BAB I baru

53
BAB I PENDAHULUAN Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak –anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo. Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi rumah sakit atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf. Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual, muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis batang otak. Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau 1

Transcript of BAB I baru

Page 1: BAB I baru

BAB I

PENDAHULUAN

Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak –

anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar,

terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.

Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi

rumah sakit atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan

keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan

jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-

Tenggorok atau penyakit Saraf.

Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual,

muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan

apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis

batang otak.

Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda

misalnya pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau

merasakan badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.

Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling

tergantung. Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan

persepsi gravitasi. Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot

member informasi menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya.

Yang ketiga, penglihatan member persepsi dari sensasi posisi, kecepatan, dan

orientasi. Yang terakhir, semua sensasi ini di integrasikan pada batang otak dan

serebelum.

1

Page 2: BAB I baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Vertigo ialah ilusi bergerak. Ada yang menyebutnya sebagai halusinasi

gerakan. Penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal

lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak padahal tidak.

Pada umumnya vertigo dijelaskan sebagai adanya ketidakseimbangan atau

gangguan keseimbangan. Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti sensasi

bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila penderita merasa dirinya yang

bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita melihat sekelilingnya

yang bergerak atau berputar. 1

2.2 Anatomi dan Fisiologi Keseimbangan

Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo : 1,2

1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum, reseptor

cahaya di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.

2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat keseimbangan di

otak: saraf vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.

3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri,

hipotalamus, pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius, formation

retikularis.

2

Page 3: BAB I baru

2.2.1 Anatomi Vestibular

Gambar 1. Gambaran apparatus vestibularis

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya

tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibular di labirin, organ visual

dan propioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan

diolah di Sistem Saraf Pusat (SSP), sehingga menggambarkan keadaan posisi

tubuh pada saat itu.5,6

Sistem vestibular terdiri dari labirin, saraf, vestibularis, dan jaras

vertibularis sentral. Labirin terletak dalam tulang petrosa dan terdiri dari

utrikulus, sakulus dan tiga kanalis semisirkularis. Labirin adalah organ

membranosa yang terpisah dari labirin tulang oleh ruangan tipis yang diisi oleh

perilimfe. Organ itu sendiri diisi oleh endolimfe. Cairan endolimfe ini disekresi

oleh sel epitel. Seperti halnya cairan serebrospinal, endolimfe disekresikan

secara terus menerus dan didrainase dari telinga ke dalam sinus venous di dalam

dura mater. 7

Pada setiap sisi, kanalis semisirkularis meluas dalam berbagai bidang.

Kanalis anterior tegak lurus, kanalis posterior sejajar, dan kanalis lateral

horizontal terhadap aksis tulang petrosa. Tulang petrosa miring 45o ke anterior,

sehingga kanalis anterior pada satu sisi terletak pada bidang yang sama dengan

3

Page 4: BAB I baru

kanalis posterior sisi yang lain dan sebaliknya. Kanalis horizontal kedua sisi

terletak pada bidang yang sama. 7

Organ reseptor mempertahankan keseimbangan tubuh dan terletak dalam

urtikulus, sakulus dan dalam ampula kanalis semisirkularis. Pada kedua urtikuli

dan sakuli, organ reseptor adalah maculae staticae. Makula dari urtikulus

mengisi lantai urtikulus, sejajar dengan basis kranium. Makula sakulus mengisi

dinding medial dari sakulus dalam posisi vertikal. Sel rambut dari masing-

masing makula tertanam dalam membran dalam membran gelatinosa yang berisi

otolit (kristal kalsium karbonat) dan dikelilingi oleh sel-sel penunjang. Reseptor

ini mengirim impuls statik secara sentral dan memberikan informasi tentang

posisi dari kepala dalam ruangan; impuls ini juga mempengaruhi tonus otot. 7

Tiga kanalis semisirkularis dihubungkan dengan urtikulus. Setiap ujung

yang melebar atau ampula mengandung suatu reseptor yang disebut krista. Sel

rambut dari setiap krista ampularis tertanam dalam materi gelatinosa yang

membentuk kupula tinggi, yang tidak mengandung otolit. Sel rambut dari krista

sensitif terhadap pergerakan endolimfe di dalam kanalis semisirkularis. Semua

itu adalah reseptor kinetik. Impuls yang dihasilkan oleh reseptor dalam labirin

merupakan stimuli pada arkus refleks yang mengatur otot-otot mata, leher, dan

tubuh sedemikian rupa sehingga keseimbangan dapat dipertahankan tanpa

tergantung posisi atau pergerakan kepala. 7

4

Page 5: BAB I baru

Gambar 2. Pengaturan Sistem Saraf Pusat untuk Keseimbangan

Ganglion vestibularis (ganglion Scarpa), terletak dalam meatus akustikus interna

dan mengandung sel bipolar. Semua serat perifernya berhubungan dengan

reseptor dalam aparatus vestibular, dan serat-serat sentralnya membentuk saraf

vestibularis. Bersama dengan saraf koklearis, saraf vestibularis berjalan melewati

meatus akustikus interna ke arah ke arah pontoserebelaris, dimana saraf

vestibular memasuki batang otak pada sambungan pontomedular dalam

perjalanannya ke nukleus vestibularis dekat lantai ventrikel keempat. 7

Kompleks nuklear vestibularis terdiri dari:

1. Nukleus vestibularis superior (nukleus Bechterew)

2. Nukleus vestibularis lateral (nukleus Deiter)

3. Nukleus vestibularis medial (nukleus Scwalbe)

4. Nukleus vestibularis inferior (nukleus Roller)

Serat saraf vestibularis terbagi sebelum berakhir pada kelompok sel nukleus

vestibularis, dari sini neuron kedua berlanjut. Pola anatomi yang tepat dari serat

aferen dan eferen dalam nukleus ini belum jelas secara sepenuhnya. Beberapa

serat dari saraf vestibularis mengirimkan impuls secara langsung melalui traktus

jukstarestiformis, yang terletak dekat pedungkel serebelaris inferior dan berjalan

ke lobus flokulonodular dari serebelum (arkiserebelum). Stimulasi eferen dari

nukleus fastigialis Russel kembali ke nukleus vestibularis, dan melalui saraf

vestibularis ke sel rambut dari labirin menggunakan pengaruh regulator, terutama

inhibisi. Arkiserebelum juga menerima serat sekunder dari nukleus vestibularis

superior, medial, dan inferior. Arkiserebelum mengembalikan stimuli eferen

secara langsung ke kompleks nukleus vestibularis dan ke neuron motorik spinalis

melalui hubungan serebeloretikularis dan retikulospinalis. Dalam nukleus

vestibularis lateral (nukleus Deiter), berasal traktus vestibulospinalis lateral yang

penting. Traktus ini berjalan turun ipsilateral dalam funikulus anterior ke

motoneuron spinalis gamma dan alfa, sejauh segmen sakralis. Traktus ini

5

Page 6: BAB I baru

mempunyai pengaruh yang mempermudah refleks ekstensor dan menjaga tonus

otot cukup tinggi pada seluruh tubuh untuk mempertahankan keseimbangan.

Serat nukleus vestibularis medial (nukleus Schwalbe) bergabung dengan

fasikulus longitudinalis medialis pada masing-masing sisi, berhubungan dengan

sel-sel motorik dari kornu anterior segmen servikalis, dan berjalan turun sebagai

traktus vestibulospinalis medial ke dalam bagian rostral medula spinalis bagian

torakalis. Serat-serat ini terletak dekat sulkus medianus anterior dari medula

spinalis bagian servikalis. Serat-serat ini membentuk fasikulus sulkomarginalis,

yang berjalan turun dan berakhir dalam bagian rostral medula spinalis bagian

torakalis. Serat-serat ini mempengaruhi tonus otot leher, sesuai dengan berbagai

posisi dari kepala, dan mungkin juga merupakan bagian dari arkus refleks yang

membantu mempertahankan keseimbangan dengan memulai gerakan kompensasi

dari lengan. 7 Bersama dengan bagian flokulonodular dari serebelum, nukleus

vestibularis membentuk kompleks yang sangat penting untuk keseimbangan dan

tonus otot-otot skeletal. Semua nukleus vestibularis dihubungkan dengan nukleus

saraf motorik okular oleh fasikulus longitudinalis medialis. Beberapa serat

terlihat berhubungan dengan nukleus Cajal dan nukleus Darkschewitsch dan

berlanjut ke talamus.7

2.2.2 Fisiologi Vestibular

Sel rambut di dalam kanalis semisirkularis dan organ otolit memiliki fungsi

seperti sel rambut dari organ Corti. Ketika sel rambut membelok ke satu arah, sel

mengalami depolarisasi yang disebabkan oleh karena voltage gated Ca2+ terbuka.

Pembukaan dari voltage gated Ca2+ mengakibatkan pelepasan dari

neurotransmiter meningkat dan neuron sensoris meningkatkan lepas muatannya. 8

2.2.2.1 Kanalis semisirkularis sebagai perasa fungsi rotasi6

Page 7: BAB I baru

Gambar 3. Diagram Pergerakan Endolimfe di dalam Ampulla

Ketika kepala berputar tulang tengkorak dan dinding membran ikut berputar,

sedangkan cairan di dalam labirin tidak dapat mengikuti karena tidak dapat

mengikuti disebabkan oleh karena inertia dari cairan tersebut, di dalam ampula

dari apparatus vestibular tarikan dari cairan endolimfe menarik kupula dan sel

rambutnya ke arah yang berlawanan dari arah kepala berputar. 8

2.2.2.2 Organ otolit sebagai perasa percepatan linear dan posisi kepala

Organ otolit dari utrikulus dan sakulus diatur sedemikian rupa agar dapat

merasakan pergerakan linear. Makula dari utrikulus terletak dalam posisi

horisontal ketika kepala berada dalam posisi tegak normal. Ketika kepala

digerakkan kebelakang gravitasi menyebabkan otolit di substansi gelatin bergeser

ke belakang. Hal ini mengakibatkan silia dari sel rambut membelok dan

melepaskan signal. Makula daripada sakulus terorientasi secara vertikal ketika

kepala tegak dan sensitif terhadap gerakan vertikal, seperti misalnya ketika

sedang berada di dalam elevator yang bergerak turun. Sel rambut dari apparatus

vestibular menstimulasi neuron sensori primer di nervus vestibularis. Neuron –

neuron tersebut bersinaps di nukleus vestibularis dari medulla atau berjalan tanpa

bersinaps di serebelum. Jaras kolateral berjalan dari medula ke arah serebelum 7

Page 8: BAB I baru

atau naik keatas melalui formasi retikularis dan thalamus. Jaras desenden dari

nukleus vestibularis mengarah ke neuron motoris tertentu yang berhubungan

dengan gerakan mata. Jaras ini membantu agar mata terfokus pada obyek tertentu

ketika kepala berputar. 8

2.3 PATOFISIOLOGI dan ETIOLOGI

Keseimbangan yang normal membutuhkan bahwa kita secara akurat dapat

mengidentifikasi posisi kita terhadap lingkungan, dapat mengidentifikasi gerakan kita

dan mengontrol gerakan kita. Tugas ini dilakukan oleh seperangkat system saraf yang

mengkoordinasi informasi sensorik mengenai kita dan lingkungan. 3,4

Penglihatan (vision) mensuplai informasi mengenai posisi dan gerakan objek,

somato-sensorik (rasa raba dan proprioseptif) member masukan mengenai posisi dari

tubuh serta bagian-bagiannya, dan input dari vestibular memberikan informasi

mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi, input sensorik

ini kemudian diolah di otak, yang kemudian menciptakan tingkah yang dibutuhkan

untuk mempertahankan keseimbangan dan orientasi sewaktu kita melakukan kegiatan

atau aktivitas sehari-hari.

Tetapi bila oleh suatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, impuls yang

berasal dari kanalis semisirkularis mencapai nucleus motorik otot-otot mata

(nistagmus), medula spinalis (rasa tidak mantap dari kecenderungan untuk jatuh pada

waktu berjalan dan berdiri) dan pusat otonom dalam formation retikularis

(berkeringat, pucat).

Dimana vertigo dapat timbul bila terjadi gangguan pada alat-alat vestibuler

atau pada serabut-serabut yang menghubungkan nucleus vestibularis dengan pusatnya

di serebelum atau korteks cerebri.

Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokan menjadi: 3,4

1. fisiologis, seperti mabuk kendaraan

8

Page 9: BAB I baru

2. kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan dibagian perifer dari

susunan vestibularis, diantaranya:

a. Penyakit-penyakit telinga

b. Neuronitis vestibularis

c. Vertigo posisional benigna

d. Penyakit meniere

3. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan dibagian sentral dari

susunan vestibularis, antara lain:

a. Neoplasma

b. Migen basiler

c. Gangguan di serebelum

d. Epilepsy

e. Stroke batang otak atau TIA didaerah arteri vertebra basilaris

f. Spondilitis servikalis, dll

4. Kelompok penyakit sistemik yang menimbulkan gangguan dibagian perifer

atau sentral seperti: Diabetes Mellitus, hipoglikemia, anemia, hipotensi

postural, dll.

2.4 PENYEBAB VERTIGO

1. Penyakit system vestibular perifer

Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII (karena

trauma, infeksi)

2. Penyakit susunan saraf pusat :

Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.

3. Kelainan endokrin (hormonal) :

9

Page 10: BAB I baru

Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.

4. Kelainan psikiatri :

Depresi, neurosa, cemas, fobia.

5. Kelainan mata.

6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :

Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol, gentamisin kinin.

2.5 KLASIFIKASI VERTIGO

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau

otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular). 3,4

1. VERTIGO SENTRAL

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di

serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala

lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,

perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.

Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi.

Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam

melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut

(dysdiadokinesia).

Percobaan tunjuk – hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan

kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan

terlihat adanya gejala atakia.

10

Page 11: BAB I baru

2. VERTIGO PERIFER

Lamanya vertigo berlangsung :

a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik

Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh

perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda.

Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga

diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis

vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.

b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam

Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit

meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),

vertigo dan tinitus.

c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu

Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat.

Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya

ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa

minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada

pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.

Benign positional vertigo adalah bentuk vertigo yang menyerang dalam jangka

waktu pendek namun berulang-ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan detik

tetapi bisa cukup berat, seringkali muncul setelah kita terserang infeksi virus atau

adanya peradangan dan kerusakan di daerah telinga tengah. Gejalanya bisa

muncul jika kita menggerakkan kepala tiba-tiba, misalnya saat menoleh dengan

gerakan yang cepat.

11

Page 12: BAB I baru

2.6 DIAGNOSIS

2.6.1. Anamnesa

Kata-kata yang digunakan penderita untuk menyatakan vertigo atau gangguan

keseimbangan lainnya beragam. Harus ditanyakan apakah ada pengaruh sikap atau

perubahan sikap terhadap munculnya vertigo. Posisi mana yang dapat memicu

vertigo. Penting ditanyakan keadaan apalagi, selain perubahan posisi, yang dapat

membuat gejala vertigo bertambah berat. Sesekali ditemukan penderita mengeluh

bahwa masukan visual saja cukup untuk mencetuskan vertigo. Keluhan rasa tidak

stabil pada gangguan vestibular menjadi lebih buruk bila fiksasi penglihatan

dihilangkan. Lain halnya gangguan serebelum, ketidakseimbangan tidak dipengaruhi

oleh atau bertambah buruk oleh fiksasi visual. Salah satu keadaan yang dapat

mengganggu penderita dengan gangguan vestibular ialah rasa disorientasi (orientasi

terganggu). Ada penderita yang aparat vestibular perifernya rusak, mengeluhkan

osilopsia (= suatu ilusi bahwa benda yang diam tampaknya bergerak maju mundur).

Gangguan vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek/mual) dan bila dapat

mengakibatkan muntah, keadaan ini lebih mencolok pada lesi perifer dan kurang pada

penyakit serebelar. Vertigo yang berasal dari gangguan di telinga dalam umumnya

timbul mendadak. Permulaan yang gradual cenderung berasal dari susunan saraf

pusat. Gejala yang timbul intermiten dijumpai pada penyakit telinga dalam. Dan

gejala yang terus menerus dicurigai adanya kelainan di susunan saraf pusat.

Umumnya lebih sentral letak kelainannya, lebih lama berlangsungnya keluhan

vertigo. Bila keluhan vertigo meningkat bila penderita berubah posisi, hal ini

menunjukkan bahwa gangguan ada di system vestibular, baik yang perifer maupun

yang sentral. Bila vertigo timbul hanya pada posisi tertentu, dicurigai ada disfungsi

otolit, seperti pada vertigo posisional benigna. 1,3,4

12

Page 13: BAB I baru

2.6.2 Pemeriksaan Fisik1,3,4

1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus

Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya “jerk” dan pedunlar),

menurut bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan,

amplitude dan lamanya nistagmus berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf

pusat (sentral) yaitu nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah,

nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular

perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.

2. Tes Romberg dipertajam

Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit

kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan dilipat

pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang normal mampu berdiri dalam sikap

Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.

3. Tes melangkah di tempat (stepping test)

Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah

dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan tidak

beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular.

Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau

badan terputar lebih dari 30 derajat.

4. Salah tunjuk (past – pointing)

Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk

pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi

dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah

tunjuk (deviasi) demikian juga dengan gangguan serebelar.

5. Tes kalori

Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat (tujuannya

ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertical, dengan demikian

13

Page 14: BAB I baru

dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi yang diakibatkan oleh

endolimf). Tabung suntik berukuran 20 ml dengan ujung jarum yang dilindungi

dengan karet berukuran nomor 15 diisi dengan air bersuhu 30° C. air disemprotkan ke

liang telinga dengan kecepatan 1 ml/detik. Arah nistagmus ialah ke sisi yang

berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri. Arah gerakan dicatat, frekuensinya juga

(biasanya 3-5x/detik), dan lamanya biasanya1/2-2 menit. Setelah beristirahat 5 menit,

telinga kedua dites.

6. Elektronistagmografi

Pada pemeriksaan ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya serta

cepatnya nistagmus yang timbul dicatat pada kertas, menggunakan teknik yang mirip

dengan elektrokardiografi.

7. Maneuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike

Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan

gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita

disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala

bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon

kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan

diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka

matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.

14

Page 15: BAB I baru

Gambar 4. Manuver Dix-Hallpike untuk memeriksa BPPV kanalis posterior

kanan

8. Posturografi

Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang memainkan peranan

penting, yaitu sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Dengan tes posturografi

dapat dievaluasi sistem visual, vestibular dan somatosensorik.

2.7 PENATALAKSANAAN

1. Terapi kausal

Obati penyebab dasarnya

2. Terapi simptomatik (medikamentosa)

15

Page 16: BAB I baru

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat

terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan

simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat

dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

1. ANTIHISTAMIN

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang

dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,

siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas

antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat

antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk).

BETAHISTIN

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi

di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping

Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.

BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)

Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)

Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.

DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)

Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral

(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg –

50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul)

– 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek

samping mengantuk.16

Page 17: BAB I baru

2. ANTAGONIS KALSIUM

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium

Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.

Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung

banyak terowongan kalsium.

CINNARIZINE (STUGERONE)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons

terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali

sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa

cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

3. FENOTIAZINE

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic (anti muntah). Namun

tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan

Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea namun kurang

berkhasiat terhadap vertigo.

PROMETHAZINE (PHENERGAN)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama

aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1

draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau

intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),

sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat

Fenotiazine lainnya.

KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.

Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau

17

Page 18: BAB I baru

intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari.

Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

4. OBAT SIMPATOMIMETIK

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

EFEDRIN

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.

Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo

lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi

gelisah – gugup.

5. OBAT PENENANG MINOR

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang

diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering

dan penglihatan menjadi kabur.

LORAZEPAM

Dosis dapat diberikan 0,5-1 mg

DIAZEPAM

Dosis dapat diberikan 2-5 mg.

· OBAT ANTI KHOLINERGIK

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem

vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

18

Page 19: BAB I baru

SKOPOLAMIN

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan

mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg-0,6 mg, 3-4 kali

sehari.

3. Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan

keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang

kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh

adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual

atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu

latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,

membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan

latihan ialah : 1,3,4

1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium

untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :

1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.

2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak

miring).

3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan

mata tertutup.

4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata

tertutup.

19

Page 20: BAB I baru

5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu

menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).

6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.

7. Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.

8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga

memfiksasi pada objek yang diam.

2.8 Pencegahan vertigo

Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:

Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi.

Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri

dari tempat tidur.

Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.

Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda

dari ketinggian.

Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau

bila leher dalam posisi mendongak.

20

Page 21: BAB I baru

BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : SF

Umur : 56 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Bangsa : Indonesia

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Status dibuat : 23 april 2011

AUTO/HETEROANAMNESIS

Penyakit Sekarang

Keluhan Utama :

Pusing berputar

Perjalanan penyakit:

Pasien datang sadar dengan keluhan pusing berputar sejak 3 hari yang lalu. Muncul

pertama kali sejak pasien bangun dari tidur kemudian bertambah berat saat pasien

memasak didapur. pusing dirasakan berputar sehingga membuat pasien merasa

sempoyongan dan akan terjatuh. Keluhan pusing dikatakan bertambah berat bila

pasien menoleh kanan-kiri, bangun dari tidur secara tiba-tiba dan saat pasien duduk.

Pasien mengatakan keluhan yang dirasakannya membaik bila pasien tidur dengan

memejamkan mata dan menghadap ke satu arah tetapi sensasi berputar tetap

dirasakan oleh pasien. Pasien juga mengatakan bila pasien berjalan harus memegang

sesuatu agar tidak terjatuh. Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur dan mengeluh

silau.

21

Page 22: BAB I baru

Selain itu pasien juga mengeluh mual-mual sejak 2 hari yang lalu dan bahkan

sampai muntah. Karena keluhan ini pasien menjadi sedikit makan dan minum karena

takut akan dimuntahkan lagi. Pasien juga mengeluh belakangan ini tidurnya

terganggu karena keluhan pusing dan mual-muntahnya. Pasien menyangkal adanya

telinga berdengung dan penurunan pendengaran.

Pasien mengatakan sebelum munculnya gejala-gejala diatas tidak pernah

mengalami lemah separuh tubuh. Pasien tidak pernah mengalami cidera/ trauma

kepala, tidak pernah mengkonsumsi obat-obat untuk gangguan jiwa. Riwayat kejang

muntah menyemprot dan tidak sadarkan diri disangkal.

Riwayat kesehatan sebelumnya :

Pasien mengatakan belum pernah memeriksakan penyakitnya tersebut. Riwayat

penyakit darah tinggi, kencing manis, maupun jantung disangkal.

Riwayat kesehatan keluarga:

Dikeluarga pasien tidak ada keluhan serupa. Riwayat penyakit darah tinggi,

kencing manis, maupun jantung disangkal.

Riwayat sosial

Pasien bekerja sebagai wiraswasta, riwayat merokok atau mengkonsumsi alkohol

disangkal.

STATUS PRESENT

Berat : 47 Kg Pernapasan

Tinggi : 155 cm Frekuensi : 20x/menit

Tekanan Darah Jenis : torakoabdominal

Kanan : 130/80 mmHg Pola : reguler

Kiri : 130/80 mmHg Suhu : 36,5º C

Nadi

Kanan : 80x/menit

Kiri : 80x/menit

Kepala

22

Page 23: BAB I baru

Mata : anemis -/-, ikterus -/-, hiperemis -/-, reflek pupil +/+ isokor

THT : kesan tenang

Mulut : dalam batas normal

Leher

Arteri karotis komunis kanan : normal

Arteri karotis komunis kiri : normal,

Tanda kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), deformitas (-).

Thorax : simetris

Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), aritmia.

Paru : vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : distensi (-), bising usus (+)

Hepar : ttb

Lien : ttb

Genitalia : bde

Ekstremitas : hangat (+)

Kulit : normal

STATUS NEUROLOGIKUS

A. KESAN UMUM

Kesadaran : compos mentis (GCS : E4V5M6)

Kecerdasan : sesuai pendidikan

Kelainan Jiwa : tidak ada

Kaku dekortikasi : tidak ada

Kaku deserebrasi : tidak ada

Refleks leher tonik : tidak ada

(Magnus-deKleijn)

Pergerakan mata boneka : tde (os sadar)

Deviation conjugee : tidak ada

Krisis okulogirik : tidak ada

Opistotonus : tidak ada

KRANIUM

Bentuk : normochepali Simetri : simetris

23

Page 24: BAB I baru

Fontanel : tertutup Kedudukan : normal

Perkusi : pekak Palpasi : normal

Transiluminasi : negatif Auskultasi : bruit (-)

B. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. RANGSANGAN SELAPUT OTAK

Kaku kuduk : tidak ada Brudzinski I : tidak ada

Tanda kernig : tidak ada Brudzinski II : tidak ada

2. SARAF OTAK

kanan kiri

Nervus I (Olfaktorius)

Subyektif Normal Normal

Obyektif Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Nervus II (Optikus)

Visus 6/6 6/6

Kampus Dalam batas normal Dalam batas normal

Hemianopsia Negatif Negatif

Melihat warna Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Skotom Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Fundus Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)

Kedudukan bola mata Normal Normal

Pergerakan bola mata Normal Normal

Nistagmus Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Celah mata Normal Normal

Ptosis Negatif Negatif

Pupil

24

Page 25: BAB I baru

Bentuk

Ukuran

Bulat

3mm

Bulat

3mm

Reflek Pupil Reflek cahaya (+) isokor Reflek cahaya (+) isokor

Reaksi cahaya langsung Positif Positif

Reaksi cahaya konsensuil Positif Positif

Reaksi pupil akomodatif/konvergensi Normal Normal

Reaksi pupil Marcus-Gunn Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Tes Wartenberg Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Nervus V (Trigeminus)

Motorik Normal Normal

Sensibilitas Normal Normal

Refleks kornea

Langsung Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Konsensuil Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Refleks kornea mandibular Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Reflek bersin Positif Positif

Reflek nasal becterew Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Reflek maseter Positif Positif

Trismus Negatif Negatif

Refleks menetek Negatif

Refleks ‘snout’ Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nervus VII (Fasialis)

Otot wajah dalam istirahat Simetris Simetris

Mengerutkan dahi Simetris Simetris

25

Page 26: BAB I baru

Menutup mata Simetris Simetris

Meringis Simetris Simetris

Bersiul / mencucur Simetris Simetris

Gerakan involunter

Tic Negatif Negatif

Spasmus Negatif Negatif

Indera pengecap

Asam Normal Normal

Asin Normal Normal

Pahit Normal Normal

Manis Normal Normal

Sekresi air mata Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Hiperakusis Negatif Negatif

Tanda Chvostek Negatif Negatif

Reflek Glabela Negatif

Nervus VIII (Vestibulokokhlearis)

Mendengarkan suara bisik /

gesekan jari tangan

Normal Normal

Tes garpu tala

Rinne Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Schwabach Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Weber Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Bing Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Tinitus Tidak ada Tidak ada

Keseimbangan Ada Ada

26

Page 27: BAB I baru

Vertigo Ada

Nervus IX,X,XI,XII (Glosofaringeus, Vagus, Asesorius, Hipoglosus)

Langit-langit lunak Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi

Menelan Normal Normal

Disartri Tidak ada Tidak ada

Disfoni Tidak ada Tidak ada

Lidah

Tremor Tidak ada

Atropi Tidak ada

Fasikulasi Tidak ada

Ujung lidah dalam istirahat Simetris

Ujung lidah sewaktu dijulurkan

keluar

Simetris

Reflek muntah Belum dapat dievaluasi

Mengangkat bahu Normal Normal

Fungsi m.

Sternokleidomastoideus

Normal Normal

Inervasi simpatetik Normal Normal

Inervasi parasimpatetik Normal Normal

3. ANGGOTA ATAS

Kanan Kiri

Simetris Simetris Simetris

Tenaga

M. deltoid 5 5

M. biseps 5 5

M. triseps 5 5

Fleksi pergelangan tangan 5 5

Ekstensi pergelangan tangan 5 5

27

Page 28: BAB I baru

Membuka jari-jari tangan 5 5

Menutup jari-jari tangan 5 5

Tonus Normal Normal

Tropik Simetris Simetris

Refleks Normal Normal

Biseps Normal Normal

Triseps Normal Normal

Radius Normal Normal

Ulna Normal Normal

Leri Negatif Negatif

Mayer Negatif Negatif

Hoffman-Tromner Negatif Negatif

Memegang Negatif Negatif

Palmomental Negatif Negatif

Sensibilitas

Perasa raba Normal Normal

Perasa nyeri Normal Normal

Perasa Suhu Normal Normal

Perasa proprioseptif Normal Normal

Parestesia Negatif Negatif

Koordinasi

Tes hidung-telunjuk-hidung Normal Normal

Vegetatif Normal Normal

Gerakan Involunter:

Tremor Tidak ada Tidak ada

Khorea Negatif Negatif

Atetosis Negatif Negatif

Balismus Negatif Negatif

Mioklonus Negatif Negatif

Distonia Negatif Negatif

Spasmus Negatif Negatif

4. BADAN28

Page 29: BAB I baru

Keadaan kolumna vertebralis

Kelainan lokal Negatif

Nyeri tekan/ketok lokal Negatif

Gerakan:

Fleksi Normal

Ekstensi Normal

Deviasi lateral Normal

Rotasi Normal

Kanan Kiri

Keadaan otot-otot Normal Normal

Refleks kulit dinding perut atas Normal Normal

Refleks kulit dinding perut bawah Normal Normal

Refleks kremaster Belum dapat dievaluasi

Refleks anal Belum dapat dievaluasi

Sensibilitas

Perasa raba Normal

Perasa nyeri Normal

Vegetatif

Kandung kencing Belum dapat dievaluasi

Rektum Belum dapat dievaluasi

Genitalia Belum dapat dievaluasi

Gerakan involunter Negatif

5. ANGGOTA BAWAH

Kanan Kiri

Simetri Simetri

Tenaga

Fleksi panggul 5 5

Ekstensi panggul 5 5

29

Page 30: BAB I baru

Fleksi lutut 5 5

Ekstensi lutut 5 5

Plantar-fleksi kaki 5 5

Dorso-fleksi kaki 5 5

Gerakan jari-jari kaki 5 5

Tonus Normal Normal

Trofik Simetris Simetris

Refleks

Lutut (KPR) Normal Normal

Achilles (APR) Normal Normal

Babinski Negatif Negatif

Oppenheim Negatif Negatif

Chaddock Negatif Negatif

Gordon Negatif Negatif

Schaefer Negatif Negatif

Stransky Negatif Negatif

Gonda Negatif Negatif

Bing Negatif Negatif

Mendel-Bechterew Negatif Negatif

Rossolimo Negatif Negatif

Klonus

Paha Normal Normal

Kaki Normal Normal

Sensibilitas

Perasa raba Normal Normal

30

Page 31: BAB I baru

Perasa nyeri Normal Normal

Perasa proprioseptif Normal Normal

Parestesia Negatif Negatif

Koordinasi

Tes tumit-lutut-ibu jari kaki Normal Normal

Berjalan menuruti garis lurus Sempoyongan Sempoyongan

Berjalan memutar Melambat Melambat

Berjalan maju mundur Melambat Melambat

Jalan di tempat Sempoyongan Sempoyongan

Langkah/gaya jalan Langkah pendek/menggapai

Vegetatif Normal Normal

Gerakan involunter

Tremor Negatif Negatif

Khorea Negatif Negatif

Atetosis Negatif Negatif

Balismus Negatif Negatif

Mioklonus Negatif Negatif

Distonia Negatif Negatif

Spasmus Negatif Negatif

Tes Romberg Positif Positif

6. FUNGSI LUHUR

Afasia Negatif

Agrafia Negatif

Alexia Belum dapat dievaluasi

Apraksia Negatif

31

Page 32: BAB I baru

Agnosia Negatif

Akalkulia Negatif

7. PEMERIKSAAN LAIN

Uji Dix Hallpike Belum dapat dievaluasi

Tanda Lasegue Negatif

Tanda O’Connel

(Lasegue silang)

Belum dapat dievaluasi

Reflek palmo-mental Negatif

Reflek glabella Negatif

8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah : belum dapat dievaluasi

Urine : belum dapat dievaluasi

Feses : belum dapat dievaluasi

Sputum : belum dapat dievaluasi

Lain-lain : belum dapat dievaluasi

9. FUNGSI LUMBAL

Warna LSS : belum dapat dievaluasi

Tekanan : belum dapat dievaluasi

Q (Tes Queckenstedt) : belum dapat dievaluasi

Tes Nonne : belum dapat dievaluasi

32

Page 33: BAB I baru

RESUME :

Pasien wanita, usia 56 tahun, Islam, Jawa, Pasien datang sadar dengan keluhan pusing

berputar sejak 3 hari yang lalu. Muncul pertama kali sejak pasien bangun dari tidur

kemudian bertambah berat saat pasien memasak didapur. pusing dirasakan berputar

sehingga membuat pasien merasa sempoyongan dan akan terjatuh. Keluhan pusing

dikatakan bertambah berat bila pasien menoleh kanan-kiri, bangun dari tidur secara

tiba-tiba dan saat pasien duduk. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakannya

membaik bila pasien tidur dengan memejamkan mata dan menghadap ke satu arah

tetapi sensasi berputar tetap dirasakan oleh pasien. Pasien juga mengatakan bila

pasien berjalan harus memegang sesuatu agar tidak terjatuh. Pasien juga

mengeluhkan pandangan kabur dan mengeluh silau.Selain itu pasien juga mengeluh

mual-mual sejak 2 hari yang lalu dan bahkan sampai muntah. Karena keluhan ini

pasien menjadi sedikit makan dan minum karena takut akan dimuntahkan lagi. Pasien

juga mengeluh belakangan ini tidurnya terganggu karena keluhan pusing dan mual-

muntahnya.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 130/80 mmHg, dengan

nadi 80 x/menit, respiratory rate 20 x/menit, dan suhu axilla 36,5oC. Status general

pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan kesadaran pasien

compos mentis dengan GCS E4V5M6. Dari pemeriksaan tenaga dan tropik pada

ekstrimitas kanan dan kiri didapatkan hasil normal. Didapatkan pasien berjalan

sempoyongan, jalan lambat dan menggapai, pasien tidak bisa berjalan sendiri dan

harus dituntun agar tidak terjatuh. Gangguan keseimbangan ada, tes romberg positif,

vertigo ada.

DIAGNOSIS TOPIK :

Sistem vertebra-basiler

33

Page 34: BAB I baru

DIAGNOSIS BANDING :

Vertigo sentral

DIAGNOSIS MUNGKIN :

Vertigo tipe perifer

PLANNING DIAGNOSTIK :

Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, kimia darah, dan urinalisa

Pemeriksaan radiologi : - Ro. Kepala AP/Lat

- CT scan kepala

PENATALAKSANAAN

1. ondansetron 3x1

2. ketorolak 3x1 amp

3. Betahistin mesilat 3x1

4. Vitamin b1,b6,b12 2x1

PROGNOSIS

Dubia ad bonam.

34

Page 35: BAB I baru

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis terhadap pasien didapatkan keluhan utama adalah pusing

berputar. Pusing berputar dirasakan pertama kali sejak pasien bangun dari tidur

kemudian bertambah berat saat pasien memasak didapur. pusing dirasakan berputar

sehingga membuat pasien merasa sempoyongan dan akan terjatuh. Keluhan pusing

dikatakan bertambah berat bila pasien menoleh kanan-kiri, bangun dari tidur secara

tiba-tiba dan saat pasien duduk. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakannya

membaik bila pasien tidur dengan memejamkan mata dan menghadap ke satu arah

tetapi sensasi berputar tetap dirasakan oleh pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

vertigo positif dan tes Romberg positif

Pada riwayat sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama

dan dikeluarga pasien juga tidak ada mengalami gejala yang sama dengan pasien.

Pasien didiagnosis dengan vertigo tipe perifer karena vertigo yang menyerang

dalam jangka waktu pendek namun berulang-ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan

detik tetapi bisa cukup berat. Gejalanya bisa muncul jika kita menggerakkan kepala

tiba-tiba, misalnya saat menoleh dengan gerakan yang cepat.

Pada pasien ini diberikan terapi antihistamin Tidak semua obat antihistamin

mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat

dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti

vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan

kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah

sedasi (mengantuk).

35

Page 36: BAB I baru

Pemberian antiemetik bertujuan mengurangi keluhan mual-muntah dari pasien

dimana pemberiaan obat ini tidak semuanya memiliki sifat anti vertigo.

Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk

nausea namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.

Pemberian analgetik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri kepala

yang dirasakan oleh pasien

Prognosis peyakit ini sendiri mengarah ke baik.

36

Page 37: BAB I baru

BAB V

PENUTUP

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan neurologis

didapatkan hasil diagnosis adalah vertigo tipe perifer. Pengobatan yang dilakukan

berupa pengobatan antihistamin, antiemetic dan analgesik. Prognosis pasien adalah

dubius ad bonam. Pasien dan keluarga perlu mendapat KIE tentang vertigo,

pencegahan dan pengobatannya.

37

Page 38: BAB I baru

DAFTAR PUSTAKA

1. Ngoerah, I Gst Ng Gd.1991. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya.Airlangga University Press

2. Soepardi, Efiaty A . 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

3. Silverthorn, Dee Unglaub. 2007. Human Physiologic An Integrated Approach 4th edition. San Fransisco. Pearson Education Inc publishing as Benjamin Cummings

4. Herdman, Susan J. 1990. Treatment of Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Physical Therapyllrolume 70, Number 6/June 1990

5. Sudana, Wayan . 1991. Diagnosis dan Penanganan Vertigo Perifer. Denpasar : Lab/Smf THT Fk Unud RSU Sanglah

6. Bhattacharyya N, Baugh RF, et al.2008. Clinical practice guideline: Benign paroxysmal positional vertigo. Otolaryngology–Head and Neck Surgery (2008) 139, S47-S81

7. Verlag GT. Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Physiology, Sign and Symptoms, 2/E. Diterjemahkan oleh dr. Devy H. Ronardy dengan judul Diagnosis Topik Neurologi: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala, E/2, 1994; 122-126

8. Arif Masjoer, Suprohaita dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius

38