4. BAB I - 3
Transcript of 4. BAB I - 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan
(ICPD Kairo, 1994) disepakati perubahan paradigma dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi lebih kearah pendekatan
kesehatan reproduksi dan kesetaraan gender. (BKKBN)
Sejalan dengan perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan di
atas program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia juga mengalami perubahan
orientasi dari nuansa demografis menjadi nuansa kesehatan reproduksi yang di
dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah suatu program yang
dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan
reproduksinya. Hal ini mewarnai program KB era baru di Indonesia. (BKKBN)
Memasuki era otonomi daerah yang digulirkan sejak tahun 1999 dengan
dikeluarkannya Undang-undang nomor 23 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
terjadi restrukturisasi organisasi di hampir semua instansi pemerintah di daerah
termasuk KB. Semula instansi yang menangani KB di daerah yaitu BKKBN
Kabupaten/Propinsi dan masih dibawah kendali BKKBN Pusat, sejak otonomi
daerah instansi yang menangani KB diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah. Ada yang digabungkan di dinas lain ada yang dipertahankan.
Mempertimbangkan sudut pandang laki-laki dan motivasinya merupakan
bagian penting dari kegiatan program. Kontrasepsi yang digunakan oleh laki-laki
memungkinkan mereka untuk berbagi tanggung jawab keluarga berencana dengan
pasangan perempuannya. Layanan KB mungkin perlu disesuaikan secara spesifik
untuk memenuhi kebutuhan klien laki-laki. Aktivitas-aktivitas untuk mendorong
keterlibatan laki-laki mencakup konseling pasangan, promosi kondom, waktu
khusus untuk laki-laki di fasilitas kesehatan, sesi kelompok sebaya dan informasi
kesehatan reproduksi di kelompok sosial laki-laki. Libatkan laki-laki dalam
program KB untuk meningkatkan penerimaan program di dalam masyarakat dan
meningkatkan pengakuan terhadap isu-isu kesehatan reproduksi lain seperti
pencegahan dan pengobatan IMS dan HIV. (BPLAL, 2010)
1
B. Tujuan Manfaat
1. Untuk mengetahui tentang Partisipasi Pria dalam KB
2. Untuk mengetahui tentang Kebijakan Partisipasi Pria dalam KB
3. Untuk mengetahui tentang Program dan Kegiatan Partisipasi Pria dalam
KB
C. Manfaat
1. Manfaat Ilmiah
Merupakan manfaat bagi ilmu kesehatan sebagai materi dasar yang
membantu dalam pemecahan masalah KB pria.
2. Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai panduan di dalam konsep Partisipasi Pria dalam
Keluarga Berencana
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Partisipasi Pria dalam ber KB
Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan
kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat dan
aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2009).
Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB,
mendukung dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi,
sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya (BKKBN,
2009).
Pemberdayaan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi memerlukan
pemahaman terhadap faktor-faktor yang mendorong rendahnya tingkat partisipasi
pria tersebut. Rendahnya kesertaan dalam program KB dan Kesehatan Reproduksi
pada prinsipnya karena faktor:
a) Kondisi lingkungan sosial, budaya, dan masyarakat yang masih
menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan.
b) Pengetahuan dan kesadaran pria serta dukungan keluarganya dalam
ber KB rendah.
c) Keterbatasan penerimaan serta aksesibilitas terhadap pelayanan KB
dan Kesehatan Reproduksi pria.
B. Kebijakan Operasional
Berdasarkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai serta strategi untuk
mencapainya maka ditetapkan kebijakan operasional sebagai berikut (BKKBN,
2004):
a. Peningkatan dukungan baik secara politis, sosial, budaya kepada
keluarga yang lebih mengutamakan pendekatan atau kegiatan advokasi,
promosi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara intensif kepada
para pengambil keputusan, tokoh masyarakat (TOMA) / tokoh agama
(TOGA) dan sasaran antara yang strategis lainnya, termasuk seluruh
anggota keluarga.
3
b. Promosi dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
para pria melalui peningkatan intensitas dan kualitas kegiatan promosi dan
konseling KB dan kesehatan reproduksi dengan penekanan / tema sentral
“Pria bertanggung jawab”.
c. Promosi dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masalah kesetaraan dan keadilan gender.
d. Peningkatan kualitas pelayanan dan aksesbilitas pelayanan kesehatan
bagi pria untuk meningkatkan kesertaan dan peran serta pria dalam KB
dan kesehatan reproduksi, terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan
kelangsungan hidup ibu dan anak.
C. Program dan Kegiatan
1. Fokus program dan kegiatan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran kinerja program peningkatan
partisipasi pria maka penyelenggara program peningkatan kualitas provider
dengan mempertimbangkan perlindungan bagi klien dan provider, merumuskan
sistem untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Adapun fokus program dan
kegiatannya sebagai berikut:
a. Fasilitas pelayanan meliputi:
- Tempat pelayanan di tempat kerja
- Peningkatan sarana dan pra sarana Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
- Peningkatan jaringan pelayanan rujukan
- Peningkatan peran serta karyawan dan buruh sebagai motivator KB dan
Kesehatan reproduksi
- Peningkatan kualitas kegiatan promosi dan konseling KB dan Kesehatan
Reproduksi
4
b. Petugas pelayanan meliputi:
- Peningkatan kemampuan dan keterampilan provider dalam melakukan
promosi dan konseling pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berwawasan gender
- Peningkatan komitmen politis dan operasional kepada pengambil
keputusan
- Pengembangan jaringan komunikasi, promosi dan konseling KB dan
Kesehatan Reproduksi dengan mempertajam segmentasi sasaran
c. Calon / peserta program, meliputi:
- Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan perilaku remaja dalam
Kesehatan Reproduksi yang berwawasan gender.
- Peningkatan pengetahuan dan kesadaran serta perilaku pria, perempuan
dalam KB dan Kesehatan Reproduksi yang berwawasan gender.
- Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku para pengelola program.
2. Pokok-pokok program dan kegiatan
a. Program advokasi dan promosi
b. Program komunikasi interpersonal dan konseling.
c. Program peningkatan kualitas provider.
d. Program pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi di tempat kerja.
e. Program peningkatan kesetaraan gender dan keadilan gender.
Dari berbagai program-program yang ada diatas, tiap-tiap program
memiliki banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan agar tercapai tujuan yng
diinginkan.
D. Kondisi saat ini yang perlu mendapat perhatian
1. Pengetahuan PUS tentang metode KB pria rendah.
Secara umum pengetahuan tentang metode Kontrasepsi modern sudah
meningkat pada tahun 2003. Tingkat pengetahuan wanita pernah kawin
dan berstatus kawin mencapai 98,5%, sedangkan pria sebesar 96,3%.
5
Namun demikian pengetahuan mereka tentang metode kontrasepsi pria
masih rendah. Pengetahuan wanita pernah kawin dan berstatus kawin
tentang vasektomi 39%, sedangkan pengetahuan prianya 31,9%.
Pengetahuan wanita tentang kondom sebesar 76,3% dan pengetahuan
prianya sebesar 82,3% (SDKI 2002-2003).
Secara umum pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi tradisional
masih rendah. Tingkat pengetahuan wanita pernah kawin dan berstatus
kawin 41,6% , sedangkan pria sebesar 37%. Pengetahuan wanita pernah
kawin dan berstatus kawin tentang metode pantang berkala 33,9% dan
senggama terputus 26,1%. Sedangkan pengetahuan pria tentang pantang
berkala 30% dan senggama terputus 22,9%.
Rendahnya tingkat pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi pria
antara lain disebabkan:
KIE yang dilakukan lebih banyak pada sasaran wanita.
Media KIE, konseling yang tersedia, informasi yang diberikan oleh
petugas, dan di tempat pelayanan, masih terlihat minimnya
informasi-informasi tentang partisipasi pria dalam KB dan KR
yang tersedia.
Terbatasnya cakupan promosi/KIE partisipasi pria dalam KB/KR
karena dukungan dana hanya terbatas pada PHLN pada propinsi
dan kabupaten tertentu.
Terbatasnya pengetahuan dan kemampuan para pengelola, kader
dalam melakukan KIE KB Pria.
Masih minimnya penggunaan media elektronik sebagai media
promosi KB pria.
2. Kesertaan pria dalam ber KB belum sesuai harapan.
Walaupun secara persentasi kesertaan pria dalam KB dan kesehatan
reproduksi masih belum menggembirakan, namun sejak dicanangkan
keinginan program untuk meningkatkan partisipasi pria khususnya
kondom sudah menampakkan perubahan yang cukup positif.
6
Tingkat penerimaan suami dilihat dari kesertaan ber KB diperkotaan dan
pedesaan menunjukkan di pedesaan sebagian besar suami lebih cenderung
memilih vasektomi sedangkan diperkotaan cenderung memilih kondom.
Rendahnya kesertaan pria dalam ber KB antara lain disebabkan oleh:
Adanya pandangan bahwa KB adalah urusan wanita atau istri.
Tingginya unmeet need disebabkan, antara lain rendahnya kualitas
dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB, serta
missed opportunity pelayanan KB pada pasca persalinan.
Pilihan KB pria hanya dua, yang satu mempunyai stigma negatif
(kondom), yang satunya operasi (vasektomi).
Penelitian terhadap kontrasepsi baru pria (suntik KB pria) sampai
saat ini belum menunjukkan hasil.
Kurangnya dukungan dari para tokoh tentang KB pria, yang
seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat setempat
3. Terbatasnya aksesibilitas pria terhadap pelayanan KB/KR.
Adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan berdampak positif
terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi. Menurut suami pelayanan KB
pria yang paling disukai adalah dekat dengan rumah (48,85%), sebanyak
12,8% menginginkan tempat pelayanan dengan transportasi yang mudah,
biaya terjangkau (9,9%), fasilitas lengkap (9,3%), dilayani dengan tenaga
ahli (9%), dan dapat menjaga privasi (2,2%). Sedangkan tempat
memperoleh pelayanan KB pria adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dan RS
Swasta.
Terbatasnya akses ke tempat pelayanan disebabkan antara lain oleh:
Citra terhadap tempat pelayanan KB/KR yang dipersepsikan
sebagai tempat pelayanan untuk wanita.
Kurangnya tenaga terlatih untuk vasektomi.
Mutasi dokter terlatih terlalu cepat.
Kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi
Kurangnya persediaan peralatan dan medical suplay untuk
vasektomi
7
Kurangnya persediaan logistik kondom
Kurangnya cakupan pelayanan vasektomi dan kondom.
4. Belum optimalnya dukungan terhadap upaya peningkatan partisipasi pria.
Petugas dan pengelola KB dilapangan umumnya merespon positif dan
mendukung pelaksanaan peningkatan partisipasi pria dalam ber KB,
namun demikian karena keterbatasan sumber dana dan tenaga program ini
masih belum menjadi prioritas utama dengan istilah lain important but not
urgent.
Masih adanya keraguan dari pihak pengelola, petugas, provider, maupun
tokoh agama bahkan sebagian besar dari klien terhadap pelayanan
vasektomi. Karena vasektomi sampai saat ini masih menjadi perbincangan
dan perdebatan dikalangan TOGA dan TOMA.
Belum optimalnya dukungan pengambil keputusan, TOMA dan TOGA
disebabkan oleh:
Kurangnya advokasi
Rendahnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya partisipasi
pria dalam ber KB.
Kurang mantapnya pelaksanaan mekanisme operasional dalam
penggarapan KB pria oleh para pengelola, yang seharusnya bisa
dilakukan dalam setiap aspek program KB Nasional.
E. Strategi
1. Strategi Penggarapan Wilayah
Strategi ini bertujuan untuk memberikan fokus sasaran agar
penyelenggaraan peningkatan partisipasi pria dalam KB dan Kesehatan
Reproduksi dapat dilaksanakan secara optimal, efektif, dan efisien.
Grand strategi ini dikembangkan menjadi strategi khusus yaitu:
Pemanfaatan data dan informasi
Keberpihakan pada keluarga rentan
Perhatian khusus pria
8
2. Strategi Advokasi
Strategi advokasi bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari para
pengambil keputusan dari berbagai tingkatan di wilayah kerja masing-
masing terhadap partisipasi pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi.
Salah satu unsur penting dalam strategi advokasi adalah menentukan
tahapan program advokasi yang akan dilaksanakan. Tahapan ini
dilakukan berdasarkan situasi tingkat penerimaan partisipasi pria
dalam KB dan Kesehatan Reproduksi di wilayah masing-masing.
Tahapan ini dapat dibagi menurut perluasan jangkauan, pembinaan dan
pelembagaan.
Strategi advokasi dilakukan antara lain melalui strategi-strategi sebagai
berikut:
Penggalangan
Kerjasama dengan media massa
Advokasi dalam program peningkatan partisipasi pria dalam KB
adalah suatu rangkaian komunikasi strategis yang dirancang secara
sistematis dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
Advokasi akan efektif mencapai tujuan apabila menggunakan 5
kunci/pendekatan sebagai berikut:
Melibatkan para pemimpin sektor terkait.
Membangun kemampuan diri para pengelola program.
Membangun kemitraan.
Bekerjasama dengan media massa.
Memobilisasi komunitas kelompok.
Sasaran advokasi terdiri dari sasaran kunci, sasaran utama, dan sasaran
tidak langsung.
3. Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
9
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku Stake holders (PUS, Provider, Pengambil keputusan) tentang
partisipasi pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi yang disusun
berdasarkan strategi penggarapan wilayah. Grand strategi ini
dikembangkan menjadi strategi-strategi khusus yaitu:
Pemosisian Citra pria dalam ber KB
Promosi
Kemandirian
Saluran distribusi
4. Strategi Pelayanan
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan keterjangkauan dan kualitas
pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi bagi pria sehingga diperoleh
pelayanan KB yang memuaskan bagi klien. Grand strategi pelayanan
ini dibagi menjadi strategi meningkatkan keterjangkauan dan strategi
meningkatkan kualitas pelayanan. Strategi meningkatkan
keterjangkauan ini harus ditunjang dengan strategi khusus yaitu:
Keterjangkauan fisik
Keterjangkauan ekonomi
Keterjangkauan psikososial
Keterjangkauan pengetahuan
Keterjangkauan administrasi
Strategi meningkatkan kualitas pelayanan ini harus ditunjang dengan
strategi khusus yaitu:
Pilihan metode kontrasepsi
Informasi bagi klien
Kemampuan teknis
Hubungan antara pribadi
Kontinuitas pelayanan
Kecocokan dan penerimaan terhadap pelayanan
5. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia
10
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia
sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif dari orang-orang
yang terlibat dalam mencapai upaya peningkatan partisipasi pria dalam
KB. Grand strategi ini dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui BKKBN
dan melalui Mitra Kerja.
a. Melalui BKKBN
Melalui BKKBN ini dimaksud untuk melihat sejauhmana
kekuatan dan kelemahan SDM yang ada di BKKBN dalam
upaya meningkatkan partisipasi pria. Untuk pengembangan dan
pemberdayaan dari sumber daya manusia tersebut dapat
dilakukan berbagai strategi khusus yakni:
Meningkatkan kreativitas.
Membentuk hubungan yang harmonis antar unit kerja.
Pemberian wewenang yang sesuai dengan kemampuan
pegawai.
b. Melalui Mitra Kerja
Melalui mitra kerja tujuannya adalah melihat sejauhmana
peluang dan ancaman eksternal yang ada di BKKBN dalam
upaya meningkatkan partisipasi pria dalam KB. Pengembangan
SDM dari mitra kerja di luar BKKBN difokuskan pada sisi
penyediaan pelayanan yaitu bagaimana SDM yang ada diluar
BKKBN dapat memberikan pelayanan/konseling metode
kontrasepsi. SDM ini terdiri dari dokter, perawat, bidan, kader,
dan sektor terkait dalam peningkatan partisipasi pria dalam ber
KB. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan strategi
khusus dalam pengembangan dan pemberdayaan SDM yang
meliputi:
Benchmarking
Magang
Kemitraan
6. Strategi Pembinaan
11
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan
pengelola serta pelaksanaan program dalam melakukan KIE dan
pelayanan KB/KR pria sehingga kinerjanya tercapai sesuai yang
diharapkan. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan strategi
khusus sebagai berikut:
Pembentukan perangkat tata laksana.
Pemberian penghargaan kepada para pelaksana program.
Melakukan pemantauan terhadap proses perencanaan sampai
pelaksanaan program.
7. Strategi Dukungan Operasional
Strategi ini bertujuan agar upaya peningkatan partisipasi pria dalam
KB mendapat dukungan operasional yang memadai sehingga berjalan
sesuai yang diharapkan. Dukungan operasional ini meliputi:
Informasi manajemen program KB nasional
Strategi jaminan ketersediaan kontrasepsi
Pendidikan dan pelatihan
Pembiayaan operasional dilapangan
F. KB untuk laki-laki dalam pandangan fiqih
Islam mencita-citakan lahirnya generasi bangsa yang kuat dan tangguh
dalam segala bidang. Al-qur’an dan hadist-hadist Nabi mengingatkan umat
manusia agar tidak melahirkan generasi yang lemah baik secara spiritual, sosial
ekonomi, maupun budaya. Salah satu upaya untuk melahirkan generasi yang
unggul dan tangguh adalah mengatur jarak kelahiran atau yang dalam bahasa fiqih
disebut tandhimu an-nasl, dan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang dalam
istilah fiqih disebut dengan man’u al-hamli.
Sampai saat ini telah banyak alat-alat kontrasepsi untuk upaya pencegahan
kehamilan. Alat-alat kontrasepsi itu antara lain adalah pantang berkala, kondom,
pil KB, suntik KB, IUD, tubektomi dan vasektomi. Alat kontrasepsi ini pada
umumnya digunakan oleh para istri.
12
Sementara alat kontrasepsi bagi laki-laki masih sangat terbatas. Sebab
itulah KB pria masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu dikalangan masyarakat.
Partisipasi laki-laki untuk memasang alat kontrasepsi dalam menyukseskan
program keluarga berencana di Indonesia masih rendah. Penyebab utamanya
adalah faktor kultur masyarakat dan juga pandangan tafsir agama.
Salah satu bentuk alat kontrasepsi untuk pria adalah vasektomi.adanya
perbedaan antara yang pro dan kontra terhadap MOP berangkat dari perbedaan
mereka dalam menentukan apakah MOP bersifat permanen dan tidak dapat
dipulihkan. Kelompok yang menganggap MOP tidak dapat dipulihkan maka
mereka menyatakan bahwa MOP itu haram. Sementara yang menyatakan MOP
dapat dipulihkan menyatakan bahwa MOP mubah. Dengan melihat lebih
banyaknya efek yang ditimbulkan, jika seorang istri yang menggunakan alat
kontrasepsi. Memang ternyata lebih utama, pria seharusnya ber KB.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan
kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang
sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya
Secara persentasi kesertaan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi
masih belum menggembirakan, namun sejak dicanangkan keinginan
program untuk meningkatkan partisipasi pria khususnya kondom sudah
menampakkan perubahan yang cukup positif
B. Saran
Diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang akan membantu kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
14