BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Beberapa tahun belakangan ini sektor pariwisata Indonesia diramaikan
dengan fenomena banyaknya usaha pengembangan desa wisata yang bermunculan
di berbagai penjuru daerah di Tanah Air. Fenomena ini sejalan dengan semangat
otonomi daerah yang memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus sendiri kepentingan daerahnya menurut prakarsa
masyarakat setempat berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah setempat sampai ke tingkat kesatuan pemerintahan
terkecil yaitu desa (UU Nomor 22/1999 jo UU Nomor 32/2004 Tentang
Pemerintahan Daerah). Jenis-jenis pengaturan yang kewenangannya diserahkan
kepada deesa salah satunya adalah kewenangan pariwisata.
Pariwisata merupakan bidang yang sangat strategis untuk dijadikan
penggerak perekonomian masyarakat bila dikembangkan dengan sungguh-
sungguh dan melibatkan seluruh stakeholder. Berdasar data Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif1, pada tahun 2014 Kemenparekraf menargetkan
sebanyak 2000 desa yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata pada tahun
2014. Tujuannya adalah untuk membentuk masyarakat sadar wisata, yang
1 Kemenparekraf. 2011. Kemenparekraf Targetkan 960 Desa Wisata Pada 2012 dalam http://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=814. Diakses pada 19/05/2013 pukul 22:00 WIB.
2
memahami potensi wisata yang ada di desanya sehingga dapat dikembangkan
sekreatif mungkin untuk menjadi sebuah objek wisata.
Prospek yang menjanjikan dari pengembangan desa wisata terutama melihat
good practice pengelolaan beberapa desa wisata yang ada di Indonesia, membuat
pemerintah daerah turut mengadopsi strategi pembangunan pariwisata ini. Dengan
harapan dapat meneladani, bahkan menyaingi keberhasilan yang telah diraih oleh
beberapa desa wisata yang telah ada. Namun tidak semua desa wisata yang
dibentuk dapat maju seperti contoh praktik baik yang sudah ada. Banyak pula desa
wisata belum lama didirikan namun usaha masyarakat tidak berkembang dan
kegiatan pariwisata ikut terhenti. Kegagalan tersebut dapat disebabkan karena
identifikasi potensi yang kurang tepat, keterbatasan sumber daya, kendala
promosi, serta hubungan yang kurang baik antara stakeholder desa wisata.
Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di DI. Yogyakarta yang
memiliki tingkat pertumbuhan desa wisata yang cukup pesat. Bantul pada tahun
2012 memiliki 14 desa wisata, dan pada tahun 2014 bertambah menjadi sebanyak
34 desa wisata. Dari jumlah tersebut, beberapa diantaranya pernah menerima
bantuan PNPM Mandiri Pariwisata. Bantuan yang diberikan pada satu desa senilai
Rp. 60 juta hingga Rp. 90 juta dengan batas waktu dua hingga tiga tahun. Berikut
pada tabel 1.1 disajikan daftar 14 desa wisata di kabupaten Bantul sebagaimana
yang terdaftar pada tahun 2012 di website resmi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Bantul. Sebagai tambahan informasi, disajikan pula tahun desa wisata
tersebut menerima bantuan PNPM Pariwisata berdasarkan data desa wisata
penerima PNPM Mandiri Pariwisata tahun 2014 oleh Disbudpar Bantul.
3
Tabel 1.1.
Daftar Desa Wisata di Kabupaten Bantul dan Tahun Menerima PNPM
N
o
Desa Wisata Unggulan Menerima
PNPM
1 Kebon Agung,
Imogiri
Kegiatan pertanian, Museum Tani, homestay,
Bendung Tegal, Kesenian tradisional, makanan
tradisional
2009
2010 2011
2 Tembi, Sewon Homestay arsitektur Jawa, kesenian tradisional,
kuliner tradisional
2011 2012
2013
3 Manding
Sentra industri kerajinan kulit, kuliner
tradisional, homestay
2010
2011
2012
4 Kasongan,
Desa Bangunjiwo
Sentra industri kerajinan gerabah, homestay 2011
2012
5 Krebet
Sentra industri kerajinan batik kayu, kuliner
tradisional, homestay
2009
2010
6 Karang Tengah,
Imogiri
Budidaya ulat sutera, batik warna alam,
homestay, kuliner tradisional, view Jogja
2009 2010
7 Wukirsari,
Imogiri
Sentra industri batik tulis, tatah sungging,
kuliner, kesenian tradisional, homestay
2009
2010
8 Puton, Jetis Pemancingan, kuliner tradisional, kesenian
tradisional, kerajinan pahat kayu
−
9 Lopati,
Srandakan
Kuliner khas mie letheg, tahu murni, produksi
susu pasteurisasi
−
10 Panjangrejo
(Pundong)
Sentra industri kerajinan cinderamata gerabah 2009 2010
11 Trimulyo, Jetis Suasana pedesaan, wisata air sungai Opak,
kuliner tradisional, Batik Sekar Nitik
−
12 Jagalan,
Banguntapan
Kompleks rumah tradisional Jawa −
13 Canden, Jetis Sentra industri jamu gendong, kuliner tradisional −
14 Imogiri
Makam raja-raja Mataram, industri batik,
Kuliner tradisional pecel kembang turi, wedang
uwuh
2009
2010
Sumber: 1. Data Destinasi Wisata Disbudpar Bantul (2012)
2. Data Desa Penerima PNPM Mandiri Pariwisata Disbudpar Bantul (2014)
4
PNPM Mandiri Pariwisata telah ada sejak tahun 2009 dan tanggung jawabnya
diserahkan kepada Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
PNPM Pariwisata sendiri merupakan program pengembangan dari PNPM Mandiri
inti yang fokus dalam bidang pariwisata. Pelaksanaannya melalui pemberian
bantuan langsung, peningkatan kapasitas, dan pendampingan kepada para aktor
pelaku desa wisata yang sudah terintegrasi kedalam kelompok masyarakat
tertentu. Program ini dilakukan dengan basis pemberdayaan masyarakat, dengan
tujuan membangun kesadaran masyarakat dan penguatan kelembagaan sehingga
masyarakat desa dapat menjadi aktor utama pelaku pariwisata.
Pada 25 September 2012 lalu Kemenparekraf mengadakan penghargaan Desa
Wisata Terbaik Tahun 2012. Penghargaan ini diberikan kepada 10 desa wisata
penerima PNPM Mandiri Pariwisata yang dinilai telah berhasil meningkatkan
kualitas pariwisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal dalam menanggulangi
kemiskinan, meningkatkan lapangan kerja, serta menggerakkan ekonomi
masyarakat desa (lihat tabel 1.2).
Penelitian ini akan mengambil lokus pada salah satu desa wisata di kabupaten
Bantul yang meraih penghargaan desa wisata terbaik sebagai juara harapan ke-
enam yaitu desa wisata Karang Tengah. Penghargaan ini diperoleh karena desa
Karang Tengah dianggap telah berhasil mengembangkan kawasan penghijauan
tanaman ulat sutra yang mampu memberdayakan masyarakat, dan memberikan
lapangan pekerjaan bagi kemajuan perekonomian masyarakat setempat2.
2Dikutip dari Antara News. 2012. Desa Wisata Karang Tengah Peroleh Penghargaan dari
Kemenparekraf dalam http://jogja.antaranews.com. Diakses pada 22/05/2013 pukul 17:30 WIB.
5
Tabel 1.2. Daftar Desa Wisata Peraih Penghargaan Desa Wisata Terbaik 2012
Nama Desa Pengharagaan Hadiah yang diterima
Desa Bejiharjo, DIY Juara I piala, piagam, dan uang
pembinaan sebesar Rp.20 juta
Desa Banjarasri, DIY Juara II piala, piagam, dan uang
pembinaan sebesar Rp.15 juta
Kelurahan Kauman, Jawa Tengah Juara III piagam, dan uang pembinaan
sebesar Rp.10 juta
Desa Dieng, Jawa Tengah Harapan I piala, piagam, dan uang
pembinaan sebesar Rp.5 juta
Desa Karangbanjar, Jawa Tengah Harapan II Sda
Kelurahan Bungus Selatan, Sumatera
Barat
Harapan III Sda
Desa Pandai Sikek, Sumatera Barat
Harapan IV Sda
Desa Lampulo, NAD
Harapan V Sda
Desa Karang Tengah, DIY Harapan VI Sda
Desa Kembangarum, DIY Penghargaan
khusus
Sda
Sumber: Siaran Pers Kemenparekraf (2012)
Karang Tengah merupakan satu dari 8 desa di Kecamatan Imogiri yang secara
geografis berbatasan dengan Desa Girirejo di sebelah Utara, Desa Mangunan di
sebelah Timur, Desa Sriharjo di sebelah Selatan, dan Desa Kebon Agung di
sebelah barat. Desa yang sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan ini
memiliki ketinggian rata-rata 7 mdpl dan bersuhu 230 C sampai dengan 36
0 C.
Desa Karang Tengah terdiri dari enam wilayah pedukuhan dan 41 Rukun
Tetangga dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 5.212 jiwa.
Desa wisata Karang Tengah mulai dirintis sejak tahun 2004 dengan inisiasi
dari putri sulung Sultan Hamengku Buwono X, GKR Pembayun dan sekumpulan
warga desa Karang Tengah yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Catur Makaryo. Jauh sebelumnya, Karang Tengah pada tahun 1990
termasuk dalam daftar desa tertinggal di kabupaten Bantul yang salah satunya
6
disebabkan oleh kondisi geografis daerah yang berbukit-bukit dan sering
mengalami kesulitan air sehingga tidak dimungkinkan untuk menanam padi.
Namun setelah dilakukan reboisasi hutan, lahan yang semula kritis berubah
menjadi hutan yang subur bahkan menjadi tempat berkembangbiak ulat sutra.
Peneliti dari Jepang menemukan bahwa di bukit Karang Tengah berpotensi untuk
ditanam pohon mahoni dan jambu mete yang menjadi pohon inang ulat sutra jenis
Cricula triphenestrata dan merupakan satu-satunya spesies di dunia yang
memproduksi benang sutra berwarna emas dan merupakan spesies unggul ulat
sutra di Pulau Jawa, selain spesies lain seperti Attacus atlas dan Antheraea.
Ulat sutra ini dibudidayakan secara liar oleh masyarakat setempat pada lahan
milik Sultan (Sultan Ground/SG). Kepengurusan tanah SG seluas 60 hektar
termasuk bukit hijau yang menjadi tempat wisata tersebut telah diserahkan kepada
warga desa Karang Tengah untuk budidaya ulat sutra dan petanian warga. Atas
anjuran GKR Pembayun sejak tahun 2000 kawasan ini diinisiasi sebagai habitat
koloni ulat sutra dengan menyediakan pohon-pohon yang daunnya dapat menjadi
makanan bagi ulat sutra seperti pohon jambu mete, pohon mahoni, dan pohon
kedondong. Kepompong yang sudah ditinggalkan oleh ulat sutra ini kemudian
dipanen oleh warga lalu dijual kepada PT. Yarsilk milik GKR Pembayun untuk
selanjutnya diolah menjadi benang sutra dan dipasarkan di dalam negeri maupun
diekspor ke negara Jepang.
Menurut keterangan ketua Pokdarwis, H. Sogiyanto3, desa wisata Karang
Tengah pernah dua kali mendapatkan bantuan PNPM Mandiri Pariwisata yaitu
3 Hasil wawancara pada 27 Mei 2013 di kediaman narasumber di desa Karang Tengah.
7
tahun 2009 dan 2010. Bantuan yang diberikan berupa uang tunai sebesar Rp.55
juta pada 2009 dan Rp. 60 juta pada 2010 yang digunakan untuk pelatihan dan
melengkapi fasilitas wisata. Masih menurut H. Sogiyanto, hingga tahun 2010
jumlah wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 6.000 orang sedangkan wisatawan
mancanegara (wisman) yang berkunjung ke desa ini telah mencapai 3000 orang
dan kebanyakan adalah turis Jepang. Mereka biasanya tertarik dengan kegiatan
jalan sehat/hess dan menanam bibit pohon tempat koloni ulat sutra lalu memberi
nama pohon tersebut sesuai nama mereka. Selain potensi budidaya ulat sutra liar,
desa Karang Tengah juga memiliki potensi lain yang dapat menjadi daya tarik
wisata seperti potensi kerajinan batik pewarna alam, bubut, rangka keris, sit sutra,
anyaman bambu, potensi budaya dan seni tradisional, kuliner bakpia, jamu,
keripik tempe, pisang dan peyek. Adapun potensi agrowisata seperti tanaman
pewarna alami batik indigovera, tanaman buah seperti sirsak, mangga, jambu
mete, markisa dan tanaman langka seperti sawo kecik, gayam, kepuh dan ringin4.
Sedangkan paket wisata yang ditawarkan diantaranya paket wisata membatik
dengan pewarna alami, jalan sehat/hes, menanam pohon, membajak sawah,
sepeda gunung, dan camping. Bagi wisatawan yang ingin menginap juga telah
disediakan fasilitas homestay. Kesemua paket wisata tersebut dikelola oleh
masyarakat sendiri yang terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai jenis sajian
wisata dan dikoordinir oleh satu organisasi yang mengurus desa wisata Karang
Tengah yaitu Pokdarwis Catur Makaryo.
4 Profil Desa Wisata Karang Tengah Tahun 2010.
8
Stakeholder dalam pengembangan desa wisata Karang Tengah terdiri dari
Pemerintah (Kemenparekraf), pemerintah kabupaten Bantul, Bank BNI, Garuda
Indonesia, dan Yayasan Royal Silk. Sedangkan pada lingkup masyarakat terdapat
Pokdarwis Catur Makaryo dan kelompok-kelompok masyarakat pelaku wisata,
serta koperasi Catur Makaryo yang telah berbadan hukum sebagai mitra Bank
BNI dalam menyalurkan kredit lunak bagi kelompok usaha masyarakat.
Pengembangan desa wisata dijadikan salah satu upaya untuk memberdayakan
masyarakat desa melalui kegiatan pariwisata, sehingga dapat memberi hasil pada
perbaikan kondisi ekonomi masyarakat. Maka dari itu sudah seharusnya usaha
pengembangan ini dilakukan dengan prinsip-prinsip pemberdayaan dan pariwisata
berbasis masyarakat. Peran masyarakat sangat dibutuhkan sebagai pelaku utama
dalam seluruh tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
kegiatan. Namun juga perlu adanya dukungan dari stakehoder lain seperti
pemerintah daerah dan sektor swasta yang memiliki sumberdaya yang lebih besar
dari segi finansial, kemitraan, informasi, pengetahuan, dan teknologi.
Ketiga stakeholder yang berperan dalam pengembangan desa wisata Karang
Tengah tergolong sebagai stakeholder kunci/primer. Peran dari stakeholder kunci
ini sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup organisasi, dan memiliki
kepentingan untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan desa wisata. Adapun
kepentingan sektor publik adalah untuk mewujudkan tujuan negara dalam
mensejahterakan masyarakat yang pada kasus ini diupayakan melalui fasilitasi
pengembangan desa wisata. Kepentingan sektor swasta dalam hal ini lebih kepada
pengembangan program CSR (Corporate Social Responsibility) untuk
9
mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan melalui usaha
pariwisata. Sedangkan kepentingan masyarakat adalah sebagai penerima manfaat
maupun dampak pengembangan desa wisata di daerahnya.
Penelitian ini diarahkan pada problematika pengembangan desa wisata
Karang Tengah. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengembangan desa wisata
Karang Tengah dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangannya yaitu mulai
tahap inisisasi tahun 2000 hingga tahap perkembangan di tahun 2010. Apa saja
dan bagaimana peran yang dilakukan oleh masing-masing stakeholder kunci ini
pada kurun waktu tersebut sehingga bermuara pada keberhasilan desa wisata
Karang Tengah dalam meraih penghargaan desa wisata terbaik tahun 2012, dan
banyak menerima tamu-tamu asing terutama turis Jepang. Penelitian ini juga
dirancang untuk melihat apakah tiap stakeholder kunci sudah menjalankan
perannya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing serta untuk mendeskripsikan
interaksi antar stakeholder kunci.
Alasan peneliti memilih lokus penelitian tersebut ialah karena 1) Karang
Tengah memiliki keunikan atraksi wisata yang berbeda dari desa wisata lain
terutama di Bantul. Disini wisatawan dapat melihat budidaya ulat sutra liar yang
merupakan satu-satunya spesies di dunia yang memproduksi benang sutra
berwarna emas dan merupakan spesies unggul ulat sutra di Pulau Jawa5. 2)
Karang Tengah merupakan satu-satunya desa wisata di kabupaten Bantul yang
meraih penghargaan nasional desa wisata terbaik pada kejuaraan yang baru
5 Profil Desa Wisata Karang Tengah 2010.
10
pertama kalinya digelar tahun 2012 tersebut6. Bahkan Karang Tengah dapat
menyaingi desa-desa wisata penerima PNPM Pariwisata tahun 2009 dan 2010
lainnya yang telah lebih dahulu dikenal sebagai destinasi wisata seperti Kebon
Agung, Pundong dan Imogiri. Artinya, kegiatan pengembangan desa wisata
Karang Tengah dianggap sebagai contoh baik dalam pemanfaatan bantuan PNPM
Pariwisata di kabupaten ini. Dengan digulirkannya program ini berhasil
memberdayakan, meningkatkan perekonomian masyarakat, dan tentunya juga
turut membantu mengurangi angka kemiskinan melalui usaha agrowisata sehingga
desa wisata Karang Tengah layak diberikan penghargaan.
Keberhasilan pengembangan desa wisata Karang Tengah dalam memperbaiki
kesejahteraan warga yang pada tahun 1990 masih terdaftar sebagai desa tertinggal,
hingga pada tahun 2004 dirintis menjadi desa wisata, dan pada tahun 2012 meraih
penghargaan nasional merupakan hasil keterlibatan seluruh stakeholder kunci.
Jauh sebelum mendapat bantuan PNPM Pariwisata tahun 2009, telah terbangun
kerjasama antara masyarakat dengan sektor publik dan swasta dalam membentuk
desa wisata Karang Tengah seperti saat ini. Uniknya lagi, desa wisata ini diakui
sengaja diinisiasi oleh GKR Pembayun sebagai pemilik Yayasan Royal Silk
bersama dengan warga. Dan pada perkembangannya, Royal Silk pula yang aktif
menggerakkan beberapa mitra swasta yang memiliki kepedulian terhadap
lingkungan dan masyarakat untuk mendukung pengembangan desa wisata Karang
Tengah. Sedangkan pada kebanyakan kasus, sektor publik yang pada umumnya
berperan besar untuk menstimulasi investasi swasta dalam pengembangan
6 Lihat tabel 1.2.
11
pariwisata. Berdasarkan beberapa alasan tersebut, peneliti tertarik menjadikan
Karang Tengah sebagai lokus penelitian terkait peran dan interaksi antar
stakeholder dalam pengembangan desa wisata.
Maka berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dirancang sebuah penelitian
yang diberi judul “Analisis Peran dan Interaksi Stakeholder Kunci dalam
Pengembangan Desa Wisata Karang Tengah, Kabupaten Bantul”. Penelitian
sebelumnya yang terkait telah dilakukan oleh Dicky Dwi Ananta (2012) berjudul
“Peran Civil Society dalam Perekonomian Masyarakat” dengan studi kasus di
desa Karang Tengah. Penelitian ini membahas keberadaan masyarakat desa yang
diwakili oleh Pokdarwis Catur Makaryo yang disebut civil society. Mereka
mampu menggerakkan perekonomian masyarakat dengan UMKM serta
menginisiasi terbentuknya desa wisata, sehingga Karang Tengah menjadi desa
yang lebih maju dan berhasil meraih penghargaan Desa Wisata Terbaik tahun
2012. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian “Analisis Peran dan
Interaksi Stakeholder Kunci dalam Pengembangan Desa Wisata Karang Tengah”
ini adalah karena mengambil lokus yang sama. Pokdarwis Catur Makaryo
memang telah berperan sebagai kader pemberdayaan masyarakat desa dalam
mengangkat perekonomian warga khususnya melalui kegiatan pariwisata, namun
pengembangan desa wisata Karang Tengah sejatinya melibatkan lebih dari satu
stakeholder. Walaupun Pokdarwis Catur Makaryo sudah cukup berdaya sehingga
dapat disebut sebagai civil society, namun pada kenyataannya ia tidak bekerja
sendiri. Terdapat pula peran dari stakeholder lainnya seperti sektor publik dan
12
swasta yang bekerjasama dengan Pokdarwis dalam usaha memajukan desa wisata
Karang Tengah .
Penelitian lainnya berjudul “Studi Peran Stakeholder dalam Pengembangan
Sarana Pariwisata Rekreasi dan Wisata Di Rawa Jombor Kabupaten Klaten”
oleh Winarsih (2004) membahas tentang masih sangat dominannya peran
pemerintah daerah dalam pengembangan sarana dan prasarana wisata dan rekreasi
di Rawa Jombor, sedangkan peran pihak swasta maupun masyarakat masih sangat
minim yang menyebabkan pengelolaan aset wisata dan rekreasi menjadi kurang
optimal. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian “Analisis Peran dan
Interaksi Stakeholder Kunci dalam Pengembangan Desa Wisata Karang Tengah”
ini adalah sebagai sebuah perbandingan tentang peran stakeholder dalam
pengelolaan komponen pendukung wisata. Kebanyakan kasus menunjukkan
bahwa pemerintah masih mendominasi pengembangan suatu objek wisata dan
seolah-olah hal itu merupakan tanggung jawab tunggal pemerintah yang tentunya
masih memiliki keterbatasan sumber daya. Padahal agar pengembangan wisata
berjalan efektif dan efisien diperlukan peran aktif dari stakeholder lainnya
terutama masyarakat lokal sebagai penerima manfaat dan dampak dari kegiatan
pariwisata di daerahnya.
Selain untuk melengkapi ruang kosong dari penelitian terdahulu dengan tema
terkait, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi
dalam pengembangan desa wisata Karang Tengah, serta diharapkan menjadi satu
contoh nyata mengenai fungsi atau peran yang dapat dijalankan sektor publik,
swasta, dan masyarakat bila terlibat dalam usaha pengembangan desa wisata.
13
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka dirumuskan
satu masalah besar yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu
1. Bagaimana peran stakeholder kunci dalam pengembangan desa wisata Karang
Tengah?”
2. Bagaimana interaksi antar stakeholder kunci dalam pengembangan desa
wisata Karang Tengah?
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Masalah dalam penelitian ini dibatasi mencakup peran stakeholder kunci dan
interaksi antar stakeholder dalam pengembangan desa wisata. Sedangkan lokus
penelitian adalah di desa wisata Karang Tengah, kecamatan Imogiri, kabupaten
Bantul. Dimensi waktu dibatasi sejak desa Karang Tengah diinisiasi sebagai desa
agrowisata tahun 2000 hingga pada tahap perkembangan desa wisata tahun 2010.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sesuai dengan
latar belakang yang telah dijabarkan diatas adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi stakeholder kunci dalam pengembangan desa wisata
Karang Tengah.
2. Menjelaskan peran yang dijalankan oleh masing-masing stakeholder.
3. Mendeskripsikan interaksi yang terjadi antar stakeholder kunci.
14
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Sebagai tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan fakta dan data di lapangan,
penelitian ini diharapakan dapat menyumbangkan manfaat bagi pihak-pihak
berikut.
1. Bagi Peneliti: Untuk mengaplikasikan teori-teori peran stakeholder,
pembangunan pariwisata, dan kemitraan yang telah diajarkan di bangku
kuliah kedalam bentuk penelitian secara empiris untuk menilai pola
hubungan yang terjadi antara unsur pemerintah, swasta dan masyarakat.
2. Bagi akademisi: Sebagai referensi untuk mengidentifikasi stakeholder
kunci dan analisis tentang peran dan interaksinya dalam pengembangan
desa wisata serta untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai
tema, fokus, atau lokus yang terkait.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten Bantul: Sebagai referensi pembuatan
kebijakan dan program daerah serta untuk memaksimalkan perannya
dalam pengembangan desa wisata di wilayah binaannya.
4. Bagi Sektor swasta: Sebagai referensi dalam pengambilan keputusan
terkait keterlibatannya dalam pengembangan desa wisata Karang Tengah.
5. Bagi Masyarakat Desa Wisata Karang Tengah: Sebagai referensi
dalam mengidentifikasi stakeholder kunci dan untuk memaksimalkan
perannya dalam pengembangan wisata di desanya.
6. Bagi Masyarakat luas: Sebagai publikasi pengembangan desa wisata
Karang Tengah dan penilaian kinerja pemerintah, swasta, dan masyarakat.