BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. ·...

103
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Manajemen Puskesmas mengintegrasikan sumber daya, program, pemberdayaan masyarakat, sistem informasi Puskesmas, dan mutu dalam menyelesaikan masalah prioritas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Agar Puskesmas mampu melakukan upaya kesehatan dengan baik dan berkesinambungan untuk mencapai tujuannya, maka Puskesmas harus menyusun rencana kegiatan periode 5 (lima) tahunan yang dirinci ke dalam rencana tahunan. Semua rencana kegiatan harus berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi yang akurat (evidence based) agar dapat mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Upaya kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara merata dan bermutu sesuai standar, diwujudkan dengan bukti adanya perbaikan dan peningkatan pencapaian target indikator kesehatan masyarakat dan perseorangan. Seperti menurunnya angka-angka kesakitan penyakit yang menjadi prioritas untuk ditangani, menurunnya angka kematian balita, angka gizi kurang dan atau gizi buruk balita dan maternal, menurunnya jumlah kematian maternal, teratasinya masalah-masalah kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya, dan lainnya. Salah satu upaya untuk menstandarkan mutu

Transcript of BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan

nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai

upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana

Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan garda depan dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan dasar. Sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas, dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan

bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Manajemen Puskesmas mengintegrasikan sumber daya, program, pemberdayaan masyarakat,

sistem informasi Puskesmas, dan mutu dalam menyelesaikan masalah prioritas kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas. Agar Puskesmas mampu melakukan upaya kesehatan dengan baik dan

berkesinambungan untuk mencapai tujuannya, maka Puskesmas harus menyusun rencana kegiatan

periode 5 (lima) tahunan yang dirinci ke dalam rencana tahunan. Semua rencana kegiatan harus

berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi yang akurat (evidence

based) agar dapat mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien.

Upaya kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara merata dan bermutu sesuai standar,

diwujudkan dengan bukti adanya perbaikan dan peningkatan pencapaian target indikator kesehatan

masyarakat dan perseorangan. Seperti menurunnya angka-angka kesakitan penyakit yang menjadi

prioritas untuk ditangani, menurunnya angka kematian balita, angka gizi kurang dan atau gizi buruk

balita dan maternal, menurunnya jumlah kematian maternal, teratasinya masalah-masalah kesehatan

masyarakat dalam wilayah kerjanya, dan lainnya. Salah satu upaya untuk menstandarkan mutu

Page 2: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Puskesmas dilaksanakanlah proses Akreditasi Puskesmas. Akreditasi Puskesmas merupakan salah satu

upaya dalam menjamin peningkatan mutu pelayanan Puskesmas. Dalam Standar Akreditasi

Puskesmas, dalam menjalankan fungsinya Puskesmas harus memiliki data dan informasi untuk

digunakan dalam pengambilan keputusan, baik untuk peningkatan pelayanan maupun untuk

pengambilan keputusan.

Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan gambaran status kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya. Adapun data kinerja dan status kesehatan masyarakat diperoleh dari

Sistem Informasi Puskesmas yang diantaranya data Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial yaitu

Promosi Kesehatan; Kesehatan Lingkungan; Pelayanan Gizi KIA-KB; Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tidak Menular; Surveilans dan Sentinel SKDR; dan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Menular.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang mengintegrasikan UKP dan UKM

secara berkesinambungan dengan target keluarga, berdasarkan data dan informasi dari profil

kesehatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara untuk penguatan Manajemen

Puskesmas dengan meningkatkan jangkauan dan sasaran serta mendekatkan /meningkatkan akses

pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mengunjungi keluarga. Puskesmas tidak hanya

melakukan pelayanan dalam gedung tetapi juga diluar gedung dengan pendekatan keluarga, serta

upaya menyelesaikan permasalahan kesehatan diwilayah kerjanya.

Untuk memiliki data dan informasi yang baik, maka dibutuhkan SDM Puskesmas yang memiliki

kompetensi surveilans epidemiologi yang baik. Puskesmas berupaya untuk memiliki data dan

informasi yang baik namun beberapa Puskesmas saat ini belum memiliki SDM Jabatan Fungsional

Epidemiologi bahkan petugas Puskesmas di bagian Upaya Kesehatan Masyarakat beberapa petugas

belum memiliki kompetensi surveilans epidemiologi. Maka dari itu upaya peningkatan kompetensi

petugas Upaya Kesehatan Masyarakat di Puskesmas harus dilakukan. Peningkatan kompetensi

tersebut dapat dicapai diantaranya melalui kegiatan pelatihan. Untuk mendukung kegiatan pelatihan

tersebut maka dibutuhkanlah sebuah desain pembelajaran yang tepat yaitu kurikulum.

Kurikulum pelatihan surveilans bagi petugas puskesmas atau sejenisnya sebetulnya sudah ada

dan pernah beberapakali disusun dengan berbagai versi, baik oleh beberapa organisasi maupun oleh

instansi pelatihan termasuk BBPK Ciloto pada tahun 2008. Setelah diidentifikasi berdasarkan adanya

Page 3: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Nomor 75 Tahun 2014, Permenkes Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas,

serta Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang berbasis siklus kehidupan,

Sustainable Development Goals (SDG’s), dan dinamika permasalahan kesehatan yang dihadapi

masyarakat, maka dari itu diperlukan penyesuaian dan penyempurnaan kurikulum pelatihan tersebut.

Dalam merespon hal tersebut, tahun 2018 Kementerian kesehatan melalui Pusat Pelatihan

Kesehatan dan BBPK Ciloto, bekerjasama dengan unit program dan organisasi profesi Perhimpunan

Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan atau Training Need

Assessment (TNA) di 24 Provinsi (30 Puskesmas) tentang kemampuan SDM surveilans kesehatan di

Puskesmas berdasarkan Permenkes 45 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.

Sebagai tindak lanjut hasil TNA tersebut, maka di kembangkanlah kurikulum ini yaitu Kurikulum

Pelatihan Surveilans Epidemiologi bagi Petugas Puskesmas.

B. Filosofi Pelatihan

Pelatihan Surveilans Kesehatan bagi Petugas Puskesmas ini dirumuskan guna menjawab tantangan

Puskesmas untuk meningkatkan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Pelatihan diselenggarakan

dengan memperhatikan filosofi sebagai berikut:

1. Pelatihan ini merupakan salah satu upaya dalam memperkuat kapasitas tenaga Puskesmas dalam

penanganan penyakit dan penguatan data surveilans epidemiologi untuk meningkatan upaya

kesehatan masyarakat (UKM).

2. Pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi)

dengan karakteristik:

- Peserta / pembelajar dipandang tahu apa yang dibutuhkan, memiliki konsep sesuai

pengalaman dan memiliki orientasi belajar.

- Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan metode dan teknik

yang dapat menciptakan suasana partisipatif.

- Proses pembelajaran memanfaatkan pengalaman yang dimiliki peserta.

Page 4: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

3. Proses belajar ini diharapkan selain ‘efektif’ dan ‘efisien’ juga ‘entertaining’ (3E), sehingga tidak

membosankan dan memberikan kesan mendalam bagi peserta. Proses pelatihan ini memberikan

kesempatan kepada semua pihak untuk saling belajar, memperoleh inspirasi dan berpeluang

tumbuh dan berkembang.

4. Evaluasi dilakukan dengan penilaian di akhir pelatihan, bagi peserta yang dinyatakan lulus akan

mendapatkan sertifikat.

Page 5: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB II

PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI

A. Peran

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta berperan sebagai petugas yang melakukan surveilans

epidemiologi di Puskesmas

B. Fungsi

Dalam melaksanakan perannya peserta memiliki fungsi melakukan surveilans epidemiologi di

Puskesmas

C. Kompetensi

1. Menjelaskan Konsep Dasar Surveilans

2. Melakukan Manajemen Data Surveilans Epidemiologi

3. Melaksanakan Deteksi Dini Kejadian Luar Biasa di wilayah Puskesmas

4. Melakukan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa

5. Melakukan Koordinasi Surveilans Epidemiologi dengan unit pelayanan kesehatan yang berada

diwilayahnya dan Puskesmas yang berbatasan

Page 6: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB III

TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat melakukan surveilans epidemiologi di Puskesmas

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:

1. Menjelaskan Konsep Dasar Surveilans

2. Melakukan Manajemen Data Surveilans Epidemiologi

3. Melaksanakan Deteksi Dini Kejadian Luar Biasa di wilayah Puskesmas

4. Melakukan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa

5. Melakukan koordinasi surveilans epidemiologi dengan unit pelayanan kesehatan yang berada

diwilayahnya dan Puskesmas yang berbatasan

Page 7: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB IV

STRUKTUR PROGRAM ( SANDWICH PROGAM)

Struktur Program Pelatihan Surveilans Epidemiologi Bagi Petugas Puskesmas:

No Materi Jam Pelajaran Jml

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3

A Materi Dasar T1 P1 PL1 PL2 offclass T2 P2

1 1. Kebijakan Pelatihan SE bagi Petugas

Puskesmas

1 1

2 2. Kebijakan Surveilans di Puskesmas 2 2

B Materi Inti

1 1. Konsep Dasar Surveilans Epidemiologi 2 1 3

2 3. Manajemen Data Surveilans Epidemiologi 3 4 38 1 4 50

3 4. Deteksi Dini KLB di wilayah Puskesmas 2 4 8 1 1 16

4 5. Penyelidikan KLB 2 4 8 14

5 6. Koordinasi Surveilans Epidemiologi 1 1 4 1 7

C Materi Penunjang

1 BLC 2 2

2 Anti Korupsi 2 2

3 RTL 1 1 1 3

Jumlah 16 17 8 50 2 7 100

Keterangan:

** 1 Jam Pelajaran = 45 menit

*T1= Teori (ONCLASS/ TAHAP1), P1= Penugasan (ONCLASS/ TAHAP1), PL1= Praktek Lapangan (ONCLASS/TAHAP1)

*PL1 = praktek lapangan (dilakukan simulasi penyelidikan wabah) di lapangan/tempat yang ditentukan panitia

*PL2 = Praktek Lapangan 2 (OFFCLASS/ TAHAP 2)

*PL2 = 4 JP/hari kerja

*PL2 = dilaksanakan di puskesmas tempat peserta bertugas

*T2 = Teori (ONCLASS/ TAHAP3 ), P2= Penugasan (ONCLASS /TAHAP3),

Page 8: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB V

PROSES PEMBELAJARAN

A. Alur Proses Pembelajaran

Diagram proses pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini adalah tahapan

kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan pada pelatihan ini:

Wawasan

1. Kebijakan

Pelatihan 2. Kebijakan

Surveilans di Puskesmas

Metode: Tugas baca Curah

pendapat ceramah

tanya jawab

Pengetahuan dan Keterampilan:

1. Konsep Dasar Surveilans Kesehatan

2. Manajemen Data Surveilans Epideímiologi

3. Deteksi Dini KLB di wilayah Puskesmas

4. Penyelidikan KLB 5. Koordinasi Surveilans

Kesehatan Metode : Tugas baca Diskusi kelompok CTJ, Curah pendapat Latihan Studi kasus dan diskusi

kasus

Pembukaan

EVA L U A S I

Building Learning Commitment

Pre Test

Praktek Lapangan 1

Anti Korupsi

Praktek

Lapangan

2

Pengetahuan dan Keterampilan:

2. Manajemen Data Surveilans Epideímiologi

3. Deteksi Dini KLB di wilayah Puskesmas

5. Koordinasi Surveilans Kesehatan

Metode : Diskusi (hasil PL 2)

Evaluasi

Penyelenggaraan

Penutupan

Post Test

RTL

TAHAP 1 TAHAP

2

OFFCLASS

TAHAP 3

Page 9: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

B. Proses Pembelajaran

Secara garis besar proses pembelajaran berlangsung melalui 3 (tiga) tahap sebagai berikut:

1. Persiapan (unfreezing)

Berisi serangkaian acara atau kegiataan sebagai berikut:

a. Penerimaan peserta:

Peserta melakukan registrasi dan akan menerima bahan pembelajaran yang diperlukan

(training kit) termasuk jadwal pelatihan. Peserta juga akan memperoleh informasi tentang

fasilitas akomodasi dan konsumsi yang akan Ia terima selama pelatihan termasuk letak ruang

kelas, ruang makan, auditorium, tempat ibadah, dan informasi lain yang diperlukan.

b. Pembukaan acara pelatihan:

Peserta akan memperoleh arahan dari pimpinan atau para pejabat pemerintahan setempat.

c. Tes Awal / Pre Test:

Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi awal tentang tingkat pengetahuan peserta

terhadap materi yang akan dilatihkan. Hasil pre test akan dijadikan sebagai salah satu acuan

dalam proses pembelajaran selanjutnya.

d. Penjelasan program pelatihan:

Peserta akan memperoleh penjelasan yang berkaitan dengan program pelatihan, baik teknis

maupun administratif dari penyelenggara yaitu oleh pengendali pelatihan dalam acara

“Penjelasan Program” yang akan dihadiri oleh seluruh jajaran penyelenggara pelatihan.

e. Membangun Komitmen /Building Learning Comitment (BLC)

Kegiatan ini merupakan acara pencairan (ice breaking), yang dilaksanakan pada awal pelatihan

atau setelah acara pembukaan, agar para peserta siap secara fisik dan psikis untuk mengikuti

pelatihan secara total dengan penuh semangat.

2. Pembelajaran dan Pembahasan Materi Pelatihan – On Class 1 (Tahap 1)

Merupakan proses pembelajaran yang mempergunakan berbagai metode pembelajaran

interaktif dengan lima pilar sumber belajar, dan dipandu oleh fasilitator pelatihan.

Pada tahap pembelajaran On Class/TAHAP 1 ini, disampaikan sejumlah materi, yaitu:

Page 10: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

a. Materi Dasar: merupakan materi yang menjadi dasar dari semua materi yang dibahas dalam

pelatihan (Kebijakan Pelatihan dan Kebijakan Surveilans di Puskesmas).

b. Materi inti: merupakan materi pokok yang berkaitan dengan inti pelatihan. Pada tahap on-

class/ Tahap 1 ini, peserta akan mempelajari 5 materi inti, yaitu materi inti 1 Konsep Dasar

Surveilans Kesehatan, Materi inti 2 Manajemen Data Surveilans Epidemiologi, materi inti 3

Deteksi Dini KLB, materi inti 4 Penyelidikan KLB, dan Materi inti 5 Koordinasi Surveilans

Epidemiologi.

c. Materi penunjang dalam pembelajaran On Class 1 ini adalah pembuatan rencana PL2 oleh

peserta, yang akan dilaksanakan pada tahap implementasi (off-class/ Tahap2) di tempat

Puskesmas masing-masing dan Rencana Tindak Lanjut pada On Class 2 setelah pelatihan

selesai, apa yang harus dilaksanakan di unit kerja masing masing secara terus menerus

pada tiap periode pemantauan/surveilans berlangsung.

3. Praktek Lapangan 1

Praktek Lapangan 1 dilakukan untuk menguatkan materi inti 4 Penyelidikan KLB yang akan dilakukan

di tempat praktek lapangan 1 yang pernah terjadi KLB atau disuatu tempat pemukiman masyarakat

yang didesain oleh panitia. Lokasi pemukiman untuk simulasi besar dilaksanakan ditempat

pemukiman masyarakat dengan setting dan skenario kasus KLB yang melibatkan masyarakat.

4. Praktek Lapangan 2 – Offclass (Tahap 2)

Praktek Lapangan 2, peserta akan melakukan praktek lapangan di tempat kerja masing-masing

(Puskesmas) dengan mengimplementasikan 3 materi inti yang telah dilatihkan di kelas. Materi yang

dipraktekkan pada praktek lapangan 2 yaitu mata pelatihan Manajemen Data Surveilans Epidemiologi,

Deteksi Dini KLB dan Koordinasi Surveilans Kesehatan.

Page 11: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

5. Pembelajaran & Pembahasan Materi Pelatihan – Onclass 2 (tahap 3)

Tahap 3 merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran Tahap 1 (On Class 1) dan Tahap 2 (offclass).

Pada tahap ini, dilakukan proses sebagai berikut:

a. Pemaparan hasil Praktek Lapangan 2 dan pemberian umpan balik (feedback) dari Pendamping

dan peserta lain.

b. Refleksi dari 3 Materi Inti, mata pelatihan Manajemen Data Surveilans Epidemiologi, Deteksi Dini

KLB, dan Koordinasi Surveilans Kesehatan yang dilakukan pada Praktek Lapangan 2.

c. Peserta akan mengikuti posttest yang meliputi seluruh materi pelatihan yang telah diberikan.

d. Di akhir sesi, peserta membuat Rencana Tindak Lanjut 2.

e. Evaluasi Pelatihan

Evaluasi dilakukan untuk memperoleh umpan balik dari pelatihan yang diselenggarakan, guna

perbaikan yang akan datang. Ada 3 macam evaluasi selama penyelenggaraan pelatihan, yaitu:

1) Evaluasi terhadap peserta

2) Evaluasi terhadap fasilitator/ supervisor

3) Evaluasi terhadap penyelenggara pelatihan

f. Penutupan

Merupakan tanda berakhirnya proses pelatihan. Saat penutupan, dilakukan penyerahan

sertifikat pelatihan kepada peserta yang dinyatakan tuntas mengikuti pelatihan.

Page 12: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB VI

PESERTA, FASILITATOR DAN PENDAMPING

A. Peserta

1. Jumlah

Jumlah peserta dalam tiap angkatan maksimal 30 orang

2. Kriteria

Peserta pelatihan adalah 2 (dua) orang petugas yang berasal dari puskesmas yang sama, terdiri

dari:

1) 1 orang yang memiliki tugas dan fungsi surveilans di puskesmas

Pendidikan minimal D3 Kesehatan

atau petugas surveilans puskesmas yang memiliki pengalaman sebagai petugas

surveilans minimal 3 bulan

mampu mengoperasikan komputer

2) 1 orang Penanggungjawab / Pelaksana Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas

B. Fasilitator

1. Fasilitator adalah widyaiswara, alumni TOT, pejabat struktural atau ahli yang memiliki kompetensi

dalam materi terkait (Epidemiolog).

2. Tugas utama fasilitator adalah memandu dan mengendalikan proses pembelajaran agar selalu

dinamis, tidak membosankan, dan peserta dapat berperan aktif, serta dapat belajar secara efektif,

efisien dan entertaining (3E).

3. Fasilitator pada mata pelatihan Materi Inti 2 Manajemen Data Surveilans Epidemiologi, Materi Inti

3 Deteksi Dini di wilayah Puskesmas, Materi inti 4 Penyelidikan KLB dapat merupakan satu tim

(team teaching). Fasilitator tersebut saling mengisi dan melengkapi terutama dalam memfasilitasi

diskusi kelompok, penugasan dan latihan serta mengawal proses pembelajaran dari awal sampai

akhir.

Page 13: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

C. Pendamping Praktek Lapangan

1. Kriteria:

Menguasai substansi dan tujuan praktek lapangan

Adalah Fasilitator yang terlibat dalam proses pembelajaran

2. Tugas utama:

Memberi bimbingan kepada peserta selama praktek lapangan sehingga seluruh tujuan

dapat tercapai.

Membantu jalannya praktek lapangan

Pendamping Praktek Lapangan 2 wajib melakukan bimbingan melalui teknologi

informasi/email selama waktu Praktek Lapangan 2

Pendamping Praktek Lapangan 2 dapat melakukan bimbingan langsung (visitasi) ke tempat

Praktek Lapangan 2 (Puskesmas Peserta)** (tidak wajib)

(**catatan: jika penyelenggara pelatihan sudah mengalokasikan biaya visitasi dalam rencana

anggaran penyelenggaran pelatihan / sesuai kemampuan masing-masing penyelenggara

pelatihan)

Page 14: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB VII

PENYELENGGARA, PENGENDALI PELATIHAN DAN TEMPAT

PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara dan Pengendali Pelatihan

1. Penyelenggara Pelatihan

a. Penyelenggara pelatihan adalah Institusi diklat yang terakreditasi dan memiliki sarana dan

prasarana yang memadai, serta yang memiliki SDM diklat yang sudah memiliki sertifikat

pelatihan penyelenggaraan diklat (TOC).

b. Peran dan Tugas Penyelenggara Pelatihan:

Mempersiapkan, mengorganisasikan dan melaksanakan pelatihan dari awal sampai akhir,

mulai dari pemanggilan peserta, penyiapan ATK dan bahan, hingga evaluasi pembelajaran.

Menghubungi fasilitator/ narasumber untuk memastikan kehadiran sesuai jadwal.

Melakukan berbagai tugas kesekretariatan, termasuk administrasi keuangan, penyusunan

laporan penyelenggaraan pelatihan dan evaluasi penyelenggaraan.

D. Pengendali Pelatihan

1. Adalah widyaiswara yang telah mengikuti pelatihan Pengendali Pelatihan

2. Adalah SDM kediklatan yang telah mengikuti pelatihan Pengendali pelatihan

3. Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan pelatihan, pengendali pelatihan mempunyai

peran dan tugas dalam pelatihan yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan

evaluasi.

B. Tempat Penyelenggaraan

Pelatihan ini dapat dilaksanakan di:

1. Balai Besar Pelatihan Kesehatan

2. Balai Pelatihan Kesehatan Nasional dan Daerah

3. Institusi pelatihan lain yang telah terakreditasi

Page 15: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

BAB VIII

EVALUASI DAN SERTIFIKASI PELATIHAN

A. Evaluasi Pelatihan

Dalam pelatihan ini ada beberapa evaluasi yang dilakukan, yaitu:

1. Evaluasi hasil belajar peserta

Evaluasi ini dilakukan terhadap peserta melalui:

Penjajagan awal / pre-test.

Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima (post-test)

Penilaian hasil penugasan di kelas

Penilaian hasil penugasan praktek lapangan.

2. Evaluasi terhadap fasilitator/ supervisor

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kepuasan peserta

terhadap kemampuan fasilitator/ supervisor dalam menyampaikan materi kepada peserta,

meliputi: kemampuan penguasaan materi, pengelolaan kelas, penampilan dan beberapa indikator

lain yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

3. Evaluasi terhadap penyelenggara

Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap keseluruhan penyelenggaraan pelatihan, baik itu

berkenaan dengan administrasi (kesekretariatan panitia), teknis/akademis pelatihan seperti

manfaat pelatihan bagi peserta, hingga aspek pelayanan lainnya seperti akomodasi dan

konsumsi. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk menilai efektifitas pelatihan serta

menghimpun feedback guna perbaikan pelaksanaan pelatihan di masa mendatang.

Page 16: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

B. Sertifikasi Pelatihan

Peserta pelatihan akan menerima sertifikat pelatihan. Sertifikat pelatihan akan diberikan kepada

peserta yang telah mengikuti pelatihan dan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Mengikuti semua tahapan pelatihan (tahap 1, tahap 2, dan tahap 3)

2. Tidak melanggar tata tertib selama pelatihan, berdasarkan pengamatan pengendali pelatihan,

fasilitator/supervisor dan penyelenggara pelatihan lainnya.

3. Menuntaskan semua penugasan

Sertifikat pelatihan bernilai 2 kredit point.

Page 17: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 18: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 1: KONSEP DASAR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Latihan 1 : Atribut Surveilans

Metode : Diskusi Kelompok

Waktu : 25 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan lembar lampiran untuk

diisi oleh setiap kelompok peserta.

2. Waktu diskusi adalah 10 menit

3. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :

a. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan atribut sistem surveilans yang sedang dikelola

oleh peserta saat ini

b. Peserta secara kelompok melakukan identifikasi atribut pada satu sistem surveilans

yang sedang dikelola oleh peserta (memilih judul surveilans, contoh: sistem surveilans

CBMS, AFP, gizi, HIV, TB, Penyakit Tidak Menular, BDB, Kusta, dll).

c. Isi hasil identifikasi pada tabel terlampir.

5. Setelah diskusi, 1 kelompok menyajikan hasil aturan :

a. Presentasi 10 menit

b. Diskusi 5 menit

4. Identifikasi dan berikan komentar / uraikan hasil diskusi pada tabel tersebut

a. Uraikan tujuan surveilans yang Saudara pilih?

b. Bagaimanakah bentuk penyelenggraan surveilans tersebut?

c. Apakah topik surveilans yang Saudara pilih memiliki ciri – ciri / sudah sesuai dengan

kriteria atribut surveilans dan uraikan?

Page 19: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

FORMAT HASIL DISKUSI IDENTIFIKASI ATRIBUT SURVEILANS

MODUL INTI 1: KONSEP DASAR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

(Latihan1: Atribut Surveilans)

NO ITEM HASIL DISKUSI

A JUDUL SURVEILANS

B TUJUAN SURVEILANS

C BENTUK

PENYELENGGARAAN

D ATRIBUT SURVEILANS

1 Kesederhanaan

(Simplicity)

2 Fleksibilitas (Flexibility)

3 Akseptabilitas

(Acceptability)

4 Sensitivitas (Sensitivity)

5 Nilai Prediktif Positif

(Predictive Value

Positive)

6

Kerepresentatifan

(Representativeness)

7 Ketepatan Waktu

(Timeliness)

8 Quality

9 Stability

Page 20: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 1: KONSEP DASAR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Latihan 2 : Konsep Dasar Epidemiologi (Ukuran Dasar Epidemiologi)

Metode : Latihan Kelompok

Waktu : 20 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan lembar lampiran untuk

dianalisis oleh setiap peserta.

2. Waktu diskusi adalah 10 menit

3. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :

a. Latihan perhitungan ukuran epidemiologi, tipe kuantitas matematis dan ukuran frekuensi

penyakit

b. Peserta secara kelompok melakukan perhitungan:

1) Hitung proporsi penduduk laki – laki di Kecamatan A & B

2) Hitung proporsi penduduk perempuan di Kecamatan A & B

3) Rasio jumlah penduduk laki - laki terhadap perempuan di Kecamatan A & B

4) Angka kematian kasar di Kecamatan A & B

5) Tingkat kematian bayi (< 1 th) di Kecamatan A & B

6) Tingkat kematian neonatal di Kecamatan A & B

7) CFR TB paru di Kecamatan A & B

8) Tingkat kematian ibu maternal di Kecamatan A & B

9) Proporsi penderita stroke laki – laki di Kecamatan A & B

10) Rasio penderita stroke laki - laki terhadap perempuan di Kecamatan A & B

11) CFR penderita stroke di Kecamatan A & B

12) Insiden komulatif penderita stroke di Kecamatan A & B

c. Setiap peserta dapat mengerjakan 2-3 soal perhitungan, kemudian di tuliskan dalam

bentuk tabel terlampir, selanjutnya aggota kelompoknya memberikan koreksinya

atau tanggapannya.

d. Isi hasil identifikasi pada tabel terlampir.

4. Setelah diskusi, 1 kelompok menyajikan hasil penugasan dengan aturan :

c. Presentasi 5 menit

d. Diskusi 5 menit

Page 21: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

FORMAT HASIL LATIHAN UKURAN EPIDEMIOLOGI

MODUL INTI 1: KONSEP DASAR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

(Latihan 2 : Perhitungan Ukuran Dasar Epidemiologi)

NO URAIAN KECAMATAN

KET A B

1 HITUNG PROPORSI PENDUDUK LAKI - LAKI 49,0% 28,6%

2 HITUNG PROPORSI PENDUDUK PEREMPUAN 51,0% 71,4%

3 RASIO JUMLAH PENDUDUK LAKI - LAKI TERHADAP

PEREMPUAN

0,96 0,4

4 KEMATIAN KASAR 8,2 14,3 per 10.000

5 TINGKAT KEMATIAN BAYI (< 1 TH) 2,083 3,333 per 1.000

6 TINGKAT KEMATIAN NEONATAL 4,17 8,33 per 1.000

7 CFR TB PARU 6,666667 13,64 %

8 TINGKAT KEMATIAN IBU MATERNAL 2,083 5 per 1.000

9 PROPORSI PENDERITA STROKE LAKI - LAKI

53

58

%

10 RASIO PENDERITA STROKE LAKI - LAKI TERHADAP

PEREMPUAN

1,1 1,375

11 CFR PENDERITA STROKE

7

11

%

12 INSIDEN KOMULATIF PENDERITA STROKE 3,1 2,7 per 1.000

Page 22: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Latihan 1 : Pengumpulan Data

Metode : Diskusi Kelompok

Waktu : 30 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan lembar lampiran untuk

dianalisis oleh setiap peserta.

2. Waktu diskusi adalah 10 menit

3. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :

a. Peserta memilih satu instrumen pengumpulan data: kasus campak (format C1

Campak), keracunan pangan (format Penyelidikan Epidemiologi Keracunan Pangan),

kasus difteri (format Penyelidikan Epidemiologi Difteri), kasus DBD, Keluarga

Sejahtera

b. Peserta menelaah instrumen pengumpulan dan pelaporan data tersebut dengan

mengidentifikasi (uraikan) kualitas data yang diperlukan, sumber data, sifat data, cara

pengumpulan data, metode pengumpulan data, waktu pelaporan, skala data

c. Isi hasil identifikasi pada tabel terlampir.

4. Setelah diskusi, kelompok menyajikan hasil aturan :

a. Presentasi 10 menit

b. Diskusi 10 menit

Page 23: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

FORMAT HASIL DISKUSI PENGUMPULAN DATA

MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEÍMIOLOGI

(Latihan1: Pengumpulan Data)

NO ITEM HASIL DISKUSI

1 Judul / nama instrumen

2 Kualitas data yang

diperlukan

3 Sumber data

4 Sifat data

5

Cara pengumpulan data

6 Metode pengumpulan

data

7 Waktu pelaporan

8 Skala data

Page 24: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Latihan 2 : Pengolahan Data

Metode : Latihan Kelompok

Waktu : 70 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan lembar lampiran untuk

dilakukan pengolahan data oleh setiap peserta.

2. Waktu diskusi, entry data dan pengolahan adalah 40 menit

3. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :

a. Melakukan pengolahan data dan penyajian data berdasarkan data set yang diberikan:

(Kasus Campak, DBD, difteri) dan data Keluarga Sejahtera yang di bawa oleh peserta.

b. Peserta melakukan langkah – langkah pengolahan data (editing, koding, tabulating)

sesuai data set nya dan dilakukan entry data pada program microsoft excel.

c. Peserta membuat penyajian dari data yang telah dientry dalam bentuk: teks, tabel,

grafik ataupun peta sesuai dengan karakteristik datanya.

4. Setelah mengerjakan latihan pengolahan data, kelompok menyajikan hasil dengan aturan

:

a. Presentasi 10 menit yang berisi:

1) Hasil langkah pengolahan data dan hasil entry data.

2) Hasil Penyajian Data

b. Diskusi 10 menit

Page 25: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Latihan 3 : Analisis Data

Metode : Latihan Kelompok

Waktu : 90 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan lembar lampiran untuk

dianalisis oleh setiap peserta.

2. Waktu diskusi membuat analisis dan interpretasi data adalah 45 menit

3. Fasilitator menginstruksikan kelompok dengan tugas :

a. Membuat analisis deskriptif dari data set yang sebelumnya telah dikerjakan pada

latihan 2 (Pengolahan Data).

b. Peserta membuat analisis deskriptif:

1) Sebaran data

2) Analisis deskriptif terhadap variabel epidemiologi, membuat trend kasus, pola

minimum – maksimum sesuai dengan analisis datanya.

c. Peserta membuat interpretasi dan kesimpulan data berdasarkan hasil analisis data

tersebut.

4. Setelah mengerjakan latihan membuat analisis dan interpretasi data, kelompok

menyajikan hasil dengan aturan :

a. Presentasi 10 menit yang berisi:

1) Hasil analisis deskriptif.

2) Hasil interpretasi data.

b. Diskusi 10 menit

Page 26: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

FORMAT HASIL ANALISIS

MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEÍMIOLOGI

(Latihan 3: Analisis Data)

NO ITEM HASIL

1 Tema

2 Analisis Sebaran Data

3 Analisis deskriptif

terhadap variabel

epidemiologi orang

Analisis deskriptif

terhadap variabel

epidemiologi waktu (tren,

pola maksimum –

minimum)

4 Analisis deskriptif

terhadap variabel

epidemiologi tempat

Page 27: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

5 Interpretasi hubungan

antar variabel

epidemiologi

6 Interpretasi dengan

membandingkan data

hasil analisis dengan tren

data sebelumnya atau

refrensi lainnya.

7 Kesimpulan

Page 28: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Latihan 4 : Desiminasi Data Surveilans

Metode : Latihan Kelompok

Waktu : 35 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan lembar lampiran untuk

tugas desiminasi data surveilans.

2. Waktu diskusi membuat analisis dan interpretasi data adalah 15 menit

3. Fasilitator menginstruksikan kelompok dengan tugas :

a. Identifikasi tahapan penyampaian informasi dari desiminasi data surveilans

berdasarkan hasil latihan 1-3 (manajemen data surveilans epidemiologi).

b. Hasil identifikasi tahapan penyampaian informasi / desiminasi data surveilans di catatat

sesuai format terlampir.

c. Membuat desiminasi data surveilans yang akan di sampaikan kepada unit – unit yang

terkait.

4. Setelah mengerjakan latihan membuat analisis dan interpretasi data, kelompok

menyajikan hasil dengan aturan :

a. Presentasi 10 menit yang berisi:

1) Hasil identifikasi tahapan penyampaian informasi / desiminasi data surveilans .

2) Desiminasi data surveilans yang akan disampaikan kepada unit dan jejaring

surveilans.

b. Diskusi 10 menit

Page 29: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

FORMAT HASIL IDENTIFIKASI

TAHAPAN PENYAMPAIAN INFORMASI / DESIMINASI DATA SURVEILANS

MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEÍMIOLOGI

(Latihan 4: Desiminasi Data Surveilans)

NO TAHAPAN HASIL

1 Informasi apa yang disampaikan?

2 Siapa yang akan menerima informasi?

3 Informasi akan disampaikan dengan apa?

4 Bagaimana caranya informasi akan disampaikan?

5 Apa yang akan dilakukan oleh penerima informasi? (Dampak)

Page 30: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 3: DETEKSI DINI KEJADIAN LUAR BIASA

Latihan 1 : Konsep Kewaspadaan Dini

Metode : Diskusi dan latihan Kelompok

Waktu : 60 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan kesempatan kepada

peserta untuk mengambil nomor undian untuk tugas yang akan diberikan.

2. Nomor undian terdiri dari 2 nomor, yaitu: nomor 1 untuk tugas SKDR dan nomor 2 untuk

tugas laporan bulanan / STP.

3. Instrumen yang diperlukan yaitu: aplikasi SKDR dan laporan bulanan STP puskesmas.

4. Waktu diskusi adalah 10 menit, waktu mengerjakan tugas : 30 menit dan waktu presentasi

20 menit.

5. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :

a. Mempelajari dan mengamati sesuai dengan tugas yang di dapat yaitu : laporan

mingguan SKDR ataupun laporan bulanan STP

b. Buat alert / sinyal KLB berdasarkan laporan mingguan ataupun laporan bulanan STP.

c. Lakukan verifikasi melalui computer tablet/smartphone anda untuk setiap peringatan dini yang

muncul

d. Apakah alert menunjukan kemungkinan adanya KLB.

e. Buat pola penyakit berdasarkan laporan bulanan / data STP.

6. Presentasikan hasil kerja kelompak, 3 kelompok menyajikan dengan aturan :

a. Presentasi 5 menit

b. Diskusi 5 menit

Page 31: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

FORMAT HASIL DISKUSI KONSEP KEWASPADAAN DINI

MODUL INTI 3: DETEKSI DINI KEJADIAN LUAR BIASA

(Latihan1: Konsep Kewaspadaan Dini)

NO ITEM HASIL DISKUSI KET

A Identifikasi Alert

1. Sumber Data

2. Jenis Alert

3. Tanggal / Minggu

Alert

4. Lokasi Alert

5. Temuan Dilapangan

6. Rencana Tindak

Lanjut

7. Status Verifikasi (Ya

/ Tidak)

8. KLB (Ya / Tidak)

9. Respon < 24 Jam (Ya

/ Tidak)

B Pola Penyakit

Page 32: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 3: DETEKSI DINI KEJADIAN LUAR BIASA

Latihan 2 : Membuat Pola Minimum Maksimum Penyakit

Metode : Latihan

Waktu : 60 Menit

Instruksi:

1. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok..

2. Peserta memilih satu jenis penyakit berdasarkan data yang dibawa oleh peserta, untuk

dibuatkan pola minimum dan maksimum penyakit.

3. Peserta membuat kesimpulan berdasarkan data pola minimum dan maksimum yang telah

dibuatnya.

4. Waktu pengerjaan sebanyak 30 menit

5. Seluruh kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dengan waktu :

a. Presentasi: 5 menit

b. Tanggapan : 5 menit

Page 33: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

MODUL INTI 3: DETEKSI DINI KEJADIAN LUAR BIASA

Latihan 3 : Membuat Matriks Deteksi Dini KLB

Metode : Diskusi Kelompok

Waktu : 60 Menit

Instruksi:

5. Fasilitator membagi kelas menjadi 5 kelompok dan memberikan lembar matriks

penugasan deteksi dini KLB.

6. Waktu diskusi dan pengerjaan adalah 30 menit

7. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :

d. Peserta menggunakan hasil latihan 1 atupun 2

e. Peserta mengisi matrik yang telah diberikan.

8. Setelah diskusi, kelompok menyajikan hasil aturan :

c. Presentasi 10 menit

d. Diskusi 5 menit

Page 34: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

FORMAT MATRIKS DETEKSI DINI

MODUL INTI 3: DETEKSI DINI KEJADIAN LUAR BIASA

(Latihan 3: Matriks Deteksi Dini KLB)

MATRIKS DETEKSI DINI KASUS …………………………..

No Despkripsi Kasus Kondisi

Lapangan

Saat Ini

Kesimpulan

ADA TIDAK

A GAMBARAN

KASUS

1 GAMBARAN

KLINIS

2 ETIOLOGI

3 MASA INKUBASI

4 SUMBER

PENULARAN

5 CARA PENULARAN

6 EPIDEMIOLOGI

7 KEWASPADAAN

DINI

B FAKTOR RESIKO

1 LINGKUNGAN

2 VECTOR

3 SOSIAL

4 IMUNISASI

Page 35: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Lampiran

CONTOH MATRIKS DETEKSI DINI KLB

1. MATRIKS DETEKSI DINI KASUS ANTRAKS

No Deskripsi kasus

Kondisi

lapangan saat

ini Kesimpulan

Ada Tidak

A Gambaran kasus

1 Gambaran klinis

Antraks Kulit rasa gatal tanpa disertai

rasa sakit, yang dalam

waktu 2-3 hari

membesar menjadi

vesikel berisi cairan

kemerahan, kemudian

haemoragik dan

menjadi jaringan

nekrotik berbentuk

ulsera yang ditutupi

kerak berwarna hitam,

kering yang disebut

Eschar (patognomonik)

Antraks Saluran

Pencernaan

rasa sakit perut hebat,

mual, muntah, tidak

nafsu makan, demam,

konstipasi,

gastroenteritis akut

yang kadang-kadang

disertai darah,

hematemesis

Antraks Paru-

paru

tanda-tanda bronchitis

dalam waktu 2-4 hari

gejala semakin

berkembang dengan

gangguan respirasi

berat, demam, sianosis,

dispneu, stridor,

Page 36: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

keringat berlebihan,

detak jantung

meningkat, nadi lemah

dan cepat. Kematian

biasanya terjadi 2-3

hari setelah gejala klinis

timbul.

Antraks

Meningitis

lesi primer yang

berkembang menjadi

meningitis hemoragik

dan kematian dapat

terjadi antara 1-6 hari.

Gambaran klinisnya

mirip dengan

meningitis purulenta

akut yaitu demam,

nyeri kepala hebat,

kejang-kejang umum,

penurunan kesadaran

dan kaku kuduk

2 Etiologi

Bacillus anthracis, Basil

Antraks dapat keluar

dari bangkai hewan dan

suhu luar di atas 20°C,

kelembaban tinggi basil

tersebut cepat berubah

menjadi spora yang

tahan hidup selama

bertahun-tahun. Bila

suhu rendah maka basil

antraks akan

membentuk spora

secara perlahan - lahan

3 Masa inkubasi

Antraks Kulit Adakah laporan kasus

pada manusia mirip

antraks kulit 5 hari

terakhir

Page 37: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Antraks Saluran

Pencernaan

Adakah laporan kasus

pada manusia mirip

antraks Pencernaan 5

hari terakhir

Antraks Paru-

paru

Adakah laporan kasus

pada manusia mirip

antraks paru-paru 5

hari terakhir

Antraks

Meningitis

Adakah laporan kasus

pada manusia mirip

antraks meningitis 6

hari terakhir

4

Sumber

penularan

1. Pemotongan hewan,

peternak kambing, sapi

dll

2. Pekerja pada

pemotongan hewan,

peternakan kambing,

sapi dll

5 Cara Penularan

1. Sanitasi yang baik

pada tempat

pemotongan hewan,

peternak kambing, sapi

dll

2. Pekerja

menggunakan APD

pada pemotongan

hewan, peternakan

kambing, sapi dll

Page 38: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

6 Epidemiologi

1. Pemotongan hewan,

peternak kambing, sapi

dll

2. Pekerja pada

pemotongan hewan,

peternakan kambing,

sapi dll

7

Kewaspadaan

dini

1. Kelengkapan Laporan

SKDR > 90%

2. Ketepatan Laporan

SKDR > 80%

3. Kelengkapan Laporan

STP > 90%

4. Ketepatan Laporan

STP > 80%

5. Laporan kematian

hewan herbivora,

kambing, sapi dll

B Faktor resiko

1 Lingkungan

1. Kelembaban tinggi

2. Perubahan musim

(dari Kemarau ke

Page 39: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

penghujan)

2 Vektor

-

3 Sosial

1. Pasar hewan

2. Peternakan hewan

herbivora

3. Perayaan dengan

menggunakan hewan

herbivora (Idul adha dll)

4 Imunisasi

-

Page 40: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

KUNCI PEGANGAN FASILITATOR

LATIHAN POKOK BAHASAN 1

Contoh kasus terjadinya KLB di Puskesmas

Peserta dibagi 4 kelompok

Setiap kelompok mengkaji kasus berbeda

Apakah kasus tersebut merupakan KLB atau bukan ?

Sebutkan kriteria kerja KLB apa saja yang ada dalam salah satu kasus yang

diangkat setiap kelompok hingga ditetapkan menjadi KLB

Kasus 1 :

Pada hari ini, di Poliklinik Puskesmas ditemukan 3 anak berobat yang didiagnosis

dokter sebagai penderita campak (belum ada konfirmasi pemeriksaan

Laboratorium). Satu anak diantaranya dirawat inap di Puskesmas karena sesak

nafas berat. Ketiga anak tersebut berasal dari Desa Sumbermulya Petugas

Imunisasi menginformasikan kalau Desa Kawula memiliki cakupan imunisasi

campak rendah rata-rata 40 % selama 5 tahun terakhir ini.

Kata kunci Jawaban :

Langkah Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Memastikan luas dan beratnya masalah kesehatan yang terjadi :Memastikan

adanya peningkatan kasus campak berdasarkan banyaknya kasus-kasus campak

yang berobat ke Puskesmas atau Puskesmas Pembantu atau Puskesmas keliling,

akhir-akhir ini. Kasus campak bisa diagnosis campak, atau indikasi campak

dengan ditemukannya banyak kasus sesak nafas, dsb

1. Mewawancarai orang-orang yang datang dari desa yang dicurigai ke

Page 41: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Puskesmas tentang adanya banyak kasus campak atau dugaan campak

2. Mengontak kepala desa, guru, atau masyarakat di desa yang dicurigai

3. Jika ada indikasi KLB, kirim petugas surveilans dan dokter untuk

melakukan penyelidikan KLB dan upaya penanggulangan, terutama

memberikan pelayanan pengobatan

4. Jika masih ada keraguan pada situasi di Desa tersebut, kirim tim untuk

melakukan penyelidikan KLB. Prinsip yang harus dipegang teguh :

anggap situasi itu KLB, sampai dinyatakan bukan. KLB harus

ditanggulangi.

Kasus 2:

Dinkes Kab.Margoparung mendapatkan informasi dari Ka.Puskesmas

Sukasuka, bahwa dalam waktu 24 jam menerima kunjungan pasien diare

yang awalnya 5 kasus menjadi 30 kasus. Semua penderita berasal dari

Kp.Sukasari Desa sukamanah, mengeluhkan gejala diare, cair,mules dan

muntah-muntah setelah menghadiri hajatan di rumah pamiodongdesa di

Kampung tersebut. Sebagai petugas Surveilans yang kompeten,

bagaimana sdr memberikan gambaran kejadian tersebut , diskusikan

dalam kelompok .

Kata kunci Jawaban :

Adanya dugaan KLB keracunan pangan

Gejala yang sama dalam periode waktu yang sama

Jumlah penderita

Uraikan kriteria kerja yang mana

Page 42: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Kasus 3:

Di Barak pengungsian gempa terjadi peningkatan kejadian kesakitan. Dalam sejak

periode minggu kedua menempati barak peningkatan kasus terjadi sangat

signifikan, dari 12 orang di minggu sebelumnya menjadi 31 orang penderita,

Gejala kesakitan di duga penemonia. Petugas menduga ini adalah KLB. Apakah

Kriteria kerja yang paling tepat menjadi acuan penetapan KLB pnemonia di barak

pengungsian ini sesuai dengan Permenkes nomor 1501 tahun 2010 :

Kata kunci Jawaban :

proporsi pneumonia berobat dalam seminggu ini meningkat lebih dari 2,5 kali

dibandingkan proporsi pneumonia dalam seminggu sebelumnya

Kasus 4:

Berdasarkan wawancara semua penduduk di daerah yang diduga terjadi

KLB ditemukan peningkatan sangat tajam jumlah anak yang menderita

demam menggigil dalam 5 hari terakhir dibandingkan keadaan hari-hari

sebelumnya.

Apakah Kriteria kerja KLB yang paling tepat menjadi acuan penetapan KLB

Kata kunci Jawaban :

adalah terjadinya peningkatan jumlah kasus yang bermakna secara

epidemiologi,

Page 43: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

LATIHAN POKOK BAHASAN 2

Latihan 1

Pada KLB keracunan, kegiatan manakah yang menjadi bagian penting

dari upaya penanggulangannya ?

Kata kunci jawaban

Melaksanakan upaya pengobatan dengan cepat, penyelidikan

epidemiologi dan penanggulangan sumber-sumber keracunan

yang dicurigai. Surveilans tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Keempat kegiatan dilaksanakan segera dan dilakukan saling

mendukung satu sama lain

Latihan 2

Di Puskesmas Pandanwangi terjadi peningkatan kunjungan pasien

yang datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan sejak tanggal 1

Desember 2017 dengan gejala yang sama yaitu demam, dan bercak

kemerahan . Tim surveilans puskesmas lalu melakukan penyelidikan

epidemiologi dan memastikan telah terjadi KLB dengan dugaan

sementara sebagai kasus campak.

Bagaimana pendapat sdr tentang kejadian ini ? Jelaskan jawaban

saudara, Bagaimana Tim dapat memastikan kejadian ini sebagai KLB

campak ?

Kata kunci jawaban

Telah terjadi KLB demam dengan bercak kemerahan, tim

menduga pasien yang berobat tersebut sebagai kasus campak,

Dengan memastikan peningkatan jumlah orang yang berobat ke

fasilitas pelayanan kesehatan antara tanggal 1 Desember 2017

sampai saat penyelidikan dengan gejala yang sama yaitu demam,

dan bercak kemerahan

Melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium untuk

memastikan sebagai kasus campak.

Page 44: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Latihan 3

Sesudah hajatan dirumah Ketua RW Sukasari , 10 tamu dibawa ke

Rumah Sakit karena tiba-tiba mual, muntah dan lemes. Ternyata di

Rumah sakit juga sudah dirawat 22 orang yang sudah pulang dari

hajatan yang sama. Hasil analisis riwayat makan rame-rame sebelum

sakit, hanya acara hajatan Ketua RW Sukasari ini, sehingga dilakukan

wawancara terhadap jenis makanan yang dimakan pengunjung

hajatan yang menjadi korban keracunan

Jika sumber keracunan hanya berasal dari satu jenis makanan saja,

jenis makanan manakah yang masih diduga kuat sebagai sumber

keracunan. Menu hajatan tersebut terdiri dari Mie goreng, Sambel

goreng krecek, Gado-gado dan Lemper.

a. Dari 20 korban yang diwawancara, 10 korbannya saja makan

Mie Goreng

b. Dari semua korban , ada 12 korban yang tidak makan dengan

sambal goreng krecek .

c. Dari 10 korban yang sempat diwawancara, ternyata hanya

satu orang yang tidak makan gado gado

d. Dari wawancara semua korban, hanya ada 12 korban yang

tidak makan lemper

Kata kunci jawaban

Makanan yang di duga kuat sebagai sumber keracunan

adalah Gado-gado

Langkah-langkah menentukan ‘makanan” sebagai sumber

Page 45: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

keracunan :

a. Menentukan jenis makanan yang dimakan pada acara hajatan .

b. Menguji makanan dengan banyaknya kasus ‘tidak makan’

makanan yang disajikan

c. Menguji makanan dengan pengujian Contoh Pangan

d. Menguji makanan dengan analisis deskriptif makanan

e. Menguji makanan dengan analisis analitik

Page 46: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

LATIHAN POKOK BAHASAN 3

Latihan 1

Pada KLB keracunan makanan , kegiatan –kegiatan apa yang menjadi bagian

penting dari upaya penanggulangannya ? Jelaskan jawaban saudara.

Kata kunci jawaban

Melaksanakan upaya pengobatan dengan cepat,

Penyelidikan epidemiologi dan

Penanggulangan sumber-sumber keracunan yang dicurigai.

Surveilans tetap berjalan sebagaimana mestinya. Keempat kegiatan

dilaksanakan segera dan dilakukan saling mendukung satu sama lain

Latihan 2

Di Kecamatan Sukamulia, Kotabara, selama sebulan ini ditemukan 12

penderita tifus perut dengan kematian 6 orang. Padahal biasanya di

Kecamatan tersebut terdapat sekitar 15-18 kasus perbulan dengan kematian

<2 orang perbulan. Bagaimana sdr menyatakan kondisi masalah kesehatan

diwilayah tersebut ? Apakah sudah dapat dinyatakan sebagai KLB ? Apa yang

kemudian dilakukan oleh petugas ?

Kata kunci jawaban

Keadaan ini seperti ini tepat dinyatakan sebagai sudah KLB , dengan

meningkatnya jumlah kematian selama sebulan ini.

Tindakan penanggulangan segera dilaksanakan

Page 47: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Jakarta, November 2018

Latihan 3

Di Wilayah Puskesmas Bukit hijau, telah terjadi kenaikan kasus Diare, KLB diare

ini merupakan keadaan darurat, karena banyaknya korban dalam waktu yang

singkat , petugas surveilans langsung turun kelapangan tanpa menyusun

rencana penyelidikan ,karena membuat proposal penyelidikan dengan metode

penyelidikan tidak dimungkinkan dan buang-buang waktu.

Bagaimana pendapat sdr tentang rencana metode penyelidikan epidemiologi

pada kondisi seperti ini ? Jelaskan jawaban sdr !

Kata kunci jawaban

Rencana metode penyelidikan epidemiologi tetap dibuat sesuai

kebutuhan sebelum kelapangan.

Paling tidak rencana penyelidikan epidemiologi bertujuan untuk :

a) Mengetahui gambaran epidemiologi KLB;

b) Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit KLB;

c) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit

KLB termasuk sumber dan cara penularan penyakitnya;

d) Menentukan cara penanggulangan KLB.

Page 48: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

PELATIHAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

BAGI PETUGAS PUSKESMAS

BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK) CILOTO

BADAN PPSDM KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2018

LAMPIRAN

PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN 1

(VERSI 1 – DI TEMPAT YANG PERNAH KEJADIAN KLB)

Page 49: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN 1 (PL1)

PELATIHAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PUSKESMAS

MATERI INTI 4 PENYELIDIKAN KLB

I. PENDAHULUAN

Pelatihan Surveilans Epidemiologi Puskesmas bertujuan untuk memberi bekal kemampuan

kepada peserta latih dalam melaksanakan program surveilans kesehatan di Puskesmas . Kurikulum

pelatihan disusun berdasarkan tugas serta kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang petugas

surveilans kesehatan di Puskesmas. Untuk itu proses pembelajaran dirancang melalui suatu proses

dan penggunaan pola diklat sandwich Training yang dilakukan secara bertahap on class I, Off Class

dan On class II, pelatihan ini melibatkan peran serta aktif dari peserta latih serta memberi

kesempatan kepada peserta untuk melakukan proses pembelajaran sendiri (learning by doing).

Oleh karena itu pada pelatihan petugas surveilans kesehatan ini untuk pembelajaran materi PE

–KLB peserta juga perlu melakukan praktek lapangan (PL1) untuk mempraktekkan pelaksanaan PE-

KLB di puskesmas pada situasi yang sebenarnya. Disamping itu PL1 juga dapat memberikan

pengalaman belajar bagi peserta latih agar terwujud kemampuan melaksanakan PE-KLB yang

sebenarnya nanti di tempat kerjanya masing-masing

II. TUJUAN

A. Tujuan Umum:

Peserta mampu mempraktekkan pelaksanaan penyelidikan Epidemiologi KLB /PE-KLB.

B. Tujuan Khusus:

Peserta mampu untuk:

LAMPIRAN PANDUAN PL 1 (VERSI 1)

Page 50: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

1. Melakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB, yang mencakup:

a. Memahami konsep penyelidikan epidemiologi, sistem pelaporan KLB/wabah,langkah-

langkah penyelidikan epidemiologi sesuai standard dan penyelidikan KLB keracunan.

b. Mengaplikasikan Penyelidikan Epidemiologi Penyakit Menular dengan Pengumpulan

data, Pengolahan dan analisis data, Intepretasi dan penyusunan laporan

c. Menyajikan hasil surveilans Epidemiologi (presentasi/expose)

III. PERSIAPAN

A. Pembagian kelompok peserta

Peserta pelatihan dibagi menjadi 4 kelompok (6 -7 orang per kelompok) dengan rincian sbb:

PL penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB (PE-KLB).

a. Setiap kelompok melaksanakan PKL di unit pelayanan atau unit kerja (Puskesmas) yang

dipilih untuk PKL PE-KLB.

b. Setiap kelompok mempersiapkan diri dengan mereview materi yang berkaitan dengan

pelaksanaan PE-KLB, serta membuat catatan tentang hal-hal yang harus dilakukan

dalam PKL.

B. Lokasi dan waktu PKL

Lokasi PKL adalah Puskesmas dengan kriteria Puskesmas adalah :

Untuk PKL penyelidikan epidemilogi dan penanggulangan KLB (PE-KLB), adalah

Puskesmas yang terdapat KLB pada 2 bulan terakhir.

Diutamakan Puskesmas yang relatif terjangkau dari tempat pelatihan dan bersedia

menjadi tempat PL.

C. Presentasi hasil PL

Presentasi dilaksanakan di tempat pelaksanaan pelatihan atau di Puskesmas ybs.

Page 51: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

IV. PELAKSANAAN PKL

PL dilaksanakan di Puskesmas dialokasikan selama 1 hari (8 jpl) .

A. Perkenalan penyampaian tujuan

Pendamping PKL menyampaikan maksud dan tujuan PL, memperkenalkan peserta kepada

Kepala Puskesmas atau petugas yang terlibat yang menjadi tempat PL dan akan berkerja sama

dengan peserta latih selama proses PL.

Dan kepada petugas Puskesmas yang terlibat dimohon kerjasamanya, terutama dalam

penyediaan data-data dan informasi yang terkait.

B. Pelaksanaan kegiatan PKL

PKL dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:

Jadwal

PL

07.00-08.30 Menuju Lokasi PL

08.30 – 10.00 Pelaksanaan PE-KLB di Puskesmas

10.00 – 10.30 ISTIRAHAT

10.30 – 12.00 Lanjutan Pelaksanaan PE-KLB

12.00- 13.00 ISTIRAHAT

13.00-14.30 Pengolahan dan analisis data,Laporan

14.30-15.15 Presentasi

15.15-15.30 ISTIRAHAT

15.30-16.15 Presentasi lanjutan

16.15- selesai Kembali menuju Lokasi PL

Peserta melaksanakan kegiatan:

Melakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB, yang mencakup:

Page 52: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

1. Memahami konsep penyelidikan epidemiologi, sistem pelaporan KLB/Wabah, langkah-

langkah penyelidikan epidemiologi sesuai standar dan penyelidikan KLB keracunan.

2. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi Penyakit Menular/keracunan dengan:

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisis data (menggunakan program epi info)

Intepretasi dan penyusunan laporan

Menyajikan hasil PKL penyelidikan epidemiologi penyakit menular/ keracunan

(presentasi/expose).

C. Pembimbing

Pembimbing mempunyai tugas:

1. Memberi pembekalan awal sebelum praktek lapangan (briefing awal)

2. Memberi bimbingan selama praktek di lapangan

3. Membimbing proses diskusi dan penulisan laporan praktek lapangan.

4. Menyampaikan maksud dan tujuan PKL kepada Kepala Dinas, Kepala Puskesmas atau

petugas lapangan yang terlibat.

5. Jumlah pembimbing disesuaikan dengan jumlah peserta yang mengikuti praktek lapangan.

6. Mengamati dan mengawasi peserta latih.

Page 53: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

V. MENYUSUN LAPORAN PKL

Laporan PKL Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB, setiap kelompok

membuat laporan PKL yang mencakup:

1. Pendahuluan

Menyampaikan gambaran umum secara ringkas tentang Penyelidikan epidemiologi di lokasi

PKL (Puskesmas).

2. Langkah-langkah pelaksanaan penyelidikan epidemiologi, mulai dari penemuan kasus sampai

dengan rekomendasi tindakan.

3. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan analisa serta intepretasi data.

4. Pelaksanaan koordinasi dan kolaborasi penyelidikan epidemiologi.

5. Kesimpulan dan rekomendasi penanggulangan KLB .

VI. PELAKSANAAN PRESENTASI/SEMINAR HASIL PKL

1. Setiap kelompok mempersiapkan bahan presentasi/seminar hasil PKL untuk pleno.

2. Setiap kelompok menunjuk wakilnya yang akan mempresentasikan hasil PKL, agar

mempersiapkan diri dibantu oleh anggota kelompok karena presentasi merupakan hasil kerja

kelompok.

3. Peserta seminar

a. Fasilitator dan Pendamping

b. Puskesmas tempat PKL

c. Peserta pelatihan

Page 54: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

4. Alokasi Waktu Seminar

Setiap penyajian alokasi waktu 30 menit,dengan rincian sbb:

a.Penyajian : 20 menit

b.Tanggapan Floor : 5 menit

c,Feedback Fasilitator : 5 menit

__________________________________________

Total : 30 menit

VII.LAMPIRAN :

1. Petunjuk pelaksanaan di Lapangan dan Instrumen PE-KLB Keracunan Makanan

2. Petunjuk pelaksanaan di Lapangan dan Instrumen PE –KLB Penyakit Menular

---o0o---

Page 55: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Lampiran 1 (PL 1):

Petunjuk Pelaksanaan di Lapangan dan

Instrumen PE-KLB Keracunan Makanan

Lampiran 1: PANDUAN LAPANGAN (PL1- PE KLB ) KERACUNAN MAKANAN

KEGIATAN TEMPAT URAIAN

Penjelasan Umum

tim PE-KLB

Puskesmas lokasi Praktek

Lapangan

Tim PE KLB dapat berbagi peran

sesuai KLB yang pernah terjadi

di Puskesmas tsb.

Mempelajari laporan KLB

keracunan makanan yg sdh ada

Memetakan /mengidentifikasi

lokasi KLB Kermak

Membuat persiapan sederhana

dengan membuat TOR PE-KLB

dengan metode Retrospektif

studi

Kegiatan PE KLB

keracunan makanan

Lokasi KLB

Keracunan Makanan

Pengumpulan data keracunan

makanan dengan wawancara

dan observasi

Peserta melakukan wawancara

ke penduduk yang pernah

menderita keracunan (2 bl

terakhir) dengan menggunakan

format wawancara seperti

contoh terlampir

Balai desa atau

Puskesmas lokasi

praktek

Mengolah data

Menganalisa data

Membuat laporan singkat

Sesuai contoh format terlampir

Presentasi

Melakukan presentasi hasil PE

–KLB Keracunan makanan

LAMPIRAN PANDUAN PL 1

Page 56: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Format Lampiran 1 : Instrumen Wawancara KLB Keracunan makanan

Ta

bel

Geja

la K

asu

s K

LB

Lab

Tab

el

ini

dig

un

akan

se

bag

ai

form

ulir

waw

an

cara

kasu

s-kasu

s yan

g d

item

ui

di

rum

ah

sa

kit

ata

u d

iku

nju

ng

i ke

rum

ah

kasu

s. D

itan

yakan

han

ya p

ad

a s

ekit

ar

25 k

asu

s sa

ja,

den

gan

daft

ar

geja

la a

dala

h s

em

ua g

eja

la y

an

g a

da

pad

a d

efe

ren

sial d

iag

no

sis.

Geja

la

Dia

gn

osi

s

Tg

l M

ula

i

Sakit

Tg

l

dip

eri

ksa

Nam

a

No

Page 57: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Ta

bel

Su

mb

er

Kera

cun

an

Lab

Tab

el

in

i d

igu

nakan

ap

ab

ila t

an

gg

al

dan

jam

makan

ata

u w

aktu

pap

ara

n K

LB

su

dah

teri

den

tifikasi

, te

rmasu

k s

em

ua j

en

is

makan

an

yan

g t

ers

aji p

ad

a p

eri

od

e p

ap

ara

n d

imaksu

d.

Seb

aik

nya

sem

ua p

op

ula

si r

en

tan

diw

aw

an

cara

i d

en

gan

fo

rmu

lir

ini,

teta

pi

ap

ab

ila w

aktu

san

gat

sem

pit

, m

aka d

itan

yakan

saja

pad

a s

eb

ag

ian

kasu

s sa

ja,

mis

aln

ya p

ad

a k

ela

s ata

u b

ara

k

tert

entu

.

Makan

an

Masa

inku

basi

(hari

,

jam

)

Tg

l,jam

,

men

it

Mu

lai

Sakit

Tg

l, Ja

m,

men

it

makan

Tem

pat

Nam

a

No

Page 58: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Format lampiran2 : Format Laporan hasil analisis data PE KLB Keracunan.

Hasil Analisis Data Keracunan Pangan, Etiologi dan Sumber Keracunan KLB

Tempat kejadian : ……………………………………………………..

Tanggal kejadian : .…………………………………………………….

I. Kronologis Kejadian

1. Tempat Kejadian dan situasi sebelum kejadian :.....................

2. Waktu Kejadian d........

3. Susunan Tim PE –KLB terdiri dari.....

4. Hasil Wawancara sementara meliputi

a. Jumlah penderita .....

b. Jumlah dirawat

c. Jumlah kematian (bila ada)

d. Periode kejadian

II. Distribusi penderita menurut Gejala

Tabel 1 : Jenis makanan yang dikonsumsi oleh penderita saat KLB keracunan

makanan ,di Lokasi Pusk ....... Kab..... bulan...tahun.....

No Jenis Makanan

/Minuman

Jumlah kasus %

1

2

3

4

5

6

7

Sumber data: hasil PE KLB sementara.

Makanan terbanyak yang dikonsumsi penderita/korban adalah ........

1. ..........

2. ..........

3. .........

Page 59: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Tabel 2 : Jenis makanan yang dikonsumsi dan jumlah yang sakit dan yang tidak sakit

saat KLB keracunan makanan,di Lokasi Pusk ....... Kab..... bulan...tahun.....

No Jenis Makanan

/Minuman

Makan/

Tidak

makan

Kondisi

Jumlah

Attack

Rate

Sakit Tidak

sakit

1 Ya (a) (b) hi

(a)/hi

Tidak (c) (d) ho (c)/ho

Jumlah vi vo t Vi/t

2 Ya

Tidak

Jumlah

3

Ya

Tidak

Jumlah

Total

Sumber data : hasil PE KLB sementara.

Tabel 3: Distribusi gejala dari kasus keracunan makanan

Di Lokasi Pusk ....... Kab..... bulan...tahun.....

No Gejala dan Tanda Jumlah kasus %

Sumber data : hasil PE KLB sementara.

Page 60: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Tabel 4: Distribusi kasus keracunan makanan menurut kelompok umur

Di Lokasi Pusk ....... Kab..... bulan...tahun.....

No Kelompok

Umur

Jumlah kasus Meninggal AR CFR

1 < 1 tahun

2 1-4

3 5-9

4 10-14

5 15-44

6 45+

Jumlah

Sumber data : hasil PE KLB sementara.

Tabel 5 Distribusi kasus keracunan makanan menurut Jenis Kelamin

Di Lokasi Pusk ....... Kab..... bulan...tahun.....

No Kelompok

Umur

Jumlah kasus Meninggal AR CFR

1 Laki-laki

2 Perempuan

Jumlah

Sumber data : hasil PE KLB sementara.

1. Definisi kasus sementara adalah ...............................................................

..................................................................................................................

2. Dugaan Etiologi keracunan ......................................................................

...................................................................................................................

(Berdasarkan distribusi gejala dan masa inkubasi

Page 61: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

III. Kurva epidemi

a. Kurva epidemi KLB Keracunan sampai dengan saat penyelidikan KLB,berdasarkan waktu

mulai timbulnya gejala dapat digambarkan dalam sebuah grafik ;

Dari data yang ada dapat dianalisis, kasus terbanyak ada di periode waktu yang mana.

Gambar Kurva epidemi

b. Distribusi masa inkubasi

Masa inkubasi terpendek dimulai tanggal/jam.......................

Masa inkubasi terpanjang dimulai tanggal/jam....................

(Dibuat tabel masa inkubasi terpendek sampai terpanjang dengan jumlah kasusnya)

Tabel 6: Distribusi masa inkubasi terpendek dan terpanjang dari kasus keracunan

makanan di Lokasi Pusk ....... Kab..... bulan...tahun.....

No Masa Inkubasi

Jumlah kasus %

1

Berdasarkan hasil analisis dari tabel 6, masa inkubasi terpendek dan terpanjang , jenis

makanan yang dikonsumsi dan menimbulkan sakit terbanyak, serta dibandingkan

dengan etiologi penyebab maka dugaan penyebab yang paling mungkin sementara

adalah........

c. Penegakan diagnosis

Page 62: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

III. Hasil Penyelidikan Epidemiologi lapangan

a. Gambaran Epidemiologi.

Berdasarkan gambaran Orang Tempat dan Waktu,diuraikan sbb:

KLB keracunan makanan ini menimpa pada kelompok umur........, jenis kelamin (laki-

laki.........dan wanita ...), dan dengan gejala terbanyak.......

Attac Rate....... %

CFR.............%

b. Pemeriksaan Laboratorium

Jumlah dan jenis sampel makanan yang diambil

Hasil pemeriksaan

IV. Kesimpulan.

V. Rekomendasi atau saran tindak lanjut

Page 63: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Lampiran 3: Referensi Penyakit, gejala, masa inkubasi dan bahan laboratorium

Penyakit Gejala Masa inkubasi Bahan

Laboratorium

Jamur Mual, muntah,

retching, diare,

kejang perut

30 menit – 2 jam Muntah, sisa

makanan

Antimoni Muntah, kejang

perut, diare

Beberapa menit – 1

jam

Sisa makanan,

muntahan, feses,

urin

Kadmium Mual, muntah,

kejang perut, diare,

shock

15 – 30 menit Sisa makanan,

muntahan, tinja, air

kencing, darah

Tembaga Rasa logam

dimulut, mual,

muntah berwarna

hijau, sakit perut,

diare

Beberapa menit --

beberapa jam

Sisa makanan,

muntahan, cucian

perut, air kencing,

darah

Fluorida Rasa asin atau

bersabun dalam

mulut, hilang rasa

pada mulut,

muntah, diare, sakit

perut, pallor,

sianosis, pupil

membesar, kejang,

pingsan, shock

Beberapa menit - 2

jam

Sisa makanan,

muntahan, cucian

perut

Timbal Rasa logam

dimulut, mulut

terasa terbakar,

sakit perut,

muntahan seperti

susu, feses berdarah

atau hitam, bau

mulut tak sedap,

shock, garis biru

pada gusi

30 menit atau lebih Sisa makanan,

muntahan, cucian

perut, feses, darah,

air kencing

Timah Perut kembung,

mual, muntah,

kejang perut, diare,

30 menit – 2 jam Sisa makanan,

muntahan, feses,

darah, air kencing

Page 64: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Penyakit Gejala Masa inkubasi Bahan

Laboratorium

sakit kepala

Seng Sakit didalam mulut

dan perut, mual,

muntah, pusing

Beberapa menit –

Sampai beberapa

jam

Sisa makanan,

muntahan, cucian

perut, feses, darah,

air kencing

Baccilur cereus Mual, muntah,

kadang diare

30 menit – 5 jam Sisa makanan,

muntahan, feses

Staphylococcus Mual, muntah,

retching, sakit

perut, diare,

prostration

1 jam – 8 jam, rata-

rata 2 - 4 jam

Muntahan, feses,

usapan rectal

Nitrit Mual, muntah,

sianosis, sakit

kepala, pusing,

lemas, kehilangan

kesadaran, darah

berwarna coklat

1 jam – 2 jam Sisa makanan,

darah

Kerang-kerangan Mual, muntah,

kejang perut,

menggigil

30 menit – 12 jam,

rata-rata 4 jam

Cucian perut

Siklopeptida dan

kelompok jagung

girometrin

Sakit perut, rasa

kenyang, muntah,

diare protracted,

kehilangan tenaga,

kram otot, pingsan,

jaundice, kesadaran

rendah, pupil

membesar,

meninggal

6 – 24 jam Sisa makanan, air

kencing, darah,

muntahan

Sodium hidroksida Bibir, mulut,

tenggorokan terasa

terbakar, muntah,

sakit perut, diare

Beberapa menit Sisa makanan,

muntahan

Infeksi streptokokus

betahemoltik

Sakit tenggorokan,

demam, mual,

muntah, rhinorrhea,

kadang-kadang

rash

1 – 3 hari Sisa makanan,

usapan tenggorok,

muntahan

Baccilus cereus

(enteritis)

Mual, kejang perut,

diare cair

8 – 16 jam, rata-rata

12 jam

Sisa makanan, feses

Page 65: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Penyakit Gejala Masa inkubasi Bahan

Laboratorium

Clostridium

perfringens

Kejang perut, diare 8 – 22 jam, rata-rata

10 jam

Sisa makanan, feses

Campylobacter jejuni Diare (seringkali

berdarah), kejang

perut berat,

demam, anoreksia,

lemah, sakit kepala,

muntah

2 – 7 hari, rata-rata

3 – 5 hari

Sisa makanan, feses,

usapan rectal, darah

kolera Diare sangat cair

(rice water stools),

muntah, kejang

perut, dehidrasi,

haus, pingsan,

turgor menurun, jari

berkeriput, mata

cekung

1 – 3 hari Sisa makanan, feses,

usapan rectal, darah

V. cholera non 01

V. mimicus

V. fluvialis

V. hollisae

Diare cair

menyerupai kolera

2 – 3 hari Feses

Escherichia coli Kejang perut hebat

(kadang-kadang

berdarah), mual,

muntah, demam,

menggigil, sakit

kepala, sakit otot,

kencing berdarah

5 – 48 jam, rata-rata

10 – 24 jam

Feses, usapan rectal

Salmonellosis Kejang perut, diare,

menggigil, demam,

mual, muntah,

lemah

6 – 72 jam, rata-rata

18 - 36 jam

Sisa makanan, feses,

usapan rectal

Shigellosis Kejang perut, diare,

feses berdarah dan

berlendir, demam

24 – 72 jam Sisa makanan, feses,

usapan rectal

Vibrio

parahaemolyticus

Sakit perut, diare,

mual, muntah,

demam, menggigil,

sakit kepala

2 – 48 jam, rata-rata

12 jam

Feses, sisa makanan,

usapan rectal

Yersiniosis 24 – 36 jam Sakit perut hebat

seperti radang usus

Feses, darah

Page 66: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Penyakit Gejala Masa inkubasi Bahan

Laboratorium

buntu, demam,

sakit kepala, sakit

tenggorokan.

Page 67: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Lampiran 2 (PL 1):

Petunjuk pelaksanaan di lapangan dan Instrumen PE-KLB

Penyakit Potensial Wabah.

Lampiran 1: PETUNJUK LAPANGAN (PL1- PE KLB ) PENYAKIT MENULAR POTENSIAL WABAH

KEGIATAN TEMPAT URAIAN

Penjelasan Umum tim PE-KLB

Puskesmas lokasi Praktek

Lapangan

Tim PE KLB dapat berbagi peran sesuai KLB yang pernah terjadi di Puskesmas tsb.

Mempelajari laporan KLB penyakit potensial wabah

Memetakan /mengidentifikasi lokasi KLB penyakit potensial wabah

Membuat persiapan sederhana dengan membuat TOR PE-KLB dengan metode Retrospektif studi

Kegiatan PE KLB penyakit potensial wabah

Lokasi KLB penyakit potensial wabah

Pengumpulan data penyakit potensial wabah dengan wawancara dan observasi

Peserta melakukan wawancara ke penduduk yang pernah menderita keracunan (2 bl terakhir) dengan menggunakan format wawancara seperti contoh terlampir

Balai desa atau Puskesmas lokasi praktek

Mengolah data Menganalisa data Membuat laporan singkat

Sesuai contoh format terlampir

Presentasi Melakukan presentasi hasil PE –

KLB penyakit potensial wabah

LAMPIRAN PANDUAN PL 1

Page 68: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Format Lampiran 1

Format Formulir Laporan KLB (W1) adalah sebagai berikut:

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

W1 – Puskesmas

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA / WABAH

(dilaporkan dalam 24 jam)

No. : …………………………………………………………………………

Kepada Yth. : …………………………………………………………………………

Pada tanggal/bulan/tahun : ……./………./…………………...........................….

Desa/Kelurahan : …………………………………………………………

Di Kecamatan : ………………………………………………...........…

Telah terjadi sejumlah : …………………………………………….. penderita

Dan sejumlah : …………………………………………….. kematian

Tersangka penyakit (beri tanda ceklist ()) :

Diare Campak Tetanus

Neonatorum Hepatitis Rabies

Kolera Difteri Polio/AFP Ensefalitis Pes/Antraks

DHF Pertusis Malaria Meningitis Keracunan

DSS Tetanus Frambusia Tifus Abdominalis ……………..

Page 69: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Dengan gejala-gejala sebagai berikut (beri tanda ceklist ()) :

Muntah Panas/demam Bercak putih pada faring

Berak-berak Batuk Meringkil pada lipatan paha/ketiak

Menggigil Pilek Perdarahan

Turgor jelek Pusing Gatal-gatal

Kaku kuduk Kesadaran menurun ………………………………………..

Sakit perut Pingsan ………………………………………..

Hidrofobi Bercak merah di kulit ………………………………………..

Kejang-kejang Lumpuh ………………………………………..

Syok Ikterus ………………………………………..

Batuk beruntun Mulut sukar dibuka ………………………………………..

Tindakan yang telah diambil :

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………

……………………….………………………………………………………………………………………………

Page 70: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Format Lampiran 2

Isi Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB

JUDUL LAPORAN

Tim Penyelidikan Epidemiologis KLB, Tempat Tugas dan Jabatan serta HP

I. PENDAHULUAN

Memuat informasi tentang:

1. Kronologis kejadian KLB serta sumber informasi adanya KLB,

2. Dampak KLB terhadap kesehatan masyarakat,

3. Gambaran endemiologi penyakit terkait dengan KLB

4. Besar masalah KLB tersebut

5. Susunan Tim Penyelidikan Epidemiologi

II. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Melakukan Penyelidikan Epidemiologi KLB penyakit........... di wilayah .......tahun.....

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus PE - KLB sesuai dengan kebutuhan penyelidikan KLB.

a. Memastikan adanya KLB

b. Bila etiologi KLB sudah jelas, maka PE-KLB diarahkan pada :

1) Identifikasi gambaran epidemiologi,

2) Sumber/ cara penularan.

3) Besarnya masalah KLB saat PE- KLB dilaksanakan

c. Bila Etiologi belum diketahui ,maka PE-KLB untuk mengetahui:

1) Penegakan diagnosis etiologi KLB

2) Sumber/ cara penularan.

3) Besarnya masalah KLB saat PE- KLB dilaksanakan.

Page 71: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

III. METODE

Metode PE-KLB antara lain:

1. Desain PE- KLB.

2. Daerah PE- KLB, populasi dan sampel.

3. Penetapan criteria kasus dan cara-cara menemukannya.

4. Cara pengumpulan data, pengolahan data ( data primer dan data sekunder).

5. Cara melakukan analisis data

IV. HASIL PE-KLB

Laporan ringkas berisi hal-hal sbb:

1. Kepastian adanya KLB

( melihat kriteria kerja KLB, dengan membandingkan data kasus yang ada pada periode KLB

sesuai kriteria KLB ).

2. Gambaran klinis, distribusi gejala dan tanda penyakit dari kasus-kasus yang dicurigai.

Tabel 1

Distribusi Gejala dan Tanda Kasus KLB ………………………di

wilayah………Tahun…………

(Jumlah Kasus yang diperiksa …… orang)

No. Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %

1 (Gejala utama)

2

3

Sumber : hasil PE-KLB.......

Page 72: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jumlah specimen yang diambil :......................

Bahan spesimen yang diambil, dan diperiksa di laboratorium :..........

Nama laboratorium:.............................................

Hasil pemeriksaan : (jumlah spesimen yang positif) ........buah spesimen positif

Nama bahan atau kuman yang ditemukan di laboratoirum tsb:......................

4. Etiologi KLB

Ditetapkan berdasarkan gambaran klinis kasus-kasus yang ditemukan , distribusi gejala,

gambaran epidemiologi, hasil pemeriksaan laboratorium, maka kemungkinan etiologi KLB

adalah ………., dengan diagnosis banding ………………….

6. Kurva Epidemi

Kurva Epidemi dibuat berdasarkan tanggal mulai sakit atau tanggal berobat, (bila mungkin

dibuat sejak 2 bulan sebelum dimulainya KLB, atau tergantung masa inkubasi etiologi KLB)

Kurva epidemi dapat dibuat berdasarkan data primer atau berdasarkan data sekunder , apabila

dibuat dari kedua jenis data tersebut,harus ada penjelasan dengan sistematis.

7. Gambaran Epidemiologi

Gambaran epidemiologi dibuat menurut umur dan jenis kelamin,

Contoh :

Page 73: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Tabel 2

Distribusi Kasus Campak Menurut Golongan Umur

KLB Campak, Puskesmas Sukmasari , 2011

Golongan

Umur Populasi Kasus Meninggal

Attack Rate

/1000

Case Fatality Rate

/100

Total

*) Populasi sesuai dengan sumber data primer atau sekunder

Contoh format umum gambaran epidemiologi menurut jenis kelamin.

Tabel 3

Distribusi Kasus Campak Menurut Jenis Kelamin

KLB Campak, Puskesmas Sukmasari, 2011

Jenis

Kelamin Populasi Kasus Meninggal

Attack Rate

/1000

Case Fatality Rate

/100

Laki-laki

perempuan

Total

*) Populasi sesuai dengan sumber data primer atau sekunder

Page 74: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Gambaran epidemiologi menurut umur dan jenis kelamin dibuat dalam 2 sumber data,

bersumber data sekunder dan bersumber data primer.

a. Gambaran Epidemiologi Berdasarkan Data Sekunder

Laporan kasus-kasus KLB dari pos-pos pelayanan kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit,

tidak mempunyai populasi berisiko, sehingga populasi berisiko diambil dari data RT, RW,

desa/kelurahan, Kecamatan.

b. Gambaran epidemiologi berdasarkan data primer

Laporan kasus-kasus berasal dari populasi dimana KLB terjadi, bisa seluruh wilayah KLB,

atau sebagian dari wilayah KLB. Pada pendataan bersumber data primer seperti ini,

populasi berisiko akan diperoleh, sehingga attack rate dihitung berdasarkan data populasi

hasil pendataan primer ini.

7. Gambaran Epidemiologi Menurut Tempat

Distribusi kasus-kasus KLB dilaporkan dalam bentuk tabel dan peta (spot map atau area map).

Contoh Distribusi Kasus Menurut Tempat

Tabel 4

Distribusi Kasus Campak Menurut Kelurahan

KLB Campak,Puskesmas Sukmasari, 2011

Kelurahan Populasi*) Kasus Meninggal Attack Rate

/1000

Case Fatality Rate

/100

Total

*) Populasi sesuai dengan sumber data primer atau sekunder

Page 75: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

8. Gambaran Epidemiologi Menurut Faktor Risiko Tertentu

Sesuai dengan kebutuhan analisis dan pelaporan, dapat disampaikan laporan distribusi kasus

menurut karakteristik factor risiko tertentu. Distribusi ini, dapat dimanfaatkan untuk

menjelaskan sebaran penyakit, atau upaya menentukan sumber dan cara penularan.

V. PEMBAHASAN

Pembahasan dapat meliputi berbagai bidang bahasan, antara lain

1. Pembahasan tentang diagnosis etiologi KLB

2. Pembahasan tentang gambaran epidemiologi KLB

3. Pembahasan tentang kecenderungan KLB, peningkatan, penurunan, perkiraan waktu

berakhirnya KLB, dsb.

4. Pembahasan tentang sumber dan cara penularan

5. Pembahasan tentang cara-cara penanggulangan KLB

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Menjelaskan hasil penyelidikan KLB sesuai dengan tujuan-tujuan penyelidikan KLB

2. Menjelaskan temuan lain sebagai tambahan hasil penyelidikan KLB

3. Rekomendasi perlunya penyelidikan lebih spesifik

4. Rekomendasi upaya penanggulangan KLB

5. Rekomendasi tindakan program dimasa yang akan dating

Sumber: Modul PJJ-Pael, 2011

Page 76: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

PELATIHAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

BAGI PETUGAS PUSKESMAS

BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK) CILOTO

BADAN PPSDM KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2018

LAMPIRAN

PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN 1

(VERSI 2 - SKENARIO)

Page 77: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN 1 (PL1)

PELATIHAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PUSKESMAS

MATERI INTI 4 PENYELIDIKAN KLB

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian KLB/ wabah dapat diketahui lebih dini jika dilakukan pengamatan yang teratur, teliti dan

terus-menerus. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB/ wabah, maka perlu

dilakukan penyelidikan epidemiologis untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB/ wabah tersebut disamping tindakan

penanggulangannya. Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam upaya penanggulangan KLB/ wabah. Upaya penanggulangan KLB/ wabah yang

direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi

dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB/ wabah.

Materi inti 4 Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (PE-KLB) pada Pelatihan Surveilans

Epidemiologi Puskesmas ini ,peserta harus mencapai kompetensi mampu melakukan penyelidikan

dan penanggulangan KLB yang ada di wilayahnya. Oleh karena itu selain pembelajaran dengan

teori dan penugasan di kelas, peserta juga perlu mempraktekkan bagaimana melakukan PE-KLB

dan penanggulangannya langsung di lapangan.

Kondisi lapangan dirancang sedemikian rupa yang menggambarkan saat kejadian KLB penyakit

tertentu, sehingga diharapkan akan membantu peserta dalam mencapai kompetensi pada MI4 ini.

Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto , Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI),

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, memiliki peran penting dalam

meningkatkan kompetensi tenaga surveilans epidemiologi Puskesmas dalam melakukan PE- KLB/

wabah. Peningkatan kompetensi tersebut dapat dicapai melalui kegiatan pelatihan. Dalam

pelatihan, sejumlah materi dan metode pembelajaran seperti Praktek Lapangan didesain untuk

LAMPIRAN PANDUAN PL

(VERSI 2 - SKENARIO)

Page 78: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

mencapai tujuan tersebut. Praktek Lapangan untuk materi inti 4 PE –KLB adalah salah satu bentuk

implementasi secara sistematis dan sinkron antara materi dalam program pelatihan di kelas

dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung

khususnya kemam[uan dalam PE-KLB. Untuk itu diperlukan petunjuk Praktik Lapangan (PL1)

sebagai acuan kegiatan dilapangan.

B. Tujuan

1. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi KLB/ wabah .

2. Melakukan penanggulangan /pencegahan dan pengendalian KLB/ wabah .

II. PELAKSANAAN

A. Pembagian Kelompok :

Peserta dibagi dalam 4 kelompok (berdasarkan lokasi /wilayah Puskesmas yang berdekatan

asal peserta (@ 6-7 orang) yang masing-masing terdiri dari 3 petugas surveilans/epidemiologi

petugas surveilans/epidemiologi Puskesmas dan 3 petugas penanggung jawab/pelaksana

UKM . Semua kelompok melakukan praktik lapangan di 1 wilayah untuk melakukan simulasi

penyelidikan dan penanggulangan wabah/KLB di wilayah tersebut.

Page 79: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

B. Waktu Pelaksanaan:

Pelaksanaan terbagi dalam beberapa tahap kegiatan:

KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN

1. Kegiatan

Briefing Praktik

Lapangan

Kelas Penyajian data di lapangan, penyusunan

instrumen praktik lapangan yang dipandu

fasilitator

2. Kegiatan di

lapangan

Waktu : 3 JPL

Balai Desa dan

atau Puskesmas

Penjelasan skenario Penyelidikan

Epidemiologi dan Penanggulangan KLB di

wilayah desa yang pernah terjadi KLB

Penyakit.

SKENARIO

1. Peserta akan diberikan informasi

awal mengenai kasus yang terjadi

di masyarakat (nama warga yang

mengalami gejala atau tanda

suatu penyakit, serta kondisi

lainnya).

2. Peserta diberikan waktu untuk

mendiskusikan informasi awal

yang telah diterima untuk

mempersiapkan kegiatan turun

lapangan

3. Alat dan bahan untuk turun

lapangan disediakan sejumlah

Page 80: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN

kelompok yang ada. Peserta

dipersilakan memilih alat dan

bahan yang dibutuhkan

berdasarkan diskusi kelompok di

awal untuk melakukan PE

4. Peserta membuat

Proposal/Kerangka Acuan

sederhana (point-point langkah

–langkah PE )untuk persiapan

PE-KLB.

Lapangan:

Rumah warga

wilayah desa

(yang di-setting

dalam skenario

sebagai warga

yang menderita

penyakit )

Setiap kelompok mendapatkan peta yang

berisi lokasi rumah warga yang masuk ke

dalam skenario. (tidak semua warga

menderita penyakit tersebut). Peserta

mengunjungi rumah warga untuk

mengumpulkan data terkait kasus yang

terjadi, seperti informasi mengenai awal

mula terjangkit, gejala dan tanda yang

dirasakan, tindakan yang diambil. dll.

SKENARIO:

1. (WARGA) Setiap rumah warga

yang terdapat di peta/denah

diberikan skenario untuk

berperan sebagai penderita.

Page 81: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN

2. (KELOMPOK) Setiap kelompok

melakukan kegiatan PE dengan

cara menyebar untuk mencari

rumah korban KLB/Wabah, setiap

kelompok mendatangi rumah

warga yang menjadi korban dari

arah yang berbeda-beda agar

tidak ada peserta/kelompok yang

menumpuk kegiatan

investigasinya disetiap rumah

yang sama.

3. (PANITIA) Setiap rumah terdapat

panitia yang menjadi gate keeper

yang bertugas menjaga agar satu

rumah tidak didatangi beberapa

kelompok secara bersamaan.

4. Setiap kelompok dipersilakan

untuk mengambil sampel sesuai

kebutuhan

5. Setiap kelompok boleh

menuntaskan penyelidikan ke

semua rumah yang ada dalam

petunjuk denah skenario, namun

setiap kelompok boleh juga

melakukan penyelidikan hanya ke

Page 82: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN

beberapa rumah saja jika data PE

dianggap cukup.

5. Diskusi Praktik

Lapangan

Waktu : 2 JPL

Kelas

Ruang

Pertemuan Balai

Desa/Puskesmas

1. Setiap kelompok yang sudah merasa

cukup data, hasil dari penyelidikan

wabah/KLB (hasil kunjungan pada

rumah korban) kembali ke posko.

2. Peserta berkumpul kembali bersama

kelompoknya untuk berdiskusi

mengenai informasi yang didapat

dan merangkai potongan-potongan

informasi yang untuk menjadi suatu

kesatuan hasil investigasi wabah.

3. Peserta berdiskusi menuliskan

laporan awal (preliminary report)

hasil investigasi wabah

4. Peserta ditugaskan membuat

paparan hasil investigasi beserta

rekomendasi penanggulangan yang

akan disampaikan kepada Kepala

Puskesmas / Dinas Kesehatan untuk

ditembuskan kepada Bupati

5. Peserta membuat point penting

untuk penanggulangan terkait KLB

Campak yang ada. Termasuk

Page 83: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN

penyuluhan terhadap rendahnya

cakupan Imunisasi di Puskesmas.

6. Presentasi/

Penyajian Hasil

Bermain Peran:

RAPAT

LAPORAN TIM

INVESTIGASI

bersama local

leader.

Waktu : 2 JPL

Kelas

Ruang

Pertemuan Balai

Desa/Puskesmas

Masing – masing kelompok menyajikan

hasil investigasi wabah. (ada kelompok

yang berperan menjadi perangkat Local

Leader dan ada kelompok yang melakukan

presentasi).

Alokasi setiap kelompok melakukan

presentasi @45 menit (1 Jam Pelajaran)

PERAN:

- Peserta akan ada yang berperan sebagai

local leader: Bupati, Kepala Dinas

Kesehatan, Sekda, dll.

7. Resume/

Pembulatan

hasil praktik

lapangan

(Investigasi

Wabah)

Waktu: 1 JPL

Kelas

Ruang

Pertemuan Balai

Desa/Puskesmas

- Feedback Proses Praktek Lapangan dan

Presentasi Investigasi wabah

Page 84: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

III. PENUTUP

Praktek lapangan merupakan proses pembelajaran untuk memperdalam dan memantapkan

keterampilan yang di peroleh di kelas. Berbekal pengalaman nyata di lapangan, peserta latih di

harapkan telah memiliki kemampuan untuk terus menerapkan kompetensi pelatihan di instansi

kerjanya masing-masing.

Page 85: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1:

SKENARIO:

INFORMASI MENGENAI KEBERADAAN KASUS

Waktu Tanggal XXXX 2018

Tempat Puskesmas Sukamandi

Informasi Pada 20 November 2018, Puskesmas Sukamandi mendapatkan

laporan pertama dari masyarakat bahwa ada 4 orang warga Desa

Sumur Agung mengalami gejala penyakit berupa demam ,mata

memerah berair, timbul bercak /bintik bintik merah si beberapa

bagian tubuh, sebagian penderita bercak hitam /menghitam.

Beberapa orang dengan gejala yang hampir sama berobat ke

Puskesmas Sukamandi , 1 orang diantaranya sedang di rawat inap di

RSUD Husada Kriya karena mengalami sesak nafas. Kejadian tersebut

agak meragukan petugas apakah menderita DBD atau Campak.

Berdasarkan laporan di Puskesmas Sukamandi, cakupan imunisasi di

wilayah Kecamatan Sukamandi sebesar 68 %, sementara di desa

Sumur Agung sendiri hanya sekitar 45 %. Kondisi ini terjadi karena

masyarakat rata rata belum mengerti manfaat vaksinasi Campak dan

adanya anggapan bahwa vaksin dianggap tidak halal.

Tugas Menugaskan tim untuk segera melakukan langkah-langkah investigasi

dan memberikan rekomendasi secepat mungkin

Page 86: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Lampiran 2:

Setting:

ALUR SIMULASI

SETTING

1. Briefing Skenario (diawal).

Pada 20 November 2018, Puskesmas Sukamandi mendapatkan laporan pertama dari

masyarakat bahwa ada 4 orang warga Desa Sumur Agung mengalami gejala penyakit berupa

demam ,mata memerah berair, timbul bercak /bintik bintik merah si beberapa bagian tubuh,

sebagian penderita bercak hitam /menghitam. Beberapa orang dengan gejala yang hampir

sama berobat ke Puskesmas Sukamandi , 1 orang diantaranya sedang di rawat inap di RSUD

Husada Kriya karena mengalami sesak nafas . Kejadian tersebut agak meragukan petugas

apakah DBD atau Campak.

Sumber : Mortality Rate from Measles Decreases for the First Time Ever (cbsnews)

Page 87: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Situasi pedesaan Sumur Agung , orang satu dengan yang lainnya sangat dekat, berada area

pedesaan yang relatif padat penduduk . Sebagian dari masyarakat mempunyai latar belakang

pendidikan yang rendah dan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Jarak pemukiman dengan

Puskesmas relatif jauh

Step investigasi 1: Pembentukan tim investigasi (what to do) (siapa saja dan apa

perannya)

2. Wawancara di masyarakat.

Step investigasi 2 &3 : Penentuan KLB dan diagnosis (what to do)

Setelah selesai wawancara pada penduduk , pendamping memberikan informasi bahwa hasil

lab adalah campak bukan DBD.

Step invetigasi 4 & 5: Definisi kasus dan PE dan Risk mapping (what to do) termasuk

Koordinasi lintas sectoral (pembentukan tim gabungan).

3. Diberikan line listing data kasus untuk dianalisis Step investigasi 6: Analisis deskriptif (time place person untuk kasus yang ditemukan di penduduk) Step inevstigasi 7 &8: Evaluasi hipotesis dan studi lanjutan: what to do (Identifikasi factor risiko dari dua sisi dan merancang tindakan pengendalian).

4. Ada cerita yang beredar di medsos dan masyarakat di Desa Sumur Agung , bahwa keluarga mereka memang tidak diimunisasi waktu masih bayi, resah karena isu vaksin imunisasi dianggap tidak halal . Sehingga melarang anak-anak mereka untuk di Imunisasi.

Step investigasi 9: risk communication what to do (menyiapkan strategi komunikasi

masyarakat terdampak pesan, cara dan target komunikasi)

5. Masyarakat sudah mulai paham, tindakan pengendalian sudah dilakukan, apa yang harus dilakukan sampai kita bisa memastikan bahwa KLB telah dapat dikendalikan

Step 10: mempertahankan surveilans: what to do (merencanakan kegiatan Active case detection selama 2 periode inkubasi) dan Penentuan kapan KLB berakhir (membuat

laporan KLB)

Page 88: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Lampiran 3:

SKENARIO DI MASYARAKAT

Tujuan sesuai langkah KLB:

Langkah 2 &3 : Penentuan KLB dan diagnosis (what to do)

Langkah 4 & 5: Definisi kasus dan PE dan Risk mapping (what to do) termasuk

Koordinasi lintas sectoral

Tanggal XXXXX

Tempat Desa Sumur Agung Kecamatan Sukamandi

Setting Situasi pedesaan, orang satu dengan yang lainnya sangat dekat, berada

perkampungan yang padat penduduk.

Sebagian besar adalah buruh tani dimana lahannya berada di sekitar lokasi

tinggal.

Sebagian dari masyarakat mempunyai latar belakang pendidikan yang

rendah dan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Wawancara 1 Keluarga Bp. Kadar

Pak Kadar , usia 42 tahun, tinggal bersama anaknya (Yono, 14

tahun kelas 1 SMP ) tinggal di Desa Sumur Agung mengantar

Yono ke Puskesmas untuk berobat ,

Yono mengalami demam, mengalami bercak merah di

beberapa tempat di tubuhnya. Panas yang di derita sudah

beberapa hari yang lalu . Sebelumnya sudah berobat ke bidan

di dekat rumah tetapi belum membaik.

Pak Kadar mengira Yono menderita Sawan (seperti kebiasaan

di desanya sejak dulu)

Wawancara 2 Keluarga Bp. Jaya

Pak Jaya, usia 35 tahun, tinggal dengan 1 istri (Bu Minah, 32

tahun) dan 2 orang anak (Agus 11 tahun dan Yuli 6 tahun).

Rumah pak Jaya di dekat rumah Pak Kadar .

Agus 11 tahun dan Yuli 6 tahun menderita penyakit yang sama

, mengalami demam dua hari berselang setelah Yono ke

Page 89: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

Puskesmas yaitu tanggal 22 November 2018 .Mata kedua anak

tersebut memerah , belum ada tanda lain selain panas

/demam , pilek dan diare . Orang tuanya sudah memberikan

obat turun panas/pilek . Tidak berobat hanya diberikan obat

turun panas yang dibeli di toko obat . Muncul bercak merah

tipis di beberapa tempat .

Pekerjaan sehari-hari bertani di sawah, saat ini selesai musim

tanam.

Wawancara 3 Keluarga Bpk Suryadi (Cucunya dirawat di ICU)

Pak Suryadi usia 61 tahun merupakan tokoh sesepuh di Desa

Sumur Agung yang sering membantu Kepala Desa untuk acara di

desa tersebut..

Pak Suryadi tinggal dengan 1 orang anak perempuannya (Bu Lilik

38 tahun). Bu Lilik mempunyai anak 1 dari perkawinannya dengan

Nurhadi, bernama Wiwin yang berumur 4 tahun. Nurhadi bekerja

di Jakarta sebagai pekerja bangunan dan dua bulan sekali baru

pulang ke Desanya.

Wiwin belum pernah dibawa untuk vaksinasi,karena jauh.

Wiwin mulai mengeluh demam tinggi dan sesak nafas beberapa

hari sebelum masuk RS, bercak meluas dari punggung hingga ke

lengan atas. , belakang telinga . Berobat ke bidan tapi belum

membaik. Keluarga memutuskan untuk memeriksakan ke RS Salak

, dan di RS disarankan untuk nginap untuk di observasi per

tanggal XXXX. 2 hari di RS karena kondisi memburuk dengan

penurunan kesadaran,sesak sehingga dimasukkan ke ICU.

Bu Lilik bertanya kepada tim investigasi “anak saya sakit apa ya ?

penyakit apa itu ,kok sampai harus di pasang alat alat ,serem ....”

Wawancara 4 Pak Suyoto

Pak Suyoto, usia 40 tahun dan tinggal dengan istrinya (Bu Yati).

Anaknya baru kelas 1 SMP usia 14 tahun bernama Andi ,

Page 90: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

teman satu sekolah SMP Negeri II dengan Yono anak Bpk

Kadar.

Andi baru merasakan demam sejak 3 hari yang lalu tepatnya

tanggal 26 November 2018.

Bersamaan dengan Andi beberapa temannya Nanang dan

Wida yang rumahnya tidak terlalu jauh dari Yono juga

menderita gejala yang sama.Mereka sudah 3 hari tidak masuk

sekolah.

Di SMP Negeri II ini anak laki-laki dan perempuan mengenakan

seragam putih biru. Laki-laki bercelana pendek, perempuan

mengenakan rok sebatas lutut ,sama seperti seragam SMP

negeri lainnya, tidak seperti SMP-IT yang mengenakan celana

panjang untuk laki-laki dan rok panjang se mata kaki.

Wawancara 5 Pak Kepala Desa : Pak Eko Suwarno

Pak Kepala Desa , tamatan SMA, mengayomi keluarga, menjadi

dukuh secara turun temurun, taat beribadah dan mematuhi adat.

Pak Dukuh tinggal dengan istri dan ibunya.

Pak Kepala Desa juga bertani dan memelihara 10 kambing: 5 PE

dan 5 Jawa kondisi sehat.

Pak Kepala Desa dan keluarga sehat.

Ketika mengunjungi rumah ke rumah, diset bahwa tim investigasi perlu

bertanya kepada warga sekitar mana rumah Pak Kepala Desa , Pak Kadar .

Pak Jaya, Pak Suryadi , dan Pak Suyoto.

1 tim melakukan wawancara secara bergantian sehingga hanya dibutuhkan

masing-masing untuk setting 1 lokasi saja dan baiknya di masing-masing

terdapat gate keeper.

Setelah wawancara selesai dilakukan di 5 responden tersebut maka

fasilitator memberikan hasil lab berupa informasi positif Campak .

Page 91: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

PANDUAN PRAKTIK LAPANGAN 2

PELATIHAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

BAGI PETUGAS PUSKESMAS

BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK) CILOTO

BADAN PPSDM KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2018

LAMPIRAN

PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN 2

(OFF CLASS)

Page 92: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

92

PANDUAN PRAKTIK LAPANGAN 2

PELATIHAN SURVEILANS KESEHATAN BAGI PETUGAS PUSKESMAS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah ditetapkan 4

target utama kesehatan yang harus dicapai pada 2019. Keempat target tersebut, yakni

meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit

menular dan tidak menular, meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan, dan

meningkatkan perlindungan finansial, ketersediaan, penyebaran, mutu obat serta sumber daya

kesehatan.

Dengan tiga prioritas masalah yaitu: Penyakit Tuberkulosis (TBC), Peningkatan Cakupan dan

Mutu Imunisasi, Gizi Masyarakat yang Berfokus pada Pencegahan Stunting. Ketiga isu prioritas

tersebut perlu upaya untuk mencegah, mendeteksi, dan segera melakukan respons cepat.

Surveilans sebagai tools yang dapat diandalkan untuk dapat melakukan deteksi kondisi

kesehatan di masyarakat, terutama pada tiga prioritas masalah utama tersebut. Surveilans

diharapkan mampu menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan sehingga dapat

segera melakukan respon cepat.

Melalui kegiatan Pelatihan Surveilans Epidemiologi Bagi Petugas Puskesmas dengan metode on

dan off class, diharapakan peserta mampu memahami secara teori praktis dan mampu

mengimplementasikan fungsi – fungsi surveilans pada saat melakukan praktek lapangan.

Praktek Lapangan (PL) ini didesain guna mencapai tujuan pelatihan. Praktek Lapangan adalah

salah satu bentuk implementasi secara sistematis dan sinkron antara program pelatihan di kelas

dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung.

Melalui PL, peserta dapat melihat sejauh mana teori yang diperoleh di kelas dapat diterapkan

dalam lingkungan pekerjaan, serta yang tak kalah penting peserta akan memperoleh

pengalaman sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasainya dan mampu meningkatkan

kualitas manajemen data di puskesmas.

B. Tujuan

Praktek Lapangan (PL) dilaksanakan dengan tujuan:

Peserta mampu:

6. Melakukan Manajemen Data Surveilans Epidemiologi

a. Mengidentifikasi model pengumpulan data surveilans di lokasi praktek lapangan

b. Melakukan pengolahan dan penyajian data surveilans

c. Membuat analisis data surveilans dari topik masalah

d. Membuat Interpretasi data surveilans

Page 93: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

93

e. Membuat dan melakukan desiminasi data surveilans

7. Melaksanakan Deteksi Dini Kejadian Luar Biasa di wilayah Puskesmas

8. Melakukan Koordinasi Surveilans Epidemiologi dengan unit pelayanan kesehatan

yang berada diwilayahnya dan puskesmas perbatasan.

C. Manfaat

1. Bagi Peserta

Mendapatkan pengalaman belajar dari implementasi teori/pembelajaran yang

diperoleh di kelas, meliputi:

a. Pengalaman dalam melakukan Manajemen Data Surveilans Epidemiologi sesuai

dengan tujuan penyelenggaraan surveilans

b. Pengalaman dalam pengamatan mendeteksi sinyal potensi dan risiko KLB, serta

membuat peringatan kewaspadaan dini.

c. Pengalaman dalam melakukan koordinasi surveilans berbasis data hasil analisis

yang dilakukan.

2. Bagi Puskesmas (Instansi Peserta)

a. Sebagai bahan dan informasi arah pengendalian penyakit / masalah kesehatan di

wilayahnya berbasis data surveilans puskesmas.

b. Sebagai bahan informasi bagi pemegang kebijakan dalam pengambilan keputusan

berbasis data surveilans puskesmas.

c. Memperkuat fungsi surveilans puskesmas dalam melakukan hal manajeman data,

deteksi dini KLB dan koordinasi surveilans.

d. Data dan informasi akurat Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Manajemen

Puskesmas dan kelengkapan akreditasi Puskesmas

3. Bagi Dinas Kesehatan

a. Membantu dalam menyediakan data surveilans yang valid dan akurat untuk

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

b. Membantu untuk secara dini dalam melakukan respon cepat terhadap adanya

sinyal potensi KLB pada tingkat puskesmas.

Page 94: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

94

4. Bagi Lembaga Pelatihan

a. Mendapatkan gambaran tentang relevansi antara materi pembelajaran di kelas

dengan implementasi di lapangan.

b. Mendapat feedback guna perbaikan dan pengembangan pelatihan.

D. Lokasi PL

Praktek Lapangan dilakukan di instansi kerja masing-masing peserta yaitu: Puskesmas.

II. PELAKSANAAN

A. Tahap Implementasi

Adapun langkah-langkah PL 2 dapat diuraikan sbb:

1. Persiapan

a) Panitia membagi tim Pendamping PL 2 untuk tiap peserta

b) Panitia menyiapkan Format Penilaian PL 2

c) Tim fasilitator melakukan pembekalan PL 2 di kelas:

- Tujuan PL 2

- Mekanisme pelaksanaan PL 2

- Target waktu pelaksanaan PL 2 (per minggu)

- Target output yang akan dicapai.

d) Menentukan waktu pembimbingan/ visitasi / supervisory visit** selambat-

lambatnya 1 minggu sebelum ON CLASS 2 (tahap3)

e) Menyiapkan format / outline pelaporan PL 2

2. Pelaksanaan

a) Peserta dapat menggunakan data surveilans / program kesehatan / data

kesehatan di puskesmas (1 topik, contoh: surveilans penyakit campak, gizi, data

KS, PTM dsb).

b) Peserta melakukan:

1) Identifikasi atribut surveilans pada topik yang dipilih.

2) Peserta melakukan pengumpulan, pengolahan data, penyajian, analisis dan

interpretasi data dari topik yang dipilih. (dapat menggunakan aplikasi Ms

Excel, SPSS, Epi info, dll)

3) Peserta membuat bahan desiminasi data surveilans berdasarkan hasil

analisis data surveilans yang telah dibuat.

Page 95: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

95

4) Peserta membuat deteksi dan kewaspadaan dini berdasarkan data

surveilans / topik yang dipilih diatas.

5) Peserta membuat rencana koordinasi berdasarkan data surveilans tersebut

6) Peserta menyampaikan desiminasi data surveilans, deteksi dini

kewaspadaan KLB dan koordinasi surveilans yang dapat dilakukan pada

pertemuan / rapat internal puskesmas / pertemuan tingkat desa /

pertemuan tingkat kecamatan berdasarkan data surveilans tersebut.

B. Penyajian Hasil PL

Tiap peserta menyiapkan paparan presentasi tentang pelaksanaan PL yang telah dilaksanakan.

1. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok kelas presentasi ( 1 kelompok kelas terdiri dari 7 atau 8

tim Puskesmas)

2. Paparan tiap tim puskesmas (2 orang) disajikan dalam bentuk PPT presentasi (berdurasi 20

menit presentasi + 5 menit diskusi)

3. Setelah semua tim Puskesmas melakukan presentasi, fasilitator akan memberikan

pembulatan dan kesimpulan hasil presentasi dari 3 materi inti yang ditugaskan.

4. Selain paparan presentasi, setiap peserta menyusun Laporan tertulis, dengan sistematika

penulisan:

SISTEMATIKA URAIAN

Judul

Harus memuat tema dari surveilans

puskesmas (menjawab pertanyaan, apa, di

mana, kapan)

Latar Belakang

1) Menjelaskan mengapa peserta memilih

tema tersebut dan berikan sedikit latar

belakang informasi tentang tema

tersebut

2) Dasar hukum yang berkaitan dengan topik

yang dipilih

Kegiatan Manajemen Data

Surveilans

1) Deskripsikan gambaran surveilans

yang dipilih

2) Deskripsikan manajeman data

surveilans yang telah dilakukan

3) Deskripsikan desiminasi data

surveilans yang telah dilakukan

Page 96: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

96

Kegiatan Deteksi Dini

Deskripsikan kegiatan deteksi dan peringatan

dini KLB yang telah dilakukan berdasarkan

data surveilans

(Matriks Deteksi Dini)

Kegiatan Koordinasi

Surveilans

Mendeskripsikan langkah – langkah

koordinasi surveilans yang dilakukan

berdasarkan data surveilans

Kesimpulan dan Saran

III. Pendamping Praktek Lapangan

1. Satu tim peserta puskesmas akan didampingi 1 (satu) orang Pendamping PL 2 selama sesi

off-class.

2. Satu orang pendamping dapat membimbing peserta maksimal 3 tim Puskesmas.

Tugas utama Pendamping PL 2:

Memberi bimbingan kepada peserta selama praktek lapangan sehingga seluruh

tujuan dapat tercapai.

Membantu jalannya praktek lapangan.

Pendamping melakukan melakukan bimbingan selama masa off-class pelatihan

dengan berkomunikasi dan berkoordinasi menggunakan teknologi informasi/

email.

Pendamping dapat melakukan visitasi kepada peserta di lapangan (Puskesmas)

yang menjadi bimbingannya selama sesi implementasi (off-class)**

** (visitasi dapat dilakukan jika penyelenggara mengalokasikan biaya visitasi dengan

menyesuaikan anggaran/ sesuai kemampuan penyelenggara pelatihan)

IV. Pelaksanaan Praktek Lapangan (PL 2)

A. Waktu

Pelaksanaan PL 2 dilakukan selama 1 (satu) sesi, diimplementasikan dalam waktu ±

2 (dua) minggu

PL 2 dilakukan untuk mengimplementasikan manajemen data surveilans, deteksi

dini dan kewaspadaan KLB serta koordinasi surveilans.

Page 97: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

97

B. Formulir yang Berkaitan Dengan Praktek Lapangan

1. Form log book harian praktek lapangan (terlampir)

2. Form bimbingan (terlampir)

Peserta memiliki kewajiban untuk menyampaikan progress report kepada pendamping PL,

minimal 2x selama proses PL, dan mengisi form bimbingan.

V. PENUTUP.

Praktek lapangan merupakan proses pembelajaran untuk memperdalam dan memantapkan

keterampilan yang diperoleh di kelas. Berbekal pengalaman nyata di lapangan, peserta latih

diharapkan telah memiliki kemampuan untuk terus menerapkan kompetensi pelatihan di

instansi kerjanya masing-masing.

-end-

Page 98: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

98

Lampiran:

BUKU CATATAN HARIAN PRAKTEK LAPANGAN HARI / TANGGAL AKTIVITAS KETERANGAN

Page 99: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

99

FORM KONSULTASI PRAKTEK LAPANGAN

NO TANGGAL TOPIK POKOK DISKUSI TANGGAPAN /FEEDBACK COACH

Page 100: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

100

PANDUAN PENILAIAN PRAKTEK LAPANGAN 2

Nama & Instansi Peserta :

Nama Pendamping PL 2 :

Tanggal Kunjungan /Visit/

Laporan via email :

NO Ya TidakCatatan / Keterangan /

Komentar

A PENGUMPULAN DATA

Peserta melakukan identifikasi

1 Kualitas Pengumpulan data

a. Kelengkapan data

b. Ketepatan waktu

2 Sumber Data

3 Jenis Data

a.  Data Primer

b.  Data Sekunder

4 Cara Pengumpulan Data

a.  Aktif

b.  Pasif

5 Instrumen dan Metode Pengumpulan

Data

a.  Pengukuran Fisiologis

b.  Observasional

c.   Wawancara

d.  Kuesioner

e.   Focus Group Discussion

f.   Catatan atau dokumen lainnya

6 Waktu Pengumpulan Data

7 Sifat dan Skala Data

ITEM

Page 101: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

101

NO Ya TidakCatatan / Keterangan /

Komentar

B MANAJEMEN DATA SURVEILANS

Peserta melakukan:

1 Langkah - langkah pengolahan data

a.  Melakukan Edit (Editing)

b.  Pemberian Kode (Koding)

c.   Melakukan Tabulasi (Tabulating)

2 Penyajian data Kesesuaian Penyajian Data?

a.  Penyajian Data Menggunakan Teks

b.  Penyajian Data Menggunakan Tabel

c.   Penyajian Data Menggunakan

Grafik atau Gambar

3 Analisis Data Kesesuaian Analisis dengan

data yang diolah?a. Analisis Deskriptif

b. Interpretasi data

4 Desiminasi Data

a. Membuat Desiminasi Data

b.Menyampaikan Desiminasi Data

C

Peserta melakukan:

1 Membuat Deteksi Dini KLB

2 Membuat Peringatan Dini KLB

Menyampikan hasil deteksi dan

peringatan dini KLB

D KOORDINASI SURVEILANS

Peserta membuat:

1 identifikasi data surveilans yang akan

dikoordinasikan2 Membuat rencana koordinasi

surveilans3 Melakukan koordinasi surveilans

E LAPORAN

Peserta membuat:

1 Bahan presentasi PPT

2 Membuat laporan tertulis

ITEM

DETEKSI & KEWASPADAAN DINI KLB

Page 102: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

102

Nama & Instansi Peserta : Nama Pendamping PL 2 :

NO YA TIDAK KETERANGAN (FAKTA)

A MANAJEMEN DATA SURVEILANS

1 Tersedia instrumen pengumpulan data 2

3

4

a. Melakukan Edit (Editing)

b. Pemberian Kode (Koding)

c. Melakukan Tabulasi (Tabulating)

a. Penyajian Data Menggunakan Teks

b. Penyajian Data Menggunakan Tabel

c. Penyajian Data Menggunakan Grafik atau Gambar

a. Analisis Deskriptif b. Interpretasi data

a. Membuat Desiminasi Data b. Menyampaikan Desiminasi Data

INSTRUMEN OUTPUT PRAKTEK LAPANGAN

ITEM

Peserta mampu mengidentifikasi kelengkapan data pelaporan

Peserta mampu mengidentifikasi ketepatan waktu data pelaporan

Peserta mampu melakukan pengumpulan data

Peserta mampu melakukan Langkah - langkah pengolahan data:

Peserta mampu melakukan penyajian data

Peserta mampu melakukan Analisis

Peserta mampu melakukan Desiminasi Data

6

7

8

5

Page 103: BAB I PENDAHULUANsiakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 27. · perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diantaranya Permenkes

103

NO YA TIDAKKETERANGAN

(FAKTA)

C

1 Peserta mampu

a. Membuat Deteksi Dini KLB

b. Membuat Peringatan Dini KLB

c. Menyampikan hasil deteksi dan

peringatan dini KLB

D KOORDINASI SURVEILANS

1 Peserta membuat:

a. identifikasi data surveilans yang akan

dikoordinasikanb. Membuat rencana koordinasi

surveilansc. Melakukan koordinasi surveilans

d. Tersedia dokumen koordinasi

surveilans

E LAPORAN

1 Peserta membuat:

a. Bahan presentasi PPT

b. Membuat laporan tertulis

DETEKSI & KEWASPADAAN DINI

KLB

ITEM