BAB I Depresi
-
Upload
muhammad-luqman-nul-hakim -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of BAB I Depresi
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi dikenal sebagai keluhan umum yang sering dialami masyarakat. Wanita memiliki
kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar daripada pria untuk mengalami depresi.
Perbedaan dalam resiko relatif antara pria dan wanita bermula pada awal usia remaja dan
bertahan hingga paling tidak usia pertengahan. Meski perbedaan hormonal atau perbedaan
biologis lainnya yang terkait dengan jenis kelamin kemungkinan berpengaruh, namun perbedaan
gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyak jumlah stres yang dihadapi wanita dalam
kehidupan. Orang-orang yang lebih muda mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh
dari pada kelompok yang lebih tua, dan kecil kemungkinan penyakitnya kambuh.1
Pasien depresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir untuk mati dan bunuh diri. Tanda dan gejala lain
termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif
(termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologi yang lain). Gangguan ini hampir selalu
menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. Neurotransmitter yang
mungkin berkurang pada gangguan depresi adalah norepineprin, dopamin, dan serotonin.1
Selama beberapa dekade terakhir para peneliti berupaya memahami peran berbagai
neurotransmiter dalam gangguan mood. Ada dua transmiter yang paling banyak dipelajari, yaitu
norepineprin dan serotonin. Teori norepineprin merupakan yang paling relevan dengan gangguan
bipolar, dan secara umum, dinyatakan bahwa kadar norepineprin yang rendah memicu depresi
dan kadar yang tinggi memicu mania. Teori serotonin menyatakan bahwa kadar serotonin yang
rendah menimbulkan depresi.2
Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi akan
sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain. Banyak gangguan
medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat menghasilkan gejala depresi. Biasanya
pasien datang dengan gangguan depresi pertama kali pergi ke dokter umum dengan keluhan
somatik, mereka mengeluh gangguan sistem endokrin, gangguan infeksi dan peradangan, serta
penyakit medis lain seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal.1
Baik depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain harus
diobati dengan sungguh-sungguh, karena depresi dapat mempengaruhi dan memperburuk
1
penyakit organik yang sudah ada. Pemilihan obat anti depresan yang tepat sangat diperlukan agar
mendapatkan efek terapi yang optimal dan menghindari efek samping yang mungkin timbul.1
2