BAB I

56
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tempat dimana kegiatan pembelajaran berlangsung. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh banyak aspek yang saling berkaitan. Seperti yang dikemukakan oleh Sabri (2007) bahwa belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional yang mengacu pada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi komponen antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen itu terjadi kerjasama. Untuk mencapai tujuan pembelajaran sekaligus mengelola kelas agar dapat menjadi sebuah tim yang solid, komunikatif, dan kondusif selama proses pembelajaran diperlukan figur seorang guru yang bijaksana. Dari segi efektifitas, seorang guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang monoton tentunya akan berpengaruh terhadap semangat belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Pemilihan strategi juga model pembelajaran yang relevan dengan standar kompetensi juga dapat memacu

description

statistik pengolahan data

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tempat dimana kegiatan pembelajaran berlangsung.

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh banyak aspek yang saling berkaitan.

Seperti yang dikemukakan oleh Sabri (2007) bahwa belajar mengajar sebagai

suatu sistem instruksional yang mengacu pada pengertian sebagai seperangkat

komponen yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya untuk

mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi komponen

antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan

itu tercapai semua komponen itu terjadi kerjasama.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran sekaligus mengelola kelas agar dapat

menjadi sebuah tim yang solid, komunikatif, dan kondusif selama proses

pembelajaran diperlukan figur seorang guru yang bijaksana. Dari segi efektifitas,

seorang guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran yang monoton tentunya akan berpengaruh terhadap semangat

belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Pemilihan strategi juga model

pembelajaran yang relevan dengan standar kompetensi juga dapat memacu

kemampuan serta minat belajar siswa demi tercapainya optimalisasi kualitas

pembelajaran dan pembelajaran yang bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat

Djamarah (2006) bahwa dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan

pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan

peserta didik.

Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang kurang

diminati, bahkan banyak siswa yang menganggap pelajaran kimia menakutkan,

karena banyak siswa yang terlebih dahulu merasa kurang mampu dalam

mempelajari kimia dan merasa bahwa kimia adalah pelajaran yang sulit dan

membosankan. Akibatnya, hasil belajar kimia siswa relatif rendah. Maka sangat

Page 2: BAB I

2

diperlukan keterampilan- keterampilan yang dapat digunakan siswa untuk

memahami konsep tersebut.

Menurut pengamatan peneliti pada saat PPL (Program Pengalaman

Lapangan) siswa cenderung kurang bersemangat ketika guru memberikan

pelajaran. Semua itu terlihat dengan adanya sikap beberapa siswa yang kurang

antusias dalam mengerjakan soal-soal kimia. Siswa kurang bersemangat untuk

mengerjakan karena proses belajar mengajar terasa monoton. Hal ini disebabkan

guru lebih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran

konvensional ini kurang memberikan hasil belajar yang maksimal, sebab peserta

didik merasa jenuh, motivasi peserta didik menjadi rendah dan nilai yang

diperoleh kurang maksimal. Hasil belajar adalah hasil dari suatu proses belajar

yaitu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati, 2006)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan pendekatan atau metode yang

dapat mendorong siswa untuk bergairah dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Salah satunya yaitu dengan menggunakan pendekatan Project Based

Learning (PBL). Pendekatan PBL merupakan salah satu inovasi dalam

pembelajaran yang dapat digunakan karena PBL bertujuan melatih siswa dalam

berpikir kritis, kreatif, rasional dan meningkatkan pemahaman terhadap materi

yang diajarkan serta memberi pengalaman nyata terhadap siswa.

Tujuan utama dari Pendekatan PBL adalah pengembangan kemampuan

berpikir. Pendekatan PBL merupakan model pembelajaran yang berfokus pada

konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan

siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya,

memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka

sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistic

(Buck Institute for Education, dalam Khamdi, 2007)

Untuk lebih mengoptimalkan hasil belajar siswa dapat dilakukan

penggunaan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan

melalui kata – kata atau kalimat tertentu (Djamarah, 2006). Selain itu penggunaan

Page 3: BAB I

3

media juga dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mempelajari materi

yang akan diajarkan. Ada banyak media yang dapat digunakan oleh guru. Salah

satunya adalah media grafis powerpoint yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari sumber ke penerima pesan yang berkaitan dengan indera penglihatan.

Faktor lain yang sangat menentukan hasil belajar siswa adalah motivasi.

Berdasarkan penelitian Setyowati (2007), besarnya motivasi belajar yang

mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang ini sebesar 29,

766% sedangkan 71,344% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Model

pembelajaran yang monoton dapat mengurangi motivasi siswa untuk belajar

karena siswa merasa jenuh. Siswa dengan motivasi belajar tinggi, prestasinya

akan lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan motivasi rendah. Sering

dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang

dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya kurang

berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan

intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi optimal adalah adanya motivasi

untuk berprestasi tinggi dalam dirinya (Pulungan,2008).

Memperhatikan akan pentingnya mengembangkan disiplin intelektual dan

kemampuan berpikir siswa terhadap materi pelajaran kimia maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh Pendekatan Project Based

Learning dengan Menggunakan Media Powerpoint terhadap Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Kimia pada Pokok Bahasan Sistem

Koloid”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dengan latar belakang di atas diidentifikasi beberapa masalah yaitu:

1. Apakah proses pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan

menggunakan media powerpoint dapat dikategorikan sebagai suatu inovasi

dalam proses pembelajaran kimia?

Page 4: BAB I

4

2. Apakah proses pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan

menggunakan media powerpoint lebih berkualitas daripada pembelajaran

konvensional?

3. Bagaimana keberhasilan siswa SMA belajar kimia melalui pendekatan

PBL dengan menggunakan media powerpoint?

1.3. Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Siswa SMA dimaksud adalah kelas XI semester dua T.A 2020/2011.

2. Pokok bahasan dalam pembelajaran kimia tersebut adalah Sistem Koloid

menurut Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA.

3. Semua pembelajaran tersebut dilakukan oleh guru yang sama.

4. Keberhasilan siswa SMA belajar kimia tersebut diukur berdasarkan

pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah didasarkan pada batasan masalah dari masalah yang

diidentifikasi. Dengan demikian, masalah yang diteliti dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah hasil belajar melalui pendekatan PBL dengan menggunakan

media powerpoint lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional ?

Dalam hal ini, apakah pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan

menggunakan media powerpoint berpengaruh terhadap motivasi belajar

siswa.

2. Apakah motivasi belajar siswa melalui pendekatan PBL dengan

menggunakan media powerpoint lebih tinggi dari pembelajaran

konvensional ? Dalam hal ini, apakah pembelajaran melalui pendekatan

PBL dengan menggunakan media powerpoint berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

Page 5: BAB I

5

3. Apakah motivasi belajar siswa melalui pendekatan PBL dengan

menggunakan media powerpoint berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah nomor 1 sampai

nomor 3 berdasarkan data penelitian.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Para guru kimia sebagai masukan dalam mengupayakan proses

pembelajaran kimia yang inovatif seiring dengan perkembangan dewasa

ini dan selanjutnya.

2. Para peneliti sebagai masukan penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut

dalam hal- hal yang relevan dengan penelitian ini.

3. Menambah informasi ilmiah bagi semua pihak yang terkait dalam bidang

pendidikan dalam rangka menumbuhkembangkan budaya ilmiah.

Page 6: BAB I

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Hakekat Belajar

Sabri (2007) menyatakan bahwa belajar dan mengajar merupakan dua

konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang

harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran

didik), sedangkan mengajar menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh guru

sebagai pengajar.

Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala

terjadinya interaksi guru-siswa, pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah

makna belajar sebagai suatu proses. Interaksi guru dan siswa dalam proses

pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang efektif. Berikut ini pengertian belajar menurut beberapa orang ahli, antara

lain:

(1) Menurut Suprayekti, (dalam Rasman, 2010), bahwa belajar secara umum

dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi

individu dengan lingkungan;

(2) Menurut Gage & Berliner (dalam Sudrajat, 2008) belajar adalah suatu

proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman;

(3) Menurut Skinner (dalam Dimyati, 2006) belajar adalah suatu perilaku.

Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik;

(4) Menurut Gagne (dalam Dimyati, 2006) belajar merupakan kegiatan yang

kompleks yang terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi internal,

kondisi eksternal, dan hasil belajar; dan

(5) Menurut Piaget (dalam Dimyati, 2006) pengetahuan dibentuk oleh

individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan

lingkungan yang terus mengalami perubahan. Sehingga dengan adanya

interaksi tersebut maka fungsi intelek semakin berkembang.

Page 7: BAB I

7

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam

arti belajar. Ciri- ciri perubahan tersebut yakni: (a) perubahan terjadi secara sadar,

(b) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (c) perubahan dalam

belajar bersifat positif dan aktif, (d) perubahan dalam belajar bukan bersifat

sementara, (e) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (f) perubahan

mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010).

2.1.2. Hasil Belajar

Dimyati (2006) menyatakan hasil belajar adalah hasil dari suatu proses

belajar yaitu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

balajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Pelaku aktif

dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru. Menurut

Gagne (dalam Sudrajat, 2008), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar

dapat berbentuk :

(a) Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik

secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap

suatu benda, definisi;

(b) Kecakapan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam melakukan

interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,

misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan

intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination),

memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum.

Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan

masalah;

(c) Strategi kognitif, kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan

pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses

pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan

Page 8: BAB I

8

dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan

intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi

kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran;

(d) Sikap, yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk

memilih jenis tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap

adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan

bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya

terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan

kesiapan untuk bertindak; dan

(e) Kecakapan motorik, ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan

yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Sedangkan Bloom (dalam Indra, 2009) menyatakan bahwa perubahan

perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam ranah

kognitif, afektif dan psikomotor, beserta aspek-aspeknya. Ketiga ranah tersebut

adalah sebagai berikut:

(1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian;

(2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, yang meliputi lima

jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai;dan

(3) Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-

benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

2.2. Hakekat Pembelajaran Kimia

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek

ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang

pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif)

Page 9: BAB I

9

namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas

pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan

dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat.

Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu

tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan

energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang

berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk

(pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan

ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran

kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu

kimia sebagai proses dan produk.

Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu

membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan

yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh

peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam

bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah

bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap

ilmiah (Depdiknas, 2003).

2.3. Motivasi Belajar

Melakukan perbuatan mengajar secara relatif tidak semudah melakukan

kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu yang

mendorong kegiatan belajar agar semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Hal tersebut adalah adanya motivasi. Menurut Hamalik (2009) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Page 10: BAB I

10

Dalam psikologi motivasi diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat

dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan

kegiatan. Sedangkan menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2008)

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Jadi

dalam penelitian ini motivasi belajar diartikan sebagai dorongan yang ada dan

timbul dalam diri siswa untuk belajar atau meningkatkan pengetahuan serta

pemahaman kimianya.

Sesuai dengan pengertian motivasi yang dijelaskan di atas, bahwa tidak

perlu dipertanyakan lagi pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Menurut

Sardiman (2008) ada tiga fungsi motivasi, yakni :

(1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak;

(2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai;

dan

(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan guna mencapai tujuan.

Jadi, motivasi mempunyai peranan sebagai pendorong usaha dan

pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan

hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama

didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan

prestasi yang baik.

2.3.1. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2008) bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

(1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai);

(2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);

(3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk

sukses);

Page 11: BAB I

11

(4) Mempunyai orientasi ke masa depan;

(5) Lebih senang bekerja mandiri;

(6) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif);

(7) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu);

(8) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini;dan

(9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang

tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam

memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

2.3.2. Bentuk-bentuk Motivasi

Menurut Sardiman (2008) ada beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam belajar di sekolah:

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi

siswa angka-angka itu merupakan motivasi yang kuat. Sehingga yang

biasa dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport

angkanya baik-baik;

2. Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu karena hadiah

untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik perhatian bagi

seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut;

3. Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar;

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas

dan menerima sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

Page 12: BAB I

12

mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang

cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk

mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya;

5. Memberi ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Memberi

ulangan seperti juga merupakan sarana motivasi;

6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan apalagi kalau terjadi kemajuan akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik

hasil belajar semakin meningkat maka ada motivasi dalam diri siswa untuk

terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat;

7. Pujian

Pujian ini merupakan suatu bentuk reinforcement yang positif dan

sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat yang

menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan

membangkitkan harga diri;

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi;

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada

motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan baik;

10. Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena

ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan

alat motivasi yang pokok; dan

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik olah siswa, merupakan alat

motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang

Page 13: BAB I

13

hendak dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan maka akan

timbul gairah untuk terus belajar.

2.4. Pendekatan PBL

2.4.1. Pengertian PBL

PBL adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif,

yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks

(Thomas dalam Khamdi, 2007). PBL merupakan model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas

dengan melibatkan kerja proyek (Thomas,dkk, dalam Wena, 2011).

Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada

pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut

peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan,

melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bekerja secara mandiri. Tujuannya adalah agar peserta didik mempunyai

kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya (Thomas, dkk, dalam

Wena 2011). Berikut pengertian PBL menurut beberapa ahli.yang dikutip oleh

Purnawan (2007) adalah sebagai berikut:

(1) PBL adalah metode pengajaran sistematik yang mengikutsertakan peserta

didik ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks,

pertanyaan authentic dan perancangan produk dan tugas (University of

Nottingham, 2003);

(2) PBL adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk

pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap

permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi

kehidupannya (Barron, B. 1998, Wikipedia);

(3) PBL adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran

yang dirancang agar peserta didik melakukan riset terhadap permasalahan

nyata (Blumenfeld et Al. 1991); dan

Page 14: BAB I

14

(4) PBL adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan

permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas peserta didik

(Boud & Felleti, 1991).

Selain itu menurut Buck Institute for Education (dalam Khamdi, 2007)

PBL adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-

prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan

pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang siswa

bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya

menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik. Berbeda dengan model-

model pembelajaran tradisional yang umumnya bercirikan praktik kelas yang

berdurasi pendek, dan aktivitas pembelajaran berpusat pada guru, pendekatan PBL

menekankan kegiatan belajar yang relatif berdurasi panjang, holistik-

interdisipliner, perpusat pada siswa, dan terintegrasi dengan praktik dan isu-isu

dunia nyata.

2.4.2. Karakteristik PBL

Seperti didefinisikan oleh Buck Institute for Education (dalam Wena,

2011), bahwa belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut: (a) Siswa

membuat keputusan dan membuat kerangka kerja, (b) Terdapat masalah yang

pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (c) Siswa merancang proses untuk

mencapai hasil, (d) Siswa bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola

informasi yang dikumpulkan, (e) Siswa melakukan evaluasi secara kontinu,

(f)Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, (g) Hasil akhir

berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan (h) Kelas memiliki atmosfer yang

memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

2.4.3. Prinsip-prinsip PBL

Menurut Thomas (dalam Wena, 2011) PBL mempunyai beberapa prinsip,

yaitu:

Page 15: BAB I

15

(1) Prinsip sentralistis (centrality), yaitu kerja proyek bukan merupakan

praktek tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari,

melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas. Dalam PBL,

proyek adalah strategi pembelajaran, peserta didik mengalami dan belajar

konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek;

(2) Prinsip pernyataan pendorong/penuntun (driving question), berarti bahwa

kerja proyek berfokus pada “pertanyaan dan permasalahan” yang dapat

mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip

utama suatu bidang tertentu. Jadi, dalam hal ini kerja sebagai external

motivation yang mampu menggugah peserta didik (internal motivation)

untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas

pembelajaran (Clegg, 2001);

(3) Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation), dimana

penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk

mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang

dihadapinya. Dalam hal ini pendidik harus mampu merancang suatu kerja

proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk

berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi;

(4) Prinsip otonomi (autonomy), dalam PBL dapat diartikan sebagai

kemandirian peserta didik dalam melaksankan proses pembelajaran, yaitu

bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi,

dan bertanggung jawab; dan

(5) Prinsip realistis (realism), berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang

nyata, bukan seperti di sekolah (Suhartadi, 2001). Untuk itu, pendidik

harus merancang proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa

dilakukan dengan mengajak peserta didik belajar pada dunia kerja yang

sesungguhnya (Dryden & Vos, 2001). Jadi, pendidik harus mampu

menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siwa. Kegiatan ini

akan dapat meningkatkan motivasi, kreativitas, sekaligus kemandirian

peserta didik dalam pembelajaran.

Page 16: BAB I

16

2.4.4. Langkah-langkah PBL

Berikut ini adalah langkah – langkah dalam PBL (Wena, 2011) :

(1) Menentukan proyek yang akan dilakukan

Pada tahap ini guru memberikan proyek kepada siswa, mengidentifikasi isi

masalah yang akan dikerjakan, menetukan batasan – batasan proyek dan

menetukan tujuan utama proyek;

(2) Menentukan kerangka waktu proyek

Tahap ini merupakan tahap menetukan berapa lama proyek akan

dikerjakan, memriksa tujuan proyek yang akan diteliti dan menyediakan

tempat yang sesuai untuk proyek;

(3) Menerapkan kegiatan apa yang akan dilakukan

Pada tahap ini guru memilih beberapa kegiatan yang sesuai

menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, meninjau dan

menyesuaikan gagasan dengan guru;

(4) Memulai proyek dengan siswa

Tahap ini adalah tahap pengerjaan proyek dengan mendiskusikan tujuan

dikelas, melaksanakan, meelihat dan mendengarkan pekerjaan apa yang

dilakukan, mengingatkan siswa untuk tidak membuang-buang waktu

pengerjaan proyek, menambah atau mengurangi kegiatan untuk

memperkuat kecakapan dalam kelompok dan kecakapan dalam mengelola

dan mendiskusikan bebrapa perbaikan; dan

(5) Gambaran akhir proyek

Tahap ini memberikan hasil akhir dalam suatu forum khusus, yaitu

mendiskusikan atau menuliskan hal-hal yang penting dari proyek,

menganjurkan perbaikan untuk proyek selanjutnya.

Page 17: BAB I

17

2.4.5. Kelebihan PBL

Menurut Moursund (dalam wena, 2011) beberapa keuntungan dari PBL

antara lain adalah sebagai berikut:

(a) Meningkatkan motivasi, PBL dapat meningkatkan motivasi siswa

terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang PBL yang menyatakan

bahwa siswa sangat tekun dan berusaha keras untuk menyelesaikan

proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan

berkurangnya keterlambatan dalam kehadiran;

(b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, banyak sumber yang

mendiskripsikan bahwa lingkungan belajar berbasis proyek dapat

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa menjadi

lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah- masalah yang kompleks;

(c) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek

melatih siswa untuk dapat mengembangkan dan mempraktikkan

keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan

konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan

siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif; dan

(d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, PBL yang

diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran

dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu

dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.4.6. Kekurangan PBL

Djamarah (2006) menyebutkan beberapa kekurangan dari PBL di

antaranya sebagai berikut:

(a) Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertikal maupun

horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;

(b) Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup

fasilitas dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan

pekerjaan yang mudah;

Page 18: BAB I

18

(c) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok

unit yang dibahas;

(d) Pemecahan masalah kehidupan dalam banyak hal masih memerlukan

sumbangan dari spesialisasi atau disiplin ilmu dari setiap bidang studi

sekalipun diajarkan di sekolah terpisahkan dari masalah kehidupan nyata;

(e) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

proyek sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru;

(f) Diskusi dan penyelidikan membutuhkan waktu yang lama dalam menggali

ide-ide dan konsep-konsep; dan

(g) Penggunaan teknologi, sebagai alat kognitif sulit dimasukkan kelas.

2.4.7. Dukungan teoritis PBL

Menurut Hung dan Wong (dalam Wena, 2011) secara konseptual PBL

juga didukung oleh teori aktivitas, yang menyatkan bahwa struktur dasar suatu

kegiatan terdiri atas: (a) tujuan yang ingin dicapai, (b) subjek yang berada dalam

konteks, (c) suatu masyarakat dimana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan,

(d) alat-alat, dan (e) peraturan kerja dan pembagian tugas. Dalam penerapannya di

kelas bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam bentuk melakukan sesuatu

daripada kegiatan pasif menerima transfer pengetahuan dari guru.

Menurut Murphy (dalam Wena, 2011) PBL juga didukung oleh teori

belajar konstruktivistik, yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun

pengetahunnya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri. PBL dipandang

sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat

mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal.

Ketika PBL dilakukan dalam model belajar kolaboratif dalam kelompok kecil

siswa, PBL juga mendapat dukungan teoritis yang bersumber dari

konstruktivisme social Vygotsky yang memberikan landasan pengembangan

kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi antarpersonal, Vygotsky dan

Moore (dalam Wena, 2011). Adanya peluang untuk menyampaikan ide,

mendengarkan ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada orang lain,

adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Proses interaktif dengan kawan

Page 19: BAB I

19

sejawat membantu proses konstruksi pengetahuan. Dari perspektif teori ini PBL

dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan dan memecahkan masalah

secara kolaboratif.

2.5. Media Pembelajaran

2.5.1. Arti Media

Media secara harfiah memiliki arti “perantara” atau pengantar. Menurut

Association for Education and Communication Technology (AECH), media ialah

segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi.

Sedangkan menurut Education Association, media merupakan benda yang

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen

yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat

mempengaruhi efektifitas program instruksional. Media merupakan alat yang

digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang

pikiran, perasaan dan kemajuan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar mengajar (Sabri, 2007).

Beberapa definisi di atas mengandung pengertian bahwa media adalah

segala suatu benda atau alat yang dapat digunakan dalam proses instruksional

(belajar-mengajar) yang berfungsi sebagai perantara untuk mempermudah

pencapaian tujuan instruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat yang

mendidik.

2.5.2. Fungsi dan Nilai Media

Sabri (2007) mengemukakan ada enam fungsi pokok penggunaan media

dalam proses belajar mengajar yaitu:

(a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang

efektif,

(b) Penggunaan media merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

situasi mengajar,

Page 20: BAB I

20

(c) Media dalam penggunaannya integral dengan tujuan dan fungsi ini

mengandung makna bahwa media harus melihat tujuan dan bahan

pelajaran,

(d) Penggunaan media dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan,

dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya

lebih menarik perhatian siswa,

(e) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam

menangkap pengertian dan pemahaman dari proses pembelajaran yang

diberikan guru, dan

(f) Untuk meningkatkan dan mempertinggi mutu belajar.

Di samping enam fungsi di atas penggunaan media dalam proses belajar

mengajar mempunyai nilai-nilai sebagai berikut (Sabri, 2007):

(a) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir,

oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme;

(b) Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk

belajar;

(c) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar

sehingga hasil belajar lebih mantap;

(d) Memberikan pengalamn yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri pada setiap siswa;

(e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan;

(f) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya

kemampuan berbahasa; dan

(g) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta

membantu berkembangnya efesien dan pengalaman belajar yang lebih

sempurna.

2.5.3. Media Powerpoint

Microsoft Powerpoint merupakan sebuah software yang dibuat dan

dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program

Page 21: BAB I

21

berbasis multimedia. Didalam komputer, biasanya program ini sudah

dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang khusus

untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan,

pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai fitur menu yang

mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik.

Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai

alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, wana, dan gambar,

serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.

Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan

pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks,

gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar

belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat kita buat tanpa gerak, atau

dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan kita. Seluruh tampilan dari

program ini dapat kita atur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri sesuai

waktu yang kita inginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik

tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang

mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik,

maka kontrol operasinya menggunakan cara manual. Penggunaan program ini pun

memiliki kelebihan sebagai berikut:

(1) Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi,

baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto;

(2) Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang

bahan ajar yang tersaji;

(3) Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik;

(4) Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang

disajikan;

(5) Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-

ulang; dan

Page 22: BAB I

22

(6) Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik. (CD / Disket /

Flashdisk), sehingga paraktis untuk di bawa ke mana-mana (anonimous,

2009).

(http://pamongsakaba.wordpress.com/2009/09/29/pemanfaatan-microsoft-power-

point-untuk-media-pembelajaran/)

2.6. Materi Pembelajaran Sistem Koloid

Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem

koloid yang sesuai dengan KTSP 2006. Untuk materi selengkapnya terlampir.

2.7. Kerangka Konseptual

Ilmu kimia merupakan bagian dari sains yang mempelajari tentang

susunan dan struktur benda. Di dalam pelajaran kimia sebagian besar konsep-

konsepnya sulit dipahami, maka diperlukan keterampilan-keterampilan yang dapat

digunakan oleh siswa untuk memahami konsep tersebut. Dengan adanya

pendekatan PBL diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah dalam belajar maupun kehidupan nyata siswa.

Pendekatan PBL merupakan pendekatan yang mengarahkan siswa untuk

aktif dalam pembelajaran, melatih siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan rasional,

meningkatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan serta memberi

pengalaman nyata terhadap siswa. Keterampilan generik yang diperoleh dari

proses pembelajaran yang menggunakan PBL adalah memberikan siswa

pengalaman belajar dalam membangun pengetahuannya sendiri dilakukan dengan

tanggung jawab untuk mencari penyelesaian masalah, mengadakan penelitian,

mengumpulkan data, memilih informasi dan menggabungkan informasi baru yang

didapat dengan informasi sebelumnya. Hal ini diperkuat dari penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya bahwa dengan pendekatan PBL dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Materi koloid sangat sarat dengan konsep teoritik dan konsep-konsepnya

berhubungan erat dengan kehidupan, oleh sebab itu dengan penggunaan

pendekatan PBL akan dapat memberi suatu pengelaman belajar berpikir cepat,

Page 23: BAB I

23

langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa, mengembangkan berbagai

keahlian sosial dihubungkan dengan pekerjaan kelompok, meningkatkan

internalisasi konsep, nilai dan cara-cara berpikir dalam menyelesaikan masalah,

memberi dukungan siswa, memberi siswa tanggung jawab sepenuhnya untuk

belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

2.8. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka konseptual di atas, maka rumusan

hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Hasil belajar siswa diajarkan melalui pendekatan PBL dengan

menggunakan media powerpoint lebih tinggi daripada hasil belajar siswa

yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional.

(2) Pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan menggunakan media

powerpoint berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

(3) Motivasi belajar siswa yang diajarkan melalui pendekatan PBL dengan

menggunakan media powerpoint lebih tinggi daripada hasil belajar siswa

yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional (dalam hal ini, apakah

pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan menggunakan media

powerpoint berpengaruh terhadap hasil belajar siswa).

(4) Pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan menggunakan media

powerpoint berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

(5) Motivasi belajar melalui pendekatan PBL dengan menggunakan media

powerpoint berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Page 24: BAB I

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan di SMA Swasta Aeknabara, kelas XI semester

dua Tahun Ajaran 2010/2011. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama

empat bulan.

Mulai akhir Maret 2011 sampai akhir April 2011 diharapkan telah selesai

penyusunan dan seminar proposal penelitian. Pelaksanaan penelitian dan

penyusunan laporannya dalam tulisan sebagai skripsi diharapkan selesai pada

awal Agustus 2011.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMA pada Tahun

Ajaran 2010/2011. Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan fasilitas untuk

mendukung penelitian ini maka penelitian yang dilakukan hanyalah pada siswa

SMA kelas XI semester dua pada Tahun Ajaran 2010/2011 di SMA Swasta

Aeknabara.

Jumlah seluruh siswa SMA kelas XI semester dua pada Tahun Ajaran

2010/2011 di SMA Swasta Aeknabara adalah 87 orang. Sampel penelitian

Page 25: BAB I

25

ditentukan berdasarkan hasil pre test seluruh siswa tersebut. Sampel

dikelompokkan dalam dua kelompok dimana masing- masing kelompok terdiri

dari jumlah siswa yang sama (40 orang) dan diupayakan homogen berdasarkan

hasil pre test tersebut.

3.3. Rancangan Penelitian dan Teknik Statistik Uji Hipotesis

Penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.1

Sebelum

Pembelajaran

Pembelajaran Sesudah

Pembelajaran

Kelompok Kontrol

Kelompok

Eksperimen

Pre Test Post Test

Page 26: BAB I

26

Gambar 3.1 Pelaksanaan Pre test, Pembelajaran, dan Post Test

Kelompok Kontrol adalah kelompok siswa yang diajar melalui

pembelajaran konvensional. Kelompok Eksperimen adalah kelompok siswa yang

diajar melalui pendekatan PBL dengan menggunakan media powerpoint.

Keberhasilan siswa belajar melalui masing- masing kelompok dinyatakan

berdasarkan perbedaan hasil belajar post test dan pre test yang diperoleh siswa

tersebut.

Untuk mengungkapkan masalah nomor 1 ( sebagaimana tercantum dalam

BAB I ) dilakukan uji hipotesis 1 dan 2 berdasarkan data yang diperoleh dari

pelaksanaan penelitian menurut Gambar 3.1. Teknik statistik yang digunakan

untuk uji hipotesis 1 adalah uji beda nyata dan statistik yang digunakan untuk uji

hipotesis 2 adalah analisis statistik berdasarkan rancangan penelitian semu

factorial 2 x 2.

Data

Analisis Data

Page 27: BAB I

27

Untuk menguji hipotesis 1 :

Rumusan hipotesis statisitik 1 adalah sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2

Ha : µ1 > µ2

µ1 = rata- rata hitung peningkatan / perbedaan hasil post test dari pre test

Kelompok Eksperimen

µ2 = rata- rata hitung peningkatan / perbedaan hasil post test dari pre test

Kelompok Kontrol

Dengan rumusan statistik yang demikian maka statistik uji beda nyata

yang digunakan adalah statistik z ( dengan tingkat signifikasi 5% ).

Untuk menguji hipotesis 2 :

Dengan rancangan penelitian semu faktorial 2 x 2 tersebut maka :

Page 28: BAB I

28

(1) Untuk menunjukkan pengaruh pembelajaran melalui pendekatan PBL

dengan menggunakan media powerpoint; seluruh siswa Kelompok Kontrol

digabungkan dengan Kelompok Eksperimen; ditentukan urutan masing-

masing siswa dalam kedua kelompok yang telah digabungkan berdasarkan

keberhasilan belajarnya (dimulai dari urutan yang paling tinggi, yaitu yang

keberhasilan belajarnya paling baik, sampai ke urutan yang paling rendah,

yaitu yang keberhasilan belajar nya paling buruk) ; dihitung rata- rata

hitung keberhasilan gabungan; ditentukan banyak siswa yang berada di

atas rata- rata hitung tersebut dinyatakan A1 untuk yang berasal dari

Kelompok Kontrol dan A2 untuk yang berasal dari Kelompok

Eksperimen) ; ditentukan banyak siswa yang berada di bawah rata-rata

hitung tersebut (dinyatakan B1 untuk yang berasal dari Kelompok Kontrol

dan B2 untuk yang berasal dari Kelompok Eksperimen) ; dengan demikian

rancangan penelitian semu faktorial 2 x 2 tersebut adalah :

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Page 29: BAB I

29

Di atas rata- rata

hitung

A1 A2

Di bawah rata-

rata hitung

B1 B2

Dengan uji chi kuadrat (X2) berdasarkan rancangan penelitian semu

faktorial 2 x 2 tersebut, kalau X2hitung ≥ X2(1-α)(k-1) berarti penggunaan media

powerpoint melalui pendekatan PBL berpengaruh positif terhadap keberhasilan

siswa belajar kimia pada pokok bahasan Sistem Koloid.

Untuk mengungkapkan masalah nomor 2 dilakukan dengan cara yang

sama dalam mengungkapkan masalah nomor 1 tersebut. Untuk mengungkapkan

masalah nomor 3 dilakukan analisis regresi linear, dimana motivasi belajar

sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Semua uji

hipotesis ini dilakukan pada ttingkat signifikasi 5%.

3.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Page 30: BAB I

30

Masing– masing kelompok tersebut diajar oleh guru yang sama / peneliti.

Tahapan- tahapannya adalah a) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) untuk materi pelajaran kimia kelas XI semester dua dengan poko bahasan

Sistem Koloid untuk masing- masing kelompok pada Gambar 3.1, b) melaksana

kan pre test dengan materi test dari bahan ajar Sistem Koloid, c) melaksanakan

pembelajaran sebanyak 6 x 45 menit, d) melaksanakan post test, e) menabulasi

dan mendeskripsikan data hasil penelitian, f) menguji hipotesis, dan g) menyusun

laporan penelitian sebagai skripsi.

3.5. Instrumen Penelitian

a. Tes Objektif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif yang

dapat mengukur keberhasilan siswa belajar melalui proses pembelajaran yang

diwujudkan oleh guru. Tes objektif digunakan dua kali yaitu untuk pre test dan

post test. Hasil pre test digunakan juga sebagai dasar untuk mengupayakan

kesamaan pengetahuan awal siswa dalam masing- masing kelompok tersebut.

Post test dilaksanakan setelah selesai proses pembelajaran tersebut dan hasilnya

digunakan untuk menunjukkan keberhasilan siswa belajar melalui proses

pembelajaran tersebut.

Tes objektif disusun peneliti dalam bentuk pilihan berganda dengan lima

item. Penyusunannya berdasarkan pada teori keberhasilan belajar yang meliputi

semua sub pembelajaran pada pokok bahasan Sistem Koloid sesuai KTSP SMA

pada mata pelajaran kimia SMA kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011.

Teknik pemberian skor masing- masing item test tersebut dilakukan secara

dikotomi yaitu jawaban salah diberi skor 0 dan jawaban benar diberi skor 1.

Untuk menganalisisnya dilakukan pemberian skor dalam rentang 10-100.

Analisisnya meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya

pembedanya.

b. Kuesioner motivasi belajar kimia

Untuk memperoleh data motivasi peneliti menggunakan angket yang

disebarkan kepada siswa sebagai responden. Jenis angket ini tertutup karena

Page 31: BAB I

31

alternatif jawaban sudah ditentukan oleh penulis. Pengembangan intrumen

penelitian ini disusun dengan kisi-kisi angket yang terdiri dari 25 butir dimana

setiap angket berisi empat option (pilihan) yang merupakan jawaban responden.

Sedangkan skor setiap option berbeda yaitu mulai skor paling tinggi

sampai skor paling rendah, ialah sebagai berikut :

Pilihan jawaban A diberi skor 4

Pilihan jawaban B diberi skor 3

Pilihan jawaban C diberi skor 2

Pilihan jawaban D diberi skor 1

Dari perolehan skor hasil motivasi belajar tersebut kemudian diurutkan

mulai dari perolehan skor yang tertinggi sampai ke perolehan skor terendah.

Berdasarkan urutan tersebut, siswa dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori,

yakni kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa

yang memiliki motivasi belajar rendah.

3.5.1. Validitas Tes Dan Angket

Untuk menganalisis validitas masing- masing item tes dan angket tersebut

digunakan rumus sebagai berikut :

r xy=N∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )

√¿¿¿ ¿¿(Arikunto, 2009)

Keterangan :

N = Jumlah sampel

X = Skor butir soal

Y = Skor total butir soal

rxy = Koefisien validitas tes

Page 32: BAB I

32

Untuk menafsirkan validitas masing- masing item test tersebut didasarkan

pada harga kritik r, produk momen dengan α = 0,05 yaitu bila rhitung > rtabel maka

item tersebut dikatakan valid atau signifikan dan sebaliknya bila rhitung < rtabel maka

item tersebut dinyatakan invalid sehingga harus diganti atau dibuang.

3.5.2. Reliabilitas Tes dan Angket

Untuk menganalisis reliabilitas masing- masing item yang valid digunakan

rumus Kuder Richardson- 20 (KR-20) (Arkunto, 2009), yaitu :

r11

=( KK−1 )(V t−∑ pq

V t)

Dimana :

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)

pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

K = Banyaknya item/soal

Vt = Varian total

Penentuan reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha sebagai berikut :

r11=( n

n−1 )(1−∑ σ2i

σ2t )

(Arikunto,2009)

Keterangan :

n = jumlah item

α2t = varians skor total

α2(i) = jumlah varians skor tiap item

r11 = reliabilitas yang dicari

Page 33: BAB I

33

3.5.3. Taraf Kesukaran Tes

Untuk menghitung taraf kesukaran tes pada tiap butir soal dapat dihitung

dengan rumus :

P= BJS (Arikunto,2009)

Keterangan :

P = Taraf kesukaran

B = Banyaknya siswa menjawab yang benar

JS = Jumlah siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2009), ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran

sering diklasifikasikan sebagai berikut :

Soal dengan P = 0,00 – 0,30 adalah sukar

Soal dengan P = 0,31 – 0,70 adalah sedang

Soal dengan P = 0,70-1,00 adalah mudah

3.5.4. Daya Pembeda Tes

Daya pembeda tes dapat dihitung dengan rumus :

D= BAJA

−BBJB

=PA−PB(Arikunto, 2009)

Keterangan :

D = Daya pembeda tes

JA = Banyaknya peserta kelas atas

JB = Banyaknya peserta kelas bawah

BA = Banyaknya peserta kelas atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelas bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi peserta kelas atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelas bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda tes :

Page 34: BAB I

34

D = negatif semuanya tidak baik (sebaiknya soal dibuang saja)

D = 0 – 0,20 : Kurang baik

D = 0,20 – 0,40 : Cukup

D = 0,40 – 0,70 : Baik

D ≥ 0,70 : Baik sekali

3.6. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

3.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normalitas data. Pengujian ini

dilakukan dengan menggunakan Uji Kuadrat (Silitonga, 2011). Langkah-langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mencari panjang kelas dengan rumus :

Panjang kelas=Data terbesar−Data terkecil6

b. Membuat table penolong

Interva

l

Fo Fh fo – fh (fo – fh)2 (fo - fh)2/fh

Page 35: BAB I

35

Fo = frekuensi / jumlah data hasil observasi

Fh = frekuensi / jumlah data yang diharapkan

c. Menetapkan taraf signifikasi, dalam penelitian ini digunakan α = 0,05

d. Menentukan kriteria pengujian (X2) hitung yaitu : (X2)hitung < (X2)tabel

maka data berdistribusi normal dengan derajat kebebasan adalah 5

diperoleh dari (db = 6-1 = 5).

3.6.2. Uji Homogenitas

Apabila uji normalitas memberikan indikasi bahwa data hasil penelitian

berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas bertujuan untuk

mengetahui apakah data sampel yang digunakan homogen. Dalam hal ini karena

data yang digunakan adalah dari dua kelompok sampel maka pengujian

homogenitas dilakukan melalui Uji F dengan persamaan sebagai berikut :

F=Varians terbesarVarians terkecil

(Silitonga, 2011)

Dengan kriteria jika Fhitung < Ftabel dengan α = 0,05 (db = n1 – 1; n2 - 1) maka data

dinyatakan homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, (2009), Pemanfaatan Microsoft Powerpoint untuk Media Pembelajaranhttp://pamongsakaba.wordpress.com/2009/09/29/pemanfaatan-microsoft-power-point-untuk-media-pembelajaran/ (diakses pada 9 Maret 2011)

Arikunto, S., (2009), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Page 36: BAB I

36

Depdiknas, (2003), Kurikulum Mata Pelajaran Kimia, Depdiknas, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri, (2006), Strategi Belajar Mengajar, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Hamalik, O., (2009), Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Khamdi, W., (2007), Pembelajaran Berbasis Proyek Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran, http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/23/pembelajaran-berbasis-proyek-model-potensial-untuk-peningkatan-mutu-pembelajaran/ (diakses pada18 Februari 2011)

Munawar, I., (2009), Hasil Belajar, http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html (diakses pada 2 maret 2011)

Pulungan, I., (2008), Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar, http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51084752.pdf (diakses pada 10 Maret 2011)

Purnawan, Y., (2007), Pengenalan PBL (Pembelajaran Berbasis Proyek), http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/12/18/deskripsi-model-pbl-pembelajaran-berbasis-proyek/ (diakses pada 19 Februari 2001)

Rasman, (2010), Hakekat Belajar, http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2064013-hakekat-belajar/ (diakses pada 2 Maret 2011)

Sabri, A., (2007), Strategi Belajar Mengajar, Quantum Teaching, Ciputat.

Sardiman, AM., (2008), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Setyowati., ( 2007), Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa KelasVII SMPN 13 Semarang, Skripsi, FE, Universitas Negeri Semarang, Semarang (diakses pada 10 Maret 2011)

Silitonga, PM., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA, UNIMED, Medan.

Page 37: BAB I

37

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudrajat, A., (2008), Hakikat dan Pengertian Belajar.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar/ (diakses pada 2 Maret 2011)

Wena, M., (2011), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.