BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum bergulirnya reformasi dalam UUD 1945 sebelum diamandemen pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR” namun setalah era reformasi, UUD 1945 diamandemen sehingga pada pasal 1 ayat (2) ini menjadi “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undung-Undang Dasar”. Hal ini mengandung makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya berada ditangan MPR tetapi kedaulatan berada ditangan rakayat dan dilaksanakan menurut UUD. Bangsa Indonesia memasuki tahap baru dalam rangka penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah baik Gubernur, Walikota maupun Bupati yang sebelumnya dipilih langsung oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), sejak Juni 2005 dipilih secara demokratis langsung oleh rakyat melalui proses Pemilu Kepala Daerah. Pemilihan kepala daerah merupakan bagaian dari otonomi daerah yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang dikenal dengan istilah Pilkada. Kemudian muncul UU baru yaitu UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelengaraan Pemilihan Umum, Pemilihan kepala daerah bukan lagi bagian dari

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era orde baru sebelum bergulirnya reformasi dalam UUD 1945

sebelum diamandemen pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa

“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh

MPR” namun setalah era reformasi, UUD 1945 diamandemen sehingga

pada pasal 1 ayat (2) ini menjadi “Kedaulatan ditangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undung-Undang Dasar”. Hal ini mengandung

makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya berada ditangan MPR

tetapi kedaulatan berada ditangan rakayat dan dilaksanakan menurut UUD.

Bangsa Indonesia memasuki tahap baru dalam rangka

penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah

baik Gubernur, Walikota maupun Bupati yang sebelumnya dipilih

langsung oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), sejak Juni 2005

dipilih secara demokratis langsung oleh rakyat melalui proses Pemilu

Kepala Daerah.

Pemilihan kepala daerah merupakan bagaian dari otonomi daerah

yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah yang dikenal dengan istilah Pilkada. Kemudian

muncul UU baru yaitu UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelengaraan

Pemilihan Umum, Pemilihan kepala daerah bukan lagi bagian dari

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

2

otonomi daerah melainkan bagian dari Pemilu. Oleh karena itu

penyelenggaaan secara langsung dibawah koordinasi KPU nasional.

Pemilihan umum kepala daerah secara langsung merupakan sarana

demokrasi bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dalam menentukan

wakil-wakilnya di daerah, pilkada juga merupakan sarana untuk ikut serta

berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seperti halnya negara Indonesia

yang merupakam negara demokrasi yang mengalami perubahan signifikan

pasca runtuhnya orde baru.

Kehidupan demokrasi menjadi lebih baik, rakyat dapat dengan bebas

menyalurkan pendapatannya dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik

yang pada masa orde baru sangat dibatasi. Kelahiran pemilihan umum

kepala daerah secara langsung merupakan salah satu kemajuan dari proses

demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung

berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat ndi daerah untuk

menentukan kepala daerah maupun wakil kepala daerah yang mereka

kehendaki.

Dengan adanya pilkada secara langsung merupakan salah satu

langkah maju dalam mewujudkan demokrasi dilevel lokal. Tip O’Neill,

dalam suatu kesempatan, menyatakan bahwa “All Politicis Local” yang

dapat dimaknai sebagai demokrasi di tingkat lokal nilai-nilai demokrasi

berakar dengan baik terlebih dahulu. Maksudnya, demokrasi di tingkat

nasional akan bergerak ke arah yang lebih baik apabila tatanan, instrumen,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

3

dan konfigurasi kearifan serta kesantunan politik lokal lebih dahulu

terbentuk (Leo Agustino, 2008:17). Ini artinya kebangkitan demokrasi

politik di Indonesia (secara dan aktual) diawali dengan pilkada secara

langsung, asumsinya sebagai upaya membangun pondasi demokrasi di

Indonesia (penguatan demokrasi di ranah lokal).

Masa depan demokrasi tingkat lokal ditentukan oleh partisipasi

masyarakat, baik oleh seberapa besar partisipasi masyarakat maupun

kualitas partisipasi itu sendiri dalam menentukan pejabat pemerintah,

dalam hal ini kepala daerah. semakin besar dan semakin baik kualitas

partisipasi masyarakat, maka kelangsungan sistem demokrasi akan

semakin baik. Namun, sebaliknya semakin kecil dan semakin rendahnya

kualitas partisipasi masyarakat maka semakin rendahnya kadar demokrasi.

Hal tersebut di atas sebagaimana yang diungkapkan oleh Ramlan

Surbakti dalam Cholisin (2007:150) bahwa partisipasi politik sebagai

bentuk keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala

keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Keputusan

politik yang dibuat oleh pemerintah atau elite politik nantinya akan

berdampak serta berpengaruh tehadap kehidupan masyarakat, maka dari

itu keikut sertaan masyarakat akan menentukan isi kebijakan yang dibuat

oleh pemerintah. Selain itu menurut Miriam Buadiarjo (1997:1)

menyatakan bahwa partisipasi politik yakni merupakan sebagian kegiatan

seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta aktif dalam kehidupan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

4

politik yaitu dengan cara memilih pemimpin negara secara langsung dan

tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik.

Selain dengan partisipasi politik perlu juga adanya kesadaran politik.

Dimensi kesadaran dimana setiap pelaku dianggap telah menyadari dan

telah mengetahui tentang sistem politik baik mengenai perhatian pada

input politik, keterlibtan dalam proses pengambilan keputusan dan ikut

kompetensi ikut ambil bagian. Seorang warga secara sadar cenderung

berorientasi terutama pada sisi output pemerintahan eksekutif, birokrasi,

dan yudikatif. Kesadaran politik warga negara menjadi faktor determinan

dalam partisipasi politik masyarakat, artinya sebagai hal yang

berhubungan dengan pengetahuan dan kesadaran akan hak dan kewajiban

yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan kegitan politik menjadi

ukuran dan kadar seseorang terlibat dalam proses partisipasi politik.

Pengalaman pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah dalam

beberapa decade menunjukan banyaknya para pemilih tidak menggunakan

hak suaranya. Fenomena dalam pilkada secara umum di Indonesia adalah

banyaknya bupati dan wakil bupati terpilih meraup suara dibawah 70%.

Pelaksanaan pemilu khususnya di kabupaten Banyumas mulai dari Pemilu

1999, Pileg 2004, Pilpres 2004, Pilgub 2008, Pileg 2009, dan Pilpres 2009

tidak ada peningkatan yang stabil tingkat partisipasinya secara persentase,

namun yang terjadi penurunan. Sebagai gambaran pada fenomena diatas

bahwa apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah tinggi, maka partisipasi cenderung aktif dan sebaliknya

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

5

apabila kesadaran dan kepercayaan sangat kecil maka partisipasi

politiknya menjadi pasif dan apatis.

Tabel 1 Persentase tingkat partisiasi pemilih di Kabupaten Banyumas

Sumber: KPU Banyumas

Dengan adanya pemilihan langsung ditingkat daerah menjadi festival

politik yang terhitung menggairahkan bagi para elite politik. Rakyat

sebagai pemilih cukup berpengalaman karena model pemilihan seperti

pemilu pada umumnya. Pilbup Banyumas yang berlangsung pada tanggal

17 Febuari 2013 juga merupakan pilbup yang kali kedua dimana

sebelumnya sudah diadakan pada 2008. Pilbup langsung adalah sebuah

arena berlangsungnya pertarungan kekuatan politik, kekuatan ekonomi,

ataupun kekuatan sosial untuk perebutan kekuasaan ditingkat lokal

(Bambang Purwoko, 2005:6)

Setiap kali pesta demokrasi digelar, baik dalam bentuk pemilihan

umum tingkat nasional (Pemilu) ataupun tingkat daerah (Pilkada) selalu

menghadirkan kelompok pemilih pemula pada setiap periode

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

6

pelaksanaannya, selain itu kelompok tersebut selalu berbanding lurus

dengan laju pertumbuhan penduduk, dengan kriteria usia 17 tahun ke atas

atau telah menikah pada saat pemilu digelar maka kelompok ini

dikategorikan sebagai pemilih pemula.

Dengan berbekal pengalaman pertama yang dimiliki oleh pemilih

pemula maka tidak jarang kelompok ini memberikan prospek yang

menjanjikan untuk dipengaruhi oleh partai politik tertentu guna mendulang

suara lebih untuk memenangkan pemilu. Pada tingkatan nasional jumlah

pemilih pemula mencapai 14 juta jiwa, di tingkat kabupaten Banyumas itu

sendiri jumlah pemilih pemula 150.551 suara yang terdiri dari 76.652 laki-

laki dan 73.899 perempuan. Kemudian di tingkat desa Kembaran itu

sendiri dari 4.268 DPT terdapat sekitar 894 orang adalah pemilih pemula

(sumber KPU Banyumas).

Pada pilbup 2013 terdapat 6 pasangan calon terdiri dari dua

pasangan calon berasal dari jalur perseorangan atau independen,

sedangkan empat pasang calon lainnya berasal dari koalisi partai. Bupati

dan Wakil Bupati petahana (incumbent) bersaing dalam pilbup 2013. Dua

calon independent tersebut adalah Toto-Sae dan Antheng Cahyono-Dwi

Basuki. Sedangkan dari koalisi partai adalah Mardjoko-dr.Gempol diusung

oleh partai Golkar, Hanura, PKNU, dan Partai Gerindra. Kemudian

Achmad Husen-dr.Budi diusung oleh partai PDIP dan PPP. Dua calon

yang lainnya adalah Warman-Winarni diusung dari partai PKS dan PAN.

Adapun yang terakhir yakni Mukhsonudin-Henry diusung dari partai PKB,

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

7

Demokrat dan PKBP. Pada akhirnya pilbup Banyumas 2013 dimenangkan

oleh pasangan Husein dan Budhi Setiawan dengan perolehan suara

45,32%.

Tabel 2 Hasil Rekapitulasi Perhitungan Suara

Sumber: KPU Banyumas

Kemenangan pasangan Husein-Budhi diperoleh hampir di seluruh

kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas (Harian Banyumas, Jumat

22 Febuari 2013). Jumlah pemilih yang ada di DPT sebanyak 1.313.288

orang dan suara sah yang masuk sebanyak 840.951 (64,73%) serta suara

yang tidak sah sebanyak 474.337 (35,27%) (sumber:KPU Banyumas). Hal

ini menunjukan penurunan tingkat partisipasi dari pilbup sebelumnya pada

tahun 2008 yang mencapai 72,96%.

Berdasarkan data di atas terkait peningkatan angka pemilih yang

tidak menggunakan hak suaranya pada pilbup Banyumas 2013, peneliti

mensinyalir kemungkinan adanya peran pemilih pemula mengingat bahwa

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

8

pemilih pemula sebagian besar belum memiliki pengalaman politik serta

pengetahuan politik yang luas untuk menentukan kemana mereka harus

memilih. Selain itu ketidaktauan politik praktis menjadikan pemilih

pemula tidak rasional dalam menggunakan hak suaranya dan lebih berfikir

jangka pendek.

Pemilih pemula merupakan subjek dan objek kegiatan politik.

Kegitan politik yang termasuk di dalamnya yaitu dalam pilbup. Pemilih

pemula sebagai subjek politik yaitu mereka sebagai penerus bangsa perlu

memiliki wawasan dalam bidang politik secara baik agar supaya mereka

menggunakan hak suaranya secara rasional. Pemilih pemula sebagai objek

yaitu mereka yang masih memerlukan pembinaan dan orientasi kearah

penumbuhan potensi yang baik dalam bidang politik.

Namun dalam prakteknya banyak pemilih pemula menjadi sasaran

objek oleh politisi yang berupa money politic guna mendulang suara yang

banyak dalam pilbup. Posisi strategis yang dimiliki oleh kelompok pemilih

pemula selalu diikuti dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku

memilih pada pemilih pemula yang kemudian berpengaruh terhadap

bentuk atau model partisipasi politik dan rasionalisasi penggunaan hak

pilih. Hal inilah yang kemudian menjadi celah untuk dimanfaatkan oleh

kepentingan politik tertentu dengan berbagai cara pendekatan yaitu dari

pemilih pemula yang awam hingga yang faham akan hak pilih dalam

politik.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

9

Pemilih pemula memiliki energi potensial untuk melakukan

perubahan sejarah. Dalam kondisi masa kini peran pemuda dan eksistensi

kaum muda dihadapkan pada situasi yang tidak mudah. Pada satu sisi

harus menyiapkan diri untuk bersaing dalam iklim kompitisi global,

sementara pada sisi yang lain gelombang demokrasi juga menuntut kaum

muda untuk aktif jika menginginkan eksistensinya diakui serta mampu

membawa perubahan.

Di desa Kembaran kabupaten Banyumas merupakan sebuah desa

yang memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pilbup 2013 sama

seperti desa-desa lain yang berada di kabupaten Banyumas. Pemilih

pemula di desa Kembaran minim mendapatkan pendidikan politik dari

aktivis-aktivis partai politik. Hal ini terbukti dengan minimnya pengurus

partai politik yang ada ditingkat desa tersebut dan juga pengetahuan politik

pemilih pemula yang masih sangat kurang. Apalagi banyak pemilih

pemula yang hanya mengenyam pendidikan sampai SD dan SMP langsung

bekerja ataupun menikah. Dan tidak sedikit juga pemilih pemula yang kini

duduk dibangku SMA dan perkuliahan.

Dengan beraneka ragam latar belakang pemilih pemula di desa

Kembaran mulai dari anak sekolah, sudah bekerja dan menikah akan

memberikan suatu gejala sosial. Serta minimnya pengetahuan politik dan

sosialisasi akan adanya pilbup ditingkat desa. Hal ini akan memunculkan

suatu jumlah suara yang rasionalitasnya perlu diteliti.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

10

Hal yang penting adalah melakukan penelitian terhadap fenomena

pada pilbup Banyumas 2013. Untuk mendapatkan jawaban atas gejala-

gejala sosial yang muncul terkait dengan pemilih pemula dan melakukan

konfirmasi terhadap alasan rasionalisasi pilihan serta bentuk partisipasi

politik yang terbingkai dalam proses partisipasi untuk diteliti secara

mendalam dan dikonfirmasikan dengan teori yang mendasari

permasalahan dalam penelitian ini.

Dari latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana

partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Banyumas pada 17 Febuari 2013, maka hal ini perlu diadakan

penelitian. Adapun penelitian akan diadakan di Desa Kembaran kecamatan

Kembaran kabupaten Banyumas. Penulis melakukan penelitian dengan

judul “Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan Pilbup

Banyumas 2013 Di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten

Banyumas”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Pemilih pemula dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda

memberikan partisipasi politik yang berbeda pula.

2. Kencenderungan pemilih pemula mendominasi golongan putih serta

pemilihan yang tidak rasional.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

11

3. Pemilih pemula yang dijadikan objek sasaran mencari suara dalam

pilbup.

4. Minimnya pengetahuan politik pemilih pemula di desa Kembaran.

5. Minimnya pendidikan politik untuk pemilih pemula di desa Kembaran.

6. Minimnya sosialisasi pilbup di desa Kembaran untuk pemilih pemula.

C. Batasan Masalah

Karena luasnya permasalahan yang ada berdasarkan identifikasi

masalah tersebut diatas, maka peneliti perlu untuk melakukan pembatasan

masalah agar lebih efektif dan efisien. Untuk pengkajian selanjutnya peneliti

membatasi penelitian ini pada dua permasalahan pokok, yaitu:

1. Bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup

Banyumas 2013

2. Faktor-faktor yang menentukan partisipasi politik pemilih pemula saat

pilbup Banyumas 2013.

3. Rasionalisasi penggunaan hak pilih pemilih pemula saat pilbup

Banyumas 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakan bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam

pelaksanaan pilbup Banyumas 2013?

2. Faktor-faktor apa yang menentukan partisipasi politik pada pemilih

pemula dalam pelaksanaan pilbup Banyumas 2013?

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

12

3. Bagaimana rasionalisasi penggunaan hak pilih pemilih pemula saat

pilbup Banyumas 2013?

E. Tujuan

Adanya penulisan penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam

pilbup Banyumas 2013.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor partisipasi politik pada pemilih

pemula dalam pelaksanaan pilbup Banyumas 2013.

3. Untuk mengetahui rasionalisasi penggunaan hak pilih pemilih pemula

dalam pilbup Banyumas 2013.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian yang berjudul Partisipasi Politik

Pemilih Pemula dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Banyumas

2013 adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan dapat

mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah pada permasalahan

yang ada dalam kondisi masyarakat. Terutama Ilmu Politik dapat

dijadikan sebagai bahan acauan dalam penilitian ataupun kajian lebih

lanjut.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

13

Dimana partisipasi pemilih pemula merupakan wawasan di bidang

politik serta menjadi bagian ilmu dalam program Pendidikan

Kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis untuk memperluas ilmu pengetahuan khususnya bagi

penyususn dan bagi masyarakat pemilih pemula pada umumnya.

G. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang diteliti,

maka peneliti akan memberikan gambaran tentang maksud dari judul

penelitian, untuk itu perlu diberikan definisi beberapa istilah yang terdapat

dalam judul penelitian sebagai berikut:

1. Partisipasi Politik

Ramlan Surbakti yang sebagaimana dikutip oleh Cholisin (2007:

150) mengartikan partisipasi politik adalah keikutsertaan warga

negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut

atau mempengaruhi hidupnya. Kegiatan warga Negara ini seperti

mempengaruhi isi kebijakan umum dan ikut menentukan pembuatan

dan pelaksanaan keputusan politik

Salah satu cara partisipasi politik yakni berperan aktif dalam pilbup

dengan memberikan suara yang rasional dalam pilbup, maka secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah

untuk masyarakatnya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

14

2. Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil

kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud

mencakup pemilihan Bupati dan Wakil Bupati. Kepala Daerah baik

Gubernur ,Walikota maupun Bupati yang sebelumnya dipilih langsung

oleh DPRD, sejak Juni 2005 dipilih secara demokratis langsung oleh

rakyat melalui proses Pemilu Kepala Daerah. Sejak berlakunya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan

Pemilihan Umum, pilkada dimasukan dalam rezim pemilu, sehingga

secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.

Berkaitan dengan penyelengaran Pilkada pemerintah telah

mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

yang kemudian beberapa ketentuan diubah, perubahan tersebut

tercantum dalam UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua

atas UU Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang

kemudian diubah melalui PP Nomor 27 Tahun 2007 dan yang terahir

beberapa kententuan diubah kembali melalui PP Nomor 49 Tahun

2008. Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai

penyelenggaraan pemilihan umum yaitu UU Nomor 15 Tahun 2011.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

15

Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan

Gubernur, Buapati dan Wali Kota.

Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang diawasi oleh Panitia

Pengawas Pemilihan Umum (panwaslu) Provinsi dan Panwaslu

Kabupaten/kota.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 peserta

pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga

dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh

sejumlah orang.

3. Pemilih pemula

Pemilih pemula terdiri dari dua kata, yakni pemilih dan

pemula. Pemilih adalah orang yang memilih. Sedangkan pemula

adalah orang yang mulai atau mula-mula melakukan sesuatu (KBBI

online). Pemilih pemula merupakan pemilih yang berusia antara 17-21

tahun atau baru pertama kali ikut dalam pemilu (Maesur zaky, 2009:

14).

Menurut pasal 1 ayat (2) UU No.10 Tahun 2008, pemilih

adalah warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh

belas) atau lebih sudah/pernah kawin. Kemudian pasal 19 ayat (1 dan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era orde baru sebelum ...

16

2). Dalam UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu merangkan

bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga Negara

Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar

pemilih dan pada hari pemungutan suara pemilih genap berumur 17

(tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

Sebagian dari pemilih pemula tidak menggunakan hak

suaranya dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya jangkauan dan

pengetahuan akan politik. Sehingga kerap kali pemilih pemula kurang

rasional menggunakan haknya.