BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150019_1_8726.pdf1...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150019_1_8726.pdf1...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor industri memiliki peran yang signifikan terhadap perekonomian
nasional. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga menurut lapangan usaha
didapatkan industri pengolahan non migas menghasilkan PDB pada tahun 2016
sebanyak 18,21 % sedangakan pada tahun 2017 industri pengolahan non migas
menyumbangkan PDB sebanyak 17,89 % dan pada tahun 2018 menyumbangkan
PDB sebanyak 17,63 %. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan juga
berpengaruh pada perekonomian nasioanal, untuk sektor tersebut pada tahun 2016
menyumbangkan PDB sebanyak 13,48 % sedangkan untuk tahun 2017
menyumbangkan PDB sebanyak 13,15 % dan pada tahun 2018 menghasilkan PDB
sebanyak 12,81 % (Badan Pusat Statistik, 2019) selain berpengaruh pada PDB
sektor pertanian juga berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian
dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 31,87% pada februari 2017 dan pada agustus
2017 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 29,68% begitu juga pada februari 2018
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 30,46% (Badan Pusat Statistik, 2018).
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik industri
pengolahan besar dan sedanga pada tahun 2013 sebanyak 23.698 dan pada tahun
2014 sebanyak 24.529 industri dan menigkat pada tahun 2015 menjadi 26.322
(Badan Pusat Statistik, 2017). Banyaknya industri yang tumbuh di Indonesia
membuat kondisi persaingan yang kompetitif sehingga setiap perushaan diharuskan
memiliki suatu keunggulan agar dapat bertahan dalam dunia persiangan industri.
Persaingan mengenai kualitas untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menjadi
yang terbaik dalam perebutan pasar. Kualitas dapat diartikan segala hal mengenai
2
spesialnya suatu produk atau jasa yang dapat diberikan produsen agar
konsumen dapat terpuaskan oleh produk dan jasa yang diberikan (Feigenbaum,
1983).
Banyaknya persaingan mengenai kualitas mempengaruhi sebuah industri
dapat bertahan atau tidak, sebuah industri juga dapat bertahan apabila industri
tersebut dapat mengurangi pemborosan atau waste yang dihasilkan. Pemborosan
atau waste yang dihasilkan dapat menyebabkan sebuah industri tidak dapat bertahan
dalam persaingan. Pemborosan atau waste adalah hal-hal yang tidak berguna yang
tidak dapat memberikan keuntungan pada industri dan apabila pemborosan yang
terjadi pada sebuah industri terjadi sangat banyak dan menimbulkan efek yang tidak
baik untuk perusahaan tersebut maka perusahaan tersebut dapat hancur (Hirano,
2009)
Pemborosan atau waste dapat juga diartikan segala kegiatan yang tidak
dapat memberikan nilai tambah kedalam produk selama proses produksi dilakukan
(Gaspersz, 2007). Beberapa aktivitas pemborosan yang terjadi di industri menurut
(Ohno, 1988) yang dikenal dengan seven wastes diantaranya adalah produksi
berlebih yang diakibatkan karena memproduksi barang yang belum dipesan.
Pemborosan yang lain adalah waktu menunggu yang terjadi karena pekerja
menunggu mesin otomatis yang sedang beroperasi atau dikarenakan menunggu
proses. Pemborosan yang ketiga adalah transportasi yang tidak perlu yang biasanya
terjadi karena mengangkut material atau bahan yang terlalau jauh. Aktivitas
pemborosan yang lain adalah memproses dengan berlebih atau salah umumnya
dikarenakan melakukan suatu proses yang tidak perlu.
3
Aktivitas pemborosan yang diketahui lainnya adalah persediaan yang
berlebih. Aktivitas pemborosan ini diakrenakan adanya bahan yang belebih.
Pemborosan yang lainnya adalah gerakan yang tidak perlu. Hal ini terjadi
dikarenakan pekerja yang melakukan gerakan yang tidak penting seperti mencari
dan berjalan. Aktivitas pemborosan yang terakhir adalah produk cacat yang terjadi
karena adanya barang atau produk yang cacat.
Pemborosan atau waste yang terjadi bisa dikarenakan perancangan sistem
kerja yang kurang baik. Perencanaan sistem kerja yang baik masih kurang
diperhatikan di industri dan apabila perencanaan sistem kerja telah diperbaiki
kemungkinan menurunnya ongkos produksi, mengurangnya pemborosan waktu,
serta menurunnya tingkat kecelakaan saat bekerja dapat terjadi. Lingkungan kerja
yang baik dan aman ini juga merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan dalam
merancang sistem kerja, hal ini berkaitan dengan ergonomi. Tujuan dari perencaan
sistem kerja adalah meningkatkan efektivitas serta efisiensi dalam sebuah industri
serta dapat menciptaka lingkungan kerja yang baik, sehat, dan aman (Sutalaksana,
Anggawisastra, & Tjakraatmadja, 2006).
Ergonomi dalam praktiknya umumnya berguna untuk mengatur lingkungan
kerja seperti tata letak, desain suatu tempat duduk dan mengatur organisasi seperti
pembagian waktu kerja, pengecekan kualitas dan metode dalam bekerja. Ergonomi
dapat diartikan ilmu yang mempelajari mengenai relasi antara manusia dengan
keadaan di tempat bekerjanya (Murrell, 1965).
Identifikasi pemborosan dapat dilakukan dengan menggunakan metode
failure mode and effect analysis (FMEA). Pemborosan akan dididentifikasi
penyebabnya dan ditentukan prioritas berdasarkan penyebab pemborosan yang
4
sering terjadi atatu parah. FMEA adalah sebuah pegangan, sebuah metode, dan
lembar isian untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah potensial
(Pande, Neuman, & Cavanagh, 2000).
PT. Bimandiri Agro Sedaya yang berlokasi di Haur Pungkur Jl. Panorama
No.54, Kayuambon, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40391
merupakan sebuah industri yang berbasis agroindustri yang bergerak dalam bidang
pengemasan bahan-bahan hasil pertanian atau perkebunan. Bahan baku yang
didapatkan PT. Bimandiri Agro Sedaya didapat melalaui kerjasama dengan petani
didaerah Lembang Bandung dan sekitarnya. Produk dari PT. Bimandiri biasanya
akan dipasarkan ke pasar modern yang berada pada daerah Bandung, DKI Jakarta
dan sekitarnya yang terdiri dari Carrefour, Lottemart, Hypermart, Market City,
Ramayan, Aeon. Waktu bekerja di PT. Bimandiri mulai dari pukul 07.WIB sampai
paling lama yaitu pukul 24.00 WIB (PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2019). PT.
Bimandiri dalam proses produksinya masih memiliki beberapa maslah dan kendala,
terutama dalam hal pemborosan atau waste. Berdasarkan hasil wawancara dengan
bagian HRD pemborosan yang sering terlihat antara lain seperti menunggu, gerakan
yan tidak perlu, transportasi.
Pentingnya penelitian ini adalah untuk dapat mengidentifikasi dan
pemborosan atau waste yang terjadi pada perusahaan terutama perusahaan yang
bergerak dalam bidang agroindustri. Identifikasi mengenai pemborosan atau waste
digunakan untuk mencari tahu pemborosan manakah yang dapat dikurangi dengan
menggunakan metode failure mode and effect analysis (FMEA) untuk digunakan
dalam memprioritaskan pemborosan yang sering terjadi selama proses produksi,
dan mengkategorikan tingkat keparahan, tingkat kemunculan terjadinya
5
pemborosan serta mengetahui langkah apa yang sudah diambil untuk mencegah
terjadinya suatu pemborosan selain itu metode FMEA digunakan aagar mudah
dimengerti oleh perusahaan dan mudah menentukan prioritas dari penyebab yang
menimbulkan pemborosan atau waste.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam Penelitian ini ada beberapa masalah yang akan diidentifikasi untuk
diteliti, antara lain:
1. Belum teridentifikasinya aktifitas pemborosan yang terjadi secara
kuantitatif di PT.Bimandiri selama proses produksi.
2. Belum adanya penanganan terhadap aktifitas penanganan terhadap
pemborosan yang terjadi
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi terjadinya waste atau pemborosan di PT.Bimandiri.
2. Melakukan penanganan pemborosan yang terjadi dengan memperbaiki
sistem kerja yang ada di PT. Bimandiri Agro Sedaya
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari Penelitian ini diharapkan:
1. Dapat menjadi referensi bagi perusahaan dalam menangani adanya
pemborosan
2. Referensi ilmiah bagi pelaku industri sejenis dalam menangani
pembrosan
6
1.5 Kerangka Pemikiran
Mengidentifikasi pemborosan yang terjadi selama proses produksi bisa
dilakukan dengan cara wawancara kepada pihak pihak terkait dan melakukan
observasi pada penelitian yang dilakukan oleh (Yulius, Handayani, & Suliantoro,
2017) identifikasi pemborosan dilakukan dengan melakukan wawancara pada pihak
yang terkait pada proses produksi.
Tahap selanjutnya setelah melakukan wawancara adalah mengetahui
penyebab mengapa pemborosan tersebut terjadi, untuk mengetahui penyebab dari
suatu masalah atau pemborosan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan cause
and effect analysis. Penggunaan tools tersebut dikategorikan menjadi beberapa
kategori. Penelitian yang dilakukan oleh (Da silva da santis, Maricicano, Cunto, &
Ra, 2016) membagi cause and effect analysis dalam beberapa kategori yaitu Man,
Material, Process, methods, environment, machine.
Pembuatan cause and effect analysis akan membantu dalam pembuatan
failure mode effect analysis (FMEA). Penggunaan FMEA ini akan membantu untuk
mengetahui penyebab serta efek dari pemborosan tersebut dan membantu untuk
memprioritaskan masalah yang terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh (Anisa,
2010) menggunakan metode FMEA untuk menentukan prioritas kegagalan yang
terjadi selama proses produksi dengan hasil penilitian adalah menyarankan solusi
untuk masalah yang diprioritaskan. Solusi yang disarankan dan didiskusikan
bersama akan diterapkan untuk mengetahui efek dari perbaikan yang telah
dilakukan. Penelitian yang lain dengan menggunakan metode FMEA adalah
penelitian yang dilakukan oleh (Andiyanto, Sutrisno, & Punuhsingon, 2017).
7
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memprioritaskan masalah yang
disebabkan oleh waste atau pemborosan.
Penelitian mengenai implementasi solusi untuk mengurangi pemborosan
dilakukan oleh (Nurprihatin, Darvin, Karo-Karo, & Caesaron, 2017) bertujuan
untuk mengurangi pemborosan penyimpanan. Solusi yang dilakukan adalah dengan
cara menggunakan just in time dan Kanban dengan waktu implementasi dilakukan
selama 11 hari percobaan dengan hasil produk pada penyimpanan berkurang dari
12.945 pasang menjadi 11.602 pasang. Penelitian yang lain mengimplementasikan
solusi untuk mengurangi pemborosan adalah penelitian (Putra, Ikatrinasari, 2012).
Solusi dari penelitian tersebut adalah merancang ulang layout, dan pengawasan
yang diperketat untuk meningkatkan kualitas. Hasil yang didapatkan oleh dari
implementasi solusi tersebut adalah waktu pengangkutan berkurang dari 5460
menit menjadi 1202 menit, penurunan jumlah defect dari 46 produk menjadi 8
produk.
Penelitian lain yang bertujuan untuk meminimasi pemborosan adalah
penelitian yang dilakukan oleh (Tambunan, Handayani, & Puspitasari, 2017)
bertujuan untuk mengurangi pemborosan dati motion atau gerakan dengan usulan
perbaikan adalah penggunaan alat otomatis, penataan alat, dan pembersihan alat
sebelum bekerja. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah total waktu siklus
berkurang dari 2275 detik menjadi 1175 detik yang terdiri dari 995 detik waktu
value added dan 180 detik waktu non-value added. Penelitian yang dilakukan oleh
(Faturrakhman, Suryadhini, & Astuti, 2015) bertujuan untuk mengurangi
pemborosan menunggu atau waiting. Usulan perbaikan yang dilakukan adalah
penambahan operator dan penjadwalan penugasan untuk mengurangi pemborosan
8
waiting dan hasil dari penerapan perbaikan tersebut didapatkan waktu yang tidak
efektif berkurang dan membuat waktu silkus menjadi lebih cepat. Pengurangan
waktu tidak efektif berkurang sebesar 784.02 detik.
9
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
10
1.6 Hipotesis
Penelitian identifikasi pemborosan yang terjadi di PT. Bimandiri
diharpakan menjadikan acuan atau dijadikan pilihan kebijakan bagi perusahaan
agar dijadikan saran perbaikan mengenai pemborosan yang harus diperbaiki, serta
usaha-usaha awal atau contoh yang dapat diimplementasikan untuk dapat
mengurangi pemborosan atau waste yang terjadi pada sistem kerja.