlaksananya pembuatan jadwal melalui diskusi dan rapat antara kepala puskesmas dan koordinator kesehatan lingkungan Terbentuknya jadwal kunjungan, evaluasi dan penyuluhan kelompok setiap desa

2Penyuluhan kelompok Tentang Sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat dan akibatnyaMeningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya pengurus atau pengelola Masjid mengenai sanitasi yang memenuhi syarat dan akibatnya jika sanitasi tidak baik Pengurus atau pengelola, serta masyarakat di sekitar Tempat-Tempat Umum (Masjid)Balai desa, Desa Kalisalak atau pada masing masing masjid di setiap dusunKoordinator Kesehatan Lingkungan bekerja sama dengan bagian PromkesJanuari 2015Bantuan Opersional Kesehatan (BOK) Presentasi dalam bentuk Slideshow Diskusi dengan pengurus atau Pengelola Masjid

Terlaksananya penyuluhan secara sederhana, menarik dan mundah diterima oleh pengurus atau pengelola masjid dan masyarakatMeningkatnya pengetahuan dan kesadaran pengurus dan pengelola masjid serta masyarakat sekita tentang masjid yang memenuhi syarat sanitasi

No

KegiatanTujuanSasaranLokasiPelaksanaWaktuDanaMetodeTolak ukurKegiatan

ProsesHasilHasil

4Rapat Koordinasi antar petugas puskesmas Mengoptimalkan kinerja SDM puskesmas Salaman I terkait Kesehatan LingkunganKoordinator masing-masing program yang terkait dengan Kesehatan Lingkungan (Misalnya Bagian PromKes)Puskesmas Salaman IKoordinator Kesehatan lingkungan6 bulanSekaliDana Operasional Puskesmas Salaman IDiskusi dan Rapat KoordinasiTerlaksananya hubungan kerja lintas program terkait Kesehatan LingkunganOptimalnya kinerja dari SDM Puskesmas Salaman I, terkait Kesehatan Lingkungan

5Pemberian sertifikasi masjid yang memenuhi syaratSebagai reward dan motivasi untuk pengelola atau pengurus masjid serta masyarakat sekitar agar selalu menjaga sanitasi dari masjidMasjid yang memenuhi syarat SanitasiMasing-Masing MasjidKoordinator Kesehatan Lingkungan6 bulan sekaliBantuan Operasional Kesehatan (BOK) Penyerahan Sertifikat Masjid yang memenuhi syarat sanitasiTerlaksananya sertifikasi dari masjid yang memenuhi syarat sanitasi dengan penyerahan sertifikatPengelola atau pengurus serta masyarakat mempunyai kebanggan dan motivasi untuk selalu menjaga sanitasi masjid

6Pembuatan pamflet, poster dan brosur Meningkatnya upaya promosi kesehatan lingkungan terkait sanitasi Tempat-Tempat Umum (masjid) yang memenuhi syarat sanitasiKoordinator kesehatan lingkunganPuskesmas Salaman IKepala Puskesmas Salaman I1 minggu sebelum dilakukan penyuluhan kelompokBantuan Operasional Kesehatan (BOK)Diskusi tentang pembuatan media Promosi Kesehatan Lingkungan yang menarik dan inovatif dalam bentuk brosur, pamflet ataupun posterAdanya rapat antara Kepala Puskesmas dan Koordinator Kesehatan Lingkungan dan berjalannya proses pembuatan media Promosi Kesehatan LingkunganMeningkatnya Upaya Promosi Kesehatan Lingkuanga serta tersedianya pamflet, brosur ataupun poster tentang masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan akibat jika snitasi tidak baik

Tabel 25.Gantt Chart Pemecahan Masalah NoKEGIATANJanFebMarAprMeiJunJulAgustSepOKtNovDes

123412341234123412341234123412341234123412341234

1Pembuatan jadwal kunjungan, evaluasi dan penyul