BAB I-Bab 3
-
Upload
kurniawaen-slalu-tertawa -
Category
Documents
-
view
2.621 -
download
3
Transcript of BAB I-Bab 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program KB di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1965 yang disponsori oleh
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) (Majalah Bidan: 2004).
Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar
dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat
kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan
perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk mencegah kehamilan yang dialami
oleh wanita . http://www.puslitbang.com (situasi 10 Juli 2007).
KB menurut WHO dalam Hartanto 2004 adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.Kita ketahui bahwa sampai saat ini
belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal/sempurna. Semua metode
kontrasepsi mempunyai efek samping (akibat pemakaianKB bukan gejala suatu penyakit), yang harus diketahui
pemakai(akseptor) sebelum memakainya.Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga
berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB
oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca
persalinan (Manuaba, 1998 : 444).Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil
mini survey peserta aktif tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi KB di Indonesia adalah
66,2%. Alat atau cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34%), pil (17%) IUD (7%),
1
implan (4%), MOW (2,6%), MOP (0,3%) Kondom (0,6 %).http://www.google.com ( situasi 12
juli 2007).
Prevalensi kesertaan ber-KB di Jawa Timur, masih tinggi (77,11%). Alat kontrasepsi
yang dominan digunakan adalah suntik 101.931 akseptor, Ini berarti sekitar 110,43 % dari
pencapaian perkiraan permintaan masyarakat. http://www.google.com(situasi 5-8-2009).
Dari data di Pustu Desa Durensewu Kecamatan Pandaan pada tahun 2010 terdapat 1436 akseptor
dengan jumlah pemakaian alat kontrasepsi jenis kondom 25 orang (1,7%) akseptorpil 304
orang(21,2%) akseptor suntik 619 orang (43.1%) akseptor IUD 19 orang(1,3%) akseptor Implant
28 orang(1,9%) akseptor MOW 112 orang (7,8%,) MOP 5 orang (0,4%). Dari data tersebut
pemakaian kontrasepsi yang terbanyak adalah akseptor KB Suntik.(Profil pustu Desa Duren
sewu dan Laporan KIA 2010 ).
Di Desa Durensewu masyarakatnya mayoritas berpendidikan SMA, pengetahuan juga
dapat dipengaruhi oleh pendidikan karena makin tinggi tingkat pendidikanseseorang,
makin mudah menerima informasi sehingga makin banyakpula pengetahuan yang dimiliki.
(Kuncoroningrat,1997,dikutip olehNursalam danPariani: 2001 : 133),
Solusi untuk meningkatkan pengetahuan akseptor KB yaitu dengan cara pemberian
konseling, karena konseling dapat memberikan pengetahuan akseptor KB Suntik tentang efek
samping KB Suntik, keuntungan, kerugian, efektifitas dan waktu pemakaiannya sehingga
akseptor KB suntik dapat mengambil keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tepat
dan sesuai. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Dari latar belakang di atas peneliti tertarik ingin meneliti “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Pemakaian Kontrasepsi KB Suntik Di Pustu
Durensewu Pandaan “.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Dalam pemilihan alat kontrasepsi tertentu banyak hal yang perlu diperhatikan, misalnya
efektivitas, keuntungan dan kerugian, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping. Untuk
mempunyai sikap yang positif tentang KB di perlukan pengetahuan yang baik,demikian
sebaliknya bila mempunyai pengetahuan kurang maka pengetahuan dan kepatuhan menjalani
program KB berkurang.
1.2.2.Pernyataan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan akseptor Kb suntik tentang pemakaian kontrasepsi Kb
suntik?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis tingkat pengetahuan akseptor Kb suntik tentang pemakaian kontrasepsi Kb
suntik.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1.Menganalisis tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi
Kb suntik dberdasarkan tingkat pendidikan.
1.3.2.2.Menganalisis tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi
Kb suntik di berdasarkan umur.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis1. Sebagai wawasan pengetahuan bagi akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi
KB Suntik.
2. Hasil penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang kesehatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan
pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.
2. Sebagai masukan bagi rekan bidan lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada
akseptorKB Suntik terhadap pemakaian kontrasepsi KB Suntik untuk meningkatkan
pelayanan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep Dasar Akseptor
2.1.1 Pengertian akseptor
Keluarga Berencana merupakan suatu upaya untuk mengatur jumlah
penduduk.Menurut Hartanto (2003) Keluarga Berencana adalah penggunaan cara-
cara pengatur fertilisasi untuk membantu seseorang atau keluarga mencapai tujuan
tertentu.Tujuan yang dimaksud disini adalah suatu pengaturan kehamilan secara
sengaja oleh keluarga tersebut, yang tidak melawan hukum atau perundang-
undang yang berlaku dan juga moral pancasila dan untuk kesejahteraan
keluarga.Tujuan umum pelayanan medik keluarga berencana adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dalam rangka
mewujudkan NKKBS.
Untuk mencapai keberhasilan pelayanan keluarga berencana tersebut perlu
didukung oleh anggota masyarakat sebagai pendukung gerakan keluarga
berencana dengan berpartisipasi secara aktif sebagai peserta KB atau akseptor
KB.Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan
melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi.
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti (pelaksanaan)
program keluarga berencana. (the person (or institution) who accepts a check or
draft and becomes responsible for paying the party named in the draft when it
5
matures ) or (chemistry in the formation of a coordinate bond it is the compound
to which electrons are donated).
(http://www.artikata.com/arti-1330-acceptor.html )
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase
menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase
menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan.
Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih
berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka
kelahiran.
2.1.2 Macam-macam Akseptor KB
Akseptor keluarga berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur dapat dibagi
menjadi tiga macam :
1) Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama
kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir
dengan keguguran atau persalinan.
2) Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan
kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
3) Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti
pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.
2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi
Kontrasepsi Menurut Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga
Berencana (Depkes RI, 1999). Berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran:2001:350) adalah upaya
mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat
dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau
dengan operasi.Menurut (Hanafi Winkjosastro 2002) Kontrasepsi adalah upaya
untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Pada umumnya cara/ metode Kontrasepsi dapat dibagi menjadi 3 kategori :
1. Metode Sederhana
a. Tanpa alat/obat
1. Senggama Terputus
2. Pantang Berkala
b. Dengan Alat/Obat
1. Kondom
2. Diafragma atau Cup
3. Cream, Yelly dan Cairan berbusa
4. Tablet berbusa (Vaginal Tablet)
2. Metode Efektif
1. Pil KB
2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
3. Susuk KB
4. Metode Mantap dengan Cara Operasi(Kontrasepsi Mantap)
a. Pada wanitaTubektomi
b. Pada pria Vasektomi (Depkes RI, 1999) Buku Petugas Fasilitas
Pelayanan KB
2.3.Konsep Dasar Kontrasepsi suntikan
Akseptor Kb Suntik adalah seorang wanita yang menggunakan alat
kontsasepsi suntik untuk mencegah atau menghindari kehamilan.(BKKBN,2003)
Kontrasepsi suntik adalah suatu cairan berizi zat untuk mencegah
kehamilan selama jangka waktu tertentu,ada yang dua bulan atau tiap bulan,cairan
tersebut merupakan sintesis “progesterone “
Sedangkan Menurut BKKBN (1991) Suntik KB adalah suatu cara
kontrasepsi untuk wanita yang mampu melindungi seorang ibu terhadap
kemungkinan terjadi hamil yang di berikan dengan cara suntik.
2.3.1 Jenis jenis Kontrasepsi suntik
Menurut hartanto (2004) Kontrasepsi suntik yang beredar di Indonesia ada
2 macam yaitu:
a.DMPA (depomedroxy progesterone asetat ) atau di sebut depo provera dengan
dosis 150 mg
b.NET-EN (noristerat enantat ) atau di sebut noristerat dengan dosis 200 mg.
1.Suntikan Kombinasi
Adalah 25 mg deponaroxi progesteron acetat dan 1 mg estradiol sipionat
yang diberikan injeksi 1 M sebutan seklai (cyclofem) dan 50 mg nereticinicon
enafat dan 5 mg estradiol valenat yang diberikan injeksi 1 M sebutan sekali
(Saifuddin, 2006:MK-34).
a.Efektivitas kontrasepsi kombinasi
Sangat efektif (0.1 – 0.4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan (Saifuddin, 2006:MK-34).
b.Cara Kerja suntikan Kombinasi
1. Menekan ovulasi
2.Membuat lendir menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implementasi terganggu.
4. Penghambatan transportasi gamet oleh tuba
(Saifuddin, 2006:MK-34).
c.Keuntungan suntikan Kombinasi
1. Risiko terhadap kesehatan kecil
2.Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
3.Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
4.Jangka panjang
5.Efek samping sangat kecil
6.Klien tidak menyimpan obat suntik
7.Mengurangi jumlah perdarahan
8.Mengurangi nyeri pada saat haid
9.Mencegah anemia (Saifuddin, 2006:MK-34)
d. Kerugian suntikan Kombinasi
1. Terjadi perubahan pada haid
2.Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti hilang setelah
suntikan kedua dan ketiga.
3. Ketergantungan klien terhadap petugas kesehatan.
4. Penambahan berat badan.
5. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian (Saifuddin, 2006:MK-34)
e. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
1. Usia reproduksi
2. Setelah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
3.Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
4.Mengyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
5. Pasca persalinan dan tidak menyusui
6. Anemia
7.Nyeri haid hebat
8.Haid teratur
9.Riwayat kehamilan ektopik
10. Sering lelah menggunakan pil kontrasepsi
f.Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
1. Hamil atau diduga hamil
2.Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan
3.Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4. Penyakit haid akut (virus hepatitis)
5. Usia> 35 tahun yang merokok
6. Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110
mmHg)
7. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis> 20 tahun
8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
9.Keganasan payudaya. (Saifuddin, 2006:MK-35)
g. Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi
1. Suntikan pertama dapat di berikan dalam waktu 7 hari siklus haid.tidak di
perlukan kontrasepsi tambahan.
2.Bila suntikan di berikan setelah hari ke-7 siklus haid,klien tidak boleh
berhubungan seksual selam 7 hari atau menggunakan kontrasepsii lain untuk 7
hari.
3.Bila klien pasca persalinan 6 bulan menyusui serrta belum haid suntikan
pertama dapat di berikan setiap saat asal tidak hamil.
4. Pasca keguguran suntikan kombinasi dapat di berikan atau dalam waktu 7 hari
setelah keguguran.
5. Ibu yang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan pertama dapat segera di berikan dan tidak menunggu sampai
haid berikutnya asal tidak hamil.
6.ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik dan ingin mengganti dengan suntikan
yang lain di berikan pada jadwal suntikan sebelumnya. (Saifuddin, 2006:MK-37)
h.Cara penggunaan
Suntikan kombinasi di berikan setiap bulan ddengan suntikan intra muscular
dalam,Klien di minta datang setiap 4 minggu.Suntikan uang dapat di berikan tujuh
hari lebih awal,dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan.Dapat juga di
berikan setelah tujuh hari dari jadwal yang telah di tentukan,asal saja di yakini
perempuan tersebut tidak hamil.tidak di benarkan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
2.suntikan Progestin
a. Pengertian
DMPA adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek progestin asli
dari tubuh wanita dan merupakan suspensi steril medroxy progesteron acetat
dalam air, yang mengandung medroxy progesteron acetat 150 mg (setiap 3 ml)
(FKUI, 1980).
DMPA ini telah dipakai lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih
20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita
(Hartanto, 2002).
b. Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
a) Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).
b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengancara disuntik IM (Sarwono,
2007)
c. Cara Kerja
Cara kerja kontrasepsi ini
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
c. Menjadikan selaput rahim tipis dan atropi
d. Menghambat tranportasi gamet oleh tuba (Saifudin,2006:MK-41).
d. Efektifitas
Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan (Sarwono, 2007).
Tingginya minat pemakaian alat kontrasepsi ini oleh karena murah, aman,
sederhana, efektif dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998:444).
e. Keuntungan
Keuntungan penggunaannya adalah :
a) Sangat efektif dan tidak perlu takut lupa
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
e) Tidak berpengaruh terhadap ASI
f) Sedikit efeksamping
g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai primenopause.
h) Mencegah kanker andometrium dan kehamilan ektopik
i) Menurunkan kejadian penyakit tumor jinak payudara
j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Saifudin,2006:Mk-24)
f. Kerugian/Keterbatasannya
Dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur karena tidak terdapatnya estrogen
yang diperlukan untuk pengelupasan endometrium secara teratur pada haid (Dep.
kes RI, 1994).
g. Efek samping
Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak di inginkan. Menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping adalah akibat atau gejala yang
timbul secara tidak langsung disamping proses utamanya. Efek samping DMPA
adalah dampak dari DMPA yang tidak diinginkan. Efek samping penggunaan
DMPA adalah :
a) Gangguan haid
Pola haid yang normal dapat menjadi amenore, perdarahan ireguler,
perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi yang lama.Efek pada pola haid
tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter – menstrual dan perdarahan
bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah
besar. Insiden yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atropi
endometrium.
Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan
nampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam
kadarhormon. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan.
b) Mual / Pusing / Gelisah
c) Sakit kepala
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan
terjadi pada kurang dari 1 – 17% akseptor
d) Berat Badan yang Bertambah
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara
kurang dari
1 kg – 5 kg dalam setahun pertama.Penyebab perdarahan tidak jelas tampaknya
terjadi karena bertambahnya lemak tubuh.
e) Galaktorea
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat
memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI).
DMPA tidak merubah komposisi dari ASI
f) Depresi
g) Tromboflebitis (Hartanto, 2003).
h. Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan
a) Gangguan haid
(1) Amenorea adalah tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor
mengikuti KB suntik.
Penilaian :
Hindarkan kemungkinan hamil dengan memeriksa ada tidaknya tanda-tanda
kehamilan, lakukan pemeriksaan dengan pp tes.
Penanganan :
Gejala amenorea adalah biasa pada peserta kontrasepsi suntikan, walau begitu
amenorea selama 6 minggu setelah haid yang teratur mungkin terjadi kehamilan.
Bila ya, dapat dipastikan rujuk klien sesuai dengan tata cara yang berlaku, dan
jelaskan pada ibu bahwa hormon progestin yang disuntikkan tidak akan
menyebabkan kelainan pada janin. Haid normal biasanya kembali setelah 1-3
bulan suntikan dihentikan (Sarwono, 1996)
(2) Menorrhagia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya
Penilaian :
Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa perdarahan tersebut bukan
dari saluran alat kelamin, bila diduga hamil (diluar kandungan) atau keguguran
spontan, lakukan pemeriksaan dan bila perlu lakukan tes kehamilan.
Penanganan :
Bila terdapat kelainan segera diobati dan bila perlu rujuk kesarana pelayanan yang
lebih lengkap untuk evaluasi lebih lanjut.Hentikan penyuntikan KB.Anjurkan
klien untuk konseling kembali setelah mengalami pengobatan.
(3) Spotting adalah perdarahan inter-menstival yang jumlahnya sedikit sekali
sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon.
Penilaian :
Bila tidak ditemukan kelainan periksalah adanya tanda-tanda anemia berat
(daerah-daerah ekstrimitas yang pucat).
Penanganan :
Bila hematokrit < 30 atau hemoglobin < 9 g/dl, dapat diberikan Fe (FeSO4), 200
mg/hari
(selama 3 bulan) dan konseling gizi, hentikan suntik KB anjurkan cara lain.
Catatan :
Biasanya justru pada peserta KB suntik, haid bulanan sangat sedikit/tidak ada
sehingga kecil kemungkinan untuk anemia.
b) Mual/Pusing/Gelisah
Penilaian :
Pastikan tidak terdapat kehamilan dengan pemeriksaan jasmani, periksa pekaian
spekulum, periksa bimanual dan tes kehamilan bila perlu.
Penanganan :
Bila ibu hamil segera rujuk, bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah
hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
c) Sakit Kepala (disertai gangguan penglihatan)
Penilaian :
Tanyakan apakah ada perubahan menjadi bertambah berat dalam pola sakit kepala
sejak mengikuti KB suntik. Lakukan pemeriksaan dan ukur tekanan darah.
Penanganan :
Bila sakit kepala sangat berat dan atau berulang atau tekanan darah meningkat
sejak penggunaan KB suntik maka rujuk atau hentikan penyuntikan. Bila
gangguan penglihatan menetap rujuk atau hentikan penyuntikan.Bila sakit kepala
ringan-sedang, berikan analgesik dan berikan konseling.
d) Perubahan Berat Badan (BB naik atau turun)
Penilaian :
Bandingkan sebelum dan sesudah mengikuti KB suntik, pastikan tidak terdapat
adanya kehamilan, pastikan klien makan dan olahraga dengan baik dan tepat.
Penanganan :
Informasikan bahwa kenaikan-penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu menyolok. Bila berat
badan berlebihan hentikan penyuntikan dan anjurkan cara KB lain (Sarwono,
1996)
e) Galaktorea (pengeluaran ASI yang berlebihan)
Penilaian :
Laksanakan pemeriksaan hormon pralaktin
Penanganan :
Bila terdapat peningkatan kadar hormon pralaktin hentikan pemberian suntikan.
f) Depresi
Penilaian :
Tanyakan faktor-faktor yang mungkin berpengaruh misalnya depresi pada
keluarga dan masalah keuangan dan sosial.
Penanganan :
Berikan konseling, bila akseptor merasa depresinya bertambah berat pada
pemakaian KB suntik atau karena pengaruh selama penyuntikan hentikan
penyuntikan. Jika KB suntik tidak memperberat kondisi maka penyuntikan dapat
dilanjutkan.
g) Tromboflebitis/Penyakit trumboemboli
Penilaian :
Kemungkinan penyakit tromboemboli
Penanganan :
Trimboemboli adalah kontra indikasi pemkaian KB suntik rujuk dan
kemungkinan hentikan penyuntikan.
I) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f) Setelah abortus atau keguguran
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
h) Perokok
i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit.
j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkolosis.
k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
m) Anemia defisiensi besi (Sarwono, 2003).
J) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin per 100.000 kelahiran)
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e) Diabetes melitus disertai komplikasi (Sarwono, 2003).
K) Kapan Suntikan KB Dapat Diberikan
a) Pasca persalinan
(1) Segera ketika masih di rumah sakit
(2) Jadwal suntikan berikutnya
b) Pasca abortus
(1) Segera setelah perawatan
(2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan
c) Interval
(1) Segera setelah perawatan
(2) Jadwal waktu diperhitungkan
Jadwal waktu suntikan berikutnya di perhitungkan dengan pedoman
Depoprovera : Interval 12 minggu
Norigest : Interval 8 minggu
Cyclofem : Interval 4 mginggu (Manuaba, 1998:445).
L) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea)
b) Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu
kesehatan.
c) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan BB, sakit kepala dan nyeri
payudara. Efek
efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang.
d) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu
usia muda yang
ingin menunda kehamilan dan bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya
dalam
waktu dekat.
e) Setelah suntikan di hentikan, haid tidak segera datang haid baru datang kembali
pada
umumnya setelah 6 bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan.
Bila setelah
3-6 bulan tidak haid juga, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan
kesehatan
untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
f) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
diberikan 2
minggu. Setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien
tidak
diberikan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode
kontrasepsi
lainnya selama 7 hari.
g) Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan
kemudian
meminta untuk. Digantikan dengan kontrasepsi suntik yang lain, sebaiknya jangan
dilakukan.
h) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja
diyakini ibu tersebut
tidak hamil (Sarwono, 2003).
M) Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin
a) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
b) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu.
c) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
d) Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya
penglihatan.
e) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam
satu periode masa haid.
Bila terjadi hal-hal yang di sebutkan diatas, hubungi segera Nakes atau
Klinik terdekat (Saifudin,2006:MK-46)
2.4.Konsep Dasar Pengetahuan
2.4.1.Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “ tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadii
melalui panca indera manusia, yakni: indera pengelihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga (Notoatmodjo:2003:126 ).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,
hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian
adalah benar atau berguna. (Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1.
Jakarta: Lembaga Penerbitan FKUI.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Prilaku yang didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan bersifat langgeng. Sebaliknya
apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan
berlangsung lama. (Rogers, 1974). (Notoatmodjo,2003) menyebutkan bahwa
sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru akan terjadi suatu proses dalam diri
orang tersebut yaitu :
1) Awarenees (kesadaran)
yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu.
2) Interest (tertarik)
yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (mempertimbangkan)
yakni baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap seseorang
sudah lebih baik.
4) Trial (mencoba)
yakni orang telah mencoba perilaku baru.
5) Adoption (mengadaptasi)
yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Soekidjo Notoadmodjo,pengatahuan di bagi menjadi enam
tingkatan yang mencakup dalam domain kognitif yaitu Tingkat Pengetahuan.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2.Memahami (Conprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpresentasikan materi
tersebut secara benar, orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramal dan sebagainya,
terhadap objek yang telah dipelajari.
3.Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dalam kontek atau situasi lain
4.Analisis (Analisys)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisai tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan sintesis adalah suatu kemampuan untuk formulasi-formulasi yang ada.
6.Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada.
2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut (Azwar S:2007:30-
33) yaitu :
a. Faktor Internal
1.Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlihan khusus, dan juga sesuatu
yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan
2.Minat
Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan
kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan
3.Intelegensi
Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi
dimana seseorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam
pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai intelegensi yang rendah akan
bertingkah laku lambat dalam mengambil keputusan
4.Umur
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan
variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah
lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan
sampai berulang tahun yang terakhir. Masa menopause merupakan masa peralihan
dari masa haid sampai masa berhentinya haid, berlangsung antara usia 30-46
tahun.
b.Faktor eksternal
1.Media Massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media
masa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
2.Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan
paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang
3. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan
masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa
tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal
ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.
4. Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan seseorang
5.Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode
penyuluhan, dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.
6. Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah
pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil
terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan
2.4.3.Kriteria Pengetahuan (Menurut Ari Kunto: 2005 : 342)
Pengukuran pengetahuan dapat dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau
responden kedalam pengetahuan yang ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan
tingkatan tersebut diatas, sedangkan diketahui atau diukur dapat disesuaikan
dengan tingaktan tersebut diatas, sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-
masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu :
Baik jika dapat menjawab dengan benar 12 – 15 soal (76% - 100%)
Cukup jika dapat menjawab dengan benar 9-11 soal (56% - 75%)
Kurang jika dapat menjawab dengan benar 1 – 8 soal (≤ 55%)
2.5.konsep dasar puskesmas pembantu
1.definisi
Puskesmas Pembantu adalah Unit pelayanan kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah yang lebih kecil
2.Fungsi Pokok
• Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat.
• Membina peran serta masyarakat
• Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
3.Cara-cara yang ditempuh
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien dan efektif.
3. Memberikan bantuan teknis
4. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
5. Kerjasama lintas sektor
4.Upaya-upaya puskesmas pembantu
1.Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan
oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan wajib meliputi:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya kesehatan Ibu & Anak serta KB
4. Upaya perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan
dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan meliputi:
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah raga
3. Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradision
(Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1Pedoman ARRIE)
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Menurut Notoatmojo (2002) Kerangka konsep penelitian adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian
yang akan di lakukan.
33
Pengetahuan akseptor Kb suntik
Sikap
Perilaku(tindakan)
Faktor Internal
-Pendidikan-Minat-Intelegensi-Umur
Faktor Eksternal
- pengalaman- sosial budaya- Lingkungan- Penyuluhan- Informasi- Media Massa
Faktor Internal
-Pendidikan-Minat-Intelegensi- Umur
Faktor Eksternal
-Pengalaman-Sosial Budaya-Lingkungan- Penyuluhan- Informasi- Media Massa
akseptor Kb suntik
Keterangan Di teliti
Tidak Di teliti
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual Pengaruh Tingkat Pendidikan Akseptor KB Suntik terhadap
Pemakaian Kontrasepsi KB suntik
Berdasarkan Kerangka konseptual di atas dapat di simpulkan bahwa pengetahuan
akseptor KB suntik dalam pemakaian KB suntik Untuk mencegah kehamilan di
pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal meliputi : Pendidikan,Minat,Intelegensi
dan Umur dan faktor eksternal meliputi: Pengalaman,Sosial
Budaya,Lingkungan,Penyuluhan,Informasi dan media Di harapkan dengan
pendidikan tersebut dapat merubah sikap dan perilaku (tindakan) akseptor KB suntik
untuk menggunakan kontrasepsi KB suntik untuk mencegah kehamilan
3.2.Metode Penelitian
Deskriptif,Observasional,Kualitatif. adalah Metode penelitian kualitatif yang
menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa
dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka
3.2.1 Desain Penelitian
Jenis Penelitian yang di gunakan adalah penelitian observasional Karena tidak
melakukan perlakuan pada obyek yang di teliti.Menurut analisanya adalah penelitian
deskriptif karena hanya membuat gambaran secara obyektif dan menurut waktu cross
sectional karena pengamatannya di lakukan pada suatu saat.
3.2.2.Kerangka Kerja
Menentukan populasi : semua akseptor KB Suntik yang berkunjung di Pustu Durensewu Pandaan Pandaan pada bulan juni – juli 2011.
Menentukan sampling (Purposif Sampling)
Menentukan sampel : akseptor KB suntik yang berkunjung pada bulan juni - juli 2011 di Pustu Durensewu Pandaan 30 informent
Meminta persetujuan untuk menjadi informent dengan memberikan inform consent
Membagikan kuesioner pada akseptor KB suntik tentang pemakaian kontrasepsi KB suntik
.
Gambar 3.2.2 Kerangka Kerja Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat
Pendidikan Aksepptor KB suntik Tentang Pemakaian Kontrasepsi Kb suntik.
3.2.3,Populasi,Sampel Dan Sampling.
3.2.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2002).
Mengumpulkan Data : pengumpulan data tentang faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendidikan,pengetahuan,sikap,tindakan dengan kuesioner terbuka.
Mentabulasi data
Menganalisis data
Menyajikan data
Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik yang berkunjung di
Pustu Durensewu Pandaan pada bulan juni – juli 2011
3.2.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi dan mewakili populasi yang akan
di teliti.
Di dalam peneltian ini menggunakan purposife sampling yaitu FGD (Focus group
discussion)
3,2,3,3. Sampling
Teknik yang di gunakan adalah Quota sampling
3.3.Identifikasi Variabel
3.3.1.Variabel Independent
Variabel independent adalah variabel bebas.variabel independent dalam penelitian ini
adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendidikan akseptor KB
suntik.
3.3.2 variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel terikat.variabel dependent dalam penelitian ini
adalah pemakaian kontrasepsi KB suntik.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti
berdasarkan karakteristik yang diamati dan sesuatu yang di defenisikan
tersebut.Hal ini memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Nursalam:2001)
Tabel 3.1 Definisi operasional
No Variabel Data Jurnal Kuesioner Wawancara
1 Tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik
2 Umur
3 Pendidikan
Keterangan :
Di lakukan
- Tidak di lakukan
Tabel Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Parameter Skala Kriteria Alat Ukur
1 Pengetahuan akseptor Kb suntik
Segala sesuatu yang di ketahui oleh akseptor Kb suntik tentang kontrasepsi Kb suntik
Menjawab pertanyaan terbuka
Ordinal a.Baik jika dapat menjawab dengan benar 12-15 soal 76%-100%b.Cukup jika dapat menjawab dengan benar 9-11 soal 56%-75%c.Kurang jika dapt menjawab dengan benar 1-8 soal ≤55%
Kuesioner
2 Umur Lama waktu hidup di hitung sejak di lahirkan sampai sekarang
Umur1.<20 tahun2.20-30 tahun3.31-40 tahun4.>41 tahun
Ordinal 1.<20 tahun2.20-30 tahun3.31-40 tahun4.> 41 tahun
Kuesioner
3 Pendidikan Tingkat atau jenjang pendidikan formal terakhir yang di tempuh oleh ibu
1.SD2.SMP3.SMA4.PT
Ordinal 1.SD2.SMP3.SMA4.PT
Kuesioner
3.5.Pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan data adalah data yang di dapatkan dengan cara
pengumpulan data
3.5.1.Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner,wawancara dan dokumen.
3.5.2. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian di lakukan di Pustu Durensewu Pandaan selama 1 bulan yaitu pada bulan
juni 2011 dan waktu pengumpulan data pada bulan juli 2011
3.5.3 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data.
Data di kumpulkan dengan cara observasi di kuesioner berstruktur kepada subyek
yang akan di teliti.
3.5.4.Analisis data
Setelah data terkumpul,di lakukan pengolahan dan di uji dengan cara triangulasi
(pengulang-ulangan data sampai mendapatkan data shahih),kemudian perpanjangan
keikutsertaan,kemudian baru di observasi.
a.Editing
Data atau kuesioner yang terkumpul di periksa kembali di lapangan dan
memastikan jawaban yang berisi sesuai dengan maksud pertanyaan dan sesuia
petunjuk penelitian
b.Coding
Memberi kode-kode tertentu pada setiap informent dan jawaban untuk
memudahkan saat tabulasi data untuk menghindari kekeliruan
c.Trasfering
Dalam kuesioner yang di genakan di sesuaikan dengan kriteria yang di
tetapkan.
3.6 Etika Penelitian
3.6.1.Informed consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan di berikan kepada subyek yang akan di teliti.Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan di lakukan,jika para informent
bersedia di teliti maka harus mentandatangani lembar persetujuan tersebut,jika
menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
hak-haknya.
3.6.2.Anominity (Tanpa Nama)
Nama informent atau sunyek tidak di cantumkan pada lembar pengumpulan
data.apabila informent tidak merasa keberatan.
3.6.3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang telah di kumpulkan dari subyek di jamin kerahasiaannya oleh
peneliti,hanya sekelompok data tertentu saja yang akan di laporkan pada hasil
penelitian.hal ini apabila informent tidak merasa keberatan untuk di publikasikan
3.7 Keterbatasan
1.Penelitian ini di fokuskan pada penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat pendidikan akseptor KB Suntik tentang pemakaian kontrasepsi Kb suntik.
2.Terbatasnya waktu yang di pergunakan untuk penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Ed 6, Jakarta:
Rieneka Cipta.
Azwar,S.2007. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian, Jakarta: Rieneka
Cipta.
BKKBN,2003.Kamus Istilah Kependudukan KB dan keluarga Sejahtera,Jakarta:
BKKBN.
Hartanto,2003.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi,Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Mansjoer,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Manuaba,IBG.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan,dan KB Untuk
Pendidikan Bidan,Jakarta : EGC
Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan
FkUI.
Nursalam dan Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: Sagung Seto.
Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rieneka Cipta.
Prawirohardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Saifudin,Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:
YayasanBina Pustaka Sarwowno Prawirohardjo.
Depkes RI.1999. Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana
http://www.puslitbang.com (situasi 10 Juli 2007).
http: www.google.com ( situasi 12 juli 2007).
http://www.artikata.com/arti-1330-acceptor.html
(Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1Pedoman ARRIE)
47