BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

13
Prosiding SENASBASA http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi 2 Tahun 2018 Halaman 197-209 E-ISSN 2599-0519 197 | Halaman BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU DALAM NOVEL LAUT BERCERITA KARYA LAILA S. CHUDORI Lionda Kristina Anoprianti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta menjelaskan bentuk pemanipulasian sejarah yang terjadi di era orde baru dalam novel Laut Bercerita. Fokus utama yang tersorot dalam penelitian ini adalah perjuangan para aktivis dalam memperjuangkan hak-hak kaum proletaris yang telah direnggut oleh pengusa. Namun sayangnya, perjuangan mereka disambut dengan penyiksaan dan penghilangan secara paksa. Dengan berpijak dengan permasalahan tersebut, penulis menggunakan teori kelas sosial Karl Marx. Teori digunakan sebagai upaya pengungkapan pemanipulasian sejarah di era orde baru dalam novel Laut Bercerita. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa novel Laut Bercerita karya Laila S Chudori yang bergenre fiksi sejarah. Data-data yang dikumpulkan berupa interaksi antar tokoh atau dialog yang tergambar dalam novel. Teknik analisis data yang digunakan antara lain: pengumpulan data, seleksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/keabsahan. Hasil penelitian menggambarkan kekejaman yang dilakukan oleh orde baru terhadap para aktivis hingga berujung pada pemanipulasian sejarah. Kata kunci: pemanipulasian, sejarah, orde baru, novel, fiksi sejarah PENDAHULUAN Karya sastra mencakup berbagai aspek penting dalam kehidupan manusia, terutama aspek sosial (Syafaat, 2017). Karya sastra merupakan cerminan dari realitas sosial yang telah dipadukan dengan unsur-unsur imajinatif pengarang. Pengadopsian realisme sosialis oleh pengarang kerap kali terjadi. Oleh karna itu, keterlibatan latar belakang pengarang dari berbagai sisi terhadap karya sastra yang diciptakan sangatlah mendominasi. Realitas sosial yang dimaksud adalah adanya peristiwa atau suatu hal yang memang benar-benar ada dan berlaku dikehidupan masyarakat, seperti halnya sistem kelas sosial. Sistem kapitalisme adalah suatu hal yang memicu timbulnya lapisan antar kelas yang disebut dengan kelas sosial (Brewer, 2016). Kelas sosial dibedakan menjadi dua yaitu kaum kapitalis sebagai kelas penguasa dan kaum proletaris sebagai kelas buruh. Sistem kelas sosial inilah yang biasanya menjadi pemicu utama konflik sosial akibat timbulnya perbedaan kepentingan antar kelas. Maka dari itu, karya sastra adalah medium yang tepat bagi seorang pengarang dalam mencapai tujuan tertentu seperti halnya apresiasi ataupun kritik terhadap

Transcript of BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

Page 1: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

Prosiding SENASBASA http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA

(Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi 2 Tahun 2018

Halaman 197-209 E-ISSN 2599-0519

197 | Halaman

BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU

DALAM NOVEL LAUT BERCERITA KARYA LAILA S. CHUDORI

Lionda Kristina Anoprianti

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta menjelaskan bentuk pemanipulasian sejarah

yang terjadi di era orde baru dalam novel Laut Bercerita. Fokus utama yang tersorot dalam

penelitian ini adalah perjuangan para aktivis dalam memperjuangkan hak-hak kaum proletaris

yang telah direnggut oleh pengusa. Namun sayangnya, perjuangan mereka disambut dengan

penyiksaan dan penghilangan secara paksa. Dengan berpijak dengan permasalahan tersebut,

penulis menggunakan teori kelas sosial Karl Marx. Teori digunakan sebagai upaya

pengungkapan pemanipulasian sejarah di era orde baru dalam novel Laut Bercerita. Sumber

data yang digunakan dalam penelitian ini berupa novel Laut Bercerita karya Laila S Chudori

yang bergenre fiksi sejarah. Data-data yang dikumpulkan berupa interaksi antar tokoh atau

dialog yang tergambar dalam novel. Teknik analisis data yang digunakan antara lain:

pengumpulan data, seleksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/keabsahan. Hasil

penelitian menggambarkan kekejaman yang dilakukan oleh orde baru terhadap para aktivis

hingga berujung pada pemanipulasian sejarah.

Kata kunci: pemanipulasian, sejarah, orde baru, novel, fiksi sejarah

PENDAHULUAN

Karya sastra mencakup berbagai aspek penting dalam kehidupan manusia, terutama

aspek sosial (Syafaat, 2017). Karya sastra merupakan cerminan dari realitas sosial yang telah

dipadukan dengan unsur-unsur imajinatif pengarang. Pengadopsian realisme sosialis oleh

pengarang kerap kali terjadi. Oleh karna itu, keterlibatan latar belakang pengarang dari berbagai

sisi terhadap karya sastra yang diciptakan sangatlah mendominasi. Realitas sosial yang dimaksud

adalah adanya peristiwa atau suatu hal yang memang benar-benar ada dan berlaku dikehidupan

masyarakat, seperti halnya sistem kelas sosial.

Sistem kapitalisme adalah suatu hal yang memicu timbulnya lapisan antar kelas yang

disebut dengan kelas sosial (Brewer, 2016). Kelas sosial dibedakan menjadi dua yaitu kaum

kapitalis sebagai kelas penguasa dan kaum proletaris sebagai kelas buruh. Sistem kelas sosial

inilah yang biasanya menjadi pemicu utama konflik sosial akibat timbulnya perbedaan

kepentingan antar kelas. Maka dari itu, karya sastra adalah medium yang tepat bagi seorang

pengarang dalam mencapai tujuan tertentu seperti halnya apresiasi ataupun kritik terhadap

Page 2: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

198 | Halaman

peraturan serta kebijakan dalam tatanan masyarakat yang tidak adil dan hanya menguntungkan

sebelah pihak, biasanya hal tersebut diidentikkan dengan kaum penguasa. Tidak hanya itu, karya

sastra yang diciptakan oleh pengarang juga dapat turut serta untuk memperjuangkan hak-hak

kaum buruh yang telah direnggut serta memperjuangkan kepentingan kelas bawah atau kelas

yang tertindas dalam tatanan masyarakat. Hal tersebut mengindikasikan bawa karya sastra tidak

hanya berkutat pada kehidupan pengarang, melainkan juga kehidupan masyarakat. Di Indonesia

aliran realisme sosialis telah dipopulerkan oleh sejumlah nama-nama besar seperti Ahmad Tohari,

Pramoedya Anantatoer, Ayu Utami, Seno Gumira Aji darma, Laila S Chudori, dan lain

sebagainya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data berupa novel bertajuk Laut

Bercerita karya Laila S Chudori yang akan dianalisis mengunakan pendekatan sosiologi

marxisme. Laila S Chudori di kenal sebagai penulis novel bergenre fiksi sejarah. Tahun 2012

silam, Laila menghasilkan novel yang berjudul Pulang, kini novel tersebut telah diterjemahkan

kedalam enam bahasa yaitu bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Novel ini

berhasil memenangkan nominasi sebagai Prosa Terbaik Khatulistiwa Award 2013 dan

dinyatakan sebagai satu dari “75 Notable Translation of 2016” oleh World Literature Today

(Chudori, 2017:379). Novel Pulang mengkisahkan tentang drama keluarga, cinta, dan

persahabatan yang tentunya dibalut dengan peristiwa-peristiwa bersejarah seperti, Indonesia 30

September 1965, Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.

Laut Bercerita mengangkat tentang isu-isu yang terjadi di era orde baru dengan segala

peristiwa dan konflik sosial yang erat hubungannya dengan teori kelas sosial Karl Marx. Konflik

sosial tersebut berupa penghilangan aktivis secara paksa karena dianggap membahayakan

kedudukan presiden yang saat itu tengah menjabat. Terbukti bahwa kaum kapitalis yang

memilki kekuasaan mampu menindas kaum proletaris yang notabene tidak memiliki kekusaan

dalam sistem pemerintahan. Konflik sosial yang telah terjadi akan membangkitkan kesadaran

kaum proletaris.

Selama ini orde baru seringkali diagung-agungkan oleh masyarakat awam bahkan

generasi muda sekalipun sebagai zaman keemasan, dimana pada saat itu para pemberontak

berhasil ditangani dengan baik seperti halnya PKI. Masyarakat tidak tahu secara detail

peristiwa sebelum bahkan sesudah G/30 S/PKI. Peristiwa mengenaskan yang menjadi saksi

bisu kekelaman orde baru adalah penghilangan secara paksa para aktivis yang berpikiran kritis,

Page 3: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

199 | Halaman

dapat dikatakan bahwa orde baru adalah era yang penuh dengan kekejian dan bersifat anti-

kritik. Sejarah seolah-olah telah dimanipulasi dengan sangat rapi. Bagimana tidak, generasi

muda saat ini awam terhadap peristiwa pelik yang telah terjadi di negeri mereka. Sejarah yang

mereka ketahui hanyalah sebatas penjajahan yang dilakukan oleh kolonialisme belanda maupun

jepang. Setelah peristiwa penjajahan berakhir, generasi muda saat ini tidak tahu bahwasanya

pembodohan telah terjadi di tangan presiden yang berkuasa saat orde baru berdiri kokoh.

Laut Bercerita adalah novel yang bergenre fiksi sejarah, novel ini menggambarkan

tentang perjuangan para aktivis dalam menuntut hak-hak kaum proletaris. Perjuangan ini diawali

dengan pengadaan diskusi karya-karya Marx serta Pramoedya secara diam-diam, karena pada

saat itu pemerintah secara tegas menurunkan larangan untuk membahas buku yang diduga

mengandung unsur komunisme. Dengan berbekal pengetahuan sertra melihat kondisi yang

semakin memuakkan, para aktivis mulai melancarkan gerakannya. Mereka mulai mendampingi

kaum proletaris dalam memperjuangkan hak-haknya yang telah direnggut. Dirasa kegiatan para

aktivis mulai membahayakan kedudukannya, presiden yang berkuasa saat itu memerintahkan

oknum ABRI maupun TNI untuk menyingkirkan para aktivis. Penyekalan para aktivis terjadi

secara bertahap, bahkan seringkali penyekalan terjadi di tempat umum. Para aktivis disekap

dalam markas TNI, introgasi yang diwarnai dengan penyiksaan seolah-olah telah menjadi

runitias selama berbulan-bulan lamanya sebelum mereka benar-benar akan dihilangkan

kehidupannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus utama penelitian ini adalah bagaimana bentuk

pemanipulasian sejarah yang terjadi di era orde baru? Penelitian ini bertujuan untuk membedah

fakta-fakta yang tertuang dalam novel Laut Bercerita. Penelitian terahadap novel ini dirapkan

dapat memberi sejumlah manfaat baik secara teoritis ataupun praktis. Pertama, memberikan

pemahaman tentang bentuk pemanipulasian sejarah yang terjadi di era orde baru. Kedua,

membantu memahami kasus pemanipulasian sejarah yang didalangi oleh aktor politik. Ketiga,

meningkatkan apresiasi pembaca terhadap karya sastra yang bertemakan fiksi sejarah.

Berbicara mengenai tatanan sistem antar kelas yang terajdi di era orde baru dengan

menggunakan teori kelas Karl Marx sebelumnya telah diteliti oleh M. Habib Syafaat, tentunya

dengan menggunakan objek penelitian yang berbeda. Habib menggunakan novel Entrok karya

Okky Mandasari sebagai objek penelitiannya. Penelitian tersebut mengulas tentang konflik dan

aliensi sosial, yang merupakan konsep dalam teori kelas Marx (Syafaat, 2017).

Page 4: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

200 | Halaman

Namun, tidak sedikit juga novel yang belum pernah diteliti oleh para peneliti sastra

tetutama novel yang bertajuk Laut Bercerita karya Laila S Chudori yang diadaptasi dari kisah

penghilangan secara paksa oleh pemimpin orde baru terhadap para aktivitis yang bersifat kritis.

Novel ini tergolong istimewa di hati para pembaca karena novel ini berhasil mengungkap secara

apik peristiwa yang sebelumnya dianggap tabu. Permasalahan yang disajikan dalam novel ini

sangatlah luas dan melebar seperti feminisme, historisme, sosiologi, dan marxisme.

Banyak hal menarik yang terkuak dalam novel ini yaitu tentang sistem politik Soeharto

yang seolah-olah bersifat anti-kritik. Karl Marx menjelaskan bahwa antogisme antar kelas sosial

mampu menggerakkan dinamika sosial (Faruk, 2015:27). Apa yang dikemukakan oleh Marx

sangat berkaitan dengan permasalahan yang digambarkan dalam novel Laut Bercerita. Pendapat

Marx dapat dimaknai bahwa kaum kapitalis cenderung besifat superior terhadap kaum proletaris.

Bedasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada, peneliti memilih objek penelitian

berupa novel Laut Bercerita untuk diteliti secara mendetail dan lebih lanjut. Namun penulis

hanya memfokuskan penelitiannya pada aspek sosiologi-marxis. Penulis akan memaparkan

bentuk pemanipulasian serta membandingkannya dengan realitas sosial yang terajdi pada saat era

orde baru.

METODE

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam

Dewojati, 2017) memaparkan bahwa metode kualitatif merupakan suatu langkah terpenting

dalam penelitian, tahap ini menghasilkan data deskriprif berupa kata tertulis atau lisan dari

manusia dan segala bentuk perilaku yang dapat diamati. Data kualitatif dihasilkan dari

pembacaan novel Laut Bercerita secara menyeluruh, data tersebut kemudian diolah kembali

dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Pendekatan sosiologi-marxis adalah cara

pandang yang digunakan oleh peneliti untuk mengupas permasalahan yang telah disajikan.

Berdasarkan pendekatan yang telah digunakan, penulis hanya memfokuskan penelitiannya pada

aspek sosiologi-marxis yang tergambar dalam novel.

Novel bertajuk Laut Bercerita karya Laila S Chudori dengan genre fiksi sejarah

merupakan sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Data yang digunakan

berupa interaksi antar tokoh atau dialog yang tergambar dalam novel.

Page 5: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

201 | Halaman

Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang dipilih oleh penulis. Langkah

pertama yang dilakukan adalah membaca secara berulang serta memahami setiap kejadian yang

ada dalam novel secara mendetail guna memperoleh informasi serta dapat mengumpulkan fakta-

fakta yang bersifat empiris terkait dengan masalah penelitian. Setelah inti sari cerita diperoleh,

penulis mulai mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanipulasian sejarah yang terajdi di era orde

baru dalam novel Laut Bercerita.

Miles dan Huberman (dalam Siwantoro, 2005:67) mengungkapkan empat aktivitas yang

saling berkaitan dalam teknik analisis data yaitu: pengumpulan data (data collection), seleksi

data (data reduction), paparan data (data display), dan penarikan kesimpulan/pengabsahan

(conclusion and verification). Teknik analisis data yang pertama kali dilakukan adalah

mengumpulkan data dengan memahami isi cerita secera detail. Data yang telah dikumpulkan

kemudian dipilah hingga data tersebut merujuk pada bagian yang sesuai dengan konsep

penelitian. Data final yang telah diperoleh kemudian dikaitkan pada teori yang digunakan. Teori

kelas sosial yang dicetuskan oleh Marx menjadi teori dasar dalam penelitian ini. Keabsahan data

dapat dibuktikan melalui validitas temuan triangulasi. Triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari metode, peneliti, dan teori.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laut bercerita muncul sebagai salah satu novel yang menggambarkan keadaan sosial

Indonesia di era orde baru. Novel ini memiliki keunggulan yang terletak pada kedua tokoh

utamanya yaitu Biru Laut dan Asmara Jati. Biru Laut adalah termasuk dalam jajaran tiga belas

aktivis yang dihilangkan secara paksa. Sifat kritisnya dianggap membahayakan kedudukan

presiden yang saat itu tengah berkuasa. Sebelum tokoh utama dan kawan-kawannya benar-benar

lenyap tak berbekas, selama berbulan-bulan lamanya mereka disekap, diintrogasi, dipukul,

ditendang, digantung, dan bahkan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting

yaitu, siapkah sosok yang berdiri di balik gerakan aktivis dan para mahasiswa itu? Sedangkan

Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta komisi tim orang hilang selalu mencoba mencari jejak

mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari seluruh keterangan mereka yang kembali.

Tetapi hasil yang diperoleh nihil, hingga saat Indonesia berganti penguasa pun mereka belum

dapat ditemukan (Chudori, 2017). Novel ini tidak hanya menggambarkan kekejaman era orde

baru, akan tetapi novel ini juga menghadirkan kritik pedas terhadap pemerintah. Berikut

Page 6: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

202 | Halaman

sejumlah aktivitas yang dijalankan oleh para aktivis sehingga menyulut kegarangan pengusa orde

baru:

Pengadaan Diskusi Buku Terlarang

Kebebasan berdiskusi pada era orde baru tidaklah sama seperti saat ini. Bahkan

pembicaraan terhadap karya sastra pada saat itu sudah sangat dicurigai, terlebih apabila

pembicaraan tersebut mengarah pada karya-karya Pramoedya. Karya penulis asal Blora ini

dianggap membahayakan pancasila. Oleh karena itu, semenjak rezim Soeharto itu berkuasa,

sebagian besar karya-karya yang dilarang adalah karya penulis Lembaga Kebudayaan Rakyat

yang berafilisasi dengan Partai Komunis Indonesia. Tidak hanya itu, karya-karya penulis yang

dianggap memliki hubungan dengan Uni Soviet seperti karya Karl Marx juga turut dilarang

beredar.

Laut Bercerita banyak menggambarkan tentang kisah para tokoh yang mengadakan

diskusi buku teralarang secara ilegal. Meskipun hal tersebut dilakukan secara diam-diam dan

penuh rahasia, namun tetap saja aksi mereka dapat dipergoki oleh intel. Seperti halnya kutipan

berikut:

“Belakangan Bram tahu ada salah satu kawannya, anggota OSIS

bernama Lusia Antarini, mengadukan kegiatan diskusi Bram dan kawan-

kawannya kepada ayahnya yang berhubungan dekat dengan kalangan intel.

Bram dan kawan-kawannya diintrogasi berjam-jam di sebuah kantor (yang

belakangan dia ketahui adalah sebuah kantor badan koordinasi intelejen).

“Mereka menanyakan buku-buku yang aku baca dan aku menjawab bahwa

sebagian besar buku-buku itu milik perpustakaan,” kata Bram tersenyum.

Mereka mendesak-desak Bram apakah dia mengenal para aktivis yang baru saja

ditangkap beberapa bulan silam karena memiliki dan mendiskusikan buku karya

Pramoedya. Baram mengaku tak kenal. Akhirnya setelah beberapa jam, mereka

dilepaskan dan dinasihati agar setelah dewasa, “Mbok energi yang kelebihan

itu disalurkan pada organisasi yang genah, seperti sayap Golkar gitu lo, Dik.”

(Laut Bercerita, 2017: 29-30)

Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa ada perbedaan yang mendasar antar kelas sosial, kaum

kapitalis lebih mendominasi dalam segala aspek. Karl Marx meyatakan bahwa stuktur sosial

mayarakat didasrkan pada perbedaan antara penguasa dan buruh serta antara kelas yang

mendapat hak istimewa karena pengaruh faktor keturunan dan legatitas hukum yang khusus

dibuat untuk memenuhi suatu tujuan (Ramly, 2009:149). Teori Karl marx terebut memiliki

keterkaitan yang sangat erat dengan apa yang ada dalam novel. Dalam suatu tatanan mayarakat

Page 7: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

203 | Halaman

pasti ada kaum kapitalis dan proletaris. Kaum kapitalis yang berperan sebagai penguasa dengan

segala cara akan mengamankan kedudukannya. Kaum ini akan lebih memanfaatkan sesuatu yang

melakat pada dirinya seperti kekayaan, jabatan, kekuasaan, serta keahlian dalam meraup segala

keuntungan.

Kutipan diatas menceritakan tentang penggrebekan yang terjadi pasca kegiatan diskusi.

Meskipun pembicaraan tentang karya teralarang dikaukan secara diam-diam pasti para intel akan

mencium keberadaan mereka, karena dimanapun pasti ada golongan yang pro pemerintah. Para

aktivis pada saat itu hanya diinterogasi selama beberapa jam di sebuah kantor badan koordinasi

intelejen. Selama beberapa jam pula para aktivis menyangkal tuduhan-tudahan yang selalu

mengarah pada organisasi mereka.

Aksi Pendampingan Sosial

Kaum proletaris seringkai mejadi kelompok yang tertindas dan tidak berdaya baik karena

faktor dorongan internal dari dalam dirinya ataupun tekanan eksternal dari lingkungannya.

Kemudian para pendaming sosial hadir sebagai pembawa perubahan yang turut andil dalam

membantu dalam pemecahan segala persoalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pendampingan sosial adalah interaksi dinamis antara kaum proleraris dan para pekerja

sosial.seperti halnya kutipan di bawah ini:

“Tak hanya kelompok Wirasena,Winatra, dan Taraka Yogya tetapi juga kawan-

kawan Winatra dari Jakarta, Semarang, Solo, Surabaya mengirim perwakilan

untuk bergabung atas nama Aksi Mahasiswa untuk Blangguan. Sudah beberapa

tahun terakhir, Bram, Kinan, Julius, Alex, dan tim Winatra Jawa Timur

mempelajari dan mendata konflik petani dan tentara di kawasan ini. Lahan

pertanian rakyat Desa Blangguan digusur secara paksa karena daerah

kediaman dan lahan mereka akan digunakan untuk latihan gabungan tentara

dengan menggunakan mortar dan senapan panjang. Lahan pertanian dan

jagung mereka digusur buldoser. Mendengar ini, lantas saja aku teringat “Sajak

Seonggok Jagung” karya Rendra, Sang Penyair dan aku sama-sama mengusulkan

agar mahasiswa dan aktivis melawan tentara dengan aksi tanam jagung. Kami

tak punya senapandengan bayonet; kami tak punya otot, tak punya uang. Gerakan

kami semua bermodalkan semangat, uang pribadi, dan sumbangan beberapa

individu yang secara diam-diam sudah muak dengan pemerintah Orde Baru yang

semakin represif dari tahun ke tahun. Kali ini, kami menambah senjata

perlawanan itu dengan sajak dan aksi penanaman jagung.” (Laut Bercerita,

2017:116-117)

Kutipan tersebut senada dengan asumsi Marx yang mengatakan bahwa pergulatan utama

yang dilakukan oleh manusia adalah pergulatan dalam memenuhi kebutuhan materialnya (Faruk,

Page 8: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

204 | Halaman

2015:25). Perbedaan tajam terlihat begitu jelas dalam kutipan diatas, kaum kapitalis berusaha

memulai pergulatan sosial untuk memperkuat armada tempurnya. Dengan kekuasaan mutlak

yang dimilikinya, kaum kapitalis dapat berperan sebagi penggerak dinamika sosial. Sepenggal

kutipan diatas menceritakan tentang perjuangan sekelompok mahasiswa dalam melakukan aksi

pendampingan terhadap petani. Ulah pemerintah pada saat itu membuat para mahasiswa geram,

karena sumber mata pencaharian serta tempat berteduh penduduk kecil akan diratakan dengan

tanah. Pemerintah berdalih bahwa lahan tersebut akan dijadikannya sebagai tempat pelatihan

tempu tentara dengan menggunakan mortar dan senapan laras panjang.

Demi membela kaum proletaris yang lemah dalam menentang kaum kapitalis,

sekelompok aktivis tersebut telah menyusun rencana yang matang. Namun, kejadian yang tak

terguga benar-benar terjadi, aksi mereka ini telah bocor. Banyak intel yang beralalu lalang

didaerah tersebut untuk menghentikan aksi yang telah dengan apik itu disusun. Alhasil aksi yang

telah direncakan selama beberapa pekan itu gagal. Tidak hanya itu, aksi aktivis untuk melarikan

diri dari tempat kejadian juga tidak sepenuhnya berhasil. Dalam perjalanan kembali ke kota asal

masing-masing, gerombolan aktivis tersebut dihadang oleh intel yang telah menanti mereka di

terminal. Tidak sedikit para aktivis yang dicekal hari itu. Mereka diinterogasi dan dipukul secara

brutal dan membabi buta. Beruntung keesokan harinya mereka dilepas kembali, karena

pemerintah dirasa belum cukup untuk mendapat informasi yang selama ini dicarinya, yaitu siapa

yang mendalangi aksi-aksi gabungan antara aktivis dan mahasiswa tersebut.

Bentuk-Bentuk Pemanipulasian Sejarah

Kekejian pada era orde baru, seakan-akan tidak pernah mendapatkan perhatian lebih

dimata masyarakat saat ini. Mereka lebih berefokus pada pembicaraan tentang prestasi yang

telah di raih pada era rezim Seharto tersebut. Dalam novel Laut Bercerita, pengarang

menceritakan secara gamblang peristiwa-peristiwa kelam dibalik kokohnya orde baru yang

selama ini tabu untuk dibicarakan oleh masyarakat umum. Bahkan dalam salah satu mata

pelajaran wajib di tingakat sekolahpun peristiwa semacam itu tidak pernah dicatutkan. Berikut

bentuk-bentuk pemanipulasian sejarah yang terajdi di era orde baru.

1. Penculikan Para Aktivis

Penculikan aktivis tahun 1997/1998 merupakan peristiwa penghilangan aktivis secara

paksa atau juga kerap diebut sebagai peristiwa pelenyapan terhadap para aktivis yang pro-

demokrasi. Peristiwa pelik tersebut terjadi selama tiga periode acap kali menjelang hari-hari

Page 9: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

205 | Halaman

besar seperti pemilu dan sidang MPR. Sembilan diantara para aktivis yang diculik pada periode

kedua dibebaskan dari kurungan, semantara tidak satuun dari ketiga belas aktivis yang diculik

pada periode pertama dan ketiga muncul. Fakta tersebut digambarkan melalui cuplikan kutipan

dibawah ini.

“Pada tanggal 23 April 1998, Aswin meneleponkupada suatu subuh. Alex

selamat. Dia sudah pulang ke Pamakayo. Aku begitu tekejut hingga hampir saja

terjatuh dan segera bertumpu pada pegangan kursi. Hari masih agak gelap.

Mendadak saja semuakantuk tergilas oleh berita ini. menurut Aswin, Mama Rosa,

ibunda Alex memberitakan itu dengan suara terputus-putus karena jarak jauh

Pamakayo. Tak jelas mengapa Alex dilepas oleh para penculiknya ke kampung

halamannya. Yang penting, Alex dalam keadaan sehat dan tak banyak bicara.” (Laut Bercerita, 2017:249)

Kutiapan di atas menjelaskan bahwa adalah salah satu aktivis yang diculik pada periode

kedua, terbukti bahwa dia telah dipulangkan dengan selamat sampai ke kampung halamannya.

Alasan pemerintah mengapa membebaskan semua tawanan pada periode kedua tidak dijelaskan

dalam novel ini. Apakah saat itu pemerintah memiliki maksud tersembunyi dibalik tindakannya

yang menuai kontroversi tersebut juga tidak digambarkan. Hal tersebut sesui dengan pemikiran

Marx yang menganggap bahwa kaum kapitalis memang dapat mengalami perubahan secara

mendalam tetapi tidak dilakukan dengan menyeluruh atau revolusioner (Magnis, 2000). Dalam

hal ini, pemerintah diceritakan sedikit megalami perbahan, terbukti mereka melepaskan sembilan

aktivis yang telah ditawan selama berluban-bulan. Tidak lama setelah peristiwa pembebasan

tersebut, Soeharto dengan suka rela melengserkan diri dari jabatannya sebagai presiden.

2. Penyiksaan

Aksi penculikan secara paksa pada masa orde baru seringkali diwarnai dengan tindak

kekerasan yang membabi buta. Bagaimana tidak, demi mendapatkan secuil informasi, selama

penyekapan tersebut para aktivis dihajar habis-habisan. Apabila informasi yang diinginkan tidak

berhasil didapat, maka dengan senang hati para intel akan memberikan siksaan yang lebih keji

kepada para aktivis. Penyiksaan terebut berupa:

a. Pukulan

Selama proses interogasi dilakukan, inte-intel tidak pernah tinggal diam dalam memberi

pelajaran bagi para aktivis. Mereka selalu menanyakan pertanyaan yang sama secara berulang-

ulang Hingga akhirnya mereka menjadikan para aktivis sebagai bahan bulan-bulanan, apabila

Page 10: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

206 | Halaman

mereka tidak puas dengan jawaban yang di lontarkan oleh para aktivis. Seperti halnya kutipan

berikut:

“Aku tak bisa menggerakkan leherku. Penglihatanku gelap. Mulutku

terasa asin darah kering. Hanya beberapa detik, aku baru menyadari apa yag

terjadi. Aku hanya ingin membuka mataku, tapi sukar sekali. Bukan saja karena

bengkak dan sakit, tapi perlahan-lahan aku teringat salah satu dari mereka

menginjak kepalaku dengan sepatu bergigi. Rasanya baru beberapa jam yang

lalu, atau mungkin kemarin aku tak tahu. Tulang-tulangku terasa retak karena

semalaman tubuhku digebuk, diinjak, dan ditonjok beberapa orang sekaligus.

Dimanakah aku? Begitu gelap. Kucoba menggerakkan kepalaku, tetapi juga

masih sulit. Akhirnya aku menyerah dan membiarkan diriku telungkup

beberapa lama sebelum bangsat-bangsat itu datang lagi menghantamku.” (Laut

Bercerita, 2017: 52)

Kutipan di atas mencertitakan tentang penyiksaan yang dialami oleh tokoh Bitu Laut.

Rupanya kegiatan semacam itu telah menjdi rutinitas sehari-hari bagi para aktivis yang disekap.

Tidak ada rasa kemanusiaan yang tersemat dalam diri oknum intel di era orde baru.

b.Penyetruman dan Penggantungan

Hal mengerikan seperti penyetruman dan penggantungan juga tak luput untuk dilakukan

demi menyiksa para aktivis. Lebih mencengangkan apabila tindakan tak patut tersebut didalangi

oleh aktor politik, yaitu pimpinan orde baru. Aktivitas mengerikan itu tercamtum dalam kutiapn

dibawah ini.

“ Tiba-tiba saja ikatanku dilepas dan tubuhku dijungkirbalikkan.

Kakiku diikat dan gigantung seperti ayam panggang yang dijual di warung-

warung di Petak Sembilan.

“Sekarang, kau sudah ingat posisi Kinanti dimana? Jakarta? Yogya? Solo?”

“Tidak tahu.”

Kali ini pecut listrik itu menhajar kaki dan punggungku. Sakitnya menusuk

saraf. Aku menjerit dan meminta dibunuh saja karena, sungguh, sengatan

pada saraf ini tak tertahankan sakitnya.” (Laut Bercerita, 2017:110-111)

Pengulangan adegan penyiksaan yang diwarnai dengan kegiatan interograsi setihap hari

selalu terjadi. Bahkan siksaan kejam seperti penggantungan dengan penggunaan alat kejut listrik

kerap dilakukan. Mereka adalah oknum penegak hukum yang merenggung hak dan kebebasan

warna negaranya.

Page 11: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

207 | Halaman

c. Merayapakan Semut Merah

Kebungkaman para aktivis semakin membuat oknum intel jengkel. Segala macam cara

telah dilakukan agar para ativis bersedia angkat bicara, tetapi hasilnya nihil. Hingga salah

seorang oknum memiliki metode baru yang dirasa tepat yaitu merayapkan semut merah yang

garang pada bola mata aktivis. Berikut cuplikan singkatnya:

“Saya ini penyayang binatang,” katanya tersenyum. “Semua binatang

saya pelihara. Ular, harimau, monyet, anjing, ...banyaklah. Tapi saya juga

senang serangga yang cantik dan agresif.” Dia membuka kotaknya dan

memamerkan isinya padaku. Karena posisi kepalaku masih terbalik, agak sulit

aku melihat isi kotak itu. Si Mata Merah kemudian mendekatkan kotak itu ke

mataku. Jempol dan telunjuknya kemudian mengambil sesuatu dari dalam kotak

itu: seekor semut rangrang merah yang luar biasa besar. “Perkenalkan, ini

kawan saya bernama Angelina, dan ini...” Dia mengeluarkan semut lain yang

lebih besarlagi dengan kaki yang menggasak udara, “Yunita. Keduanya sangat

senang menggigit bola mata manusia. Kata Angelina dan Yunita, darahnya

sedap...” Mata Merah tersenyum seperti iblis. Bola matanya berkilatan. Dia

tampak bergairah sekali. Perlahan, dia mendekatkan kedua semut itu ke bola

mataku.” (Laut Bercerita, 2017:111)

Tindakan tidak manusiawi ini dilakukan selama berhari-hari pasca aktivis berhasil

ditangkap, sebelum akhirnya aktivis dikurung dalam jeruji besi yang gelap gulita. Oknum intel

ingin memberi efek jera yang akan selalu diingat oleh para aktivis, agar saat kesaksiannya di

butuhkan mereka benar-benar memberikan informasi yang sebenarnya.

d. Ditidurkan Pada Balok Es

Dengan serangkaian kejam penyiksaan lainnya, mugkin ditidurkan pada balok es adalah

penyiksaan terakhir yang dialami oleh Tokoh Biru Laut sebelum ia benar-benar dihilangkan.

Penyiksaan kejam ini dilakoninya selama berjam-jam. Berikut kutipan singkatnya:

“Aku meringkuk dengan dua helai sarung menyelimuti badanku yang

basah. Kini pipiku basah oleh air mata. Bukan oleh rasa hina karena mereka

menelanjangiku dan menendangku agar aku mau mengikuti perintah mereka

untuk berjam-jam celentang di atas balok es hingga aku merasa beku dan

seluruh tubuhku membiru; bukan karena aku khawatir jantungku berdetak. Aku menangis karena ketololanku, kedunguanku menyangka bahwa semua

kawan di Winatra-kecuali-Tama-adalah orang-orang yang bercita-cita sama,

bertujuan sama. Air mataku mengalir deras dan aku sedikit tersedak, tak bisa

lagi bicara.” (Laut Bercerita, 2017:195)

Page 12: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

208 | Halaman

Kutipan tersebut menceritakan bahwa sakit yang diperoleh akibat siksaan yang luar biasa

sadisnya itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan luka yang ditimbulkan oleh orang

terdekat. Selama penyiksaan tersebut, Laut baru mengetahi siapa orang selalu membocorkan

aktivitas para aktivis dalam memperjuangkan keadilan bangsa. Orang tersebut tidak lain adalah

sahabat terdekat Laut. penghianat tertawa terbahak-bahak dan selalu sibuk dengan kamera serta

blitznya ketika Laut disiksa. Seolah-olah penghianat tersebut enggan melewatkan satupun

ekspresi Laut.

Bentuk penyiksaan di era orde baru tersebut seakan menjawab teori Marx yang

megatakan bahwa usaha-usaha praktis, oleh masa sekalipun bisa segera dijawab dengan meriam

bila sudah membahayakan, tetapi ide-ide yang telah memaku suara hati kita, adalah rantai-rantai

yang tidak dapat dilepaskan orang tanpa mematahkan hatinya; mereka adalah setan-setan yang

dapat dikalahkan orang hanya dengan menyerahkan diri kepadanya (Marx, 1842/1997:20).

Oknum pemerintah akan merasa kedudukannya aman dari kritik para aktivis dengan cara

menculik, menyiksa, bakan apabila informasi yang diberikan oleh korban dianggap kurang dan

mengada-ada maka merekapun tak segan untuk membunuh para aktivis.

3. Pelenyapan

Setelah penyekapan dan penyiksaan selama berbulan-bulan lamanya, para aktivis yang

tak kunjung memberi informasi mengenai keberadaan rekan-rekannya, akan segera dilenyapkan.

Satu per satu para tahanan diseret oleh intel, dan tidak ada yang tahu tentang keberadaan mereka

setelah saat itu. Menginggat saat itu adalah era yang sangat kejam, banyak orang menduga

bahwa mereka yang hilang itu telah dilenyapkan. Dalam novel Laut Bercerita, peristiwa

pelenyapan tersebut digambarkan oleh kutipan dibawah ini:

“Si Mata Merah mendorongku melangkah maju. Mereka meyerimpung

kedua kakiku dengan besi hingga mustahil bagiku untuk bergerak, akhirnya salah

satu dari mereka menendang betisku. Aku tersungkur. Sekali lagi siperokok itu

memegang bahuku dari belakang dan memaksaku berlutut. Tuhan, kita semakin

dekat. Kau semakin ingin menaungiku. Pada debur ombak yang kesembilan,

terdengar ledakan itu. Tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang tajam

menembus punggungku. Pedih, perih. Lalu, belakang kepalaku. Seketika aku

masih merasakan sebatang kaki bersepatu gerigi yang menendang punggungku.

Tubuhku ditarik begitu lekasoleh arus dan bola besi yang terikat pada

pergelangan kakiku. Aku melayang-layang kedasar lautan.” (Laut Bercerita,

2017:5)

Page 13: BENTUK PEMANIPULASIAN SEJARAH DI ERA ORDE BARU …

209 | Halaman

Kutipan tersebut sejalan dengan asumsi yang menyakan bahwa Marx (dalam faruk,

2015:7) aktivitas intelektual manusia terpisah dengan aktivitas praktis manusia yang hanya bila

pemabgian kerja sudah berkembang cukup jauh sehingga terbuka kemungkinan baginya untuk

hanyamenjadi pemikir, sebab kebutuhan fisik praktisnya telah diurus oleh orang lain. dapat

diartikan bahwa pada saat itu pimpinan orde baru hanya sebagai pemikir siasat atau dalang

dibalik peristiwa kelam, sedangkan oknum intel berperan sebagai kaki tangan pimpinan atau

pemenuh kebutuhan praktis.

SIMPULAN

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan terhadap novel Laut Bercerita karya Laila

S Chudori, maka terdapat beberapa permasalahan. Pertama, aktivitas para aktivis yang menyulut

kekejaman orde baru, berupa pengadaan diskusi buku-buku terlarang dan melakukan aksi

pendampingan terhadap para petani. Kedua bentuk-bentuk pemanipulasian sejarah seperti

penculikan paksa, penyiksaan, hingga pelenyapan aktivis.

DAFTAR PUSTAKA

Brewer, A. (2016). Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. (M. Santoso, Penyunt., & A. G. Capital,

Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Prometha.

Chudori, L. S. (2017). Laut Bercerita. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Dewojati, C. (2017). Ambivalensi dan Kuasa Perempuan Terjajah dalam Karina Adinda:

Lelakon Komedie Hindia Timoer dalem Tiga Bagian. Atavisme, 20il: 257 . Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Gajah Mada.

Faruk. (2015). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Putaka Pelajar.

Magnis, F. (2000). Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revolusionisme.

(K. A. Mahardika, Penyunt., & Suseno, Penerj.) Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utma.

Ramly, A. M. (2009). Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme

Historis). Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Siswantoro. (2005). Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Syafaat, M. H. (2017). Teori Kelas Karl Marx dalam Novel Entrok Karya Okky Mandasari

(Kajian Sosiologi Sastra). BAPALA, 4 (2):2.