Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi...

166
i Ismet Ahmad, Ph.D Catatan dari Senayan Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia:

Transcript of Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi...

Page 1: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

i

Ismet Ahmad, Ph.D

Catatan dari Senayan

Lanskap MasalahPembangunan Indonesia:

Page 2: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

ii

© Ismet Ahmad, Ph.D

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia:

Catatan dari Senayan

vi + 160 hlm; 14,5 x 21 cm

Layout: Mahfud

Desain Cover: Mamoru

Edisi Khusus: November 2011.

Diterbitkan pertama kali oleh:

Program Magister Sains Administrasi Pembangunan

Universitas Lambung Mangkurat

(MSAP UNLAM)

Banjarbaru. Kalimantan Selatan.

Website: www.msap-unlam.ac.id

E-mail: [email protected]

ISBN: 979-17086-7-3

Page 3: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

iii

Pada akhir Mei 2010 sebuah film dokumenter berjudul“Hungry is the Tiger” atau “Harimau Yang Lapar” ditayangkandi stasiun TV Metro. Yang menarik dari tayangan itu adalahapa yang dituturkan oleh sang Executive Producer: “Ini adalahprestasi yang membanggakan bagi industri kreatif Indonesia. Sekaliguspelecut semangat anak bangsa untuk terus mempersembahkan karya-karya Indonesia terbaik ke dunia internasional dan sekarang di TV diIndonesia”. Memang benar sekali bahwa anak bangsa perludidorong untuk bekerja keras melawan segala kebathilan danberjuang untuk kebenaran dan sekaligus untuk keadilan,kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Penggambaran suatu ironi dengan visual yang tajamdan indah dalam film tersebut tidak hanya memaparkanfakta mengenai sakitnya kelaparan dan kekurangan gizi,melainkan juga kontrasnya kekayaan alam dan kemiskinanrakyatnya. Keluhuran cerita wayang kulit di dalamnya yangmenggambarkan sejarah panjang bangsa Indonesia sebagainegeri makmur dan kaya lalu mengalami penjajahan, teruskehilangan daya dan upaya untuk memberi makan dirisendiri hingga menimbulkan kelaparan pada rakyatnyajuga memperkuat pesan film ini bagi penontonnya.

Jika disimak dengan baik, film tersebut memberikannuansa permenungan yang pahit dan mengundangpertanyaan-pertanyaan tajam, seperti misalnya mengapabegitu banyak kemiskinan di negeri yang katanya kayaraya ini; dengan menunjukkan fakta bahwa 38 juta orangdi Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari Rp10.000 per hari. Dinamika ketakutan versus kebahagiaanserta kelaparan versus harapan dalam film dokumenter inimerupakan tantangan bagi orang-orang yang tersihirglobalisasi ekonomi. Seolah menyindir pujian orang asingterhadap Indonesia, film ini mempertanyakan dapatkahsebuah negara disebut sebagai “macan ekonomi” di saat

SEKAPUR SIRIH

Page 4: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

iv

macannya lapar? Setidaknya harus timbul kesadaran bagipara penontonnya, betapa ironisnya sebuah negara kayabernama Indonesia, tetapi rakyatnya masih banyak yangterperangkap jerat kemiskinan.

Melalui buku ini ingin digambarkan bahwa negeri inimemang bergerak maju, namun dengan terengah-engahsehingga majunya pun sangat lambat dan denganpengorbanan sumberdaya yang terlalu besar. Kebocoranpada sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dari anggarannegara, terutama akibat maraknya korupsi, merupakan“economic leakage” yang sangat menghambat gerak majupembangunan tersebut. Pertumbuhan ekonomi yanglambat, tidak memadai untuk menyediakan lapangan kerjadan untuk memberikan pendapatan yang layak bagi rakyat,pada gilirannya menimbulkan permasalahan sosial, politik,keamanan, yang selanjutnya balik menghambat lajupertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Permasalahan bangsa yang kita hadapi dewasa ini yangtidak terlepas dari kebijakan yang diambil dan dilakukan olehpara penguasa di masa-masa lalu ingin diungkap secara semidetail dan komprehensif. Pengungkapan permasalahanbangsa yang merisaukan, samasekali bukan dimaksudkanuntuk menghadirkan pesimisme, melainkan untukmendorong penyadaran akan realitas yang harus dihadapitanpa rasa takut. Isu pokok yang ingin ditawarkan melaluibuku ini adalah bagaimana memahami permasalahanpembangunan nasional dan kemudian mengajak bersepakatkepada semua pihak bahwa Indonesia harus berbenah untukmendapatkan kembali martabat sebagai negara bangsa yangmerdeka dan berdaulat secara sosial politik.

Semoga kiranya buku ini dapat memberi manfaatbagi para pembaca dalam mengemban tugas sebagaiwarga Negara Indonesia.

Jakarta, Oktober 2011

Ismet Ahmad

Page 5: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

v

Sekapur Sirih

Daftar Isi

Bab I. Ibu Pertiwi Masih Bersedih

1.1. Kemiskinan Rakyat Jaba

1.2. Ketidak-adilan Ekonomi

1.3. Korupsi Makin Telanjang

Bab II. Terkepung Neoliberalis

2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi

2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib

2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

Bab III. Industrialisasi Sentralistis

3.1. Industrialisasi Mengabaikan Kaitan Pertanian

3.2. Industrialisasi Mengingkari Pedesaan

3.3. Pengabaian Pemerataan Penduduk

Bab IV. Liberalisasi Utang Luar Negeri Berujung BLBI

4.1. Liberalisasi Utang

4.2. Malapetaka BLBI

4.3. Kerugian Negara Tak Terperikan

Bab V. Penerusan Pinjaman Bergaya Sinterklas

5.1. Bagian Anggaran 999.04

5.2. Posisi Piutang Bersumber Penerusan Pinjaman

5.3. Potensi Kerugian Negara

DAFTAR ISI

Page 6: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

vi

Bab VI. Menalangi Bank Dirampok Pemilik: Skandal BankCentury

6.1. Merger 3 Bank dan Bail-out Kontroversial

6.2. Fabrikasi Data dan Kelalaian

6.3. Penggelembungan Bail-out dan Penyaluran yang Ghaib

Bab VII. Kemana Setoran Perusahaan Pertambangan?

7.1. Tak Memadainya Manfaat Pada Rakyat

7.2. Tambang Emas Freeport

7.3. Akal-akalan Royalti Batubara

Bab VIII. Kebocoran Perpajakan

8.1. Keluhan Defisit dan Rasio Perpajakan

8.2. Kebocoran Pajak

8.3. Gayus Pembuka Kotak Pandora?

Bab IX. Penghamburan Duit Pilkada

9.1. Era Pemilihan Langsung

9.2. Pilkada Mahal, Penuh Kecurangan dan Sengketa

9.3. Pilkada Perlu Perbaikan

Bab X. Indonesia Raya Mesti Berbenah

10.1. Reformasi Mandeg Dimana?

10.2. Pembenahan Perpolitikan dan Pemilu

10.3. Melanjutkan Desentralisasi

Bab XI. Bersusah-payah Membangun Negeri

11.1. Mendongkrak Anggaran Pendapatan Negara

11.2. Mendorong Gerak-Maju Ekonomi Makro

11.3. Reorientasi Kebijakan Strategis

Referensi

Daftar Index

Page 7: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

1

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

1.1. Kemiskinan Rakyat Jaba.

Meskipun perkembangan produk domestic bruto(PDB) dan pendapatan per kapita Indonesia dewasa inisudah membesar sehingga dapat masuk ke dalamkelompok G-20, namun sehari-hari kita masihmenyaksikan, baik langsung dengan mata kepala, melewatikoran maupun melalui media elektronik, kehidupanmasyarakat jaba (common people) yang memprihatinkan.Sebagaimana banyak diberitakan, pada 17 September 2008yang lalu 21 orang meninggal berebut jatah mendapatkanuang zakat di Pasuruan Jawa Timur. Di tempat lain adapemandangan orang-orang berbondong datang hanyauntuk mencicipi bagaimana rasanya makan enak pada suatuopen house sampai-sampai dilaporkan ada perempuan yangtersiram panasnya opor ayam demi segenggam plastikberisi makanan gratisan salah satu provinsi. Selain itu,kericuhan dan rebutan terjadi di baru-baru tadi, 18Agustus 2011, antri pembagian 3 kg beras di sebuahklenteng di Pekalongan yang karena berdesakan makabeberapa orang sampai pingsan.

Dari peristiwa-peristiwa tersebut dilihat bagaimanaberdesaknya rakyat negeri untuk uang ataupun beras yangmungkin bagi konglomerat dan pejabat pemerintah negeri

Bab IIBU PERTIWI MASIH BERSEDIH

Page 8: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

2

Ismet Ahmad

ini sangat tidak berarti. Padahal di sisi lain, lelahnyamengantri penerima zakat dan penerima raskin tersebuttidaklah sebanding dengan nilai yang mereka peroleh.Namun nilai itu cukup berarti dipandang dari bagaimanamereka harus memeras keringat setiap hari untuk mengaisrezeki menghidupi keluarga.

Yang barangkali paling mengiris perasaan bagi yangpunya hati nurani adalah fenomena dimana ada warganegara miskin-papa di Jakarta yang mengolah danmemakan daging busuk dalam buangan sampah ataumengais sisa makanan di antara sampah plastik, sepertidiabadikan oleh yang menamakan dirinya Onkytombetanggal 27 April 2010. Mereka pastilah terpaksamelakukannya untuk menyambung nafas, karena bahanmakanan yang harganya tidak terjangkau oleh merekadengan pekerjaan tidak menentu, atau oleh peminta-minta.

Rakyat jaba yang miskin begitu besar jumlahnya, yanghingga kini belum terentaskan. Biro Pusat Statistik (BPS,2011) mengumumkan bahwa penduduk miskin pada bulanMaret 2008 tercatat sebesar 34,96 juta orang, bulan Maret2009 turun menjadi 32,53 juta orang, dan bulan Maret 2010menjadi 31,67 juta orang yang berarti 13,33% dari jumlahpenduduk. Namun, perlu dicatat bahwa sebagaimana yangterungkap dalam RDP Komisi XI DPR RI dengan Bappenas,Kementrian Keuangan, Bank Indonesia dan BPS, 13 Juni2011, angka kemiskinan yang dipublikasikan BPS kepadamasyarakat adalah perhitungan setelah diglontorkannyaBLT (bantuan langsung tunai), pembagian raskin (berasuntuk orang miskin), jamkesmas (jaminan kesejahteraansosial masyarakat), subsidi pangan dan semacamnya. Tanpamemasukkan semua ini sebagai bagian dari kemampuanbelanja maka catatan jumlah orang miskin tentunya akanjauh lebih besar.

Pertumbuhan ekonomi yang merupakan ukuranpenting indikator ekonomi makro menjadi andalan utama

Page 9: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

3

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

sejak Orde Baru. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi,diyakini akan mempu menciptakan kesempatan kerja yangsemakin terbuka, sehingga jumlah angka penganggurandapat dikurangi. Seberapa besar kesempatan kerjabertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi (employ-ment multiplier) sangatlah tergantung kepada sifat darikegiatan ekonomi yang berkembang, apakah ia padat karyaataukah padat modal. Semakin banyak yang padat karyamaka semakin besar kesempatan kerja yang terbuka akibatpertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga diharapkanakan memberi “trickle down effect”, sehingga terjadipembagian kue pembangunan yang lebih adil dan merata.Itulah sebab nya, mengapa pemerintah seringkali berjuangkeras untuk menyandingkan kata pemerataan sebagaipadanan kata pertumbuhan. Pemerintah berkeinginan agar“pertumbuhan dan pemerataan” mestinya dapat segeradiwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sejarahmemberi catatan bahwa tidak ada bukti kalau suatu negaramampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya, makasecara otomatis pemerataan pembangunan nya pun bakaltercapai. Justru yang sering terjadi adalah kebalikannya,karena pertumbuhan ada pada segmen ekonomi yang lebihproduktif dan trickle down effect tidak jalan.

Pertumbuhan dan pemerataan (growth and equity)seringkali sangatlah sulit untuk diraih dalam kurun waktuyang berbarengan. Kedua kondisi ini malah acapkali“bertabrakan”. Dengan fenomena yang demikian, di masaOrde Baru kita dikenalkan pula dengan ukuran “stabilitas”.Bahkan terkadang ditambah dengan kata-kata “dinamis”.Maksudnya agar terjadi kendali dalam mengejarpertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun tetap terciptapemerataan pembangunan yang semakin adil, tetapimaksud ini ternyata tidak tercapai secara memadai.

Frekwensi kemiskinan pada dasarnya sejalan-sejajardengan jumlah angkatan kerja yang menganggur, setengah

Page 10: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

4

Ismet Ahmad

menganggur (underemployed) , dan menganggur takkentara (disguished unemployed) yang ternyata dialami olehhampir semua tingkatan pendidikan, dari yang tidaktamat sekolah dasar sampai yang sarjana. KementrianKeuangan pada RDP tersebut di atas menyatakan bahwapengangguran terbuka tahun 2008 ada 9,38 juta orang(8,39%), naik lagi 8,96 juta (7,87%) pada tahun 2009 danturun menjadi 8,32 juta orang (7,14%) tahun 2010.Penghitungan pengangguran ini dengan definisi betul-betul tidak bekerja dalam kurun waktu pencatatan persemester dimana orang yang bekerja 1 jam per minggupun dianggap tidak menganggur.

Sebagai akibat dari kurangnya kesempatan kerja didalam negeri dan kemiskinan yang mendera sejumlah besarpenduduk maka banyak yang terpaksa mencari kerja di luarnegeri walaupun hanya sebagai pembantu rumah tanggaatau buruh kasar. Hasil audit kinerja atas penempatan danperlindungan kerja Indonesia di luar negeri oleh BadanPemeriksa Keuangan (BPK, 25 Juni 2011) menunjukkanbahwa jumlah TKI (tenaga kerja Indonesia) yangditempatkan di 46 negara mencapai 3,01 juta orang. Merekaberasal dari 19 provinsi dan 156 kabupaten/kota. Kawasanpenempatan terbesar adalah Asia Pasifik dan Timur Tengah.

Yang menjadi permasalahan dalam pengiriman TKIini adalah bahwa sebagian besar dari mereka adalahpekerja kasar (blue collar); bagi yang laki-laki berupa buruhbangunan ataupun sopir, dan bagi yang perempuanberupa pembantu rumah tangga bagi yang perempuan.Dalam perjalanan waktu, tidak jarang terjadi perlakuanyang tidak manusiawi, terutama terhadap TKW (tenagakerja wanita) yang umumnya bekerja sebagai pembanturumah tangga. Bahkan ada yang dihukum pancung danada yang pulang membawa bayi karena diperkosa,sementara pemerintah terkesan kurang membela mereka,merupakan hal yang amat memilukan dan memalukanterhadap bangsa ini.

Page 11: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

5

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Penanganan TKI di luar negeri sangat jelasmenunjukkan berbagai kelemahan, dari mulai perekrutan,pemberangkatan sampai pemantauan. BPK dalamKompas, 25 Juni 2011, mengemukakan 7 pokok- pokoktemuan. Pertama, rekrutmen belum didukung proses yangvalid dan transparan. Kedua, penyiapan tidak didukungdengan pelatihan dan pemeriksaan kesehatan yangterintergrasi. Ketiga, kurang didukung intergrasi sistemserta penegakan aturan yang tegas. Keempat, asuransibelum memberikan perlindungan yang memadai. Kelima,data penetapan tidak akurat. Keenam, penangan danpenyelesaian masalah bersifat parsial. Dan ketujuh,evaluasi data dan informasi tidak ditangani secara serius.Dengan adanya tekanan politik, kemudian Pemerintahmulai 1 Agustus 2011 memberlakukan moratoriumpengiriman TKW ke nagara-nagar Timur Tengah yangbelum ada nota kesepahaman.

Kerusuhan sosial dan ketidakpuasan masyarakatyang didemonstrasikan oleh mahasiswa dan masyarakatumum menghiasi koran dan layar kaca seakan sudah halyang biasa. Hal ini terkait juga dengan fakta kemiskinandan ketidak-adilan. Berapa banyak kriminalitas terjadiakibat motif sederhana, yaitu perut yang lapar, sementarapara pejabat dan pengusaha hitam yang semestinyakenyang namun terus menerus seolah kelaparan.Dikatakan oleh banyak orang bahwa para pejabat danpengusaha hitam dimaksud sepertinya menunjukkannafsu menguasai segala yang ada di atas muka bumi danbahkan juga di perut bumi.

Pendapatan per kapita penduduk yang pada waktuselesainya Perang Dunia II kurang lebih sama dengan Ko-rea Selatan, ternyata kini kita jauh tercecer dimanapendapatan per kapita mereka tahun 2008 saja sudahsekitari 10 kali kita. Selanjutnya, sebagaimana diberitakanIda Rastika (http://oase.kompas.com 31/01/2011), utusankhusus MDGs (Tujuan Pembangunan Milenium), NilaDjuwita Moeloek, seusai acara Parliamentary Stand Up For

Page 12: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

6

Ismet Ahmad

MDGs di Gedung DPRRI tgl 17/9/2010, mengemukakanbahwa meski target pengurangan angka kemiskinanekstrem dan kelaparan sebagai salah satu sasaran tercapai,namun pada kenyataannya rakyat Indonesia masih miskin.Pendapatan 1 dollar AS (kurang dari Rp 9.000 nilai tukarwaktu itu) per hari tidaklah cukup untuk memenuhikebutuhan hidup.

Tanggal 20-22 September 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan Pertemuan Tingkat Tinggi untukmengecek kemajuan MDGs. Dalam pertemuan itu delegasiIndonesia dipimpin Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.Dalam melaporkan tingkat pencapaian sasaran-sasaranMDGs, Indonesia menggunakan ukuran US $ 1,00 per hariper kapita sebagai ambang batas dalam menghitung inci-dence of poverty (angka kemiskinan). Adalah wajar untukmempertanyakan kualitas hidup yang bagaimana denganpendapatan tepat di ambang batas itu, ataupun sedikit diatasnya, yang menurut ukuran itu tidak tergolong miskin.

Dengan ukuran itu dilaporkan bahwa pada tahun1990, sekitar 20,6 % penduduk pendapatannya di atas 1dollar AS per hari. Tahun 2010, dari hasil sensuspenduduk, menurut analis Kampanye dan AdvokasiMDGs PBB di Indonesia, Wilson TP Siahaan, angka itumenjadi sekitar 13,33 % jumlah penduduk, atau ada 31,02juta penduduk miskin, dari data BPS per Maret 2010.Berdasarkan garis kemiskinan nasional, pada tahun 1990kemiskinan 15,1 % (27,2 juta orang miskin) dan pada tahun2009 kemiskinan 14,15 % (32,5 juta orang miskin),sementara tahun 2010 ada sekitar 31,7 juta orang miskin.Angka penurunan jumlah penduduk miskin ini menurutpendapat banyak pengamat tidak cukup kencang dalamwaktu 10 tahun, dari 1990 ke 2010 tersebut.

Sementara itu sumberdaya alam yang dulu kitabanggakan sebagai modal dasar pembangunan telahterkuras menyisakan kerusakan lingkungan yang parah diberbagai daerah. Human development index telah jauh

Page 13: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

7

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

ketinggalan dibanding dengan negara jiran yang dulunyajustru banyak mengirim mahasiswanya ke negeri kitauntuk belajar. Dan tentunya banyak lagi masalah untukbisa disebutkan satu per satu. Pertanyaannya denganbegitu, apa yang salah selama ini, selama kita merdekalebih dari 60 tahun? “There must be something wrong” ,meminjam bahasa orang bule pada mutu kebijakan-kebijakan publik selama ini.

1.2. Ketidak-adilan Ekonomi

Dengan mengutip Ketua Institute for Ecosoc Rights, SriPalupi, Kompas 31 Januari 2011 mewartakan bahwa MDGsyang dikemas dengan bungkus globalisasi adalah sebagaiproyek internasional dan komitmen bersama gunamengurangi kemiskinan, MDGs seakan terlepas darimasalah ketidakadilan baik di tingkat lokal, nasional,maupun global. Palupi lebih lanjut menyatakan bahwahal yang paling mendasar untuk melihat MDGs adalahdengan perspektif hak azasi manusia. Berdasar pesepektifini maka dapat disimpulkan bahwa kapabilitas orangmiskin harus ditingkatkan melalui pendidikan,peningkatan kesehatan, dan penyediaan kesempatan kerja(employment opportunity). Hanya dengan cara demikianakan muncul kemandirian menghidupi diri sendiri dankeluarganya.

Dicontohkan, sejak tahun 2000 pertumbuhanekonomi Indonesia lebih banyak dinikmati golonganterkaya (20% penduduk) dan golongan menengah (40%penduduk), sementara sisanya (40 % penduduk) yangmiskin semakin tersingkir. Porsi pertumbuhan ekonomiyang dinikmati kelompok miskin menurun dari 20,92 %pada tahun 2000 menjadi 19,2 % tahun 2006. Perjalananpertumbuhan ekonomi demikian telah memperlebar jurangkesenjangan ekonomi antar golongan masyarakat,sebagian warganegara hidup sangat mewah sementara

Page 14: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

8

Ismet Ahmad

banyak warganegara yang melarat. Kesenjangan ini tidakterlepas dari ketidak-adilan dalam penguasaan lahan,dalam aksesibilitas terhadap sumber dana untuk modalusaha, dalam kemampuan memperoleh pendidikan yangbaik, dan dalam akses terhadap informasi serta pelayananpublik.

Kesenjangan pendapatan dilaporkan mengalamiperbaikan dalam dekade ini , namun dibanding dengannegara-negara tetangga , kesenjangan di negeri ini masihlebih lebar. Nilai dari Gini Index sebagai pengukur tingkatkesenjangan pendapatan menurut World Bank bergerakdari 39,4 tahun 2005 ke 37,6 tahun 2008. Kesenjangan inisangat erat kaitannya dengan ketidak-adilan dalampenguasaan sumberdaya ekonomi. Ada warga yangmenguasai ratusan ribu hektar lahan, sementara banyakpetani yang tidak punya lahan sehingga terpaksa menyewaatau bagi hasil , atau kalaupun punya sendiri hanya dibawah 0,5 hektar. Ada pengusaha yang dengan mudahmemperoleh kredit puluhan bahkan ratusan milyar rupiahsementara rekyat jaba karena berbagai alasan sangat sulitmemperoleh pinjaman puluhan juta rupiah untuk modalusaha mereka.

Pembiaran kesenjangan antar anggota dan kelompokmasyarakat, serta antar daerah merupakan pengingkaranterhadap hakekat didirikannya sebuah negara. MakmurKeliat (Kompas 6 Juni 2011) menegaskan bahwadidirikannya sebuah Negara terutama adalah untukmelindungi yang lemah, baik dalam aspek hukum, sosialmaupun ekonomi. Ketika hukum rimba berlaku, merekayang hartanya berlimpah masih dapat membayar untukmelindungi diri. Orang-orang yang secara fisik sangat sehatdan sangat kuat juga masih bisa melindungi diri ataumendapat imbalan dari kekuatannya. Namun kelompokyang miskin, wanita, orang jompo dan anak-anak tidakdapat melepaskan diri dari kekejaman hukum rimba itu.

Selain kesenjangan antar golongan, permasalahan

Page 15: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

9

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

serius juga terjadi pada kesenjangan antar wilayahnasional. Wilayah yang dikenal sebagai Indonesia bagiantimur secara nyata tertinggal dibandingkan dengan bagianIndonesia lain, terutama dalam hal pembangunansumberdaya manusia, infrastruktur berupa jalan,pelabuhan laut dan bandar udara serta fasilitas informasi-komunikasi yang pada gilirannya berujung padakesenjangan dalam hal kemajuan ekonomi. Permasalahankesenjangan ini menjadi semakin sangat kompleksditambah dengan kondisi geografis, khusunya aksesibilitasdaerah-daerah terhadap pusat perdagangan nasional diJawa dan perdagangan global di luar negeri.

1.3. Korupsi Makin Telanjang

Permasalahan korupsi merupakan hal yang sangatserius bagi Indonesia. Bahkan ada majalah internasionalpada awal 1982 menyatakan bahwa negeri ini merupakannegeri terkorup di dunia. Korupsi banyak dikatakanmerupakan bagian normal dari masyarakat kapitalis, tetapidi suatu negara kurang berkembang seperti Indonesiakorupsi sangat meluas dan bahkan seperti sudahmembudaya. Bertriliun-triliun rupiah dibayarkan baik le-gal maupun illegal setiap tahunnya oleh para pengusahauntuk memperoleh pengaruh politik. Menanggapi hal iniPresiden SBY berjanji untuk memberantas korupsi padaperiode kedua kepresidenannya. Namun kenyataannyadinilai banyak kalangan ia tidak nampak tertarik dalammelakukan tindakan untuk memberangus parapendukungnya yang korup. Mungkin dianggap kurangmenguntungkan baginya, bila persoalan pemberantasankorupsi menjadi agenda prioritas karena akanmenyebabkan ketegangan antara koalisi penguasa. Di fihaklain, maraknya korupsi sudah membakar kemarahan yangmeluas terutama di kalangan masyarakat miskin, parapekerja dan para cendekiawan.

Page 16: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

10

Ismet Ahmad

Ari Kuncoro dalam makalahnya yang disajikan padaAmsterdam Coference “Ten Years After” 22-23 Mei 2008mendefinisikan: “The word ‘corruption’ has many meanings,but economists use it to mean ‘the misuse of public office forprivate gain’”. Korupsi menyebabkan ekonomi menjaditidak efisien terutama karena bersifat tersembunyi. Tetapikorupsi bagaimanapun adalah perbuatan illegal yangsangat merugikan. Kebutuhan menghindari deteksi danhukuman membuat korupsi menjadi tidak efisiendibanding perpajakan. Penyuapan adalah kontrak yangtidak bisa diakui di pengadilan, hal mana menimbulkankesempatan bagi pengambil suap untuk menego ulang ataumeminta yang lebih banyak dari para rekanan.

Dibawah pemerintahan Orde Baru, kejadian korupsinampaknya berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi,makin tinggi pertumbuhan ekonomi makin besar korupsi.Pada zaman pemerintahan yang sentralistis ini korupsiterpusat sekali, karena memang sistem pemerintahan sangatterpusat. Pengusaha yang sudah memperoleh izin daripemerintah pusat, dengan membayar kepada pejabatpenguasa pusat, mempunyai jaminan bahwa akanmemperoleh keseluruhan paket, dan tidak akanmenghadapi tuntutan sogokan lebih lanjut dari bagian laindi pemerintahan. Kalaupun ada, adalah sekedar “under-standing” dari si pengusaha tersebut.

Korupsi ternyata tidak berhenti dengan lengsernyarezim Jenderal Besar Soeharto. Kasus raksasa bantuanlikuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diglontorkan zamanrezim ini dan pemberian pernyataan lunas utangnyazaman pemerintahan Megawati merupakan malapetakaberupa kerugian keuangan negara yang mungkin palingbesar dalam sejarah Indonesia, dan skandal bail out BankCentury yang menggegerkan, dapat dikatakan contohkasus korupsi yang sangat mencolok mata. Korupsi yanglebih kecil namun sangat banyak adalah pada penetapanpemenang proyek pemerintah. Tahun 2010 lalu misalnya

Page 17: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

11

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

dilaporkan oleh Indonesian Procurement Watch ada 92,7%dari 792 proyek di DKI Jakarta melibatkan penyogokan, danyang tahun 2011 ini hingar-bingar kasus Nazaruddin,bendaharawan Partai Demokrat, menjadi bukti nyatakorupsi dalam proyek pemerintah.

Sebagai dirilis tanggal 21 Februari 2010 oleh yangmenamakan dirinya Militant Worker (http://militantworker.wordpress.com/) korupsi juga merupakanissu menonjol pada periode kedua rezim Soesilo BambangYudoyono (SBY) berpasangan dengan Boediono yangbanyak dihujat karena skandal Bank Century. Korupsiyang meluas makin terungkap, bukan hanya di kalanganeksekutif dan yudikatif, melainkan juga di kalanganlegislatif. Sebagai dilaporkan Libang Kompas (20 Juni2011), sejak reformasi hingga Juni 2011 itu tercatat 153orang kepala daerah, yang terdiri dari gubernur, walikotadan bupati, tersangkut kasus korupsi. Beberapadiantaranya sudah divonis bersalah dan dipenjarakan.Selain itu korupsi juga terjadi di pemerintahan tingkatnasional pada sejumlah lembaga Negara, seperti KomisiYudisial, Komisi Pemilihan Umum, Komisi PengawasPersaingan Usaha, Bank Indonesia, Direktorat JenderalPajak, dan bahkan pada institusi penegak hukum—kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.

Sangat menyedihkan menyaksikan institusi penegakhukum yang semestinya berkewajiban untuk memperbaikikeadaan ternyata kecenderungan korupsinya sama saja,bahkan nampaknya lebih parah. Tahun 2009 MahkamahAgung menjatuhkan sanksi pada 78 orang hakim, tahun2010 malah meningkat menjadi 107 orang hakim yangmendapat tegoran hingga yang diberhentikan. Selain itu,pada institusi kejaksaan lebih parah lagi, dimana pada tahun2009 ada 108 orang jaksa dikenakan sanksi, tahun 2010meningkat pesat menjadi 288 orang, 198 orang diantaranyaadalah jaksa. Kasus tertangkap tangannya Urip TriGunawan menerima suap tahun 2009 dan diadilinya CirusSinaga, jaksa yang tadinya dengan pongah menuntut

Page 18: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

12

Ismet Ahmad

hukuman berat mantan Ketua KPK tahun 2010 , merupakan“lawakan tidak lucu”. Akhir-akhir ini KPK menangkappula sejumlah jaksa dan hakim.

Penegak hukum yang lain, yakni kepolisian juga tidakketinggalan dalam melakukan korupsi melaluikongkalingkong dalam penyidikan dan kegiatan lain yangdilakukan mereka. Harapan untuk memperbaiki keadaandalam arti memberantas korupsi tidak mungkin terwujudmanakala penegak hukumnya sendiri mempunyai mentalkorup. Kata orang, “bagaimana mungkin membersihkanlantai kalau sapunya sendiri kotor?”.

Ternyata pula, oknum legislatif pun tak mauketinggalan. Sedikitnya 42 orang anggota DPR dalamperiode 2008-2010 terseret korupsi. Dan sebelumnya, 30orang dari 4 parpol terlibat kasus dugaan suap pemilihanDeputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Para pengamatdi jalanan dan LSM menilai bahwa para anggota DPR,yang telah banyak terjaring pemberantasan korupsi, terusmerusak citra dirinya sendiri. Penilaian ini dikemukakansetelah insiden “pengusiran” pimpinan KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) dalam Rapat DengarPendapat (RDP) yang berlangsung, Senin tanggal 31 Januari2011. Menurut Wakil Koordinator Indonesia CorruptionWatch (ICW), sikap DPR dalam insiden ini memperburukcitranya sendiri.

Selama ini, DPR dikatakan oleh sebagian orang terusmenunjukan sikap yang tidak berpihak pada aspirasipublik. Pendapat itu dikaitkan dengan sikap anggotaKomisi III yang “mengusir” dengan mempersoalkandeponeering dua pimpinan KPK, Chandra M Hamzah danBibit Samad Riyanto. Diduga sikap DPR tersebutmerupakan “balas dendam” karena terjadinya menyusulpenahanan 19 politisi yang menjadi tersangka kasus cekperjalanan (travel cheque). Hal ini dikatakan sebagaimenegaskan bahwa sebagian anggota DPR tidakmendukung upaya pemberantasan korupsi, dan pada saat

Page 19: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

13

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

yang sama, DPR seolah menjadi satu bagian dari persoalanpemberantasan korupsi itu sendiri. Terkait deponeering, adayang berpendapat bahwa DPR tidak punya wewenangmenilai sah atau tidaknya deponeering. Oleh karenadeponeering merupakan hak Kejaksaan Agung sehinggamaka dikatakan bahwa DPR tidak berwenang menilai sahatau tidaknya deponeering.

Kepastian hukum dan bebas korupsi dalam teoripembangunan adalah faktor-faktor landasan (fundamentalfactors). Tanpa kedua faktor ini maka teori ekonomi apapunyang diimplementasikan tidak akan efektif membawarakyat kepada kesejahteraan karena akan selalu terjadi de-viation dalam proses pengambilan kebijakan dan dalamimplementasinya. Sejalan dengan itu, kepercayaanmasyarakat tehadap penegakan hukum sangat pentingdalam menjaga stabilitas sosial dan keikut sertaanmasyarakat dalam pembangunan. Namun dewasa inikepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum olehPolisi, Jaksa dan Hakim sangatlah rendah. Gambar 1.3.menunjukkan bahwa 90,03 % sample respondent yangdiambil kalangan pers mengatakan tidak percaya denganpenegakan hukum di negeri ini, yang terdiri dari 66,43%dengan kepercaan sangat rendah dan 23,40% dengankepercayaan rendah. Kurang dari 8,0% yang mengatakanpercaya dengan penegakan hukum di negeri ini. Hilangnyakepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukummembuat masyarakat cenderung untuk menyelesaikansendiri perselisihan atau konflik di masyarakat, dan inisangat berbahaya

Page 20: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

14

Ismet Ahmad

Gambar 1.3.

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum.

(Litbang Republika, 21 Juni 2011)

Kerusakan moral yang terjadi di kalangan eksekutif,yudikatif dan legistalif, sebagai disebutkan di bagian depan,telah meracuni kalangan masyarakat hingga ke akarrumput. Pelanggaran moral menyebar di berbagai lapisanmasyarakat, antara lain juga banyak kalangan masyarakatyang memerlukan “sogokan” untuk memilih seseorangdalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Kepala Daerah. SosiologUniversitas Indonesia (lihat Litbang Kompas, 20 Juni 2010),Imam B Prasodjo, mengungkapkan dengan bahasa yangamat keras bahwa negeri ini sekarang sudah sarat dengan“koalisi satanic” yang sangat sistemik di semua lini bangsa.Tidak mudah memecahkan koalisi ini karena semuaanggota satanic tersebut dengan segala kemampuannyasaling melindungi satu sama lainnya. Diperlukanpemimpin nasional yang bersih, jujur, dedikatif dan kuatuntuk menundukkan koalisi dimaksud dan membawasegenap rakyat menuju kehidupan yang adil sejahterasebagaimana dicita-citakan.

Page 21: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

15

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

2.1. Era Orde Baru dan Liberalisasi Ekonomi

Percobaan kudeta oleh Partai Komunis pada dinihari1 Oktober 1965 dipatahkan dan pemerintahan baru yangdiberi label “Orde Baru” mengambil alih kekuasaan padasemester kedua tahun 1966. Untuk mengatasi carut-marutekonomi yang diwarisi, dipakai strategi stabilisasi,rehabilitasi dan pembangunan ekonomi. Stabilisasi danrehabilitasi ingin dicapai dalam rangka melandasi tujuanpemulihan ekonomi, sedangkan strategi yang ketigadimaksudkan untuk tujuan berupa pertumbuhan ekonomiyang mantap dan berkesinambungan. Beberapa perubahanmendasar dalam politik ekonomi kemudian diumumkanberupa pelonggaran pengendalian terpusat, dan kebijakanmendorong investasi swasta dan asing melalui aturanperdagangan (term of trade) yang menarik. Perubahan inimerupakan suatu langkah liberalisasi ekonomi yangmengadopsi teori klasik yang awalnya diformulasikanAdam Smith dalam bukunya yang berjudul “The Wealthof Nations”.

Rencana pembangunan pertama dari Orde Baru(1966-1998) ini disusun dan diberi nama Repelita I untukperiode 1969/1974. Sesuai dengan kondisi dan situasinya,rencana ini diarahkan terutama pada stabilisasi ekonomi,

Bab II.TERKEPUNG NEOLIBERALISME

Page 22: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

16

Ismet Ahmad

pembangunan pertanian terutama pertanian pangan,rehabilitasi prasarana dan kegiatan-kegiatan pendukungpertanian. Prioritas tinggi juga diberikan kepada produksitekstil (A.M. Ibrahim, 1975) untuk memenuhi kebutuhansandang.

Untuk menarik modal luar negeri bagi memacupertumbuhan ekonomi, dterbitkan Undang-Undang No.1Tahun 1967 tentang penanaman modal yang selanjutnyasemakin diliberalkan dengan Undang-Undang No. 6Tahun 1968. Pintupun semakin lebar untuk masuknyamodal asing ke negeri ini. Pelaksanaan kebijakan stabilisasitermasuk masuknya modal asing secara besar-besaranberhasil menurunkan inflasi dari 650 persen tahun 1966menjadi 120 persen tahun 1967, 85 persen tahun 1968,dan di bawah 10 persen tahun-tahun Repelita I orde baru.Produk domestik bruto tumbuh pada tingkat 6,52 persenper tahun dalam periode 1966-1969 dan 8,37 persenperiode 1969-1974. Ekspor tumbuh cepat dari US$ 665,4juta tahun 1967 menjadi US$ 7.184,4 juta tahun 1974.

Pada periode 1974-1979 pemerintah mulai menggesersumberdaya untuk lebih diarahkan kepada tujuanperbaikan kesejahteraan sosial. Jumlah pusat-pusatpelayanan kesehatan menjadi empat kali dan lebih dari31.000 sekolah baru didirikan (G. J. Pauker, 1981).Menyadari sangat beragamnya daerah-daerah sehinggamenyulitkan pelaksanaan pembangunan, pemerintah mulaimendesentralisasikan perencanaan dan pengambilankeputusan ke tingkat pemerintahan daerah. Di setiapprovinsi kemudian dibentuk unit perencanaanpembangunan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah(Bappeda) pada tahun 1974.

Upaya untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjanganpendapatan secara eksplisit dicantumkan dalam rencanaperiode 1979-1984. Pemerataan ditambahkan kepadastabilitas dan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan pokokdalam pembangunan nasional. Apa yang disebut sebagai

Page 23: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

17

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

delapan jalan pemerataan diluncurkan untuk mencapaiperbaikan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnyaantar kelompok masyarakat dan antar daerah.

Periode 1984-1989, ditandai oleh pergeseran daripembangunan sektoral ke arah lebih pada pembangunanwilayah. Program-program yang bersifat wilayah terpadubanyak diluncurkan di seluruh tanah air. Demikianlahpembangunan mendorong pertumbuhan ekonomi denganmemanfaatkan sumberdaya alam dan penggelontoranbarang dan jasa terus berlanjut.

Politik pembangunan ekonomi Orde Baru secaraumum, adalah politik ekonomi liberal kapitalistis, dimanaproses ekonomi diserahkan kepada mekanisme pasar danposisi tawar di pasar tentunya banyak ditentukan kekuatanpemilik modal. Undang-Undang no. 1 Tahun 1967 dandiikiut dengan Undang-Undang (UU) no. 6 tahun 1968 yangmembuka pintu masuk modal asing diperlebar lagi denganPeraturan Pemerintah (PP) no. 20 tahun 1994. Keikut sertaanperusahaan nasional dengan usaha pada mana modal asingmasuk semakin mengecil batasnya. Indonesia denganmeminjam istilah Yasira (http://id.shvoong.com/ 4/01/2011 ) telah masuk ke dalam “kubangan ekonomineoliberal”. Dikemukakannya beberapa indikasi untuk itu,yakni: (1) penghapusan berbagai subsidi secara bertahapdan diserahkannya harga-harga barang strategis kemekanisme pasar; (2) nilai kurs diambangkan secara bebas;(3) privatisasi BUMN; dan (4) peran serta pemerintahdalam World Trade Organization (WTO) yang semakindalam.

Disamping membuka lebar modal asing, Badan UsahaMilik Negara (BUMN) sebagai salah satu perusahaannasional yang tak jarang jadi “sapi perah” para penguasadipelihara dengan berbagai fasilitas dan proteksi. EmanuelSubangun (2008) menamakan politik ekonomi tersebutsebagai gabungan konglomerasi perusahaan swastadengan politik kolonial yang liberal kapitalis berupa

Page 24: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

18

Ismet Ahmad

staatsbedrijf (BUMN). Banyak proteksi diberikan kepadakonglomerat dengan alasan infant industry dan banyakmonopoli diberikan kepada BUMN dengan alasan sebagaisumber penerimaan negara. Politik liberal kapitalistis OrdeBaru, menurut Y.B. Mangunwijaya (1998), merupakanpeniruan dari sistem dan struktur ekonomi eksploitatifkapitalistis Hindia Belanda yang sentralistik diatur mutlakoleh “Factorij Batavia”, tetapi lewat feodalisme pribumimenyedot kekayaan ke pusat. Kekayaan terakumulasipada segelintir orang di pusat yang mahakaya danmahakuasa. Pada akhirnya menimbulkan kebencian danledakan amuk massa dan separatisme yang hampir sajamenyeret bangsa kepada tragedi perpecahan.

Kebijakan proteksi dan monopoli membuat ekonomitidak efisien yang terus menimbulkan tuntutan World Bankuntuk liberalisasi dan deregulasi ekonomi. Liberalisasiadalah apa yang dijalankan pemerintah melepaskanekonomi sepenuhnya pada mekanisme pasar. Deregulasiyang tak terkendali melahirkan berbagai konglomerasi,diantaranya para pedagang yang mendirikan bank dansetelah uang nasabah terkumpul dipakai sebagai kreditsendiri untuk membiayai cabang usahanya sendiri dankemudian banknya kalah kliring. Terjadinya rush akibatpentupan bank-bank secara serentak memaksa pemerintahuntuk memberikan bantuan likuiditas Bank Indonesia(BLBI) dengan maksud penyehatan bank-bank yang masihhidup tapi bermasalah. Masalah BLBI juga menyangkutpembebanan pembiayaannya, yang akan dibahas pada BabIV, terutama setelah Bank Indonesia menjadi bank sentralyang berstatus independen.

Di bidang sosial-politik, dengan alasan bahwa stabilitasdan ketertiban diperlukan untuk mensukseskanpembangunan maka, sebagai ditulis Jim Schiller (2003),diterapkan kebijakan “tangan besi”, termasuk puladwifungsi ABRI, pemilu yang curang, kontrol terhadapmedia, partisipasi ABRI dalam politik praktis, dan tindakan

Page 25: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

19

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

coersive. Patronisasi diberikan kepada sekutu dan imbalankepada yang patuh, namun sebaliknya tindakan extrakeras dikenakan kepada berbagai organisasi danperorangan yang dianggap menjadi ancamankelangsungan kekuasaan.

Semua kebijakan yang merupakan paket Orde Baru,khususnya politik pembangunan ekonomi dan politikpelestarian kekuasaan, akhirnya menghasilkanpertumbuhan ekonomi yang tidak berkeadilan,berlangsungnya migrasi massal, dan terjadinya perubahansosial yang bersifat destruktif di daerah-daerah.Pemerintahan yang kuat dengan masyarakat sipil yangsemakin lemah menjadi ladang tumbuh suburnya“mentalitas korup” di segala bidang kehidupan dan disemua tingkatan pemerintahan sehingga membudaya. Danpada gilirannya ekonomi nasional pun melemah denganutang luar negeri yang sangat besar sehingga tak mampumenahan pukulan krisis moneter tahun 1997 dan ekonomimengkerut lebih dari 13% tahun 1998 disertai inflasi yangtinggi. Utang pemerintah dan swasta Indonesia sangatbesar di akhir periode ini, dengan debt service ratio lebih dari30%, jauh melewati ambang batas 20% untuk perekonomianyang sehat. Nilai rupiah di Jakarta merosot tajam dariRp2.603 per US$ pada 1 Agustus 1997 menjadi Rp 12.800pada 17 Mei 1998, tiga hari setelah kerusuhan, dan terusmenukik ke angka Rp 16.000 pada pukul 09.20 tanggal 19Mei 1998. Inflasi melonjak mencapai 77,6% dan suku bungasertifikat Bank Indonesia (SBI) satu bulan mencapai 70%.Sistem perbankan ternyata sangat rapuh tidak mampumenunjang ketahanan ekonomi nasional.

Menyimpulkan kondisi perekonomian Indonesia dipenghujung Orde Baru, Michael P.Todaro (2000) dalamstudi kasusnya, mengatakan: “Krisis ekonomi yang menyiksaIndonesia 1997-98 seolah diperparah lagi oleh pinjaman bankyang buruk, nepotisme yang makin meluas, utang perusahaanyang tidak transparan, real estate yang berharga tinggi, praktek-

Page 26: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

20

Ismet Ahmad

praktek korupsi melalui monopoli dan kartel, dan spekulasi arusmodal asing. Untuk jangka panjang sama-sama mengakibatkanpenipisan sumberdaya, kerusakan lingkungan, dan penindasanserta marjinalisasi tenaga kerja murah dan kasar, dan peran militerserta elit sipil yang dieksploitir, membantu dan bersekongkoldengan seluruh kekuatan investor asing yang berpengaruh.”

Kesulitan ekonomi dan ketidakadilan di berbagaibidang kehidupan serta kesewenangan elit penguasa,sebagai jelas tergambar dari komentar Prof Todaro tersebut,membuat rakyat tidak dapat bertahan. Demonstrasimahasiswa dan para cendekiawan serta didukung LSM danmasyarakat umum semakin besar jumlah pesertanya, dankerusuhan terjadi di banyak tempat. People power, yangantara lain dipelopori Prof Amin Rais, terus membesar danakhirnya Presiden Suharto menyampaikan pernyataanuntuk tidak lagi bersedia dicalonkan dalam Pemilu yangdijanjikan akan segera diselenggarakan. Pasar meresponpernyataan ini dengan penguatan rupiah dari Rp 16.000paginya menjadi Rp 12.300 siangnya pada tanggal 19 Meiitu. Selanjutnya desakan people power terus menguat disertaipenolakan para elit untuk bergabung dengan kabinet yangmau dibentuk, maka pemimpin rejim ini akhirnyamenyerah dan “lengser keprabon” pada tanggal 21 Meitahun 1998 itu. Lagi-lagi pasar merespon dengan penguatanrupiah, menjadi Rp 10.800 per US$ setelah serah terimajabatan.

2.2. Era Reformasi dan Berlanjutnya CengkeramanNeoliberalis

Tujuan penggulingan rezim Orde Baru sesungguhnyaadalah untuk melakukan reformasi di berbagai bidangkehidupan bangsa, politik, ekonomi dan sosial budaya.Reformasi ini sangat diperlukan bagi mengatasipermasalahan bangsa yang sangat kompleks danmenyedihkan. Namun ternyata periode pasca Orde Baruditandai oleh pemerintahan yang silih berganti secara cepat.

Page 27: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

21

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Setelah lengser keprabonnya Jenderal Suharto yangberkuasa selama 32 tahun, pemerintahan diserahkankepada Wakil Presiden B.J.Habibie, seorang ilmuandidikan Jerman. Namun kebanyakan unsur kekuatansosial politik menganggap bahwa pemerintahan ini hanyaperalihan sehingga sekitar satu tahun kemudian, tahun2000, karena alasan bahwa presiden baru ini tidak mampumengadili mantan presiden Suharto dan karena kebijakanplebisit yang berakibat lepasnya Timor Timur, maka olehMPR-RI dijatuhkan dan digantikan dengan AbdurrahmanWahid (Gus Dur), seorang santri yang pemikirannya seringkontroversial. Di tengah jalan Gus Dur pun pada bulanJuli tahun 2001 sehubungan dengan tidak memuaskannyapenjelasan tentang kasus Bank Bali dan kasus bantuanSulthan Brunei, diturunkan melalui impeachment olehMPR-RI dan diganti dengan Megawati Soekarnoputri.Pemilihan presiden secara langsung setelah berakhirnyamasa tugas Megawati pada kuarter keempat tahun 2004menghasilkan presiden baru, Susilo Bambang Yudoyono(SBY), seorang jenderal Angkatan Darat, didampingi wakilpresiden Jusuf Kalla (JK) yang seorang saudagar, padaperiode pertama dan wakil presiden Boediono, seorangekonom Gajah Mada, pada periode kedua.

Perubahan kepemimpinan negara yang cepat silihberganti tersebut, tidak dapat diharapkan untukmenghasilkan reformasi menuju perbaikan nasib bangsa.Sebagaimana dinilai antara lain oleh Laode M. Kamaluddin(2000), silih bergantinya pemerintahan ini merupakansebuah “ironi” yang menyebabkan tidak adanya persiapanyang cukup dalam menerima perubahan itu secara teknis,strategis, apalagi mental. Pandangan dan assumsi-assumsilama yang dianut Orde Baru masih tetap dipakai, pola-polatindakan dan pemikiran masih sangat kuat berpegang padarealita lama. Hubungan-hubungan, cara-cara, metoda-metoda pendekatan serta masalah-masalah lama masihmenjadi beban dan keprihatinan yang mendalam.Pemerintahan yang silih berganti tersebut yang semula

Page 28: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

22

Ismet Ahmad

dimaksudkan untuk melakukan reformasi segala bidanghanya berhasil membuat perubahan dalam peraturanperundangan bidang politik dan pemerintahan. Dalam halpolitik ekonomi, umumnya hanya melanjutkan polaekonomi era Orde Baru.

Semua presiden Indonesia terkecuali Bung Karno,menurut Kwik Kian Gie (http://klipingut.wordpress.com/4/11/2008), tunduk pada para teknokrat yang didudukkanoleh kartel the International Monetary Fund (IMF). Merekayang didudukkan IMF tidak lepas dari kendali kartellembaga keuangan ini yang notabene menggunakan nilai-nilai neoliberal untuk mencengkram negara-negaraberkembang. Dikatakan bahwa dengan corrupted mind parateknokrat tersebut mewujud dalam sikapnya yang tidakpeduli siapa presidennya, apakah mereka dihormati ataudihina dalam batinnya, mereka selalu hanya mementingkankeberhasilan ekonomi. Dan ketika dilakukan refleksikegagalan era Orde Baru, mereka ramai-ramai menyalahkanProf. B.J. Habibie dengan tudingan menghamburkan uangnegara yang untuk pengembangan teknologi tinggimengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dari negara-negara lain. Padahal uang yang dikatakan “dihamburkan”tersebut tidak seberapa dibanding dengan ambruknyakeuangan negara karena BLBI, obligasi rekap, recovery rate15% yang dianggap wajar, beban bunga utang luar negeriyang sampai sekarang pun semakin menanjak, dan skandalBank Century yang sepertinya “mati-matian” dipertahan-kan pemerintahan SBY-Boediono sebagai tidak ada unsurpelanggaran hukum.

Selanjutnya dalam artikel yang sama dijelaskan kapankuku cengkeraman IMF dengan liberalismenya mulaiditancapkan di Indonesia. UU no.1 Tahun 1967 tentangpenanaman modal asing yang rancangannya disiapkan olehkelompok David Rockeffeler di Jenewa bersama-samdengan kelompok teknokrat yang olehnya dinamakan Ber-keley Mafia. Pasal 6 ayat 1 masih membatasi lingkup

Page 29: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

23

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

penanaman modal asing, dengan menutup untuk cabang-cabang usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak,yakni pelabuhan, tenaga listrik untuk umum, teleko-munikasi, pelayaran, penerbangan, kereta api umum,pembangkit tenaga atom, dan media massa. Sebagaikelanjutannya, U.U. no.6 Tahun 1968 tentang penanamanmodal dalam negeri pasal 3 ayat 1 sudah mengizinkan in-vestor asing memasuki usaha yang meguasai hajat hiduporang banyak, asalkan tidak melampaui 49% dan asalkankepemilikan investor nasional harus ditingkatkan menjadi75% paling lambat tahun 1974. Dan kemudian, tahun 1994terbit PP no.20 yang pada pasal 5 ayat 1 membolehkanperusahaan asing melakukan kegiatan usaha yangtergolong penting dan menguasai hidup orang banyak yangsemula dibatasi pada U.U. no. 1 Tahun 1967 sebelumnya.Batas kepemilikan yang tertuang pada pasal 6 ayat 1 hanyamenyebutkan saham nasional sekurang-kurangnya 5% dariseluruh modal yang distor perusahaan pada waktudidirikan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa cara menceng-keram perekonomian negara berkembang dilakukan secarabertahap dan perlahan-lahan bagaikan ular phytonmenelan mangsanya. Ini tentunya taktik agar tidakmembuat kaget. Semakin dikencangkan cengkeramansemakin ekonomi bergantung kepada kartel keuanganneoliberal tersebut. Cengkeraman ini semakin kokoh danpara pemimpin negara dikatakan semakin tunduk, tidakhanya dalam hal menyangkut perekonomian, tapi malahdalam hal politik dan keamanan. Utang luar negeri semakinmeningkat bahkan nampaknya semakin pesat dalampemerintahan SBY. Politik luar dan dalam negeri sertakebijakan keamanan dalam negeri pun banyak terasadidikte atau setidaknya dipengaruhi oleh negara pengendalikartel keuangan IMF dan World Bank.

Cengkeraman neoliberalis terhadap perekonomianIndonesia ternyata terus berlanjut hingga pemerintahan

Page 30: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

24

Ismet Ahmad

SBY-Boediono, untuk mana nampak jelas dari berbagaikebijakan yang diambil pemerintah. Terus berlanjutnya nilaikurs yang sepenuhnya mengambang (floating exchange rate),lanjutan privatisasi BUMN, bolak-balik penghapusan-pengenaan-penghapusan berbagai subsidi, semakindalamnya peranserta dalam World Trade Organization,Asia Pacific Economic Cooperation, dan sebagainya,merupakan indikasi tak terbantahkan.

2.3. Perkembangan Pengingkaran NeoliberalismeGlobal

Terjadinya apa yang disebut “the great depression” tahun1930-an yang tidak dapat dipecahkan permasalahannyadengan faham klasikal liberal murni Adam Smith, makapemikiran ekonomi pun beralih kepada teori John MaynardKeynes yang tertuang dalam “The General Theory of Employ-ment, Interest and Money”. Menurut faham ekonomiKeynesian, suku bunga yang sudah sangat rendah padawaktu itu bergandengan dengan adanya liquidity trapsehingga ekspansi moneter hanya akan diserap masyarakatuntuk keperluan spekulatif sehingga tidak efektif dalammeningkatkan permintaan agregat dan ekonomi pun tetaptidak bertumbuh dan pengangguran tak dapat diatasi.Karenanya maka untuk menuju “full employment”diperlukan pertumbuhan ekonomi yang hanya dapatdicapai dengan intervensi pemerintah dan bank sentraldalam bentuk peningkatan belanja pemerintah.

Namun selanjutnya, krisis kapitalis mulai terjadisekitar dua-setengah dekade yang lalu, dengan tingkatprofit yang mengecil, menimbulkan hilangnya keyakinanakan kemampuan teori Keynesian memecahkan masalah-masalah yang dihadapi para kapitalis. Situasi itu jugamemberikan inspirasi kepada para elit korporasi untukmenghidupkan kembali faham liberalisme ekonomi klasikdengan beberapa penyesuaian menjadi apa yang dikenalsebagai “neo-liberalisme”. Penyesuaian dimaksud antara

Page 31: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

25

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

lain menyangkut ketergantungan antar bangsa,pengakuan pentingnya aktor non-negara, kerjasama glo-bal berdasar absolute gain bukan relative gain, danpemanfaatan proses globalisasi sebagai perangkatpenyebaran demokrasi.

Gelombang neoliberalisme bermula pada awal dekade1980-an berupa struktur produksi kapitalisme dari produksibersifat massal kepada produksi yang mengandalkanteknologi informasi dan digital dengan pergerakan kapitalfinansial tanpa dibatasi ruang dan waktu. Michail Hardtdan Antonio Negri dalam buku mereka berjudul Empiretahun 2001 yang dikutip Syamsul Hadi (Kompas, 3 Juni2009) menyebutnya sebagai post modernization dari sistemkapitalisme. Neoliberalisme disebutkan mengandung ciriberupa 10 unsur kebijakan dan tindakan dalam ekonomi.Unsur-usur tersebut adalah: (1) menjaga anggaran tetapsurplus atau maximum defisit kurang dari 2% PDB; (2)APBN dipriorotaskan untuk perbaikan distribusipendapatan; (3) fiskal perlu reformasi dengan perluasanobjek pajak; (4) liberalisasi sektor financial; (5) penentuannilai tukar mempertimbangkan daya saing; (6) perdagangandiliberalisasikan; (7) memperlakukan investasi asing samadg investasi domestik; (8) BUMN diprivatisasikan; (9)menghilangkan restriksi bg perusahaan baru yg hndkmasuk pasar; dan (10) menghormati dan melindungi hakcipta. Sepuluh unsur neoliberalisme tersebut di atas lebihlanjut dapat diperas menjadi 3 pilar penting. Tiga pilardimaksud terdiri dari : (1) kebijakan fiskal yangdiimplementasikan secara disiplin dan konservatif; (2)privatisasi BUMN; dan (3) liberalisasi pasar (market funda-mentalism), baik untuk pasar riel, pasar uang, maupun pasarmodal .

Melalui persetujuan perdagangan antarbangsa(NAFTA, AFTA, dan lainnya), serta melalui lembagakeuangan antarbangsa, khususnya World Bank dan IMF,apa yang dinamakan structural adjustment program

Page 32: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

26

Ismet Ahmad

dipaksakan kepada negara-negara Asia, Eropah Timurdan Amerika Latin selama dekade 1980-an dan 1990-an.Namun ternyata sejarah membuktikan bahwa erakungkungan neoliberalisme merupakan era perekonomianyang sangat rentan terhadap terjadinya krisis finansial.Krisis dimaksud dialami oleh Amerika Latin tahun 1980-an, Meksiko tahun 1994 dan Asia Timur 1997-1998. Dankemudian klimaksnya terjadi secara global kurang lebihmulai 2007 hingga pertengahan 2009, yang merontokkanfaham neoliberal ini.

Forum-forum diskusi mainstream seperti KonferensiTingkat Tinggi (KTT) G-20 menyepakati bahwa liberalismedan neoliberalisme ekonomi telah menjadi penyebabterjadinya krisis ekonomi global yang memaksa puluhanjuta orang kehilangan pekerjaan dan jatuh ke dalam jurangkemiskinan. Ternyata pula negara-nagara sedangberkembang menerima dampak yang lebih parah dibandingnegara-negara maju. Namun anehnya penguasa negeri inidikatakan masih belum punya nyali untuk keluar daricengkeraman liberalisme yang ditanamkan oleh kartelkeuangan dunia, IMF dan World Bank, seperti dilukisakandi bagian depan. Beberapa negara yang penguasanya beranikeluar dari cengkeraman dimaksud dengan gerakan“kencangkan ikat pinggang” seperti Iran dan Malaysia padaakhirnya bisa selamat dari ketergantungan yang merugikanperekonomian dan kedaulatan bangsa.

Kebebasan ekonomi yang merupakan realisasi fahamliberalisme dan neoliberalisme ternyata dimanipulasi olehpara pelaku pasar finansial untuk tujuan-tujuanmemperkaya diri secara instan dengan mengorbankananggota masyarakat luas. Robert Boyer (A.Prasentyoko,2008) menunjuk pada liberalisasi finansial di tingkat glo-bal, deregulasi di tingkat nasional, dan inovasi produkfinansial di tingkat perusahaan, yang mendorongterbentuknya sistem finansial yang diwarnai denganinstabilitas tinggi. Akibatnya, bencana dalam bentuk krisis

Page 33: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

27

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

finansial tak terhindarkan, yang selanjutnya merambatkepada sektor riel sehingga produksi turun, pengangguransecara global meningkat tajam dan kemiskinan bertambahmeluas. Kehancuran struktur finansial yang diikutikehancuran struktur sektor riel pada gilirannya memaksanegara-negara bersangkutan untuk mengambil langkahmenyelamatkan ekonomi nasional masing-masing.

Perubahan orientasi pemikiran global secara substantifmeninggalkan neoliberalisme boleh dikatakan dimulai sejakDominique Straus-Khan dilantik sebagai Managing Direc-tor IMF pada tahun 2007. Pada waktu itu ia dengangamblang mengatakan bahwa tanpa adanya perubahanorientasi dalam kebijakan ekonomi, IMF akan kehilanganrelevansinya dalam forum ekonomi dunia. Ia mengkritiksikap fundamentalisme pasar. Structural adjustment programyang dipaksakan oleh IMF telah gagal mensejahterakanrakyat di negara-negara dimana IMF beroperasi.

Gelombang pengingkaran global terhadapneoliberalisme justru dimulai di Amerika Serikat, negaratempat lahir faham ini sendiri, saat krisis finansial melandanegeri ini yang memaksa pemerintah melakukan bail outtriliunan dollar AS untuk menyangga sektor korporasi darikeruntuhan. Perbankan Amerika Serikat secara efektif telahdinasionalisasi pada bulan Oktober 2008 yang selanjutnyadiikuti dengan pemberian dana negara kepada the big three,General Motors, Chrysler dan Ford, sebesar 25 milyar dol-lar AS. Yang lebih mengejutkan adalah dikeluarkannyaregulasi Buy American pada bulan Februai 2009, hal manamerupakan pengingkaran secara terang-teranganterhadap prinsip pasar bebasnya neoliberlisme. Regulasiini antara lain mengharuskan perusahaan-perusahaanyang terlibat dalam proyek-proyek pekerjaan umum untukmenggunakan produk baja dalam negeri.

Di bawah kepemimpinan Barrack Husein Obama, yangsebagian dari masa kecilnya tinggal di Indonesia,pemerintah Amerika Serikat berperan sangat aktif, tidak

Page 34: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

28

Ismet Ahmad

hanya untuk memulihkan kekuatan sektor korporasi, tetapijuga merekayasa negara ini mengingkari prinsipneoliberalisme model Anglo-Saxon Capitalism yangmembatasi peran ekonomi negara, dan mengarahkankepada model European Welfare State Economy. Hal inidapat ditunjukkan dengan peningkatan ekonomi berbasislingkungan (green economy) serta memperluas komitmennegara bagi kesehatan dan jaminan sosial lainnya. Dengandemikian budget pemerintah secara besar-besarandiperuntukkan bagi berbagai program yang ditujukanuntuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

Presiden Obama memimpin bangsanya di era “bubble”pasca liberalisme 1960-an yang membentuk pribadinyauntuk melawan kapitalisme. Di sisi lain, liberalisme tersebutmenimbulkan status exceptional bagi Amerika Serikat didunia, masyarakatnya merasa bangsa mereka adalahbangsa luar biasa, tidak boleh disamakan dengan bangsalain. Exceptionalism ini menurut Shelby Steele (2011)merupakan tindak-lanjut dari suatu “kesepakatan dengansyaitan” – memanjakan militerisme, sexisme, kerakusankorporasi dan pengabaian ligkungan untuk menujusupremasi ekonomi, militer dan bahkan kebudayaan didunia. Dengan demikian, kejayaan Amerika Serikat padahakekatnya lebih merupakan buah dari kejahatanketimbang suatu kepatuhan terhadap prinsip kebebasanyang selalu didengung-dengungkan. Ujung-ujungnyapandangan ini melahirkan beban yang amat berat danmenghasilkan pembusukan Amerika Serikat sebagai negarasuperpower. Di satu sisi negara ini dimintai bantuan bilamanaada konflik di negara-negara lain, dengan konsekwensimenguras dana dan mengorbankan tentaranya, di sisi laindibenci dan dimusuhi oleh banyak negara yang merasaterzalimi.

Page 35: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

29

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

3.1. Industrialisasi Mengabaikan Kaitan Pertanian

Meskipun sudah memulai membangun industri sejak1970-an, Indonesia hingga saat ini adalah negara agraris,karena sebagian besar kehidupan penduduknyadigantungkan pada sektor pertanian. Data tahun 2009menunjukkan bahwa sekitar 40% dari 104,87 juta tenagakerja Indonesia berada pada sektor pertanian. Merekasebagian besar berada di pedesaan dan menekuni sektortanaman pangan. Pada dekade 1990-an sebuah negaradikatakan negara agraris adalah apabila pendapatanperkapitanya sekitar US$ 2000. Ini tentu berdasarkan faktaterkini, tidak mesti negara agraris berpendapatan rendah.

Sebagaimana dilaporkan oleh IMF (http://en.wikipedia.org/ , nd/04/2010) pendapatan per kapitaIndonesia pada tahun 2009 sebesar US$ 4.394, sementaraThailand US$ 9.187. Padahal negeri gajah putih Thailandjuga ekonominya berbasis agraris. Jika ekonomi kitatumbuh hanya 5% setahun, 15 tahun lagi kita baru setaraThailand saat ini. Artinya, kita tertinggal dari Thailand 15tahun, sementara dengan Malaysia sekitar 25 tahun, yangtahun lalu pendapatan per kapitanya US$14.670. Inilahkenyataan pahit. Kedua negara itu sekarang masihbertumpu pada sektor pertanian, tapi berhasil

Bab III.INDUSTRIALISASI SENTRALISTIS

Page 36: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

30

Ismet Ahmad

mentransformasikan struktur ekonomi dari pertanian keindustri.

Pemerintah era Orde Baru yang berupayamempercepat laju pertumbuhan ekonomi memerlukanmasuknya investasi asing, namun dengan “jualan upahburuh murah”. Politik upah murah ini mengharuskanmempertahankan harga pangan yang murah relatifterhadap harga komoditi non-pangan. Disparitas hargayang merugikan petani ini menyebabkan tidak adanyainsentif untuk meningkatkan produksi pertanian dan padagilirannya menyebabkan langgengnya kemiskinan parapetani.

Data perkembangan distribusi PDB menunjukkanbahwa kita gagal menstransformasi struktur ekonomi daripertanian ke industri. Hal ini terkait dengan masih belumjelas dan tegasnya rumusan strategi industrialisasi nasional.Apakah akan mengembangkan industri berbasis pertanian(agroindustry), ataukah industri yang berspektrum luas(broad based industry), ataukah industri berteknologi canggih(hightec industry). Presiden SBY dan juga MenkoPerekonomian Hatta Rajasa, mengatakan prioritaspembangunan akan difokuskan pada pertanian, sementaraMenteri Perindustrian menyatakan kebijaksanaanperindustrian adalah pendalaman industri, dari hulu hinggahilir. Namun bagaimana konkretnya apa yang dimaksudpemerintah, belumlah jelas.

Untuk lebih memperjelas persoalan sekaligusmenjawab mengapa kita tertinggal oleh Thailand, Malay-sia dan Korea Selatan misalnya, diperlukan perbandinganproses industrialisasi di negara lain. Ternyata transformasiekonomi yang terjadi di Indonesia berbeda polanya dengandi Thailand, Malaysia, dan Korea Selatan. Seirama denganperubahan struktur ekonomi, antara lain berupaperbandingan antara sektor pertanian dan sektor industri,terjadi pula perubahan struktur ketenagakerjaan di ketiganegara tersebut. Mengecilnya porsi pertanian dalam

Page 37: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

31

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

ekonomi relatif terhadap sektor industri sebagai akibat daritransformasi ekonomi membuat makin sedikit pekerjapertanian relatif terhadap pekerja industri. Transformasiekonomi yang terjadi di Thailand, Malaysia dan KoreaSelatan menunjukkan bahwa setiap penurunan 1,0%produk domestik bruto (PDB) pertanian diikuti olehpenurunan pangsa tenaga kerja pertanian yang lebih besardari penurunan pangsa PDB-nya. Setiap penurunan 1%pangsa PDB pertanian diikuti oleh penurunan pangsatenaga kerja pertanian 1,56% di Korea Selatan, 1,02% diMalaysia dan 1,1% di Thailand. Sedangkan di Indonesia,setiap penurunan pangsa PDB pertanian 1,0% hanya diikutioleh penurunan pangsa tenaga kerja pertanian 0,43%.

Dengan penurunan pangsa sektor pertanian dalamPDB yang jauh lebih besar dari penurunan pangsa tenagakerja dalam angkatan kerja di Indonesia, secara sederhanadapat dikatakan industrialisasi diiringi oleh pemiskinansektor pertanian. Dengan demikian pembangunan ekonomiyang terjadi di Indonesia lebih menguntungkan sektorindustri atau perkotaan, mengingat pertanian padaumumnya dilaksanakan di perdesaan. Implikasi lebihlanjut adalah industrialisasi telah menyebabkanketimpangan yang melebar antara sektor pertanian danindustri atau juga dapat ditafsirkan telah meningkatkanketimpangan antara wilayah perdesaan dan wilayahperkotaan.

Meningkatnya tenaga kerja yang menumpuk di sektorpertanian di perdesaan pada gilirannya memperlemahkapasitas pertanian Indonesia. Ini diperlihatkan olehmeningkatnya jumlah petani gurem dan rusaknyasumberdaya pertanian secara keseluruhan. Konsekwensidari kondisi ini adalah melemahnya ketahanan pangandan kemampuan Indonesia dalam menghasilkan produk-produk pertanian lainnya pada masa yang akan datang,yang berujung pada pemiskinan petani dan kesenjangansosial.

Page 38: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

32

Ismet Ahmad

Dari pengalaman empiris di banyak negara bisadisimpulkan bahwa industrialisasi adalah suatukeniscayaan guna menjamin kelangsungan prosespembangunan ekonomi jangka panjang dengan lajupertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hanya dengan cara inipeningkatan pendapatan per kapita terus dipompa secaraberterusan. Negara berpenduduk besar seperti Indonesia,meskipun sumber daya alamnya melimpah, tidak akanmampu menjamin pertumbuhan ekonomi dan pendapatanyang tinggi tanpa keberhasilan industrialisasi. Namunindustrialisasi dimaksud harus terkait dengan perubahanstruktur ekonomi yang tidak menyebabkan degradasiproduktivitas dan pendapatan per kapita sektor pertanian.

Berbagai bukti menunjukkan, hanya beberapa negarasaja yang bisa disebut berhasil melakukan industrialisasi,seperti negara-negara kelompok Newly IndustrializedCountires (NICs), yakni Taiwan, Korea Selatan, Hongkong,Singapura dan Malaysia. Sebagian besar yang lain, termasukIndonesia, boleh dikatakan gagal. Untuk kasus Indonesiamisalnya, industri bukan saja tidak efisien, tetapi juga tidakproduktif. Bahan baku, modal dan input perantaranyatergantung pada impor; dan proses produksinya mengidaphigh cost economy, karena banyaknya pungli dan kurangnyasarana-prasarana ekonomi .

3.2. Industrialisasi Mengingkari Pedesaan

Pengingkaran terhadap pedesaan dalampembangunan ekonomi, khususnya pembangunan industripengolahan, telah menimbullkan urbanisasi yang terlalucepat dan terlalu besar dibanding dengan kemampuan kota-kota menampungnya. Indonesia menjadi contohpermasalahan seperti ini dimana kita menyaksikan Jakartayang berjubel dengan kemacetan yang tak teratasi bahkansemakin parah. Kota-kota lainnya, Surabaya, Semarang,Bandung, Makassar dan bahkan Banjarmasin juga harusmenampung urbanisasi dan kinipun mengalami kemacetan

Page 39: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

33

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

lalu lintas walaupun dalam skala yang lebih kecil.Berjubelnya penduduk di kota-kota akibat urbanisasi selaindari masalah kemacetan lalu lintas juga menimbulkankekumuhan dan bahkan kerawanan sosial. Karenanya makaindustrialisasi pedesaan harus mendapat perhatian seriuspara perencana pembangunan nasional.

Dalam membahas arti penting kaitan industrialisasidengan pedesaan Irwansyah (http://perpustakaanmashudi.wordpress.com/, 27/02/2008)mempertanyakan siapa yang diuntungkan dari agendaindustrialisasi pedesaan. Jawabannya dapat dimulai dariide industrialisasi pedesaan itu sendiri yang berangkat daripemikiran mengikuti fenomena jenis pekerjaan yangberkembang di pedesaan. Kemiskinan pada dasarnyadiakibatkan oleh kurangnya pendapatan yang mencukupiyang didapatkan dari pekerjaan seseorang untuk hiduplayak yang umumnya diasumsikan minimal US$ 1 per hari.Karenanya ketersediaan pekerjaan menjadi faktor yangsangat penting. Variasi musiman pada intensitas kerjadalam pertanian yang sebagian besar bersandar pada tadahhujan telah mengakibatkan peningkatan pekerjaan dikegiatan non-bercocok tanam di pedesaan memanfaatkanwaktu dimana sedang tidak ada kegiatan budidayapertanian. Peningkatan pekerjaan non pertanian inididorong pula oleh apa yang dianamakan proses“penjelataan” di pedesaan sebagai akibat meningkatnyaketidak-seimbangan distribusi kepemilikan lahan dankonsekwensi dari marjinalisasi para petani gurem.Penjelataan inilah yang menjadi gerak konsistenpembangunan bisnis kapitalis di negara-negaraberkembang, termasuk Indonesia.

Dalam konteks kaitan desa-kota, proses industrialisasimemainkan peran nyata dalam melahirkan kelas pekerjaindustrial di perkotaan. Terutama di penghujungkepemerintahan Orde Baru, krisis ekonomi telahmenciptakan pengangguran, setengah-pengangguran, dan

Page 40: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

34

Ismet Ahmad

pengangguran tidak kentara dalam jumlah besar.Pengalaman sejak awal krisis hingga sekarang tampaknyamendukung kesimpulan bahwa kelas bawah rakyat jabayang terbentuk akibat proses historis industrialisasi ini telahmemilih bertahan di pusat perkotaan atau kembali ke desauntuk waktu yang terbatas, sambil mencoba usaha di sektorinformal, seperti membuka warung, dagang kaki lima, ataubekerja sebagai sopir angkot, tukang ojek atau buruhbangunan.

Seiring dengan kelahiran pekerja industrial kota, prosesdegradasi penghasilan usahatani di pedesaan berlanjut danterus mendorong kegiatan non-bercocok tanam sebagaibentuk perjuangan bertahan hidup. Namun selama ini,penghasilan dari kegiatan tersebut masih kurang memadaiyang ditandai dengan pendapatan yang rendah yangmereka peroleh sehingga tidak beranjak dari kemiskinan.Hubungan antara kegiatan ekonomi di desa dan kota jugamasih ditandai berlimpahnya buruh murah yangmemberikan keuntungan tinggi bagi para pemilik modal.

Akibat pola panen yang bersifat musiman makaproduksi pertanian sekalipun mengalami intensifikasi yangtinggi karena adanya industrialisasi dan penggunaanteknologi ternyata tidak mampu melakukan penyerapantenaga kerja secara produktif. Di negara-negara dimanaterjadi keberhasilan dalam menurunkan tingkat kemiskinansecara tajam, pembangunan pedesaan dan industrialisasipertanian berkembang secara terpadu dengan perluasansektor industri dan jasa.

Di Indonesia upaya meningkatkan kekuatan ekonomipolitik pedesaan ini nampaknya tidak tersentuh reformasiinstitusional dalam agenda industrialisasi pedesaan yangdidasarkan pada cara pandang neoliberalisme.Industrialisasi pedesaan yang sejatinya meningkatkankemandirian ekonomi pedesaan, ditengarai justrudikembangkan untuk mengaburkan kenyataan bahwakarakter dan dinamika industrialisasi nasional kita sedang

Page 41: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

35

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

mengalami krisis. Hal ini terbukti pada pasca krisisekonomi 1997-98, pertumbuhan ekonomi yang ternyatatidak digerakkan oleh hasil produksi industri, justru olehtingginya konsumsi privat. Konsumsi privat pasca krisisini yang pada tahun 2002 misalnya sangat tinggi mencapai71%. Angka itu kemudian turun menjadi 64% tahun 2007dan 57% tahun 2010.

Aspirasi ideologis dari agenda industrialisasi pedesaanyang seperti ini adalah mengurangi peran negara dalamkapasitas mengintervensi pasar yang membuat kepentingankelas-kelas sosial berhadapan dengan kepentingan modaldi pasar. Akibatnya, tidak aneh bila dalam prakteknyapemerintahan yang mencanangkan revitalisasi pertaniandan industrialisasi pedesaan justru menerapkan kebijakanyang melawan kepentingan kaum tani, misalnya denganmempertahankan harga pangan rendah melalui impor dansubsidi. Politik pangan murah menunjukkan bahwakomitmen memberikan nilai tambah pada produksipertanian dari wilayah pedesaan Indonesia sepertinyadianggap tidak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah,padahal ini penting untuk pembangunan pertanian danpemerataan pendapatan.

Sebagaimana diketahui retorika revitalisasi pertaniandan industrialiasi pedesaan sama sekali bukan ide baru.Namun gagasan ini ternyata tidak diterapkan secarabertanggungjawab yang kadangkala berujung padakerusakan struktur pembangunan pertanian yangsemestinya ramah lingkungan dan berkesinambunganmeningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan menjaditidak ramah dan tidak seimbang.

3.3. Pengabaian Pemerataan Penduduk Antar Pulau

Pembangunan ekonomi nasional perlumengedepankan aspek pemerataan dan tidak hanya fokuspada mengejar target pertumbuhan ekonomi secara agregat.Haruslah selalu diingat, ketika pemerataan pembangunan

Page 42: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

36

Ismet Ahmad

ekonomi dapat dilakukan, maka sejumlah persoalan sepertidisparitas regional, urbanisasi, kemiskinan, kesenjangansosial dan persoalan sosial lainnya akan dapat lebih teratasi.Disparitas pembangunan regional diakibatkan olehkebijakan pemerintah yang sentralistis. Pembangunanindustri sebagai leading sector pembangunan ekonomiterutama di awal era Orde Baru mengutamakan Pulau Jawadengan alasan ketersediaan tenaga kerja yang berlimpah,padahal tidak semua jenis industri pengolahan harus labororiented, melainkan banyak yang harusnya raw materialoriented. Infrastruktur transportasi yang berperan pentingdalam pemerataan pembangunan juga diutamakan di PulauJawa terkait dengan industrialisasi tersebut dan terkaitdengan kepadatan penduduknya. Padahal sudah sangatdifahami bahwa jalan, jembatan, penerbangan perintis,pelabuhan dan transportasi laut berperan sangat strategisuntuk memfasilitasi mobilisasi barang dan manusia antardaerah dan antar pulau di wilayah Indonesia. Kebijakanstrategis menggeser paradigma pembangunan nasionalyang menitik-beratkan kawasan Barat menuju pemberianperhatian lebih kepada kawasan Tengah dan Timur Indo-nesia harus menjadi prioritas dalam pemerataanpembangunan ekonomi nasional. 

Gambar 1. Indonesia, tidak hanya Jawa-Bali

(dari Biro Pusat Statistik, 2011)

Page 43: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

37

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Urgensi pemerataan pembangunan ke seluruhpenjuru Nusantara sebenarnya dalam beberapa tahunterakhir ini menurut Firmansyah telah semakinmenguatkan sinyalnya (http://metrotvnews.com/ 17/02/2011). Bahkan di kawasan Barat Indonesia persoalanlemahnya konektivitas masih berlangsung. Sebagai sebuahcontoh aktual, di awal 2011 tadi antrean truk yang inginmenyeberang ke Pulau Sumatra mengular sudah hampirseminggu lamanya hingga sepanjang 2,5 kilometer di TolMerak, Banten, menuju ke pintu gerbang pelabuhan.Berdasarkan informasi dari PT ASDP, antrean truk menujuPelabuhan Merak tersebut disebabkan karena sedikitnyakapal pengangkut dan terbatasnya kapasitas pelabuhanuntuk menampung antrean kendaraan angkutan.

Adalah pemikiran jangka pendek para perencanapembangunan nasional yang hanya menhubungkan tingkatpembangunan di sebuah daerah dengan akselerasipermintaan akan pembangunan lebih lanjut di daerahtersebut. Contoh implementasi cara berfikir seperti iniadalah gagasan pembangunan jalan tol Tanjung Priok-Cikarang- Tanjung Karang yang diprediksi bakal mampumengurai kemacetan Jakarta hingga 30 persen, sementarajalur kereta api di Sumatra nyaris tak tersentuh petatransportasi nasional, dan gagasan pembangunan jaringankereta api Kalimantan Selatan oleh Bappeda Provinsinya1996-1997 dan kemudian oleh rencana BIMP EAGA (BruneiIndonesia Malaysia and the Philippines East Asean GrowthArea) tahun 1997-1998 untuk pulau Kalimantan/Borneotidak mendapat tanggapan Pemerintah Pusat. Padahalpembangunan sistem transportasi darat jarak jauh inipenting bagi pembangunan pulau ini, yang berarti pentingpula bagi pemerataan pembangunan antar pulau di negarakepulauan yang bernama Indonesia.

Daerah dengan tingkat pembangunan yang tinggi akanterus menuntut pembangunan lebih lanjut, sementaradaerah yang tertinggal juga akan semakin tertinggal.

Page 44: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

38

Ismet Ahmad

Daerah-daerah luar Jawa-Bali selama ini tumbuh hanyasebagai wilayah hinterland semata yang tidak diimbangidengan pelebaran aktifitas perekonomian secara memadai.Pemusatan aktifitas perekonomian di Jawa pun kian lamakian meningkatkan daya akumulasi sumberdayaperekonomian di kawasan ini yang lebih jauh terpusat puladi Jakarta. Apabila pemusatan sumberdaya ini semakintinggi, maka biaya kesempatan untuk melakukan aktifitasperekonomian di luar Jakarta, lebih-lebih di luar Jawa punakan semakin tinggi.

Potret Jakarta sebagai ibukota negara serta Bandung,Surabaya dan Semarang yang secara mencolok lebih majudaripada kota-kota di luar Jawa, masih tercermin denganjelas. Tak bisa dipungkiri bahwa kekuatan gravitasi ekonomiJawa merupakan penyebab utama segala permasalahantersebut. Hingga tahun 2005, BPS mencatat bahwa di PulauJawa-Bali masih menyumbang 60.09% terhadap PDBnasional. Adapun Sumatra 22,1%, Kalimantan 9,11%,Sulawesi 3,93%, Nusa Tenggara 1,42%, dan Papua 1,59%.Pada tahun 2010, kontribusi PDRB Jawa-Bali terhadap PDBnasional hanya turun dengan sangat tipis menjadi 59,38%,sementara peningkatan secara tipis juga tercatat padaSulawesi menjadi 4,49%, Kalimantan 9,23%, Nusa Tenggara1,44%, dan Papua 1,77%. Proses penyebaran (divergency)tidak berlangsung sebagaimana mestinya.

Data menunjukkan bahwa komponen pos pendapatandaerah yang meningkat signifikan hanya pos bagi hasil daripajak dan sumber daya alam. Perlu menjadi sebuah “earlywarning” dalam hal ini, yaitu apakah gravitasi ekonomidaerah ini menguat semata-mata karena intensifikasieksploitasi sumberdaya alam daerah ataukah karenakreatifitas yang mulai mewujud? Upaya menggenjotpendapatan melalui eksploitasi sumberdaya alamsebagaimana mewarnai perekonomian era Orde Baru danberlanjut di era Reformasi, sudah tak pantas lagi ditempuhharus sudah ditinggalkan . Sejumlah negara maju

Page 45: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

39

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

memberikan contoh bagaimana negara merekadikembangkan melalui kebijakan industrialisasi yangbertahap dan terarah yang menyebar dengan baik kedaerah-daerahnya.

Sejalan dengan diskusi sebelumnya, Indonesia perlusecara konsisten berupaya untuk membangun magnet-magnet perekonomian lain di daerah luar Jawa-Bali, yangdigerakkan oleh pelaku-pelaku ekonomi daerah, yang tidaksemata-mata mengandalkan kekayaan alam tanpapengolahan. Dengan demikian, momentum peningkatankontribusi PDRB luar Jawa terhadap PDB Nasional, setipisapapun itu, dapat dipandang sebagai secercah harapanbahwa potensi perekonomian daerah perlu didorong untuklebih berkembang. Hal ini juga dapat menjadi pencetuspenguatan gaya gravitasi riil ekonomi daerah-daerah seiringpembangunan magnet-magnet perekonomian di pulau-pulau luar Jawa-Bali.

Pembangunan konektivitas antar-wilayah domestikdalam menumbuhkan daya saing dan meningkatkanpertumbuhan ekonomi merupakan langkah yang haruspula mendapat perhatian pemerintah. Tujuan konektivitasdomestik adalah mempercepat pertumbuhanperekonomian dan memperkecil disparitas antar-wilayah.Dengan demikian maka pembangunan magnetperekonomian di luar Jawa dapat menjadi “pull factor” didaerah yang secara simultan bersinergi dengan konektivitasantar-wilayah sebagai katalis “push factor” dari pulauJawa-Bali.

Pengembangan magnet perekonomian, konektivitasdomestik, dan proses transformasi struktural dalampenciptaan nilai tambah harus didasarkan pada reorientasikenyataan geografis Indonesia yang berupa kepulauan,dengan jenis lahan beserta kandungannya serta iklimnyayang sangat bervariasi. Pembangunan jembatan Amperadi Sungai Musi dan jembatan Barito di Kalimantan Selatansejatinya merupakan sebuah penanda betapa perekonomian

Page 46: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

40

Ismet Ahmad

Indonesia jauh-jauh hari telah diarahkan kepadaperekonomian maritim. Dengan demikian, salah satu aspekpenting yang perlu diperhatikan adalah agar upayamewujudkan rencana-rencana di atas dilandaskan padakesadaran bahwa Indonesia merupakan untaian kekayaansumberdaya alam dan ketahanan sumberdaya manusiayang dihubungkan oleh lautan dangkal yang terkaya danterluas di dunia. Oleh karena itu, mempercepat realisasiprogram konektivitas di dalam dan antar-pulau akanmembuat kawasan Tengah dan Timur Indonesia akan lebihberkembang.

Kesenjangan pembangunan antar pulau yang terkaitdengan kesenjangan distribusi penduduk tidak dapatdilepaskan dari daya saing yang juga senjang. Dan ketikaberbicara masalah daya saing, selain infrastruktur,peningkatan kualitas tenaga kerja jelas berperan penting.Secara implisit namun tegas, hal ini merupakan amanat bagikita semua bahwa perekonomian kita tidak boleh lagimenggantungkan diri pada eksploitasi kekayaan alam.Kekayaan alam yang dimiliki serta harus dikelolaberdasarkan daya kreatifitas dan penciptaan nilai tambah,melalui industri pengolahan di daerah penghasil khususnyabagi industri yang raw material oriented.

Page 47: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

41

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Bab IVLIBERALISASI UTANG LUAR NEGERI

BERUJUNG BLBI

4.1. Liberalisasi Utang Indonesia

Penggelontoran utang oleh negara maju ataukelompok negara maju jika disimak dengan cermat padahakekatnya merupakan instrumen terpenting darikekuatan penjajahan untuk memasung negara-negarasedang berkembang. Untuk memuluskannya parateknokrat yang duduk dalam pemerintahan, sebagaidisindir oleh Kwik Kian Gie (http://klipingut.wordpress.com/ , 11/04/2008), telah berhasildiindoktrinasi dengan dalil-dalil yang sangat tidak lazimdan sangat tidak masuk akal. Selama pemerintahan OrdeBaru pembiayaan kebijakan pembangunan banyakbersandar pada utang luar negeri yang dsediakan olehCGI (Consultative Group for Indonesia) yang tentu saja “mautidak mau” ada muatan kepentingan negara-negarapemberi utang atau yang disebut negara-negara donor.Sebagai ungkapan yang sering didengar di negara-negaraBarat “there is no such thing as a free lunch” yang artinyatidak ada makan siang yang gratis tanpa ada maksudtertentu.

Page 48: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

42

Ismet Ahmad

Pemerintah Indonesia sejak diglontori utang ituagaknya seperti mau mengelabui rakyat dengan menyebututang luar negeri di dalam APBN sebagai pos “pemasukanpembangunan” atau di era Reformasi disebut “bantuan luarnegeri” atau “belanja program”. Bukannya secara terbukadan jujur menyebutnya sebagai utang luar negeri. Dengancara itu maka neraca APBN yang jelas-jelas sejatinya defisitmenjadi seakan-akan berimbang. Namun selanjutnyadengan membengkaknya utang luar negeri yang sebagianbesar sudah jatuh tempo serta kesempatan memperolehnyapun sudah semakin terbatas, kelompok dalam lingkarkekuasaan yang sama atas saran lembaga-lembagainternasional yang sama pula “mengenal” APBN yangdefisit. Dan untuk menutupnya lalu disepakatimenerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasirupiah.

Seperti telah disebutkan di bagian depan, instrumenpenting yang dipakai penjajah baru untuk menghisapnegara sedang berkembang seperti Indonesia dalamkancah pergulatan ekonomi antar bangsa adalahpemberian utang kepada pemerintahnya. Negara-negarayang memberi utang kepada Indonesia pada era Orde Barutergabung dalam sebuah organisasi sangat rapi yangbernama CGI. Di era Reformasi negara-negara pengendaliorganisasi ini kemudian bergabung dalam Paris Clubmenghadapi Indonesia pada perundingan penundaanpembayaran cicilan utang pokok dan bunganya yang tidakmampu dibayar ketika jatuh tempo. Tak pelak lagi,kebijakan ekonomi Indonesia pun harus mengikuti syarat-syarat yang diberikan mereka, misalnya keharusan untukprivatisasi perusahaan-perusahaan negara, penghapusanimport barrier, pengapusan berbagai macam subsidi dansemacamnya. Selain itu, sering juga disyaratkan olehpemberi utang untuk menggunakan tenaga ahli merekadan membeli peralatan dari mereka. Bahkan ditengaraipula adanya tekanan yang berarti keharusan untuk

Page 49: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

43

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

menempatkan orang-orang tertentu dalam kabinet. Kalaudemikian halnya, penjajahan yang terjadi sudah tidakhanya dalam aspek ekonomi tapi juga aspek politik.

Negara-negara yang sama dengan yang tergabungdalam CGI juga memberikan utang kepada negara-negarasasaran melalui lembaga-lembaga internasional tanpa dapatdiketahui asal usulnya. Lembaga-lembaga yang sangatberpengaruh itu tidak lain adalah World Bank, Asian De-velopment Bank (ADB) dan IMF. Keseluruhannya disatukandalam sikap dan perilakunya terhadap Indonesia danterhadap negara-nagara sedang berkembang lainnya dibawah pimpinan IMF. Pengendali tiga lembaga keuangandunia ini adalah negara-negara dengan faham yang kentaldiwarnai kapitalisme liberalisme.

Semua lembaga internasional tersebut tidak dapatdipungkiri melakukan pendiktean kepada Indonesia dalambidang perumusan kebijakan yang harus diikuti. ProgramIMF yang “dipaksakan” kepada Indonesia melalui apa yangdinamakan extended fund facility. World Bank dan ADBmenerbitkan “country strategy report” untuk Indonesia yangisinya penuh dengan kebijakan yang harus dilakukan olehIndonesia. Kalau semuanya ini digabung menjadi satu dankita baca dengan teliti, akan menjadi sangat jelas terkesanbahwa sudah lama pemerintah Indonesia tidak pernahmerumuskan kebijakannya sendiri yang mendasar tanpapengaruh eksternal. Semua aspek penting ditentukan olehCGI, IMF, Bank Dunia dan ADB. Yang dilakukan olehpemerintah Indonesia hanyalah kebijakan-kebijakan detilyang sifatnya penjabaran untuk pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dasar yang ditentukan oleh apa yang oleh parapengamat dinamakan Kartel IMF. Dan untuk menjaminkebijakan-kebijakan mereka, Presiden RI dari masa ke masaharus mengangkat orang-orang yang ditentukan merekauntuk menjadi menteri-menteri ekonomi yang strategis.Kalau tidak, supaya menteri-menteri yang tidak masuk

Page 50: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

44

Ismet Ahmad

dalam kroni IMF diusahakan untuk ditekan olehPresidennya sendiri atau oleh opini publik yang diciptakanuntuk menuruti apa saja yang dimaui oleh mereka.

Utang luar negeri terus bertambah secara drastis sejakera Orde Baru hingga era Reformasi. Dalam kurun waktuperiode pertama pemerintahan Soesilo BambangYudoyono- Jusuf Kalla yang dikenal sebagai SBY-JK, 2004-2009, jumlah utang luar negeri, sebagaimana dilaporkanoleh Ekonomi & Bisnis (http://bisnis.vivanews.com/, 22/03/2010), melonjak secara signifikan tajam, sebesar US31,6 miliar atau 22 %. Utang ini mencakup utangpemerintah, Bank Indonesia serta utang swasta. Tahun 2004jumlah utang itu sebesar US $ 141,2-miliar, dan 5 tahunkemudian, tahun 2009, bertambah menjadi sebesar US$172,8-miliar. Peningkatan terjadi baik pada utangpemerintah maupun pada utang swasta. Namundilaporkan pula bahwa pemerintah berhasil mendongkrakPDB sebesar 113,3 %, dari US$ 291,8-miliar menjadi US$549,2-miliar dalam periode yang sama. Dengan demikianratio utang luar negeri terhadap PDB (Produk DomestikBruto) menurun, dari 54,9 % tahun 2004 menjadi 31,5 %tahun 2009. Pola proses peningkatan utang dan peningkatanPDB tersebut di atas berlanjut bahkan meningkat tajam padaperiode kedua pemerintahan SBY yang berduet denganBoediono, 2009-2014. Total utang akhir Juli 2010 olehDadang Tri/ Reuters dilaporkan sebesar Rp 1.627-triliun,terdiri dari surat berharga Negara (SBN) Rp 1.044-triliundan pinjaman Rp Rp 583-triliun (http://ibtimes.com.../ ,nd/07/2011). Menurut jenis mata uangnya, terdiri dari Rp737-triliun dalam valuta asing dan Rp 890-triliun dalamrupiah.

Utang dalam bentuk SBN (surat berharga negara)merupakan instrument utama dalam pembiayaan APBN,khususnya sejak tahun 2005. Gambar 4.2. menunjukkanperkembangan SBN netto, jumlah pinjaman netto, non-utang netto, dan deficit APBN. Angka defisit terus

Page 51: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

45

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

meningkat, kecuali tahun 2009. Angkanya bergerak darisekitar Rp 29-triliun tahun 2006 ke Rp 89-triliun tahun 2008,turun ke Rp 39-triliun tahun 2009 dan meningkat tajamhingga mencapai Rp 116-triliun tahun 2011. Sementaraitu SBN netto yang terdiri dari penerbitan SBN dikurangipembayaran pokok dan pembayaran kembali, terus naikdari sekitar Rp 36 triliun tahun 2006 hingga Rp 127-trliuntahun 2011. Kenaikan SBN ini terutama untuk keperluanrefinancing utang lama yang sudah jatuh tempo yangdilakukan dengan cara mengambil utang baru yangmempunyai jangka waktu dan persyaratan yang lebih baik.

Gambar 2. Defisit dan pembiayaan APBN tahun 2006-2011 (Sumber: Kementrian Keuangan; PA/LKPP-audited; *realisasi; **APBN 2011)

Total pembiayaan utang merupakan SBN nettodikurangi pembiyaan pinjaman netto. SBN netto terdiridari utang bruto (rupiah dan valuta asing) pluspembayaran pokok utang dan pembelian kembali,sedangkan pembiayaan pinjaman netto merupakanpenjumlahan penarikan PLN bruto, pembayaran cicilanpokok PLN dan penarikan pinjaman dalam negeri bruto.Sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1, perkembangan to-tal pembiayaan utang mengikuti pola perkembangan SBN-nya sendiri, bahkan lebih tajam, dari hanya Rp 9,4-triliuntahun 2006 terus naik menjadi Rp 108,3-triliun tahun 2009,

Page 52: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

46

Ismet Ahmad

agak menurun pada tahun 2010 yang diperkirakan terkaitpenguatan rupiah, namun stelah itu diperkirakan naik lagimenjadi Rp 127,0-triliun pada tahun 2011. Totalpembiayaan utang ini nampak sangat ditentukan olehbesaran pembayaran cicilan utang pokok PLN(Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak dari Rp 52,7-triliun tahun 2006, meningkat hingga Rp 68,0-triliun dandiperkirakan menurun menjadi Rp 47,8-triliun tahun 2011.

Tabel 4.1. Perkembangan pembiayaan melaluiutang, 2006-2011.

Sumber : Kementrian Keuangan*APBN-P 2010; **realisasi sementara; ***APBN 2011

Pemerintah memberikan justifikasi terhadapmeningkatnya besaran nominal utang. Selain denganmenunjukkan penurunan ratio utang terhadap PDB, jugadengan menurunnya ratio utang terhadap ekspor dan DSR(debt service ratio). Rasio utang terhadap ekspor dilaporkanmengalami penurunan dari 179,7 persen tahun 2004 menjadi121,4 % tahun 2009. Pada periode yang sama DSRmenunjukkan angka yang menurun pula. Pada tahun2004 DSR mencatat angka tertinggi 30,1%, lalu menurunmenjadi 22,7 % tahun 2009. Dan dengan meningkatnyautang sementara ekspor juga meningkat maka nilai DSR

Page 53: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

47

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

diperkirakan tidak banyak berubah pada tahun 2010 dan2011.

4.2. Malapetakan BLBI

Bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI) yangmenjadi malapetaka keuangan Negara terbesar bermuladari terbitnya apa yang disebut dengan “Pakto 88” (PaketOktober 1988) pada zamannya trio yang dijuluki RMS (Ra-dius-Mooy-Sumarlin), yakni Radius Prawiro sebagaiMenteri Keuangan, Adrianus Mooy sebagai Gubernur BI,dan Johannes B. Sumarlin sebagai Menteri PerencanaanPembangunan Nasional/ Ketua Bappenas. Denganadanya krisis moneter maka Gubernur BI, Adrianus Mooy,mengeluarkan kebijakan Paket Oktober pada tanggal 27Oktober tahun 1988 yang merupakan aturan paling liberalsepanjang sejarah Indonesia. Dengan kebijakan ini makadengan hanya bermodal Rp 10-milyar orang dapatmendirikan sebuah bank. Akibatnya para konglomerat yangtadinya punya keahlian berdagang mendadak menjadibankir. Keahlian menjual dalam promosi membuat rakyatterbuai untuk menyimpan uang pada bank-bank mereka,yang lalu digunakan untuk kredit kepada perusahaanmereka sendiri membiayai berbagai mega project berupainvestasi jangka panjang. Kredit sendiri itupun lalu banyakyang macet pada saat Indonesia kena krisis parah tahun1997, dan untuk mengatasinya Pemerintah Indonesiaberpaling lagi pada IMF, dan atas saran IMF pula padatanggal 1 November 1997 menutup 16 bank sekaligus secaramendadak. Terjadilah kepanikan para deposan dalambentuk rush besar-besaran yang kemudian memaksaPemerintah mengikuti saran lembaga keuanganantarbangsa itu untuk melakukan pemberian BLBI.

BLBI sejatinya merupakan fasilitas dari Bank Indone-sia untuk menjaga kestabilan sistim pembayaran dan sektorperbankan agar jangan terganggu karena ketidakseimbangan (mismatch) antara penerimaan dan penarikan

Page 54: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

48

Ismet Ahmad

dana pada bank-bank, baik jangka pendek maupunpanjang. Dalam operasinya ada berbagai jenis fasilitaslikuiditas bank sentral kepada sektor perbankan denganpersyaratan yang berbeda, sesuai dengan sasaran maupunperuntukannya. Karena jenis failitas yang beragam inisecara umum dapat dikatakan bahwa BLBI adalah fasilitaslikuiditas BI yang diberikan kepada bank-bank diluar kreditlikuiditas Bank Indonesia atau KLBI.

Meskipun bantuan likuiditas untuk menghadapimasalah perbankan ini sudah ada dan dipergunakan sejaklama, istilah bantuan likuiditas BI atau BLBI baru digunakanoleh Bank Indonesia sejak tahun 1998. Istilah ini munculsemenjak Indonesia menjalankan program pemulihanekonomi dengan dukungan dana utangan dari IMF yangmenyebutkan berbagai fasilitas tadi sebagai liquidity sup-ports. Untuk membedakan dengan KLBI yang lebih dikenalsecara umum dan sebagai terjemahan dari liquidity sup-port telah digunakan istilah bantuan likuiditas Bank Indo-nesia atau BLBI.

BLBI terdiri atas 5 jenis fasilitas sebagai berikut: (i)fasilitas dalam rangka mempertahankan kestabilan sistimpembayaran yang bisa terganggu karena adanya mismatch;(ii) fasilitas dalam rangka operasi pasar terbuka (OPT); (iii)fasilitas dalam rangka penyehatan (nursing atau rescue) bankdalam bentuk kredit likuiditas darurat (KLD) dan kreditsub-ordinasi (SOL); (iv) fasilitas untuk menjaga kestabilansistim perbankan dan sistim pembayaran; dan (v) fasilitasuntuk mempertahankan kepercayaan masyarakat padaperbankan dalam bentuk dana talangan untuk membayarkewajiban luar negeri bank dan untuk pelaksanaan sistimpenjaminan (blanket guarantee).

Perlunya bantuan likuiditas BI kepada bank-bank yangmenghadapi masalah likuiditas dikarenakan berbagaialasan. Dasar utama dari tindakan ini adalah kedudukanBank Sentral yang merupakan lender of the last resort yangmerupakan salah satu dasar utama didirikannya suatu bank

Page 55: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

49

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

sentral yang sering juga disebut sebagai banknya parabankir. Dalam hubungan dengan ini ada berbagaipersyaratan dan ketentuan yang harus dipatuhi dalam banksentral menjalankan tugasnya sebagai sumber terakhir darilikuiditas terhadap bank-bank ini.

Pemberian fasilitas BLBI kepada perbankandidasarkan atas berbagai peraturan perundangan.Undang-undang, Keputusan Presiden dan PetunjukPresiden yang mengatur pemberian fasilitas dimaksudterdiri dari:

1) U.U. no. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral dalampasal 29 ayat (1) dan pasal 32 ayat (3) serta PenjelasanUmumnya yang menyebutkan bahwa sebagai lender oflast resort Bank Sentral dapat memberikan kreditlikuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan-kesulitan likuiditas yang dihadapi dalam keadaandarurat

2) Pasal 37 ayat (2) huruf b U.U. no. 7 Tahun 1992 yangmengatakan bahwa “ Dalam hal suatu bank mengalamikesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya,maka Bank Indonesia dapat mengambil tindnakan lainsesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

3) Pasal 2 ayat (1) Keputusan Presiden (Keppres) no. 120Tahun 1998 yang mengatakan “Bank Indonesia dapatmemberikan jaminan atas pinjaman luar negeri dan atauatas pembiayaan perdagangan internasional yangdilakukan oleh bank”

4) Pasal 1 Keppres no. 26 Tahun 1998 yang mengatakan“Pemerintah membebri jaminan bahwa kewajibanpembayaran bank umum kepada pemilik simpanan dankrediturnya akan dipenuhi” dan

5) Pasal 2 ayat(1) Keppres no. 120 Tahun 1998 yangmengatakan “Pemerintah memberikan jaminan terhadapkewajiban pembayaran Bank Perkreditan Rakyat”

Page 56: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

50

Ismet Ahmad

6) Petunjuk-petunjuk dan Keputusan Presiden padaSidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku Wasbang danProdis pada tanggal 3 September 1997 yang berbunyi:“Krisis di beberapa negara menunjukkan bahwa sektorkeuangan —khususnya perbankan— merupakan unsuryang sangat penting dan dapat menjadi pemicu sertamemperburuk keadaan. Untuk itu, perlu diambillangkah-langkah sebagai berikut: (a) Bank-bank nasionalyang sehat tetapi mengalami kesulitan likuiditas untuksementara supaya dibantu; dan (b) Bank-bank yang nyata-nyata tidak sehat, supaya diupayakan penggabungan atauakuisisi dengan bank-bank lainnya yang sehat. Jika upayaini tidak bebrhasil, supaya dilikuidasi sesuai denganperaturan perundangan yang berlaku dengan mengamankansemaksimal mungkin para deposan, terutama para deposankecil”

Komponen terbesar dari BLBI adalah bantuanlikuiditas Bank Indonesia yang diberikan kepada bank-bank yang menghadapi masalah penarikan dana padabank-bank oleh nasabah secara besar-besaran danbersamaan, berkaitan dengan krisis yang melandaperekonomian nasional. Akan tetapi BLBI jugamenyangkut berbagai fasilitas BI kepada bank-bank dalambentuk lain sebagaimana secara rinci disebutkan di atas.Bantuan likuiditas yang dipertanyakan proses penyalurandan pemanfaatannya serta dipersoalkan pembebananpembiayaanya ini telah menjadi masalah yang banyakdipergunjingkan di masyarakat.

Masalah ini lebih mencuat lagi setelahdiumumkannya hasil audit BPK terhadap Bank Indonesiayang memberikan suatu opini disclaimer, artinya BPK tidakbersedia memberikan pendapat karena berbagai hal, sepertilemahnya pengawasan intern dan pembukuan yang tidakberes. Audit BPK juga secara spesifik dilakukan terhadapBLBI. Dalam testimoni Gubernur BI dengan Komisi IX DPR

Page 57: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

51

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

periode 2004-2009, telah disepakati untuk investigative audittentang BLBI.

Dalam memberikan penjelasan mengenai tragedikebijakan BLBI, Joseph Soedradjat Djiwandono, mantanGubernur BI 1993-1998, yang berperan penting dalammaraknya jumlah bank-bank baru yang collaps tahun 1997-1998 (http://www.pacific.net.id/, 9/03/2010)menerangkan adanya salah pengertian yang mengacaukanBLBI dengan kredit likuidtas BI (KLBI), dimana seringkeduanya dianggap sama. BLBI adalah berbagai bentukfasilitas likuiditas untuk perbankan dengan berbagaisasaran peruntukannya diluar KLBI, sedangkan KLBIadalah kredit BI untuk membantu kegiatan atau sektor yangdiprioritaskan oleh pemerintah atau kredit untuk program-program pemerintah, seperti pengadaan pangan melaluiBulog, kredit untuk koperasi unit desa (KKUD), kredituntuk usaha tani (KUT) dan kredit untuk koperasi primerbagi anggotanya (KKPA) yang suku bunganyamengandung unsur subsidi.

Menurut pengajar Universitas Indonesia ini, ada duaunsur pokok perbedaan BLBI dengan KLBI, yaknimenyangkut datangnya inisiatif dan suku bunga. Dari segiasal datangnya inisiatif, BLBI datang dari bank yangmengajukan permintaan bantuan kepada BI — sebagailender of last resort —karena menghadapi masalah ketidakseimbangan likuiditas (mismatch) antara penerimaan danadan pembayaran yang tidak bisa ditutup dengan sumberdana lain yang lazim dalam perbankan. Sedangkan dalamhal KLBI inisiatif datang dari BI, yang membantupelaksanaan program Pemerintah sebagai agent of develop-ment memberi kredit kepada bank pelaksana agarmenyalurkan kredit tersebut pada sektor atau kegiatan ataukelompok yang diprioritaskan dalam program Pemerintah.Dari aspek suku bunga, BLBI mempunyai suku bunga yangmengandung unsur penalti untuk mengurangi moral haz-ard karena itu selalu lebih tinggi dari pasar. Sedangkan suku

Page 58: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

52

Ismet Ahmad

bunga KLBI mengandung unsur subsidi, karena itu lebihrendah dari suku bunga pasar. Dana kredit dengan KLBIini sering merupakan campuran dari dana BI (KLBI), danaanggaran dan dana dari bank pelaksana sendiri.Pencampuran inilah yang memungkinkan diberikannyasubsidi suku bunga jenis kredit. khusus.

Mengenai besarnya bantuan likuiditas yang berbeda-beda sangat besar untuk bank -bank besar dan kecil bagibank yang lain, yang tentu saja karena ukuran bankmenurut besaran dana yang dihimpun dari atau kredit yangdiberikan kepada masyarakat memang berbeda. Kalau BLBIdianggap sama dengan KLBI maka salah satu dasarpemberiannya adalah pertimbangan keadilan. Di sini bisatimbul pertanyaan, mengapa bank yang besar diberibantuan (BLBI) yang besar pula, apa ini tidak bertentangandengan rasa keadilan? Ini dianggap banyak orangmenyinggung rasa keadilan karena melihat BLBI sebagaifasilitas atau bahkan akhirnya seperti hadiah saja.

Pemberian fasilitas likuiditas kepada perbankan olehbank sentral secara normatifnya diberikan atas dasartugasnya menjaga kestabilan moneter dan sistimpembayaran dimana perbankan merupakan lembagaperantara keuangan sangat vital bagi yang menjadi pelaku-pelakunya. Karena itu, sejatinya pemberian fasilitas inibukan ditujukan untuk menyelamatkan pemilik bank atausuatu bank per se, akan tetapi untuk keselamatan dankestabilan sistem perbankan dan pada gilirannya sistemperekonomian nasional. Memang dalam keadaan normalfasilitas ini diberikan kepada bank yang menghadapikesenjangan tagihan dan kewajiban bayar. Akan tetapi yangmenjadi dasar utama harusnya bukan penyelamatan banktertentu atau pemilik bank tertentu, melainkan untukmenjaga agar sistim perbankan tidak goyah akibat adanyasatu atau beberapa bank yang mengalami masalah mismatchdalam pengelolaan likuiditas.

Ada kecurigaan meluas bahwa dana yang berasal dari

Page 59: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

53

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

BI ini diberikan kepada perbankan dan kemudian olehperbankan disalurkan sebagai kredit kepada kelompokperusahaannya sendiri lagi. Joseph Soedradjat Djiwandono(op.cit) memberikan alasan bahwa kecurigaan ini timbulkarena kesalah-pengertian proses pemberian KLBI denganBLBI yang berbeda. Fasilitas BLBI diberikan karena adanyamismatch dalam likuiditas, karena adanya saldo negatifterhadap BI, sedangkan pemberian KLBI berdasarkanpertimbangan perlunya mendorong kegiatan atau sektortertentu dalam perekonomian yang didorong dengan kreditprogram. Tetapi kalau memang terjadi penyelewenganseperti itu oleh bank penerima, ini jelas harus diselesaikandan ditindak tegas.

Di dalam alam yang transparansinya masih kurang,ketentuan mengenai disclosure belum sepenuhnyadilaksanakan. Pengertian yang kurang jelas mengenaipraktek penyelenggaraan bank sentral dan bank umum,apalagi ditambah dengan interpretasi tentang ketentuanmengenai kerahasiaan bank yang belum dibakukan, makadapat menimbulkan prasangka yang pada gilirannya dapatmempersulit kejelasan masalah yang pada dasarnyamemang sudah cukup kompleks.

4.3. Kerugian Negara Tak Terperikan

BLBI yang dinikmati oleh para bankir dadakan berupauang tunai, pengembaliannya kemudian oleh pemerintahditerima dalam bentuk asset ataupun perusahaan yangsudah collaps. Cara pembayaran seperti ini sebenarnyasudah ditolak oleh Presiden Habibie, namun kemudiansetelah pemerintahan berganti pembayaran dengan cara inipun diterima. Dalam proses pembayaran pengembalianitu, yang karena tidak cermat atau mungkin karena“kongkalingkong”, dikabarkan ada pula yang bahkanberupa aset fiktif. Entah kekuatan apa yang akhirnyamembuat Pemerintah tetap saja memberikan surat lunasutang (SLU). Kemudian sehubungan dengan kebutuhan

Page 60: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

54

Ismet Ahmad

mendesak untuk dana pembangunan, Pemerintah lalumenjual perusahaan dan asset tersebut dengan harga jauhlebih murah daripada perhitungan sewaktu diterimasebagai pembayaran. Penilaian asset sewaktu pembayarankepada Pemerintah dilakukan dengan asumsi harga waktunormal sedangkan penjualan kembali dilakukan denganasumsi harga sewaktu krisis. Langkah-langkah semacamini yang dicap konyol yang dilakukan oleh pemangkujabatan pemerintahan terkait telah menyebabkan kerugianyang luar biasa besarnya bagi negara.

Nilai nominal BLBI yang akhirnya menjadi bebanPemerintah begitu besar hingga menggoncang sendi-sendikeuangan negara. Besarnya nilai BLBI yang diperlukanuntuk penanggulangan terkait krisis yang berkepanjangantersebut mungkin dapat diminimumkan andaikatapemerintah mengambil langkah secara cepat, bukannyawaktu yang panjang hingga keadaan sudah terlalu parah.Dalam penyelesaian masalah yang terkait dengan krisisyang mempunyai dampak penularan atau contagiousapapun, kecepatan dan ketepatan sangat menentukan.Kecepatan untuk mengetahui atau mengidentifikasi,menerima dan mencari solusi serta membuat rencana danmelaksanakannya dengan tepat, cepat dan konsisten itusangat menentukan berhasil tidaknya. The sooner the betterkata orang, atau “lebih cepat lebih baik” kata Yusuf Kalla,karena itu speed is the essence atau kecepatan adalahkeutamaan.

Besarnya jumlah BLBI sebenarnya sangat tergantungmana saja dari jenis-jenis fasilitas itu yang akan dimasukkandalam penghitungan. Kalau definisi yang diambil yangsangat umum, bahwa BLBI adalah semua bantuan likuiditasBI untuk perbankan diluar KLBI, maka jumlah ini jelassangat besar. Selain jumlah akhir dan komposisi dari BLBImungkin perkembangan dari jumlah tersebut juga perludiperhatikan untuk melihat perkembangan masalah yangberkaitan dengan pemberian BLBI ini.

Page 61: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

55

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Berbagai permasalahan yang timbul dari jumlah BLBIini akan nampak kalau diikuti hasil audit BPK tahun 2000(http://skandal-blbi.blogspot.com/ 30/01/2010) yangmenunjukkan pernilaian lembaga tersebut untuk masing-masing jenis BLBI mana yang dianggap tepat dan manayang tidak untuk pembebanannya pada anggaranPemerintah. Dalam hal ini mungkin ada beberapa jumlahbesarnya BLBI yang bisa dijadikan patokan untuk dibahasstatusnya.

Jumlah BLBI posisi Maret 1998 yang disebutkan dalampengalihan hak tagih BI kepada Pemerintah (BPPN, BadanPenyehatan Perbankan Nasional) berkaitan denganpenyerahan 54 bank dibawah pengawasan BPPN per 29Januari 1999 adalah sebesar RP 144,5-triliun yang kemudianmenjadi basis dikeluarkannya obligasi yang sama besarnyadengan jumlah ini. Kepada jumlah ini masih ditambahdengan Rp 20-triliun untuk membayar kewajiban PT BankEkspor-Impor Indonesia. Keduanya berjumlah Rp. 164,5-triliun. Diluar ini masih ada penyediaan dana penjaminan(blanket guarantee) sebesar Rp.53,8-triliun. Dengan demikianjumlahnya pada awal 1999 menjadi Rp 218,3-triliun.Dengan menggunakan BI-rate 6,50% maka dapat dihitungnilai BLBI tersebut keseluruhannya menjadi Rp 479,4-triliun per Juli 2011. Presiden SBY seakan meresponskandal Bank Century, yang hingga saat ini belum jelaspenyelesaiannya, dengan menyebutkan bahwa kerugiannegara akibat BLBI mencapai Rp 651-triliun dan hanya27% saja yang dapat dikembalikan (http://koran-jakarta.com/ ,04/07/2011). Dengan demikian kerugiannetto akibat skandal BLBI adalah sekitar Rp 488,25-triliun.

Dalam laporan auditnya, BPK hanya membuat auditmengenai jumlah BLBI diluar dana penjaminan atau Rp164,5-triliun saja. Jumlah ini menurut laporan BPK harusnyaterlebih dahulu disepakati antara Depkeu dengan BI. Dankarena kesepakatan mengenai kriteria pemberian BLBIantara kedua instansi belum ada, maka kesepakanmengenai jumlah tersebut juga belum ada. Ini yang

Page 62: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

56

Ismet Ahmad

menyebabkan BPK mengambil keputusan untuk tidakmemberikan pendapat atau opini desclaimer. Sedangkandalam audit yang dilakukan, karena belum adanya kriteriayang disepakati maka BPK melakukan pengecekankelayakan jumlah-jumlah tersebut berdasarkan ketentuanBI yang seharusnya diikuti. Pendapat yang pada akhirnyamenghasilkan laporan jumlah mana yang layak dipikulPemerintah dan mana yang tidak layak didasarkan ataspengecekan proses pemberian BLBI dengan ketentuan ataupersyaratan yang ada. Kalau ketentuan tersebut tidakdipatuhi maka BPK berpendapat bahwa jumlah BLBI yangtidak mengikuti ketentuan tersebut tidak bisa dibebankankepada anggaran Pemerintah.

Perhitungan-perhitungan tersebut di atas inilah antaralain yang menghasilkan situasi “fait accompli” dimana BIharus menyediakan cadangan terhadap tagihan-tagihannyayang macet yang jauh lebih besar dari cadangan yangdisediakan. Kewajiban menyediakan cadangan ini padagilrannya menyebabkan terjadinya saldo negatif padaneraca BI, yang ternyata jauh lebih besar dari modal yangada. Karena itu berdasarkan perhitungan ini BImendeklarasikan sudah berada dalam keadaan tidak sol-vent, situasi mana belum terpecahkan hingga sekarangtahun 2011.

Beberapa waktu yang lalu ada suatu pendapat diKementrian Keuangan yang menyatakan bahwapertanggungan anggaran Pemerintah sebaiknya hanyamenyangkut BLBI yang diberikan sejak diterapkannya blan-ket guarantee pada akhir Januari 1998. Namun mengenaijumlah mana yang layak ditanggung anggaran perlupertimbangan yang komprehensif yang pada hakekatnyamemilih yang terbaik diantara alternative-alternatif buruk.Alternatif-alternatif yang dikemukakan, sebagai terungkappada “Round Table Discussion BI, BLBI dan Komisi XI DPR-RI, 7 April 2011, terdiri dari: (i) konversi SUP dan SRBImenjadi SUN dalam kurun waktu 4 tahun atau 10 tahun;(ii) konversi SUP dan SRB dengan member “partial write-

Page 63: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

57

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

off” terhadap sebagian SU-007; dan (iii) konversi SUPmenjadi SUN tradeable dan perpanjangan tenor SRBI-01.Dalam diskusi tersebut penulis mengemukakan perlunyapendekatan kenegaraan (Pemerintah dan BI) yang berartiperlunya koordinasi yang intensif, dan mengingat alternatifinstrument mempunyai keterbatasan dan ada increasing riskmaka solusi terbaik haruslah “multiple instruments”.Disarankan pula agar solusi harus disosialisasikan agartidak menimbulkan ekspektasi yang bias. Selain itudisarankan pula agar BI mengurangi upaya menahanpenguatan rupiah yang membebani anggaran BI hanyakarena alasan menjaga ekspor, karena dampak pelemahanrupiah terhadap ekspor hanya bertahan satu atau dua tahunsaja dan setelah itu akan ada penyesuaian.

Masalah megaskandal BLBI yang menjadi malapetakankeuangan negara belum pula ada tindakan terhadap yangbertanggung-jawab. Outcry para cendekiawan pemerhatipemerintahan, para LSM dan masyarakat umum masihterdengar di banyak kesempatan. Pengelolaan utang BLBIselama belasan tahun ini dikatakan telah merampas hidupsatu generasi dan banyak anak tidak sekolah karenadimiskinkan oleh bunga obligasi rekap BLBI. Koalisi AntiUtang melalui koordinatornya, Dani Setiawan, pada 3 Juli2011, mengemukakan rasa anehnya karena sekalipunpemerintah sadar terbebani dengan anggaran untukmembayar bunga utang obligasi rekap pemerintah tetaptidak bisa tegas terhadap para obligor pengempalang BLBI(http://koran-jakarta.com/ ,04/07/2011). Dikatakannyapula bahwa meski Pemerintah mengaku dapat membayarcicilan utang, realitanya adalah berupa hilangnyakesempatan membangun ribuan sekolah dasar di berbagaipelosok daerah dan berkurangnya kesempatan kerjamasyarakat, sehingga berakibat pada bertambahnya jumlahorang miskin.

Page 64: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

58

Ismet Ahmad

Page 65: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

59

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

5.1. Bagian Anggaran 999.04

Salah satu kebocoran uang negara yang besar, selainBLBI yang diuraikan di bab sebelumnya, adalah dalampengelolaan penerusan pinjaman berupa subsidiary loanagreement (SLA), rekening dana investasi (RDI dan rekeningdana pinjaman (RDP) yang secara administrativekeuangannya ada pada Bagian Anggaran 999.04(BA.999.04). Ini adalah dana yang berasal dari pinjaman/hibah dari luar negeri diteruskan kepada sejumlah badanusaha milik Negara (BUMN), perusahaan daerah air minum(PDAM) ,Pemerintah Daerah ( Pemda) dan penerimalainnya sesuai dengan Pasal 23 U.U. no. 17 Tahun 2003.Agar upaya memperbaiki keterbukaan dan pertanggung-jawaban, penerusan pinjaman ini dipisahkan dari utanglainnya dalam anggaran negara. Pemisahan ini dapat puladicurigai sebagai akal-akalan mengelabui publik karenatidak transparan..

Dari cara pengadministrasian dan penanganannyaterlihat keteledoran dan ignorance menyangkut keharusanuang itu kembali kepada negara. Keteledoran dan ignoranceini dapat dilihat dari cara pengadministrasian yang sangatlemah, bahkan terkesan amburadul yang menjadi salah satusebab mengapa BPK memberikan opini disclaimer untuk

Bab V.PENERUSAN PINJAMAN BERGAYA

SINTERKLAS

Page 66: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

60

Ismet Ahmad

tahun anggaran 2006 hingga 2009. Hasil pemeriksaan BPKmenunjukkan berbagai kelemahan dalam sistempengendalian internal dimana pencatatan realisasipenerusan pinjaman di laporan realisasi anggaran tidakberdasarkan dokumen sumber yang valid dan rekonsiliasiatas investasi SLA/RDI/RDP tidak berjalan efektif sertainvestasi non-permanen dana bergulir dan lainnya yangdikelola Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit. SMI)beluum dilakukan penjadwalan. Selain dari itu, terjadiberbagai ketidak-patuhan seperti antara lain tidak distornyapenerimaan yang ditampung dalam rekening RDI/RDP kekas negara, dan pengeluaran yang tidak melalui mekanismeAPBN.

Karena keteledoran dan ignorance tersebut makapeminjaman dana itu seolah bagi-bagi hadiah sebagaimanadalam dongeng anak-anak di negara-negara Baratmengenai Santa Claus atau di-Indonesiakan Sinterklas.Mengapa? Karena administrasi dalam pengelolaannya yangamburadul. Laporan realisasi tahun 2009 tidak berdasarsumber valid, terjadi selisih pencatatan antara jumlahpenarikan dengan realisasi pencatatan, salah tahunpencatatan, perbedaan tanggal valuta dan nilai tukar assetpenarikan dan penerusan pinjaman, adanya yang tercatatdalam nota debit BI tapi belum sebagai penarikan pinjaman,ada pula pinjaman yang sudah tidak dapat lagi ditelusuri

Kebijakan dan pelaksanaan SLA dimulai pada tahun1972 melalui Keppres np. 59 Tahun 1972 tentangPenerimaan Kredit Luar Negeri. Pada awalnya, 1972sampai dengan 1981, pengelolaan dilaksanakan oleh BankIndonesia (BI). Dan seterusnya mulai tahun 1981 sampaisekarang pengelolaan SLA tersebut dilaksanakan olehKemeterian Keuangan selaku bendahara negara, yangsehari-harinya diurus oleh Direktorat JenderalPerbendaharaan.

Proses penyaluran dana dari pemberi pinjaman luarnegeri hingga para penerima dapat digambarkan dalam

Page 67: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

61

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

bentuk skema sebagai Gambar 3. Pada skema ini pemberipinjaman luar negeri menyalurkan dana kepada MenteriKeuangan berdasarkan suatu loan agreement. Denganprosedur SLA, Menteri Keuangan meminjamkan danakepada BUMN, BUMD dan Pemda, dan dengan prosdurkredit program kepada pengusaha kecil anggota koperasi.Pengembalian pinjaman ditampung pada rekening danainvestasi (RDI) dan rekening dana pinjaman (RDP) yangdapat dipinjamkan kembali kepada BUMN, BUMD danPemda.

Gambar 3. Skema penyaluran dana penerusan pinjaman, dari pemberihingga penerima (diambil dari Badan Pemeriksa Keuangan, 2010)

Pengguna terbesar dari SLA ini adalah lembaga-lembaga yang tergolong BUMN, yakni lebih dari 75%. Dandiantara BUMN sebagian besar penggunaannya oleh PTPLN untuk membiayai pembangkit listrik dan transmisimemenuhi kebutuhan nasional di Jawa dan Sulawesi, danPT PGN untuk membiayai perluasan jaringan pipa dariSumatera Selatan ke Jawa Barat. Pengguna lainnya adalahberbagai BUMN dan BUMD yang tersebar di berbagaidaerah di tanah air.

Dipandang dari segi perkembangannya, pengelolaan

Page 68: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

62

Ismet Ahmad

SLA dapat dibagi atas 3 periode. Periode pertama, daritahun 1971 sampai tahun 1985, pada mana pengelolaandidasarkan pada Keppres no. 55 Tahun 1972 tentangPemberian Kredit Luar Negeri. Berdasarkan keputusan inipengguna SLA terdiri dari BUMN, Pemda, BUMD danperusahaan lainnya. Untuk periode kedua, tahun 1985sampai dengan tahun 2003, dasar hukum yang digunakanadalah SKB Menteri Keuangan dan Bappenas no.185/ Kep031 Tahun 1985 tentang Tata Cara Pelaksanaan /Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman/Hibah LuarNegeri dalam rangka pelaksanaan APBN. Para penggunaSLA dalam periode ini terdiri dari BUMN, Pemda, BUMDdan Badan/ Lembaga tertentu lainnya.

Sekarang pengelolaannya berada dalam periode ketigayang dimulai tahun 2004. Dasar hukum untuk memperkuatlandasan pengelolaannya ditingkatkan dari hanya SKBmenjadi undang-undang, yakni U.U. no. 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara dan U.U. no.1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara. Untuk petunjukpelaksanaannya ditetapkan PP no. 2 Tahun 2006 tentangTata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau PenerimaanHibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah LuarNegeri.

Berbagai peraturan kemudian diterbitkanmenyangkut pengadaan, penerusan, suku bungapenatausahaan dan sanksi pelanggaran, baik berupaPeraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Keuangan(KMK), maupun Peraturan Menteri keuangan (PMK).Secara keseluruhan Peraturan Terkait PengelolaanPenerusan Pinjaman (SLA) adalah sebagai berikut: (i)Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 tentang Tata CaraPengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah sertaPenerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; (ii)Keputusan Menteri Keuangan No. 259/KMK.017/1993tentang Penerusan Pinjaman, Tingkat Suku Bunga danJasa Penatausahaan Penerusan Pinjaman dalam rangka

Page 69: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

63

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Bantuan Luar Negeri; (iii) Peraturan Menteri KeuanganNo. 83/PMK.06/2005 tentang Tambahan Tingkat SukuBunga Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah yangDiteruspinjamkan kepada Daerah; (iv) Peraturan MemteriKeuangnan No. 53/PMK.010/2006 tentang Tata CaraPemberian Pinjaman Daerah dari Pemerintah yangdananya Bersumber dari Pinjaman Luar Negeri; dan (v)Peraturan Menteri Keuangan No. 129/PMK.07/2008tentang Tata Cara Pelaksanaan sanksi Pemotongan DAUdan/atau Dana Bagi Hasil dalam kaitannya denganPinjaman dari Pemerintah Pusat

5.2. Posisi Piutang RDI/RDP dan SLA

Selain SLA yang merupakan penyaluran pinjamanoleh Menteri Keuangan kepada BUMN, BUMD danPemerintah Daerah, piutang negara juga berupa RDI/RDPmenggunakan dana pengembalian. RDI dan RDP adalahrekening pemerintah yang dibuka di Bank Indonesia yangdigunakan untuk menampung pembayaran kembali pokokdan bunga pinjam an yang berasal dari pinjaman BUMN/Pemda/BUMD dan dapat dipinjamkan kembali untukkeperluan pembiayaan investasi dan tujuan lain dalamrangka memenuhi kebutuhan pemerintah. RDI dibentukoleh Dewan Moneter berdasarkan Keputusan DewanMoneter No. 7/KEP/DM/1971, 31 Desember 1971.Sedangkan RDP dibentuk oleh Menteri Keuanganberdasarkan surat Menteri Keuangan No 495/MK.01/1986tanggal 7 Mei 1986

Kebijakan RDI/RDP dapat dibagi atas 3 periode,yakni periode tahun 1971-1979, periode 1980-2009 danperiode 2009-sekarang. Dalam periode pertama,kebijakannya terdiri dari: (i) RDI dipergunakan untukmenampung kembali pinjaman yang berasal dariPenerusan Pinjaman Luar Negeri: (ii) RDI dapatdipinjamkan secara langsung kepada BUMN/PDAM/Pemerintah Daerah sebagai dana pendamping pinjaman

Page 70: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

64

Ismet Ahmad

luar negeri; (iii) RDI dipergunakan untuk menjamintersedianya kebutuhan masyarakat, seperti prasarana airbersih, persampahan, terminal angkutan, pasar dan rumahsakit; dan (iv) RDI dipergunakan untuk pembayaranhutang luar negeri yang terjadi karena adanya bantuanproyek serta tujuan lain dalam rangka pengelolaankeuangan Negara. Mekanisme tersebut merupakanmekanisme off budget.

Pada periode kedua, kebijakanya adalah: (i) RDIdipergunakan untuk menampung kembali pinjaman yangberasal dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri; (ii) RDI dapatdipinjamkan secara langsung kepada BUMN/PDAM/PEMDA sebagai dana pendamping pinjaman Luar Negeri;dan (iii) RDI dipergunakan untuk menjamin tersedianyakebutuhan masyarakat, seperti prasarana air bersih,persampahan, terminal angkutan, pasar dan rumah sakit.Dan pada periode ketiga: (i) RDI dipergunakan untukmenampung kembali pinjaman yang berasal dari PenerusanPinjaman Luar Negeri; (ii) tidak lagi digulirkan dandisetorkan seluruhnya ke dalam rekening kas umumNegara; dan (iii) perubahan nama RDI dan RDP menjadirekening penerimaan dalam proses.

Besaran piutang dari penerusan pinjaman menurutposisi dan kelompoknya per 31 Agustus 2010 disajikan olehTabel 5.1. Dari tabel ini terlihat bahwa lebih dari 91% SLAdiberikan kepada BUMN, selebihnya kepada kooperasi,PDAM dan Pemda. Sementara itu untuk RDI dan RDP,piutang BUMN mencapai sekitar lebih dari 78%.. Jumlahkeseluruhan piutang per 31 Agustus adalah Rp 66,56-triliundengan tunggakan pokok sebesar hampir Rp 6,97-triliundan tunggakan non-pokok lebih dari Rp 66,56-triliun.Angka ini diperkirakan meningkat pada tahun 2011, karenapemerintah merencanakan untuk meminjamkan lagi

Page 71: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

65

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

kepada beberapa BUMN.

Tabel 5.1. Posisi piutang penerusan pinjaman , SLA dan RDI/RDP, 31 Agustus 2010 (dalam milyar rupiah)

Sumber: Kementrian Keuangan (29 Juli 2010).

5.3. Potensi Kerugian Negara

Adapun permasalahan dalam pengelolaan penerusanpinjaman (menurut hasil Audit BPK) adalah bahwa: (i)permasalahan mengenai keakurasian penyajian nilai yangsudah disalurkan yang berjumlah Rp. 65,74-triliun,diantaranya tunggakan Rp. 15,42-triliun; dan (ii)permasalahan pengelolaan tahun berjalan, khususnyapencatatan realisasi penerusan pinjaman tahun berjalan ,yakni tahun 2009 yang diaudit tahun 2010.

Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP)sebagai pengawas internal mengidentifikasikan enamkelemahan dalam pengelolaan penerusan pinjaman (lihatMardiasmo, 2010). Kelemahan pertama, belum ada grandstrategy pengelolaan utang (secara menyeluruh) yang dapatdigunakan sebagai acuan / pedoman dalam penerusanpinjaman yang mengakibatkan kurang jelasnya arah,kebijakan serta penentuan portofolio penerusan pinjamanke Pemda dan BUMN/D. Kedua, pengelolaan penerusan

Page 72: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

66

Ismet Ahmad

pinjaman belum didukung dengan basis informasi (database) yang kuat terhadap Pemda dan BUMN/D sebagaialat kendali dalam pengelolaan Penerusan Pinjaman sejakperencanaan sampai dengan pengembalian danpenyelesaian tunggakan pinjaman. Ketiga, prosespenyelesaian utang pemerintah menggunakan pendekatanentitas, sehingga untuk utang-utang BUMN/D dan Pemdadilakukan untuk total jumlah utang yang macet, tidakberdasarkan sumber dana (loan induknya), sehinggapenyelesaiannya tidak mudah dituntaskan dan berpotensipenyebab selisih penyajian data utang yang sulit ditelusuri.Keempat, belum ada aturan yang mencegah pemberianpenerusan pinjaman kepada BUMN/D atau Pemda yangmempunyai tunggakan. Kelima, unit pengelola penerusanpinjaman pada Dit. SMI belum mempunyai databasemengenai kondisi fiskal daerah untuk dasar pertimbangandalam pemberian persetujuan penerusan pinjaman kepadaPemda. Dan keenam, unit pengelola penerusan pinjamanDit. SMI belum pernah melakukan analisis cost-effectivenessantara pinjaman luar negeri dengan penerusanpinjamannya, sehingga belum dapat diketahui apakahpenggunaan pinjaman luar negeri telah dilaksanakansecara efektif.

Untuk melihat seberapa besar potensi kerugian negaraberikut ini disajikan telaahan BAKN DPR RI atas hasil au-dit BPK (lihat Badan Akuntabilitas Keuangan Negara(BAKN) DPR RI, 2010). Telaahan ini menunjukkan bahwadalam neraca BA.999.04 dilaporkan investasi RDI/RDP/SLA per 31 Desember 2010 sebesar 65,74-triliun diantaranyaterdiri dari piutang lancar RDI/RDP sebesar Rp. 5.07-triliun,investasi jangka panjang Rp. 44.05-triliun, dan investasijangka panjang tunggakan yang akan diselesaikan Rp.12.18-triliun.

BPK tidak memberikan pendapat (disclaimer) ataslaporan Keuangan BA.999.04/ Penerusan Pinjaman.Semenjak tahun 2007 sampai dengan 2009 hasil

Page 73: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

67

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

pemeriksaan BPK selalu tidak memberikan pendapat dantemuannya selalu masalah dan jumlah temuan cenderungmenaik. Pada tahun 2007 ada satu temuan kelemahansistem pengendalian internal, tahun 2009 menjadi 2temuan dan tahun 2010 menjadi 3 temuan. Dan temuanpelanggaran terhadap undang-undang dari 1 pelanggarantahun 2007 menjadi 2 pelanggaran tahun 2010.

Pemerintah sampai saat ini belum sepenuhnyamenindaklanjuti temuan BPK dengan status belum selesaidan masih dipantau. Memang dari tahun ke tahunPemerintah (Kementrian Keuangan) menanggapi temuanBPK dan menjanjikan akan menindaklanjuti, tetapikenyataannya masih belum sepenuhnya dilaksanakan.Salah satunya adalah belum melakukan rekonsiliasi antarpara pengelola rekening. Pemerintah belum menentukansikap atas penyelesaian tunggakan sebesar Rp. 15,41-trriliun lebih, dengan rincian sebagai Tabel 5.2. Tunggakanini sangat berpotensi menjadi kerugian negara karena parapeminjamnya sudah pada collaps atau sudah kecil sekalikemungkinannya untuk dapat mengembalikan. Pemutihanpinjaman sebesar ini tentu sangat menyakiti hati rakyat.

Tabel 5.2. Besaran penerusan pinjaman yangberpotensi merugikan Negara, menurut klasifikasinya,

per 31 Desember 2010.

Dalam total tunggakan macet tersebut diatas terdapattunggakan yang berasal dari debitur bank beku operasi danbank beku kuasa usaha (BBO/BBKU). Terkait dengan sta-tus beberapa bank swasta nasional menjadi BBO/BBKUdapat dikemukakan bahwa beberapa bank swasta nasional

Page 74: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

68

Ismet Ahmad

yang dibekukan tersebut, sebagian diantaranya merupakanbank penerima pinjaman two step loan (TSL) oleh BankIndonesia (BI), yakni PT. BDNI (21 Agustus 1998), PT. BUN(21 Agustus 1998), PT. Bank ASPAC (12 Maret 1999) PT.Bank UPPINDO (12 Maret 1999), dan PT. UNIBANK (29Oktober 2001). Selanjutnya setelah pembekuan statustersebut, pihak Departemen Keuangan, BI, Badan PenyehatPerbankan Nasional (BPPN), dan Tim Administrasi BBO/BBKU telah melakukan beberapa kali rekonsiliasiperhitungan terhadap posisi pinjaman TSL eks BBO/BBKUguna mengetahui perkembangan tingkat pengembalian.

Keputusan Ketua BPPN No. SK-36/BPPN/0204tanggal 17 Februari 2004 tentang Penyelesaian Asset danKewajiban BBO/BBKU, menyebutkan bahwapenyelesaian kewajiban bank beku akan dilakukandengan cara memperhitungkan hasil penyelesaian assetbank beku dengan kewajiban bank beku. Terkait denganpenyelesaian beberapa permasalan di bidang keuangantermasuk di dalamnya permasalahan BBO/BBKU yangmenyalurkan kredit TSL, telah dibentuk tim penyelesaianbeberapa permasalahan di bidang keuangan KementrianKeuangan melalui Keputusan Bersama Menteri Keuangandan Gubernur BI No. 209/KMK.06/2005 dan No. 7/23/KEP.GBI/2005 tanggal 29 April 2005. Dalam pertemuan timtersebut pada tanggal 28 Maret 2005, Tim Penyelesaian (TP)BPPN mengemukakan bahwa berdasarkan hasil likuidasikelima bank BBO/BBKU, asset yang tersisa hanya cukupuntuk mengurangi kewajiban utang pajak bank beku,utang bantuan likuidasi Bank Indonesia (BLBI) yang telahdialihkan hak dan penagihannya kepada BPPN, sertautang program penjaminan pemerintah. Sedangkan utangkepada pihak lainnya tidak mampu ditutupi oleh assetyang tersisa.

Pasal 3 ayat 3.03 dari sebagian besar perjanjianpenerusan pinjaman dalam bentuk SLA kepada BI yangterkait dengan penerusan pinjaman kepada bank BBO/

Page 75: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

69

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

BBKU di atas, menyebutkan bahwa BI harus memastikanbahwa setiap bank swasta memenuhi seluruh kewajibannyadalam perjanjian pinjaman, perjanjian penerusanpinjaman dan akad penerusan pinjaman , dan BI wajibmengikuti serta memantau perkembangan masing-masingbank swasta dalam melaksanakan penerusan pinjaman,mengambil segala upaya yang diperlukan untuk mencegahtimbulnya keadaan atau hal-hal yang merugikanPemerintah, keadaan atau hal-hal mana meliputi peristiwayang disebutkan dalam perjanjian pinjaman. Berdasarkanhal-hal tersebut diatas, meskipun saat ini proses likuidasibank BBO/BBKU telah selesai dalam arti bank BBO/BBKUsudah tidak beroperasi lagi dan tidak ada lagi proses BPPNterhadap BBO/BBKU, BI masih tetap memiliki kewajibankepada pemerintah untuk mengambil segala upaya yangdiperlukan untuk mencegah timbulnya keadaan atau hal-hal yang merugikan Pemerintah sebagaimana ditentukandalam Pasal 3, Ayat 3.03 dari SLA-SLA kepada BI terkaitdengan penyaluran TSL.

BBO/BBKU/BDL tidak dapat mengikuti prosesrestrukturisasi dengan mekanisme sebagaimana yangdiatur dalam PMK No. 17 Tahun2007 persyaratan yangharus dipenuhi untuk mengikuti restrukturisasi. Untukpenyelesaian pinjaman two step loan (TSL) eks BBO/BBKU,sudah disampaikan permohonan masukan mengenai caraterbaik untuk menyelesaikan permasalahan tersebutkepada Dirjen Kekayaan Negara melalui surat DirjenPerbendaharaan No. S-7636/PB/2008 tanggal 18 Nopember2008 tentang penyelesaian pinjaman berupa TSL eks BBO/BBKU. Hingga saat ini masih dalam tahap kajian.

Atas dasar uraian di atas BAKN DPR RI (November2010) menarik beberapa kesimpulan. Pertama, mengingatmasalah pinjaman macet ini menyangkut bank-bank yangsudah dilikuidasi termasuk Bank Aspac, yang kemudianmerger dengan bank lain menjadi Bank Century, makapemerintah harus mengeluarkan suatu kebijakan sehingga

Page 76: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

70

Ismet Ahmad

tidak lagi tercantum sebagai pinjaman macet yang menjaditanggungan pemerintah didalam APBN. Kedua,Pemerintah harus secara cepat memperbaiki sistempelaporan keuangan BA.999.04 antara lain memperolehdokumen dari sumber yang valid sebagai dasar pencatatandi laporan keuangan, melakukan rekonsiliasi secara berkalaantar Unit Pengelola Rekening Penerusan Pinjaman. Ketiga,Pemerintah harus menyelesaikan restrukturisasi PDAMsesuai peraturan Menteri Keuangan No. 120/PMK 05/2008yaitu berdasarkan kinerja PDAM karena masih terdapat50 PDAM yang belum selesai restrukturisasi. Dan keempat,perlunya BPK melakukan pemeriksaan khusus ataspemeriksaan lanjutan terhadap tunggakan pengembalianpinjaman.

Page 77: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

71

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

6.1. Merger 3 Bank jadi Bank Century

Kisah mengenai skandal Bank Century, yang sebagianbesar data dan informasinya berasal dari laporan PansusCentury DPR-RI, dapat dimulai dari peristiwa dimanaChinkara Capital Ltd (Chinkara) yang berdomisili diBahama sebagai pemilik Bank CIC (yang sebenarnyabermasalah) melakukan akuisisi Bank Danpac dan BankPikko (yang juga bermasalah). Akuisisi diputuskan RapatDewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) tanggal 27November 2001 dan persetujuannya diberikan padatanggal 5 Juli 2002, padahal Chinkara tidak memenuhisyarat publikasi akuisisi. Laporan keuangan 3 tahunterakhir dan rekomendasi pihak berwenang di negara asalChinkara serta pada Bank CIC terdapat SSB fiktifmelibatkan CC.

Dalam akuisisi dan merger Bank Danpac, Bank Pikkodan Bank CIC menjadi Bank Century, Bank Indonesia (BI)bersikap tidak tegas dan tidak prudent dalam menerapkanaturan dan persyaratan yang ditetapkannya sendiri. Capi-tal adequacy ratio (CAR) Bank Century per 28 Februari 2005,yang laporannya baru diterbitkan tanggal 31 Oktober,adalah negatif 132,5% (-132,5%) yang semestinya sesuaiPeraturan BI No. 6/9/PBI/2001 harus berstatus “dalam

Bab VI.MENALANGI BANK DIRAMPOK PEMILIK:

Skandal Bank Century

Page 78: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

72

Ismet Ahmad

pengawasan khusus”. Tetapi atas usul RS, DirekturDirektorat Pengawasan BI (DPwBI), dan disetujui DeputyGubernur (DpG) Bidang-6 (SCF), satatus Bank Centuryhanya ditetapkan “dalam pengawasan intensif” agar bataskewajiban penyelesaian masalah oleh bank dan pemiliksaham pengendali (PSP) tidak hanya enam bulan melainkanmenjadi tak terbatas waktunya.

Nilai CAR Bank Century per 28 Februari 2005 yangjadi negatif 132,5% itu terutama disebabkan oleh adanyasurat-surat berharga (SSB) berkualitas rendah sebesar US$203-juta, diantaranya US$ 116-juta masih dikuasaipemegang saham. BI menyetujui untuk tidak melakukanpenyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadapbank ini. Hal tersebut merupakan rekayasa akutansi BankCentury agar laporan keuangan Bank Century tetapmenunjukkan kecukupan modal.

Dalam rapat antara para direktur BI dengan Bank Cen-tury tanggal 29 Oktober 2008, direksi Bank Century secaralisan memohon diberikan fasilitas pendanaan jangkapendek (FPJP). Tetapi permohonan lisan ini ditolak olehDPwBI (Direktur Pengawasan BI) Zainal Abidin karenatidak memenuhi syarat berupa adanya permasalahanlikuiditas dan CAR yang hanya 2,02% yang berada jauhdibawah Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/26/PBI/2008 yang mengharuskan CAR minimum 8,0%. Selanjutnyadalam rapat tanggal 30 Oktober 2008, Bank Centurymengajukan permohonan tertulis untuk repo aset sebesarRp 1,00-triliun. Sesudah itu, tanggal 3 November, merekamengajukan lagi tambahan repo aset tersebut.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) tanggal 14 November2008, yang diduga hanya memuluskan pemberian FPJPmemenuhi disposisi Gubernur BI untuk menyelamatkanBank Century, maka dilakukan perubahan terhadap PBINo. 10/26/PBI/2008 pada pasal 2 ayat 2 menjadi berbunyi“Bank yang dapat mengajukan permohonan FPJP adalahyang memiliki rasio kecukupan modal (CAR) positif”.

Page 79: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

73

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Perubahan PBI inipun disebutkan bersifat sementara, yangmemperjelas dugaan bahwa “hanya untuk memuluskanpemberian FPJP kepada Bank Century saja memenuhidisposisi Gebernur BI untuk menyelamatkan Bank Cen-tury”. Segera setelah itu, masih tanggal 14 November itu,diputuskan untuk memberikan fasilitas FPJP sebesar Rp689-milyar. Pemberian FPJP oleh BI ini berdasarkan PBIyang sudah diubah tersebut dan menggunakan angka CARposisi 30 September 2008 yang 2,35%, padahal posisiterakhir menjelang pengambilan keputusan tersebut yakniposisi 31 Oktober 2008 ternyata CAR Bank Century sudahmelorot ke negatif 3,59% (-3,59%).

Sejak 6 November 2008, Bank Century sebagai bank“dalam pengawasan khusus”, semestinya tidak bolehmelakukan transaksi dengan fihak terkait ataupun fihak lainyang ditetapkan BI, kecuali dengan persetujuan BI, dandalam 6 bulan bank ini harus dapat menyelesaikanpermasalahan banknya. Namun belum 6 bulan danpermasalahan banknya pun masih jauh dari selesai, RDGBI tanggal 20 November 2008 menetapkan Century sebagaibank gagal. BI kemudian menetapkan Bank Century sebagaibank gagal yang berdampak sistemik, walaupun LembagaPenjamin Simpanan (LPS), Departemen Keuangan dan BankMandiri pada umumnya mempertanyakan dan tidak setujudengan argumentasi BI tersebut.

Selanjutnya, penentuan Bank Century sebagai “bankgagal berdampak sistemik” ternyata tidak didasarkan padadata dan informasi yang lengkap dan mutakhir dari BImengenai kondisi yang sesungguhnya pada saat keputusandiambil. Penetapan BI dan KSSK mengenai dampaksistemik Bank Century lebih didasarkan pada judgementmereka saja, tidak pada suatu kriteria yang terukur sepertitingkat kerentanan rupiah, inflasi, suku bunga danintensitas rush. Hal ini terkait dengan fakta bahwa surat BIkepada Menteri Keuangan, atas permintaan Boediono (Bo)selaku Gubernur BI pada rapat Dewan Gubernur BI

Page 80: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

74

Ismet Ahmad

tanggal 20 November 2008 hingga pukul 22.00, tidakdilampiri analisis kuantitatif penilaian dampak. Padahaldalam analisis itu tercantum antara lain bahwa Bank Cen-tury sangat kecil pangsanya terhadap industri perbankan,yakni hanya 0,72% dalam hal aset, 0,68% dalam hal DPK,dan 0,42% dalam hal ktredit bank, serta fungsinya pundapat digantikan oleh banyak bank lain. Karenanya sangatdipertanyakan kebenaran bahwa kegagalan Bank Centurydapat “berdampak sistemik”.

Rapat tertutup antara Menteri Keuangan, Gubernur BIdan Sekretaris KSSK pada tanggal 21 November 2008 mulaipukul 04.25, membahas dan menyetujui usulan BI untukmenetapkan Bank Century sebagai bank gagal berdampaksistemik. Selanjutnya, Komite Koordinasi (KK), yang terdiridari Menteri Keuangan, Gubernur BI dan Ketua DewanKomisi Lembega Penjamin Simpanan (LPS), pada rapatmulai pukul 05.30 menyerahkan Bank Century kepadaLPS. Keputusan KK menyerahkan Bank Century kepada(LPS) itu disebutkan berdasar keputusan Komite StabilitasSistem Keuangan (KSSK), padahal tidak ada korespondendari KSSK kepada KK, dan pada saat penyerahan itukelembagaan KK belum pernah dibentuk berdasar Undang-undang. Karenanya, status keberadaan KK danpenanganan Bank Century oleh LPS dapat dikatakan cacathukum. Selain itu, pemberian FPJP seharusnya terlebih dulumemiliki angka CAR menjelang pengambilan keputusan,bukan CAR yang sudah lama berlalu.

LPS melakukan rapat Dewan Komisioner tanggal 21November pukul 05.30-06.00 memutuskan melakukanpenanganan Bank Century dengan melakukan penyertaanmodal sementara (PMS) dengan Rp 632-milyar yangbelakangan ternyata membengkak terus. Berdasarkanundang-undang, LPS harusnya lebih dulu menetapkanperkiraan biaya penangan bank gagal berdampak sistemik,namun kenyataannya LPS tidak melakukan perkiraanbiaya dimaksud. Selain itu, proses penanganan Bank Cen-

Page 81: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

75

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

tury selanjutnya pun oleh LPS tidak didukung perhitunganperkiraan, tidak dibahasnya penambahan pinjaman modalsementara (PMS) secara lengkap dengan KK, perubahanperaturan LPS (PLPS) yang patut diduga dilakukan sengajaagar Bank Century dapat memperoleh tambahan PMSuntuk kebutuhan likuiditas, dan penyaluran PMS kepadaBank Century yang sejak 18 Desember 2008 tidak memilikidasar hukum.

Menyangkut alasan BI bahwa Bank Centuryberdampak sistemik, Jusuf Kalla (JK) dalam kesaksianmengatakan: “Krisis di Amerika Serikat memang berdampakpada ekonomi Indonesia, namun tidak terlalu besar seperti yangdibayangkan. Dampak Century juga tidak sistemik sepertidikatakan BI dan KSSK. Bank Century sendiri tidak rushsebelum 20 November, apalagi bank lain. Bahwa Century kalahkliring, iya, itu kalah kliring karena dirampok (pemiliknya).Uangnya (dibawa) ke luar negeri.”. Dikatakan juga bahwatidak benar kondisi 2008 lebih parah dari 1998. Kondisitahun 1998 sewaktu kasus BLBI pun berbeda dengan 2008sewaktu bail-out Century diberikan. Data memangmenunjukkan bahwa tahun 1998 tingkat volatile rupiahmencapai 600%, sedangkan tahun 2008 hanya 20%. Inflasitahun 1998 mencapai 75% dengan suku bunga 40-60%,sedangkan tahun 2008 inflasi hanya 3% dengan sukubunga 12-20%. Pendapat ini kemudian juga diperkuat olehsaksi ahli, Dradjad Wibowo dan Rizal Ramli, pada sidang22 Januari 2010, yang menegaskan bahwa situasi 2008sangat beda dengan situasi 1998 dan dampak krisis globaltahun 2008 tidak sebesar yang dilaporkan.

Adu argumen banyak terjadi antar para ahli danpengamat ekonomi di negeri ini. Fauzi Ichsan membelakebijakan BI dengan mengemukakan bahwa Bank Cen-tury pinjam Rp 300-milyar pada 7 bank lainnya, ongkoslikuidasi Rp 6,4-triliun plus dampak tak terhitung danongkos bail out Rp 6,7-triliun. Dikatakannya juga bahwaNorthern Bank yang kecil pun di Inggeris diselamatkan

Page 82: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

76

Ismet Ahmad

oleh pemerintahnya. Pernyataan ini segera dibantah olehHendri Saparini dengan menegaskan bahwa NorthernBank di Inggeris itu bukan bank kecil, ia merupakan banknomor 8 terbesar di negaranya.

Jika krisis Bank Century karena dampak krisis global,dikatakan Hendri Saparini, mestinya dampak krisis ituterjadi juga pada bank lainnya, namun ternyata BPK hanyamenemukan Bank Century yang CAR-nya sangat rendah.Dradjat Wibowo menambahkan bahwa BI menutup BankIndover, yang justru lebih besar dibanding Bank Century,padahal saat hampir bersamaan memberikan bail out kepadaBank Century. Dipertanyakan, mengapa Bank Centurydiselamatkan sementara Bank Indover dibiarkan?

6.2. Fabrikasi Data dan Kelalaian.

Dalam hubungan dengan fabrikasi informasi, JKmengatakan: “Sri Mulyani (SM) mengaku tertipu oleh data BIsetelah mengetahui biaya penyelamatan mencapai Rp 6,7-T.Menurut SM, Bank Century diselamatkan karena dari data BIbiaya penyelamatan hanya Rp 632-milyar. Setelah diambil alihLPS, biayanya membengkak jadi RP 6,7-triliun.” Ada surat-surat berharga (SSB) bodong yang tidak dilaporkan olehBank Century ataupun BI kepada KSSK? pada waktupengambilan keputusan pemberian penyertaan modalsementara (PMS) tanggal 21 November 2008 itu. SMmengatakan baru mengetahui adanya SSB bodong pada 24November 2008 setelah keputusan bail out ditetapkan. Prosespemberian PMS untuk menyelamatkan Bank Century yangnampak dipaksakan adalah setelah adanya disposisiGubernur BI pada laporan hasil rapat BI, disposisi manadibacakan oleh Deputy Gubernur SF pada rapat sebelumkeputusan bail out diambil.

Selanjutnya menyangkut fabrikasi informasi pula, SMmengatakan: “Informasi BI waktu penetapan bail out(pemberian dana talangan), 21 Nov 2008, bahwa biaya yangdibutuhkan hanya Rp 632-milyar; namun belakangan

Page 83: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

77

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

membesar jadi Rp 6,7-triliun. Jadi, saya hanya tanggung jawabmenyangkut talangan yang Rp 632-milyar saja”. Informasipembengkakan bail out dari semula Rp 632-milyar menjadiRp 6,7-triliun, logikanya tentu diketahui BI, karena auditBI semestinya dilakukan 3 bulan sekali. Jadi BI mesti tahutentang ongkos penyelamatan yang Rp 6,7-triliun. Dalamhal besarnya bail out ini, para anggota Pansus Centurypun sebagaimana diceritrakan Bambang Soesatyo (2010)semula hanya tahu angka Rp 1,3-triliun. Terungkapnyaangka Rp 6,7-triliun itu dari seorang pejabat BI yangkeceplosan ngomong.

Ketika rapat KSSK pada 20 November 2008, seharisebelum keputusan pemberian bail out, para anggota DGBI mengusulkan biaya minimal Rp 5,4-triliun. Padalampiran laporan, tertera bahwa Rp 632-milyar untukcapai CAR 8%, dan tambahan untuk likwiditas sebesarRp 4,79-triliun dan BI menghitung pula Rp 1,7-triliuntambahan untuk mencukupi kebutuhan modal. Jumlahseluruhnya Rp. 7,1-triliun, namun dijelaskan oleh DradjatWibowo dalam rapat dengan Pansus, karena adanyadisparitas nilai tukar di US Treasury pada Desember 2008,maka hitungan menjadi Rp. 6,7-triliun.

Chatib Bisri dan Faisal Basri berpendapat (secaraumum?) tidak ada yang salah dalam keputusan bail out olehpemerintah. Namun Kwik Kian Gie, Henri Saparini, DradjatWibowo, Rizal Ramli dan Ichsanuddin mengatakan bahwamasalahnya adalah bahwa BI membuat-buat (fabrikasi)data mikro dan data makro untuk mendukung(menjustifikasi) keputusan pemberian bail out Bank Cen-tury jadi seolah tindakan benar.

SM dan Bo melaporkan secara lisan tentangkeputusan bail out kepada JK, yang waktu itu sebagai Pjs.Presiden, tanggal 25 November 2008. JK minta Bomelaporkan Robert Tantular ke Polri, namun Bo beralasantidak ada dasar hukumnya untuk itu. Menengarai gelagatkurang baik, lalu JK langsung memerintahkan Kepala Polri

Page 84: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

78

Ismet Ahmad

untk menangkap RT dalam waktu 2 jam. Dan memangketika Robert Tantular ditangkap, waktu itu ditangannyasudah ada tiket untuk lari ke luar negeri.

Susno Duaji, mantan Kepala Bareskrim Polri,mengatakan bahwa mantan pemegang saham pengendali,Rafat Ali Rizli dan Hisyam al Waraq, dengan surat tgl 3Juni 2009 menyatakan keinginan untuk mengganti kerugianbail out BC ditujukan kepada Susno. Dua pekan kemudiansurat itu ditunjukkan kepada SM. “Saya menyerahkan suratitu pada rapat Departemen Keuangan yang dihadiri Menteri LuarNegeri, Departemen Hukum dan Hak Azasi manusia, Kapolri,Jaksa Agung, Gubernur BI, dan juga ada MS” Namun tindaklanjut dari surat itu tidak jelas.

6.3. Penggelembungan Bail Out dan Penyaluranyang Ghaib.

Tanggal 14 November 2008, sebagai disebutkan diatas, BI memberi fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP)sebesar Rp 689-milyar kepada Bank Century, disertaidengan syarat agar Bank Century tidak ijinkan penarikandana dari rekening fihak terkait. Namun ternyata syaratini dilanggar oleh Bank Century, dimana ada penarikandimaksud, sebesar ekuivalen Rp 938,65-milyar antara 6November 2008 hingga 10 Agustus 2009. Bank Centurymelakukan pembayaran dana fihak ketiga selama berstatussebagai bank “dalam pengawasan khusus” sebesar Rp938.645-juta, hal mana melanggar syarat pemberian FPJPtersebut. Setelah proses yang sangat cepat dan denganpelanggaran norma-norma perbankan, BI dan KSSKmenetapkan Bank Century sebagai bank gagal yangberdampak sitemik, dan KK meyerahkan penanganannyakepada LPS. Atas dasar itu LPS mulai menggelontorkanbail out sebesar Rp 632-milyar yang terus bertambahsehingga mencapai Rp 6,7-triliun.

Dana bail out Bank Century yang secara keseluruhanbesarnya Rp 6,7-triliun tersebut, ternyata mengalirnya

Page 85: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

79

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

tidak jelas dan banyak ditemukan keganjilan. Aliran danaini merupakan salah satu kontroversi selain dari kebijakanbail out sendiri. Banyak fakta yang menunjukkan keganjilandan kontroversi ini, yang dapat disimpulkan denganmeminjam istilah Bambang Soesatyo (2010), “uang mengalirsampai jauh”. Tim Pengawas Pelaksanaan Keputusan DPRmengenai Penanganan Kasus Bank Century (Timwas Cen-tury) mendesak pemerintah untuk melakukan “auditforensik” terhadap aliran dana dimaksud.

Sebagai fakta pertama menyangkut keganjilan alirandana ditunjukkan bahwa Budi Sampurno (BS), seorangnasabah besar tanggal 14 November itu minta Bank Cen-tury memindahkan depositnya senilai US$ 96-juta dariKepala Cabang Surabaya ke Bank Century Jakarta. DewiTantular dan Robert Tantular tanggal 15 Novembermencairkan US$ 18-juta yang kemudian digunakan DewiTantular untuk menutupi kekurangan “bank note” yangselama ini telah digunakan untuk keperluan pribadi DewiTantular.

Fakta kedua keganjilan adalah berupa terjadinyapenggelapan dana kas valuta asing (valas) sebesar US$ 18-juta dan pemecahan 247 NCD masing-masing nominal Rp2,0-milyar. Pemecahan nominal ini tentunya dimaksudkanmemudahkan penarikan dananya dan agar penarikan itutidak mencolok sehingga tidak mencurigakan pihakberwajib.

Fakta ketiga berupa adanya motif untuk dengansegala cara menyelamatkan deposito Budi Sampurna Rp1,5-triliun. Salah satu indikasi untuk ini adalahditunjuknya pengacara Budi Sampurna yang adalah jugapengacara Kementrian Keuangan. Dapat diperkirakanbahwa penunjukkan ini disengaja untuk “sinkronisasi”langkah si nasabah bank dengan lembaga pemerintah.

Fakta keempat, LPS mengeluarkan biaya penangananuntuk PMS sebesar Rp 6.762,36-milyar, untuk capai CARmemenuhi ketentuan BI, maupun untuk membantu

Page 86: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

80

Ismet Ahmad

likuiditas Century yang sebesar Rp 5.869,48-milyardiakibatkan kerugian praktek-praktek tidak sehat danpelanggaran ketentuan perbankan oleh pengurus,pemegang saham dan pihak-pihak yang terkait Century.Dari kerugian Rp 5.869,49-milyar itu kurang-lebih Rp3.115,89-milyar merupakan kerugian yang melibatkan RafatAli Rizli dan Hisyam al Waraq, dan kurang lebih Rp2.753,59-milyar merupakan kerugian yang melibatkan Rob-ert Tantular dan yang terkait dengannya.

Fakta kelima, adanya “bogus account “ yang digunakandalam penyaluran dana bail out. Ditemukan adanya trans-fer dana dari Bank Century ke seorang sopir taksiberdomisili di Ciputat sebesar Rp 24-miliar dan ke pemilikbengkel di Makassar sebesar Rp 33-miliar. Ini merupakansebagian dari pnyaluran dana deposan menggunakan namafiktif beberapa orang tanpa adanya bukti setor.

Praktek-praktek tidak sehat dan pelanggaran-pelanggaran oleh pengurus bank, pemegang saham, danfihak-fihak terkait dalam pengelolaan bank merugikanBank Century. Sehubungan dengan kerugian besar bankCentury ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan:“Menyimpan SSB bodong (spt dilakukan Bank Century dandilaporkan BI) adalah salah satu cara merampok bank sendiri”.Cara lain, menurutnya bisa dengan memiliki kredit fiktifatau melarikan uang talangan ke luar negeri.

Praktek-praktek yang dilakukan Bank Century penuhdengan kecurangan dan kriminal perbankan. Sementara BIteledor terhadap kecurangan yang nyata dan merupakankriminal perbankan yang dilakukan sejak mergernya 3 bankmenjadi Bank Century dan selama bank ini beroperasi.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa alasan BI yangmenyatakan kemacetan Bank Century berdampak sistemikdidasarkan pada data yang tidak lengkap dan keliru yangdisediakan oleh aparat BI. Anehnya walaupun diketahuiadanya banyak kecurangan yang dilakukan Bank Century,LPS terus saja mengucurkan penambahan dana. Temuan-

Page 87: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

81

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

temuan BPK menyangkut dugaan pelanggaran hukumoleh fihak-fihak terkait bail out Bank Century ternyataterdukung pula dari data yang diperoleh dalampendalaman oleh Pansus DPR RI terhadap banyak saksidalam rapat-rapat dengar pendapat.

Menjustifikasi kebijakan bail out Bank Centurytersebut, Presiden SBY membandingkan bagaimanasemakin membaiknya penanganan krisis di Indonesia padatahun 2008 dibandingkan dengan penanganan krisis ditahun 1998. Pada krisis 1998, penanganan krisismenggunakan uang negara lewat BLBI sebesar Rp 656triliun. Sementara saat penyelamatan Centurymenggunakan dana Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)sebesar Rp 6,7 triliun. “Ada koreksi dana yang dikeluarkan,pada kebijakan 1998 menghabiskan Rp 656 triliun dari uangnegara, dan hanya kembali 27%, itu kan sangat raksasajumlahnya dibandingkan uang dari LPS untuk penyelamatanCentury Rp 6,7 triliun,” ujar beliau dalam jumpa pers diIstana Presiden, pada hari Kamis 4 Maret2010. Namunsebagaimana dijelaskan di bagian depan, sesungguhnyakondisi perekonomian tahun 1998 dan 2008 sangat jauhberbeda sehingga tidak bisa disamakan. Sebagaidisebutkan di bagian depan, pada tahun 1998 situasi sangatparah dimana tingkat volatility rupiah mencapai 600%,inflasi mencapai 75% dan suku bunga 40-60%, sedangkantahun 2008 volatility rupiah hanya 20%, inflasi hanya 3%dengan suku bunga 12-20%. Dan dana yang ada di LPSpada hakekatnya adalah uang Negara yang dipisahkan.

Lagi-lagi untuk memberikan pembenaran, PresidenSBY juga mengatakan bahwa dengan keputusanpenyelamatan Bank Century, pertumbuhan ekonomi Indo-nesia mencapai 4,5% di tahun 2008, dibandingkan dengankrisis 1998 yang meninggalkan masalah terhadap BLBI.Namun walaupun kasus BLBI itu benar lebih besar, kiranyatidaklah selayaknya dijadikan alasan untuk tidak menindak-lanjuti apa yang diputuskan rapat Paripurna DPR RI

Page 88: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

82

Ismet Ahmad

berdasar temuan Panitia Khusus yang sudahmembahasnya berbilang tahun secara intensif menyangkutskandal perbankan ini yang juga merugikan keuangannegara dalam jumlah amat besar. Tindakan Presidendikritiki karena hanya lebih diarahkan kepada peredamanisu saja dengan “mengupayakan” kepindahan salahseorang yang menjadi pusat perhatian publik, mantanMenteri Keuangan Dr. Sri Mulyani ke luar negeri. Paraaktivis pemuda (lihat http://kompas.com/ 13/01/2011),membantah pernyataan Presiden bahwa kepindahan SriMulyani ke World Bank adalah atas dasar permintaanWorld Bank. Di sebuah media nasional diungkapkanbahwa kepindahan tersebut sesungguhnya merupakanupaya dari Presiden untuk meredam sorotan dankemarahan publik. Dan disebutkan pula bahwa adaseorang pejabat Kementerian Keuangan mengatakanbahwa Sri Mulyani sesungguhnya tidak pernah berniatmengundurkan diri.

DPR RI membentuk sebuah tim yang disebut TimwasCentury di akhir 2010. Tim ini melakukan rapat-rapat sejakitu dengan lembaga terkait— Kementrian Keuangan, LPS,BI, Polri, Kejaksaan Agung, KPK dan BPK. Namun, sampaidengan rapat terakhir bulan Juli 2011 menjelang Ramadhan,KPK bersikukuh “belum menemukan bukti pelanggaranhukum” dalam pengambilan kebijakan bail out Bank Cen-tury. Sementara itu, BPK nampaknya “ogah-ogahan”memproses pelaksanaan audit forensic sebagaimanadiminta oleh Timwas Century DPR RI. Ada kesan kuatwaktu itu bahwa lembaga-lembaga terkait dengan kasusini “saling menyandera” sehingga proses penanganan yangdimintakan DPR RI jadi jalan di tempat. Mereka yang tidakfaham mekanisme pemerintahan menganggap DPR RIyang lamban menangani kasus ini. Namun akhirnya BPKbergerak juga melakukan audit forensic dimaksud yanghingga 9 September 2011 telah selesai sekitar 35%, danmenemukan ada 60 fihak yang terafiliasi ikut membobolBank Century dengan modus bail-out.

Page 89: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

83

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

PERTAMBANGAN?7.1. Tak Memadainya Manfaat Pada Rakyat

Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah ternyatatidak memberikan kesejahteraan yang memadai bagimayoritas rakyatnya. Hanya segelintir orang Indonesiayang menikmati hasil penambangan berbagai sumberdayamineral yang ada di bumi pertiwi ini. Sebagian besar hasilpertambangan dinikmati oleh perusahaan asing. OrangIndonesia yang banyak menikmati boleh dikatakanhanyalah mereka yang berada di tataran penguasa,sebagian penegak hukum, para pengusaha nasional yangberkolaborasi dengan penguasa, dan para eksekutif orangIndonesia yang bekerja untuk perusahaan asing.

Rakyat kebanyakan pada umumnya tidak secaranyata memperoleh peningkatan kesejahteraan sebagaihasil dari penambangan tersebut. Bahkan sebagai akibatkerusakan lingkungan mereka mengalami banyakpenderitaan – sawah mereka, kebun mereka, sumber ikanmereka banyak mengalami kerusakan. Hal mana berakibatmenurunnya pendapatan bahkan sebagian kehilangansamasekali kesempatan memperoleh pendapatan darisawah, kebun dan sumber perikanan dimaksud. Hal lainyang tak kalah pentingnya adalah polusi yang

Bab VII.KEMANA SETORAN PERUSAHAAN

Page 90: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

84

Ismet Ahmad

menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang sebagianbaru terasa setelah waktu yang panjang. Debu batubarayang beterbangan kemana-mana baik sekitarpenambangan maupun lintasan angkutannya telahmenimbulkan antara lain penyakit saluran pernafasan. Airbuangan tambang emas yang masuk sungai walaupundalam jumlah kecil tetap saja akan berdampak terhadapkesehatan.

Perusahaan pertambangan membayar royalty kepadanegara, melalui Kementrian Keuangan sebagai bendaharanegara, yang menjadi bagian dari penerimaan Negara dalamAPBN untuk pembiayaan pembangunan. Selain itu,perusahaan juga mengeluarkan corporate social responsibil-ity (CSR) yang untuk membantu masyarakat sekitar arealtambang melalui pemerintah daerah bersangkutan. CSR inimerupakan upaya penyerasian perkembangan bersamaantara perusahaan dan masyarakat sekitar yang dengan itudiharapkan mampu mengurangi dampak negatiflingkungan dan ketegangan horizontal.

Dari perkembangan kondisi di lapangan nampakbahwa pembangunan daerah sekitar areal tambang, baikdengan dana yang berasal dari royalty maupun dari CSRsangat tidak memadai sebagai upaya mengangkatkehidupan masyarakat. Pembangunan fasilitas masyarakatsangat terbatas dibanding dengan kerusakan lingkunganyang berdampak pada usaha pertanian, perikanan danpeternakan sebagai sumber pendapatan serta dampakterhadap kesehatan masyarakat sekitar.

Pada kesempatan ini dibahas sisi penerimaan negarayang sangat tidak memadai dan ditengarai terjadinyakecurangan sehingga tidak mampu memberikankompensasi kepada rakyat penduduk negeri, khususnyakepada mereka yang berada di daerah penambangan.Selain itu ketidak-adilan pembagian hasil penambanganjuga terkait dengan perjanjian yang umumnya terlalutimpang dalam arti terlalu menguntungkan fihak investor

Page 91: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

85

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

asing. Untuk memberi gambaran lebih lanjut tentangbetapa seriusnya masalah tidak memadainya manfaat baginegara dan bagi rakyat setempat, pada bab ini dibahashanya dua jenis tambang, yakni tambang emas dantambang batubara.

Terkait kemanfaatan pertambangan bagi rakyat,Menko Ekuin Hatta Rajasa dalam acara PembagianSembako PAN, tanggal 23 Agustus 2011, menyitir pasal 33UUD Negara RI 1945 yang berbunyi: “Bumi dan air dankekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokokkemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara edandipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” . Danatas dasar itu sudah dilakukan langkah-langkah menujurevisi kontrak-kontrak karya antara Pemerintah denganpara penambang besar.

7.2. Tambang Emas Freeport.

Fakta yang sangat mencolok yang dapat digunakanuntuk menunjukkan bahwa sebenarnya sebagian besar hasilpenambangan kekayaan alam Indonesia dinikmati olehorang asing adalah penambangan emas PT Freeport Indo-nesia di Papua. Bagaimana tidak, royalty yang resminyaditerima pemerintah Indonesia hanyalah 1,0% dari hasiltambang yang dengan sendirinya 99,0% diterima PTFreeport miliki warga negara asing (http://www.kabarislam.wordpress.com/ ,12/03/ 2010). Tidakada negara di dunia ini yang mau menerima royaltytambang hanya 1,0 % dari nilai hasil tambangnya dipelabuhan pertama. Banyak orang bertanya-tanyabenarkah PT Freeport hanya membayar 1,0% royaltykepada “fihak Indonesia” walaupun faktanya yang masuk“kas negara Indonesia” hanya 1,0%? Apa tidak adapembayaran tidak resmi (di bawah tangan) yang diterimaoknum pejabat tertentu? Pertanyaan ini mengganjal semuaorang karena samasekali tidak logis, tidak masuk akal.Yang dapat menjawab hanyalah pimpinan PT Freeportsendiri yang dipastikan tidak akan mau terbuka soal ini.

Page 92: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

86

Ismet Ahmad

Menurut juru bicara PT Freeport Indonesia, sebagaidikutip Koran Tempo (10 Februari 2010), PT Freeport In-donesia selama periode Januari-Desember 2009 telahmelakukan kewajiban pembayaran kepada pemerintah In-donesia senilai US$ 1,4 miliar (sekitar Rp 13 triliun).Perusahaan ini disebutkan pula telah membayar pajakpenghasilan badan, pajak penghasilan karyawan, pajakdaerah, serta pajak-pajak lainnya sebesar US$ 1 miliar, sertajuga membayar royalti sebesar US$ 128 juta serta dividensebesar US$ 213 juta.

Total kewajiban keuangan tersebut dikatakan adalahsesuai dengan ketentuan yang mengacu pada KontrakKarya 1991, dalam peride 1992 hingga 2009 telahdibayarkan PT Freeport Indonesia kepada pemerintah In-donesia sebesar US$ 9,5 miliar. Yang jadi masalah tentunyaadalah mengapa Kontrak Karya 1991 penambangan iniseperti itu dibuatnya, dan negosiator Indonesia manggut-manggut saja?. Apakah fihak Indonesia sebagai pemilikkekayaan alam tidak faham isi kontrak, atau terlalu lemahdalam posisi tawar, ataukah ada “batu di balik udang”?Inilah beberapa pertanyaan yang mengganjal tak berjawabyang ada di kalangan para pemerhati.

Seseorang yang begitu kesal dengan situasi inimenuliskan melalui internet (http://infoindonesia.wordpress.com/, 2/02/2010) “Dari Emas dan Perak diPapua, Freeport cuma memberi Indonesia royalti 1%. Freeportdapat 99%!. Padahal BUMN seperti ANTAM dan juga parapengusaha Indonesia bisa kok mengolahnya. Bahkan sebetulnyamayoritas pekerja di sana adalah putra Indonesia bahkan hinggaPresiden Direkturnya, Armando Mahler!” Diakatakannyapula bahwa jika Indonesia mandiri mengelolakekayaannya, rakyat Indonesia bisa lebih makmur mini-mal 5 kali lipat daripada sekarang. Cuma perjuanganmemang berat karena Amerika Serikat katanya memangmenjajah Indonesia secara ekonomi dan punya banyakorang-orangnya di Indonesia yang menina-bobokan

Page 93: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

87

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

rakyat Indonesia bahwa bangsa Indonesia tidak mampu.Ia mengingatkan pula bahwa negeri kaya yangperusahaannya menguasai tambang ini adalah negarayang membantai ummat Islam di Iraq dan Afghanistanserta menguras kekayaan alam negara-negara Islamlainnya termasuk Indonesia.

Tudingan keras menghunjam PT Freeport Indonesiajuga dilontarkan oleh Prof Amin Rais, mantan Ketua MPRRI, yang sangat “concerned” dengan persoalan ini. Freeportdituding sebagai penjajah dengan 3 kejahatan, yakniperpajakan, lingkungan dan penjarahan kekayaan alamIndonesia. Tudingan keras ini digulirkan saat menerimabelasan orang dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi),Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan Front PersatuanPerjuangan Rakyat Papua Barat (Front Pepera PB), dikediamannya, di Jalan Taman Gandaria, Jakarta Selatan,Minggu 5 Maret 3 2006, pukul 18.30 WIB (http://www.khilafah 1924.org/ 7/03/2006). Alasannya, apayang dilakukan PT Freeport selama ini tidak jauh berbedadengan model-model yang dilakukan kaum penjajah.

Pada kesempatan tersebut, dikatakan pula bahwa“Penghinaan ini jangan berlama-lama, penjarahan kekayaan alamIndonesia tidak boleh dibiarkan begitu saja. Kita bukan budak,kita bukan pelayan, dan Freeport bukan majikan kita.” Karenanyadiminta agar Panitia Kerja (Panja) Freeport DPR RI segeramelakukan investigasi atas pelanggaran-pelanggaran yangdilakukan Freeport. Ditambahkan pula bahwa selamainvestigasi dan negosiasi, PT Freeport harus menutupoperasinya sampai ditemukannya kesepakatan denganpihak pemerintah Indonesia. “Semua harus diaudit,lingkungan, kemanusiaan dan perpajakannya,” katanya.Selanjutnya diharapkan pula adanya komitmen kuat dalammenyelesaikan persoalannya. Jika mereka tidak maumenerima apa yang diinginkan rakyat Indonesia, dimintaPT Freeport segera ditutup.

Page 94: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

88

Ismet Ahmad

7.3. Akal-akalan Royalty Batubara.

Batu bara merupakan tambang sumber energi yangbesar, selain minyak dan gas, di dalam perut bumi Indo-nesia. Penambangan batubara memang sudah sejak lamasekali dilakukan, yakni sejak Hindia Belanda, dilanjutkanzaman penjajahan Jepang dan zaman Indonesia menjadinegara merdeka. Di Sumatera pertambangan batubarahampir tak terputus sejak zaman Belanda , zaman Jepangdan zaman kemerdekaan yang dilakukan oleh PT BukitAsam, sebuah BUMN besar. Di Kalimantan,penambangan dimulai oleh kolonial Belanda di Pengaron(kecamatan di Kabupaten Banjar), tahun 1860-an, tetapikarena menjadi salah satu penyebab pecahnya perlawananrakyat di bawah pimpinan Pangeran Antasari makapenambangan terhenti. Zaman penjajahan Jepangdilakukan penambangan lagi di kawasan Mo’oy (sekarangmasuk kecamatan Haruyan, Kabupaten HulusungaiTengah) yang batubaranya dibawa dengan kereta api kekota Daha Negara untuk dikapalkan lewat Sungai Negarake laut Jawa dan seterusnya.

Di zaman kemerdekaan, penambangan batubaramelalui kontraktor dan kuasa penambangan swasta dimulaioleh pemerintah Orde Baru dengan memberikan kuasapenambangan melalui kontrak kerja maupun kuasapenambangan lepas. Ada 20 kontraktor tercatat dan ada15 pemegang kuasa penambangan lepas. Penambangandikatakan juga diklasifikasi generasi pertama, generasikedua, dan generasi ketiga, menurut periode pemberiankuasanya. Penambang besar memperoleh PKP2B(Pemegang Kuasa Penambangan Perusahaan Besar) danumumnya masuk kategori generasi pertama. Tahun 1985-an mulai dikelurkan izin penambangan kepada koperasiunit desa KUD sebagai penambang rakyat.

Hasil tambang batubara seperti milik PT Adaro yang

Page 95: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

89

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

terlalu jauh aksesnya terhadap pantai, yang berada di sisibarat Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan,diangkut dengan truk menuju sungai besar ke stock pile dipelabuhan ditepi sungai. Selanjutnya dimuat ke tongkangditarik ke laut lepas melewati Sungai Barito untukditeruskan dengan kapal besar menuju tujuan yangsebagian besar ke luar negeri (lihat Gambar 7.3). Untukhasil tambang yang dapat dibuat akses ke pantaidigunakan truk pengangkut menuju jetty yang dibangundi pantai terdekat untuk dimuat ke tongkang dan dibawake kapal besar yang menunggu di laut lepas.

Penambangan oleh perusahaan besar memangmenggunakan jalan khusus menuju jetty ataupunpelabuhan, namun penambangan rakyat diizinkanmenggunakan jalan umum, baik itu jalan kabupaten, jalanprovinsi dan jalan negara. Kiranya perlu dikemukakanbahwa yang disebut penambang rakyat itu semuladimaksudkan untuk memberi pekerjaan kepada paraanggota koperasi unit desa (KUD) tetapi karena merekatidak punya modal lalu menggaet pemilik modal yang padaakhirnya menguasai operasional penambangan dan KUDhanya praktis terima fee KP saja, dan sebagai pemilik KPmereka tidak mampu melakukan reklamasi.

Sebagai akibat dari penggunaan jalan umum yangmemang tidak didesain untuk kendaraan berat makajaringan jalan umum tersebut pun mengalami rusak berat.Dan sebagai akibat dari tidak diperhatikannya metodepenambangan yang benar menurut teknik lingkungan sertatidak mampunya untuk reklamasi maka banyak kubangandan lahan gundul yang pada gilirannya menyebabkanpenyempitan sungai dan banjir terjadi setiap musim hujanserta kerusakan persawahan di daerah hilirnya.

Sejatinya penambangan selain menyerap tenaga kerjajuga memberikan tambahan penerimaan yang sepadandengan kekayaan alam yang terkuras. Namun dariinformasi ternyata hingga tahun 1997 tidak semua apa yang

Page 96: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

90

Ismet Ahmad

distor kepada pemerintah masuk dalam APBN. Tahun1997, pimpinan BHP berkebangsaan Australia pemilik PTArutmin Indonesia berkunjung ke kantor Bappeda ProvinsiKalimantan Selatan. Penulis, yang waktu itu adalah sebagaiKetua Badan ini dalam pembicaraan dengan pimpinanBHP itu menuntut PT Arutmin untuk memberikanperhatian lebih besar pada pengembangan wilayah sekitarpenambangan mereka dan memberikan kontribusi yangwajar kepada pembangunan daerah. Mereka mengatakanbahwa PT Arutmin selama itu membayarkan royaltysebesar 13,5 % dari nilai output di pelabuhan daerahpenambangan. Waktu itu dengan angka 13,5 % dimaksuddan dengan harga batubara pada tahun 1997 itu dimanapropinsi memperoleh 20% dari 80% royalty yangdikedaerahkan, maka semestinya menerima US$ 1,65 perton, tetapi kenyataannya provinsi hanya menerima sekitarUS$ 0,55 per ton, bahkan kurang setelah potong pajakdan lainnya.

Berkecamuk pertanyaan mengapa waktu itu hanyadapat US$ 0,55 per ton bahkan kurang? Pertanyaan inibarulah terjawab tahun 1998 sewaktu penulis berkunjungke Tanjung Pemancingan, Kotabaru, pelabuhan eksporbatubara milik PT Arutmin. Seorang karyawan PT Arutminyang mantan pegawai Departemen Keuangan mengatakanbahwa yang 13,5% tersebut dibagi menjadi 9,0% dinamaisebagai “dana pembinaan pertambangan” dan 4,5% yangdiberi label “royalty”, sehingga yang dikedaerahkan punbukan 80% dari yang 13,5% melainkan 80% dari 4,5%.Alamak, apakah ini bukan akal-akalan oknum penguasauntuk mengelabui daerah dan memberi label sedemikianrupa sehingga sebagian besar dana yang distor penambangmudah “dimainkan”?. Perlu dicatat bahwa yang 9,0%tersebut konon menurut informasi baru tahun 1998dimasukkan dalam budget sebagai penerimaan negara,sebelumnya dikatakan non budgetair.

Dapatlah dibayangkan berapa besar dana yang diberi

Page 97: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

91

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

label “dana pembinaan pertambangan” yang non budgetairtersebut hingga tahun 1997. Tinggal menghitung saja berapatahun ketentuan itu berlaku dikalikan dengan produksibatubara nasional per tahun dikalikan dengan harga dipelabuhan pengirim kemudian dikalikan 9,0%.Berdasarkan angka dari Direktorat Pengusahaan Mineraldan Batubara total produksi batubara Indonesia dari 1999hingga 2002 bergerak dari sekitar 73,68 juta ton hingga80,84 juta ton (http://www.ima-api.com , 19/07/2011).Harga fob (freight on board) tongkang bergerak dari Rp400.000 hingga Rp 650.000 sesuai dengan kualitasnya dari5300 hingga 6300 kcal/kg. Jika diambil rata-rata hargaRp 500.000/ton dan produksi tanpa menghitungpenambangan rakyat rata-rata pertahun untuk periodesebelum tahun 1997 sebesar 60,0 juta ton, maka nilai “danapembinaan pertambangan” itu adalah 9,0% X Rp 500.00X 60 juta sama dengan Rp 2,70-triliun setahunnya. Untukpersisnya, tentu harus dilakukan penelitian yangmendalam, baik menyangkut angka apa yang diakatakan“dana pembinaan pertambangan”, harga dan volumebatubara sebagai patokan menghitungnya yang tentubervariasi dari tahun ke tahun. Yang ingin disampaikandengan hitung-hitungan ini adalah bahwa persoalanpenerimaan dari royalty perlu mendapat perhatianselayaknya bagi meningkatkan penerimaan negara untukkepentingan pembangunan.

Page 98: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

92

Ismet Ahmad

Page 99: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

93

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Bab VIIIKEBOCORAN PERPAJAKAN

8.1. Keluhan Defisit dan Rasio Perpajakan

Defisit mencapai titik terendah pada tahun 2008, Rp4,1-triliun, dibanding tahun 2007 yang Rp 49,8-triliun.Namun, sejak 2008 defisit anggaran terus meningkat, dariRp 29-triliun hingga Rp 127-triliun pada tahun 2011(Gambar 4). Pada minggu pertama bulan Maret 2011, dipertemuan dengan para pengusaha lokal di Batam,Menteri Keuangan menginformasikan bahwa pihaknyatengah melakukan kajian terkait perkembangan asumsimakro yang berimplikasi terhadap defisit anggaran, antaralain asumsi kenaikan harga minyak dalam negeri (ICP,Indonesia Crude oil Price). Dalam neraca AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011, defisitdipatok Rp124,7 triliun atau 1,8% dari produk domestikbruto (PDB). Dengan total defisit konsolidasi APBDdiperkirakan 0,3% PDB maka kumulatif defisit APBD danAPBN 2011  menjadi 2,1% PDB

Page 100: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

94

Ismet Ahmad

Gambar 4. Defisit anggaran belanja pemerintah, 2005-2011(Sumber: Kementrian Keuangan, Mei 2011)

Tingginya harga minyak dunia dikatakan telahmembuat pemerintah mengubah defisit anggaran dari 1,8%menjadi 2,0% dalam APBN Perubahan (APBNP) 2011.Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2011 tertulis,jika realisasi rata-rata ICP lebih tinggi US$1 per barel dariasumsi US$80 per barel, maka defisit seharusnya bisaberkurang berkisar Rp300 miliar. Namun, jika konsumsiBBM bersubsidi lebih tinggi 0,5 juta kilo liter dari kuotavolume 38,6 juta kilo liter, maka defisit bisa melebar sekitarRp 1,14 - 1,25 triliun. Dalam hal peningkatan defisit, yangpertama jadi perhatian policy makers adalah di harga ICP,lifting minyak, dan juga terkait dengan  inflasi dan nilaitukar.

Pemerintah meyakini bahwa meski berpotensi melebar,defisit anggaran negara pada tahun 2011 ini akan dapatdijaga pada maksimal 2,0% dari PDB. Keyakinan inididasarkan adanya penghematan pada anggaran belanjanonprioritas, dan juga pada penerimaan (negara) yangbertambah. Kalau seandainya itu sudah dioptimalkan, tapibelum mencukupi, dikatakan ada jenis-jenis pembiayaanyang harus ditingkatkan. Prioritas ditempatkan pada pasardomestik.

Page 101: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

95

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Agar defisit tidak melebar dari 2,0% pemerintah akanmenggenjot dari sektor penerimaan. Menjelaskan hal ini,Wakil Menteri Keuangan di Istana Wapres 24 Mei 2011menyebutkan defisit tersebut adalah sekitar Rp 16-triliun,sesudah memperhitungkan 20% alokasi untuk pendidikan,akibat adanya penambahan revenue terhadap harga minyakyang tinggi. Dikatakan bahwa angka defisit Rp16 triliunitu, disebabkan beberapa komponen di antaranya kenaikanharga minyak dunia, penurunan lifting, dan juga volumeBBM bersubsidi yang diprediksi akan melebihi dari kuotayang ditetapkan sebanyak 38,6 juta kiloliter (http://bisnis.com/indonesia-headlines/ , 24/05/2011 ).

Kenaikan harga komoditas dunia, termasuk minyak,di satu sisi tentu meningkatkan penerimaan negara dariperpajakan. Namun disisi lain, beban belanja negara jugameningkat menyusul subsidi BBM yang terkoreksi naik.Dengan demikian lonjakan harga minyak duniameningkatkan defisit APBN tahun 2011 sebesar 1,8%terhadap PDB atau Rp 124,7 triliun. Atas dasar itu,pemerintah mengandalkan sektor penerimaan perpajakandan penghematan belanja untuk menahan defisit tidakmelampaui 2%. Artinya, pemerintah akan meningkatkanpembiayaan dari pasar domestik untuk menutup defisitpada tahun ini jika penghematan anggaran maupunpenerimaan pajak tidak mampu mengimbangipembengkakan subsidi energi.

Pemerintah menegaskan akan tetap menjaga defisitAPBN 2011 maksimal 2% sebagaimana dijelaskan di bagiandepan, dengan memacu penerimaan dari sejumlah sektor,terutama pajak, cukai dan efisiensi belanja kementerian danlembaga non-kementrian. Sebagai hasil upaya menggenjotpenerimaan perpajakan, maka rasio penerimaan pajak (taxratio) diperkirakan mencapai 12,2% pada tahun 2011 ini,sedikit di atas perkiraan sebelumnya. Dengan penerimaanperpajakan masih on track, maka ratio ini ditargetkanmenjadi 12,6% tahun 2012. Dengan pertimbangan prospek

Page 102: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

96

Ismet Ahmad

penerimaan dari cukai yang diprakirakan juga bagus, danadanya potensi penghematan dari gerakan efisiensi, makadefisit anggaran dalam RAPBN 2012 direncanakan Rp 125,6-triliun atau 1,5% PDB.

Kementerian Keuangan mencatat, penerimaanperpajakan hingga April 2011 mencapai Rp 262,6 triliun atau30,9% dari target APBN 2011 sebesar Rp 850,3 triliun.Penopangnya adalah realisasi pajak penghasilan sebesar Rp145,2 triliun, penerimaan cukai Rp 22,6 triliun, bea masuksebesar Rp 7,9 triliun, dan bea keluar Rp 10,2 triliun.Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojomenyatakan, defisit bakal bertambah sebesar Rp 16 triliun.Menurut Wakil Menteri Anny, pemicunya adalahkenaikan harga minyak mentah Indonesia atau IndonesianCrude Price, penurunan produksi minyak mentah siap jualatau lifting, dan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidiyang bakal melampaui kuota 38,6 juta kilo liter tahun ini(http://nasional.kontan.co.id/ 24/05/2011).

8.2. Bocornya Penerimaan Pajak

Dalam ekonomi makro, pajak sebagai instrumenkebijakan fiskal dikatakan bagaikan pisau bermata dua.Apabila kebijakan dan pelaksanaannya tidak tepat akanmenjadi kontra produktif terhadap perekonomian. Pajakyang terlalu tinggi dapat menyebabkan kontraksi ekonomi,namun di fihak lain pajak adalah sumber penerimaanpemerintah untuk belanja pemerintah yang pada gilirannyaakan menumbuhkan perekonomian. Bilamana penerimaanpajak digunakan sepenuhnya untuk pembangunan makanet effect akan selalu positif, karena multiplier belanja lebihbesar dari negatif multiplier pajak.

Yang menjadi masalah besar di Indonesia padakhususnya adalah kebocoran dana yang semestinyadiperoleh pemerintah. Kebocoran perpajakan inimenyebabkan adanya defisit anggaran dan memaksapemerintah untuk berutang baik dengan luar negeri

Page 103: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

97

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

maupun dengan masyarakat dalam negeri. Defisitanggaran dan utang pemerintah dapat sangatmengganggu kinerja perekonomian jangka panjang.

Atas dasar itu maka kebocoran perpajakan melaluimafia pajak harus segera dibersihkan apabila inginmencapai target penerimaan untuk pembiayaanpemerintahan dan pembangunan. Direktorat JenderalPajak harus bekerja keras melaksanakan upayapeningkatan pajak. Kalau tidak, maka tidak akan mungkinuntuk mengurangi beban utang pemerintah. Dan kalaukebijakan dan pelaksanaan tidak tepat justru akan kontraproduktif  terhadap investasi. Beban pajak yang tinggijustru dapat menghambat pelaku usaha dan akhirnyatidak memberikan kontribusi terhadap pembayaran pajak.

Di fihak lain,pemerintah dapat memberikan insentifberupa keringanan bea masuk barang modal dan bahanbaku industri yang menjadi prioritas misalnya, sehinggakemampuan dan kemauan investasi pengusaha dalam danluar negeri di sini akan terus meningkat. Upaya pemerintahmembenahi sektor perpajakan ini sangat positif dalamupaya menjaga pertumbuhan ekonomi. Industri yangtergolong infant industry masih membutuhkan insentifperpajakan, selain dari yang memiliki sifat tertentu sepertipengembangan industri pengolahan hasil pertanianmisalnya, sangat kita perlukan karena sifatnya banyakmenyerap tenaga kerja dan memproduksi bahan pokokyang menyangkut hajat hidup orang banyak, tetapi strukturharga tidak mendukung.

Insentif dapat berupa pengurangan ataupunpenundaan pembayaran pajak untuk berbagai jenis pajak:PPh, PPN dan bentuk insentif lainnya. Namun perludiingatkan agar pemerintah harus lebih cermat dalammemberikan insentif pajak kepada pelaku usaha, sehinggadapat menjadi solusi dalam menggenjot penerimaan.

Dengan pertumbuhan ekonomi pada kisaran di atas6% per tahun dalam periode 2007-2010, kondisi ekonomi

Page 104: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

98

Ismet Ahmad

dan dunia usaha pada 2011 sepanjang tidak ada gangguanberat, akan semakin membaik sehingga potensi pajak akanpula meningkat. Selanjutnya pada siklus berikut, pajak yangsudah masuk ke pemerintah, harus dikeluarkan kembalidalam bentuk ekspansi anggaran untuk program-programinfrastruktur antara lain jalan, jembatan, listrik, pelabuhandan bandara. Penyerapan anggaran yang terlambat padatahun 2010 sangat menghambat pembangunaninfrastruktur dan termasuk juga mempengaruhi investasike daerah.

Kebocoran pajak diyakini sangat besar jumlahnyauntuk negeri ini. Ketua PKS Mahfud Siddik pada suatukesempatan mengemukakan bahwa tanpa Mafiaseharusnya penerimaan negara dari sektor pajak bisa melejithingga beberapa kali lipat. Ia mengatakan “Penerimaankeuangan negara dari sektor pajak mestinya 3 kali lipat darisekarang sekitar Rp 600-triliun”. Sementara itu Elvan DanySutrisno mengatakan bahwa praktek tilep-menilep pajakini sudah berlangsung puluhan tahun. Pejabat dan petugaspajak mengembangkan apa yang dengan analogi usahapeternakan disebutnya sebagai “kapling-kaplingpeternakan wajib pajak” (http://www.detiknews.com/ ,30/03/2010). Kebocoran pajak tersebut dapat berupalaporan keuangan , keuangan wajib pajak yang diakali luputdari deteksi petugas, adanya kerjasama kongkalingkongantara wajib pajak dengan petugas, ataupun pajak yangsudah masuk distorkan wajib pajak tetapi ditilep petugas/aparat pajak dan laporan penerimaannya jadi lebih kecildaripada yang sesungguhnya distorkan wajib pajak.

8.3. Gayus Pembuka Kotak Pandora?

Temuan rekening mencurigakan kembali menyeruakakhir-akhir ini. Pusat Pelaporan Analisis dan TransaksiKeuangan (PPATK) melaporkan adanya rekeningmencurigakan pejabat setingkat Dirjen dan Menteri.Bagaimana dengan aliran dana dari mafia kasus pajak?

Page 105: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

99

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

PPATK sudah melaporkan adanya sejumlah rekeningmencurigakan. PPATK mencurigai ada aliran dana yangdiduga berasal dari praktik mafia kasus pajak yang mengalirke pejabat setingkat Dirjen dan Menteri. Kepala PPAKYunus Husein di kantor Satgas Pemberantasan MafiaHukum, mengungkapkan aliran dana itu diduga berasaldari transaksi ilegal (http://inilah.com/read/ , 12/04/2010). Hanya saja, tidak disebutkan siapa nama pemilikrekening itu. “Ya, ada beberapa. (Pemilik rekening) ya, setingkatdirjen dan setingkat menteri,” kata Yunus. Ia jugamengungkapkan bahwa ada beberapa aliran dana yangmencurigakan masuk ke rekening beberapa pejabat. Belumjelas apakah aliran ini terkait dengan skandal pajak GayusTambunan dan Bahasyim.

Karena itu, Komisi XI DPR, Kamis 15 April 2010 perlumemanggil 10 pejabat nonaktif di Direktorat Jenderal PajakKementrian Keuangan. Kesepuluh pejabat tersebutdinonaktifkan Menteri Keuangan Sri Mulyani setelahterungkapnya megaskandal perpajakan. Komisi XI DPRdiharapkan mengorek keterangan mengenai bolong-bolongdan simpul-simpul kebocoran perpajakan dan mencari carauntuk melakukan pembenahan. Wakil Ketua Komisi XImempersoalkan Komite Pengawas Perpajakan yang lebihbanyak diisi pensiunan pegawai perpajakan sendiri .

Para pengamat melihat, anggota pengawas yang tidakkredibel dan sarat kepentingan menyebabkan fungsipengawasan tidak mengalami perkembangan positif,sehingga Panja Perpajakan akan mendorong Ditjen Pajakuntuk mengamendemen UU Perpajakan. Itu sebenarnyamerupakan juga kelemahan Menteri Keuangan yang waktuitu dipegang Sri Mulyani, tidak bisa dibebankan sematake bawahannya. Tanggung jawab itu mestinya ada padaMenteri, paparnya. Kelemahan ini juga menambah catatankurang sedap bagi Menteri Keuangan sebelumnya sepertiskandal Bank Century dan proyek remunerasi di jajaranKementerian Keuangan.

Page 106: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

100

Ismet Ahmad

Banyak masalah dan skandal yang dihadapi MenteriKeuangan periode 2005-2010 itu. Integritas publiknyadiperkirakan sebagian pengamat sudah runtuh, dankredibilitasnya jatuh. Komisi XI DPR dikatakan harusmeminta informasi dan data yang mendalam mengenaikebijakan remunerasi Menteri Keuangan yang gagalmeningkatkan kinerja, meluasnya mafia pajak danlemahnya pengawasan di Kementrian Keuangan.

Pemerintah memetik pelajaran pahit dari kasus “mafiapajak” Rp 28-miliar yang dilakukan oleh GayusTambunan, seorang karyawan pajak golongan III-Apunya rekening dan harta banyak. Belajar dari kasus ini,Pemerintah lalu berjanji akan melakukan pembenahanbesar-besaran. Namun nampaknya janji serupa telahdicanangkan juga di masa-masa lalu, bahkan termasukkebijakan remuneration yang berlipat ganda.

Menko Perekonomian dalam Workshop ForumWartawan Keuangan dan Moneter (Forkem) di Hotel Sa-voy Homan Bandung 10 April 2010, mengatakan bahwakejadian berupa kasus mfia pajak baru-baru ini menjadibreakthrough untuk pemerintah melakukan pembenahanbesar-besaran sehingga tidak ada lagi kebocoranpenerimaan pajak (http://www.detikfinance.com 10/04/2010). Pemerintah dikatakan siap kerja keras untukmemperbaiki kepatuhan pembayaran pajak menujupeningkatan tax ratio yang dalam beberapa tahunsebelumnya masih berkutat pada 11-12%. Pemerintahmenurunkan target pajak pada tahun 2010 sebesar Rp 9,5-triliun, sepertinya waktu itu menunjukkan keputus-asaanuntuk menaikkan tax ratio.

Adapun alasan pemerintah menurunkan targetpenerimaan pajak dimaksud adalah karena penerimaanpajak tahun 2009 berada di bawah target. Beranjak darikasus Gayus, timbul adanya yang mempertanyakanapakah memang kebocoran pajak yang mendasaripemerintah menurunkan target tersebut ataukah ada

Page 107: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

101

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

penyebab lain. Adapun sumber-sumber penerimaan pajakyang diturunkan pemerintah adalah PPh non-migas turunRp 2,57-triliun, PPn impor turun Rp 19,71-triliun, dan PBBturun Rp 1,18-triliun.

Praktek pengelolaan perpajakan di Indonesia sudahselayaknya diperbaiki. Kasus Gayus Tambunan sedikitbanyak telah memperkuat bukti adanya mafia yangbermain-main dengan uang negara dari penerimaan pajakyang seharusnya dikembalikan lagi kepada rakyat melaluipembangunan. Fakta di lapangan berupa kekecewaan danketidak percayaan yang dirasakan masyarakat terhadappajak, mengharuskan pemerintah berbenah diri. Reformasimenyeluruh perpajakan merupakan hal yang perlu danpenting untuk dijalankan, yang jika bisa berjalan denganbaik menuju sistim perpajakan modern, akan mampumendongkrak penerimaan pajak karena potensipenerimaan pajak di negeri ini diyakini masih cukup besar.

Page 108: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

102

Ismet Ahmad

Page 109: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

103

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

9.1. Era Pemilihan Langsung

Banyaknya masalah kehidupan rakyat kita yangmemprihatinkan kait-berkait dan merupakan vicious cycle(lingkaran setan). Pemimpin pemerintahan yang buruktelah menyebabkan pengurasan sumberdaya alam yang takterkendali yang pada gilirannya menyebabkan kerusakanlingkungan yang parah dan gunung-gunung yang jadigundul, sehingga banyak kebanjiran dimusim hujan dankekeringan dimusim kemarau, jalan dan jembatan yangrusak jauh sebelum waktunya, infrastruktur lainnya yangtidak terawat, serta pelayanan masyarakat yang jauh darimemuaskan. Seterusnya walaupun sumberdaya alamnegeri ini tergolong kaya, kemiskinan dan penganggurannampaknya masih memprihatinkan. Program-programpengentasan kemiskinan kebanyakan tidak efisien danbahkan tidak efektif, mungkin karena decision makingmenyangkut program tersebut kurang baik dan/ataupelaksanaannya yang tidak betul. Oleh karena itu jelasalahpemilihan pemimpin nasional maupun pemimpin daerahsangat penting untuk dilaksanakan sebaik-baiknyasehingga terpilih pemimpin yang betul-betul terbaikdiantara yang ada.

Bab IXPENGHAMBURAN DUIT PILKADA

Page 110: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

104

Ismet Ahmad

Salah satu perubahan yang amat mendasar dalamkehidupan berbangsa dan bernegara pada era OrdeReformasi ialah amandemen  UUD 1945, yang dilakukanpara anggota MPR hasil pemilu 1999.  Amandemen UUD1945, yang tidak tanggung-tanggung dilakukan sebanyakempat kali, mengandung konsekuensi yang luar biasakarena undang-undang turunannya juga harus diubahseperti antara lain undang-undang tentang pemerintahandaerah dan undang-undang tentang pemilihan umum.

Dalam pemilihan pemimpin pemerintahan,perubahan dimaksud ialah dalam sistem Pilpres (pemilihanPresiden dan Wakil Presiden) dan Pilkada (baik pemilihanGubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati maupunWalikota/Wakil Walikota).  Sebelum amandemen UUD1945, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan olehMajelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indone-sia dan pemilihan Kepala Daerah (pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/WakilWalikota) dilakukan oleh anggota  Dewan PerwakilanRakyat Daerah (DPRD) Provinsi, Kabupaten dan Kotabersangkutan. Setelah amandemen UUD 1945, makaPilpres dilakukan melalui pemilihan umum secara langsungoleh seluruh rakyat Indonesia yang telah memenuhi syarat. Begitu juga dengan Pilkada pemilihan dilaksanakan melaluipemilihan umum kepala daerah. Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, dilaksanakan di seluruh provinsi yangdiikuti oleh seluruh rakyat di provinsi itu yang telahmemenuhi syarat.  Begitu juga, pemilihan Bupati/WakilBupati dilaksanakan di kabupaten/kota yang bersangkutan,dan diikuti oleh rakyat di kapabuten tersebut yang telahmemenuhi syarat. Dan pemilihan Walikota/WakilWalikota, dilaksanakan di kota itu dan diikuti oleh rakyatyang telah memenuhi syarat dan berdomisili di kotatersebut.

Perubahan sistem pemilihan pemimpin pemerintahan(eksekutif) di pusat dan daerah, menurut Musni Umar

Page 111: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

105

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

(http://musniumar.wordpress.com , 30/01/2011),banyak diilhami oleh pengalaman di masa lalu terutamadi era Orde Baru, dimana partisipasi rakyat tidak maksimaldalam pemilihan pemimpin pemerintahan dimaksud.Setelah selesai pemilu legislatif, rakyat tidak dilibatkanpartisipasinya dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden,begitu juga dalam memilih Gubernur dan Wakil Gubernur,Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan WakilWalikota. Wakil-wakil rakyat dianggap tidak mepunyaiaspirasi yang sama dengan rakyat yang diwakili, danbahkan dengan pernyataan keras disebutkan wakil-wakilrakyat “mencaloi” hak rakyat dalam memilih pemimpinnya.

Namun ternyata kemudian pemilihan langsung jugatidak sedikit menimbulkan masalah dan dampak buruk.Bukanlah rahasia lagi banyak kasus kecurangan dilakukanoleh pasangan calon ataupun tim suksesnya, baik yangterdaftar maupun yang tidak terdaftar. Ada yang berupamanipulasi daftar pemilihan, money politics (politik uangataupun logistik), manipulasi kertas suara, kecurangandalam penghitungan, intimidasi dan pelanggaran lainnya.

Manipulasi daftar pemilih biasanya dilakukan olehincumbent atau yang punya hubungan dengannya.Manipulasi dimaksud dapat dilakukan dalam beberapabentuk. Pertama, sebagian pemilih secara sengaja tidakdiberi kartu suara penggilan dan tidak diberi kesempatanuntuk mencoblos pada saat pemilihan. Kedua, pembuatankartu pemilih yang sebenarnya tidak ada orangnya, sudahpindah atau meninggal dunia. Dan ketiga, ada pula yangdiberikan kartu double yang seringkali untuk 2 tempatpemilihan dalam daerah pemilihan yang sama.

Kecurangan lain oleh incumbent dapat dalam beberapabentuk menggunakan pengaruhnya terhadap panitiapemilihan. Pertama, ikut sertanya pejabat berkampanyesecara terselubung maupun terbuka untuk calon tertentu.Kedua, incumbent tepat sebelum terjun dalam pemilihanmenerbitkan SK Tim Sukses yang melibatkan Camat dan

Page 112: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

106

Ismet Ahmad

Kepala Desa. Dan ketiga, dibiarkannya tim sukseskandidat tertentu yang membujuk ibu-ibu untukmencoblos pasangan calon tertentu pada hari H.

Kasus money politics yang banyak dikeluhkan dapatberupa bagi-bagi sembako menjelang hari pemilihan, bagi-bagi uang, ataupun bagi-bagi amplop berisi uang. Politikuang tidak hanya diarahkan kepada para pemilih tetapidapat juga diarahkan kepada penyelenggara pemilihan diberbagai tingkatan sehingga pada waktu penghitungan danpenjumlahan angka suara diamankan atau “dimainkan”sehingga si calon pemberi uang dimenangkan.

Mahalnya ongkos Pilkada terutama dikarenakanadanya kecurangan berupa politik uang. Dalam diskusi“Carut Marut Pilkada dan Korupsi di Daerah” di GedungDPR, Jakarta, Jumat 4 Februari 2011, Hadar Gumaymengatakan bahwa praktek jual beli suara tidak begitu sajadiberikan kepada pemilih tetapi melalui mesin politik calonkepala daerah yakni tim sukses yang juga memerlukanbiaya operasional. “Hal ini terjadi karena masyarakat belummendapat pendidikan politik yang baik serta terdesak olehkebutuhan, yang membuat masyarakat rela suaranya dibeli calonkepala daerah dengan harga antara Rp10.000 hingga Rp20.000.Masyarakat belum menyadari betapa mahalnya suara mereka”.Banyak pula para kontender yang walaupun tidakmemberikan uang, tetapi memberikan logistik sepertisarung, supermie, gula pasir dan kebutuhan pokok pemilih.

Adanya kecurangan dalam pemilihan kepala daerahdan mungkin juga dalam pemilihan presiden selainmenyebabkan penghamburan uang, juga menyebabkanbanyaknya sengketa yang selain harus diselesaikan secarahukum tidak jarang menimbulkan konflik horizontal. Padatahun 2010 misalnya dilaporkan bahwa sejumlah 227Pilkada yang berhasil dilaksanakan, sebanyak 168diantaranya diajukan ke Mahkamah Konstitusi.  Artinya,dari jumlah tersebut hanya 58 Pilkada yang dilaksanakantanpa sengketa. Pada tahun berikutnya, tahun 2011, akan

Page 113: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

107

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

dilaksanakan Pilkada sebanyak 67, dan sampai akhirJanuari 2010 sudah dilaksanakan 8 Pilkada, dan semuanyabersengketa di Mahkamah Konstitusi. 

Menyangkut sengketa Pilkada di MahkamahKonstitusi, Mahfud M.D. (Metro TV Live, 26 januari 2011)mengatakan bahwa 100 % yang menjadi penyebab sengketaPilkada adalah kecurangan yang bentuknya ada duamacam, yaitu pelanggaran dan politik uang.  Akan tetapi,Mahkamah Konstitusi (MK) menurut Mahfud MD, tidakpernah membatalkan kecurangan Pilkada kalau pelanggarannya tidak sistimatis, tidak terstruktur, tidakmasif dan tidak terencana yang melibatkan birokrasi. Begitujuga politik uang, karena dalam kenyataan boleh dikatakansemua peserta Pilkada melakukan pelanggaran termasukpolitik uang. Yang berbeda hanyalah intensitasnya saja.

Dominasi politik uang dan kecurangan dalam Pilkadanampaknya berlanjut hingga 2011 ini. Pelanggaran terjadidi setiap tahapan: mulai dari pemalsuan dukungan,kampanye di luar jadwal, penggunaan fasilitas Negara,pelibatan perangkat pemerintah untuk memenangkan calontertentu, perusakan atribut kampanye serta intimidasi.Namun dikatakan untuk kasus-kasus pelanggaransemacam ini sulit memperoses pelakunya secara hukum.Menurut seorang anggota Badan Pengawas Pemilu,Widyaningsih (Kompas, 18 Juni 2011), banyak pelanggaranyang tak berlanjut ke polisi karena menurut kajian sentrapenegakan hukum terpadu tidak memenuhi unsur pidanadan kurang cukup bukti. Dan kalaupun sebagianpelanggaran yang berlanjut ke kepolisian umumnya bekuatau terpental saja. Dikatakannya pula bahwa umumnyapolisi melihat siapa yang melakukan dan menggunakanpertimbangan stabilitas. Kalau orang kuat pelakunya, laludicari-cari kekurangannya agar tidak dapat dilanjutkan.Dengan cara ini maka sepanjang situasi aman-aman sajadan msyarakat tidak memprotes keras maka kasuspelanggaran dimaksud dibiarkan saja.

Page 114: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

108

Ismet Ahmad

Pemerintah, atau lebih tepatnya para penyelenggarapemilihan, dalam situasi carut-marut demikian, nampaknyaseperti “tenang-tenang saja”. Rupanya para penyelenggaberpendapat bahwa lancarnya Pilkada lebih penting daripada terpilihnya pemimpin yang baik yang hanya dapatdiperoleh melalui pemilihan yang jujur dan adil, sehinggapenegakan kejujuran dan keadilan terabaikan. Pilkada inisepertinya diatur dan dilaksanakan sedemikian rupasehingga yang dianggap penting hanyalah “tugaspenyelenggara dapat selesai”, apapun hasilnya. Prosessosialisasi dan kampanye terbiarkan berjalan tanpa kendalisehingga menggiring para tim pemenangan “jor-joran”,seolah-olah adu kekayaan bukan adu kemampuanmembangun daerah. Ini memang penyakit sebagian besardari kita, khususnya para penyelenggara negara, yanghanya mementingkan selesainya proyek, hasilnya dianggapsebagai masalah lain. Hasil akhir Pilkada seperti yangterselenggara selama ini dapat dikatakan “kalah jadi abu,menang jadi arang.” Yang kalah banyak yang jatuh miskindan yang menang melakukan penyalahgunaankewenangan untuk memperoleh uang gunamengembalikan ongkos selama mengkuti pemilihan dantak sedikit diantara mereka yang akhirnya masuk penjara.

Dalam setiap kesempatan menjelang pemilihan,petugas komite pemilihan umum (KPU) selalumendengungkan agar semua calon “siap kalah”, tanpamenekankan kepada pemilihan yang jujur. Calon yangcurang menggunakan segala cara untuk menang denganfikiran toh yang kalah harus siap untuk legowo tak perluprotes. Demikian juga bila kecurangan itu dari petugas KPUsendiri yang karena sesuat lalu memihak dan menilep angkajumlah suara untuk memenangkan calon tertentu. Kalahkarena dicurangi berarti dizalimi, baik oleh calon lainmaupun oleh petugas KPU, bukan saja Cagub-Cawagubyang dizalimi, tapi masyarakat luas yang merindukanperbaikan. Dan dengan demikian kezaliman itu harus

Page 115: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

109

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

dilawan, kalau tidak bisa secara fisik, ya secara lisan, danjika iman kita hanya melawan dengan hati itu berartiselemah-lemahnya iman.

Tidak jujurnya anggota KPU dalam penyelenggaraantugasnya banyak terjadi. Yang berjamaah terlihat dariberubah-ubahnya keputusan KPU tentang penetapanperolehan kursi tahap III partai politik peserta pemiluanggota DPR RI tahun 2009. Mula-mula dikeluarkankeputusan No. 255/Kpts/KPU Tahun 2009, lalu karena“sesuatu” diubah dengan putusan No. 286/Kpts/KPU/Tahun 2009. Calon yang merasa dirugikan menggugat keMahkamah Konsitusi (MK) yang mengabulkan gugatandan menerbitkan putusan MK Nomor 72-94-80-59-67/PHPU.C-VII/2009 tanggal 11 Juni 2009. Atas dasar putusanMK ini kemudian KPU “terpaksa” mengubah lagiputusannya dengan Nomor 379/Kpts/KPU/Tahun 2009tanggal 2 September 2009.

Kecurangan yang tidak berjamaah dalam KPU tapiberjamaah dengan oknum di luar KPU, dapat dicontohkandengan kasus pemalsuan dokumen MK untuk mana AndiNurpati mantan komisioner KPU dinyatakan sebagaitersangka. Begitu rumitnya persoalan dan begitu besarnyaperkiraan dampak karena menyangkut keanggotaan DPRRI, maka sampai-sampai DPR RI membentuk Panja MafiaPemilu. Beberapa anggota Panja Mafia Pemilu mensinyaliradanya permainan uang dibalik pemalsuan danpenggelapan dokumen MK tersebut, dan meminta polisiuntuk lebih aktif menelusurinya.

9.2. Pilkada Mahal, Penuh Kecurangan dan Sengketa

Banyaknya kepala daerah yang terlibat korupsiberkaitan sangat erat dengan biaya politik dalampenyelenggaraan Pilkada. Mendagri Gamawan Fauzimengungkapkan, biaya Pilkada yang terlalu mahalmengakibatkan seorang calon berusaha mengembalikanmodal itu saat memimpin pemerintahan dengan

Page 116: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

110

Ismet Ahmad

menggadaikan wewenangnya. “Itu menjadi salah satupendorong. Sebab, setelah menjadi kepala daerah gajinya secararesmi tidak seberapa dibandingkan biaya yang dikeluarkan saatsuksesi,” ungkap Mendagri di Manado, Senin 20 September2010 (http://matanews.com/ 21/09/2010)

Dalam suatu kesempatan Mendagri pernahmencontohkan biaya yang dikeluarkan seorang calon kepaladaerah untuk Pilkada mencapai puluhan hingga ratusanmiliar rupiah. Fakta membuktikan bahwa dengan biayayang sangat tinggi, maka kepala daerah yang terpilihcenderung melakukan tindakan korupsi karena inginmengembalikan biaya yang telah dikeluarkan pada saatpelaksanaan pemilihan. Labih-lebih lagi apabila biaya itusumbernya dari sponsor yang tentu akan menuntut untukdikembalikan atau diberikan kompensasi dengan fasilitastertentu. Karena itu sewajarnyalah perlu ada langkah-langkah untuk menghilangkan potensi terjadinya biayatinggi agar pelaksanaan Pilkada berlangsung efisien danmemberikan hasil yang baik,

Sehubungan dengan itu, pemerintah bersama partaipolitik, harus memberi pendidikan politik yang baik kepadamasyarakat sehingga menyadari memilih calon kepaladaerah berdasarkan kapasitas dan kompetensi bukankarena adanya uang. Calon kepala daerah dikatakan jugaharus memiliki integritas tinggi serta memiliki komitmenuntuk membangun daerah. Catatan awal 2011menunjukkan bahwa sudah ada sekitar 150 kepala daerahyang tersangkut persoalan hukum yakni dugaan korupsi,karena pada pelaksanan Pilkada biayanya sangat mahal.

Peneliti otonomi daerah Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI) Syarif Hidayat pada Diskusi Carut-MarutPilkada di Gedung DPD 4 Februari 2011 menambahkan,partisipasi masyarakat pada pelaksanaan Pilkada belumoptimal dan masih dimobilisasi oleh kekuatan politik daricalon kepala daerah. Dikatakan bahwa dari penelitianyang dilakukan LIPI, di enam daerah di Indonesia

Page 117: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

111

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

ditemukan adanya praktek politik uang.

Gaji seorang kepala daerah setelah terpilih tidak akancukup untuk membayar keseluruhan biaya yang telahdikeluarkan selama mengikuti Pilkada yang hingar bingar.Sehingga muncul pendapat bahwa salah satu pemicu kepaladaerah melakukan korupsi adalah untuk membayar biayapemilihan yang mahal. Selain biaya pemilihan yang mahal,Gamawan mengatakan penyebab lain adalah karena adaniat untuk memperkaya diri, bukan untuk mengabdi padamasyarakat.

Berdasarkan kenyataan yang diungkapkan berbagaipihak termasuk dari Muhammad Yasin, Wakil Ketua KPKBidang Pencegahan, yang mengatakan bahwa di eraotonomi daerah, penyelenggaraan Pilkada berpeluang pal-ing besar untuk korupsi (Metro TV-Live pagi, 30 Januari2011).  Sebabnya  karena corruption by need (korupsi karenabutuh) dan corruption by political interest (korupsi karenakepentingan politik) bertemu dalam pemilhan ini. Rakyatyang sebagian besar masih miskin, perlu uang dan sembakountuk mempertahankan hidup, sementara para calonkepala daerah, dengan kepentingan politik untuk meraihkekuasaan, memanfaatkan kondisi rakyat yang miskinuntuk melakukan politik uang (money politics). Sementarasistem dan praktek penegakan hukum carut-marut danbanyak diantara para penegaknya menerapkan orientasiuang yang oleh para sinister disebut prinsip KUHP dalamartian plesetan “kasih uang habis perkara”.   Itu sebabnyakorupsi di era Orde Reformasi banyak dikeluhkan karenabukannya berkurang tapi malah semakin menampakkandiri.

Menyangkut proses perolehan jabatan dan kekuasaandi Indonesia, Prof Jeffrey Winters menamakan “prosedurmaling” yang digambarkan sebagai suatu siklus “punyauang dapat posisi, dan punya posisi dapat uang”. Parapejabat sekarang dikatakan umumnya naik ke kekuasaanmelalui prosedur maling, yaitu dengan uang yang tidak

Page 118: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

112

Ismet Ahmad

jelas dari mana asal-usulnya dan kurang dapatdipertanggung-jawabkan secara moral dan hukum.Kemudian setelah menjadi pejabat dan memegangkekuasaan, maka jabatan dan kekuasaan itu digunakanuntuk mengambil segala sesuatu yang bukan haknya,dalam bentuk tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme(Arief Gunawan, Rakyat Merdeka 13 Agustus 2011).

Sangatlah logis sebagai akibat dari “kecurigaan”kecurangan dalam penetapan pemenang dan tidak adanyapenegakan hukum yang dipercaya menyebabkanbanyaknya terjadi demo. Demo terkait ketidak-puasanmasyarakat terhadap hasil pemilihan gubernur dan bupatiterjadi di beberapa kota. Di kota Ambon para demonstranberdatangan ke gubernuran menolak pelantikan bupatitanggal 11 September 2006. Di kota Makassar terjadi demoanarkis menentang rencana Pilkada ulang GubernurSulawesi Selatan tanggal 16 Januari 2008. Di depanKementrian Dalam Negeri 24 Maret 2008 ada demomenentang pelantikan Gubernur Maluku Utara yangdinyatakan terpilih oleh KPU setempat. Di depan KantorBupati Kediri kerusuhan demo terjadi pada tanggal 21April 2010. Banyak lagi demo-demo yang lain.

9.3. Pilkada Perlu Perbaikan

Dari pengalaman selama ini banyak kalanganberpendapat bahwa perubahan sistem pemilihan pemimpinpemerintahan (eksekutif) di Indonesia, penting dikaji danditeliti lagi setelah reformasi berlangsung lama. Berbagaialasan dikemukakan menyangkut pendapat ini. MusniUmar (http://musniumar.wordpress.com/, 30/01/2011)mengemukakan 5 hal yang perlu dikaji dan diteliti terkaitsistem pemilihan langsung. Pertama,  apakah pemilihanlangsung pemimpin pemerintahan di pusat dan daerahdapat melahirkan pemerintahan yang baik (good governance)dan pemerintahan yang bersih (clean government)?  Kedua,

Page 119: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

113

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

apakah sistem pemilihan langsung pemimpinpemerintahan tidak bertentangan dengan butir keempatdaripada Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan?  Ketiga,  apakah rakyat yang pada umumnyamasih miskin dan kurang pendidikan bisa memilihpemimpin yang diperlukan oleh daerah dan negara untukmembawa kebangkitan dan kemajuan Indonesia di masadepan?  Keempat, apakah pemilihan langsung pemimpinpemerintahan di pusat dan daerah, manfaatnya lebihbanyak daripada mudaratnya? Kelima, pemilihan langsungpemimpin pemerintahan di pusat dan daerah, apakahterdapat indikator bahwa daerah dan bangsa Indonesia,lebih cepat bangkit dan maju daripada sebelumnya?Karenanya ia berpendapat bahwa warga masyarakatyang mendambakan kebangkitan dan kemajuan bangsaIndonesia, tidak punya pilihan kecuali menyerukan supayasistem Pilkada yang sangat mahal dan melahirkan kepaladaerah yang KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), supayabisa segera diperbaharui.

Untuk memperbaiki rezim pemilihan langsung yangmahal dan menghasilkan kepala daerah yang koruptif,maka menurut Musni Umar pula, harus dilakukan berbagailangkah dan upaya strategis. Lima langkah dan upaya yangdisarankannya terdiri dari: (1) proses pencalonan kepaladaerah harus dari kader/pengurus partai politik supayatidak dikenakan pembayaran oleh partai politiksebagaimana yang terjadi selama ini; (2) anggaran partaipolitik harus dialokasikan ke dalam APBN supaya partaipolitik dapat bersifat mandiri, dan memiliki dana yangcukup untuk mendukung calonnya dalam Pilkada danpemilu legislatif serta pemilu Presiden dan Wakil Presiden;(3) membatasi besarnya jumlah biaya kampanye Pilkadasetiap calon Gubernur, Bupati, dan Walikota; (4) harusdigencarkan kampanye civic education kepada generasimuda; dan (5)  meningkatkan peran kontrol dari DPRD.

Page 120: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

114

Ismet Ahmad

Dipercaya bahwa hanya dengan melakukan berbagaiusaha dan ikhtiar sebagaimana dikemukakan diatas, makadiharapkan Pilkada melalui sistem pemilihan langsungdapat menghasilkan kepala daerah yang lebih berkualitas,berdedikatisi, dan bersih dari KKN.  Dan hanya jika benar-benar menghasilkan kepala daerah semacam ini, makaPilkada akan membawa harapan baru bagi kebangkitan dankemajuan daerah masing-masing dan pada gilirannyakemajuan Indonesia. Harapan untuk itu masih ada, asalkanada kemauan semua fihak, para pemimpin bangsa danrakyat mempunyai kemauan kuat untuk melakukanperubahan yang benar arahnya, yang bukan hanya untukkepentingan pribadi, kelompok atau partainya saja.

Selain itu, wacana untuk mengembalikan Pilkadakepada pemilihan oleh perwakilan cukup besar gaungnyadan sangat beralasan untuk dipertimbangkan. Selain karenaalasan pemilihan langsung mahal, banyak kecurangan dandapat menimbulkan konflik horizontal, perlunya beralihdari pemilihan langsung kepada pemilihan melaluiperwakilan juga disasarkan kepada UUD RI 1945. Alineakeempat Preambul UUD RI 1945 yang mengisyaratkanbahwa kedaulatan rakyat “dipimpin oleh hikmatkebijaksanan dalam permusyawaratan/ perwakilan”.

Page 121: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

115

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

10.1. Reformasi Mandeg Dimana?

Pemerintahan yang dihasilkan oleh gerakan reformasimassa rakyat menumbangkan pemerintahan Orde Baru takpelak lagi mewarisi berbagai masalah yang sangat tidakkondusif untuk melakukan pembangunan. Masalahtersebut antara lain adalah mentalitas korup, ketidak pastianhukum, hutang luar negeri yang sangat besar, porsikepemilikan asing yang memprihatinkan, kerusuhan antaretnis, dan kecurigaan daerah-daerah. Permasalahan initidak lepas dari sistem politik pemerintahan yang otoriterselama 31 tahun Orde Baru dengan birokrat yang tidakberorientasi pada pembangunan. Arief Budiman (1991)menamakan sistem pemerintahan seperti ini sebagai“negara otoriter birokratis rente”, untuk membedakandengan “negara otoriter birokratis pembangunan” yang adadi Korea Selatan. Dikatakan rente karena menurutnyabirokrat bukannya berorientasi membangun tapi malahmencari keuntungan pribadi dan pengusaha yangtergantung padanya.

Ketergantungan kepada negara-negara “donor”karena utang yang sangat besar, membuat negara rentanterhadap pengaruh eksternal atas kebijakan ekonomi.Persyaratan restrukturisasi perbankan Indonesia ternyata

Bab XINDONESIA RAYA MESTI BERBENAH

Page 122: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

116

Ismet Ahmad

telah mendorong pengambil-alihan oleh fihak asingdengan konsekwensi banyak pemutusan kerja yang berartimenambah barisan penganggur di dalam negeri, yangkarena begitu seriusnya sehingga dapat dianggap sebagaimasalah nasional .

Persoalan lain yang timbul dari meningkatnyakepemilikan asing dan restrukturisasi ekonomi adalahtuntutan pembaruan nasionalisme ekonomi. Selain ituupaya menarik investor asing dilakukan tanpamempersiapkan sumberdaya manusia lokal dan konsepkemitraan dengan pengusaha lokal. Pada gilirannyaperkembangan ini membuat rakyat jaba (common people),lebih-lebih golongan ekonomi lemah, semakinterpinggirkan.

Ketidakpastian hukum yang diwarisikan Orde Barutelah dan semakin menghancurkan sendi-sendi kehidupanbangsa. Pada aspek ekonomi, keadaan ini menghambatinvestasi asing dan bahkan juga investasi domestik. Parainvestor menjadi ragu karena ketidak-pastian hukumtersebut dan lalu menempatkan masalah ini dalam “faktorrisiko” sehingga Indonesia dikenal sebagai negeri berresikotinggi untuk investasi. Investasi swasta yang tidakberkembang ditambah dengan keterbatasan danapembangunan pemerintah menyebabkan ekonomi nasionaltak mungkin dapat diharapkan untuk bertumbuh cepat.Padahal pertumbuhan yang demikian mutlak diperlukanuntuk dapat menampung pengangguran yang besarjumlahnya dan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Pemerintahan di era Prof. Habibie, yang hanyabertahan satu setengah tahun, menunjukkan keberhasilandalam memperkuat nilai rupiah dari sekitar Rp 11.050 perUS$ pada 22 Mei 1998 menjadi sekitar Rp 6.700 per US$pertengahan 1999. Sejalan dengan penguatan rupiah iniinflasi pun relatif terkendali. Pencapaian ini tentunyaprestasi menggembirakan, hal mana tidak terlepas darikepercayaan masyarakat internasional kepada Indonesia

Page 123: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

117

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

setelah lengsernya kepala negara pemerintahan yangdikenal otoriter dengan aparat pemerintahan yang disebutsebagai “birokrat rente”. Dari susunan Kabinet Reformasiyang dibentuk Habibie tanggal 22 Mei 1998, dimana ada 3orang menteri yang non-Golkar, partai berkuasa di era ordebaru, nampak adanya relaksasi terhadap doktrin “loyalitastunggal” gaya Jenderal Suharto. Masa pemerintahan ini jugaditandai langkah positif mengembalikan fungsi Polridengan jalan memisahkannya dari TNI dengan Inpres No.2 Tahun 1999 tertanggal 1 April 1999.

Pemerintahan Gus Dur melakukan perubahan lebihlanjut dalam bidang perpolitikan dan kepemerintahan.Kebebasan pers, dan desakralisasi lembaga kepresidenanadalah di masa Gus Dur. Namun demikian perekonomiantidak mengalami perbaikan yang berarti. Nilai rupiahmelemah lagi hingga lebih dari Rp 11.000 per US$ padaakhir pemerintahannya, hal mana diperkirakan karenapolitik yang tidak konsisten, sering berubah-ubah dandisampaikan dengan gaya “urakan”, yang membuatkeraguan para investor untuk menanamkan modal mereka.

Sidang istimewa MPR-RI yang melengser Gus Durdan menaikkan Megawati menjadi presiden pada awalnyaberdampak positif pada kepercayaan masyarakat yangterlihat pada menguatnya nilai rupiah, dari Rp 11.366 perUS$ pada medio Juli 2001 menjadi Rp 8.425 per US$ padamedio Agustus 2001 (Bappenas, 2001). Seperti pemerintahanGus Dur, pemerintahan Megawati juga melakukanbeberapa langkah politik antara lain melahirkan undang-undang pemilihan kepala daerah secara langsung. Politikekonomi tidak banyak perubahan pada masa pemerintahanini, yang menonjol malahan penanganan masalah BLBIpeninggalan Orde Baru yang akhirnya berbuntut panjangdan privatisasi menjual saham perusahaan-perusahaanmilik negara kepada swasta asing yang banyak mendapatsorotan masyarakat.

Pemerintah SBY-JK dan dilanjutkan dengan SBY-

Page 124: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

118

Ismet Ahmad

Boediono harus diakui, sampai batas tertentu, telah dapatmembuat kemajuan pada pertumbuhan ekonomi,pengurangan defisit APBN, dan cadangan devisa. Namuntidak atau kurang berhasil dalam indikator penganggurandan kemiskinan. Kemajuan yang dicapai belum banyakbermanfaat bagi sebagian besar masyarakat, terutamasegmen masyarakat bawah. Lebih-lebih lagi denganperistiwa bencana alam yang di luar jangkauan dankenaikan harga BBM di pasar internasional yang memaksapemerintah menaikkan harga di dalam negeri rata-ratasebesar 125 persen pada 1 Oktober tahun 2007 dan sekitar30% pada 24 Mei 2008, yang diturunkan lagi bulan Mei2009. Kenaikan harga BBM tahun 2007 dan 2008 terbuktidiikuti kenaikan inflasi dari 6,59 % tahun 2007 naik keangka 11,06 % tahun 2008. Dan turunnya harga BBMtahun 2009 diikuti turunnya inflasi ke 2,78 % tahun 2009,walaupun karena sebab lain naik lagi ke 6,90 % tahun2010.

Sektor pertanian yang menampung sebagian besarpenduduk, yang berperan dalam mencukupi kebutuhanpangan dan banyak menyumbang perolehan devisa tidakberkembang sebagai yang direncanakan. Penyebabnya,sebagai yang diungkapkan Peter Brabeck-Letmathe, KetuaDewan Direktur perusahaan raksasa Nestle dari Swissdalam kunjungannya ke Indonesia sekitar awal Juli 2009,adalah tidak dimilikinya sistem pertanian yang didukungoleh riset bagus, harga pupuk yang terjangkau dankurangnya infrastruktur jalan ke seluruh sudut pedesaan.

Indonesia dikepung oleh berbagai tekanan dalam danluar negeri sehingga harus selalu mengambil sikap yangtepat, keputusan yang tepat dan melaksanakan kegiatansecara tepat pula. Dari sisi fiskal, APBN tersandra olehsubsidi BBM dan stabilisasi harga pangan sebagai akibatlonjakan harga minyak mentah dan harga komoditipangan di pasaran internasional. Dan karena hargaminyak mentah dunia terus menaik, pemerintah SBY

Page 125: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

119

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

dengan sangat terpaksa menaikkan harga BBM sudah 2kali dalam masa pemerintahannya untukmempertahankan agar dana pembangunan APBN tidakterlalu banyak terkuras. Harga minyak mentahsebagaimana disinggung di bagian depan, tak lamasesudah itu turun kembali dan harga BBM pun diturunkankepada harga sewaktu kenaikan yang pertama.

Reformasi ekonomi hingga tahun 2011 ini masihbelum berhasil mengangkat harkat hidup orang banyaksecara significant . Reformasi ekonomi memerlukanreformasi birokrasi, walaupun bukan satu-satunya yangmenentukan, yang sangat ditentukan oleh hasil reformasiperpolitikan dan kepartaian menuju system yang benar-benar demokratis. Sementara reformasi birokrasi belumbanyak hasilnya karena sepertinya dilakukan setengahhati, sebagaimana dikatakan M. Yasin, Wakil Ketua KPK,dalam diskusi terbuka “Menggugat Good Governance Re-form” tanggal 17 Januari 2009 di Hotel Sultan Jakarta.Dalam diskusi di forum ini juga Andy Fifta Wijayamenegaskan perlunya kepemimpinan yang kuat yangmampu membawa budaya baru dalam kehidupanberbangsa dan bernegara (http://prasetya.ub.ac.id/ 11/01/2009)

Setelah belasan tahun berjalan, genderang reformasiyang ditabuh di penghujung era Orde Baru tahun 1998,sebagian agendanya telah berjalan, namun masih banyakyang jalan ditempat, bahkan semakin dilupakan.Demokratisasi memang secara formalnya berjalan, tetapidengan terpincang-pincang karena mentalitas danintergritas para “stake holders” yang jauh dari memadai, yangseringkali sangat terampil “mengakali” proses yangsedianya demokratis menjadi semu demokratis untukkepentingan pribadi, golongan atau partai semata.

Reformasi politik dan kepartaian, lebih-lebih lagireformasi penegakan hukum jauh dari keberhasilan.Kezaliman politik dan arogansi partai-partai politik sangat

Page 126: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

120

Ismet Ahmad

terasa. Kasus “kursi haram” yang terungkap bulan Juni2011 dan bulan-bulan sebelumnya merupakan bukti takterbantahkan. Kursi-kursi haram yang diributkan terciptaoleh tangan-tangan Mafia Pemilu yang tidak peduli ajaranagamanya menyangkut haq dan bathil, yang mencuatkannama Andi Nurpati seorang Komisioner Komisi Pemiluyang kemudian menjadi salah satu petinggi PartaiDemokrat. Menanggapi carut-marut hasil Pemilu 2009 ini,Komisi II DPR-RI sampai-sampai harus membentuk PanitiaKerja Mafia Pemilu. Karena ini bentukan DPR RI yangadalah lembaga politik sudah alami akan dipengaruhi olehkepentingan para politisi yang tidak pula lepas daripengaruh partai-partai yang dominan.

Penegak hukum yang semestinya cepat tanggapmenangani berbagai masalah hukum yang berdampakburuk terhadap kepercayaan masyarakat pada legitimasidan kredibelitas pemerintah, ternyata tidak sepertiharapan. Salah satu dari banyak contoh kasus, adalahuntuk menangani laporan Mahkamah Konstitusi yangmelaporkan “dugaan” pemalsuan surat KPK oleh oknumKPU tersebut diatas yang nota bene sudah cukup terangbenderang.. Sementara itu mafia hukum berkeliaran, baikdi pusat negeri maupun di daerah-daerah, yang bersamapengadilan setempat seperti tidak mempunyai hati nuranimampu dengan kejamnya membuat “yang salah menjadibenar dan yang benar menjadi salah”. Berapa banyak or-ang-orang yang sesungguhnya tidak berdosa masuk seltahanan, dan berapa banyak orang-orang yang menurutpengamatan publik jelas melakukan pelanggaran hukum,namun lepas dari jerat hukum karena pasal-pasal hukumyang diplintir ataupun bukti hukum yang “diatur” olehpenuntutnya.

Uraian awal buku ini merujuk pada kemiskinan rakyatyang meluas dan ketidak adilan ekonomi. Ini merupakanmuara dari kemandegan reformasi yang tadinyadimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Page 127: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

121

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Selain masalah proses demokratisasi yang masihterpincang-pincang terkait sistem kepartaian danperpolitikan, penegahan hukum yang masih jauh dariterciptanya rasa keadilan, maraknya korupsi jugamerupakan hal yang sangat merisaukan. Penegakan hukumdalam pemberantasan korupsi hingga kini masih terasatebang pilih dan hasilnyapun masih jauh dari memuaskan.Hal ini membawa para aktivis yang dimotori oleh yangmenamakan diri Gornas (Gerakan Oposisi Nasional) danGMBI (Gerkan Masyarakat Bawah Indonesia)menyambangi isatana Nagara tanggal 1 Juli 2011. Merekasebagaimana ditulis Harian Rakyat Merdeka (2 Juli 2011,hal 7) membawa daftar masalah bangsa, diantaranyamasalah korupsi dan maslah hukum untuk mana Presidendianggap tidak tegas menanganinya.

10.2. Pembenahan Perpolitikan dan Pemilu.

Kenyataan yang dihadapi dewasa ini mengharuskanuntuk melakukan perubahan hal mendasar, yakni yangmenyangkut sistem perpolitikan dan sistem pemilihanumum. Kita telah diberikan tanah air yang, setidaknya padaperiode awal kemerdekaan, mengandung berbagaikekayaan alam yang besar. Hutan tropis yang lebat, lautyang kaya dengan ikan dan hasil laut lainnya, tanah yangmengandung minyak bumi, batubara, bijih besi, emas, intandan sebagainya. Kita diberi modal yang luar biasa besaruntuk dapat memakmurkan seluruh rakyat. Namunbagaimanapun sumberdaya yang begitu besar sematatentulah tidak menjamin tercapainya kemakmuran rakyatseperti yang dicita-citakan, hal mana terbukti dengan negarakita yang masih banyak rakyatnya terdampar padakemiskinan dan keterbelakangan. Sementara negara-negaramiskin sumberdaya alam seperti Jepang, Korea Selatan,Taiwan dan Singapura mampu mensejahterakan rakyatnya.

Pembangunan untuk mencapai kesejahteraan sosialmelalui kemakmuran dan keadilan berlandaskan moralitas

Page 128: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

122

Ismet Ahmad

di segala bidang sangat tergantung pada para kepalaeksekutif dan legislator yang pemilihannya dan kiprahnyasetelah terpilih sangat dipengaruhi oleh sistem kepartaiandan aturan pemilu. Merekalah yang menentukan tercapai-tidaknya peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhanekonomi, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.Merekalah yang harus mengimplementasikan prinsippersamaan dalam pembangunan ekonomi, pemberdayaanekonomi rakyat melalui keberpihakan dan tanggung jawabsosial seperti asuransi perlindungan kerja, perumahanrakyat, dan penyediaan fasilitas publik. Dan mereka jugayang harus mengarahkan kebijakan untuk dukung sektorriel untuk stabilitas makro regional, tersedianya APBDuntuk stimulus ekonomi, proaktif mendorong dunia usahakecil menengah (UKM), daya saing sektor berbasissumberdaya lokal dengan pembangunan berkelanjutan,pembangunan infrastruktur, dan pembangunan ekonomipedesaan.

Di sisi lain, semuanya ini hanya akan terwujudmanakala para konstituen dapat memanfaatkan pemilihanumum dengan memilih wakil-wakil rakyat yang baik, ditingkat pusat, di tingkat provinsi dan di tingkat kabupaten/kota. Wakil-wakil rakyat yang mempunyai kemampuanmemperjuangkan, yang mempunyai dedikasi danmepunyai kejujuran, bukan wakil-wakil rakyat yangmenghamburkan uang untuk mencapai kedudukan dansetelah berhasil menjadi wakil rakyat lalu menganut apayang kita sebut 4D: datang, duduk, diam dan duit.

Presiden, gubernur dan bupati/walikota yangmenghamburkan uang dalam Pilkada yang hingar-bingaruntuk memenangkan pemilihan, logikanya adalah orangyang tidak percaya diri, mempunyai sifat “penjudi”. Merekahampir pasti akan menguras sumberdana publik untukkepentingannya sendiri ataupun golongannya setelahmencapai kedudukan yang diinginkan.

Page 129: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

123

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Bilamana sebagian besar kita memilih wakil-wakilrakyat dan kepala eksekutif berdasarkan imbalan uangatau semacamnya tanpa memperhatikan tingkatkemampuan, tingkat dedikasi dan tingkat kejujurannyamaka jangan harap negeri kita, daerah kita akan membaik,malah akan mengalami kemunduran kualitas. Faktanyadari pemilu legislatif, Presiden dan kepala daerah, politikuang sebagaimana diuraikan di muka bukanlah rahasialagi. Para politisi memanfaatkan kemiskinan ekonomi danmoral rakyat serta kebodohan mereka untuk kepentinganpribadi dan kemenangan partai melalui politik uang.

Sejalan dengan politik uang tersebut maka sepertidisimpulkan oleh Diskusi Tentang Nahdlatul Ulama danMasa depan Politik Indonesia tanggal 17 Juni 2011, Indo-nesia saat ini mengalami politik “partokrasi” dimana politikhanya jadi mainan elit. Praktek politik pada hakekatnyahanya dikuasai para elit, terutama melalui partai politikyang berkuasa. Rakyat pemilih hanya diperlukan ketikapemilihan umum, setelah itu hanya tinggal jadi penonton.Kemiskinan materi rakyat dan ketidak-fahaman merekatentang arti penting hasil pemilihan dimanfaatkan olehpartai-partai untuk meraih kursi pada badan legislatifmaupun kedudukan kepala pemerintahan dengan uangtunai ataupun natura. Partai-partai lebih banyak concernedtentang bagaimana merebut kursi kekuasaan ketimbangbagaimana mensejahterakan rakyat. Akibatnya,kepentingan publik pun seringkali terabaikan (Kompas, 18Juni 2011). Sebagian dari mereka yang telah mendapatkedudukan tersebut merasa telah membeli dan membayarlunas suara rakyat sehingga menganggap tidaklah adakewajiban lagi untuk memperhatikan rakyat pemilihnya.

Partai-partai sedemikian berkuasa terhadap paraanggotan yang duduk di DPR RI maupun DPRD yangsemestinya mewakili para konstituen masing-masing.Wakil-wakil rakyat di DPR RI maupun DPRD hampir tidakpunya hak memilih opsi keputusan lembaga legislatif,

Page 130: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

124

Ismet Ahmad

karena harus mengambil sikap seragam sebagaimanadiinginkan elit partainya. Padahal, anggota DPR RImaupun DPRD adalah wakil-wakil rakyat yangsemestinya mengemban amanah pemilihnya. Namun takjarang mereka menghadapi pilihan apakah mengambilopsi yang menurut hati nuraninya tidak benar dan tidaksesuai dengan aspirasi masyarakat pemilihnya, ataukahberkeras memilih opsi yang menurutnya hati nuraninyabenar tapi terancam untuk dicopot dari lembaga terhormatyang untuk menjadi anggota telah mengorbankan tenaga,fikiran dan dana yang besar. Penggantian antar waktu(PAW), yang bermakna pencopotan seorang anggotalembaga bersangkutan dan pengantian dengan orang lain,merupakan “momok” bagi para anggota DPR RI danDPRD. PAW anggota legislatif nampaknya dapatdilakukan secara sepihak oleh partai dengan alasan “tidakloyal” atau “melanggar kebijakan” atau “melanggaranggaran dasar partai” yang pengertiannya sering abu-abu. Undang-undang ternyata tidak cukup melindungiseorang anggota DPR RI dan DPRD sebagai badan wakilrakyat untuk tidak tergelincir menjadi badan wakil partai..

Dalam situasi seperti digambarkan ini, demokrasi perludikembalikan pada semangat yang benar. Para pesertadiskusi tersebut meminta masyarakat umum serta yangberada di berbagai organisasi dan partai semestinyamemperjuangkan kembalinya semangat dimaksud.Namun, gerakan akan tidak bisa jalan dan berhasilmanakala para pemimpin, terutama pemegang tampukkekuasaan tidak serius untuk melakukannya. Keraguanterhadap hal ini semakin mengemuka dalam erapemerintahan SBY, khusunya pada periode kedua.

Mafia hukum, Mafia Pemilu, Mafia Pajak dan banyakmafia lain bergentayangan di negeri ini, sebagai diberikancontoh-contohnya di bagian depan. Kaum mafia ini, sebagaiditegaskan dalam tajuk rencana Kompas tanggal 18 Juni2011, hanya dapat bergerak leluasa bilamana sistem

Page 131: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

125

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

hukum, pemerintahan dan kepemimpinan negara lemah,serta masyarakat kehilangan orientasi nilai yangmengagungkan kebaikan, mengutamakan kejujuran, dankeshalehan sosial.

10.3. Melanjutkan Desentralisasi

Jika dipelajari sejarah desentralisasi-sentralisasi diIndonesia, maka akan menunjuk pada kolonialisme HindiaBelanda yang pertama kali yang membawa konsepnya.Tahun 1822, hampir 19 dekade yang lalu, dapat dicatatsebagai tahun bermulanya konsep desntralisasi ini,sebagaimana telah dikeluarkannya Regelement op het Beleidder Regering van Nederlandsch Indie. Peraturan ini menurutAde Sueriani menegaskan bahwa di Hindia Belanda tidakdikenal adanya desentralisasi karena sistem yangdigunakan waktu itu adalah sentralisasi (http://hukum.compasiana.com/, 28/06/2010). Namundisamping sentralisasi, dikenal juga apa yang dinamakandekonsentrasi yaitu adanya wilayah-wilayah administrasiyang diatur secara hierarkis mulai Gewest (residentie), Afdeling,District, dan Onderdistrict.

Selanjutnya sejalan dengan perubahan perpolitikandi negeri Belanda pada masa itu, sistem ini pun mengalamirevisi. Pada tahun 1903 pemerintah Belanda melaluistaatsblaad 1903/326 menetapkan suatu WethoudendeDecentralisatie van her Bertuur in Nederlandsch Indie yangdapat disebut sebagai undang-undang desentralisasi.Dengan adanya peraturan ini dimungkinkan adanya daerahotonom (gewest) yang memiliki kewenangan menguruskeuangan sendiri. Ketentuan ini kemudian dipertegas lagimelalui Decentralisatie Besluit dan Locale Redenor-denantie yang dikeluarkan tahun 1905.

Proses perkembangan sistem desentralisasi saat itu,yang dimulai sejak tahun 1903 (vide Desentralisatie Wet 1903)terdorong oleh adanya kebutuhan sebagai akibat mulaimasuknya modal swasta ke Hindia Belanda sejalan dengan

Page 132: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

126

Ismet Ahmad

masuknya paham liberalisme sejak tahun 1870.Pengambilan keputusan yang masih sentralistis padawaktu itu menyebabkan beban pejabat-pejabat pemerintahpusat makin lama makin bertambah berat dengan makinbanyaknya masalah yang menyangkut pelayananmasyarakat yang harus diatur dan dilaksanakan olehpemerintah. Akibatnya, pengambilan keputusan sangatlambat karena banyaknya masalah yang harus diputuskanoleh pusat. Selain itu, karena Hindia Belanda begitu luasyang mengandung faktor jarak yang terlalu jauh, sehinggasering keputusan yang diambil tidak sesuai keinginan dantidak tepat waktu. Dengan begitu luasnya wilayah danberagamnya permasalahan tentulah para pejabat pusattidak mampu untuk cukup memahami permasalahan secarakeseluruhan wilayah per wilayah.

Begitu kemudian Jepang masuk ke Hindia Belandapada tahun 1942, konsep desentralisasi yang sudahdibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda ini tidak dipakailagi. Pemerintah pendudukan Jepang menerapkan sistemsentralisasi penuh dengan kekuasaan militer sebagaisentralnya.

Pada paruh kedua abad XX kesadaran baru mulaiberkembang di kalangan penyelenggara pemerintahanbahwa masyarakat merupakan pilar utama dan pentingyang harus dilibatkan dalam berbagai proyekpembangunan bangsanya. Itulah mengapa Bowman danHampton pada tahun 1983 (http://www.averroespress.net/, 24/07/2011) menyatakan bahwa tidak ada satupunpemerintah dari suatu negara dengan wilayah yang sangatluas dapat menentukan kebijakan secara efektif ataupundapat melaksanakan kebijakan dan program-programnyasecara efisien melalui sistem sentralisasi. Dengan demikian,urgensi pelimpahan kebutuhan atau penyerahan sebagiankewenangan pemerintah pusat, baik dalam konteks politismaupun secara administratif, kepada organisasi atau unitdi luar pemerintah pusat menjadi hal yang sangat penting

Page 133: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

127

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

untuk menggerakkan dinamika pemerintahan danpembangunan.

Salah satu tuntutan reformasi tahun 1998 adalahmenyangkut diberikannya otonomi kepada daerah-daerah.Daerah-daerah ingin diberikan hak untuk mengelolapemerintahan dan pembangunan beserta pendanaannya.Ini berarti perlu dilakukan proses desentralisasi secarapenuh. Untuk memenuhi hal itu, dilakukan prosesdesentralisasi pasca Orde Baru menuju pemberianotonomi, yang boleh dikatakan mewujud dengan U.U.no.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerahmenggantikan U.U. no. 5 Tahun 1974 yang 20 baru mulaidicobakan di satu kabupaten tiap provinsi. Untukmengatur hal-hal yang berhubungan dengan aspekkeuangan diterbitkan U.U. no. 25 Tahun 1999 tentangHubungan Keuangan Pusat dan Daerah. Dengan duaundang-undang ini isu desentralisasi dan otonomi daerahterus bergulir yang menyangkut penyerahan kewenangankepada daerah, pemekaran wilayah, pemilihan kepaladaerah hingga pembagian keuangan antara pusat dandaerah.

Dinamika otonomi daerah terus berlanjut sehinggadiperlukan aturan yang dianggap lebih mampu mewadahiberbagai isu yang berkembang. Setelah berjalan sekitar 5tahun U.U. no.22 Tahun 1999 direvisi atau diganti denganU.U. no.32 Tahun 2004 dan U.U. no.25 Tahun 1999 digantidengan U.U. no. 33 Tahun 2004. Penggantian ini merupakan penyempurnaan dalam rangka menyesuaikandengan keadaan, ketatanegaraan dan tuntutanpenyelenggaraan otonomi daerah. Secara garis besarpenyempurnaan tersebut didasarkan untuk penyesuaianketentuan di dalam U.U. no. 22 Tahun 1999 terhadap UUD1945, Ketetapan dan Keputusan MPR serta penyerasian danpenyelarasan dengan undang­-undang bidang politik danundang-undang lainnya. Di samping itu juga melakukanpenyempurnaan terhadap ketentuan di dalam UU No. 22

Page 134: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

128

Ismet Ahmad

Tahun 1999 yang menimbulkan permasalahan,menyebabkan penafsiran ganda dan belum lengkap.Sebagamana undang-undang sebelumnya, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 ini tetap menganut“keanekaragaman dalam kesatuan” yang berarti mengakuiadanya perbedaan antar daerah sepanjang dalam kerangkaNegara kesatuan. Namun benarkah ini lebih mengakuiperbedaan antar daerah? Ini masih subject to discussion .

Dalam pembagian satuan pemerintahan, U.U. no. 32Tahun 2004 menggunakan besaran dan isi otonomi denganmenekankan pada pembagian urusan yangberkesinambungan, asas eksternalitas, akuntabilitas danefisiensi. Selanjutnya tentang asas penyelenggaraanpemerintahan daerah, U.U. no 32 Tahun 2004 menganutasas desentralisasi diatur berkesinambungan antara daerahprovinsi, kabupaten/kota, dekonsentrasi terbatas padakabupaten/kota dan luas pada provinsi. Tugas pembantuanyang berimbang diberikan pada semua tingkatanpemerintahan.

Dalam hal model organisasi, U.U. no 32 Tahun 2004menggunakan model perpaduan antara local democraticmodel dengan structural efficiency model. Model pertamamenekankan pengakuan akan hak-hak masyarakat adat/lokal dan kewenangan perwakilan rakyat daerah, sedangmodel kedua lebih menekankan pada penyeragaman demiefiisiensi. Sehubungan dengan itu dalam U.U. no 32 Tahun2004 adalah tidak lagi ada kewenangan terlalu besar padalembaga legislatif seperti pada U.U. no 22 Tahun 1999, tetapilebih menggunakan prinsip checks and balance antaraPemerintah Daerah dengan DPRD. Tetapi formulasinyadiakui atau tidak diakui mengesankan kembali memberipeluang dominasi eksekutif yang antara lain terlihat dalampengaturan tentang Kepala Daerah yang ditempatkan didepan pengaturan tentang DPRD. Selain daripada itu,undang-undang ini dikritisi sebagai pengingkaran terhadapkeberadaan masyarakat adat yang sebenarnya diakui dalam

Page 135: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

129

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

UUD 1945 sebagai tertera pada pasal 18B. MasyarakatNagari di Sumatera Barat, kampong di Kalimantan danbentuk-bentuk local lainnya jadi ambruk demi kepentingansistem pemerintahan desa yang dipaksakan.

Gambar 5. Gedung tempat penggodogan undang-undang.

Selanjutnya jika diperhatikan, U.U. no 32 Tahun 2004terlampau banyak mengatur tentang pemilihan kepaladaerah sehingga hal-hal esensial lainya malah sepertiterabaikan. Pemilihan kepala Daerah dan Wakil Kepaladaerah diatur pada Bab IV Bagian VIII yang terdiri dari 63pasal atau hampir 25 % dari keseluruhan isi Undang-undang. Sebuah undang-undang semestinya hanyamengatur hal-hal pokok saja, sedangkan pengaturanteknisnya diatur lebih lanjut dalam peraturan teknis lainnya,seperti peraturan pemerintah. Alasannya adalah agarpembuatan peraturan teknis dibawah undang-undangtersebut tidak mengalami pemutar-balikan.

Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraanpemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan tetapmemperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah sertamemperhatikan pula hal-hal menyangkut hubungan antarsusunan pemerintahan pusat dan antar pemerintahan

Page 136: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

130

Ismet Ahmad

daerah. Untuk pengembangan potensi dankeanekaragaman daerah, peluang dan tantanganpersaingan global perlu diberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dankewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalamkesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negarasecara menyeluruh

Dalam penetapan pemekaran wilayah, prinsip efisiensidan efektivitas ini nampaknya tidak mendapat perhatianyang semestinya karena lebih banyak didasarkan padapemenuhan tujuan politik pribadi agar dapat jabatan dangolongan agar dapat kekuasaan. Walaupun aturan yangada dikatakan sudah mempertimbangkan berbagai aspekdalam rangka mengantisipasinya, beberapa persoalankemudian mengemuka dalam masalah pemekaran wilayah.Banyak daerah kabupaten/kota yang berpenduduk terlalusangat tidak memadai, bahkan tak sedikit berada di bawah100.000 jiwa, dengan sumberdaya alam yang terbatas pula,sehingga jauh dari layak untuk berotonomi dengan strukturkepemerintahan yang gemuk. Padahal, untuk dapatbertumbuh secara berkesinambungan jumlah penduduksemestinya 600.000 ke atas dengan sumberdaya alam danbuatan yang memadai. Tidak sedikit daerah kabupaten/kota yang PADnya (pendapatan asli daerahnya) hanyamampu membiaya sebagian kecil dari anggaran rutin.Sebagian besar anggaran rutin mereka plus seluruhanggaran pembangunannya berasal dari DAU, DAK, andAPBN.

Sebagaimana dinyatakan Presiden SBY pada 23Agustus 2006 sejak diberlakukannya U.U. no 22 Tahun 1999hingga berlakunya U.U. no 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan daerah, telah terbentuk 7 provinsi, 114kabupaten dan 27 kota sebagai daerah pemekaran.Meskipun pemekaran itu berangkat dari aspirasi secarasepintas merupakan langkah baik, terutama dilihat darikeinginan untuk mendekatkan pembangunan dan

Page 137: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

131

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

pelayanan kepada publik, namun dari berbagai evaluasiyang dilakukan, terlihat bahwa sebagian besar dari daerah-daerah pemekaran itu belum mampu mewujudkankeinginan itu yang berbuah kepada pembangunan yanglebih baik. Bahkan kenyataannya justru sebaliknya,pembangunan jadi lebih tidak efisien dan kurang efektif,sehingga perkembangan daerahpun jadi melambat.

Pemekaran wilayah yang berarti pembentukandaerah otonom baru, otomatis menambah beban keuangannegara dan keuangan daerah. Jumlah kepala daerah,wakil kepala daerah, anggota DPRD, kepala dinas, wakilkepala dinas dan pejabat daerah lainnya yang memerlukantunjangan jabatan, gaji baru dan fasilitas kerja, sudahbarang tentu memerlukan tambahan anggaran belanja.Dengan memperhatikan semua ini, tak dapat dipungkiriperlunya untuk melakukan penataan kembali ketentuanmenyangkut pemekaran wilayah. Merespon ini pemerintahpada tahun 2011 ini menunda pengajuan RUU inisiatifpemekaran wilayah, sambil menunggu penyelesaianpenyusunan peraturan pemerintahan tentang pemekarandan penggabungan wilayah yang lebih komprehensif.

Page 138: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

132

Ismet Ahmad

Page 139: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

133

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

11.1. Mendongkrak Anggaran.

Pemerintah memberikan alasan optimismepetumbuham ekonomi dengan menunjuk padaperkembangan yang terjadi dalam hal penerimaan negara,investasi swasta dan beban utang. Untuk anggaran tahun2010 yang lalu, Indonesia mencatat rekor penerimaannegara yang mencapai Rp 1.014,0-triliun, untuk 2011 sebesarRp 1.169,9-triliun dan tahun 2012 direncanakan Rp1.292,9-triliun (Tabel 11.1). Namun demikian, anggaranbelanja ditetapkan sebesar Rp 1.053,5-triliun tahun 2010,Rp 1.320,8-triliun tahun 2011 dan 1.418,5-triliun tahun2012, sehingga defisit sebesar Rp 39,5-triliun tahun 2010,Rp 150,9-triliun tahun 2011, dan Rp 125,6-triliun tahun2012. Situasi ini lagi-lagi memaksa pemerintah melakukanpenarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp 54,8-triliuntahun 2010, Rp 56,2-triliun tahun 2011, dan Rp 56,0-triliuntahun 2012, dan cicilan pokok utang yang harus dibayarmasing-masing sebesar Rp 50,6-triliun, Rp 47,2-triliun, danRp 47,3-triliun.

Bab XIBERSUSAH-PAYAH MEMBANGUN

NEGERI

Page 140: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

134

Ismet Ahmad

Tabel 11.1. Anggaran penerimaan dan belanjanegara, murni dan perubahan, tahun 2008 hingga 2011

dan rencana 2012 (dalam Rp triliun).

Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Anggaran 2012disampaikan di Sidang DPR, 16 Agustus 2011.

Defisit anggaran berlanjut yang secara nominal makinmembesar hingga mencapai Rp 150,9-triliun tahun 2011 danpemerintah melakukan penarikan pinjaman luar negeri dandomestik sebesar Rp 127,0-triliun. Pembayaran cicilanpokok utang menjadi sebesar Rp 59,54-triliun pada tahun2011, namun bunga utang membengkak dari Rp 88,3-triliuntahun 2010 menjadi Rp 115,2-triliun tahun 2011, tahundimana pinjaman domestik meningkat.

Dilihat dari beberapa tahun terakhir ini, pertumbuhaninvestasi swasta (private investment) meningkat tajamsebesar 12,7% tahun 2009 namun menurun (6,3%) tahun2010. Diharapkan untuk tahun 2011 ini investasi tersebutdapat bertumbuh kembali (rebound), setelah menuruntahun 2010. Smentara itu, proporsi beban utang terhadapPDB sedikit menurun dari 2,88% tahun 2009 menjadisekitar 2,35% tahun 2010 dan diharapkan menurun lagipada tahun 2011.

Berdasarkan perkembangan prospek penerimaannegara, investasi swasta dan beban utang ini maka BankIndonesia memproyeksikan pertumbuhan investasi yangcukup timggi untuk tahun 2010 dipatok 7% dan untuk2011 sebesar antara 9,8% hingga 11,6%. Namun mengingat

Page 141: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

135

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

perkembangan perekonomian dunia yang tidak kondusif,terutama berupa lonjakan harga minyak bumi yang dapatmembawa peningkatan inflasi di tanah air, proyeksi ininampaknya terlalu optimistik.

Beban utang walaupun mengalami pengurangannilainya masih memprihatinkan, hal mana menghambatpeningkatan anggaran belanja yang berarti menghambatekspansi ekonomi. Total utang pemerintah pertengahantahun 2010 adalah sebesar Rp 1.627-triliun, terdiri dari Rp737-triliun dalam valuta asing dan Rp 810-triliun dalamrupiah. Pembayaran cicilan dan bunga pinjaman luar negeripemerintah masih sangat membebani anggaran belanjanasional, sehingga investasi publik tidak dapat begitumeningkat untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Tahun anggaran 2009 harus disediakan dalam anggaranbelanja rutin pemerintah, dana sebesar Rp 161,81-triliunterdiri dari Rp 68,03-triliun cicilan pokok utang plus Rp93,78-triliun bunga, menurun menjadi Rp 59,13-triliundan Rp 88,47-triliun tahun 2010 dan kemudian naik lagimenjadi Rp Rp 59,54-triliun dan Rp 115,21-triliun tahun2011.

Efektivitas belanja pemerintah sebagai instrumen fiskaljuga dihambat oleh besarnya belanja rutin, khususnyabelanja pegawai. Otonomi daerah yang salah kaprah dankebablasan, khususnya dalam rekrutmen pegawai,menyebabkan membengkaknya belanja pegawai daerahselama ini. Pada tahun 2010 porsi belanja daerah untukpegawai negeri mencapai 44,76% dari total belanja daerah(Citra Listiani, Republika 5 Juli 2011). Daerah-daerah yangpaling boros belanja pegawai, yang di atas 70%, adalahkabupaten-kabupaten Karanganyar, Simalungun, Agam,Bantul, Kulon Progo, Kuningan, terus Padangsidempuan,Pemalang, Tasikmalaya, Purworejo, Klaten dan Sragen.

Kementrian Dalam Negeri menyalahkan pemerintahdaerah yang tidak mampu mengendalikan peningkatanpegawai negeri daerah yang mengakibatkan peningkatan

Page 142: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

136

Ismet Ahmad

belanja pegawai dari sekitar 37% tahun 2006 menjadi44,76% total belanja daerah tahun 2010 itu. Padahal perlujuga dilihat apa yang terjadi di tingkat pemerintah pusatyang masih terlalu besar mengingat urusan sudah sebagianbesar dilimpahkan ke daerah-daerah. Di tingkat pusat,lembaga pemerintahan sangat berlebihan jumlahnya.Dilaporkan oleh Litbang Kompas yang mengolahnya daridata Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi, bahwa jumlah lembaga pemerintahansaat ini, selain dari 34 kementrian ada 116 unit lebih,lermasuk 88 unit lembaga pemerintah non-struktural dan28 lembaga yang berbentuk tim dan satuan tugas yangdibentuk Presiden.

Jumlah pegawai yang terlalu besar selain membatasianggaran untuk pembangunan, juga menyebabkan tidakefisiennya pemerintahan. Sehubungan dengan itu, perludiingat bahwa pemerintahan yang tidak efisien akanmengakibatkan sektor swasta juga menjadi tidak efisien,karena pengurusan pelayanan pemerintah jadi mahal. Danbilamana sektor publik dan sektor swasta keduanya tidakefisien maka berarti sistim ekonomi nasional tidak efisiensehingga tidak akan mampu bersaing di kancahantarbangsa.

11.2. Mendorong Gerak-maju Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi nasional dalam periodepemerintahan terahir ini merangkak naik, dari 5,70 % tahun2004 di penghujung pemerintahan Megawati, menjadi 5,5% tahun 2006 dan 6,35 % tahun 2007, kemudian mengalamipenurunan ke 6,01% tahun 2008 dan 4,55% tahun 2009 diera pemerintahan SBY-JK. Menurunnya pertumbuhan padatahun 2008 dan 2009 sehubungan dengan kenaikan hargaBBM internasional yang membebani anggaran Negara. Padatahun 2010 di awal pemerintahan SBY-Boediono, menaikkembali ke 5,83%, dan diharapkan pertumbuhan itu terusmenaik menjadi 6,50% tahun 2011 (Tabel11.2). Seterusnya

Page 143: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

137

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

dalam RAPBN 2012, pemerintah memasang targetpertumbuhan ekonomi sebesar 6,70%.

Tabel 11.2. Pencapaian ekonomi makro Indonesia,2006-2011

Sumber: Himbara (2011) dan Biro Pusat Statistik danBank Indonesia (*angka proyeksi)

Komponen produk domestik bruto (PDB) yang terbesartingkat pertumbuhannya adalah konsumsi pemerintah danekspor-impor barang dan jasa. Komponen ekspor barangdidominasi oleh komoditi primer berupa hasil tambang,hasil hutan dan barang mentah hasil pertanian, tidak olehproduk industri pengolahan. Konsumsi pemerintah yangtinggi terkait dengan penanggulangan berbagai bencanayang kerap terjadi beberapa tahun terakhir ini danmembiayai upaya penertiban pemerintahan. Denganbanyaknya kesulitan yang dialami, musibah alam, inflasidan kesempatan kerja yang terbatas, maka konsumsiswasta dan permintaan domestik relatif kurang bertumbuh.

Sektor ekonomi yang berkembang relatif cepat adalahpengangkutan & komunikasi, listrik, gas & air bersih danbangunan, walaupun bangunan melambat pada tahunterakhir. Pertambangan & galian serta sektor pertanianmempunyai angka pertumbuhan yang paling kecil tahun2007 dan 2008, mengalami peningkatan tahun 2009 dan2010. Hal ini mungkin sekali terkait dengan turun-nakinyapermintaan luar negeri dan turun-naiknya harga pasarinternasional. Sementara itu pertanian juga relatif kecilangka pertumbuhannya, yakni sebesar 3,47% tahun 2007,naik jadi 4,83% tahun 2008, dan turun kembali menjadi4,13% tahun 2009 dan 3,04% tahun 2010. Proyeksi

Page 144: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

138

Ismet Ahmad

pertumbuhannya untuk tahun 2011 menurut pemerintahadalah moderat.

Laju inflasi dalam periode 2006 ke 2010 berada padasatu digit, kecuali tahun 2009 terkait kenaikan harga BBM.Tahun 2011 diperkirakan inflasi sekitar 6,16%. Ekspor danimpor mengalami kenaikan kecuali tahun 2009, namunkenaikan impor lebih tajam sehingga surplus perdagangansemakin mengecil dala periode ini. Cadangan devisa bolehdikatakan terus meningkat, dari US$ 42,59-milyar tahun2006 dan diperkirakan menjadi US$ 113,81-milyar tahun2011. Kegalauan dialami sehubungan dengan banyaknyadana investasi asing bertenor jangka pendek sehinggabersifat spekulatif dan dapat mengganggu stabilitas nilaitukar. Dalam pertemuan BI dengan DPR RI medio 2011disepakati untuk mensyaratkan tenor jangka menengah danjangka panjang bilamana mengeluarkan obligasi agar danaasing tidak lagi spekulatif.

Kenaikan harga minyak bumi di pasar mancanegaraberdampak kepada membesarnya kebutuhan subsidi jikaharga domestik tetap dipertahankan. Dengan terusmenaiknya harga minyak impor tersebut maka bebansubsidi dapat membahayakan anggaran sehinggamenguranginya dengan konsekwensi meningkatkan hargajual dalam negeri. Dalam masa pemerintahan SBY-JKsebagai diungkapkan di depan, terjadi kenaikan 2 kali hargaBBM, yakni pada 1 Oktober 2007 dan 24 Mei 2008. Kenaikanharga BBM ini menyebabkan kenaikan biaya transportasidan biaya produksi yang pada giliranya mendorongpeningkatan inflasi. Dalam pemerintahan SBY-Boedionobeberapa kali diisukan akan ada kenaikan harga BBM untukmengurangi subsidi, namun hingga menjelang danseminggu sesudah ‘iedul fitri, awal September 2011, urungdilakukan mengingat dapatnya terjadi kemungkinan burukberupa lonjakan harga-harga di tengah kesukaran hidupmasyarakat umum.

Page 145: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

139

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Pertumbuhan ekonomi sangat erat korelasinya denganperkembangan kesempatan kerja, yang berarti juga denganpengurangan pengangguran. Jumlah pengangguranterbuka di Indonesia sebagai diungkap di Bab I untuktahun 2009 tercatat 8,96 juta orang (7,87%) dan menurunmenjadi 8,32-juta orang (7,14%) pada tahun 2010. Denganpertumbuhan yang direncanakan 6,50% tahun 2011 dan6,70% untuk 2012, angka pengangguran diperkirakan akanada penurunan lagi.

Banyaknya jumlah penganggur terbuka dan setengahpenganggur berkorelasi erat dengan ketidak-merataanpendapatan (income inequality). Tingkat ketidak-merataanini biasa diukur dengan Gini ratio. BPS menggunakan datapengeluaran melaporkan ratio 0,36 untuk 2009 sedang 2005sebesar 0,34, yang berarti ada peningkatan kesenjangan.Penghitungan Gini ratio menggunakan data pendapatandipastikan lebih tinggi lagi. Program-program pemerintahyang diarahkan kepada yang labor intensive dan yangmelibatkan golongan masyarakat berpendapatan rendahtentunya akan dapat memperbaiki pemerataan pendapatan

11.3. Reorientasi Kebijakan Strategis

Orientasi politik pembangunan ekonomi yangdijelaskan Pemerintah di depan Rapat Pleno DPR RI secarakonsep umum cukup meyakinkan. Namun praktek danoperasional para birokrat masih buruk dimana korupsi danpenyalah-gunaan wewenang belum begitu nyataperbaikannya hampir di semua tingkatan pemerintahan,dari desa hingga pusat, di semua tingkatan dan bagianlembaga eksekutif, di lembaga legislatif dan lembagayudikatif. Setidaknya di awal era SBY-JK, praktek buruktersebut nampaknya mulai berkurang karena gencarnyaupaya pemberantasan oleh pemerintah, sehingga sejumlahpejabat tinggi negara — gubernur, bupati, polisi, jaksa, dananggota DPR-RI — sudah berhasil dipenjarakan. Namunsetelah terungkap kasus Bank Century dalam periode SBY-

Page 146: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

140

Ismet Ahmad

Boediono yang tidak ada penyelesaian terhadap “topdecission makers” dan hanya yang di lapisan bawah sajayang ditindak, maka mulai lagi hilang kepercayaanterhadap keseriusan Pemerintah memberantas korupsi.Padahal kepercayaan rakyat terhadap pemerintahnyasangat penting bagi gerak maju pembangunan.

Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat sangatpenting untuk mencapai sasaran pertumbuhan yangtinggi. Namun kenyataannya, sejak era Orde Baru, fun-damental ekonomi dimaksud dinilai banyak fihak masihlemah. Pendapat ini dipandang dari fakta indikatorberupa: (a) tidak berkembangnya UKM; (b) sektor jasatidak memiliki basis industri yang kuat; (c) pengembanganekonomi sangat berfihak pada pengusaha besar sektor jasadan industri, sementara sektor pertanian terabaikan; (d)pembangunan ekonomi tidak dimulai dari ekonomiberbasis sumerdaya domestik (domestic resources); (e) fun-damental pembangunan industri tidak berorientasipadasumberdaya domestik; dan (f) sektor jasa tidakseimbang dengan pembangunan industri sehingga tidakmemiliki landasan yang kuat.

Sesuai dengan fakta-fakta tersebut, E.Gumbira-Saiddan Harizt Intan (1998) menyarankan reorientasipembangunan ekonomi ke arah pengembangan sektorberbasis keunggulan sumberdaya domestik dan berakarekonomi rakyat. Selain itu, Henri Saparini pada pertemuandengan Komisi XI DPR RI pada 12 September 2011 dalampembahasan RAPBN 2012 menyarankan untuk fokus padaanggaran menggerakkan sektor riel berbasis keunggulankomparatif sumberdaya domestik dan berakar padaekonomi rakyat. Sektor-sektor dengan fondasi dan akaryang kuat akan dapat diharapkan untuk bertumbuh secaraalamiah.

Pada saat ini negara-negara seperti Indonesiadipermainkan oleh ulah pemilik kapital yang menguasaiasset strategis minyak bumi mancanegara, baik pada tataran

Page 147: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

141

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

kepemilikan sumberdaya maupun pada tingkatanpengolahan dan distribusinya. Situasi seperti ini dapatdianggap sebagai bentuk “penjajahan ekonomi”. Sistemregulasi yang bertanggung jawab, oleh kelompok negara-negara sedang berkembang pemakai minyak bumi,diperlukan untuk menangkal kelanjutan proses penjajahanekonomi semacam ini.

Keteledoran Bank Indonesia telah menimbulkanpermasalahan besar berupa malapetaka BLBI tahun 1997,skandal Bank Century tahun 2008, dan kasus debt collectorCitibank berbuntut kematian nasabahnya tahun 2011. Masihbanyak lagi kasus-kasus perbankan yang luput daripengetahuan publik karena tidak heboh lalu tidak mencuatdi media massa. Semua ini membuktikan bahwa “prudensi”Bank Indonesia dan koordinasinya dengan instansipemerintah terkait masih jauh dari memuaskan.Pengawasan perbankan yang berkait dengan pengawasanlembaga keuangan non-bank tidak efektif selama ini untukmenangkal kejadian-kejadian yang merugikan Negara dan/atau nasabah. Salah satu dasar pemikiran perlunya adalembaga otoritas jasa keuangan (OJK) yang diharapkandapat mengatasi permasalahan pengawasan perbankan danlembaga keuangan non-bank.

Kelemahan-kelemahan politik pembangunan sehinggaIndonesia jatuh ke jurang keruntuhan ekonomi sejakpertengahan 1997, baik di bidang moneter, bidang fiskalmaupun kelembagaan, telah hampir satu dekade yang laludisimak oleh Syaifoel Choeryanto (2002), antara lain sebagaidisimpulkan di bagian depan. Berdasarkan hasilpenyimakan itu, ia mengemukakan pelunya perubahanmendasar cara berfikir dan berprilaku sedemikian rupasehingga terjadi pembaharuan ekonomi dan politik untukkemakmuran dan kesejahteraan bersama di negeri ini.Dengan kata lain, janganlah lagi para penguasa,parapengusaha dan segmen masyarakat bangsa lainnya berfikirdan berprilaku hanya mengejar kepentingan jangka pendek

Page 148: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

142

Ismet Ahmad

individu dan golongan dengan melupakan kepentinganbersama jangka panjang. Kepentingan bersama jangkapanjang haruslah dikedepankan sebagaimana telahditunjukkan oleh para pejuang sejati kemerdekaan.

Dalam upaya menarik para calon pemilih dalampemilihan Presiden tahun 2009, para kandidat menanggapipermasalahan ekonomi bangsa yang terkepung globalisasineoliberalisme dengan agenda yang berbeda-beda. JK-Wiranto memilih tujuan perbaikan dan percepatan sektorriel, yang untuk itu mereka menjanjikan akan memperbaikikelambanan birokrasi pemerintah, menurunkan sukubunga, dan memperbaiki prasarana ekonomi. SBY-Boediono dengan penekanan pada stabilitas makro ekonomidan pengendalian inflasi. Mega-Prabowo memilih suatuekonomi demokratis melalui perluasan lahan pertanianmemaksimumkan sektor perikanan dan kelautan, danpemberdayaan pasar tradisional.

Dalam era Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2, 2009-2014,dimana kali ini Presiden SBY berpasangan denganBoediono, secara teori tentunya harus lebih mumpunidibanding pemerintahan sebelumnya. Boediono dikenalsebagai ekonom handal secara akademis danberpengalaman dalam mengelola negara dan bangsa ini, dipenghujung tahun 2009 mengumumkan 3 ikon penting,yakni kesejahteraan, keadilan dan demokrasi, sebagaitujuan yang harus diwujudkan dalam kehidupanberbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Namun untukmeraih harapan yang demikian, ditulis oleh Suara Rakyat(http://www.facebook.com/ 3/01/ 2010) bahwa “modusoperandi” yang digunakan tidak terlampau jauh berbedadengan pemerintahan sebelumnya, dan tentunya rakyatmengharapkan agar tidak sekedar bermain dengan kataatau kalimat semata untuk memberi harapan. Pemerintahsendiri harus membuktikan kepada bangsa ini bahwa kitamampu mengelola negeri ini dengan cerdas, agarketertinggalan, kebodohan dan kemiskinan, dapat

Page 149: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

143

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

dientaskan. Melalui pola pertumbuhan yang berkualitaskita ingin mengganti ketertinggalan, kebodohan dankemiskinan menjadi kecerdasan, kemajuan dankesejahteraan.

Prospektif pembangunan ekonomi selain ditentukanmutu politik pembangunannya sendiri, tidak terlepas darikondisi sosial budaya, yang selama ini perkembangannyasangat tidak kondusif bagi pembangunan di Indonesia.Bangsa ini mengidap karakter buruk seperti yangdikemukakan Gde Raka pada diskusi “Revitaslisasi Nilai-nilai Kejuangan untuk Bangsa Indonesia” di Bandung 21Juni 2008 (diberitakan Kompas, 22 Juni 2008) berupaperilaku munafik, keras dan beringas, peminta-minta,korup, individualis, dan bahkan anasionalis. Perilakukorupsi dan keterpurukan ekonomi, belum banyakperbaikan walaupun upaya mengatasi dilakukan dengangencar, khususnya oleh pemerintahan SBY-JK. Karakterbangsa yang buruk ini kemudian ditegaskan oleh M.T. Zenpada forum diskusi tersebut sebagai penyebab pudarnyasemangat dan nilai juang. Padahal hanya dengan semangatdan nilai juang yang tinggi bangsa ini dapat keluar dariketerpurukan yang sekarang masih kita dihadapi.

Semangat dan nilai juang bangsa Jerman yang dilandasinasionalisme yang kuat patut menjadi teladan. Dalamsituasi krisis Eropah, dengan semangat kebersamaan,perekonomian Jerman mampu bertahan. Bulan Agustus2011 angka pengangguran tercatat paling rendah dalam 2dekade terakhir, dan pesanan mesin-mesin yang diproduksijustru meningkat 9% dibanding tahun sebelumnya (BrianBlackstone and Marcus Walker, September 2011). Ketahananekonomi ini adalah berkat adanya sistim dimana pengusahadan pekerja bersepakat untuk flexible dalam hal tingkat upahdan jam kerja merespon anjlognya permintaan manakalaterjadi. Pada tahun 2008 dan 2009 sistim ini memungkinkanfabrik-fabrik tetap beroperasi dan pekerja tetap padapekerjaannya hingga ada perbaikan keadaan.

Page 150: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

144

Ismet Ahmad

Indonesia, sebagaimana disinyalir budayawan SainiM (2008), kehilangan tumpuan untuk bertindak — dalamsoal hukum negeri ini seperti tak punya arah mau apa,dan kekayaan negara dijual atau digadaikan. Untukmemperbaiki keadaan yang merawankan ini perludibangun dan dikembangkan kreativitas masyarakat yangmau tak mau terkait dengan kesejahteraan dan kekenyalanbangsa ketika menghadapi persoalan. Sejarah telahmembuktikan bahwa hanya bangsa yang kreatif yang akanbertahan dan kukuh berdiri di kancah percaturan bangsa-bangsa, lebih-lebih dalam era globalisasi. Kreatif dalammencari solusi permasalahan individu bagi warganegara,kreatif dalam mencari solusi permasalahan masyarakat danbangsa bagi para pemimpin.

Reorientasi cara pandang pemerintah terhadap warganegara harus dilakukan. Warga negara haruslah benar-benar dipandang sebagai aset negara. Mereka tidak bolehhanya dijadikan objek pembangunan semata. Semua harusmendapat perlindungan dari negara sesuai denganUndang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Semuaharus diperlakukan secara adil dihadapan hukum, sosial,politik dan ekonomi. Oleh karenanya, sistem hukum danpara penegaknya harus ditertibkan secara keras agar hukumtidak berfihak hanya kepada warga kaya dan pemegangkekuasaan saja. Sistem sosial perlu mendapat perbaikanmelalui pendidikan keagamaan dan pengembangan pranatasosial. Hak dan kewajiban politik setiap warga negara harusmendapat perhatian dan pembinaan agar setiap wargadapat menggunakannya secara benar menuju demokratisasiyang sehat. Dan akhirnya menyangkut keadilan di bidangekonomi, pemerintah harus mampu merancang dan melaksanakan secara berhasil pertumbuhan ekonomi yangberkeadilan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisanmasyarakat.

Terkait sampai dimana pemerintah memandang warganegara sebagai aset negara dapat dilihat dari penanganan

Page 151: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

145

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

masalah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang banyakmendapat perlakuan tidak adil dan bahkan tidakmanusiawi di luar negeri. Harga diri bangsa sekarangtercabik-cabik oleh perlakuan sebagian majikan merekadi luar negeri tempat mereka bekerja, sampai-sampai BPK(Juni 2010) ikut turun tangan melakukan audit terhadaplembaga-lembaga yang terkait penangannya. Berdasarkanuraian dan temuannya, lembaga tinggi negara inimengajukan beberapa rekomendasi untuk menghindariberlanjutnya permasalahan serupa. Pertama, harusdilakukan evaluasi menyeluruh menyangkut mekanismepenempatan dan perlindungan TKI. Kedua, perludilakuan moratorium informal pengiriman ke negara yangbelum memiliki perjanjian tertulis (MoU), sampai perjaniantersebut ditandatangani.Ketiga, batas kewenanganKemennakertrans, BNP2TKI dan Disnaker perlu diperjelas.Keempat, pemerintah harus menyelenggarakan sisteminformasi terpadu agar setiap permasalahan dapat segeradiketahui untuk diambil tindakan. Dan kelima, harus adasanksi tegas bagi lembaga-lembaga yang melanggarketentuan.

Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan“mozaik” pembangunan daerah-daerah. Keaneka-ragamandaerah-daerah berupa antara lain adat-istiadat, struktursosial budaya, dan kondisi alam harus mendapatpengakuan dan tertuang dalam sistem pemerintahan danpembangunan. Undang-undang yang mengaturhubungan pusat-daerah perlu terus disempurnakan,demikian juga dengan perencanaan pembangunan, agarsemua potensi daerah dapat diberdayakan secara optimal.Pelaksanaan desentralisasi tidak dapat ditawar-tawar danperlu selalu ditingkatkan dengan konsepsi yang terusdisempurnakan mengikuti dinamikan sosial budaya danekonomi antar daerah. Penyeragaman sudah terbuktimembuat potensi daerah-daerah menjadi beku yang padaakhirnya menghambat laju pembangunan secara nasional.

Page 152: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

146

Ismet Ahmad

Fenomena perekonomian akhir-akhir inimengisyaratkan bahwa pembangunan ekonomi nasionalperlu lebih serius mengedepankan aspek pemerataan dantidak hanya fokus pada mengejar target pertumbuhanekonomi secara agregat. Ketika pemerataan pembangunanekonomi dapat dilakukan, maka diyakini sejumlahpersoalan seperti disparitas regional, urbanisasi,kemiskinan, kesenjangan sosial dan persoalan sosial lainnyaakan dapat lebih teratasi. Peranan infrastruktur transportasidalam pemerataan pembangunan tidak boleh terabaikan.Jaringan jalan, jembatan, penerbangan perintis, pelabuhandan transportasi laut berperan sangat strategis untukmemfasilitasi mobilisasi barang, modal dan manusia antardaerah serta antar pulau di dalam wilayah Negara Indone-sia. Upaya mengubah paradigma pembanguanan nasionalyang menitikberatkan kawasan Barat menuju kawasanTengah dan kawasan Timur Indonesia demi pemerataanpembangunan ekonomi nasional haruslah menjadi prioritaspemerintah.  

Merespon situasi yang berkembang, antara lain terkaitaspek pemerataan, Pemerintah memformulasi danmelancarkan konsep yang dikenal dengan MP3EI (masterplan percepatan perluasan pembangunan ekonomi Indo-nesia). Konsepsi kebijakan ini dianggap sebagai langkahtrobosan strategis untuk melengkapi strategi pembangunanyang bersifat sektoral dan regional yang selama ini berjalan.Sebagaimana diungkapkan Presiden SBY dalam pidatopengantar Nota Keuangan di depan Rapat Paripurna DPRRI tanggal 16 Agustus 2011, MP3EI pada hakekatnyamengandung 3 strategi besar. Pertama, mengembangkanenam koridor ekonomi: Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi, Bali-Nusatenggara, dan Papua-Maluku. Kedua,memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secaralocal dan terhubung secara antar bangsa. Dan ketiga,mempercepat peningkatan mutu sumberdaya manusiaserta pengembangan ilmu pengetahuan & teknologi. Tidaktanggung-tanggung, Pemerintah bahkan membentuk

Page 153: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

147

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

sebuah komite yang disebut dengan KP3EI yang langsungdiketuai Presiden untuk memantau pelaksanaannya,dengan dukungan dana berupa keterpaduan APBN, APBDdan BUMN. Dana yang diperlukan diperkirakan Rp 4.000-triliun. Belajar dari pengalaman konsep-konsepsebelumnya, maka sosialisasi harus gencar, koordinasipusat-daerah harus intensif, dan pelaksanaan haruskonsisten. Selain itu, dengan keterbatasan kemampuandana, MP3EI haruslah lebih banyak diarahkan kepadamenterpadukan proyek-proyek yang berjalan dibandingdengan mengadakan proyek-proyek baru.

Page 154: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

148

Ismet Ahmad

Page 155: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

149

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

REFERENSI

Buku dan Journal

A. M. Ibrahim: The Indonesian Economic DevelopmentPolicy. Lembaga Pertahanan Nasional, Jakarta, 1975.

A. Prasetyantoko. Bencana Finansial: Stabilitas SebagaiBarang Publik. Kompas Penerbit Buku, Jakarta, 2008.

Arie Koencoro. “Controlling Local Corruption is One Thing,Tackling the Big Guys in Jakarta is Quite Another”.Paper pada Amsterdam Conference “Ten Years Af-ter”, University of Amsterdam, 22-23 Mei 2008.

BAKN (Badan Akuntabilitas Keuangan Negara) DPR RI.Telaahan Trhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPKatas Laporan Keuangan Bagian Penerusan Pinjaman(BA.999.04), makalah disampaikan pada SeminarTransparansi Bagian Anggaran 999.04 (PenerusanPinjaman), Jakarta, 29 November 2010.

Bambang Soesatyo. Skandal Gila Bank Century:Mengungkap yang Tak Terungkap, SkandalKeuangan Terbesar Pasca Reformasi . PT Ufuk Pub-lishing House, Jakarta 2010.

Biro Pusat Statistik. Statistik Indonesia 2010, Jakarta, 2011.

Brian Blackstone and Marcus Walker: “Germany’s Resil-ient Economy Buoys a Struggling Europe”. The WallStreet Journal, September 2-4, 2011.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, KementrianKeuangan R.I. Perkembangan Utang Negara(Pinjaman dan Surat Berharga Negara),Jakarta, EdisiJuni 2011.

E. Gumbira-Said dan A.Harizt Intan: ReorientasiPembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era Reformasi:Peranan Sektor Agribisnis dan Agroindustri. UsahawanNo.10 Th XXVII Oktober 1998.

Page 156: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

150

Ismet Ahmad

G. J. Pauker: Diversity and Development in Southeast Asia:The Coming Decade. World Bank Piblisher, NewYork, 1981

Himbara. Perkembangan Inflasi dan Suku Bunga, BahanRapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI, Jakarta,23 Mei 2011. (Gatot M. Suwondo)

Ismet Ahmad: Indonesian Agricultural Productivity andIts Relation to Development Strategy: A Value AddedApproach. Ph.D-dissertation, University of Florida,Gainesville, 1982.

Ismet Ahmad: Kebijakan Publik. Sekolah Tinggi IlmuAdministrasi (STIA) Bina Banua, Banjarmasin, 2008.

J. Soedrajat Djiwandono: Beberapa Catatan Yang LayakDipikirkan, Politik dan BLBI (penyunting: GunturSubagja), Institute for Communication Studies of Eco-nomic and Business, Jakarta, 2000.

Jim Schiller: Indonesia Mulai Tahun 1999: Hidup TanpaKepastian. Jalan Terjal Reformasi Lokal. UniversitasGajah Mada, Yogyakarta, 2003.

Kementrian Keuangan R.I. Pengelolaan Bagian AnggaranPenerusan Pinjaman BA.999.04. Seminar TransparansiPenerusan Pinjaman, kerjasama KementrianKeuangan dengan BAKN DPR-RI, Jakarta , 29Agustus 2010.

Kementrian Keuangan R.I. Kerangka Ekonomi Makro danPokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 201. . Jakarta,Mei 2011.

Laode M.Kamaluddin: Reorientasi Strategi dan KebijaksaanPembangunan Pembangunan Nasional serta ArahPembangunan Daerah. Format Indonesia Baru ,L.Kamaluddin (Editor), Pustaka Sinar Harapan,Jakarta, 2000.

Mardiasmo. Penilaian Internal Auditor TerhadapBA.999.04, makalah disampaikan pada Seminar

Page 157: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

151

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Transparansi Bagian Anggaran 999.04 (PenerusanPinjaman, Jakarta, 29 November 2010.

Masdar Farid Mas’udi. Pajak itu Zakat: Uang Allah untukKemaslahatan Rakyat. PT Mizan Pustaka, Bandung,2005

Michael P. Todaro: Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Edisi VII, (alih bahasa Haris Munandar), PenerbitErlangga, Jakarta, 2000.

Muhammad Iqbal: Dinar, the Real Money: Dinar Emas,Uang & Investasiku. Gema Insani, Jakarta, 2009.

N.P. Vreeland, P. Just, K.W. Martindale, P.W. Muller andR.S. Shin: Area Handbook of Indonesia. The Ameri-can University Press, Washington D.C., 1975.

Saini M.: Secara Kultural Kita Kalah. Kompas Minggu 22Juni 2008 (hal 6).

Shelby Steele: “Obama and the Burden of Exceptionalism”,The Wall Street Journal, September 2-4, 2011.

Syaifoel Choeryanto: Ekonomi Indonesia: Penurunan danLangkah Penanggulangan. Lembaga Penerbit FE-UI,Jakarta, 2002

Y.B. Mangunwijaya: Menuju Republik Indonesia Serikat.,PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998.

Tulisan atau Data dalam Koran

Ahmad Arif: “Ekonomi Rakyat di Titik Nadir”, Kompas,Selasa 29 Februari 2008, hal 5

Arief Gunawan: “Situasi Jahiliah”, Rakyat Merdeka , 13Agustus 2011 (hal. 1 dan 9)

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) : “ Penanganan TKIParsial”, Kompas, 25 Juni 2011, (hal 1 dan 15).

Citra Lestiani: “Belanja PNS Tak Terkendali” Republika, 5Juli 2011 (hal 1)

Page 158: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

152

Ismet Ahmad

Emanuel Subangun: “Prototipe Negara Pascakolonial”.Opini Kompas. Selasa 18 Maret 2008, (hal 6)

Krisna Wijaya:” Bank Bersiap Merevisi Target”. Kompas 19Juni 2008, (hal.19).

Litbang Kompas:. “Kerusakan Moral Mencemaskan”Kompas,20 Juni 2011, (hal: 1).

Litbang Kompas: “Negara Bertaburan Lembaga” Kompas18 Juli 2011 (hal 1)

Makmur Keliat. “Kegagalan Bernegara?” Kompas, 6 Juni2011 (hal 7).

Saini M.: “Secara Kultural Kita Kalah”. Kompas Minggu 22Juni 2008 (hal 6).

Sri Hartati Samhadi:. “Bukan Lagi Saatnya Berleha-leha”.Fokus. Kompas, Jum’at14 Maret 2008 (hal.53).

Syamsul Hadi: “Negara Pasca Neoliberal”. Kompas, Rabu 3Juni 2009 (hal.7)

—————————. “Aktivis Oposisi Serahkan DaftarMasalah Bangsa”, Rakyat Merdeka, Sabtu 2 juli 2011(hal. 7).

Internet

http://apakabar.ws/forums/viewtopics 07/06/2005.:“Industrialisasi Indonesia vs Malaysia” ( oleh WiwikSuhartiningsih).

http:/averroespress.net/press-corner/katalog-buku/313 ,21/07/2011 “Sketsa Kebijakan Desentralisasi di In-donesia” (Koirudin)

http://bataviase.co.id/node/271003 , 27/06/2020. “IroniTentang Rakyat Miskin di Negeri Kaya”. (olehMukhtar I.T).

http://bataviase.co.id/node/89843 . 10/02/2010 “Freeport Indonesia Bayar Royalti”.

Page 159: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

153

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

http://bisnis.vivanews.com/.../13874 22/03/2010. “5Tahun SBY, Utang Indonesia Naik Rp 300-T”(Ekonomi&Bisnis diedit Anggraini Lubis).

http://en.wikipedia.org/.../ nd/04/2010. “List of Coun-tries by GDP (Nominal) per Capita”

http://hukum.kompasiana.com/.../ 28/06/2010“Sejarah Desentralisasi di Indonesia”. (Opini)

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2095931-perekonomi-indonesia- 04/01/2011. PerekonomianIndonesia: Bahaya Ekonomi Neo-Liberal (Yasira)

http://ibtimes.com/ …/ , nd/nd/2010. “Total Utang In-donesia Juli 2010”

(http://infoindonesia.wordpress.com/ , 2 Feb 2010) “DariEmas dan Perak di Papua, Freeport cuma memberiIndonesia royalti 1%.”

http://inilah.com/read/detail45475/URLKARIKATUR ,12 April 2010. “ PPATK: Ada Aliran DanaMencurigakan ke Setingkat Menteri” (Cached)

http://klipingut.wordpress.com/ 11/04/2008. “UtangLuar Negeri Sebagai Alat Pengendali Menuju padaLiberalisasi Ekstreem (Article 3)” (Kwik Kian Gie)

http://kompas.com. 13/01/2011. “Lintas Agama danPemuda: Inilah 9 Kebohongan Baru Pemerintah” (IchaRastika).

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/views01/65851 04/07/2011 “Utang Abadi, Miskin Abadi:Skandal Perbankan I Obligasi Rekap dan BungaHarus Dihapus” (Cached)

http://m.beritasatu.com/index.php/news/detail/ 4Februari 2011. “Pilkadsa Carut Marut SalahMasyarakat” (Ezra Sihite)

http://matanews.com/ 21 September 2010.” PilkadaMahal Bikin Korup” (joko luarso)

Page 160: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

154

Ismet Ahmad

http://metronews.com/.../cetro . 05/02/2010. “Jual BeliSuara Penyebab Pilkada Mahal”.

http://militantworker.wordpress.com/.../ 27/02/2010“Indonesia: Corruption Scandals” (Militant Worker)

http://.musniumar.wordpress.com/.../dr-musni-umar-30/01/2011. “Pemilikada Awal dari Korupsi KepalaDaerah”

http://nasional.kontan.co.id/v2/ 24 Mei 2011) “TahanDefisit Pemerintah Andalkan Pajak danPenghematan Belanja” (tweet Share)

http://oase.kompas.com/read/... wib. 31/01/2011.“Kemiskinan: Data Sejuta Persepsi”

http://perpustakaanmashudi.wordpress.com/.../maniofesto 27/02/2008 “Industrialisasi Pedesaandan Penghapusan Kemiskinan” (Irwansyah).

http://prasetya.ub.ac.id/berita/ , 19/01/2009 “DiskusiPanel Menggugat Good Governance Reform”(Prasetya).

http://skandal-blbi.blogspot.com/ 30 Januari 2010 “ Au-dit BPK Tahun 2010”

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news...31/01/2011. “DPR Merusak Citra Diri”, (MahendraBungalan/CN14/JBSM)

http://www.bisnis.com/indonesia-headlines/24735 24/05/2011. “Jaga Defisit Pacu Pnerimaan Pajak danCukai” (A. Dadan Muhanda)

http://www.bisniskeuangan.kompas.com/.../ ... 20/09/2010.”Ternyata Rakyat Indonesia masih Miskin”(Erlangga Djumena).

http://www.corpwatch.org/article.php?id=376) ../../2011. “What is Neoliberalism?” (Elizabeth Martinezand Arnoldo Garcia).

http://www.detikfinance.com>Ekonomi ) 10/04/2010“Pemerintah Obral Janji Tutup Kebocoran Pajak”(Cached-Similar).

Page 161: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

155

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

http://www.detik.com/ 6 /03/2010. “PT FreePortMenjajah bangsa Indonesia”

http://www.detiknews.com/read/ 30 Maret 2010.“Tanpa Mafia Pajak, Negara Bisa Terima Rp 1.200-Triliun”

h t t p : / / w w w . f a c e b o o k . c o m / n o t e . p h p ? n o t e _id=395013575486 03/01/2010 “PertumbuhanEkonomi Yang Berkualitas dan PemerataanPembangunan Yang Adil?” (Suara Rakyat).

h t t p : / / w w w . i m a - a p i . c o m / m i n i n g . p h p ? p i d=7&act=report&do, 19/07/2011. “ProduksiBatubara Indonesia 1999-2002”

http://www.kabarislam.wordpress.com /... 12/03/2010.“ Royalti-emas-papua-freeport 99%, Indonesia 1%”.

h t t p : / / w w w . k h i l a f a h 1 9 2 4 . o r g / i n d e x . p h p ?option=com...task... 07/03/2006. “Amin Rais:Freeport Menjajah Bangsa Indonesia “

http://www.kupretist.multiply.com/.../... 01/10/2008.“Dekonstruksi dan Oposisi: Kemiskinan Rakyat In-donesia yang Dipandang Sebelah Mata”

h t t p : / / w w w . p a c i f i c . n e t . i d / p a k a r / s j /sekitar_masalah_blbi html 28/01/2000. “SekitarPermasalahan BLBI” (Sudradjad Djiwandono)

Page 162: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

156

Ismet Ahmad

Page 163: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

157

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

BIODATA

Ismet Ahmad, dilahirkan di kotakecil Daha Negara, HulusungaiSelatan, Kalimantan Selatan padatanggal 26 Februari 1945. Pendidikantingginya sebagai Insinyur EkonomiPertanian diperoleh tahun 1970 diUniversitas Lambung Mangkuratyang (kala itu) berafiliasi denganInstitut Pertanian Bogor. Gelar Mas-ter of Science (MSc) in Agricultural Eco-nomics, diperoleh tahun 1976 di Uni-

versity of the Philippines. Sedangkan gelar Doctor of Philosophy(PhD) in Economic Development, diperoleh pada tahun 1982 dariUniversity of Florida, USA, dengan disertasi terbaik untukNegara Bagian Florida tahun 1982. Pada tahun 1990memperoleh gelar jabatan Profesor dalam ilmu ekonomipertanian pada Universitas Lambung Mangkurat.

Pernah menjadi Dekan Fakultas Pertanian Unlamselama 2 periode (1983-1989), sebelum kemudian pindahke lingkungan Pemda Provinsi Kalimantan Selatan ketikamenduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Bappeda Provinsi,dan kemudian menjabat sebagai Ketua BKPMD, KetuaBappeda, Asisten Pembangunan dan terakhir sebagaiSekretaris Daerah Provinsi (2003-2005). Pernah bertarungsebagai calon Gubernur Kalimantan Selatan pada Pilkada2005; namun pada akhirnya justru terpilih sebagai anggotaDPR RI periode 2009-2014, dan pertama kali duduk diKomisi XI yang membidangi keuangan, perbankan danperencanaan nasional; sekaligus sebagai anggota BadanAkuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI, dananggota Timwas Century.

Sebagai pengajar di Pasca Sarjana Unlam Banjarmasin,dia banyak melakukan penelitian menyangkutpembangunan wilayah, menulis dan mempresentasikan

Page 164: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

158

Ismet Ahmad

makalah di pertemuan internasional di Malaysia, Filipinadan Australia. Makalah ilmiah paling bergengsi diterbitkanpada Indonesian Quarterly CSIS Vol. X No.4, October 1982,American Journal of Agricultural Economics, Vol. 65 No.2, Wash-ington DC, May 1983, dan Rural Development, Gower Publish-ing Co., Vermont, 1983. Adapun buku yang ditulis untukkeperluan referensi di Pasca Sarjana berjudul “EkonomiRegional: Sebuah Pengantar Ringkas” (2008), dan “PolitikPembangunan Ekonomi: Konsepsi, Evolusi danPengalaman Indonesia” (2008). Dia juga berpengalamandalam pertemuan internasional non-akademik, antara lainselaku anggota aktif delegasi Indonesia dalam perundinganInland Waterways Kalimantan dengan ADB di Manila,Filipina (1991), BIMP-Senior Office Meeting di Bandar SeriBegawan, Brunei (1999), Ministrial Meeting di Labuan Ma-laysia (2000), serta dalam delegasi promosi investasi diThailand (2002) dan Australia (2002).

Penghargaan yang diterima antara lain Scholarship dariFord Foundation untuk Program MSc (1974-1976), Scholar-ship dari ADC/Rockefeller Foundation untuk Program PhD(1978-1982), Medali Perjuangan Pelestarian Jiwa, Semangatdan Nilai-45 dari Ketua DPP Angkatan-45 (10 November1990), dan Tanda Kehormatan Satya Karya 30 Tahun dariPresiden R.I. (31 Juli 1997).

Page 165: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

159

Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia: Catatan dari Senayan

Daftar Index

Page 166: Lanskap Masalah Pembangunan Indonesia · 2.1. Era Orde Baru dan Liberaliasi Ekonomi 2.2. Reformasi dan Berlanjutnya Cengkeraman Neolib 2.3. Perkembangan Pengingkaran Neolibisme Global

160

Ismet Ahmad