SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

37
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA REFORMASI A. Ekonomi Indonesia pada masa orde lama (1950-1966) 1. Demokrasi Liberal a. Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959). Kondisi Ekonomi Indonesia pada masa liberal masih sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. 1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, Bangsa Indonesia menanggung beban keuangan dan ekonomi, seperti yang telah ditetapkan dalam hasil KMB. Beban tersebut berupa utang luar negeri sebesar 1,5 triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah. 2. Politik Keuangan Indonesia tidak dibuat di Indonesia melainkan dirancang di Belanda. 3. Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional. 4. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan sangat meningkat. 5. Defisit yang harus ditanggung pemerintah RI pada waktu itu sebesar Rp. 5,1 miliar.

Transcript of SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Page 1: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA

HINGGA REFORMASI

A. Ekonomi Indonesia pada masa orde lama (1950-1966)

1. Demokrasi Liberal

a. Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959).

Kondisi Ekonomi Indonesia pada masa liberal masih sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh

hal-hal sebagai berikut.

1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, Bangsa

Indonesia menanggung beban keuangan dan ekonomi, seperti yang telah ditetapkan dalam

hasil KMB. Beban tersebut berupa utang luar negeri sebesar 1,5 triliun rupiah dan utang

dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah.

2. Politik Keuangan Indonesia tidak dibuat di Indonesia melainkan dirancang di Belanda.

3. Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi

kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.

4. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk

operasi-operasi keamanan sangat meningkat.

5. Defisit yang harus ditanggung pemerintah RI pada waktu itu sebesar Rp. 5,1 miliar.

6. Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil perkebunan.

7. Angka pertumbuhan jumlah penduduk besar.

Defisit itu berhasil ditanggulangi oleh pemerintah dengan pinjaman luar negeri sebesar Rp.

1,6 miliar. Selanjutnya melaui sidang uni Indonesi-Belanda disepakati kredit sebesar

Rp.200juta dari Negeri Belanda. Masalah jangka pendek yang harus diselesaikan pemerintah

adalah:

1. Mengurangi jumlah uang yang beredar.

Page 2: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

2. Mengatasi kenaikan biaya hidup.

Sementara itu masalah jangka panjang adalah masalah pertambahan penduduk dan tingkat

kesejahteraan penduduk yang rendah.

b. Usaha untuk memperbaiki perekonomian.

1. Gunting Syarifuddin

Kebijakan gunting syarifuddin adalah pemotongan nilai uang. Tindakan keuangan ini

dilakukan pada tanggal 20 maret 1950 dengan cara memotong semua uang memotong semua

uang yang bernilai Rp. 2,50 keatas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan keuangan

ini dilakukan pada masa pemerintahan RIS oleh menteri keuangan pada waktu itu

Syarifuddin Prawiranegara.

2. Program Benteng (benteng group)

Gagasan program benteng dituangkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo dalam program

kabinet Natsir (September-April 1951). Pada saat itu Sumitro menjabat sebagai menteri

perdagangan. Selam 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia

menerima bantuan kredit dari program Benteng ini. Akan tetapi, tujuan dari program ini tidak

dapat dicapai dengan baik. Kegagalan program ini disebabkan para pengusaha pribumi tidak

dapat bersaing dengan perusahaan non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.

Kegagalan Program Benteng menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Walaupun dilanda

krisis moneter, namun menteri keuangan pada masa kabinet sukiman, Jusuf Wibisono masih

memberikan bantuan kredit, khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan

ekonomi lemah. Dengan memberikan bantuan tersebut diharapkan masih terdapat pengusaha

pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.

3. Nasionalisasi de javasche bank

Pada tanggal 19 Juni 1951, kabinet Sukiman membentuk nasionalisasi De Javasche Bank.

Kemudian berdasarkan keputusan-keputusan pemerintah RI N. 122 dan 123, tanggal 12 Juli

1951, pemerintah memberhentikan Dr. Houwink sebagai Presiden De Javasche Bank dan

mengangkat Syarifuddin Prawiranegara sebagai Presiden De Javasche Bank yang baru. Pada

tanggal 15 Desember 1951 diumumkan Undang-undang No. 24 tahun 1951 tentang

Page 3: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai Bank sentral dan Bank

Sirkulasi.

4. Sistem Ekonomi Ali-Baba

Diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo, menteri perekonomian dalam kabinet Ali

Sastroamijoyo I. Dalam sistem ini Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi, sedangkan

Baba digambarkan sebagai pengusah non pribumi. Dalam kebijakan Ali Baba, pengusaha non

pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga

bangsa indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Selanjutnya, pemerintah

menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swata nasional dan memberikan

perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Program

ini tidak dapat berjalan dengan baik, sebab pengusah pribumi kurang berpengalaman

sehingga hanya dijadikan lat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

5. Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa pemerintahan kabinet Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu delegasi ke Jenewa

untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak

Belanda. Misi yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung pada tanggal 7 Januari 1956

dicapai kesepakatan sebagai berikut:

· Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.

· Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.

· Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional, tidak boleh diikat oleh

perjanjian lain antara kedua belah pihak.

Karena pemerintah Belanda tidak mau menandatangani persetujuan ini, maka pemerintah RI

mengambil langkah sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap

melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Hal ini dimaksudkan untuk

melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sebagai tindak lanjut

daripembubaran uni tersebut, pada tanggal 3 Mei 1956 Presiden Soekarno menandatangani

undang-undang pembatalan KMB. Akibatnya, banyak pengusaha-pengusaha Belanda yang

Page 4: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih

perusahaan-perusahaan Belanda tersebut.

6. Rencana Pembangunan Lima tahun (RPLT)

Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah membentuk Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Ir. Djuanda diangkat sebagai

menteri perancang nasional. Pada bulan Mei 1956, Biro ini berhasil menyusun Rencana

Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-

1961. Rencana Undang-Undang tentang rencana Pembangunan ini disetujui oleh DPR pada

tanggal 11 November 1958. Pembiayaab RPLT ini diperkirakan mencapai Rp. 12,5 miliar.

RPLT ini tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

· Adanya depresi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal

tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.

· Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan Nasionalisasi perusahaan-

perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.

· Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan

kebijakannya masing-masing.

7. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)

Ketegangan antara pusat dan daerah pada masa Kabinet Djuanda untuk sementara waktu

dapat diredakan dengan diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Ir. Djuanda

sebagai Perdana Menteri memberikan kesempatan kepada Munap untuk mengubah rencana

pembangunan itu agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka

panjang. Akan tetapi, rencana pembangunan ini tidak dapat berjalan dengan baik karena

menemukan kesulitan dalam menemukan prioritas. Selain itu ketegangan politik yang tak

bisa diredakan juga mengakibatkkan pecahnya pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk

mengatasi pemberontakan ini diperlukan biaya yang sangat besar sehingga emningkatkan

defisit. Sementara itu ketegangan politik antara Indonesia dengan Belanda menyangkut Irian

Barat juga memuncak menuju konfrontasi bersenjata.

2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Page 5: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Strukur Ekonomi Indonesia pada waktu itu menjurus kepada sistem etatisme, artinya segala-

galanya diatur dan dipegang oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan ekonomi banyak diatur oleh

peraturan-peraturan pemerintah, sedangkan prinsip-prinsip ekonomi banyak yang diabaikan.

Akibatnya, defisit dari tahun ke tahun meningkat 40 kali lipat. Dari Rp. 60,5 miliar pada

tahun 1960 menjadi Rp. 2.514 miliar pada tahun 1965, sedangkan penerimaan negara pada

tahun 1960 sebanyak Rp. 53,6 miliar, hanya meningkat 17 kali lipat menjadi Rp. 923,4 miliar

. Mulai bulan Januari – Agustus 1966, pengeluaran negara menjadi Rp. 11 miliar, sedangkan

penerimaan negara hanya Rp. 3,5 miliar. Defisit yang semakin meningkat ditutup dengan

pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Akibatnya menambah berat angka inflasi.

Dalam rangka membendung inflasi dan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di

masyarakat, maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya

tentang penurunan nilai uang (devaluasi) sebagai berikut.

1. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50.

2. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1000 menjadi Rp. 100.

3. Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000

Usaha Pemerintah ini tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi yang semakin jauh,

terutama perbaikan dalam bidang moneter. Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan

baru bagi ekonomi secara menyeluruh, yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Dekon dinyatakan

sebagai dasar ekonomi Indonesia yang menjadi bagian dari strategi umum Revolusi

Indonesia. Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat

nasional, demkratis dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi

sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya, Dekon mengakibatkan

stagnasi dalam perekonomian Indonesia. Kesulitan-kesulitan ekonomi semakin mencolok.

Pada tahun 1961-9162 harga barang-barang pada umumnya naik 400%. Politik Konfrontasi

dengan Malaysia dan negara-negara Barat semakin memperparah kemerosotan ekonomi

Indonesia.

Pada tanggal 13 Desember 1965 melalui penetapan Presiden No. 27 tahun 1965, diambillah

langkah devaluasi dengan menjadikan Uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1. Sehingga uang

rupiah baru semestinya bernilai 1000 kali lipat uang lama. Akan tetapi didalam Masyarakat

Page 6: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi uang rupiah baru. Akibatnya,

tindakan moneter pemerintah menekan inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.

Pada masa Demokrasi terpimpin ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan

oleh pemerintah. Akibatnya pemerintah harus mengadakan peneluaran-pengeluaran yang

sangat besar, sehingga harga-harga kebutuhan pokok makin melambung tinggi. Tingkat harga

paling tinggi terjadi pada tahun 1965, yaitu sebesar 200%-300% dari tahun sebelumnya,

seiring dengan ekspor yang semakin lesu dan impor yang dibatasi karena lemahnya devisa.

Dalam rangka pelaksanaan ekonomi terpimpin, Presiden Soekarno merasa perlu untuk

mempersatukan semua bank negara kedalam satu bank sentral. Untuk itu dikeluarkan penpres

No. 7 Tahun 1965 tentang pendirian Bank Tunggal Milk Negara. Tugas bank tersebut sebagai

bank sirkulasi, bank sentral dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan itu maka dilakukan

peleburan bank-bank negara Seperti Bank koperasi dan Bank Nelayan (BKTN), Bank Umum

Negara, Bank Tabungan negara, Bank Negara Indonesia kedalam Bank Indonesia.

Selanjutnya dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan

pekerjaan dan tugas masing-masing.

B. Ekonomi Indonesia Pada Masa Orde Baru (1966-1998)

Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru. Berbeda

dengan pemerintahan Orde Lama, dalam era Orde Baru ini perhatian pemerintah lebih

ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan

sosial di tanah air. Pemerintahan Orde Baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak

Barat dan menjauhi pengaruh ideologi komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia

dan Dana Moneter International (IMF).

Sebelum rencana pembangunan lewat Repelita dimulai, terlebih dahulu pemerintah

melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di

dalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan kembali

tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan menghidupkan kembali

kegiatan produksi, termasuk ekspor yang sempat mengalami stagnasi pada masa Orde Lama.

Pada permulaan Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan

ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan

Page 7: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

keuangan negara dan pengamanan kebutuhan poko rakyat. Tindakan pemerintah tersebut

dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat

inflasi kurang lebih 650% setahun. Hal itu menjadi penyebab dari kurang lancarnya program

pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah.

Arah dan kebijakan Ekonomi yang ditempuh oleh pemerintah Orde Baru diarahkan pada

pembangunan disegala bidang. Pelaksanaan pembangunan orde baru bertumpu pada program

yang dikenal dengan sebuah program yang dikenal dengan Trilogi Pembangunan, yaitu

sebagai berikut.

a) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

b) Pertumbuhan eoknomi yang cukup tinggi.

c) Stabilitas nasional yabg sehat dan dinamis.

Pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan orde baru

secara periodik 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun). Pembangunan

yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a) Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Tujuan dari Pelita I adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan

dasar –dasar pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya. Sasaran yang hendak dicapai ialah

pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih

menekankan kepada pembangunan bidang pertanian.

b) Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)

Sasaran utama Pelita II yaitu tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana,

mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.

c) Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)

Pelita III menekankan pada Trilogi Pembangunan dengan tekanan pada asas pemerataan,

yaitu :

Page 8: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

· Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak (pangan, sandang dan papan);

· Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan;

· Pemerataan pembagian pendapatan;

· Pemerataan kesempatan kerja;

· Pemerataan kesempatan berusaha;

· Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalm pembangunan;

· Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air; dan

· Pemerataan memperoleh keadilan.

d) Pelita IV (1 April 1984 – 13 Maret 1989)

Pada titik ini pemerintah lebih menitikberatkan kepada sektor pertanian menuju swasembada

pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.

e) Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)

Pada Pelita ini pemerintah menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.

f) Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)

Pada Pelita VI Pemerintah masih menitikberatkan pembangunan pada sektor ekonomi yang

berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia sebagai pendukungnya.

C. Ekonomi Indonesia Pada Masa Transisi

Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS mengalami

suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan ‘jual’. Apa yang

terjadi di Thailand akhirnya merembet ke Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, awal

dari krisis keuangan di Asia. Sejak saat itu, posisi mata uang Indonesia mulai tidak stabil.

Page 9: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah mulai menggoncang

perekonomian nasional. Untuk mencegah agar keadaan tidak tambah memburuk, pemerintah

Orde Baru mengambil beberapa langkah konkret, diantaranya menunda proyek-proyek senilai

Rp 39 triliun dalam upaya mengimbangi keterbatasan anggaran belanja negara yang sangat

dipengaruhi oleh perubahan nilai rupiah tersebut.

Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik

sebagai berikut:

• Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada pertengahan 1997, pada saat itu dari Rp. 2.500

menjadi Rp 2.650 per dollar AS. Sejak masa itu keadaan rupiah menjadi tidak stabil.

• Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi krisi ekonomi yang kemudian

memuncuilkan krisis politik terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

• Pada awal pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintahan reformasi.

Namun, ternyata pemerintahan baru ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, sehingga

kalangan masyarakat lebih suka menyebutnya sebagai masa transisi karena KKN semakin

menjadi, banyak kerusuhan.

D. Ekonomi Indonesia Pada Masa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid

memiliki karakteristik sebagai berikut:

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai

mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju

inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri

jufga sudah mulai stabil.

Hubungan pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan IMF juga

kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU No.23 tahun 1999

mengenai bank Indonesai, penerapan otonomi daerah (kebebasan daerah untuk pinjam

uang dari luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda.

Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor asing

menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia.

Page 10: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin,

dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian dalam

perdagangan saham di dalam negeri.

E. Ekonomi Indonesia Pada Masa Presiden Megawati Soekarnoputri

Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami masalah-masalah yang mendesak

untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan

yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain : .

a) Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club

ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun. .

b) Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam

periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-

kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak

kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. . .

Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi

belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi

membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan

mengganggu jalannya pembangunan nasional.

F. Ekonomi Indonesia Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yuudhoyono

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial yaitu

mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar

belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi

sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni

Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke

tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.Kebijakan

yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan

pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta

mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah

diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang

Page 11: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.

Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja.

Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi

kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-

undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan

jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF

sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti

agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk

berhutang lagi pada luar negeri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa

kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk

miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan

Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit

perbankan ke sektor riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI),

sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi

pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan

daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya

mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang

kondusif. .

SEJARAH EKONOMI INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA ERA REFORMASI

1.  PEMERINTAHAN ORDE LAMA

Sejak berdirinya negara Republik Indonesia, sudah banyak  tokok-tokoh

negara yang saat itu telah merumuskan bentuk perekonomian yang tepat bagi

bangsa Indonesia, baik secara individu maupun diskusi kelompok. Tetapi pada

pemerintah orde lama masih belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi

negara Republik Indonesia yang memburuk.

- Orde lama (Demokrasi Terpimpin)

Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara

lain  disebabkan oleh :

Page 12: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

a. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata

uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu

pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu

mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata

uang pendudukan Jepang.

b. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk

menutup pintu perdagangan luar negeri RI.

c. Kas negara kosong.

d. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan

ekonomi, antara lain :

a. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman

dengan   persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.

b. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak

dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di

Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.

c. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh

kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang

mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang,

serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.

d.  Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947

Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948

e. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan

beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan,

diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor

pertanian merupakan sumber kekayaan).

-  Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem

ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan

pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire

Page 13: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa

bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada

akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang

baru merdeka.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara

lain :

a) Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950,

untuk  mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

b) Program Benteng (Kabinet Natsir)

c) Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951

lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

d) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak

Cokrohadisuryo

e) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk

pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

- Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan

sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada

sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini,

diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam

sosial, politik,dan ekonomi (mengikuti Mazhab Sosialisme). Akan tetapi,

kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu

memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.

2. PEMERINTAHAN ORDE BARU

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di

Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era

pemerintahan Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998.

Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal

ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,

kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

Page 14: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Orde Baru, Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa

jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara

berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan [[1998].

      Politik

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan

secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan

yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih

perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan

menempuh kebijakannya melalui struktur Administratif yang didominasi militer

namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak

berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan

militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan

Aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang

adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada

Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.

      Eksploitasi sumber daya

Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan

pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya,

jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan

1980-an.

      Warga Tionghoa

Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967,

warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan

Page 15: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga

menghapus hak-hak Asasi mereka. Kesenian Barongsai secara terbuka, perayaan

hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal

ini diperjuangkan oleh komunitas china indonesia terutama dari komunitas

pengobatan china tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak

pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa di tulis dengan bahasa

mandarin. Mereka pergi hingga ke Makhamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung

indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa china indonesia bejanji

tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan

pemerintahan Indonesia. Untuk keberhasilan ini kita mesti memberi

penghormatan bagi Ikatan Naturopatis Indonesia ( I.N.I ) yang anggota dan

pengurus nya pada waktu itu memperjuangkan hal ini demi masyarakat china

indonesia dan kesehatan rakyat indonesia. Hingga china indonesia mempunyai

sedikit kebebasan dalam menggunakan bahasa Mandarin.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah

Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia.

Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer indonesia dalam hal ini adalah ABRI

meski beberapa orang china indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional

Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan

pemerintah. Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang

populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat

Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air.

Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai

pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh

komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan. Orang

Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk

menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.

      Kebijakan Ekonomi pada Masa Orde BaruPada masa Orde Baru, Indonesia melaksanakan pembangunan dalam

berbagai aspek kehidupan. Tujuannya adalah terciptanya masyarakat adil dan

makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Pelaksanaan

pembangunan bertumpu pada TrilogiPembangunan, yang isinya meliputi hal-hal

berikut.

1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 16: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.

Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Nasional disusun Pola Umum

Pembangunan Jangka Panjang yang meliputi kurun waktu 25-30 tahun.

Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 25 tahun pertama dimulai tahun 1969 –

1994. Sasaran utama PJP I adalah terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan

tercapainya struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian.

Selain jangka panjang juga berjangka pendek. Setiap tahap berjangka waktu

lima tahun. Tujuan pembangunan dalam setiap pelita adalah pertanian, yaitu

meningkatnya penghasilan produsen pertanian sehingga mereka akan

terangsang untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari yang dihasilkan oleh

sektor industri. Sampai tahun 1999, pelita di Indonesia sudah dilaksanakan

sebanyak 6 kali.

Dalam membiayai pelaksanaan pembangunan, tentu dibutuhkan dana yang

besar. Di samping mengandalkan devisa dari ekspor nonmigas, pemerintah juga

mencari bantuan kredit luar negeri. Dalam hal ini, badan keuangan internasional

IMF berperan penting. Dengan adanya pembangunan tersebut, perekonomian

Indonesia mencapai kemajuan. Meskipun demikian, laju pertumbuhan ekonomi

yang cukup besar hanya dinikmati para pengusaha besar yang dekat dengan

penguasa. Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan pemerataan dan

landasan ekonomi yang mantap sehingga ketika terjadi krisis ekonomi dunia

sekitar tahun 1997, Indonesia tidak mampu bertahan sebab ekonomi Indonesia

dibangun dalam fondasi yang rapuh. Bangsa Indonesia mengalami krisis

ekonomi dan krisis moneter yang cukup berat. Bantuan IMF ternyata tidak

mampu membangkitkan perekonomian nasional. Hal inilah yang menjadi salah

satu faktor penyebab runtuhnya pemerintahan Orde Baru tahun 1998.

      Runtuhnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi

1. Runtuhnya Orde Baru

Page 17: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis

moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus

memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus

memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus

meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan

munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh

mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan

reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12

Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat

mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat

mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan,

dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi

gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”. Menanggapi aksi reformasi tersebut,

Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi

Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang

bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan

DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite

Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk

diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut

menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.

Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri

dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil

presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru

dan dimulainya Orde Reformasi.

Page 18: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

      Kelebihan dan Kekurangan sistem Pemerintahan Orde Baru

* Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70

dan pada 1996     telah mencapai lebih dari AS$1.000

* Sukses transmigrasi

* Sukses KB

* Sukses memerangi buta huruf Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru

* Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme

* Pembangunan Indonesia yang tidak merata

* Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata

bagi si kaya dan si miskin)

* Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

* Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang

ditahan

3.  PEMERINTAHAN REFORMASI

Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari

jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil

presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru

dan dimulainya Orde Reformasi.

Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang

oleh gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta

dan di kota-kota lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa

Tragedi Semanggi, yang menewaskan 18 orang.

Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan

Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi.

Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan

kebebasan berekspresi.

Presiden BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah

tahanan politik dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan

dibebaskan, tiga hari setelah Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan

secara bergelombang. Tetapi, Budiman Sudjatmiko dan beberapa petinggi Partai

Page 19: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Rakyat Demokratik baru dibebaskan pada era Presiden Abdurrahman Wahid.

Setelah Habibie membebaskan tahanan politik, tahanan politik baru muncul.

Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas tuduhan menghina pemerintah atau

menghina kepala negara. Desakan meminta pertanggungjawaban militer yang

terjerat pelanggaran HAM tak bisa dilangsungkan karena kuatnya proteksi

politik. Bahkan, sejumlah perwira militer yang oleh Mahkamah Militer Jakarta

telah dihukum dan dipecat karena terlibat penculikan, kini telah kembali duduk

dalam jabatan struktural.

Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998,

ada lima isu terbesar yang harus dihadapinya, yaitu:

a. masa depan Reformasi;

b. masa depan ABRI;

c. masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;

d. masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta

e. masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam

rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat.

a.    Kebijakan dalam bidang politik

Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undang-

undang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih

demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.

1.      UU No. 2 Tahun 1999 tentang partai politik

2.      UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.

3.      UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.

b.    Kebijakan dalam bidang ekonomi

Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor

perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang

Page 20: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c.    Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers

Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat

kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai

golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka

kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat,

kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan

cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).

d.   Pelaksanaan Pemilu

 Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu

multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu

tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Keberhasilan lain masa pemerintahan

Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur. Usaha Fretilin yang

memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon. Pemerintah Habibie

mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur.

Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di bawah

pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa

mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur

lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat

kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan

presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.

4.    PEMERINTAH INDONESIA BERSATU

   PEMERINTAHAN INDONESIA BERSATU JILID I  (ERA SBY-JK) == (2004-

2009)

Kabinet Indonesia Bersatu (Inggris: United Indonesia Cabinet) adalah kabinet

pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.

Kabinet ini dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada

tahun 2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan

perombakan kabinet untuk pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi

Page 21: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden melakukan perombakan

kedua pada 7 Mei 2007. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu pada awal

pembentukan (21 Oktober 2004), perombakan pertama (7 Desember 2005), dan

perombakan kedua (9 Mei 2007).

Pada periode ini, pemerintah melaksanakan beberapa program baru yang

dimaksudkan untuk membantu ekonomi masyarakat kecil diantaranya Bantuan

Langsung Tunai (BLT), PNPM Mandiri dan Jamkesmas. Pada prakteknya, program-

program ini berjalan sesuai dengan yang ditargetkan meskipun masih banyak

kekurangan disana-sini.

  PEMERINTAHAN INDONESIA BERSATU JILID II (ERA SBY – BOEDIONO) ==

(2009-2014)

Kabinet Indonesia Bersatu II (Inggris: Second United Indonesia Cabinet)

adalah kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan

partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang

mendapatkan kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah

Partai Golkar yang bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono

pada Pilpres 2009, serta kalangan profesional. Susunan Kabinet Indonesia

Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik

sehari setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian

Menteri Keuangan.

Pada periode ini, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan

empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional negara

yaitu :

1.      BI rate

2.      Nilai tukar

3.      Operasi moneter

4.      Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan

makroprudensial lalu lintas modal.

Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi diatas, diharapkan pemerintah dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang akan berpengaruh pula pada

meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Page 22: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Kinerja Pemerintahan SBY - Tak terasa sudah 1 tahun pemerintahan

SBY jilid II berjalan, Namun masih saja dianggap gagal serta mendapat rapor

merah dari beberapa kalangan. Dan kali ini pengamat ekonomi dunia pun ikut

bicara terkait dengan kinerja pemerintahan SBY yang sudah 1 tahun ini.

Perolehan suara 60 % dalam Pilpres 2009 dan mendapat dukungan mayoritas di

parlemen ternyata belum bisa dioptimalkan pasangan Susilo Bambang

Yudhoyono dan Boediono untuk melakukan langkah-langkah yang konkrit dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Di mata pengamat ekonomi politik dari Northwestern University, Amerika

Serikat, Prof Jeffrey Winters, buruknya kinerja pemerintahan SBY tidak lepas

dari sikap Presiden SBY dalam menjalankan pemerintahan. SBY dianggap lebih

suka terlihat cantik, santun dan berambut rapi di depan kamera dibanding

bekerja keras mengatasi persoalan-persoalan yang ada di Indonesia.

Apa pandangan Anda terhadap kinerja SBY-Boediono selama

menjalankan pemerintahan?

Sampai saat ini dilihat kinerja pemerintahan SBY-Boediono rendah. Dan

perlu dicatat prestasi yang rendah kepemimpinan SBY bukan sesuatu yang baru.

Karena sejak 2004 memang kinerjanya tidak pernah tinggi. Jadi kombinasi SBY-

Kalla yang sudah mengecewakan menjadi lebih parah dengan kombinasi SBY-

Boediono.

Meski pada masa SBY-JK kinerjanya buruk, paling tidak Jusuf Kalla dikenal

sebagai orang yang tidak sabar dan sering mendorong SBY untuk bertindak dan

ambil keputusan. Tetapi akhirnya Kalla menjadi capek, frustrasi dan memilih

lepas saja.

Tapi lepas dari itu semua pemerintahan SBY juga sudah melakukan tugas-

tugas yang seharusnya dilakukan walaupun belum maksimal. 

- TERIMA KASIH -

Page 23: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

BAB 2 SEJARAH EKONOMI INDONESIA DARI ORDE LAMA HINGGA ERA REFORMASIPosted on Maret 23, 2011

ORDE LAMA

Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)Keadaan ekonomi dan keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh :Inflasi yang sangat tinggi yang dikarenakan beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.

Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :

Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.

Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.

Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.

Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947 Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga

bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa

petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).

Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori

Page 24: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :

1. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

2. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.

3. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

4. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr. Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

5. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.

Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :

1. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.

2. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.

3. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih

Page 25: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.

Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salahsatu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, ekonomi, maupun bidang-bidang lain.

ORDE BARU

Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salahsatu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri.Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima tahun).Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB dan pengaturan usia minimum orang yang akan menikah.Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil. Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.

ORDE REFORMASI

Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden

Page 26: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.

Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri

Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :

1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional.

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

Kebijakan kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk

Page 27: SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA.docx

berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.

 

Sumber :

http://onlinebuku.com/2009/03/06/sejarah-perekonomian-indonesia/

Nama : Hanggar Hardiyudha

Kelas : 1EB17

NPM : 29210265