BAB I baru
-
Upload
cummy-moetz-banget -
Category
Documents
-
view
310 -
download
8
Transcript of BAB I baru
BAB I
PENDAHULUAN
Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak –
anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar,
terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.
Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi
rumah sakit atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan
keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan
jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-
Tenggorok atau penyakit Saraf.
Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual,
muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan
apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis
batang otak.
Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda
misalnya pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau
merasakan badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.
Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling
tergantung. Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan
persepsi gravitasi. Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot
member informasi menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya.
Yang ketiga, penglihatan member persepsi dari sensasi posisi, kecepatan, dan
orientasi. Yang terakhir, semua sensasi ini di integrasikan pada batang otak dan
serebelum.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Vertigo ialah ilusi bergerak. Ada yang menyebutnya sebagai halusinasi
gerakan. Penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal
lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak padahal tidak.
Pada umumnya vertigo dijelaskan sebagai adanya ketidakseimbangan atau
gangguan keseimbangan. Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti sensasi
bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila penderita merasa dirinya yang
bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita melihat sekelilingnya
yang bergerak atau berputar. 1
2.2 Anatomi dan Fisiologi Keseimbangan
Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo : 1,2
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum, reseptor
cahaya di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.
2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat keseimbangan di
otak: saraf vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri,
hipotalamus, pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius, formation
retikularis.
2
2.2.1 Anatomi Vestibular
Gambar 1. Gambaran apparatus vestibularis
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibular di labirin, organ visual
dan propioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di Sistem Saraf Pusat (SSP), sehingga menggambarkan keadaan posisi
tubuh pada saat itu.5,6
Sistem vestibular terdiri dari labirin, saraf, vestibularis, dan jaras
vertibularis sentral. Labirin terletak dalam tulang petrosa dan terdiri dari
utrikulus, sakulus dan tiga kanalis semisirkularis. Labirin adalah organ
membranosa yang terpisah dari labirin tulang oleh ruangan tipis yang diisi oleh
perilimfe. Organ itu sendiri diisi oleh endolimfe. Cairan endolimfe ini disekresi
oleh sel epitel. Seperti halnya cairan serebrospinal, endolimfe disekresikan
secara terus menerus dan didrainase dari telinga ke dalam sinus venous di dalam
dura mater. 7
Pada setiap sisi, kanalis semisirkularis meluas dalam berbagai bidang.
Kanalis anterior tegak lurus, kanalis posterior sejajar, dan kanalis lateral
horizontal terhadap aksis tulang petrosa. Tulang petrosa miring 45o ke anterior,
sehingga kanalis anterior pada satu sisi terletak pada bidang yang sama dengan
3
kanalis posterior sisi yang lain dan sebaliknya. Kanalis horizontal kedua sisi
terletak pada bidang yang sama. 7
Organ reseptor mempertahankan keseimbangan tubuh dan terletak dalam
urtikulus, sakulus dan dalam ampula kanalis semisirkularis. Pada kedua urtikuli
dan sakuli, organ reseptor adalah maculae staticae. Makula dari urtikulus
mengisi lantai urtikulus, sejajar dengan basis kranium. Makula sakulus mengisi
dinding medial dari sakulus dalam posisi vertikal. Sel rambut dari masing-
masing makula tertanam dalam membran dalam membran gelatinosa yang berisi
otolit (kristal kalsium karbonat) dan dikelilingi oleh sel-sel penunjang. Reseptor
ini mengirim impuls statik secara sentral dan memberikan informasi tentang
posisi dari kepala dalam ruangan; impuls ini juga mempengaruhi tonus otot. 7
Tiga kanalis semisirkularis dihubungkan dengan urtikulus. Setiap ujung
yang melebar atau ampula mengandung suatu reseptor yang disebut krista. Sel
rambut dari setiap krista ampularis tertanam dalam materi gelatinosa yang
membentuk kupula tinggi, yang tidak mengandung otolit. Sel rambut dari krista
sensitif terhadap pergerakan endolimfe di dalam kanalis semisirkularis. Semua
itu adalah reseptor kinetik. Impuls yang dihasilkan oleh reseptor dalam labirin
merupakan stimuli pada arkus refleks yang mengatur otot-otot mata, leher, dan
tubuh sedemikian rupa sehingga keseimbangan dapat dipertahankan tanpa
tergantung posisi atau pergerakan kepala. 7
4
Gambar 2. Pengaturan Sistem Saraf Pusat untuk Keseimbangan
Ganglion vestibularis (ganglion Scarpa), terletak dalam meatus akustikus interna
dan mengandung sel bipolar. Semua serat perifernya berhubungan dengan
reseptor dalam aparatus vestibular, dan serat-serat sentralnya membentuk saraf
vestibularis. Bersama dengan saraf koklearis, saraf vestibularis berjalan melewati
meatus akustikus interna ke arah ke arah pontoserebelaris, dimana saraf
vestibular memasuki batang otak pada sambungan pontomedular dalam
perjalanannya ke nukleus vestibularis dekat lantai ventrikel keempat. 7
Kompleks nuklear vestibularis terdiri dari:
1. Nukleus vestibularis superior (nukleus Bechterew)
2. Nukleus vestibularis lateral (nukleus Deiter)
3. Nukleus vestibularis medial (nukleus Scwalbe)
4. Nukleus vestibularis inferior (nukleus Roller)
Serat saraf vestibularis terbagi sebelum berakhir pada kelompok sel nukleus
vestibularis, dari sini neuron kedua berlanjut. Pola anatomi yang tepat dari serat
aferen dan eferen dalam nukleus ini belum jelas secara sepenuhnya. Beberapa
serat dari saraf vestibularis mengirimkan impuls secara langsung melalui traktus
jukstarestiformis, yang terletak dekat pedungkel serebelaris inferior dan berjalan
ke lobus flokulonodular dari serebelum (arkiserebelum). Stimulasi eferen dari
nukleus fastigialis Russel kembali ke nukleus vestibularis, dan melalui saraf
vestibularis ke sel rambut dari labirin menggunakan pengaruh regulator, terutama
inhibisi. Arkiserebelum juga menerima serat sekunder dari nukleus vestibularis
superior, medial, dan inferior. Arkiserebelum mengembalikan stimuli eferen
secara langsung ke kompleks nukleus vestibularis dan ke neuron motorik spinalis
melalui hubungan serebeloretikularis dan retikulospinalis. Dalam nukleus
vestibularis lateral (nukleus Deiter), berasal traktus vestibulospinalis lateral yang
penting. Traktus ini berjalan turun ipsilateral dalam funikulus anterior ke
motoneuron spinalis gamma dan alfa, sejauh segmen sakralis. Traktus ini
5
mempunyai pengaruh yang mempermudah refleks ekstensor dan menjaga tonus
otot cukup tinggi pada seluruh tubuh untuk mempertahankan keseimbangan.
Serat nukleus vestibularis medial (nukleus Schwalbe) bergabung dengan
fasikulus longitudinalis medialis pada masing-masing sisi, berhubungan dengan
sel-sel motorik dari kornu anterior segmen servikalis, dan berjalan turun sebagai
traktus vestibulospinalis medial ke dalam bagian rostral medula spinalis bagian
torakalis. Serat-serat ini terletak dekat sulkus medianus anterior dari medula
spinalis bagian servikalis. Serat-serat ini membentuk fasikulus sulkomarginalis,
yang berjalan turun dan berakhir dalam bagian rostral medula spinalis bagian
torakalis. Serat-serat ini mempengaruhi tonus otot leher, sesuai dengan berbagai
posisi dari kepala, dan mungkin juga merupakan bagian dari arkus refleks yang
membantu mempertahankan keseimbangan dengan memulai gerakan kompensasi
dari lengan. 7 Bersama dengan bagian flokulonodular dari serebelum, nukleus
vestibularis membentuk kompleks yang sangat penting untuk keseimbangan dan
tonus otot-otot skeletal. Semua nukleus vestibularis dihubungkan dengan nukleus
saraf motorik okular oleh fasikulus longitudinalis medialis. Beberapa serat
terlihat berhubungan dengan nukleus Cajal dan nukleus Darkschewitsch dan
berlanjut ke talamus.7
2.2.2 Fisiologi Vestibular
Sel rambut di dalam kanalis semisirkularis dan organ otolit memiliki fungsi
seperti sel rambut dari organ Corti. Ketika sel rambut membelok ke satu arah, sel
mengalami depolarisasi yang disebabkan oleh karena voltage gated Ca2+ terbuka.
Pembukaan dari voltage gated Ca2+ mengakibatkan pelepasan dari
neurotransmiter meningkat dan neuron sensoris meningkatkan lepas muatannya. 8
2.2.2.1 Kanalis semisirkularis sebagai perasa fungsi rotasi6
Gambar 3. Diagram Pergerakan Endolimfe di dalam Ampulla
Ketika kepala berputar tulang tengkorak dan dinding membran ikut berputar,
sedangkan cairan di dalam labirin tidak dapat mengikuti karena tidak dapat
mengikuti disebabkan oleh karena inertia dari cairan tersebut, di dalam ampula
dari apparatus vestibular tarikan dari cairan endolimfe menarik kupula dan sel
rambutnya ke arah yang berlawanan dari arah kepala berputar. 8
2.2.2.2 Organ otolit sebagai perasa percepatan linear dan posisi kepala
Organ otolit dari utrikulus dan sakulus diatur sedemikian rupa agar dapat
merasakan pergerakan linear. Makula dari utrikulus terletak dalam posisi
horisontal ketika kepala berada dalam posisi tegak normal. Ketika kepala
digerakkan kebelakang gravitasi menyebabkan otolit di substansi gelatin bergeser
ke belakang. Hal ini mengakibatkan silia dari sel rambut membelok dan
melepaskan signal. Makula daripada sakulus terorientasi secara vertikal ketika
kepala tegak dan sensitif terhadap gerakan vertikal, seperti misalnya ketika
sedang berada di dalam elevator yang bergerak turun. Sel rambut dari apparatus
vestibular menstimulasi neuron sensori primer di nervus vestibularis. Neuron –
neuron tersebut bersinaps di nukleus vestibularis dari medulla atau berjalan tanpa
bersinaps di serebelum. Jaras kolateral berjalan dari medula ke arah serebelum 7
atau naik keatas melalui formasi retikularis dan thalamus. Jaras desenden dari
nukleus vestibularis mengarah ke neuron motoris tertentu yang berhubungan
dengan gerakan mata. Jaras ini membantu agar mata terfokus pada obyek tertentu
ketika kepala berputar. 8
2.3 PATOFISIOLOGI dan ETIOLOGI
Keseimbangan yang normal membutuhkan bahwa kita secara akurat dapat
mengidentifikasi posisi kita terhadap lingkungan, dapat mengidentifikasi gerakan kita
dan mengontrol gerakan kita. Tugas ini dilakukan oleh seperangkat system saraf yang
mengkoordinasi informasi sensorik mengenai kita dan lingkungan. 3,4
Penglihatan (vision) mensuplai informasi mengenai posisi dan gerakan objek,
somato-sensorik (rasa raba dan proprioseptif) member masukan mengenai posisi dari
tubuh serta bagian-bagiannya, dan input dari vestibular memberikan informasi
mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi, input sensorik
ini kemudian diolah di otak, yang kemudian menciptakan tingkah yang dibutuhkan
untuk mempertahankan keseimbangan dan orientasi sewaktu kita melakukan kegiatan
atau aktivitas sehari-hari.
Tetapi bila oleh suatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, impuls yang
berasal dari kanalis semisirkularis mencapai nucleus motorik otot-otot mata
(nistagmus), medula spinalis (rasa tidak mantap dari kecenderungan untuk jatuh pada
waktu berjalan dan berdiri) dan pusat otonom dalam formation retikularis
(berkeringat, pucat).
Dimana vertigo dapat timbul bila terjadi gangguan pada alat-alat vestibuler
atau pada serabut-serabut yang menghubungkan nucleus vestibularis dengan pusatnya
di serebelum atau korteks cerebri.
Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokan menjadi: 3,4
1. fisiologis, seperti mabuk kendaraan
8
2. kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan dibagian perifer dari
susunan vestibularis, diantaranya:
a. Penyakit-penyakit telinga
b. Neuronitis vestibularis
c. Vertigo posisional benigna
d. Penyakit meniere
3. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan dibagian sentral dari
susunan vestibularis, antara lain:
a. Neoplasma
b. Migen basiler
c. Gangguan di serebelum
d. Epilepsy
e. Stroke batang otak atau TIA didaerah arteri vertebra basilaris
f. Spondilitis servikalis, dll
4. Kelompok penyakit sistemik yang menimbulkan gangguan dibagian perifer
atau sentral seperti: Diabetes Mellitus, hipoglikemia, anemia, hipotensi
postural, dll.
2.4 PENYEBAB VERTIGO
1. Penyakit system vestibular perifer
Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII (karena
trauma, infeksi)
2. Penyakit susunan saraf pusat :
Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.
3. Kelainan endokrin (hormonal) :
9
Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.
4. Kelainan psikiatri :
Depresi, neurosa, cemas, fobia.
5. Kelainan mata.
6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :
Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol, gentamisin kinin.
2.5 KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau
otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular). 3,4
1. VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala
lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.
Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi.
Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam
melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut
(dysdiadokinesia).
Percobaan tunjuk – hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan
kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan
terlihat adanya gejala atakia.
10
2. VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda.
Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga
diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis
vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat.
Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya
ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada
pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Benign positional vertigo adalah bentuk vertigo yang menyerang dalam jangka
waktu pendek namun berulang-ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan detik
tetapi bisa cukup berat, seringkali muncul setelah kita terserang infeksi virus atau
adanya peradangan dan kerusakan di daerah telinga tengah. Gejalanya bisa
muncul jika kita menggerakkan kepala tiba-tiba, misalnya saat menoleh dengan
gerakan yang cepat.
11
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1. Anamnesa
Kata-kata yang digunakan penderita untuk menyatakan vertigo atau gangguan
keseimbangan lainnya beragam. Harus ditanyakan apakah ada pengaruh sikap atau
perubahan sikap terhadap munculnya vertigo. Posisi mana yang dapat memicu
vertigo. Penting ditanyakan keadaan apalagi, selain perubahan posisi, yang dapat
membuat gejala vertigo bertambah berat. Sesekali ditemukan penderita mengeluh
bahwa masukan visual saja cukup untuk mencetuskan vertigo. Keluhan rasa tidak
stabil pada gangguan vestibular menjadi lebih buruk bila fiksasi penglihatan
dihilangkan. Lain halnya gangguan serebelum, ketidakseimbangan tidak dipengaruhi
oleh atau bertambah buruk oleh fiksasi visual. Salah satu keadaan yang dapat
mengganggu penderita dengan gangguan vestibular ialah rasa disorientasi (orientasi
terganggu). Ada penderita yang aparat vestibular perifernya rusak, mengeluhkan
osilopsia (= suatu ilusi bahwa benda yang diam tampaknya bergerak maju mundur).
Gangguan vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek/mual) dan bila dapat
mengakibatkan muntah, keadaan ini lebih mencolok pada lesi perifer dan kurang pada
penyakit serebelar. Vertigo yang berasal dari gangguan di telinga dalam umumnya
timbul mendadak. Permulaan yang gradual cenderung berasal dari susunan saraf
pusat. Gejala yang timbul intermiten dijumpai pada penyakit telinga dalam. Dan
gejala yang terus menerus dicurigai adanya kelainan di susunan saraf pusat.
Umumnya lebih sentral letak kelainannya, lebih lama berlangsungnya keluhan
vertigo. Bila keluhan vertigo meningkat bila penderita berubah posisi, hal ini
menunjukkan bahwa gangguan ada di system vestibular, baik yang perifer maupun
yang sentral. Bila vertigo timbul hanya pada posisi tertentu, dicurigai ada disfungsi
otolit, seperti pada vertigo posisional benigna. 1,3,4
12
2.6.2 Pemeriksaan Fisik1,3,4
1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus
Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya “jerk” dan pedunlar),
menurut bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan,
amplitude dan lamanya nistagmus berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf
pusat (sentral) yaitu nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah,
nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular
perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.
2. Tes Romberg dipertajam
Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit
kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan dilipat
pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang normal mampu berdiri dalam sikap
Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
3. Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah
dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan tidak
beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular.
Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau
badan terputar lebih dari 30 derajat.
4. Salah tunjuk (past – pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk
pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi
dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah
tunjuk (deviasi) demikian juga dengan gangguan serebelar.
5. Tes kalori
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat (tujuannya
ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertical, dengan demikian
13
dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi yang diakibatkan oleh
endolimf). Tabung suntik berukuran 20 ml dengan ujung jarum yang dilindungi
dengan karet berukuran nomor 15 diisi dengan air bersuhu 30° C. air disemprotkan ke
liang telinga dengan kecepatan 1 ml/detik. Arah nistagmus ialah ke sisi yang
berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri. Arah gerakan dicatat, frekuensinya juga
(biasanya 3-5x/detik), dan lamanya biasanya1/2-2 menit. Setelah beristirahat 5 menit,
telinga kedua dites.
6. Elektronistagmografi
Pada pemeriksaan ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya serta
cepatnya nistagmus yang timbul dicatat pada kertas, menggunakan teknik yang mirip
dengan elektrokardiografi.
7. Maneuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan
gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita
disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala
bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon
kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan
diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka
matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.
14
Gambar 4. Manuver Dix-Hallpike untuk memeriksa BPPV kanalis posterior
kanan
8. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang memainkan peranan
penting, yaitu sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Dengan tes posturografi
dapat dievaluasi sistem visual, vestibular dan somatosensorik.
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Terapi kausal
Obati penyebab dasarnya
2. Terapi simptomatik (medikamentosa)
15
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat
terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :
1. ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang
dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,
siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas
antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk).
BETAHISTIN
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi
di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping
Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)
Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)
Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.
DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg –
50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul)
– 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek
samping mengantuk.16
2. ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung
banyak terowongan kalsium.
CINNARIZINE (STUGERONE)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali
sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa
cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.
3. FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic (anti muntah). Namun
tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea namun kurang
berkhasiat terhadap vertigo.
PROMETHAZINE (PHENERGAN)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama
aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1
draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),
sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat
Fenotiazine lainnya.
KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.
Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
17
intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari.
Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
4. OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
EFEDRIN
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo
lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi
gelisah – gugup.
5. OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang
diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering
dan penglihatan menjadi kabur.
LORAZEPAM
Dosis dapat diberikan 0,5-1 mg
DIAZEPAM
Dosis dapat diberikan 2-5 mg.
· OBAT ANTI KHOLINERGIK
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
18
SKOPOLAMIN
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan
mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg-0,6 mg, 3-4 kali
sehari.
3. Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan
keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang
kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual
atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu
latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan
latihan ialah : 1,3,4
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
19
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.
2.8 Pencegahan vertigo
Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:
Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi.
Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri
dari tempat tidur.
Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda
dari ketinggian.
Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau
bila leher dalam posisi mendongak.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : SF
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Status dibuat : 23 april 2011
AUTO/HETEROANAMNESIS
Penyakit Sekarang
Keluhan Utama :
Pusing berputar
Perjalanan penyakit:
Pasien datang sadar dengan keluhan pusing berputar sejak 3 hari yang lalu. Muncul
pertama kali sejak pasien bangun dari tidur kemudian bertambah berat saat pasien
memasak didapur. pusing dirasakan berputar sehingga membuat pasien merasa
sempoyongan dan akan terjatuh. Keluhan pusing dikatakan bertambah berat bila
pasien menoleh kanan-kiri, bangun dari tidur secara tiba-tiba dan saat pasien duduk.
Pasien mengatakan keluhan yang dirasakannya membaik bila pasien tidur dengan
memejamkan mata dan menghadap ke satu arah tetapi sensasi berputar tetap
dirasakan oleh pasien. Pasien juga mengatakan bila pasien berjalan harus memegang
sesuatu agar tidak terjatuh. Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur dan mengeluh
silau.
21
Selain itu pasien juga mengeluh mual-mual sejak 2 hari yang lalu dan bahkan
sampai muntah. Karena keluhan ini pasien menjadi sedikit makan dan minum karena
takut akan dimuntahkan lagi. Pasien juga mengeluh belakangan ini tidurnya
terganggu karena keluhan pusing dan mual-muntahnya. Pasien menyangkal adanya
telinga berdengung dan penurunan pendengaran.
Pasien mengatakan sebelum munculnya gejala-gejala diatas tidak pernah
mengalami lemah separuh tubuh. Pasien tidak pernah mengalami cidera/ trauma
kepala, tidak pernah mengkonsumsi obat-obat untuk gangguan jiwa. Riwayat kejang
muntah menyemprot dan tidak sadarkan diri disangkal.
Riwayat kesehatan sebelumnya :
Pasien mengatakan belum pernah memeriksakan penyakitnya tersebut. Riwayat
penyakit darah tinggi, kencing manis, maupun jantung disangkal.
Riwayat kesehatan keluarga:
Dikeluarga pasien tidak ada keluhan serupa. Riwayat penyakit darah tinggi,
kencing manis, maupun jantung disangkal.
Riwayat sosial
Pasien bekerja sebagai wiraswasta, riwayat merokok atau mengkonsumsi alkohol
disangkal.
STATUS PRESENT
Berat : 47 Kg Pernapasan
Tinggi : 155 cm Frekuensi : 20x/menit
Tekanan Darah Jenis : torakoabdominal
Kanan : 130/80 mmHg Pola : reguler
Kiri : 130/80 mmHg Suhu : 36,5º C
Nadi
Kanan : 80x/menit
Kiri : 80x/menit
Kepala
22
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, hiperemis -/-, reflek pupil +/+ isokor
THT : kesan tenang
Mulut : dalam batas normal
Leher
Arteri karotis komunis kanan : normal
Arteri karotis komunis kiri : normal,
Tanda kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), deformitas (-).
Thorax : simetris
Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), aritmia.
Paru : vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+)
Hepar : ttb
Lien : ttb
Genitalia : bde
Ekstremitas : hangat (+)
Kulit : normal
STATUS NEUROLOGIKUS
A. KESAN UMUM
Kesadaran : compos mentis (GCS : E4V5M6)
Kecerdasan : sesuai pendidikan
Kelainan Jiwa : tidak ada
Kaku dekortikasi : tidak ada
Kaku deserebrasi : tidak ada
Refleks leher tonik : tidak ada
(Magnus-deKleijn)
Pergerakan mata boneka : tde (os sadar)
Deviation conjugee : tidak ada
Krisis okulogirik : tidak ada
Opistotonus : tidak ada
KRANIUM
Bentuk : normochepali Simetri : simetris
23
Fontanel : tertutup Kedudukan : normal
Perkusi : pekak Palpasi : normal
Transiluminasi : negatif Auskultasi : bruit (-)
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. RANGSANGAN SELAPUT OTAK
Kaku kuduk : tidak ada Brudzinski I : tidak ada
Tanda kernig : tidak ada Brudzinski II : tidak ada
2. SARAF OTAK
kanan kiri
Nervus I (Olfaktorius)
Subyektif Normal Normal
Obyektif Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Nervus II (Optikus)
Visus 6/6 6/6
Kampus Dalam batas normal Dalam batas normal
Hemianopsia Negatif Negatif
Melihat warna Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Skotom Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Fundus Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)
Kedudukan bola mata Normal Normal
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Celah mata Normal Normal
Ptosis Negatif Negatif
Pupil
24
Bentuk
Ukuran
Bulat
3mm
Bulat
3mm
Reflek Pupil Reflek cahaya (+) isokor Reflek cahaya (+) isokor
Reaksi cahaya langsung Positif Positif
Reaksi cahaya konsensuil Positif Positif
Reaksi pupil akomodatif/konvergensi Normal Normal
Reaksi pupil Marcus-Gunn Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Tes Wartenberg Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Nervus V (Trigeminus)
Motorik Normal Normal
Sensibilitas Normal Normal
Refleks kornea
Langsung Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Konsensuil Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Refleks kornea mandibular Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Reflek bersin Positif Positif
Reflek nasal becterew Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Reflek maseter Positif Positif
Trismus Negatif Negatif
Refleks menetek Negatif
Refleks ‘snout’ Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nervus VII (Fasialis)
Otot wajah dalam istirahat Simetris Simetris
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
25
Menutup mata Simetris Simetris
Meringis Simetris Simetris
Bersiul / mencucur Simetris Simetris
Gerakan involunter
Tic Negatif Negatif
Spasmus Negatif Negatif
Indera pengecap
Asam Normal Normal
Asin Normal Normal
Pahit Normal Normal
Manis Normal Normal
Sekresi air mata Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Hiperakusis Negatif Negatif
Tanda Chvostek Negatif Negatif
Reflek Glabela Negatif
Nervus VIII (Vestibulokokhlearis)
Mendengarkan suara bisik /
gesekan jari tangan
Normal Normal
Tes garpu tala
Rinne Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Schwabach Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Weber Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Bing Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Tinitus Tidak ada Tidak ada
Keseimbangan Ada Ada
26
Vertigo Ada
Nervus IX,X,XI,XII (Glosofaringeus, Vagus, Asesorius, Hipoglosus)
Langit-langit lunak Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Menelan Normal Normal
Disartri Tidak ada Tidak ada
Disfoni Tidak ada Tidak ada
Lidah
Tremor Tidak ada
Atropi Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada
Ujung lidah dalam istirahat Simetris
Ujung lidah sewaktu dijulurkan
keluar
Simetris
Reflek muntah Belum dapat dievaluasi
Mengangkat bahu Normal Normal
Fungsi m.
Sternokleidomastoideus
Normal Normal
Inervasi simpatetik Normal Normal
Inervasi parasimpatetik Normal Normal
3. ANGGOTA ATAS
Kanan Kiri
Simetris Simetris Simetris
Tenaga
M. deltoid 5 5
M. biseps 5 5
M. triseps 5 5
Fleksi pergelangan tangan 5 5
Ekstensi pergelangan tangan 5 5
27
Membuka jari-jari tangan 5 5
Menutup jari-jari tangan 5 5
Tonus Normal Normal
Tropik Simetris Simetris
Refleks Normal Normal
Biseps Normal Normal
Triseps Normal Normal
Radius Normal Normal
Ulna Normal Normal
Leri Negatif Negatif
Mayer Negatif Negatif
Hoffman-Tromner Negatif Negatif
Memegang Negatif Negatif
Palmomental Negatif Negatif
Sensibilitas
Perasa raba Normal Normal
Perasa nyeri Normal Normal
Perasa Suhu Normal Normal
Perasa proprioseptif Normal Normal
Parestesia Negatif Negatif
Koordinasi
Tes hidung-telunjuk-hidung Normal Normal
Vegetatif Normal Normal
Gerakan Involunter:
Tremor Tidak ada Tidak ada
Khorea Negatif Negatif
Atetosis Negatif Negatif
Balismus Negatif Negatif
Mioklonus Negatif Negatif
Distonia Negatif Negatif
Spasmus Negatif Negatif
4. BADAN28
Keadaan kolumna vertebralis
Kelainan lokal Negatif
Nyeri tekan/ketok lokal Negatif
Gerakan:
Fleksi Normal
Ekstensi Normal
Deviasi lateral Normal
Rotasi Normal
Kanan Kiri
Keadaan otot-otot Normal Normal
Refleks kulit dinding perut atas Normal Normal
Refleks kulit dinding perut bawah Normal Normal
Refleks kremaster Belum dapat dievaluasi
Refleks anal Belum dapat dievaluasi
Sensibilitas
Perasa raba Normal
Perasa nyeri Normal
Vegetatif
Kandung kencing Belum dapat dievaluasi
Rektum Belum dapat dievaluasi
Genitalia Belum dapat dievaluasi
Gerakan involunter Negatif
5. ANGGOTA BAWAH
Kanan Kiri
Simetri Simetri
Tenaga
Fleksi panggul 5 5
Ekstensi panggul 5 5
29
Fleksi lutut 5 5
Ekstensi lutut 5 5
Plantar-fleksi kaki 5 5
Dorso-fleksi kaki 5 5
Gerakan jari-jari kaki 5 5
Tonus Normal Normal
Trofik Simetris Simetris
Refleks
Lutut (KPR) Normal Normal
Achilles (APR) Normal Normal
Babinski Negatif Negatif
Oppenheim Negatif Negatif
Chaddock Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif
Schaefer Negatif Negatif
Stransky Negatif Negatif
Gonda Negatif Negatif
Bing Negatif Negatif
Mendel-Bechterew Negatif Negatif
Rossolimo Negatif Negatif
Klonus
Paha Normal Normal
Kaki Normal Normal
Sensibilitas
Perasa raba Normal Normal
30
Perasa nyeri Normal Normal
Perasa proprioseptif Normal Normal
Parestesia Negatif Negatif
Koordinasi
Tes tumit-lutut-ibu jari kaki Normal Normal
Berjalan menuruti garis lurus Sempoyongan Sempoyongan
Berjalan memutar Melambat Melambat
Berjalan maju mundur Melambat Melambat
Jalan di tempat Sempoyongan Sempoyongan
Langkah/gaya jalan Langkah pendek/menggapai
Vegetatif Normal Normal
Gerakan involunter
Tremor Negatif Negatif
Khorea Negatif Negatif
Atetosis Negatif Negatif
Balismus Negatif Negatif
Mioklonus Negatif Negatif
Distonia Negatif Negatif
Spasmus Negatif Negatif
Tes Romberg Positif Positif
6. FUNGSI LUHUR
Afasia Negatif
Agrafia Negatif
Alexia Belum dapat dievaluasi
Apraksia Negatif
31
Agnosia Negatif
Akalkulia Negatif
7. PEMERIKSAAN LAIN
Uji Dix Hallpike Belum dapat dievaluasi
Tanda Lasegue Negatif
Tanda O’Connel
(Lasegue silang)
Belum dapat dievaluasi
Reflek palmo-mental Negatif
Reflek glabella Negatif
8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah : belum dapat dievaluasi
Urine : belum dapat dievaluasi
Feses : belum dapat dievaluasi
Sputum : belum dapat dievaluasi
Lain-lain : belum dapat dievaluasi
9. FUNGSI LUMBAL
Warna LSS : belum dapat dievaluasi
Tekanan : belum dapat dievaluasi
Q (Tes Queckenstedt) : belum dapat dievaluasi
Tes Nonne : belum dapat dievaluasi
32
RESUME :
Pasien wanita, usia 56 tahun, Islam, Jawa, Pasien datang sadar dengan keluhan pusing
berputar sejak 3 hari yang lalu. Muncul pertama kali sejak pasien bangun dari tidur
kemudian bertambah berat saat pasien memasak didapur. pusing dirasakan berputar
sehingga membuat pasien merasa sempoyongan dan akan terjatuh. Keluhan pusing
dikatakan bertambah berat bila pasien menoleh kanan-kiri, bangun dari tidur secara
tiba-tiba dan saat pasien duduk. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakannya
membaik bila pasien tidur dengan memejamkan mata dan menghadap ke satu arah
tetapi sensasi berputar tetap dirasakan oleh pasien. Pasien juga mengatakan bila
pasien berjalan harus memegang sesuatu agar tidak terjatuh. Pasien juga
mengeluhkan pandangan kabur dan mengeluh silau.Selain itu pasien juga mengeluh
mual-mual sejak 2 hari yang lalu dan bahkan sampai muntah. Karena keluhan ini
pasien menjadi sedikit makan dan minum karena takut akan dimuntahkan lagi. Pasien
juga mengeluh belakangan ini tidurnya terganggu karena keluhan pusing dan mual-
muntahnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 130/80 mmHg, dengan
nadi 80 x/menit, respiratory rate 20 x/menit, dan suhu axilla 36,5oC. Status general
pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan kesadaran pasien
compos mentis dengan GCS E4V5M6. Dari pemeriksaan tenaga dan tropik pada
ekstrimitas kanan dan kiri didapatkan hasil normal. Didapatkan pasien berjalan
sempoyongan, jalan lambat dan menggapai, pasien tidak bisa berjalan sendiri dan
harus dituntun agar tidak terjatuh. Gangguan keseimbangan ada, tes romberg positif,
vertigo ada.
DIAGNOSIS TOPIK :
Sistem vertebra-basiler
33
DIAGNOSIS BANDING :
Vertigo sentral
DIAGNOSIS MUNGKIN :
Vertigo tipe perifer
PLANNING DIAGNOSTIK :
Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, kimia darah, dan urinalisa
Pemeriksaan radiologi : - Ro. Kepala AP/Lat
- CT scan kepala
PENATALAKSANAAN
1. ondansetron 3x1
2. ketorolak 3x1 amp
3. Betahistin mesilat 3x1
4. Vitamin b1,b6,b12 2x1
PROGNOSIS
Dubia ad bonam.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis terhadap pasien didapatkan keluhan utama adalah pusing
berputar. Pusing berputar dirasakan pertama kali sejak pasien bangun dari tidur
kemudian bertambah berat saat pasien memasak didapur. pusing dirasakan berputar
sehingga membuat pasien merasa sempoyongan dan akan terjatuh. Keluhan pusing
dikatakan bertambah berat bila pasien menoleh kanan-kiri, bangun dari tidur secara
tiba-tiba dan saat pasien duduk. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakannya
membaik bila pasien tidur dengan memejamkan mata dan menghadap ke satu arah
tetapi sensasi berputar tetap dirasakan oleh pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
vertigo positif dan tes Romberg positif
Pada riwayat sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
dan dikeluarga pasien juga tidak ada mengalami gejala yang sama dengan pasien.
Pasien didiagnosis dengan vertigo tipe perifer karena vertigo yang menyerang
dalam jangka waktu pendek namun berulang-ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan
detik tetapi bisa cukup berat. Gejalanya bisa muncul jika kita menggerakkan kepala
tiba-tiba, misalnya saat menoleh dengan gerakan yang cepat.
Pada pasien ini diberikan terapi antihistamin Tidak semua obat antihistamin
mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat
dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah
sedasi (mengantuk).
35
Pemberian antiemetik bertujuan mengurangi keluhan mual-muntah dari pasien
dimana pemberiaan obat ini tidak semuanya memiliki sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk
nausea namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Pemberian analgetik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri kepala
yang dirasakan oleh pasien
Prognosis peyakit ini sendiri mengarah ke baik.
36
BAB V
PENUTUP
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan neurologis
didapatkan hasil diagnosis adalah vertigo tipe perifer. Pengobatan yang dilakukan
berupa pengobatan antihistamin, antiemetic dan analgesik. Prognosis pasien adalah
dubius ad bonam. Pasien dan keluarga perlu mendapat KIE tentang vertigo,
pencegahan dan pengobatannya.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Ngoerah, I Gst Ng Gd.1991. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya.Airlangga University Press
2. Soepardi, Efiaty A . 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Silverthorn, Dee Unglaub. 2007. Human Physiologic An Integrated Approach 4th edition. San Fransisco. Pearson Education Inc publishing as Benjamin Cummings
4. Herdman, Susan J. 1990. Treatment of Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Physical Therapyllrolume 70, Number 6/June 1990
5. Sudana, Wayan . 1991. Diagnosis dan Penanganan Vertigo Perifer. Denpasar : Lab/Smf THT Fk Unud RSU Sanglah
6. Bhattacharyya N, Baugh RF, et al.2008. Clinical practice guideline: Benign paroxysmal positional vertigo. Otolaryngology–Head and Neck Surgery (2008) 139, S47-S81
7. Verlag GT. Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Physiology, Sign and Symptoms, 2/E. Diterjemahkan oleh dr. Devy H. Ronardy dengan judul Diagnosis Topik Neurologi: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala, E/2, 1994; 122-126
8. Arif Masjoer, Suprohaita dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius
38