BAB I Insya Allah Fix- Revisisatrio Plus Dafpus
-
Upload
adhi-rizky-putra -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of BAB I Insya Allah Fix- Revisisatrio Plus Dafpus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Depresi merupakan gangguan alam perasaan dengan gejala seperti perubahan pada pola
tidur, nafsu makan, psikomotor, daya konsentrasi, anhedonia, kelelahan, keputusasaan serta
keinginan untuk bunuh diri[1]
Sebanyak dua pertiga penderita depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki
penyakit tersebut, karena itu mereka tidak mencari bantuan profesional. Selain itu, faktor
ketidaktahuan dan kesalahan persepsi pada masyarakat, termasuk banyak penyedia layanan
kesehatan, sebagai kelemahan pribadi atau gagal yang dapat menghendaki atau ingin pergi
mengarah pada stigmatisasi yang menyakitkan dan menghindari diagnosa dengan banyak dari
mereka yang terkena dampak. Dalam pengaturan perawatan primer, keluhan utama yang
sering adalah gangguan somatik, seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan perut, atau
masalah tidur[2]
Menurut World health organization (WHO) Age-standardised disability-adjusted life
year (DALY) rates per 100,000 inhabitant tahun 2004, Wilayah Amerika utara dan Asia
selatan memiliki tingkat depresi tertinggi. Dalam data yang sama menyebutkan 3 negara yang
memiliki tingkat depresi tertinggi Amerika serikat (DALY 1,454.74), Nepal (1,454.74),
Timor leste (1,404.10). Sedangkan untuk wilayah asia tenggara, 3 negara yang memiliki
tingkat depresi tertinggi adalah Indonesia (927.707), Thailand (925.765) dan Singapura
(919.158) ( World Health Organization (WHO) [3].
Menurut statistik di Amerika serikat, gangguan depresi memiliki prevalensi lebih tinggi
pada wanita, yaitu sebesar 20%, sedangkan pada pria sebesar 12%. Klerman dan Gershon
melaporkan bahwa terjadi peningkatan insiden depresi dalam 70 tahun terakhir [4]. Pada tahun
2010, Centers for Disease Control ( CDC ) merilis sebuah laporan yang memperkirakan
prevalensi depresi pada orang dewasa saat ini dari tahun 2006-2008. Dari 235.067 orang
dewasa, 9 % memenuhi kriteria untuk depresi saat ini, termasuk 3,4 % yang memenuhi
kriteria untuk depresi[5]. Insiden depresi pada anak usia sekolah dan pra-sekolah adalah 0,9 %
pada anak usia prasekolah, 1,9 % pada anak usia sekolah, dan 4,7 % pada remaja dalam studi
oleh Kashani dan Sherman[6]. Pada anak-anak pra-pubertas, anak laki-laki dan perempuan
yang terpengaruh sama. Hankin et al menemukan bahwa waktu yang paling penting untuk
perbedaan jenis kelamin dalam depresi muncul adalah dari usia 15-18 tahun[7]. Studi populasi
telah secara konsisten menunjukkan depresi lebih berat dibandingkan dengan pria, meskipun
tidak jelas mengapa hal ini dan faktor apa saja yang turut mempengaruhi. Peningkatan relatif
dalam kejadian ini terkait dengan pubertas pembangunan dan bukan usia kronologis,
mencapai rasio dewasa antara usia 15 dan 18, dan muncul terkait dengan psikososial lebih
dari faktor hormonal[8.] Menurut Children Depression Inventory ( CDI ), Pemuda Hispanik di
Los Angeles, Amerika serikat ( usia 12-17 tahun ) melaporkan lebih banyak gejala depresi
bila dibandingkan dengan remaja Amerika putih, hitam, atau Asia, terlepas dari status sosial
ekonomi [9].
Faktor risiko psikososial yang dapat menimbulkan perasaan depresi termasuk gangguan
dukungan sosial, melahirkan, menopause, krisis ekonomi, masalah pekerjaan, diagnosis
medis, intimidasi, kehilangan orang yang dicintai, bencana alam, isolasi sosial, masalah
hubungan, cemburu, kesendirian dan bencana alam[10][11]. Peristiwa traumatis yang terjadi di
masa kecil dapat menyebabkan depresi. Meskipun trauma masa kecil tidak selalu merupakan
faktor depresi dewasa, mungkin membuat jalur psikologis yang dapat menyebabkan
depresi[12].
Menurut American College Health Association–National College Health Assessment
(ACHA–NCHA) pada tahun 2011 menemukan setidaknya dalam 2-4 tahun sekitar 30%
mahasiswa merasa depresi sehingga sulit untuk melakukan aktivitas[13]. Depresi dapat
beakibat pada prestasi akademik mahasiswa, setidaknya 3 studi mengatakan bahwa
mahasiswa dengan gangguan depresi akan sangat sulit meraih prestasi akademis[14][15]. Faktor
stressor yang dapat memicu terjadinya depresi selama menjadi mahasiswa seperti tinggi nya
tuntutan akademik, tinggal jauh dari keluarga, berubahnya kehidupan sosial disekitar,
pernyesuaian diri dengan lingkungan baru, orang baru, ide baru dan kekhawatiran diri setelah
lulus[16][17]. Faktor seperti penyesuaian diri terhadap lingkungan baru sering terjadi pada
mahasiswa baru yang mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru yang asing dan
kemudian sulit beradaptasi yang kemudian menjadi mengucilkan diri dari lingkungan dan
sosial baru disekitar dan menjadi kurang percaya diri. Akibat dari gagalnya adaptasi tersebut
bisa memicu mahasiswa memilih keputusan yang buruk seperti dengan penggunaan obat
telarang atau minuman keras. Data National Center on Addiction and Substance Abuse
(CASA) melaporkan setidaknya ada 21% kasus penggunaan obat terlarang dan 45% kasus
minuman keras pada mahasiswa dalam 10 tahun terakhir[20].
Mahasiswa kedokteran diketahui memilki tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi umum dan untuk rekan-rekan seusia mereka[18]. Perbedaan
antara tingkat depresi dan kecemasan juga telah dicatat antara mahasiswa kedokteran baik
negeri atau . Prevalensi depresi di kalangan mahasiswa kedokteran di perguruan tinggi negeri
telah diperkirakan 10,4% di Yunani, 15,2% di Amerika Serikat, 21,7% di Malaysia, 24% di
Inggris, 29,1% di India, dan 43,8% di Pakistan. Prevalensi depresi di kalangan mahasiswa
kedokteran swasta, bagaimanapun, telah diperkirakan 19% di Amerika Serikat, 49,1% di
India, dan 60% di Pakistan[19]
1.2 Perumusan masalah
Menurut American College Health Association–National College Health Assessment
(ACHA–NCHA) pada tahun 2011 menemukan setidaknya dalam 2-4 tahun sekitar 30%
mahasiswa merasa depresi sehingga sulit untuk melakukan aktivitas[13]. Depresi dapat
beakibat pada menurunnya prestasi akademik mahasiswa, setidaknya 3 studi mengatakan
bahwa mahasiswa dengan gangguan depresi akan sangat sulit meraih prestasi akademis[14][15].
Faktor stressor yang dapat memicu terjadinya depresi selama menjadi mahasiswa seperti
tingginya tuntutan akademik, tinggal jauh dari keluarga, berubahnya kehidupan sosial
disekitar, pernyesuaian diri dengan lingkungan baru, orang baru, ide baru dan kekhawatiran
diri setelah lulus[16][17]. Faktor seperti penyesuaian diri terhadap lingkungan baru sering terjadi
pada mahasiswa baru yang mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru yang asing dan
kemudian sulit beradaptasi yang kemudian menjadi mengucilkan diri dari lingkungan dan
sosial baru disekitar dan menjadi kurang percaya diri. Akibat dari gagalnya adaptasi tersebut
bisa memicu mahasiswa memilih keputusan yang buruk seperti dengan penggunaan obat
telarang atau minuman keras. Data National Center on Addiction and Substance Abuse
(CASA) melaporkan setidaknya ada 21% kasus penggunaan obat terlarang dan 45% kasus
minuman keras pada mahasiswa dalam 10 tahun terakhir[20].
1.3.Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan depresi pada mahasiswa
kedokteran universitas Trisakti angkatan 2013-2014.
1.3.2 Tujuan khusus
Mengetahui hubungan tempat tinggal dan tingkat depresi
1.4. Hipotesis
Terdapat hubungan antara tempat tinggal dan tingkat depresi
1.3 Manfaat penelitian
1.3.1 Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini sebagai referensi tambahan ilmu pengetahuan di bidang psikiatri
dan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya
1.3.2 Bagi profesi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pelayanan kesehatan untuk
lebih memperhatikan kejadian depresi pada mahasiswa agar tidak mengalami keterlambatan
dalam diagnosis sehingga fokus dalam belajar dan menuntut ilmu tidak terganggu dan
mampu mengejar prestasi.
1.3.3 Bagi masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat agar paham bahwa
depresi dapat terjadi pada usia muda sehingga masyarakat, terutama anggota keluarga dan
kerabat dapat memberikan dukungan moril dan semangat. Juga para mahasiswa agar lebih
memperhatikan faktor risiko serta tanda-tanda yang mengarah ke depresi dan kesadaran
pentingnya penatalaksanaan yang lebih baik
1.3.4 Bagi penulis
Sebagai pengalaman dalam menulis dan menganalisis hasil penelitian di bidang
kedokteran, terutama di bidang psikiatri atau pendidikan
Daftar pustaka
1. National Mental of Institute [Internet], Bethesda, [updated 2011, cited 2014 May 24]. Available from: http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/index.shtml
2. Halverson JL, Bienenfield, D, editors. Depression: background [Internet]. California. Medscape: 2014 [cited 2014 May 24]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#aw2aab6b2b2
3. World Health Organization [internet], Geneve, [Updated 2004, cited 2014 May 24) avaiable from: http://www.who.int/entity/healthinfo/global_burden_disease/gbddeathdalycountryestimates2004.xls
4. Halverson JL, Bienenfield, D, editors. Depression: Epidemiology [Internet]. California. Medscape: 2014 [cited 2014 May 24]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#a0156
5. Current depression among adults---United States, 2006 and 2008. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. Oct 1 2010;59(38):1229-35.
6. Dal Kashani JH, Sherman DD. Childhood depression: Epidemiology, etiological models, and treatment implications. Integr Psychiatry. 1988;6:1-8
7. Hankin BL, Abramson LY, Moffitt TE, Silva PA, McGee R, Angell KE. Development of depression from preadolescence to young adulthood: emerging gender differences in a 10-year longitudinal study. J Abnorm Psychol. Feb 1998;107(1):128-40.
8.Kuehner C. Gender differences in unipolar depression: an update of epidemiological findings and possible explanations. Acta Psychiatr Scand. 2003 Sep;108(3):163-74.
9. Siegel JM, Aneshensel CS, Taub B. Adolescent depressed mood in a multiethnic sample. J Youth Adolesc. 1998;2
10. Schmidt, Peter. "Mood, Depression, and Reproductive Hormones in the Menopausal Transition". The American journal of medicine. 2005; 118 Suppl 12B (12): 54–8
11. Rashid, T.; Heider, I.. "Life Events and Depression". Annals of Punjab Medical College 2. 2008
12. Hill, J. Current Opinion in Psychiatry 16 (1): 3–6 2003[cited 2014 May 24] avaiable from http://journals.lww.com/co-psychiatry/Abstract/2003/01000/Childhood_trauma_and_depression.2.aspx
13. American College Health Association. American College Health Association-National College Health Assessment II: Reference Group Executive Summary Fall 2011. Hanover, MD: American College Health Association; 2012
14. Eisenberg D, Gollust SE, Golberstein E, Hefner JL. Prevalence and correlates of depression, anxiety, and suicidality among university students. Am J Orthopsychiatry. 2007 Oct;77(4):534–42. PubMed PMID: 18194033
15. Cranford JA, Eisenberg D, Serras AM. Substance use behaviors, mental health problems, and use of mental health services in a probability sample of college students. Addict Behav. 2009 Feb;34(2):134–45. Epub 2008 Sep 17. PubMed PMID: 18851897
16. University health service UHS [internet]. Columbia [updated 2004, cited 2014 june 14). avaiable from https://uhs.berkeley.edu/home/healthtopics/pdf/depresstudents.pdf
17. Mowbray CT, Megivern D, Mandiberg JM, Strauss S, Stein CH, Collins K, Kopels S, Curlin C, Lett R. Campus mental health services: recommendations for change. Am J Orthopsychiatry. 2006 Apr;76(2):226–37. PubMed PMID: 16719642.
18. Dahlin, M. Joneborg, N, et al“Stress and depression among medical students: a cross-sectional study,” Medical Education, vol. 39, no. 6, pp. 594–604, 2005
19. Saravanan C, Wilks R “Medical Students’ Experience of and Reaction to Stress: The Role of Depression and Anxiety, “Scientific World Journal. 2014 Jan 29;2014:737382. doi: 10.1155/2014/737382. eCollection 2014
20. Tartakovsky, M. (2008). Depression and Anxiety Among College Students. Psych Central. Retrieved on June 14, 2014, from http://psychcentral.com/lib/depression-and-anxiety-among-college-students/0001425