BAB I-Bab 3

71
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program KB di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1965 yang disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) (Majalah Bidan: 2004). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk mencegah kehamilan yang dialami oleh wanita . http://www.puslitbang.com (situasi 10 Juli 2007). KB menurut WHO dalam Hartanto 2004 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.Kita ketahui 1

Transcript of BAB I-Bab 3

Page 1: BAB I-Bab 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program KB di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1965 yang disponsori oleh

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) (Majalah Bidan: 2004).

Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar

dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat

kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan

perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk mencegah kehamilan yang dialami

oleh wanita . http://www.puslitbang.com (situasi 10 Juli 2007).

KB menurut WHO dalam Hartanto 2004 adalah tindakan yang membantu individu atau

pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval

diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.Kita ketahui bahwa sampai saat ini

belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal/sempurna. Semua metode

kontrasepsi mempunyai efek samping (akibat pemakaianKB bukan gejala suatu penyakit), yang harus diketahui

pemakai(akseptor) sebelum memakainya.Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga

berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB

oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca

persalinan (Manuaba, 1998 : 444).Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil

mini survey peserta aktif tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi KB di Indonesia adalah

66,2%. Alat atau cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34%), pil (17%) IUD (7%),

1

Page 2: BAB I-Bab 3

implan (4%), MOW (2,6%), MOP (0,3%) Kondom (0,6 %).http://www.google.com ( situasi 12

juli 2007).

Prevalensi kesertaan ber-KB di Jawa Timur, masih tinggi (77,11%). Alat kontrasepsi

yang dominan digunakan adalah suntik 101.931 akseptor, Ini berarti sekitar 110,43 % dari

pencapaian perkiraan permintaan masyarakat. http://www.google.com(situasi 5-8-2009).

Dari data di Pustu Desa Durensewu Kecamatan Pandaan pada tahun 2010 terdapat 1436 akseptor

dengan jumlah pemakaian alat kontrasepsi jenis kondom 25 orang (1,7%) akseptorpil 304

orang(21,2%) akseptor suntik 619 orang (43.1%) akseptor IUD 19 orang(1,3%) akseptor Implant

28 orang(1,9%) akseptor MOW 112 orang (7,8%,) MOP 5 orang (0,4%). Dari data tersebut

pemakaian kontrasepsi yang terbanyak adalah akseptor KB Suntik.(Profil pustu Desa Duren

sewu dan Laporan KIA 2010 ).

Di Desa Durensewu masyarakatnya mayoritas berpendidikan SMA, pengetahuan juga

dapat dipengaruhi oleh pendidikan karena makin tinggi tingkat pendidikanseseorang,

makin mudah menerima informasi sehingga makin banyakpula pengetahuan yang dimiliki.

(Kuncoroningrat,1997,dikutip olehNursalam danPariani: 2001 : 133),

Solusi untuk meningkatkan pengetahuan akseptor KB yaitu dengan cara pemberian

konseling, karena konseling dapat memberikan pengetahuan akseptor KB Suntik tentang efek

samping KB Suntik, keuntungan, kerugian, efektifitas dan waktu pemakaiannya sehingga

akseptor KB suntik dapat mengambil keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tepat

dan sesuai. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan.

Page 3: BAB I-Bab 3

Dari latar belakang di atas peneliti tertarik ingin meneliti “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Pemakaian Kontrasepsi KB Suntik Di Pustu

Durensewu Pandaan “.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Dalam pemilihan alat kontrasepsi tertentu banyak hal yang perlu diperhatikan, misalnya

efektivitas, keuntungan dan kerugian, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping. Untuk

mempunyai sikap yang positif tentang KB di perlukan pengetahuan yang baik,demikian

sebaliknya bila mempunyai pengetahuan kurang maka pengetahuan dan kepatuhan menjalani

program KB berkurang.

1.2.2.Pernyataan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan akseptor Kb suntik tentang pemakaian kontrasepsi Kb

suntik?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis tingkat pengetahuan akseptor Kb suntik tentang pemakaian kontrasepsi Kb

suntik.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1.Menganalisis tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi

Kb suntik dberdasarkan tingkat pendidikan.

1.3.2.2.Menganalisis tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi

Kb suntik di berdasarkan umur.

Page 4: BAB I-Bab 3

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis1. Sebagai wawasan pengetahuan bagi akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi

KB Suntik.

2. Hasil penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan

pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.

2. Sebagai masukan bagi rekan bidan lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada

akseptorKB Suntik terhadap pemakaian kontrasepsi KB Suntik untuk meningkatkan

pelayanan

Page 5: BAB I-Bab 3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Dasar Akseptor

2.1.1 Pengertian akseptor

Keluarga Berencana merupakan suatu upaya untuk mengatur jumlah

penduduk.Menurut Hartanto (2003) Keluarga Berencana adalah penggunaan cara-

cara pengatur fertilisasi untuk membantu seseorang atau keluarga mencapai tujuan

tertentu.Tujuan yang dimaksud disini adalah suatu pengaturan kehamilan secara

sengaja oleh keluarga tersebut, yang tidak melawan hukum atau perundang-

undang yang berlaku dan juga moral pancasila dan untuk kesejahteraan

keluarga.Tujuan umum pelayanan medik keluarga berencana adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dalam rangka

mewujudkan NKKBS.

Untuk mencapai keberhasilan pelayanan keluarga berencana tersebut perlu

didukung oleh anggota masyarakat sebagai pendukung gerakan keluarga

berencana dengan berpartisipasi secara aktif sebagai peserta KB atau akseptor

KB.Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan

melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi.

Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti (pelaksanaan)

program keluarga berencana. (the person (or institution) who accepts a check or

draft and becomes responsible for paying the party named in the draft when it

5

Page 6: BAB I-Bab 3

matures ) or (chemistry in the formation of a coordinate bond it is the compound

to which electrons are donated).

(http://www.artikata.com/arti-1330-acceptor.html )

Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase

menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase

menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan.

Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan

menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih

berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka

kelahiran.

2.1.2 Macam-macam Akseptor KB

Akseptor keluarga berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur dapat dibagi

menjadi tiga macam :

1) Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama

kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir

dengan keguguran atau persalinan.

2) Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan

kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

3) Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti

pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.

Page 7: BAB I-Bab 3

2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi

Kontrasepsi Menurut Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga

Berencana (Depkes RI, 1999). Berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau

melawan, sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang

matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.

Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran:2001:350) adalah upaya

mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat

dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau

dengan operasi.Menurut (Hanafi Winkjosastro 2002) Kontrasepsi adalah upaya

untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Pada umumnya cara/ metode Kontrasepsi dapat dibagi menjadi 3 kategori :

1. Metode Sederhana

a. Tanpa alat/obat

1. Senggama Terputus

2. Pantang Berkala

b. Dengan Alat/Obat

1. Kondom

2. Diafragma atau Cup

3. Cream, Yelly dan Cairan berbusa

4. Tablet berbusa (Vaginal Tablet)

2. Metode Efektif

1. Pil KB

2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Page 8: BAB I-Bab 3

3. Susuk KB

4. Metode Mantap dengan Cara Operasi(Kontrasepsi Mantap)

a. Pada wanitaTubektomi

b. Pada pria Vasektomi (Depkes RI, 1999) Buku Petugas Fasilitas

Pelayanan KB

2.3.Konsep Dasar Kontrasepsi suntikan

Akseptor Kb Suntik adalah seorang wanita yang menggunakan alat

kontsasepsi suntik untuk mencegah atau menghindari kehamilan.(BKKBN,2003)

Kontrasepsi suntik adalah suatu cairan berizi zat untuk mencegah

kehamilan selama jangka waktu tertentu,ada yang dua bulan atau tiap bulan,cairan

tersebut merupakan sintesis “progesterone “

Sedangkan Menurut BKKBN (1991) Suntik KB adalah suatu cara

kontrasepsi untuk wanita yang mampu melindungi seorang ibu terhadap

kemungkinan terjadi hamil yang di berikan dengan cara suntik.

2.3.1 Jenis jenis Kontrasepsi suntik

Menurut hartanto (2004) Kontrasepsi suntik yang beredar di Indonesia ada

2 macam yaitu:

a.DMPA (depomedroxy progesterone asetat ) atau di sebut depo provera dengan

dosis 150 mg

b.NET-EN (noristerat enantat ) atau di sebut noristerat dengan dosis 200 mg.

Page 9: BAB I-Bab 3

1.Suntikan Kombinasi

Adalah 25 mg deponaroxi progesteron acetat dan 1 mg estradiol sipionat

yang diberikan injeksi 1 M sebutan seklai (cyclofem) dan 50 mg nereticinicon

enafat dan 5 mg estradiol valenat yang diberikan injeksi 1 M sebutan sekali

(Saifuddin, 2006:MK-34).

a.Efektivitas kontrasepsi kombinasi

Sangat efektif (0.1 – 0.4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama

penggunaan (Saifuddin, 2006:MK-34).

b.Cara Kerja suntikan Kombinasi

1. Menekan ovulasi

2.Membuat lendir menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.

3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implementasi terganggu.

4. Penghambatan transportasi gamet oleh tuba

(Saifuddin, 2006:MK-34).

c.Keuntungan suntikan Kombinasi

1. Risiko terhadap kesehatan kecil

2.Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri

3.Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

4.Jangka panjang

5.Efek samping sangat kecil

6.Klien tidak menyimpan obat suntik

Page 10: BAB I-Bab 3

7.Mengurangi jumlah perdarahan

8.Mengurangi nyeri pada saat haid

9.Mencegah anemia (Saifuddin, 2006:MK-34)

d. Kerugian suntikan Kombinasi

1. Terjadi perubahan pada haid

2.Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti hilang setelah

suntikan kedua dan ketiga.

3. Ketergantungan klien terhadap petugas kesehatan.

4. Penambahan berat badan.

5. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian (Saifuddin, 2006:MK-34)

e. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi

1. Usia reproduksi

2. Setelah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak

3.Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi

4.Mengyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.

5. Pasca persalinan dan tidak menyusui

6. Anemia

7.Nyeri haid hebat

8.Haid teratur

9.Riwayat kehamilan ektopik

10. Sering lelah menggunakan pil kontrasepsi

Page 11: BAB I-Bab 3

f.Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi

1. Hamil atau diduga hamil

2.Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan

3.Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

4. Penyakit haid akut (virus hepatitis)

5. Usia> 35 tahun yang merokok

6. Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110

mmHg)

7. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis> 20 tahun

8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain

9.Keganasan payudaya. (Saifuddin, 2006:MK-35)

g. Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi

1. Suntikan pertama dapat di berikan dalam waktu 7 hari siklus haid.tidak di

perlukan kontrasepsi tambahan.

2.Bila suntikan di berikan setelah hari ke-7 siklus haid,klien tidak boleh

berhubungan seksual selam 7 hari atau menggunakan kontrasepsii lain untuk 7

hari.

3.Bila klien pasca persalinan 6 bulan menyusui serrta belum haid suntikan

pertama dapat di berikan setiap saat asal tidak hamil.

4. Pasca keguguran suntikan kombinasi dapat di berikan atau dalam waktu 7 hari

setelah keguguran.

Page 12: BAB I-Bab 3

5. Ibu yang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin mengganti dengan

kontrasepsi suntikan pertama dapat segera di berikan dan tidak menunggu sampai

haid berikutnya asal tidak hamil.

6.ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik dan ingin mengganti dengan suntikan

yang lain di berikan pada jadwal suntikan sebelumnya. (Saifuddin, 2006:MK-37)

h.Cara penggunaan

Suntikan kombinasi di berikan setiap bulan ddengan suntikan intra muscular

dalam,Klien di minta datang setiap 4 minggu.Suntikan uang dapat di berikan tujuh

hari lebih awal,dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan.Dapat juga di

berikan setelah tujuh hari dari jadwal yang telah di tentukan,asal saja di yakini

perempuan tersebut tidak hamil.tidak di benarkan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.

2.suntikan Progestin

a. Pengertian

DMPA adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek progestin asli

dari tubuh wanita dan merupakan suspensi steril medroxy progesteron acetat

dalam air, yang mengandung medroxy progesteron acetat 150 mg (setiap 3 ml)

(FKUI, 1980).

DMPA ini telah dipakai lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih

20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita

(Hartanto, 2002).

Page 13: BAB I-Bab 3

b. Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :

a) Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang

diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).

b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg

noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengancara disuntik IM (Sarwono,

2007)

c. Cara Kerja

Cara kerja kontrasepsi ini

a. Mencegah ovulasi

b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.

c. Menjadikan selaput rahim tipis dan atropi

d. Menghambat tranportasi gamet oleh tuba (Saifudin,2006:MK-41).

d. Efektifitas

Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3

kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara

teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan (Sarwono, 2007).

Tingginya minat pemakaian alat kontrasepsi ini oleh karena murah, aman,

sederhana, efektif dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998:444).

Page 14: BAB I-Bab 3

e. Keuntungan

Keuntungan penggunaannya adalah :

a) Sangat efektif dan tidak perlu takut lupa

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah

e) Tidak berpengaruh terhadap ASI

f) Sedikit efeksamping

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai primenopause.

h) Mencegah kanker andometrium dan kehamilan ektopik

i) Menurunkan kejadian penyakit tumor jinak payudara

j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Saifudin,2006:Mk-24)

f. Kerugian/Keterbatasannya

Dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur karena tidak terdapatnya estrogen

yang diperlukan untuk pengelupasan endometrium secara teratur pada haid (Dep.

kes RI, 1994).

g. Efek samping

Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak di inginkan. Menurut

kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping adalah akibat atau gejala yang

timbul secara tidak langsung disamping proses utamanya. Efek samping DMPA

Page 15: BAB I-Bab 3

adalah dampak dari DMPA yang tidak diinginkan. Efek samping penggunaan

DMPA adalah :

a) Gangguan haid

Pola haid yang normal dapat menjadi amenore, perdarahan ireguler,

perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi yang lama.Efek pada pola haid

tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter – menstrual dan perdarahan

bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah

besar. Insiden yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atropi

endometrium.

Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan

nampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam

kadarhormon. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan.

b) Mual / Pusing / Gelisah

c) Sakit kepala

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan

terjadi pada kurang dari 1 – 17% akseptor

d) Berat Badan yang Bertambah

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara

kurang dari

1 kg – 5 kg dalam setahun pertama.Penyebab perdarahan tidak jelas tampaknya

terjadi karena bertambahnya lemak tubuh.

Page 16: BAB I-Bab 3

e) Galaktorea

Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat

memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI).

DMPA tidak merubah komposisi dari ASI

f) Depresi

g) Tromboflebitis (Hartanto, 2003).

h. Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan

a) Gangguan haid

(1) Amenorea adalah tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor

mengikuti KB suntik.

Penilaian :

Hindarkan kemungkinan hamil dengan memeriksa ada tidaknya tanda-tanda

kehamilan, lakukan pemeriksaan dengan pp tes.

Penanganan :

Gejala amenorea adalah biasa pada peserta kontrasepsi suntikan, walau begitu

amenorea selama 6 minggu setelah haid yang teratur mungkin terjadi kehamilan.

Bila ya, dapat dipastikan rujuk klien sesuai dengan tata cara yang berlaku, dan

jelaskan pada ibu bahwa hormon progestin yang disuntikkan tidak akan

menyebabkan kelainan pada janin. Haid normal biasanya kembali setelah 1-3

bulan suntikan dihentikan (Sarwono, 1996)

(2) Menorrhagia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya

Page 17: BAB I-Bab 3

Penilaian :

Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa perdarahan tersebut bukan

dari saluran alat kelamin, bila diduga hamil (diluar kandungan) atau keguguran

spontan, lakukan pemeriksaan dan bila perlu lakukan tes kehamilan.

Penanganan :

Bila terdapat kelainan segera diobati dan bila perlu rujuk kesarana pelayanan yang

lebih lengkap untuk evaluasi lebih lanjut.Hentikan penyuntikan KB.Anjurkan

klien untuk konseling kembali setelah mengalami pengobatan.

(3) Spotting adalah perdarahan inter-menstival yang jumlahnya sedikit sekali

sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon.

Penilaian :

Bila tidak ditemukan kelainan periksalah adanya tanda-tanda anemia berat

(daerah-daerah ekstrimitas yang pucat).

Penanganan :

Bila hematokrit < 30 atau hemoglobin < 9 g/dl, dapat diberikan Fe (FeSO4), 200

mg/hari

(selama 3 bulan) dan konseling gizi, hentikan suntik KB anjurkan cara lain.

Catatan :

Biasanya justru pada peserta KB suntik, haid bulanan sangat sedikit/tidak ada

sehingga kecil kemungkinan untuk anemia.

Page 18: BAB I-Bab 3

b) Mual/Pusing/Gelisah

Penilaian :

Pastikan tidak terdapat kehamilan dengan pemeriksaan jasmani, periksa pekaian

spekulum, periksa bimanual dan tes kehamilan bila perlu.

Penanganan :

Bila ibu hamil segera rujuk, bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah

hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.

c) Sakit Kepala (disertai gangguan penglihatan)

Penilaian :

Tanyakan apakah ada perubahan menjadi bertambah berat dalam pola sakit kepala

sejak mengikuti KB suntik. Lakukan pemeriksaan dan ukur tekanan darah.

Penanganan :

Bila sakit kepala sangat berat dan atau berulang atau tekanan darah meningkat

sejak penggunaan KB suntik maka rujuk atau hentikan penyuntikan. Bila

gangguan penglihatan menetap rujuk atau hentikan penyuntikan.Bila sakit kepala

ringan-sedang, berikan analgesik dan berikan konseling.

d) Perubahan Berat Badan (BB naik atau turun)

Penilaian :

Bandingkan sebelum dan sesudah mengikuti KB suntik, pastikan tidak terdapat

adanya kehamilan, pastikan klien makan dan olahraga dengan baik dan tepat.

Page 19: BAB I-Bab 3

Penanganan :

Informasikan bahwa kenaikan-penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat terjadi.

Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu menyolok. Bila berat

badan berlebihan hentikan penyuntikan dan anjurkan cara KB lain (Sarwono,

1996)

e) Galaktorea (pengeluaran ASI yang berlebihan)

Penilaian :

Laksanakan pemeriksaan hormon pralaktin

Penanganan :

Bila terdapat peningkatan kadar hormon pralaktin hentikan pemberian suntikan.

f) Depresi

Penilaian :

Tanyakan faktor-faktor yang mungkin berpengaruh misalnya depresi pada

keluarga dan masalah keuangan dan sosial.

Penanganan :

Berikan konseling, bila akseptor merasa depresinya bertambah berat pada

pemakaian KB suntik atau karena pengaruh selama penyuntikan hentikan

penyuntikan. Jika KB suntik tidak memperberat kondisi maka penyuntikan dapat

dilanjutkan.

Page 20: BAB I-Bab 3

g) Tromboflebitis/Penyakit trumboemboli

Penilaian :

Kemungkinan penyakit tromboemboli

Penanganan :

Trimboemboli adalah kontra indikasi pemkaian KB suntik rujuk dan

kemungkinan hentikan penyuntikan.

I) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a) Usia reproduksi

b) Nulipara dan yang telah memiliki anak

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

f) Setelah abortus atau keguguran

g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

h) Perokok

i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah

atau anemia bulan sabit.

j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberkolosis.

k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

m) Anemia defisiensi besi (Sarwono, 2003).

Page 21: BAB I-Bab 3

J) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin per 100.000 kelahiran)

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e) Diabetes melitus disertai komplikasi (Sarwono, 2003).

K) Kapan Suntikan KB Dapat Diberikan

a) Pasca persalinan

(1) Segera ketika masih di rumah sakit

(2) Jadwal suntikan berikutnya

b) Pasca abortus

(1) Segera setelah perawatan

(2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan

c) Interval

(1) Segera setelah perawatan

(2) Jadwal waktu diperhitungkan

Jadwal waktu suntikan berikutnya di perhitungkan dengan pedoman

Depoprovera : Interval 12 minggu

Norigest : Interval 8 minggu

Cyclofem : Interval 4 mginggu (Manuaba, 1998:445).

L) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

a) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid

(amenorea)

Page 22: BAB I-Bab 3

b) Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu

kesehatan.

c) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan BB, sakit kepala dan nyeri

payudara. Efek

efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang.

d) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu

usia muda yang

ingin menunda kehamilan dan bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya

dalam

waktu dekat.

e) Setelah suntikan di hentikan, haid tidak segera datang haid baru datang kembali

pada

umumnya setelah 6 bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan.

Bila setelah

3-6 bulan tidak haid juga, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan

kesehatan

untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.

f) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan

diberikan 2

minggu. Setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien

tidak

diberikan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode

kontrasepsi

Page 23: BAB I-Bab 3

lainnya selama 7 hari.

g) Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan

kemudian

meminta untuk. Digantikan dengan kontrasepsi suntik yang lain, sebaiknya jangan

dilakukan.

h) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja

diyakini ibu tersebut

tidak hamil (Sarwono, 2003).

M) Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin

a) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.

b) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik

terganggu.

c) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

d) Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya

penglihatan.

e) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih

banyak dalam

satu periode masa haid.

Bila terjadi hal-hal yang di sebutkan diatas, hubungi segera Nakes atau

Klinik terdekat (Saifudin,2006:MK-46)

Page 24: BAB I-Bab 3

2.4.Konsep Dasar Pengetahuan

2.4.1.Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “ tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadii

melalui panca indera manusia, yakni: indera pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari

mata dan telinga (Notoatmodjo:2003:126 ).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,

hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian

adalah benar atau berguna. (Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1.

Jakarta: Lembaga Penerbitan FKUI.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Prilaku yang didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan bersifat langgeng. Sebaliknya

apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan

berlangsung lama. (Rogers, 1974). (Notoatmodjo,2003) menyebutkan bahwa

sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru akan terjadi suatu proses dalam diri

orang tersebut yaitu :

1) Awarenees (kesadaran)

yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu.

Page 25: BAB I-Bab 3

2) Interest (tertarik)

yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation (mempertimbangkan)

yakni baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti

sikap seseorang

sudah lebih baik.

4) Trial (mencoba)

yakni orang telah mencoba perilaku baru.

5) Adoption (mengadaptasi)

yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Soekidjo Notoadmodjo,pengatahuan di bagi menjadi enam

tingkatan yang mencakup dalam domain kognitif yaitu Tingkat Pengetahuan.

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

2.Memahami (Conprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpresentasikan materi

tersebut secara benar, orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat

Page 26: BAB I-Bab 3

menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramal dan sebagainya,

terhadap objek yang telah dipelajari.

3.Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dalam kontek atau situasi lain

4.Analisis (Analisys)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisai tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5.Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan sintesis adalah suatu kemampuan untuk formulasi-formulasi yang ada.

6.Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada.

Page 27: BAB I-Bab 3

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut (Azwar S:2007:30-

33) yaitu :

a. Faktor Internal

1.Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlihan khusus, dan juga sesuatu

yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbangan dan kebijaksanaan

2.Minat

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan

kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan

3.Intelegensi

Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi

dimana seseorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam

pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai intelegensi yang rendah akan

bertingkah laku lambat dalam mengambil keputusan

Page 28: BAB I-Bab 3

4.Umur

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan

variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang

merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah

lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan

sampai berulang tahun yang terakhir. Masa menopause merupakan masa peralihan

dari masa haid sampai masa berhentinya haid, berlangsung antara usia 30-46

tahun.

b.Faktor eksternal

1.Media Massa

Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media

masa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

2.Pengalaman

Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan

paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang

3. Sosial Budaya

Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan

masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa

tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal

Page 29: BAB I-Bab 3

ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.

4. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pengetahuan seseorang

5.Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode

penyuluhan, dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.

6. Informasi

Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah

pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil

terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan

2.4.3.Kriteria Pengetahuan (Menurut Ari Kunto: 2005 : 342)

Pengukuran pengetahuan dapat dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau

responden kedalam pengetahuan yang ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan

tingkatan tersebut diatas, sedangkan diketahui atau diukur dapat disesuaikan

dengan tingaktan tersebut diatas, sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-

masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu :

Baik jika dapat menjawab dengan benar 12 – 15 soal (76% - 100%)

Cukup jika dapat menjawab dengan benar 9-11 soal (56% - 75%)

Kurang jika dapat menjawab dengan benar 1 – 8 soal (≤ 55%)

Page 30: BAB I-Bab 3

2.5.konsep dasar puskesmas pembantu

1.definisi

Puskesmas Pembantu adalah Unit pelayanan kesehatan yang sederhana

dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah yang lebih kecil

2.Fungsi Pokok

• Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat.

• Membina peran serta masyarakat

• Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

3.Cara-cara yang ditempuh

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam

rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggunakan

sumber daya secara efisien dan efektif.

3. Memberikan bantuan teknis

4. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat

5. Kerjasama lintas sektor

4.Upaya-upaya puskesmas pembantu

Page 31: BAB I-Bab 3

1.Upaya kesehatan wajib

Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen

nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan

oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan wajib meliputi:

1. Upaya Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya kesehatan Ibu & Anak serta KB

4. Upaya perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan

2. Upaya kesehatan pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan

dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan meliputi:

1. Upaya Kesehatan Sekolah

2. Upaya Kesehatan Olah raga

3. Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat

4. Upaya Kesehatan Kerja

5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

6. Upaya Kesehatan Jiwa

Page 32: BAB I-Bab 3

7. Upaya Kesehatan Mata

8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradision

(Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1Pedoman ARRIE)

Page 33: BAB I-Bab 3

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Menurut Notoatmojo (2002) Kerangka konsep penelitian adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian

yang akan di lakukan.

33

Pengetahuan akseptor Kb suntik

Sikap

Perilaku(tindakan)

Faktor Internal

-Pendidikan-Minat-Intelegensi-Umur

Faktor Eksternal

- pengalaman- sosial budaya- Lingkungan- Penyuluhan- Informasi- Media Massa

Faktor Internal

-Pendidikan-Minat-Intelegensi- Umur

Faktor Eksternal

-Pengalaman-Sosial Budaya-Lingkungan- Penyuluhan- Informasi- Media Massa

akseptor Kb suntik

Page 34: BAB I-Bab 3

Keterangan Di teliti

Tidak Di teliti

Gambar 3.1

Kerangka Konseptual Pengaruh Tingkat Pendidikan Akseptor KB Suntik terhadap

Pemakaian Kontrasepsi KB suntik

Berdasarkan Kerangka konseptual di atas dapat di simpulkan bahwa pengetahuan

akseptor KB suntik dalam pemakaian KB suntik Untuk mencegah kehamilan di

pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal meliputi : Pendidikan,Minat,Intelegensi

dan Umur dan faktor eksternal meliputi: Pengalaman,Sosial

Budaya,Lingkungan,Penyuluhan,Informasi dan media Di harapkan dengan

pendidikan tersebut dapat merubah sikap dan perilaku (tindakan) akseptor KB suntik

untuk menggunakan kontrasepsi KB suntik untuk mencegah kehamilan

3.2.Metode Penelitian

Deskriptif,Observasional,Kualitatif. adalah Metode penelitian kualitatif yang

menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa

dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka

Page 35: BAB I-Bab 3

3.2.1 Desain Penelitian

Jenis Penelitian yang di gunakan adalah penelitian observasional Karena tidak

melakukan perlakuan pada obyek yang di teliti.Menurut analisanya adalah penelitian

deskriptif karena hanya membuat gambaran secara obyektif dan menurut waktu cross

sectional karena pengamatannya di lakukan pada suatu saat.

3.2.2.Kerangka Kerja

Menentukan populasi : semua akseptor KB Suntik yang berkunjung di Pustu Durensewu Pandaan Pandaan pada bulan juni – juli 2011.

Menentukan sampling (Purposif Sampling)

Menentukan sampel : akseptor KB suntik yang berkunjung pada bulan juni - juli 2011 di Pustu Durensewu Pandaan 30 informent

Meminta persetujuan untuk menjadi informent dengan memberikan inform consent

Membagikan kuesioner pada akseptor KB suntik tentang pemakaian kontrasepsi KB suntik

Page 36: BAB I-Bab 3

.

Gambar 3.2.2 Kerangka Kerja Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat

Pendidikan Aksepptor KB suntik Tentang Pemakaian Kontrasepsi Kb suntik.

3.2.3,Populasi,Sampel Dan Sampling.

3.2.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2002).

Mengumpulkan Data : pengumpulan data tentang faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendidikan,pengetahuan,sikap,tindakan dengan kuesioner terbuka.

Mentabulasi data

Menganalisis data

Menyajikan data

Page 37: BAB I-Bab 3

Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik yang berkunjung di

Pustu Durensewu Pandaan pada bulan juni – juli 2011

3.2.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi dan mewakili populasi yang akan

di teliti.

Di dalam peneltian ini menggunakan purposife sampling yaitu FGD (Focus group

discussion)

3,2,3,3. Sampling

Teknik yang di gunakan adalah Quota sampling

3.3.Identifikasi Variabel

3.3.1.Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel bebas.variabel independent dalam penelitian ini

adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendidikan akseptor KB

suntik.

3.3.2 variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel terikat.variabel dependent dalam penelitian ini

adalah pemakaian kontrasepsi KB suntik.

Page 38: BAB I-Bab 3

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti

berdasarkan karakteristik yang diamati dan sesuatu yang di defenisikan

tersebut.Hal ini memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Nursalam:2001)

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Data Jurnal Kuesioner Wawancara

1 Tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik

2 Umur

3 Pendidikan

Keterangan :

Di lakukan

- Tidak di lakukan

Page 39: BAB I-Bab 3

Tabel Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Parameter Skala Kriteria Alat Ukur

1 Pengetahuan akseptor Kb suntik

Segala sesuatu yang di ketahui oleh akseptor Kb suntik tentang kontrasepsi Kb suntik

Menjawab pertanyaan terbuka

Ordinal a.Baik jika dapat menjawab dengan benar 12-15 soal 76%-100%b.Cukup jika dapat menjawab dengan benar 9-11 soal 56%-75%c.Kurang jika dapt menjawab dengan benar 1-8 soal ≤55%

Kuesioner

2 Umur Lama waktu hidup di hitung sejak di lahirkan sampai sekarang

Umur1.<20 tahun2.20-30 tahun3.31-40 tahun4.>41 tahun

Ordinal 1.<20 tahun2.20-30 tahun3.31-40 tahun4.> 41 tahun

Kuesioner

3 Pendidikan Tingkat atau jenjang pendidikan formal terakhir yang di tempuh oleh ibu

1.SD2.SMP3.SMA4.PT

Ordinal 1.SD2.SMP3.SMA4.PT

Kuesioner

3.5.Pengumpulan dan pengolahan data

Pengumpulan data adalah data yang di dapatkan dengan cara

pengumpulan data

3.5.1.Instrumen pengumpulan data

Page 40: BAB I-Bab 3

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuesioner,wawancara dan dokumen.

3.5.2. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian di lakukan di Pustu Durensewu Pandaan selama 1 bulan yaitu pada bulan

juni 2011 dan waktu pengumpulan data pada bulan juli 2011

3.5.3 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data.

Data di kumpulkan dengan cara observasi di kuesioner berstruktur kepada subyek

yang akan di teliti.

3.5.4.Analisis data

Setelah data terkumpul,di lakukan pengolahan dan di uji dengan cara triangulasi

(pengulang-ulangan data sampai mendapatkan data shahih),kemudian perpanjangan

keikutsertaan,kemudian baru di observasi.

a.Editing

Data atau kuesioner yang terkumpul di periksa kembali di lapangan dan

memastikan jawaban yang berisi sesuai dengan maksud pertanyaan dan sesuia

petunjuk penelitian

b.Coding

Page 41: BAB I-Bab 3

Memberi kode-kode tertentu pada setiap informent dan jawaban untuk

memudahkan saat tabulasi data untuk menghindari kekeliruan

c.Trasfering

Dalam kuesioner yang di genakan di sesuaikan dengan kriteria yang di

tetapkan.

3.6 Etika Penelitian

3.6.1.Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan di berikan kepada subyek yang akan di teliti.Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan di lakukan,jika para informent

bersedia di teliti maka harus mentandatangani lembar persetujuan tersebut,jika

menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak-haknya.

3.6.2.Anominity (Tanpa Nama)

Nama informent atau sunyek tidak di cantumkan pada lembar pengumpulan

data.apabila informent tidak merasa keberatan.

3.6.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Page 42: BAB I-Bab 3

Informasi yang telah di kumpulkan dari subyek di jamin kerahasiaannya oleh

peneliti,hanya sekelompok data tertentu saja yang akan di laporkan pada hasil

penelitian.hal ini apabila informent tidak merasa keberatan untuk di publikasikan

3.7 Keterbatasan

1.Penelitian ini di fokuskan pada penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

tingkat pendidikan akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi Kb suntik.

2.Terbatasnya waktu yang di pergunakan untuk penelitian.

Page 43: BAB I-Bab 3

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Ed 6, Jakarta:

Rieneka Cipta.

Azwar,S.2007. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian, Jakarta: Rieneka

Cipta.

BKKBN,2003.Kamus Istilah Kependudukan KB dan keluarga Sejahtera,Jakarta:

BKKBN.

Hartanto,2003.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi,Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan.

Mansjoer,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius

FKUI

Manuaba,IBG.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan,dan KB Untuk

Pendidikan Bidan,Jakarta : EGC

Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan

FkUI.

Nursalam dan Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

Jakarta: Sagung Seto.

Page 44: BAB I-Bab 3

Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rieneka Cipta.

Prawirohardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Saifudin,Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:

YayasanBina Pustaka Sarwowno Prawirohardjo.

Depkes RI.1999. Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana

http://www.puslitbang.com (situasi 10 Juli 2007).

http: www.google.com ( situasi 12 juli 2007).

http://www.artikata.com/arti-1330-acceptor.html

(Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1Pedoman ARRIE)

Page 45: BAB I-Bab 3
Page 46: BAB I-Bab 3
Page 47: BAB I-Bab 3

47

Page 48: BAB I-Bab 3