Ilmu Ulat Sutera 23
Transcript of Ilmu Ulat Sutera 23
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
1/24
Ilmu Ulat Sutera (23)
Oleh Huang Ying
Terdengar suara embusan angin. Seorang manusia berpakaian hitam melesat ke arahnya.
Rupanya ilmu meringankan tubuh orang ini lebih tinggi dari yang lainnya. Golok di tangannya
menekan pedang Wan Fei-yang.
Terima cepat telan! seru orang itu tidak terduga. Tangan kirinya mengibas. Dua bungkus obat
meluncur ke arah Wan Fei-yang.
Mendengar suara orang itu, Wan Fei-yang tertegun sesaat, tapi tangannya tetap diulurkan untuk
menyambut datangnya bungkusan obat tersebut. Tanpa menunda waktu lagi, dia membuka
bungkusan obat itu dan dua butir pil ditelannya tanpa ragu.
Ternyata obat itu sangat mujarab. Begitu masuk mulut, serangkum hawa segar segera beredar di
seluruh jalan darahnya. Semangat Wan Fei-yang terbangkit seketika. Sepasang lengannya
berputar. Telapak tangannya menghantam ke kiri dan kanan. Dua orang manusia berpakaianhitam kembali roboh di tanah. Dia melesat mendekati manusia berpakaian hitam yang
memberinya obat tadi.
Mengapa kau bisa datang ke tempat ini? tanyanya heran.
Cepat pergi! bentak orang itu tanpa memedulikan pertanyaannya.
Baru saja ucapannya selesai, Hujan yang berdiri di sudut sana sudah membentaknya dengan
suara lantang, Hiong-kun, apa lagi yang kau lakukan sekarang?
Tubuh manusia berpakaian hitam itu bergetar. Dengan panik dia melesat ke atas dindingpekarangan. Wan Fei-yang yang melihat tindakannya, cepat-cepat menyusul. Hujan
mengibaskan tangannya. Sekumpulan jarum beracun meluncur datang. Wan Fei-yang
membalikkan tubuhnya dan menggerakkan pedangnya dengan arah memutar. Jarum-jarum
beracun itu tersapu jatuh ke tanah. Kemudian dia terjungkir balik ke atas dinding. Dia langsung
menyeret manusia berpakaian hitam tadi dan mengajaknya pergi dengan cepat.
Kain penutup wajah manusia berpakaian hitam itu sudah dilepas. Ternyata Fu Hiong-kun
adanya. Meskipun dia sudah menyamar dengan rapi tapi tetap saja Hujan dapat mengenalinya.
Jarum yang diluncurkan oleh Hujan tidak mengenai sasaran. Angin mendahului melesat naik ke
atas dinding pekarangan. Thian-ti malah lebih cepat lagi daripada Angin.
Dari dinding yang tinggi dia memandang ke bawah. Matanya mengedar ke sekeliling dengan
saksama. Kebetulan pada saat yang sama Fu Hiong-kun juga sedang menolehkan kepalanya. Dua
pasang mata bertemu pandang. Tanpa dapat menahan diri lagi Thian-ti meraung murka. Hati Fu
Hiong-kun tergetar dan sedih. Tanpa disadari, kakinya berhenti melangkah. Wan Fei-yang segera
memeluk pinggangnya dan membawanya lari. Dengan demikian mereka dapat melesat lebih
cepat dari sebelumnya.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
2/24
Dengan marah Thian-ti melayang turun. Langkahnya dipercepat. Dia terus mengejar ke depan
dengan segenap kemampuannya. Namun jaraknya dengan Wan Fei-yang tetap seperti tadi juga.
Sedangkan Wan Fei-yang mencelat lagi ke udara lalu melayang turun kembali. Dengan memeluk
pinggang Fu Hiong-kun dia sudah melesat ke dalam sebuah hutan.
Sekali lagi Thian-ti menghentikan kakinya melesat ke depan untuk mengejar. Ketika dia sampaidi dalam hutan, bayangan Wan Fei-yang dan Fu Hiong-kun sudah tidak terlihat lagi. Dengan
marah dia menghantamkan sepasang telapak tangannya kalang kabut.
Blam! Blam! Dua batang pohon besar roboh seketika. Dada Thian-ti seakan hampir meledak.
Matanya mencorot bagai kobaran api. Rambutnya yang riap-riap seakan berdiri tegak.
Seandainya diri orang tua itu adalah sebuah bom, pasti saat ini dia sudah meledak.
Sebuah kuil tua yang sudah bobrok. Pekarangannya tidak terurus. Dinding pekarangan maupun
dalamnya sudah retak dan pecah-pecah. Sarang laba-laba memenuhi seluruh ruangan luar dan
dalam. Meja-meja persembahan sudah menjadi kepingan kayu yang hancur dimakan rayap.
Entah dewa apa yang disembah di kuil ini sebelumnya. Patung-patungnya saja sebagian besartidak berkepala atau somplak di sana-sini sehingga bentuknya tidak terlihat lagi.
Senja hari sudah menjelang. Sinar matahari menyorot lewat celah-celah jendela yang tidak
berbentuk lagi. Cahayanya tepat menyinari wajah Fu Hiong-kun. Mata gadis itu berkilauan.
Bukan karena cahaya matahari, tapi karena air mata yang mengembang. Sekarang dia baru tahu
bahwa Wan Fei-yang sama sekali tidak membaca surat yang ditinggalkannya karena basah oleh
air sehingga tulisannya luntur. Hal inilah yang menyebabkan Fu Giok-su dapat menjebak Wan
Fei-yang datang ke tempat ini. Hatinya semakin tertekan. Dia merasa sedih dan menyesali
perbuatan abangnya. Akhirnya ia memberanikan diri dan menceritakan apa yang diketahuinya,
sekalipun mungkin Wan Fei-yang akan membencinya. Dia tidak dapat menutupi kenyataan ini
berlarut-larut.
Wan Fei-yang mendengarkan keterangannya dengan mata terbelalak dan mulut menganga. Tapi
nada suara serta mimik wajah Fu Hiong-kun demikian yakin dan serius. Bahkan cara
mengucapkannya pun demikian pilu mengenaskan. Dia tidak ragu mengenai apa yang dikatakan
oleh Fu Hiong-kun. Meskipun semuanya benar-benar di luar dugaan. Tapi setelah dia
membayangkan kembali, sebetulnya banyak kesalahan yang dilakukan Fu Giok-su tanpa
disadarinya.
Thian membiarkan aku terlahir dalam keluarga yang hanya tahu melakukan berbagai kejahatan.
Mengapa tidak sekalian membiarkan aku mempunyai hati yang keji dan kejam? setelahmengucapkan kata-kata ini, tanpa dapat ditahan lagi air mata Fu Hiong-kun mengalir dengan
deras.
Fu-kouwnio, jangan berkata begitu. Untung saja dalam Siau-yau-kok masih ada manusia yang
berhati manis sepertimu. Kalau tidak, malam ini aku pasti mati. Bahkan mungkin sejak tempo
hari. Aku tidak menyalahkanmu. Bahkan dalam hati ini, aku berterima kasih tidak terkira. Kau
sudah menyelamatkan nyawaku berkali-kali. Bukan salahmu kalau kau terlahir dalam keluarga
Siau-yau-kok. Jangan juga menyalahkan Thian. Suatu hari nanti Thian pasti akan memberikan
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
3/24
kebahagiaan kepadamu. Aku akan menjagamu baik-baik! Kata-kata yang diucapkan Wan Fei-
yang keluar dari hatinya yang tulus. Dia memapah Fu Hiong-kun duduk di lantai lalu mengusap
air mata gadis itu dengan lengan bajunya. Pada saat itu, hatinya kacau sekali. Dia tidak tahu
bagaimana caranya menghibur Fu Hiong-kun.
Malam itu, Thian-ti tidak dapat tidur nyenyak. Apa yang dilakukan Fu Hiong-kun bagai sebilahpisau yang menyayat hatinya. Kata-kata yang diucapkan oleh Hujan bagai jarum beracun yang
menusuki kulit tubuh Thian-ti sedikit demi sedikit. Sampai saat ini, apa lagi yang dapat
dikatakan Thian-ti untuk membela cucu perempuannya itu ? Kesunyian di dalam Siau-yau-kokterasa semakin mencekam.
Apalagi pada hari kedua. Pagi-pagi sekali di depan gua yang merupakan pintu masuk Siau-yau-
kok berjajar lima buah peti mati. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan peti-peti mati tersebut
diletakkan di sana. Di atas masing-masing peti tertulis nama Thian-ti, Hujan, Angin, Kilat, dan
Geledek.
Tanpa diragukan lagi pasti Wan Fei-yang yang mengirimkan peti-peti mati ini. Setelah FuHiong-kun berkhianat dan memihak kepada anak muda itu, tidak heran kalau markas Siau-yau-
kok segera diketahuinya.
Melihat kelima peti mati itu beserta nama yang tertera di atasnya, Thian-ti sudah hampir kalap.
Apalagi setelah dia menerima laporan dari anak buahnya bahwa Suma Hong ditemukan sudah
menjadi mayat di luar lembah tersebut. Hampir saja Thian-ti muntah darah. Di atas mayat Suma
Hong masih terdapat secarik tulisan: Siapa yang menyamar murid Bu-tong-pay, harus mati!
Wajah setiap anggota Siau-yau-kok langsung berubah kelam. Semua ini pasti hasil karya Wan
Fei-yang. Pembalasannya mulai terlihat. Thian-ti mencak-mencak dan berteriak seperti geledek
bergemuruh. Dia memerintahkan kepada anak buahnya untuk memeriksa seluruh Siau-yau-kok.
Setelah sibuk sehari penuh, mereka tidak berhasil menemukan apa-apa yang mencurigakan.
Akhirnya Thian-ti mengumpulkan Hujan, Angin, Geledek, dan Kilat. Mereka langsung
mengadakan pertemuan untuk membahas masalah ini.
Bocah she Wan ini sama sekali tidak boleh dipandang remeh. Coba kalau sejak semula Giok-su
membunuhnya. Sekarang ilmu silatnya sudah demikian tinggi. Mungkin bahkan lebih tinggi dari
Ci-siong Tojin sendiri semasa hidupnya, kata Geledek menggerutu.
Betul. Tapi kita tidak usah khawatir. Setingginya tupai melompat, suatu hari pasti akan jatuh
juga. Kalau bukan Hiong-kun yang menolongnya, kita pasti sudah berhasil melenyapkan kutubusuk itu. Kita perlu mencari akal untuk menjebaknya, tukas Angin.
Aku yakin dia sengaja membuat kita kalang kabut sehingga kewaspadaan kita berkurang.
Kalian berempat harus menjaga ketat telaga buatan kita. Aku yakin tujuannya pasti
menyelamatkan Yan Cong-tian dari tempat ini! kata Thian-ti memperingatkan.
*****
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
4/24
Tempat untuk mengurung Yan Cong-tian mempunyai lima jalan tembus. Mereka berlima
menjaga di setiap jalan. Sebatang seruling sebagai isyarat panggilan sudah tersedia di tangan
masing-masing. Siapa pun yang pertama-tama melihat Wan Fei-yang harus meniup seruling
tersebut agar mereka semuanya berkumpul.
Dengan cara demikian, mereka dapat bergabung mengeroyok Wan Fei-yang. Persis seperti limajari tangan kita sendiri. Kalau hanya satu jari tangan, tentu tidak banyak yang dapat
dilakukannya. Tapi seandainya kelima jari digabungkan, banyak keuntungan yang dapat diraih.
Setelah mengatur segalanya, Thian-ti kembali ke pos penjagaannya. Tiba-tiba dia melihat
Manusia Tanpa Wajah menghampiri dengan tergesa-gesa.
Han Cong, apakah kau menemukan sesuatu? tanyanya gugup.
Manusia Tanpa Wajah tidak menyahut. Dia langsung menerjang ke depan Thian-ti. Pada saat
itulah, si makhluk tua baru merasakan sesuatu yang kurang beres. Tapi terlambat, orang yang
dipanggil Han Cong itu sudah menghantam dadanya dengan sepasang telapak tangan.
Seluruh isi perut Thian-ti tergetar. Dia terhitung kuat. Daya tahan dirinya hebat sekali. Mungkin
ada pengaruhnya dengan terkurungnya dia dalam telaga dingin selama dua puluh tahun.
Sepasang tangannya segera dikembangkan untuk menyambut serangan ketiga dari manusia
berpakaian hitam itu.
Siapa kau sebenarnya? bentak Thian-ti garang.
Manusia berpakaian hitam segera melepas topi pandannya lalu melemparkannya ke hadapan
Thian-ti. Terlihatlah seraut wajah yang tidak asing lagi. Mata Thian-ti bersinar tajam.
Wan Fei-yang! Sepasang telapak tangannya menyambut topi pandan yang meluncur datang.Dalam sekejap mata, topi pandan itu hancur berkeping-keping.
Memang aku! seru Wan Fei-yang sambil menerjang maju menyerang lagi.
Thian-ti menyambut serangan itu beberapa kali berturut-turut. Benar-benar cara turun tangan
yang keji dan licik, sindirnya.
Wan Fei-yang tertawa dingin. Masih belum terhitung apa-apa kalau dibandingkan dengan kau
orang tua, sahutnya tenang. Serangannya semakin gencar.
Thian-ti terdesak mundur satu langkah. Cepat-cepat dia mengeluarkan seruling bambu dan
meniupnya sebanyak tiga kali. Mendengar suara tiupan seruling itu, Wan Fei-yang segera
mencelat mundur.
Thian-ti langsung mengejar. Hujan, Angin, Kilat, dan Geledek yang mendengar suara isyarat itu,
serentak mereka berlari mendekati. Keluar dari ruangan rahasia, Wan Fei-yang langsung
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
5/24
menerjang ke dalam lembah. Beberapa anggota Siau-yau-kok berusaha menghalangi, tapi satu
demi satu terkapar roboh oleh sapuan pedang Wan Fei-yang.
Dia melesat ke arah air terjun. Namun dia tidak menerobos ke dalamnya. Kakinya mengentak,
tubuhnya melesat ke atas air terjun! Thian-ti, Hujan, Angin, Kilat, dan Geledek terus mengejar.
Para anggota Siau-yau-kok yang sedang meronda juga berpencaran keluar. Sedangkan yanglainnya ada yang tergetar hatinya sehingga kocar-kacir. Lentera-lentera segera dinyalakan.
Keadaan jadi terang benderang seketika.
Wan Fei-yang tidak memedulikan hal lainnya. Dia terus melesat ke depan. Sepanjang perjalanan
dia juga tidak menghindar ataupun bersembunyi. Di belakangnya Thian-ti berlima terus
mengejar dengan ketat.
Kurang lebih tiga li dari luar lembah terdapat sebuah pondok kecil. Wan Fei-yang terus
menerobos ke dalam rumah dan memalang pintunya rapat-rapat. Di dalam rumah ada cahaya.
Wan Fei-yang melongok sekilas lewat jendela. Kemudian melesat dan menghilang lagi. Thian-ti
berlima mengejar sampai tempat itu. Mereka memencarkan diri mengepung dari lima penjuru.Angin mengibaskan lengan bajunya. Setitik cahaya api terlontar ke atas dan memijar di angkasa.
Cahaya lentera dan obor api yang ada di kejauhan dalam waktu singkat menghampiri arah
mereka. Dalam waktu sekejap juga pondok tersebut sudah terkurung oleh ratusan anggota Siau-
yau-kok.
Wan Fei-yang, kalau berani, hayo keluar! teriak Thian-ti dengan mengerahkan tenagadalamnya. Baru saja ucapannya selesai, segumpal darah segar muncrat dari mulutnya. Rupanya
hantaman telapak tangan Wan Fei-yang tadi cukup keras. Thian-ti sudah terluka cukup parah di
dalam. Ditambah lagi dia berteriak dengan mengerahkan tenaga dalam, maka tanpa dapat ditahan
lagi, dia langsung muntah darah segar.
Kalau berani, masuk saja kalian ke dalam! terdengar sahutan Wan Fei-yang dari dalam pondok
tersebut. Disusul dengan terbukanya pintu pondok itu lebar-lebar.
Kemarahan Thian-ti meledak seketika. Seluruh tubuhnya gemetar. Angin cepat-cepat
menghampirinya. Loyacu, bagaimana keadaanmu? tanyanya khawatir.
Tidak apa-apa, sahut Thian-ti sambil mengibaskan tangannya. Beberapa sosok bayangansegera menerjang ke depan.
Enam orang itu merupakan anggota pasukan berani mati dari Siau-yau-kok. Pakaian merekaberbeda dengan anggota Siau-yau-kok lainnya. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah
dengan strip hitam di sekitar kerah leher. Tangan mereka semua menggenggam sebatang golok.
Keenam orang itu dengan nekat menerjang masuk. Terdengar suara jeritan yang menyayat hati.
Satu demi satu mereka terlempar keluar lalu terpelanting di atas tanah. Semuanya memuntahkan
darah segar dan tidak bangkit untuk selama-lamanya. Thian-ti mengertakkan giginya erat-erat.
Sekali lagi dia mengibaskan tangannya.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
6/24
Enam orang anggota pasukan berani mati kembali menyerbu. Kali ini lebih mengenaskan lagi.
Belum juga mencapai pintu, satu demi satu sudah roboh tersampuk senjata rahasia yang
ditimpukkan oleh Wan Fei-yang dari dalam pondok. Hujan yang melihat keadaan itu,
mengerutkan alisnya seketika.
Bocah ini menguasai Bu-tong-liok-kiat. Jit-amgi yang dipelajarinya sudah mencapai taraf yangtinggi. Tidak mudah menghadapinya dengan cara begini, katanya.
Mata Thian-ti mengedar ke sekeliling. Dia melihat mimik wajah para anak buahnya sebagian
besar sudah gugup dan ketakutan. Hati mereka pasti tergetar menyaksikan kedua belas teman
mereka mati dalam waktu sekejap mata. Thian-ti mempertimbangkan sejenak.
Siapkan Ci-cian-sen-kou (sejenis anak panah tapi berukuran lebih besar seperti kaitan dan
ujungnya disambung dengan tali dari akar pohon yang kuat)! perintahnya kemudian.
Anggota-anggota Siau-yau-kok itu baru bisa menghela napas lega. Mereka berpencar menjadi
dua bagian. Dari dalam pondok tidak tampak sedikit reaksi pun. Beberapa saat kemudian, paraanggota Siau-yau-kok itu baru berkumpul kembali. Mereka seperti sudah mengerti maksud
Thian-ti. Kaitan yang disambung tali dipersiapkan. Begitu perintah Thian-ti diturunkan, mereka
segera memanah kaitan itu dari segala penjuru.
Seratus lebih tali panjang meluncur di udara dan menancap di atas pondok tersebut. Tampaknya
lebih mirip sarang laba-laba yang kusut tidak keruan.
Tarik! teriak Thian-ti sekali lagi.
Para anggota Siau-yau-kok segera berkerumun di tali masing-masing dan menarik sekuat tenaga.
Tidak berbeda dengan anak kecil yang sedang bermain tarik tambang. Hanya saja mereka bukanmengadu kekuatan dengan sesama teman, tapi mengadu kekuatan dengan pondok tersebut.
Terdengar suara desiran yang bising, perlahan-lahan atap rumah itu mulai tertarik, kemudian
hancur berkeping-keping.
Di dalam pondok masih ada penerangan. Wan Fei-yang duduk di samping meja. Dia tidak
bergerak sama sekali. Hujan, Angin, Kilat, dan Geledek menyerbu serentak. Senjata rahasia dan
golok serta pedang berkelebatan. Wan Fei-yang yang berdandan seperti Manusia Tanpa Wajah
masih tidak memperlihatkan reaksi apa-apa. Topi pandan tertebas oleh pedang Kilat. Golok
Geledek menyusul cepat menebas kepala orang itu. Batok kepala menggelinding di atas tanah.
Sekarang wajahnya terlihat jelas. Ternyata memang Manusia Tanpa Wajah. Hujan, Angin, Kilat,
dan Geledek tertegun. Geledek marah sekali. Dibacoknya lentera di atas meja. Pedang Kilat jugamenebas putus meja itu sendiri. Tiba-tiba mata Hujan bersinar terang.
Lihat! ternyata di bawah meja terdapat sebuah lubang besar.
Thian-ti melesat masuk ke dalam pondok. Dia langsung melihat batok kepala Manusia Tanpa
Wajah yang tergeletak di atas tanah. Kemarahannya semakin meluap.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
7/24
Kita benar-benar terjebak oleh bocah busuk itu! teriaknya dengan geram.
Wajah Angin berubah kelam seketika. Bocah itu pasti sudah melarikan diri dari lubang bawahtanah itu. Dia pasti pergi menolong Yan Cong-tian. Cepat kita susul dia!
Thian-ti mengibaskan tangannya. Percuma! Pasti sudah terlambat!
Lalu, apa yang harus kita lakukan? tanya Angin panik.
Dengan tenang Thian-ti melangkah keluar. Ia berdiri tegak di antara embusan angin kencang.
Kenyataannya dia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tepat pada saat itu, orang
anggota Siau-yau-kok berlari-lari menghampiri dengan gugup. Dia berlutut di depan Thian-ti dan
mengucapkan beberapa patah kata.
Hujan, Angin, Kilat, dan Geledek yang menyaksikan kejadian itu, cepat-cepat menghampiri.
Loya, ada berita apa?
Aku kira kita sudah kalah habis-habisan. Tidak tahunya masih ada sedikit harapan, kata Thian-ti sambil mengelus-elus jenggotnya. Meskipun dia tidak mengatakan secara terus terang, tapi
sudah dapat dipastikan bahwa laporan yang diberikan oleh anggota mereka tadi pasti merupakan
kabar yang menggembirakan.
*****
Yang dilaporkan memang kabar baik. Beberapa anggota Siau-yau-kok sudah berhasil
menemukan tempat persembunyian Wan Fei-yang dan Fu Hiong-kun. Thian-ti mengajak
bawahannya mengejar ke tempat itu. Namun mereka masih juga terlambat satu langkah.
Wan Fei-yang sudah berhasil menyelamatkan Yan Cong-tian. Cepat-cepat dia kembali ke tempat
persembunyiannya. Setelah itu dia menyiapkan kereta kuda dan menyuruh Fu Hiong-kun naik
lalu segera berangkat.
Hujan, Angin, Kilat, Geledek, dan Thian-ti yang mendengar ringkikan kuda langsung memutar
ke bagian belakang kuil. Hujan tidak peduli yang lainnya. Dia langsung mencelat ke udara dan
menimpukkan sekumpulan jarum racun dengan jurus Man-tian-hue-ho (hujan bunga memenuhi
angkasa).
Wan Fei-yang memutar pedangnya ke sekeliling dan jarum-jarum Hujan berpencaran tanpa satupun mengenai sasaran. Hujan membuka mulutnya lebar-lebar. Sebatang jarum beracun
berukuran besar meluncur dari dalam mulutnya. Sasarannya kali ini bahu Fu Hiong-kun!
Kedua tangannya tidak bergerak. Sedangkan mata Wan Fei-yang hanya memerhatikan sepasang
tangannya saja. Tentu saja dia tidak sempat menangkis jarum yang satu ini. Jarum tersebut
langsung meluncur ke dalam kereta. Tubuh Wan Fei-yang berkelebat. Dia menyergap ke dalam
kereta, tangannya terangkat, cemetinya langsung dikibaskan ke bawah. Kuda lari seperti
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
8/24
kesetanan. Pada saat itu Fu Hiong-kun baru tersadar bahwa bahunya telah tertancap sebatang
jarum beracun Hujan.
Tubuh Thian-ti, Hujan, Angin, Kilat, dan Geledek melayang turun. Mata mereka semua
memandang ke arah kereta kuda yang sudah jauh di ujung jalan. Wajah mereka sungguh tidak
enak dipandang. Kali ini mereka benar-benar kehilangan muka.
Geledek membanting goloknya ke atas tanah. Usia bocah ini benar-benar panjang! makinya
kesal.
Hujan tertawa dingin.
Budak Fu Hiong-kun itu telah terkena jarum beracunku. Dalam tujuh hari, apabila tidak
menemukan obat penawarnya, dia pasti mati dengan penderitaan hebat. Aku ingin lihat
bagaimana cara bocah she Wan itu menanganinya!
Mendengar kata-kata itu, wajah Thian-ti semakin kelam.
*****
Kereta kuda terus dikendarai sampai jauh. Wan Fei-yang tetap tidak menghentikan pecut di
tangannya. Dari dalam kereta terdengar suara Yan Cong-tian, Fei-yang, hentikan kereta
sebentar.
Wan Fei-yang segera mengiakan. Dia menghentikan kereta di pinggir jalan. Supek, ada apa?
tanyanya gugup.
Coba kau lihat Fu-kouwnio!
Wan Fei-yang terkejut sekali. Cepat-cepat dia meloncat turun dari tempat duduknya di bagian
depan. Dia menyingkap tirai kereta tersebut dan masuk ke dalam. Dia melihat Fu Hiong-kun
duduk di sudut dengan tubuh bergetar tiada henti. Wan Fei-yang segera menyalakan sebatang
lilin. Di bawah cahaya lilin tersebut, tampaklah wajah Fu Hiong-kun yang sudah pucat pasi bagai
helaian kertas putih. Bahkan ada kesan menyeramkan.
Fu-kouwnio, bagaimana keadaanmu? tanyanya cemas. Dia memapah tubuh Fu Hiong-kun dan
membantunya duduk tegak. Pada saat itulah dia melihat jarum beracun yang menancap di bahu
gadis itu. Jarum Hujan! Wajah Wan Fei-yang langsung berubah.
Tentu saja Yan Cong-tian juga tahu betapa beracunnya jarum Hujan yang disebutkan oleh Wan
Fei-yang. Dia tertawa sumbang.
Fei-yang, gadis ini bukan saja sudah menanamkan budi kepada kita berdua. Dia juga berjasa
besar terhadap Bu-tong-pay. Bagaimanapun kita harus mencari jalan menyelamatkannya, kata
Yan Cong-tian.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
9/24
Wan Fei-yang menganggukkan kepalanya. Tanpa diperintahkan oleh Yan Cong-tian sekalipun,
dia tidak mungkin membiarkan Fu Hiong-kun begitu saja. Dia cepat-cepat menutuk beberapa
jalan darah di sekitar luka Fu Hiong-kun agar racunnya jangan menjalar.
Namun gadis itu sudah cukup lama terkena jarum beracun Hujan. Racunnya sudah menjalar
sebagian. Dia tidak dapat bersuara lagi. Bahkan merintih pun tidak. Wan Fei-yang kalang kabutseperti seekor semut yang dipanggang di atas kompor. Duduk salah, berdiri pun salah.
Tiba-tiba matanya bersinar terang. Dia teringat akan seseorang. Tanpa sadar dia berteriak,
Jangan takut, Supek. Masih tertolong!
Akal apa lagi yang terpikir olehmu? tanya Yan Cong-tian panik.
Kita harus secepatnya membawa Fu-kouwnio ke tempat Hay-liong Lojin, kata Wan Fei-yang.
Hay-liong Lojin? Hay-liong Lojin dari Go-bi-pay? tanya Yan Cong-tian.
Wan Fei-yang menganggukkan kepalanya.
Orang yang tua ini sudah lama tidak cocok dengan It-im Taysu, Ciangbunjin Go-bi-pay yang
sudah almarhum. Entah ke mana perginya dia setelah meninggalkan Go-bi-san. Kami tidak
pernah mendengar kabar beritanya lagi.
Aku tahu di mana orang itu berada, sahut Wan Fei-yang tanpa menunda waktu lagi. Dia
meloncat turun dan naik ke depan kereta. Lalu memecut kuda seperti orang kesetanan. Yan
Cong-tian juga tidak banyak tanya lagi.
*****
Meskipun jarum Hujan beracun ganas, tapi masih belum sanggup menyulitkan Hay-liong Lojin
yang ilmu pengobatannya tinggi sekali itu. Namun dia memerlukan waktu hampir sebulan untuk
mendesak seluruh racun keluar sampai bersih.
Dalam jangka waktu ini, Wan Fei-yang selalu melayani di sampingnya. Meskipun Fu Hiong-kun
tidak mengatakan apa-apa, tapi dari sinar matanya terlihat jelas betapa dia terharu dan berterima
kasih sekali kepada Wan Fei-yang.
Bila ada waktu senggang, atau apabila Fu Hiong-kun sudah tertidur nyenyak, Wan Fei-yang
sering menemani Yan Cong-tian bercakap-cakap, seperti juga malam ini.
Fei-yang, apabila mengingat perlakuan kami terhadapmu di masa lalu, Supek rasanya malu
sekali, kata Yan Cong-tian sambil menarik napas panjang.
Wan Fei-yang tertawa getir.
Supek jangan berkata demikian. Sekarang semuanya sudah jelas. Inilah yang terpenting.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
10/24
Betul. Tapi aku masih tidak mengerti. Mengapa ayahmu tidak mau mengatakan terus-terang
kepadaku tentang dirimu? Seandainya dia berani menceritakan semuanya sejak semula, tentu
tidak akan terjadi fitnahan terhadap dirimu.
Wan Fei-yang menarik napas panjang. Supek, maafkan kalau ada kata-kata Tecu yang
menyinggung perasaanmu .
Ada apa? Katakan saja .
Kalau ditilik dari sifat Supek sebelumnya, belum tentu Supek bisa menerima kenyataan ini.
Apalagi ayah sudah menjabat sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay. Dia terpaksa mengorbankan
perasaannya sendiri demi kejayaan Bu-tong-pay. Tecu rasa semua ini memang sudah merupakan
takdir dari Thian.
Yan Cong-tian tertawa lebar. Benar apa yang kau katakan, Fei-yang. Dulu aku pasti tidak bisamenerima kenyataan ini walaupun ayahmu ada keberanian untuk menceritakannya. Menurut
adatku, aku pasti akan marah besar. Aih setelah melewati berbagai penderitaan dan bencana,aku baru menyadari bahwa pendirianku selama ini terlalu kukuh.
Supek . kepala Wan Fei-yang tertunduk dalam-dalam. Dia tidak ingin memperlihatkan
kesedihannya. Namun mata tua Yan Cong-tian mana dapat dikelabui.
Apa lagi yang kau risaukan?
Wan-ji, dia .
Wajah Yan Cong-tian ikut muram seketika. Aku juga tidak tahu bagaimana nasibnya. Mungkin
dia sudah .
Tecu sudah berusaha menyelidiki ke Kian-wei-piaukiok, tapi perusahaan pengawalan itu sudah
ditutup. Tidak ada seorang pun yang masih tersisa. Mudah-mudahan saja dia masih hidup.
Menurut keterangan Fu-kouwnio, Thian-ti memang menyuruh Fu Giok-su membunuhnya.
Namun dia tidak sampai hati. Sayangnya Fu-kouwnio tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan nasib
Wan-ji.
Huh! Manusia pengkhianat itu! Perbuatan apa juga bisa dilakukan olehnya. Mana ada kata-kata
tidak sampai hati dalam kamus hidupnya!
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Wan Fei-yang cepat-cepat membukanya. Hay-liongLojin berdiri di depan pintu dengan wajah serius.
Locianpwe belum tidur? sapa Wan Fei-yang.
Yan Cong-tian juga langsung menjura kepada orang tua itu.
Hay-liong-heng, Siaute rasa kedatangan Hay-liong-heng pasti ada urusan penting, bukan?
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
11/24
Hay-liong Lojin menganggukkan kepala kemudian berjalan masuk. Dia duduk di atas balai-balai.
Mengenai penyakit Yan Toheng, Lohu sudah membongkar berbagai buku pengobatan. Hasilnyamemang masih bisa tertolong .
Benarkah? Kapan dimulai pengobatannya Locianpwe? tanya Wan Fei-yang dengan wajahberseri-seri.
Tunggu dulu. Ada sejenis obat yang bisa memulihkan tenaga dalam yang hilang serta
menyambung kembali urat-urat yang putus. Namanya cang-pu, sejenis daun panjang yang
akarnya berwarna merah. Hanya berkembang di musim panas. Jenis daun dan akar ini tidak sulit
ditemukan. Namun yang kita butuhkan adalah cang-pu yang berakar tiga belas. Ini yang menjadi
persoalan. Cang-pu biasanya hanya berakar sembilan. Sepuluh saja sudah sulit dicari, apalagi
tiga belas. Jenis ini hanya terdapat di Fu-sang (Jepang) dalam sebuah lembah yang bernama Yi-
ho-kok. Lembah itu penuh dengan racun. Lagi pula dijaga oleh suku Yi-ho-pai yang mengerti
ilmu sihir.
Tecu tidak peduli. Biar bagaimana pun Tecu harus pergi ke sana. Tidak ada salahnya berusahabukan?
Tadinya Yan Cong-tian masih melarang. Begitu pula Hay-liong Lojin. Tapi keputusan Wan Fei-
yang tampaknya sudah tidak bisa diganggu-gugat. Akhirnya mereka terpaksa mengabulkan juga
permintaannya.
Dua bulan kemudian. Pagi hari yang cerah. Wan Fei-yang memohon diri kepada Yan Cong-tian
dan Hay-liong Lojin untuk berangkat ke timur menuju negara Fu-sang. Fu Hiong-kun
mengantarkan sampai di depan pintu. Berkali-kali dia mengingatkan Wan Fei-yang untuk
berhati-hati.
Yan Cong-tian tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memikirkan bagaimana membalas jasa
Wan Fei-yang di masa depan. Tentang riwayat hidup anak muda itu yang demikian pilu serta
mengenaskan, dia merasa kasihan dan iba. Seandainya waktu dapat diputar kembali, dia ingin
menyayangi Wan Fei-yang sepenuh hati. Sedangkan tentang Ci-siong, dia hanya dapat menarik
napas panjang. Dia tahu penderitaan sutenya itu cukup berat. Malah boleh dikatakan dia
menyimpan semuanya rapat-rapat sampai ajalnya tiba. Betapa pedihnya hati seorang laki-laki
yang tidak bisa mengakui anaknya sendiri bahkan dalam seumur hidupnya belum pernah
dipanggil ayah sekalipun.
Hay-liong Lojin malah mengantar Wan Fei-yang sampai di jalan keluar. Rupanya dia masihmenyimpan kata-kata yang ingin disampaikan kepada anak muda itu.
Kalau kau bertemu lagi dengan Kuan Tiong-liu, tolong seret dia kemari. Seandainya kaupatahkan kaki dan tangannya, aku tidak akan menyalahkan dirimu! Hay-liong Lojinmengatakannya dengan serius. Bocah kurang ajar itu dikejar oleh Hek-pai-siang-mo sampai
kemari beberapa puluh hari yang lalu. Malah dia mengatakan kepada Hek-pai-siang-mo bahwa
aku akan melamarkan budak perempuan bernama Yi Pei-sa itu. Akhirnya dia membuat aku
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
12/24
bertarung dengan kedua iblis hitam-putih tersebut. Dia malah menggunakan kesempatan itu
untuk melarikan diri. Sam Cun yang mencoba menghalangi diikat dengan tali ke sebatang pohon.
Dia juga mencuri beberapa macam obat-obatanku yang susah didapatkan!
Mendengar cerita orang tua itu, Wan Fei-yang hanya dapat tertawa pahit. Dia tahu tujuan Kuan
Tiong-liu sebenarnya rahasia ilmu pusaka Hek-pai-siang-mo. Maka dia menggunakan segalamacam akal bulus. Namun tidak dinyana manusia itu malah berani mengecoh Hay-liong Lojin
yang masih merupakan susioknya.
Satu-satunya murid yang bisa diandalkan malah jenis orang yang licik. Tampaknya kejayaan
Go-bi-pay benar-benar habis pada generasi itu, kata Hay-liong Lojin sambil menatap langit dan
menarik napas panjang berulang kali.
Matanya memandang kepergian Wan Fei-yang. Kemudian dia membalikkan tubuh untuk
kembali ke rumah. Dari kejauhan tampak Sam Cun berlari-lari kecil mengiringi seorang murid
Go-bi-pay. Murid Go-bi-pay itu membawa kabar untuk Hay-liong Lojin. Mestinya kabar itu
kabar baik, tapi begitu mendengarnya Hay-liong Lojin malah berjingkrak marah.
Tanpa izin dari Lohu, siapa yang berani memakai nama ciangbunjin mengumpulkan para murid
Go-bi-pay? orang tua itu memaki kalang kabut. Dia memerintahkan kepada Sam Cun untuk
membereskan perbekalan dan segera berangkat sekarang juga.
*****
Hay-liong Lojin cepat-cepat menuju ke Pek-hua-lim, nama sebuah hutan yang pohonnya
berbunga putih. Itulah sebabnya tempat itu disebut Hutan Bunga Putih. Para murid Go-bi-pay
sudah berkumpul di tempat itu. Yang memanggil mereka bukan orang lain, tetapi Kuan Tiong-
liu!
Kuan Tiong-liu menggunakan kewibawaannya sebagai murid satu-satunya It-im Taysu. Dia
membujuk para murid Go-bi-pay yang berpencar di luaran untuk berkumpul di Pek-hua-lim ini.
Tujuannya adalah menggempur Bu-ti-bun serta membangkitkan kembali kejayaan Go-bi-pay.
Dia juga menekankan bahwa tujuan menggempur Bu-ti-bun ini, yang terutama adalah untuk
membalas dendam bagi kematian It-im Taysu. Oleh karena itu, rata-rata murid Go-bi-pay
langsung menyetujui niatnya.
Para murid Go-bi-pay yang mengira hati Kuan Tiong-liu begitu tulus dan setia segera
memilihnya sebagai pengganti It-im Taysu yang sudah meninggal dunia menjabat sebagai
ciangbunjin generasi baru. Mereka baru saja menjatuhkan diri berlutut, ketika Hay-liong Lojinmelayang turun di tengah-tengah sambil membentak dengan suara keras.
Kuan Tiong-liu tidak pantas menjadi Ciangbunjin Go-bi-pay!
Para hadirin tertegun seketika. Berbondong-bondong mereka berdiri. Kuan Tiong-liu masih
tenang-tenang saja. Tidak terlihat sedikit pun rasa gentar di wajahnya. Dia malah maju ke depan
menyambut Hay-liong Lojin.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
13/24
Kedatangan Susiok sungguh tepat. Dengan adanya Susiok yang memimpin upacara
pengangkatan ini, semua akan berlangsung lancar dan meriah. Tidak ada lagi yang lebih pantas
menjadi saksi dan juga merupakan satu-satunya angkatan tua yang masih hidup, katanya sok
serius.
Hay-liong Lojin menuding Kuan Tiong-liu dengan mata mendelik, Nyalimu semakin harisemakin besar saja!
Wajah Kuan Tiong-liu semakin serius.
Sebelum menutup mata, Suhu memang tidak sempat menyampaikan pesan apa-apa. Tapi
sebagai murid satu-satunya dari Ciangbunjin Go-bi-pay, Tecu merasa mempunyai hak untuk
meneruskan jabatan ini. Rasanya memang pantas bukan?
Kau melarikan anak gadis Tibet. Mencuri belajar ilmu sesat Hek-pai-siang-mo. Kau sama sekalitidak pantas menjadi murid Go-bi-pay! Sekarang juga aku sebagai Tianglo Go-bi-pay memecat
kau dari perguruan ini! kata Hay-liong Lojin tegas.
Para hadirin jadi kebingungan melihat perkembangan ini. Mereka saling pandang satu dengan
lainnya. Kuan Tiong-liu malah tertawa terbahak-bahak.
Waktu dulu, kau orang tua sendiri tidak bersedia mematuhi peraturan Go-bi-pay dan
meninggalkan perguruan begitu saja. Sebetulnya kau sendiri sejak lama bukan lagi murid Go-bi-
pay. Sekarang masih tidak malu menyebut diri sendiri sebagai Tianglo Go-bi-pay!
Hay-liong Lojin marah sekali. Sekali lagi dia menuding Kuan Tiong-liu, Murid murtad.
Mulutmu sungguh tidak sopan. Berani kau melawan angkatan tua. Hukuman apa yang harus kau
terima?
Aku mengerti kau orang tua selama ini mengandung maksud tidak baik. Kau memang tidak
berharap Go-bi-pay dapat bangkit kembali! sahut Kuan Tiong-liu dengan suara datar.
Kau berani sembarang mengoceh lagi, aku langsung membunuhmu! teriak Hay-liong Lojin
hampir pecah kepalanya.
Tampaknya kau orang tua bukan hanya ingin membunuh aku. Kau memang ingin membunuh
semua murid Go-bi-pay sampai tuntas. Diam-diam kau tentu senang It-im Taysu beserta saudara
kita yang lainnya terbunuh habis-habisan. Dengan demikian, Go-bi-pay tidak mempunyai
harapan untuk bangkit kembali, dan kau pun sama dengan sudah melampiaskan rasa dendammusejak meninggalkan Go-bi-san! Kuan Tiong-liu paham sekali sifat orang tua itu. Setiap ucapan
yang dikeluarkannya memang sengaja memancing kemarahan Hay-liong Lojin.
Saking marahnya Hay-liong Lojin sampai tertawa terbahak-bahak. Bagus! Aku tidak
menyangka It-im Suheng bisa mendidik seorang murid yang demikian setia dan menjunjung
tinggi keadilan!
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
14/24
Tingkah laku Kuan Tiong-liu masih ramah dan sopan seperti sebelumnya. Cianpwe terlalu
memuji, tapi sebutannya terhadap Hay-liong Lojin sudah berubah. Dia tidak memanggil Susiok
lagi, melainkan Cianpwe.
Bagus! Hari ini biar orang yang kau sebut Cianpwe ini membantu It-im Taysu membersihkan
perguruannya! Pedangnya langsung dihunus. Terdengar, singg! dan sekumpulan cahayaberkilauan.
Maaf . dengan tenang Kuan Tiong-liu mencabut pedangnya. Dua jari telunjuk dan tengahmenekan gagang pedang. Sebagai permulaan, dia langsung mengerahkan tiga jurus terakhir dari
Lok-jit-kiam-hoat.
Pedang Hay-liong Lojin diulurkan ke depan kemudian digetarkan. Jurus yang dimainkannya
sama dengan Kuan Tiong-liu. Tiba-tiba kakinya bergerak dan meluncur ke depan. Kuan Tiong-
liu menyambut dari arah yang berlawanan.
Trang! pedang mereka berbenturan kemudian terlepas kembali. Keadaan masih seimbang.Mereka tidak berhenti tetapi terus melangsungkan pertarungan dengan seru. Dalam sekejapsekitar tempat itu diselimuti oleh kilauan pedang yang menari-nari.
Trang! Tring! Trang! suara benturan pedang mereka bagaikan irama sumbang yangmemekakkan telinga. Tubuh mereka berkelebat cepat membentuk bayangan. Tampaknya mereka
bukan sedang bertarung tetapi mengadu kekuatan pedang masing-masing karena berkali-kali
pedang mereka beradu kemudian terlepas lagi setelah itu berbenturan kembali. Terus begitu
berulang-ulang.
Kiam-hoat yang sama, gerakan pun tidak berbeda. Pertama-tama melihat sepertinya sama-sama
kuat alias seimbang. Namun setelah serang-menyerang sebanyak tiga puluh enam kali, KuanTiong-liu mulai menguasai keadaan. Hay-liong Lojin mulai kewalahan. Kakinya terdesak
mundur beberapa langkah. Dia hanya sanggup mengikuti gerakan Kuan Tiong-liu saja.
Jurus yang dikerahkan oleh Kuan Tiong-liu memang tiga jurus terakhir Lok-jit-kiam-hoat
ajarannya. Namun selain daya yang, dia sudah menambah kehebatan ilmu pedangnya dengan
tenaga lembut im hasil curian dari Hek-pai-siang-mo. Sekarang ilmu Lok-jit-kiam-hoatnya sudah
mencapai taraf kesempurnaan. Itulah sebabnya dia berani melawan Hay-liong Lojin tanpa
merasa gentar sedikit pun. Sebelumnya dia sudah memperhitungkan kekuatannya sendiri sampai
matang. Kala ditilik dari sifatnya yang licik, sebelum yakin, mana mungkin dia berani
mengumpulkan murid Go-bi-pay yang masih hidup dan mengumumkan dirinya sebagai
ciangbunjin. Dia tahu Hay-liong Lojin pasti akan marah sekali. Tapi dengan mengandalkan
kekuatannya sekarang, dia tidak memandang sebelah mata lagi kepada orang tua itu.
Dalam keadaan terdesak, api marah Hay-liong Lojin semakin berkobar. Dari matanya tersorot
sinar merah membara. Dia meraung murka dan dengan nekat menerjang ke depan mengerahkan
segenap tenaganya memainkan jurus terakhir Lok-jit-kiam-hoat.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
15/24
Segurat cahaya pedang yang berkilauan menyinari wajah Kuan Tiong-liu. Anak muda itu hanya
menggeser kakinya dua langkah ke samping. Serangan orang tua yang dahsyat itu pun luput dari
sasaran.
Pedang Kuan Tiong-liu tidak berkilauan. Bahkan setitik cahaya pun tidak tampak. Tapi ketika
sinar pedang Hay-liong Lojin hampir pudar secara keseluruhan, pedangnya baru memijarkansinar yang menusuk mata. Dia menggerakkan pedangnya menyerang tujuh kali berurut-turut.
Hay-liong Lojin meraung murka. Tubuhnya yang sedang melayang turun tiba-tiba melemah.
Kening, tenggorokan, jantung, dada, dan bagian lain lagi sudah tertikam sebanyak tujuh kali.
Dari tujuh lubang lukanya terlihat darah mengalir dengan deras. Pakaiannya penuh noda merah.
Tubuhnya terjatuh di atas tanah dengan keras. Sepasang matanya masih terbelalak. Tentu saja dia
mati dengan penasaran.
Kuan Tiong-liu mengangkat pedangnya dan mulutnya mengambil gaya meniup, dia
mengembuskan darah yang masih tersisa di pedangnya. Penampilannya tenang sekali. Dia
memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung yang terselip di pinggang. Seakan tidak adasesuatu pun yang telah terjadi.
Para anggota Go-bi-pay yang melihat kematian Hay-liong Lojin, tidak ada satu pun yang
wajahnya tidak berubah. Tapi juga tidak ada seorang pun yang berani meninggalkan tempat itu.
Kuan Tiong-liu mengedarkan pandangannya. Dia tahu para murid Go-bi-pay sudah dibuat gentar
oleh kehebatan ilmu pedangnya. Wajahnya malah tidak menyunggingkan seulas senyum pun.
Dia menghadap ke arah timur dan menjatuhkan diri berlutut di atas tanah.
Hay-liong Lojin menghina perguruan. Hari ini akhirnya Tecu bisa juga membersihkan nama
baik perguruan kita dengan membunuhnya. Harap Suhu damai di alam baka, gumamnya lirih.
Tanpa sadar para murid Go-bi-pay semuanya ikut menjatuhkan diri berlutut di atas tanah.
Perlahan-lahan Kuan Tiong-liu membalikkan tubuhnya.
Para murid Go-bi-pay, dengarkan baik-baik! Mulai hari ini, kita harus menjunjung tinggikeadilan dan mengutamakan pembalasan dendam. Basmi Bu-ti-bun dan bangkitkan kembali Go-
bi-pay! serunya lantang. Tentu saja kata-kata ini bukan keluar dari hatinya yang tulus. Dapat
dibayangkan manusia sekeji dan selicik Kuan Tiong-liu, mana mungkin dia mementingkan
pembalasan dendam bagi It-im Taysu dan sesama saudara seperguruannya. Tujuannya yang
utama adalah menonjolkan diri di dunia Kangouw dan mencari nama besar. Dia belum
melupakan Wan Fei-yang yang telah mengalahkannya beberapa kali berturut-turut. Tapi diasudah lupa budi pertolongan yang diberikan oleh anak muda itu.
*****
Malam sudah larut. Di bagian belakang gunung Bu-tong di mana terdapat sebuah hutan lebat, Fu
Giok-su masih terlihat giat berlatih Coa-tiau-cap-sa-sut. Malam itu ketika bertarung melawan
Wan Fei-yang, dia merasakan bahwa setiap serangan yang dilakukannya berhasil dihindari atau
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
16/24
disambut oleh Wan Fei-yang dengan mudah. Hal ini semakin menguatkan keputusannya melatih
Coa-tiau-cap-sa-sut lebih keras lagi.
Dari pagi sampai malam larut, kalau dia belum sampai letih sekali, dia tetap tidak mau berhenti.
Coa-tiau-cap-sa-sut mempunyai banyak perubahan. Hal ini tidak mengherankan karena Tio Sam-
hong menciptakannya dengan mengikuti pertarungan antara rajawali sakti dan ular. Kecepatankedua binatang ini hampir sama. Perbedaannya yang satu lincah di darat sedangkan yang satunya
lagi gesit di udara. Tadinya Fu Giok-su berlatih di dalam ruangan rahasia tempat para
ciangbunjin berlatih ilmu. Tapi tempat itu kurang leluasa. Dia tidak dapat mengembangkan
jurus-jurusnya dengan baik. Oleh karena itulah, dia memilih bagian belakang gunung ini untuk
berlatih.
Para murid Bu-tong-pay jarang datang ke bagian belakang gunung ini. Terlebih-lebih pada
malam hari seperti sekarang. Selama ini Fu Giok-su tidak pernah ada perasaan khawatir sama
sekali. Kecuali malam ini. Baru berlatih sampai jurus kedua belas, dia sudah merasakan
kehadiran seseorang yang mendekatinya dengan perlahan. Dan ilmu ginkang orang itu
tampaknya cukup tinggi. Seandainya dia tidak kebetulan menginjak sebatang ranting kering sertamenimbulkan sedikit suara, Fu Giok-su pasti masih belum mengetahui kehadirannya.
Fu Giok-su menahan kemarahannya. Dia berlatih terus sampai ketiga belas jurus itu selesai
dimainkan. Kemudian tubuhnya mendadak melesat menerjang ke arah rimbunan pohon di mana
orang itu bersembunyi. Dalam waktu yang bersamaan, suara kibasan lengan baju memecahkan
keheningan malam. Sesosok bayangan berpakaian hitam meluncur dari balik pepohonan dan
berkelebat secepat kilat ke depan.
Fu Giok-su terus mengejar. Bayangan manusia berpakaian hitam itu lari secepat terbang. Dia
terus melesat kurang lebih setengah kemudian tahu-tahu dia menyelinap ke dalam gua di mana
telaga dingin berada. Dalam hati Fu Giok-su merasa curiga. Dia mempertimbangkan sejenak,akhirnya mengejar ke dalam.
Hawa di dalam gua dingin sekali. Keadaannya juga gelap gulita. Sampai-sampai kelima jari
tangan sendiri pun tidak terlihat. Dengan berhati-hati Fu Giok-su mengendap-endap maju ke
depan. Kemudian telinganya menangkap desiran lengan baju.
Siapa? bentaknya dengan suara keras.
Tidak ada yang menyahut, tiba-tiba keadaan dalam gua menjadi terang benderang seketika. Lima
obor api menyala dalam waktu yang bersamaan. Di belakang kelima obor tadi, ternyata duduk
dengan berdampingan Thian-ti, Hujan, Angin, Kilat, dan Geledek.
Fu Giok-su terkejut setengah mati. Yaya ! serunya tanpa sadar.
Thian-ti tertawa datar. Giok-su, apakah kau merasa di luar dugaan melihat kemunculan kami?
Fu Giok-su menenangkan hatinya. Dia mengangguk dua kali. Apakah telah terjadi sesuatu didalam Siau-yau-kok?
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
17/24
Kali ini Thian-ti yang menganggukkan kepalanya.
Siau-yau-kok sudah diubrak-abrik oleh Wan Fei-yang. Kami tidak bisa menetap di sana lagi.Telaga dingin ini merupakan daerah terlarang bagi murid Bu-tong-pay. Dengan bersembunyi di
tempat ini, aku yakin Wan Fei-yang pasti tidak akan menduganya.
Mata Fu Giok-su bersinar terang.
Tidak salah. Seandainya bocah Wan Fei-yang itu benar-benar mencari sampai ke sini, Sun-ji
pun tidak akan khawatir lagi!
Justru ini merupakan salah satu maksud kedatangan kami. Sekalian kami bersembunyi di sini.
Rahasiamu sekarang sudah bocor. Cepat atau lambat dia pasti akan mencarimu. Dengan adanya
kami di sini, setidaknya kau masih mempunyai bantuan yang dapat diandalkan. Tentu saja kami
harap kedatangannya semakin lambat semakin baik!
Maksud Yaya . Fu Giok-su tidak mengerti.
Sebelum dia datang, kau harus mengerahkan para murid Bu-tong untuk menggempur Bu-ti-bun.
Pada saat itu aku yakin Wan Fei-yang pasti tidak akan berdiam diri. Kita biarkan sampai kedua
belah pihak sama-sama terluka, barulah kita turun tangan membasmi Bu-ti-bun sekaligus Bu-
tong-pay!
Fu Giok-su langsung mengembangkan senyuman licik. Sun-ji merasa ide ini cemerlang sekali!
Thian-ti mendongakkan kepalanya tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya bergema di gua
tersebut dan menggidikkan hati siapa pun yang mendengarnya, tentu saja kecuali Fu Giok-su dan
keempat bawahannya.
Fu Giok-su mengerutkan keningnya. Seakan-akan dia teringat sesuatu yang tidak dimengertinya.
Bagaimana Wan Fei-yang bisa menyerbu ke Siau-yau-kok? Padahal kita tidak memancingnya
ke sana.
Bocah itu benar-benar selalu menimbulkan kesulitan!
Suara tawa Thian-ti sirap seketika. Siapa lagi kalau bukan gara-gara budak Hiong-kun!
Hiong-kun? wajah Fu Giok-su menjadi kelam kembali.
Jangan sebut nama budak itu lagi! kemarahan Thian-ti mulai meluap. Dia berhenti sejenakuntuk menenangkan perasaannya yang bergejolak. Ohya . Apakah kau sudah tahu bahwa
Kuan Tiong-liu telah mengangkat dirinya menjadi Ciangbunjin Go-bi-pay? Dan dia sekarang
dalam perjalanan membawa para muridnya menuju Bu-tong-san ini!
Fu Giok-su mengerutkan alisnya sekali lagi.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
18/24
Mungkinkah dia datang kemari untuk membuat perhitungan denganku atas kekalahannya di
tangan Ci-siong Tojin tempo hari?
Mungkin juga dia ingin mengajak Bu-tong-pay bekerja sama menggempur Bu-ti-bun, kata
Thian-ti dengan mata setengah terpejam.
Fu Giok-su langsung mengulaskan senyuman lebar.
Seandainya benar demikian, tentunya bagus sekali. Dengan bergabungnya Go-bi-pay dan Bu-
tong-pay, tidak takut Bu-ti-bun masih bisa berdiri lebih lama lagi. Dia tertawa terbahak-bahak.
Kali ini suaranya lebih menyeramkan daripada suara tawa Thian-ti tadi.
*****
Dugaan Thian-ti memang tidak salah. Pada hari kedua menjelang matahari berada di atas kepala,
surat undangan Kuan Tiong-liu sudah sampai. Tentu saja Fu Giok-su menyambutnya sebagai
Ciangbunjin Go-bi-pay.
Kuan Tiong-liu menyatakan minatnya mengajak Bu-tong-pay bekerja sama menggempur Bu-ti-
bun. Fu Giok-su menyambutnya dengan gembira. Meskipun Kuan Tiong-liu adalah seorang
pemuda yang cerdas, tapi dalam hal kelicikan, dia masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan
Fu Giok-su.
Dalam dunia Kangouw, asal-usul Fu Giok-su masih merupakan misteri. Sedangkan para murid
Bu-tong-pay memercayai dia sepenuhnya tanpa pernah tebersit kecurigaan sedikit pun. Apalagi
partai lainnya. Sikapnya tidak pernah meragukan. Caranya berbicara ataupun menghadapi tamu
jauh lebih berwibawa daripada Kuan Tiong-liu.
Pada dasarnya dia memang keturunan tokoh terkenal. Nenek moyangnya pernah menggetarkan
dunia persilatan sebagai tokoh paling misterius pada zamannya. Baik didikan ataupun silsilah
keluarga saja, Kuan Tiong-liu sudah bukan apa-apa dibandingkan dengannya.
Bu-ti-bun adalah musuh seluruh Bu-lim. Asalkan Go-bi-pay dan Bu-tong-pay bergabung
menyerangnya, partai lurus lainnya pasti tidak akan tinggal diam. Mereka pasti turun tangan
memberi bantuan untuk membasmi kejahatan Bu-ti-bun yang sudah sekian lama merajalela.
Ajakan Kuan-ciangbunjin memang tepat. Kalau bukan kita yang memulai, partai lain tentu
belum berani mengambil tindakan mengingat besar dan kuasanya Bu-ti-bun di dunia Kangouw
saat ini.
Tidak salah! sahut Kuan Tiong-liu dengan nada berat. Tapi ular tidak mungkin tanpa kepala.
Kita harus memilih seorang bengcu untuk memimpin penyerangan ini!
Fu Giok-su merenung sejenak. Kemudian dia tertawa lebar. Kalau dihitung dari usia, bengcu
seharusnya dijabat oleh Kuan-heng.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
19/24
Diam-diam hati Kuan Tiong-liu senang sekali mendengar kata-kata Fu Giok-su. Tapi dia pura-
pura menolaknya agar terlihat rendah diri dan tidak sok. Keputusan ini kurang adil. Menurut
pandangan Siaute, lebih baik mengikuti peraturan Bu-lim. Memilih bengcu berdasarkan
tingginya ilmu silat masing-masing.
Kuan Tiong-liu berhasil mengalahkan Hay-liong Lojin dengan mengandalkan Lok-jit-kiam-hoatnya yang sudah mencapai taraf kesempurnaan. Tentu saja rasa percaya dirinya lebih besar
lagi sekarang. Tentu saja Fu Giok-su juga tidak menolak. Tidak mudah mendapat seorang lawan
seperti Kuan Tiong-liu. Kebetulan dia bisa menguji sampai di mana hasil latihan Coa-tiau-cap-
sa-sut yang dilatihnya.
Salah seorang murid Bu-tong segera turun ke bawah gunung untuk mengambil pedang Kuan
Tiong-liu yang ditinggalkan di tempat itu. Fu Giok-su sendiri tidak menggunakan senjata yang
biasa dipakainya. Dia sembarangan mengambil sebatang toya dari penyimpanan senjata. Kali ini
dia sama sekali tidak berminat mengerahkan Bu-tong-liok-kiat dalam menghadapi lawannya.
*****
Di luar pendopo angin bertiup dengan kencang. Batasnya memang hanya saling menutul saja.
Tapi ketika kedua orang mulai bertarung dengan seru, tanpa terasa hati para murid Bu-tong
menjadi tegang.
Kuan Tiong-liu berniat menyelesaikan pertandingan itu dalam waktu secepatnya. Begitu
berhadapan dengan Fu Giok-su, dia langsung memainkan tiga jurus terakhir dari Lok-jit-kiam-
hoat. Serangannya gencar sekali. Pertama-tama Fu Giok-su menghindar serangan tersebut secara
asal-asalan saja. Namun ketika jurus kedua mulai dimainkan oleh Kuan Tiong-liu, dia pun tidak
ayal lagi. Coa-tiau-cap-sa-sut langsung dilancarkan. Tubuh Fu Giok-su meluncur bagai seekor
rajawali sakti yang mengincar mangsanya. Kadang-kadang gerakannya berubah laksana seekorular yang siap menggigit. Sekali waktu dia melayang di udara, sekejap kemudian dia seakan
melata di atas tanah. Perubahan yang dilakukannya berturut-turut terlihat ruwet sekali. Bahkan
orang yang ilmunya tidak seberapa tinggi langsung berkunang-kunang matanya mengikuti
gerakan Fu Giok-su.
Kuan Tiong-liu terkejut sekali. Tiga jurus terakhir Lok-jit-kiam-hoat telah dikerahkan
seluruhnya, tapi dia tetap tidak sanggup menahan Fu Giok-su apalagi menyentuh tubuhnya. Baru
saja dia berniat mengerahkan kembali tiga jurus terakhir Lok-jit-kiam-hoat, toya Fu Giok-su
sudah meluncur mengancamnya.
Kuan Tiong-liu tidak berani ayal. Cepat-cepat dia mencelat mundur beberapa langkah. Fu Giok-
su malah bagaikan seekor ular yang menerjang terus. Kecepatannya sungguh mengejutkan. Toya
di tangannya juga ibarat seekor ular berbisa yang siap menggigit musuhnya. Enam puluh empat
kali berturut-turut dia menyerang Kuan Tiong-liu. Pada serangan yang keenam puluh empat, Fu
Giok-su melihat titik kelemahan Kuan Tiong-liu. Toyanya langsung menerjang masuk.
Tampaknya toya itu akan menghantam hancur pangkal lengan Kuan Tiong-liu. Tapi pada detik
yang menegangkan itu, tiba-tiba Fu Giok-su menarik kembali senjatanya kemudian gerakannya
pun terhenti.
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
20/24
Wajah Kuan Tiong-liu berubah hebat. Tapi dia berusaha menahan kekesalannya. Pedangnya
sendiri ditarik kembali. Ilmu simpanan Bu-tong-pay ternyata merupakan pusaka yang tidak
tertandingi. Aku Kuan Tiong-liu mengaku kalah. Kedudukan bengcu memang tepat dijabat oleh
Fu-heng!
Fu Giok-su menggelengkan kepalanya. Meskipun Siaute menang setengah jurus, tapibagaimana pun pengalaman dalam dunia Kangouw masih dangkal. Menurut pendapat Siaute,
lebih baik urungkan saja niat memilih bengcu. Urusan besar maupun kecil, kita rundingkan
bersama dan mencari keputusan yang adil!
Ini . Kuan Tiong-liu memerhatikan Fu Giok-su dengan tajam. Tapi dia tidak menemukan
apa pun yang mencurigakan. Ucapan yang dikeluarkan oleh Fu Giok-su demikian tulus. Hatinya
tergerak. Dia sudah mempunyai perhitungan yang matang. Akhirnya dia menganggukkan kepala
tanda setuju dengan usul Fu Giok-su tadi.
Fu Giok-su langsung-mengajak Kuan Tiong-liu duduk di ruangan dalam. Sementara itu, dia juga
memerintahkan kepada salah seorang anak buahnya untuk mengantarkan surat tantangan kepadaTok-ku Bu-ti. Dalam surat itu dinyatakan bahwa dia mengajak Tok-ku Bu-ti bertemu di Kuan-jit-
hong, Giok-hong-teng, untuk bertanding secara adil. Batas waktu setengah tahun yang dijanjikan
juga sudah hampir sampai.
Ketika aku bertarung melawan Tok-ku Bu-ti di Giok-hong-teng. Kuan-heng segeramengumpulkan para murid Go-bi-pay dan Bu-tong-pay dan mengadakan serangan ke Bu-ti-bun.
Basmi perkumpulan itu sampai bersih, Fu Giok-su mengemukakan siasat yang sudah
dipikirkannya matang-matang.
Tentu saja Kuan Tiong-liu setuju. Dengan ilmu silat yang dimiliki oleh Fu Giok-su, seandainya
dia dapat mengalahkan Tok-ku Bu-ti tapi dia sendiri pasti tidak terhindar dari luka yang cukupparah. Pada saat itu, dia baru turun tangan menghadapi Fu Giok-su dan kalau perlu merampas
kedudukannya sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay.
Sudah pasti dia tidak mengemukakan hatinya kepada siapa pun. Bahkan wajahnya pun tidak
menunjukkan perasaan apa-apa. Sampai dia memohon diri kepada Fu Giok-su dan turun ke
bawah gunung, dia baru mengeluarkan suara tawa dingin dua kali. Tapi hanya dua kali suara
tawa dingin itu saja.
Fu Giok-su sendiri juga tidak menunjukkan perasaan apa-apa.
*****
Malam hari, kentungan ketiga baru saja terdengar. Di dalam telaga dingin, Fu Giok-su
mengemukakan siasat yang akan dijalankannya di hadapan Thian-ti.
Dalam pertarungan hari ini, meskipun aku menempuh bahaya dengan memenangkan Kuan
Tiong-liu secara nekat, tapi dalam pandangan para murid Bu-tong-pay, kedudukan sekarang
bagaikan pohon besar dan kukuh. Di samping itu, aku juga tidak menghilangkan muka Kuan
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
21/24
Tiong-liu di depan umum. Tentu saja diam-diam orang itu bersyukur dan para murid Bu-tong
menganggap Sun-ji berjiwa besar. Kuan Tiong-liu adalah manusia yang angkuh dan tinggi hati.
Ambisinya juga besar sekali. Aku tahu apa yang terkandung di hatinya. Dia tentu mengira dalam
pertarungan melawan Tok-ku Bu-ti, setidaknya aku akan terluka parah. Dia sendiri pasti akan
mengerahkan segenap tenaga untuk membasmi Bu-ti-bun. Pada saat itu, kita baru meringkusnya
juga belum terlambat.
Thian-ti yang melihat cucunya demikian cerdas dan banyak akal, tentu saja hatinya girang tak
terkatakan.
*****
Pada malam yang sama, Tok-ku Bu-ti telah membuat sebuah keputusan. Dia akan menikahkan
Tok-ku Hong dengan Kongsun Hong. Sudah pasti Kongsun Hong menerima keputusan itu
dengan gembira. Sedangkan Tok-ku Hong terkejut sekali. Dia langsung mengunci dirinya dalam
kamar dan tidak menemui siapa pun.
Berita dengan cepat tersebar ke seluruh kantor maupun cabang Bu-ti-bun. Bahkan dayang Sen
Man-cing yang bernama Guat Ngo juga sudah mendengar berita ini. Setelah mendapat laporan
dari Guat Ngo, Sen Man-cing tetap tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Dia duduk termenung
kurang lebih setengah kentungan. Akhirnya dia memerintahkan Guat Ngo untuk mengundang
Tok-ku Bu-ti datang ke tempat tinggalnya.
Tok-ku Bu-ti sendiri juga mempertimbangkan sekian lama, baru melangkahkan kakinya menuju
Liong-hong-kek.
*****
Angin malam berembus dari tirai jendela. Sen Man-cing masih duduk di tempatnya semula. Di
hadapannya ada sebuah lentera yang melambai-lambai tertiup angin. Ketika telinganya
menangkap suara langkah kaki manusia, baru dia menolehkan kepalanya.
Dia melihat Tok-ku Bu-ti melangkah ke dalam kamar, cepat-cepat dia memalingkan kepalanya.
Melihat keadaan itu, Tok-ku Bu-ti memperdengarkan suara tertawa dingin satu kali. Dia
membalikkan tubuhnya berjalan ke arah pintu. Di situ dia menghentikan langkah kakinya.
Apakah aku salah masuk? tanyanya datar.
Kau tidak salah masuk. Tetapi apa yang kau lakukan baru dapat dikatakan kesalahan besar!nada Sen Man-cing bahkan lebih dingin lagi.
Kesalahan besar? Tok-ku Bu-ti tentu tahu apa yang dimaksudkan oleh Sen Man-cing, tetapi
dia pura-pura tidak tahu. Hal apa yang kau maksudkan?
Urusan yang satu ini!
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
22/24
Aku rasa yang kau maksudkan mungkin pernikahan Hong-ji.
Sen Man-cing tidak menyangkal.
Akhirnya kau harus memohon kepadaku juga, kata Tok-ku Bu-ti tertawa bangga.
Aku hanya mengingatkan, sahut Sen Man-cing sepatah demi sepatah. Hong-ji sama sekali
tidak ada perasaan apa-apa terhadap Kongsun Hong.
Perasaan bisa dibina perlahan-lahan.
Apakah manusia seperti engkau mengerti apa yang dinamakan perasaan?
Aku hanya tahu bahwa aku mempunyai hak mengurus pernikahan Hong-ji!
Tapi kau harus berpikir demi Hong-ji. Pernikahan bukan permainan. Ini masalah besar yang
menyangkut seumur hidup Hong-ji! nada Suara Sen Man-cing begitu pilu. Kau memaksanyamenikahi seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Bukankah sama saja kau ingin membuat dia
menderita sepanjang hidup ini?
Urusan apa pun hanya aku yang berhak menentukan. Tidak ada hubungan denganmu!
Hong-ji adalah anak kandungku. Bagaimana kau bisa mengatakan tidak ada hubungannya?
Anak kandungmu! wajah Tok-ku Bu-ti berubah menghijau. Lalu, mengapa kau tidak
mengatakan terus terang apa yang telah kau lakukan tempo dulu?
Dengan hati pedih Sen Man-cing menundukkan kepalanya. Tok-ku Bu-ti juga tidak banyakbicara lagi. Dia membalikkan tubuhnya berjalan keluar. Dibantingnya pintu kamar keras-keras.
Sen Man-cing mendongakkan kepalanya. Mulutnya membuka, tapi akhirnya dia tidak jadi
memanggil.
Kepalanya tertunduk semakin rendah. Berulang kali dia menarik napas panjang. Entah berapa
lama telah berlalu, Tiba-tiba terdengar suara pintu didorong dari luar. Sen Man-cing menghela
napas sekali lagi.
Apakah kau sudah mempertimbangkan kembali? tanyanya dengan kepala tetap tertunduk.
Ibu, apa yang harus dipertimbangkannya kembali? yang masuk rupanya Tok-ku Hong.
Sen Man-cing tertegun. Dia mendongakkan kepalanya perlahan-lahan. Hong-ji, sudah larut
malam. Mengapa kau masih belum tidur juga?
Bukankah ibu juga sama saja?
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
23/24
Dalam keadaan begini, mana mungkin bisa tidur nyenyak? Sen Man-cing menarik napas sekali
lagi.
Tok-ku Hong terdiam.
Ibu sudah tahu semuanya, kata Sen Man-cing dengan nada pilu.
Keduanya merenung sekian lama.
Kau tidak ingin menikah dengan Kongsun Hong bukan? kembali Sen Man-cing membuka
suara.
Tok-ku Hong menganggukkan kepalanya. Sen Man-cing tertawa sumbang. Ada bagusnya
keputusanmu itu. Daripada menderita seumur hidup, kata Sen Man-cing selanjutnya.
Tapi Tia berkeras .
Ayahmu memang picik pikirannya. Hong-ji, bagaimana dengan keputusanmu sendiri?
Mata Tok-ku Hong bersinar terang. Aku akan meninggalkan tempat ini!
Apa yang kau rasa baik, lakukanlah! Sen Man-cing membelai rambut Tok-ku Hong. Tapi
dunia Kangouw penuh dengan kejahatan dan kelicikan. Kau harus berhati-hati!
Kelak ibu akan lebih kesepian lagi!
Kau tidak perlu khawatir. Ibu sudah terbiasa.
Ibu, lebih baik kita pergi bersama-sama saja!
Sen Man-cing menggelengkan kepalanya. Tok-ku Hong merasa heran. Ibu, aku benar-benartidak mengerti .
Kelak tentu kau akan mengerti. Kalau aku pergi sekarang, kesalahan terletak pada ibumu ini.
Sudahlah, lebih baik kau pergi sendiri saja!
Kalau begitu, sekarang juga Hong-ji mohon diri kepada Ibu. Harap Ibu menjaga diri baik-baik,
Tok-ku Hong menjatuhkan diri dan berlutut di atas tanah. Dia menyembah sebanyak tiga kali.
Ketika dia berdiri air matanya sudah mengembang.
Sen Man-cing menahan kepedihan hatinya dalam-dalam. Sampai Tok-ku Hong meninggalkan
kamar itu, barulah air matanya berderai dengan deras.
*****
-
7/31/2019 Ilmu Ulat Sutera 23
24/24
Siang terik pada hari kedua. Tok-ku Bu-ti baru tahu bahwa Tok-ku Hong sudah menghilang. Dia
marah sekali. Dia segera kembali ke ruangan pendopo dan menurunkan Panji Telapak Darah.
Dia memerintahkan kepada seluruh anggotanya untuk membunuh Tok-ku Hong apabila berhasil
menemukan gadis itu.
Tidak ada orang yang berani melarang. Demikian pula Kongsun Hong. Kali ini marah Tok-kuBu-ti tampaknya benar-benar meledak.
*****
Suasana sunyi mencekam. Pagi sudah tiba. Sinar matahari yang timbul menerobos lewat jendela.
Tok-ku Hong sudah bangun. Dipandangnya sekitar rumah tua di mana dia berada. Tanpa sadar
dia menarik napas panjang.
Sekarang merupakan hari kedua dia meninggalkan Bu-ti-bun. Rasa kesepian dan kesendirian
semakin lama semakin menggelayuti hatinya. Keadaan saat ini tidak sama dengan saat pertama
kali dia pergi dari Bu-ti-bun karena marah. Sekarang dia tidak punya rumah lagi untuk pulang.Ke mana tujuannya, dia sama sekali tidak tahu. Asal di depannya masih ada jalan yang dapat
ditempuh, dia melangkah terus. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa jejaknya sudah berada
di bawah pengawasan para penyelidik Bu-ti-bun dan laporan sudah sampai di kantor pusat.
Suara helaan napas masih terdengar, seseorang sudah muncul di depan pintu. Orang itu
memandangnya dengan mulut cengar-cengir.
Tampaknya kedatanganku saat ini memang tepat. Tidak sampai mengejutkan mimpi Toasiocia
yang indah!
Kiu-bwe-hu! seru Tok-ku Hong tanpa sadar setelah melihat jelas siapa orang yang masuk itu.Untuk apa kau datang kemari?