BAB I-3

download BAB I-3

of 31

Transcript of BAB I-3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebuah ikatan batin tidak hanya lahir antara dua manusia saja, namun ikatan batin juga bisa terjalin antara hewan peliharaan dan majikannya. Ikatan batin inilah yang akhirnya membuat seseorang merasa memiliki kedekatan tersendiri dengan hewan peliharaan mereka masing-masing. Ikatan batin antara manusia dengan hewan peliharan juga dirasakan pada Vidya Andhini, gadis kelahiran Bekasi, 24 Februari 1992 ini mengaku memiliki ikatan batin yang baik antara dia dan hewan peliharaannya. Gadis yang biasa dipanggil Vidya ini mengaku telah jatuh cinta kepada hewan peliharaannya yaitu ular, yang dikenalnya dari sang kakak. Vidya mengaku bahwa ular merupakan binatang yang unik dan tidak membahayakan dirinya. Ketika kebanyakan remaja putri seusianya takut dengan binatang ular, terkecuali dengan Vidya, Ia lebih memilih ular untuk dijadikan hewan peliharaannya dirumah. Kecintaannya dengan ular seringkali membuatnya mendapatkan komentar negatif dari teman-teman kampusnya yang selalu merasa aneh dan bingung dengan pilihan hewan yang dipeliharanya. Selain itu, seringkali teman-teman Vidya menjauh darinya ketika ia membawa ular peliharaannya itu ke kampus. Namun hal tersebut justru membuat Vidya merasa bangga Aku sih malah seneng ka kalu ngeliat temen-temen aku ketakutan, terkadang malah aku sengaja ngejarngejar mereka sambil pegang ular jelasnya sambil tertawa kecil. Keberaniannya dengan ular membuat Vidya merasa memiliki harga diri yang tinggi karena dengan keberaniannya tersebut ia merasa bahwa banyak orang disekitarnya yang

1

selalu memandang atau melihat kearahnya ketika ia membawa ular peliharaannya tersebut yang akhirnya membuatnya merasa dipuji oleh orang-orang atas keberaniannya memelihara ular. Mungkin sebagian orang menganggap aneh jika seorang remaja memelihara ular, namun bagi Vidya yang memelihara satu ekor ular jenis Sanca Kembang Sumatra (Sumatran Reticulatus Python) menyadari bahwa ular adalah binatang yang eksotis dan tidak merepotkan untuk dipelihara. Bagi Vidya memelihara ular jauh lebih menyenangkan jika kita mau mencoba terlebih dahulu untuk bersahabat dengan ular, karena ular merupakan sahabat manusia khususnya dalam bidang pertanian yaitu membantu petani mengusir hama tikus. (Wawancara personal, 10 Desember 2011) Menurut Hall (1904, dalam Santrock, 2007) masa remaja yang usianya berkisar antara 12 hingga 23 tahun diwarnai oleh pergolakan. Pandangan mengenai storm and stress adalah konsep dari Hall yang menyatakan bahwa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati. Masa ini merupakan masa perubahan-perubahan yang sangat menonjol pada remaja baik dalam aspek jasmani maupun rohani. Menurut Santrock (2007) adolesence diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang mencangkup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Witherington (1952, dalam Oemar Hamalik, 1995) menyatakan bahwa masa adolesence terbagi menjadi dua fase, yaitu yang disebut dengan masa remaja awal atau pre adolesence yang berkisar antara usia 12 15 tahun dan masa remaja akhir atau late adolesence yang berkisar antara usia 15 18 tahun. Akan tetapi berbeda dengan Gilmer (1967) yang membagi masa pre adolesence berkisar antara usia 10 13 tahun, masa remaja awal berkisar antara usia 13 17 tahun dan masa remaja akhir berkisar antara usia 18 21 tahun. Remaja selalu berusaha untuk menghindari setiap krisis yang ada pada dirinya dengan cara, membangun hubungan dekat dengan rekan sebayanya di sekolah maupun di lingkungan rumah. Jika krisis tersebut tidak berhasil diatasi

2

dengan baik oleh remaja, maka perasaan loneliness akan mulai tumbuh pada diri remaja tersebut. Rasa loneliness ini salah satunya dapat diatasi dengan cara memelihara hewan peliharaan sebagai teman bermain disaat keluarga dan temanteman sekitar tidak bisa dijadikan sebagai tempat untuk berbagi. Menurut Childrens Hospital of Philadelphia, manfaat dari hewan peliharaan bagi anak adalah mengajarkan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dia miliki. Memberikan koneksi dengan alam dan mengajarkan respek, empati, dan kesabaran terhadap makhluk hidup. Memberi teman bermain disaat hatinya sedang gundah dan merasa sendiri. Selain itu hewan peliharaan melatih untuk mengasihi dan menyayangi sesama makhluk hidup. Menurut riset yang dilakukan seorang psikolog di Miami, orang yang memiliki hewan peliharaan memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Secara khusus, pemilik hewan peliharaan memiliki harga diri yang lebih baik, lebih sehat secara fisik dan cenderung tidak merasa kesepian, lebih teliti, lebih bersikap terbuka dan ekspresif, tidak merasa takut dan tidak terlalu stress dibandingkan mereka yang tidak memiliki binatang peliharaan. (Allen McConnel, PhD dari Universitas Miami, Ohio, Amerika Serikat) Sampai saat ini, sebagian besar penelitian mengenai manfaat besar dari memelihara binatang peliharaan menunjukkan bahwa hal tersebut lebih bersifat korelasional. Dari penelitian diketahui pasien yang memelihara hewan peliharaan memiliki kondisi yang lebih baik dengan kunjungan dokter yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak berinteraksi dengan hewan peliharaan atau tidak memiliki hewan peliharaan. Kondisi yang sama juga didapati pada pasien pengidap HIV. Penelitian yang melibatkan banyak partisipan dengan range usia 19-56 tahun ini menunjukkan bahwa hewan peliharaan dapat mengobati perasaan tertolak pada anak-anak remaja atau di kalangan mahasiswa, dan menjadi "teman bicara" bagi mereka. Hubungan tersebut telah memberikan konsekuensi positif bagi kesejahteraan mental dan psikis para pemiliknya ( bee-health.com; 17 Desember 2011).

3

Dengan adanya hewan peliharaan, remaja dapat melakukan aktifitas sehari-hari bersama hewan peliharaan tersebut. Sehingga lambat laun remaja dapat melatih diri bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan sosial khususnya dengan teman sebaya. Keterampilan sosial yang rendah pada remaja, dapat menyebabkan remaja tersebut memiliki harga diri yang rendah ketika berinteraksi dengan orang lain (Brunch, Hamer, & Heimberg, 1995). Perkembangan harga diri individu dapat dilihat sejak usia dini yaitu pada usia satu atau dua tahun dimana ekspresi perasaan senang mulai tampak dan kepekaan terhadap orang dewasa mulai muncul. Para peneliti menemukan bahwa harga diri seringkali mengalami transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah (Hawkins & Berndt, 1985; Simmons & Blyth, 1987; Twenge & Campbell, 2001). Penurunan harga diri dapat berlangsung selama transisi awal atau pertengahan hingga akhir sekolah menengah atas hingga kampus. Tingkah laku sosial seorang remaja dipengaruhi oleh pengetahuan tentang siapa dirinya. Namun, tingkah laku sosial seorang remaja juga dipengaruhi oleh penilaian atau evaluasi terhadap dirinya, maka ia menjadi percaya diri dalam mengerjakan hal-hal yang ia kerjakan dan memperoleh hasil yang positif. Harga diri yang baik bagi remaja adalah bagaimana ia bisa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara tepat dan terarah. Menurut Flemming & Courtey (1984 dalam Frey, 1994; dalam Somantri. 2009 ; 34) mengemukakan bahwa harga diri pada remaja dibagi menjadi empat aspek, aspek pertama perasaan ingin dihormati, yaitu perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihargai, didukung, diperhatikan dan merasa diri berguna, aspek kedua percaya diri dalam bersosialisasi, yaitu merasa percaya diri dan mudah bergaul dengan orang lain, aspek ketiga kemampuan akademik, yaitu sukses memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas dan aspek keempat penampilan fisik, mampu melakukan sesuatu dalam bentuk aktifitas.

4

Melihat fenomena remaja dan hewan peliharaannya, peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran harga diri pada remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan informasi seperti apa penilaian harga diri pada remaja yang memiliki hewan peliharaan khususnya ular dan sejauh mana ular dapat dijadikan trigger pada remaja dalam meningkatkan harga diri mereka.

I.2 Masalah Penelitian

Untuk memudahkan penelitian, maka perlu dirumuskan masalah apa yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut, yaitu bagaimana gambaran harga diri pada remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan yang mencangkup : 1. Apakah ular dapat dijadikan sebagai trigger pada remaja untuk meningkatkan harga diri mereka ? 2. Bagaimana remaja menilai harga diri mereka ketika memilih ular sebagai hewan peliharaan ?

I.3 Pendekatan dalam Penelitian

Dalam penelitian mengenai gambaran harga diri pada remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran harga diri

5

pada remaja dengan menggunakan metode wawancara dan observasi. Populasi pada penelitian ini adalah remaja berusia 12 21 tahun yang memiliki hewan peliharaan khususnya ular di sekitar Bekasi.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harga diri pada remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan dan memberikan informasi kepada remaja bagaimana cara menumbuhkan harga diri yang positif pada diri mereka. I.4.2 Manfaat Penelitian I.4.2.a Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi khususnya psikologi remaja dan menambah pengetahuan para pembaca mengenai gambaran harga diri pada remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan. I.4.2.b Manfaat Praktis 1. Pada remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa ular dapat dijadikan sebagai salah satu trigger untuk meningkatkan harga diri mereka. 2. Pada masyarakat

6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mematahkan stigma yang ada dimasyarakat, bahwa ular ternyata dapat dijadikan sebagai hewan peliharaan. Selain itu, ular dapat bermanfaat untuk menjaga konservasi alam.

I.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini akan dibagi dan diuraikan dalam 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Berisikan penjelasan mengenai latar belakang dalam pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Landasan Teoritis Berisikan teori yang meliputi konsep mengenai harga diri pada remaja yang memiliki hewan peliharaan khususnya ular. BAB III : Metode Penelitian Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang metode pengumpulan data, subyek penelitian, karakteristik, prosedur penelitian, teknik

pengumpulan data, pengujian validitas dan analisis data. BAB IV : Hasil Penelitian Berisikan deskripsi data, interpretasi data dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dan selanjutnya

7

membahas data-data penelitian tersebut dengan teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.

BAB V

: Penutup Berisi kesimpulan dan saran yang dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan. Peneliti juga mencoba mengajukan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan.

Dan pada bagian akhir dari penelitian ini, berisi daftar pustaka dan lampiranlampiran.

8

BAB II METODE PENELITIAN

II. 1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Harga diri

II.1.1a Pengertian Harga diri

Harga diri atau yang sering disebut juga sebagai martabat diri (Self Worth) atau gambaran diri (Self Image) adalah suatu dimensi global dari diri (Santrock, 2007). Sebagai contoh, seorang remaja mungkin menganggap bahwa ia tidak hanya sebagai seorang pribadi yang biasa, namun merupakan seorang pribadi yang baik. Harga diri merupakan salah satu aspek dari kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu. Coopersmith (dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa : Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan yang memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan.(Coopersmith) Sehingga dapat dikatakan bahwa harga diri adalah Personal Judgment mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Sementara itu, Stuart dan Sundeen (1991) mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya.

9

II.1.1b Karakteristik Harga Diri

Menurut Coopersmith (dalam Burn, 1998) harga diri mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: (1) harga diri sebagai sesuatu yang bersifat umum, (2) harga diri bervariasi dalam setiap pengalaman dan (3) evaluasi diri. Harga diri yang tinggi dapat merujuk pada persepsi yang tepat atau benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi, termasuk keberhasilan dan pencapaiannya (Santrock, 2007).

II.1.1c Pembentukan Harga Diri

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang dilingkungan sekitarnya. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas dan pemahaman akan diri. Hal ini yang nantinya akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai seseorang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998). Harga diri mengandung pengertian siapa dan apa diri saya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat penilaian berdasarkan kriteria dan standart tertentu, atribut-atribut yang melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu yang memperlihatkan standart dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat dan orang lain.

10

II.1.1d Aspek-aspek Harga Diri

Coopersmith (dalam Burn, 1998) membagi harga diri kedalam empat aspek, yaitu: (1) Kekuasaan (power), kemampuan individu untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. (2) Keberartian (significance), adanya kepedulian, penilaian, afeksi yang diterima individu dari orang lain. (3) Kebijakan (virtue), ketaatan mengikuti standart moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan. (4) Kemampuan (competance), sukses dalam memenuhi tuntutan prestasi.

II.1.1e Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang melatarbelakangi harga diri yaitu: (1) pengalaman, (2) pola asuh, (3) lingkungan dan (4) sosial ekonomi (Coopersmith dalam Burn, 1998). Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan dan kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup individu (Yusuf, 2000). Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya yang meliputi cara orangtua dalam memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya (Shochih, 1998). Lingkungan juga memberikan dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dan orangtua , teman sebaya bahkan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya (Yusuf, 2000). Sosial ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari (Ali dan Asrori, 2004).

11

II. 2 Remaja

Istilah remaja sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini juga didukung oleh Piaget (1988 dalam Hurlock, 1991) yang menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual yang meliputi biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka secara lengkap definisi mengenai remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu tersebut mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keaadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980: 9).

II.2.1 Batasan Usia Remaja

Masa remaja berlangsung antara umur 12 21 tahun bagi wanita dan 13 22 tahun bagi pria (Mappiare, 1982). Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sebagai masa remaja awal, sedangkan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun disebut sebagai masa remaja akhir. Akan tetapi, menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah mencapai usia dewasa ketika berusia 18 tahun dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991)

12

II.2.2 Tugas Tugas Perkembangan Remaja

Tugas tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1991) adalah sebagai berikut : (a) Mampu menerima keadaan fisiknya, (b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa, (c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, (d) Mencapai kemandirian emosional, (e) Mencapai kemandirian ekonomi, (f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, (g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, (h) Mengembangkan perilaku dan tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa, (i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan, (j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

II.3 Harga Diri Remaja

Menurut

Flemming

dan

Courtney

(1984,

dalam

Frey,

1994)

mengemukakan bahwa harga diri remaja dibagi menjadi lima aspek, yaitu: (1) perasaan ingin dihormati, perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihargai, didukung, diperhatikan, dan merasa diri berguna. (2) percaya diri dalam bersosialisasi, merasa percaya diri dan mudah bergaul dengan orang lain yang baru dikenal maupun yang sudah kenal. (3) kemampuan akademik, sukses memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas pekerjaan dengan baik dan benar. (4) penampilan fisik, kemampuan untuk merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan, menarik, dan merasa percaya diri. (5) kemampuan fisik, mampu melakukan sesuatu dalam bentuk aktivitas dan dapat berprestasi dalam hal kemampuan fisik.

13

Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan harga diri pada remaja, seperti yang dikemukakan oleh Dariuszky (2004) yaitu: (1) berikan perhatian secara pribadi disaat mereka membutuhkan (2) Perlihatkan kasih sayang dalam bentuk ucapan maupun tindakan (3) berikan pujian secara spesifik dengan memberitahukan bahwa kita menyukai apa yang dilakukannya (4) jelaskan apa yang baik dan tidak baik dari ucapannya maupun tindakannya (5) lakukan sesuatu yang khusus agar dapat memuaskan kebutuhan (6) jelaskan dan tegaskan bakat istimewa yang dimilikinya (7) hargai prestasi baiknya mulai dari prestasi yang sederhana hingga prestasi yang memuaskan.

II.4 Ular

Ular termasuk kelompok hewan melata bertumbuh panjang, tidak berkaki, dan bergerak dengan menggunakan otot perutnya. Ular merupakan reptilia tak bertungkai yang menjulur panjang. Ular mempunyai lidah panjang yang bercabang dua pada ujungnya. Telinga ular tidak tampak dari luar. Ular tidak memiliki kelopak mata yang digerakkan. Ular termasuk hewan berdarah dingin. Suhu tubuhnya tidak menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Dengan kata lain, ular tidak dapat menghasilkan panas dari tubuhnya sendiri. Ketika makan, ular memakan mangsanya bulat-bulat dan tidak memotongnya menjadi bagianbagian yang lebih kecil. Ular memiliki rahang yang dapat membuka lebar sehingga dapat menelan mangsa yang ukurannya lebih besar dari ukuran kepalanya. Ular termasuk kedalam kelompok hewan reptil yang besar dengan lebih dari 2500 jenis yang dikelompokkan kedalam 10 golongan. Reptil ini ditemukan disetiap benua, kecuali Antartika. Sebagian besar ditemukan di daerah tropis (Delik Iskandar, Ensiklopedia).

14

II.4.1 Ciri Fisik Ular

Sebagian besar ular memiliki tubuh yang panjang dan silindris. Tubuh ular terdiri dari kulit yang terbentuk dari zat tanduk yang dinamakan keratin. Lapisan transparan ini membuat kulit ular kering dan lembut. Fungsi utama dari lapisan ini untuk mencegah pengeluaran air yang berlebihan dari tubuh ular. Dibagian bawah lapisan ini terdapat pigmen warna yang memberi warna tubuh ular. Bebr=erapa jenis ular mengganti kulitnya setiap 20 hari. Tulang rangka penyusun tubuh ular sangat ringan dan fleksibel. Tulang punggung ular sangat kecil dan saling berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang. Ular mempunyai 100-400 buah tulang belakang. Tulang belakang ular tidak terhubung dengan tulang dada, tetapi terhubung dengan tulang rusuk melalui otot-otot elastisnya. Ular memiliki jantung yang terbagi menjadi tiga ruangan. Uniknya, jantung ular ini dapat bergerak kesamping ketika ular menelan mangsa untuk dimasukkan ke dalam perutnya. Sistem pernapasan pada ular juga bersifat sederhana. Sebenarnya, ular mempunyai dua paru-paru yaitu paru-paru kanan dan kiri. Namun karena ukuran paru-paru kiri sangat kecil, ular menggunakan paruparu kanan untuk bernafas.

II.4.2 Gaya Hidup Ular

Ular menunjukkan keragaman gaya hidup pada setiap jenisnya. Beberapa ular dapat hidup di lahan yang gembur dan terpendam dibawah tanah. Akan tetapi terdapat sekelompok ular hidup tersembunyi yang sangat besar jumlahnya, yang menghindari cahaya matahari dan bergerak hanya disekitar bawah lapisan limbah, di dalam celah pohon-pohonan, di bawah batu-batuan dan diantara akar pepohonan. Selain itu, banyak juga ular yang berburu di atas tanah dikawasan

15

terbuka, sementara ada yang merupakan hewan malam, dan ada juga yang aktif pada siang hari. Banyak ular yang bersifat amfibia dan hidup didekat perairan tawar atau di paya-paya.

II.4.3 Klasifikasi Ular

Menurut Ensiklopedia (1988) sejumlah klasifikasi telah diajukan, kebanyakan diantaranya pada abad terakhir mengatakan bahwa ular dibagi menjadi tiga sub ordo utama yaitu: Ordo Squamata Subordo Serpentes (a) Infraordo Scolecophidia Peliang dengan tengrkorak kompak dan moncong kaku Masih tersisa sejumlah ciri primitif Famili Anomalepidae Famili Typhlopidae (ular buta) Famili Leptotyphlopidae (ular benang) (b) Infraordo Henophidia Moncong mudah digerakkan atau ditopang oleh tulang rahang atas. Kebanyakan masih memiliki sisa tungkai belakang dan ciri primitif sistem pembuluh darah dan sistem pernapasan. Famili Aniliidae (ular pipa) Famili Xenopeltidae (ular sinar matahari) Famili Uropeltidae (ular ekor perisai) Famili Boidae (sanca dan boa) Famili Acrochordidae (ular berkutil) (c) Infraordo Caenophidia Moncong dan tulang rahang atas mudah digerakkan, ciri primitif Henophidia telah hilang

16

Famili Colubridae Famili Viperidae Famili Crotalidae Famili Elapidae Famili Hydrophiidae

II.5 Kerangka Penelitian

Adanya krisis pada remaja yang tidak dapat dihadapi sendiri Butuh tempat untuk berbagi masalah / cerita Kepada teman, orang tua, guru dsb. Kepada Hewan Peliharaan

Ular

Harga Diri meningkat

17

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Penelitian Kualitatif

Menurut Denzin dan Lincoln (1994 dalam Agus Salim, 2006) secara umum penelitian kualitatif sebagai suatu proses dari berbagai langkah yang

melibatkan peneliti, paradigma teoritis dan interpretatif, strategi penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data empiris, maupun pengembangan interpretasi dan pemaparan. Di dalam penelitian kualitatif dikenal tata cara pengumpulan data yang lazim, yaitu melalui studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka (berbeda dengan Tinjauan Pustaka) dilakukan dengan cara

mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan perundangan, dan diploma/sertifikat. Sumber tertulis ini dapat merupakan sumber primer maupun sumber sekunder, sehingga data yang diperoleh juga dapat bersifat primer atau sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait dengan situasi alamiah. Penelitian mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung dengan situasi lapangan, misalnya mengamati (observasi), wawancara mendalam, diskusi kelompok (focused group discussion), atau terlibat langsung dalam penilaian. Apabila merujuk kembali pada masalah yang hendak dijawab pada penelitian ini, pendekatan kualitatif dipandang sesuai untuk mengetahui gambaran harga diri pada remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan, sehingga hasil yang didapat dari penelitian ini dapat memberikan gambaran dan dinamika yang luas tentang harga diri pada masing-masing responden. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan

18

pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

III.2 Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pengertian populasi, sampling juga berbeda tafsirannya dengan metode lainnya. Dalam kualitatif, sampling merupakan pilihan peneliti tentang aspek apa dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan focus pada saat dan situasi tertentu. Oleh karena itu dilakukan terus menerus sepanjang penelitian. Artinya, tujuan sampling adalah untuk mencakup sebanyak mungkin informasi yang bersifat holistic kontekstual. Dengan kata lain, sampling tidak harus representatif terhadap populasi (penelitian kuantitatif), melainkan representative terhadap informasi holistik. Dalam merencanakan sampling dipertimbangkan langkah-langkah berikut; (a)menyiapkan identifikasi unsure-unsur awal; (b)menyiapkan munculnya sample secara teratur dan purposif; (c)menyiapkan penghalusan atau pemfokusan sample secara terus-menerus; dan (d)menyiapkan penghentian sampling. Sebagai catatan bahwa rencana-rencana tersebut hanya bersifat sementara, sebab tidak ada satupun langkah yang dapat dikembangkan secara sempurna sebelum dimulainya penelitian di lapangan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 3 orang remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan mereka. Alasan utama pengambilan jumlah sampel tersebut adalah adanya keterbatasan dari peneliti sendiri, baik itu waktu, biaya maupun kemampuan peneliti.

19

III.3 Karakteristik Subjek

Pemilihan responden penelitian didasarkan pada ciri-ciri tertentu, dalam penelitian ini yang menjadi responden penelitian adalah para remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan. Lokasi yang peneliti ambil adalah di daerah Bekasi yaitu pada komunitas BCC (Bekasi Coldblooded Comunity). Untuk menjawab masalah penelitian yang ada, maka peneliti mengambil subjek 3 orang remaja berusia 13 21 tahun yang memiliki ular dengan konsekuensi ketiga subjek tersebut sudah memiliki keajegan dalam setiap jawaban yang mereka berikan. Peneliti menggunakan remaja sebagai subjek dengan alasan bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan rasa ingin tahu, sehingga peneliti ingin lebih mengetahui alasan apa yang menjadikan remaja memilih ular sebagai hewan peliharaan mereka. Dan peneliti memilih remaja yang memelihara ular karena menurut peneliti, hewan ular adalah salah satu hewan yang berbahaya (mematikan) yang berada disekitar lingkungan masyarakat.

III.4 Prosedur Penelitian III.4.1 Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan penelitian, peneliti melakukan persiapan sejumlah hal yang diperlukan untuk melakukan penelitian, yaitu : a. Mengumpulkan data Mengumpulkan data yang berhubungan dengan ular. Data yang diperoleh didapatkan dari berbagai informasi berupa media elektronik maupun media cetak. Kemudian peneliti juga mengumpulkan data yang berhubungan dengan individu yang memiliki ular sebagai hewan peliharaan. Data yang diperoleh peneliti didapatkan melalui

20

wawancara kepada 2 anggota komunitas reptil didaerah bekasi. Selanjutnya peneliti menentukan karakteristik responden yang akan disertakan dalam penelitian ini. b. Menyusun pedoman wawancara Hal ini dilakukan agar wawancara yang akan dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teori yang ada untuk menjadi pedoman wawancara. c. Persiapan untuk mengumpulkan data Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon responden penelitian. Setelah mendapatkannya peneliti kemudian meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. d. Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara Setelah memperoleh kesediaan dari responden, peneliti kemudian membangun rapport dan mengatur serta menyepakati waktu dan lokasi untuk melakukan wawancara.

III.4.2 Pelaksanaan Penelitian Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan beberapa jam sebelum

21

jadwal wawancara yang disepakati dengan tujuan untuk memastikan kepada responden bahwa responden dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara. b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun. Saat wawancara berlangsung, peneliti juga melakukan observasi terhadap responden. c. Memindahkan rekaman hasil wawancara kedalam bentuk transkrip verbatim Setelah melakukan proses wawancara, peneliti memindahkan hasil wawancara kedalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan menambahkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Adanya pengkodingan ini dimaksudkan untuk

mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memberikan gambaran tentang topik yang diteliti (Poerwandari, 2005). d. Melakukan analisa data Hasil dari transkrip verbatim digunakan dalam menganalisa dan menginterpretasi data sesuai dengan pertanyaan penelitian. e. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran Setelah menyelesaikan analisa data, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi terhadap kesimpulan dari seluruh hasil penelitian. Dengan

memperhatikan hasil penelitian, kesimpulan data dan diskusi yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran bagi penelitian selanjutnya.

22

III.4.3 Pendekatan yang Dilakukan Setidaknya terdapat lima jenis pendekatan di dalam penelitian kualitatif yaitu ; (1) observasi terlibat, (2) analisa percakapan, (3) analisa wacana, (4) analisa isi dan (5) pengambilan data ethnografis. Observasi terlibat biasanya melibatkan seorang peneliti kualitatif langsung dalam setting sosial. Ia mengamati secara lebih kurang terbuka, di dalam aneka ragam keanggotaan dari peranan peranan subjek yang ditelitinya (Gubrium et.al, 1992: 1577). Analisa percakapan pada umumnya memusatkan perhatian pada percakapan dalam sebuah interaksi. Peneliti memperhatikan analisa dari kompetensi-kompetensi komunikatif yang mendasari aktivitas sosial sehari-hari (Gubrium et.al, 1992:1577). Analisa wacana atau discourse analysis lebih tertarik pada penggunaan bahasa. Peneliti dalam kaitan ini, mempunyai perhatian yang besar pada praktek dan kontekstualitas (Gubrium et.al, 1992: 1577). Content analysis atau analisa isi mengkaji dokumendokumen berupa kategori umum dari makna. Peneliti dapat menganalisis aneka ragam dokumen, dari mulai kertas pribadi hingga sejarah kepentingan manusia (Gubrium et.al, 1992: 1577). Pengambilan data ethnografis relatif tidak terstruktur. Peneliti biasanya memfokuskan diri pada penggalian informasi terstruktur dan pengalaman-pengalaman selektif subjek melalui proses interaksi antara peneliti dan subjek secara lebih mendalam (Gubrium et.al, 1992: 1577). Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah penelitian observasi terlibat dan wawancara. Pendekatan dalam wawancara ditentukan berdasarkan besar kecilnya peranan pewawancara dalam menetapkan arah. Isi dan bagian-bagian dari percakapan sehingga peneliti memilih pendekata

semistructured dalam melakukan wawancara.

23

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Poerwandari (2005), metode pengambilan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian serta sifat objek yang diteliti. Metode pengambilan data dalam kualitatif antara lain: wawancara, observasi, diskusi kelompok terfokus, analisa terhadap karya (tulis, film dan karya seni lain), analisa dokumen, analisa catatan pribadi, studi kasus, studi riwayat hidup dan sebagainya. Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara pada penelitian kualitatif memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan wawancara lainnya seperti wawancara penerimaan pegawai baru atau bahkan dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara. Pendekatan yang dilakukan dalam wawancara ini adalah wawancara semistructed atau semi berstruktur, dimana peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara. Pedoman wawancara bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Frekuensi pertanyaan tidaklah sama pada setiap subjek melainkan bergantung pada proses wawancara dan jawaban tiap individu. Selama wawancara berlangsung, dilakukan observasi yaitu kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Adapun hal-hal yang akan diobservasi adalah kondisi fisik, emosional dan setting lingkungan dan hal-hal yang mengganggu jalannnya wawancara.

24

III.5.1 Alat Bantu Pengambilan Data

Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Alat Perekam (tape recorder atau MP4) Alat perekam digunakan untuk memudahkan peneliti untuk mengulang kembali hasil wawancara yang telah dilakukan. Penggunaan alat perekam ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari responden. Selain itu, alat perekam ini dapat merekam nuansa bunyi dan aspekaspek wawancara seperti tertawa, desahan dan sebagainya. 2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti

mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (cheklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dinyatakan (Poerwandari, 2005). Pedoman wawancara bertujuan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisa data nantinya. 3. Lembar Observasi Lembar observasi ini berisikan hasil observasi peneliti selama melakukan proses wawancara, yang terdiri atas kondisi fisik, emosional, dan setting lingkungandalam wawancara dan hal-hal yang mengganggu wawancara.

25

III.5.2 Tahap Pencatatan Data

Semua data yang diperoleh pada saat wawancara direkam dengan alat perekam dengan persetujuan subjek. Data hasil rekaman ini kemudian ditranskrip secara verbatim untuk dilakukan analisa.

III.6 Validitas Penelitian Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat teknik. Pertama, kredibilitas (credibility) yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Untuk hasil penelitian yang kredibel, terdapat tujuh teknik yang diajukan yaitu: perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged

engagement), pengamatan terus-menerus (persistent observation), triangulasi (triangulation), diskusi teman sejawat (peer debriefing), analisis kasus negatif (negative case analysis), pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks), dan pengecekan anggota (member checking). Kedua, transferabilitas (transferability). Kriteria ini digunakan untuk memenuhi criteria bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subyek lain yang memiliki tipologi yang sama. Ketiga, dependabilitas (dependability). Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek: apakah peneliti sudah cukup hati-hati, apakah membuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya, pengumpulan data, dan

pengintepretasiannya. Teknik terbaik yang digunakan adalah dependability audit dengan meminta dependent dan independent auditor untuk mereview aktifitas peneliti. Keempat, konfirmabilitas (confirmability). Merupakan kriteria untuk

26

menilai mutu tidaknya hasil penelitian. Jika dependabilitas digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh oleh peneliti, maka konfirmabilitas untuk menilai kualitas hasil penelitian, dengan tekanan pertanyaan apakah data dan informasi serta interpretasi dan lainnya didukung oleh materi yang ada dalam audit trail (Gumilar Rusliwa, 2005). Validitas penelitian ini terletak pada keberhasilan peneliti dalam mengungkap gambaran harga diri pada remaja yang memilih ular sebagai hewan peliharaan. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pemeriksaan keabsahan data atau validitas data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut : 1. Mencatat bebas hal-hal penting serinci mungkin, mencakup catatan pengamatan objektif terhadap setting, responden, atau hal lain yang terkait. 2. Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul, proses pengumpulan data maupun strategi analisanya. 3. Memanfaatkan langkah-langkah dan proses yang diambil penelitipeneliti lainnya dengan mempelajari dan membandingkan langkahlangkah penelitian, serta melihat efektifitas dari langkah-langkah tersebut tanpa mengesampingkan saran-saran yang dianjurkan secara teoritis. Langkah ini diharapkan dapat menjamin pengumpulan data yang berkualitas. 4. Menyertakan partner atau orang-orang yang dapat berperan sebagai pengkritik yang memberikan saran-saran dan pembelaan yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap analisis yang dilakukan peneliti. Partner yang dimaksud antara lain dosen pembimbing sebagai proffesional judgment terhadap alat pengumpulan data dan strategi analisa serta interpretasi data. Selain itu peneliti

27

menyertakan beberapa orang mahasiswa psikologi dan seorang sarjana Sastra untuk menilai efektifitas rangkaian cerita pada analisa data. 5. Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali (checking dan rechecking) data, dengan usaha menguji kemungkinan-kemungkinan yang berbeda.

III.7 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara terusmenerus dari awal sampai akhir penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis untuk mengembangkan hipotesis dan teori berdasarkan data yang diperoleh. Analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip-transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti mendapatkan data yang diinginkan. Data penelitian kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis ataupun bentuk-bentuk non angka lainnya. Walaupun penelitian kualitatif tidak memiliki pedoman-pedoman atau saran-saran tentang prosedur yang harus dijalani berkenaan dengan analisis dan interpretasi data (Poerwandari, 2005). Menurut Poerwandari (2005), proses analisa data pada penelitian kualitatif meliputi : 1. Organisasi data secara rapi, sistematis, dan selengkap mungkin untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisa yang dilakukan serta menyimpan data dan analisa yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.

28

2. Koding dan analisis dilakukan dengan menyususn transkrip verbatim atau catatan lapangan sehingga ada kolom kosong yang cukup besar disebelah kanan dan kiri transkrip untuk tempat pemberian kode, kemudian secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip, lalu memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. 3. Pengujian terhadap dugaan, berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda mengenai data yang sama. Peneliti harus mengikutsertakan berbagai perspektif untuk memungkinkan keluasan analitis serta memeriksa bias-bias yang mungkin tidak disadari. 4. Strategi analisa. Proses analisa dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata subjek maupun konsep yang dipilih atau dikembangkan peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisa. 5. Interpretasi yaitu upaya untuk memahami data secara lebih ekstensif dan mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Peneliti beranjak malampaui apa yang secara langsung dikatakan partisipan untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak segera tertampilkan dalam teks (data mentah atau transkrip wawancara).

29

DAFTAR PUSTAKA

Allen McConnel, PhD. (2011). Hewan Piaraan Baik untuk Kesehatan Fisik dan Mental.Diperoleh dari http://www.bee-health.com/m/articles/view/HewanPiaraan-Baik-untuk-Kesehatan-Fisik-dan-Mental. Burn, R.B. (1998). Konsep Diri: teori, pengukuran, perkembangan dan prilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan. Frey, D.C. (1994). Enhauching Self Esteem. USA: Acceleretade development. Gilmer, B. Von Haller. (1967). Applied Psychology. New Delhi: Tata McGrawHill Publishing Company Ltd. Gubrium, Jaber F and James A. Holstein. (1992). Qualitative Methods. Dalam Ensyclopedia of Sociology, vol 3. New York: Macmillan Publishing Company. Hamalik, Oemar. (1995). Psikologi Remaja: Dimensi dimensi perkembangan. Bandung: Mandar Maju. Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk penelitian prilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Santrock, Jhon W. (2007). Remaja (terjemahan). Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Salim, Agus. (2006). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. Rusliwa, Gumilar. (2005). memahami metode kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, 9, 57-65.

30

Stuart & Sundeen.(1998). Principleand Practice of Psychiatric Nursing. Edisi 6. Philladelphia: The C V Mosby Vedder, Teguh. (2007). Manfaat Hewan Peliharaan Bagi Anak. Diperoleh dari http://id.shvoong.com/humanities/1645803-manfaat-hewan-peliharaanuntuk-anak.

31