MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI...

214
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI KATEGORI KEAHLIAN 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PPSDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR

Transcript of MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI...

Page 1: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

TRAINING OF TRAINER (TOT)

PELATIHAN TIM ADVOKASI

TENAGA KESEHATAN BERBASIS SURVEILANS

MATERI PENUNJANG 3

ANTI KORUPSI

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI KATEGORI KEAHLIAN

2015

KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PPSDM KESEHATAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR

Page 2: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

JENJANG AHLI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - BADAN PPSDM KESEHATAN

PUSDIKLAT APARATUR - 2015

i

SAMBUTAN

Dalam rangka pembinaan karir dan pengembangan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil

dalam menjalankan tugasnya khususnya di bidang Kesehatan, saat ini telah ditetapkan 28

jenis jabatan fungsional kesehatan. Salah satunya adalah jabatan Fungsional Perawat Gigi

yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional

Perawat Gigi dan Angka Kreditnya. Perawat Gigi berkedudukan sebagai pelaksana teknis

fungsional di bidang pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut pada Fasilitas

Pelayanan Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di Lingkungan Instansi

Pemerintah.

Dalam mengatasi kondisi kesehatan gigi dan mulut diperlukan tenaga kesehatan yang

kompeten sehingga dapat berkontribusi mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut

tersebut. Perawat gigi sebagai salah satu tenaga kesehatan mempunyai peran yang cukup

signifikan dalam mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut terutama pada bidang

promotif dan preventif. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat tentang

pelayanan keperawatan gigi dan mulut maka perawat gigi telah meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya dengan peningkatan jenjang pendidikan hingga

Diploma IV Keperawatan Gigi. Pada tahun 2014 telah terbit Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 23 tahun 2014 tentang

Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan Angka Kreditnya.

Berkenaan dengan terbitnya regulasi terbaru jabatan fungsional perawat gigi, maka para

perawat gigi sangat membutuhkan sebuah sistem pelatihan jabatan fungsional terutama

untuk kategori keahlian yang merupakan kategori baru bagi perawat gigi. Untuk itu, maka

perlu disusun sebuah kurikulum dan modul sebagai acuan resmi bagi pelaksanaan

pelatihan jabatan fungsional perawat gigi kategori keahlian, yang disusun oleh

Kementerian Kesehatan RI, dalam hal ini Pusdiklat Aparatur Badan PPSDM Kesehatan.

Semoga Kurikulum dan Modul Pelatihan Jabatan Fungsional Perawat Gigi Jenjang Ahli ini

dapat digunakan, sehingga bisa memberi dampak terhadap peningkatan kompetensi bagi

pemangku Jabatan Fungsional Perawat Gigi baik di pusat maupun di daerah.

Jakarta, Desember 2015 Kepala Badan PPSDM Kesehatan

Usman Sumantri NIP. 195908121986111001

Page 3: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

JENJANG AHLI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - BADAN PPSDM KESEHATAN

PUSDIKLAT APARATUR - 2015

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, modul Pelatihan

Jabatan Fungsional Perawat Gigi Jenjang Ahli telah terselesaikan dengan baik pada tahun

2015. Kurikulum dan Modul pelatihan ini merupakan alat bantu yang akan dipakai sebagai

bahan belajar bagi para peserta pelatihan jabatan fungsional perawat gigi jenjang ahli baik

yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota).

Penyusunan kurikulum dan modul ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor: 23 tahun 2014 yaitu tentang Jabatan

Fungsional Perawat Gigi Dan Angka Kreditnya.

Standar Kurikulum dan Modul Pelatihan Jabfung Perawat Gigi Jenjang Ahli ini disusun

berkat kerja sama antara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kesehatan

RI, Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik, dan Persatuan Perawat

Gigi Indonesia (PPGI). Untuk itu tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak atas kerjasama dan koordinasi yang baik serta kontribusi yang besar bagi

tersusunnya standar kurikulum dan modul ini. Kami mengharapkan saran dan masukan

dari semua pihak bagi penyempurnaan kurikulum dan modul ini.

Semoga kurikulum dan modul pelatihan ini dapat digunakan, sehingga bisa memberi

dampak terhadap peningkatan kompetensi bagi pemangku Jabatan Fungsional Perawat

Gigi.

Jakarta, Desember 2015

Kepala Pusdiklat Aparatur

Suhardjono, SE, MM

NIP 195608271979111001

Page 4: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

JENJANG AHLI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - BADAN PPSDM KESEHATAN

PUSDIKLAT APARATUR - 2015

iii

TIM PENYUSUN MODUL

Penasehat Suhardjono, S.E, MM (Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur) Penanggung Jawab Dr.dr. H. Eka Jusup Singka, M.Sc (Kepala Bidang Diklat Teknis dan Fungsional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur) Ketua Dewi Sukorini, SKM, M.Pd (Kepala Sub Bidang Diklat Fungsional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur) Tim Penyusun Kurikulum Fitri Purwanto, S.Kp, MAP Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Ucu Djuwitasari, S.Kp, MM, M.Kes Pusdiklat Aparatur drg. Siti Nur Anisah, MPH Pusdiklat Aparatur Epi Nopiah, S.Pd, MAP PPGI Asep Supriadi, AMKg, SKM PPGI Siti Rahayu, AMKg PPGI Emini, S.SiT, MA Kes PPGI C. Sri Astari PPGI Anggota Teknis Sagung Ngurah Budastriwati, S.Pd Nur Afifah Kurniati, S.Sos Yanuardo G. D. Sinaga, ST Afriani Tinurbaya, S.Kep Anggota Administrasi Muhammad, SE Ary Kusdiana Nurhayati

Page 5: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

JENJANG AHLI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - BADAN PPSDM KESEHATAN

PUSDIKLAT APARATUR - 2015

iv

DAFTAR ISI

Sambutan ....................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................... ii

Tim Penyusun ................................................................................. iii

Daftar Isi .......................................................................................... iv

Jenjang Ahli Pertama

MD. 2 ........................................................................... 1

MD. 3 ........................................................................... 10

MI. 1 ........................................................................... 17

MI. 2 ........................................................................... 40

MI. 3 ........................................................................... 88

MI. 4 ........................................................................... 107

MI. 5 ........................................................................... 121

MI. 6 ........................................................................... 149

MI. 7 ........................................................................... 162

MI. 8 ........................................................................... 173

MP. 1 ........................................................................... 184

MP. 2 ........................................................................... 194

Jenjang Ahli Muda

MD. 2 ........................................................................... 202

MD. 3 ........................................................................... 211

MI. 1 ........................................................................... 218

MI. 2 ........................................................................... 240

MI. 3 ........................................................................... 283

MI. 4 ........................................................................... 302

MI. 5 ........................................................................... 316

MI. 6 ........................................................................... 344

MI. 7 ........................................................................... 357

MI. 8 ........................................................................... 368

MP. 1 ........................................................................... 379

MP. 2 ........................................................................... 389

Page 6: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

JENJANG AHLI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - BADAN PPSDM KESEHATAN

PUSDIKLAT APARATUR - 2015

v

Jenjang Ahli Madya

MD. 2 ........................................................................... 397

MD. 3 ........................................................................... 406

MI. 1 ........................................................................... 413

MI. 2 ........................................................................... 434

MI. 3 ........................................................................... 476

MI. 4 ........................................................................... 491

MI. 5 ........................................................................... 505

MI. 6 ........................................................................... 533

MI. 7 ........................................................................... 546

MI. 8 ........................................................................... 557

MP. 1 ........................................................................... 568

MP. 2 ........................................................................... 578

Page 7: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL

JABATAN FUNGSIONAL

PERAWAT GIGI

JENJANG AHLI - MUDA

Page 8: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI DASAR 2

Page 9: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

202

MATERI DASAR 2

JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI DAN KEDUDUKANNYA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam

pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/ atau keterampilan tertentu serta

bersifat mandiri. Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan 28 (dua puluh delapan)

jabatan fungsional kesehatan untuk diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak yang

penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan profesinya masing-masing.

Salah satu jabatan fungsional tersebut adalah jabatan fungsional perawat gigi.

Dalam rangka meningkatkan mutu profesionalisme perawat gigi pada tahun 2007 telah

diterbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, No. 23 tahun 2014

tentang Jabatan Fungsional perawat gigi dan Angka Kreditnya yang ditindaklanjuti dengan

dikeluarkannya Peraturan Bersama antara Menteri Kesehatan dan Kepala BKN No. 4 tahun

2015 dan No. 5 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksana Jabatan Fungsional perawat gigi dan

Angka Kreditnya.

Dalam modul ini akan dibahas mengenai jabatan fungsional perawat gigi dan

kedudukannya, dengan metode belajar yang digunakan meliputi ceramah tanya jawab, dan

curah pendapat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami tentang jabatan fungsional

perawat gigi .

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan tentang:

1. Kebijakan jabatan fungsional perawat gigi

2. Jabatan fungsional perawat gigi dan kedudukannya

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Kebijakan terkait Jabatan Fungsional Perawat Gigi

Pokok Bahasan 2. Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

Sub Pokok Bahasan:

a. Pengertian

b. Tugas Pokok dan Fungsi

c. Pangkat dan Jabatan

d. Hak dan kewajiban

e. Persyaratan pengangkatan, pemberhentian, pembebasan sementara,

pengangkatan kembali, kenaikan jenjang

f. Butir kegiatan jabatan fungsional perawat gigi

Page 10: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

203

IV. METODE

1. CTJ

2. Curah pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayangan (Slide power point)

2. Laptop

3. LCD

4. Flipchart

5. White board

6. Spidol (ATK)

VI. LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.

2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan,

dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub

pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang dengan metode ceramah tanya

jawab, kemudian curah pendapat.

2. Fasilitator memberikan kesempatan peseta untuk bertanya atau menyampaikan

klarifikasi apabila ada materi yang kurang dipahami, kemudian fasilitator menyampaikan

jawaban atau tanggapan yang sesuai

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi

yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan dan membuat

kesimpulan dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator menutup sesi ini dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

Page 11: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

204

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KEBIJAKAN TERKAIT JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

1. Undang-Undang No 8 tahun 1976, Jo Undang-Undang No 43 tahun 1999 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian.

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5063);

3. Undang-undang No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 No 298, Tambahan Lembaran Negaran Republik

Indonesia Nomer 560)

4. Peraturan Pemerintah No 12 tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri

Sipil.

5. Peraturan Pemerintah No 9 tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan,

Pemindahan dan Pemberhentian Pegaawai Negeri Sipil

6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994, tentang Pengangkatan Dalam Jabatan

Fungsional Pegawai Negeri Sipil.

7. Peraturan Presiden RI No:54 tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional

Dokter, Dokter gigi, Apoteker, Epidemiolog Keseharan, Entomolog Kesehatan,

Administrator Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan,Masyarakat, Perawat Gigi,

Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, Dan Teknisi Elektromedis

8. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional

Pegawai Negeri Sipil.

9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, No. 23 tahun 2014

tentang Jabatan Fungsional perawat gigi dan Angka Kreditnya

10. Peraturan Bersama antara Menteri Kesehatan dan Kepala BKN No. 4 tahun 2015 dan

No. 5 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksana Jabatan Fungsional perawat gigi dan

Angka Kreditnya

Pokok Bahasan 2.

JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI DAN KEDUDUKANNYA

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam

pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta

bersifat mandiri.

Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam

struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi

Pemerintah. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional keahlian

dan jabatan fungsional keterampilan.

Penetapan Jabatan Fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan ditetapkan

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai metodologi, teknik analisis, teknik dan prosedur kerja yang didasarkan atas

disiplin ilmu pengetahuan dan/atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi,

Page 12: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

205

2. Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi,

3. Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan:

a. Tingkat keahlian, bagi jabatan fungsional keahlian,

b. Tingkat keterampilan, bagi jabatan fungsional keterampilan.

4. Pelaksanaan tugas bersifat mandiri,

5. Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

organisasi.

Jabatan fungsional dan angka kredit jabatan fungsional ditetapkan oleh Menteri yang

bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan memperhatikan usul

dari pimpinan instansi pemerintahan yang bersangkutan, yang selanjutnya bertindak

sebagai pembina jabatan fungsional.

Angka Kredit Jabatan Fungsional

Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan angka kredit oleh

pejabat yang berwenang. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau

akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka

pembinaan karier yang bersangkutan.

Butir-butir kegiatan yang dinilai adalah tugas-tugas yang dilaksanakan oleh setiap pejabat

fungsional yang terdiri atas tugas utama (tugas pokok) dan tugas penunjang, yaitu tugas-

tugas yang bersifat menunjang pelaksanan tugas utama. Tugas utama adalah tugas-tugas

yang tercantum dalam uraian tugas (job description) yang ada pada setiap jabatan,

sedangkan tugas penunjang tugas pokok adalah kegiatan-kegiatan pejabat fungsional di

luar tugas pokok yang pada umumnya bersifat tugas kemasyarakatan.

Dalam pelaksanaan tugas-tugas utama/pokok seorang pejabat fungsional harus

mengumpulkan sekurang-kurangnya 80% dari angka kredit yang ditetapkan, sedang

pelaksanaan tugas penunjang tugas-tugas pokok sebanyak-banyaknya hanya 20%.

Ketentuan tersebut diatur untuk menjamin agar pejabat fungsional benar-benar

mengutamakan pelaksanaan tugas pokoknya dibandingkan dengan tugas-tugas penunjang.

Angka kredit ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan sebagai bahan dalam

penetapan kenaikan jabatan/pangkat pejabat fungsional.

A. Pengertian

1. Perawat Gigi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut pada Fasilitas Pelayanan

Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.

2. Kegiatan Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut adalah suatu pendekatan

asuhan keperawatan gigi dan mulut yang ditunjukan untuk mencegah terjadinya

penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan derajat kesehatan pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang dilakukan secara berkesinambungan

dalam kurun waktu tertentu.

Page 13: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

206

3. Kegiatan Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut adalah suatu pendekatan

asuhan keperawatan gigi dan mulut yang ditunjukan untuk mencegah terjadinya

penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan derajat kesehatan pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang dilakukan secara berkesinambungan

dalam kurun waktu tertentu.

4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan/atau masyarakat selain Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan Plus.

5. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Gigi adalah tim yang dibentuk dan

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja

Perawat Gigi.

6. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai

butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Perawat Gigi dalam rangka pembinaan

karier yang bersangkutan.

B. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok Perawat Gigi adalah melakukan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut yang meliputi persiapan pelayanan, pelaksanaan pelayanan, pelaksanaan

tindakan kolaboratif kesehatan gigi dan mulut, dan pelaksanaan tugas khusus. Adapun

fungsi dari perawat gigi adalah:

1. Pelaksana upaya-upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta upaya-upaya

peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut yang ditujukan kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat (dental hygienist).

2. Pelaksana upaya-upaya keperawatan pada penyakit gigi dan mulut serta tindakan

kegawat daruratan pada rongga mulut (dental therapist).

3. Pelaksana mitra dokter gigi dalam pelayanan gigi dan mulut (dental Assisstent).

4. Pelaksana dan atau penyelia pelayanan kesehatan gigi dan mulut asuhan

keperawatan gigi dan mulut (superisor, manager)

C. Pangkat dan Jabatan

1. Perawat Gigi Terampil

Jenjang Jabatan Perawat Gigi Terampil :

a. Perawat Gigi Pelaksana

b. Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan

c. Perawat Gigi Penyelia

Pangkat Perawat Gigi Terampil:

a. Perawat Gigi Pelaksana, terdiri dari :

1) Pengatur, golongan ruang II/c

2) Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d

b. Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan, terdiri dari :

1) Penata Muda, golongan ruang III/a

2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b

Page 14: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

207

c. Perawat Gigi Penyelia, terdiri dari :

1) Penata, golongan ruang III/c

2) Penata tingkat I, golongan ruang III/d

2. Perawat Gigi Ahli

Jenjang Jabatan Perawat Gigi Ahli :

a. Perawat Gigi Ahli Pertama

b. Perawat Gigi Ahli Muda

c. Perawat Gigi Ahli Madya

Pangkat Perawat Gigi Ahli:

a. Perawat Gigi Ahli Pertama, terdiri dari :

1) Penata Muda, golongan ruang III/a

2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/b

b. Perawat Gigi Ahli Muda, terdiri dari :

1) Penata, golongan ruang III/c

2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d

c. Perawat Gigi Ahli Madya, terdiri dari :

1) Pembina, golongan ruang IV/a;

2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan

3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.

D. Hak dan Kewajiban

1. Hak :

a. Mendapatkan Tunjangan Jabatan Fungsional Perawat Fungsi sesuai peraturan

yang berlaku. Peraturan Presiden RI No:54 tahun 2007 Tentang Tunjangan

Jabatan Dokter, Dokter gigi, Apoteker, Epidemiolog Keseharan, Entomolog

Kesehatan, Administrator Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan,Masyarakat,

Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, Dan

Teknisi Elektromedis

b. Mendapatkan kenaikan pangkat/ golongan sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, No. 23

tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional perawat gigi dan Angka Kreditnya

2. Kewajiban :

a. Mencatat, mengumpulkan dan menghitung Ak hasil prestasi kerja sendiri dari

kegiatan Unsur Utama dan Penunjang sebagai data pendukung ( dokumen/bukti

fisik ) hasil kegiatannya yang diketahui Atasan Langsung.

b. Membuat rekapitulasi hasil prestasi kerja yang di-tuangkan dalam format surat

pernyataan melaksanakan tugas, laporan harian/bulanan/semester yang

ditandatangani oleh Atasan Langsung.

c. Membuat DUPAK, apabila menurut perhitungan sementara telah memenuhi Ak

yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi yang

ditandatangani oleh Pejabat Pengusul

Page 15: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

208

E. Persyaratan Pengangkatan, Pembebasan, Pemberhentian, Kenaikan Jenjang

1. Pengangkatan Jabatan

Persyaratan untuk pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional adalah:

a. Berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil,

b. Memiliki ijazah paling rendah minimal Diploma 3 dan Diploma 4 Perawat Gigi,

c. Telah menduduki pangkat paling rendah Pengatur golongan ruang II/c dan III a

d. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3 atau SKP sekurang-

kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.

Kenaikan Jabatan

Pejabat fungsional dapat dipertimbangkan untuk diangkat ke dalam jabatan yang

setingkat lebih tinggi apabila memenuhi syarat:

a. Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam jabatan terakhir,

b. Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih

tinggi,

c. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3 atau SKP sekurang-

kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.

Kenaikan Pangkat

Pejabat fungsional dapat dipertimbangkan untuk dinaikan kedalam pangkat yang

setingkat lebih tinggi apabila memenuhi syarat:

a. Sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam pangkat terakhir,

b. Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan yang setingkat

lebih tinggi,

c. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3 atau SKP sekurang-

kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.

2. Pembebasan dan Pemberhentian dari Jabatan Fungsional

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32

tahun 1979 tentang pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian sebagai

Pegawai Negeri Sipil adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang pejabat

yang berwenang dalam suatu intansi yang mengakibatkan seorang PNS kehilangan

statusnya sebagai PNS.

Pemberhentian PNS ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Atas permintaan sendiri

b. Karena mencapai batas usia pensiun

c. Karena adanya penyederhanaan organisasi

d. Karena melakukan pelanggaran atau tindak pidana atau penyelewengan

e. Karena tidak cakap jasmani dan rohani

f. Karena meninggalkan tugas

g. Karena meninggal dunia atau hilang

h. Karena hal-hal lain (misalnya: PNS yang tidak melaporankan diri kembali kepada

instansi induknya setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan Negara)

Page 16: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

209

Pejabat fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya apabila :

a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, atau

b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966,

c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional yang dijabatnya,

d. Tugas belajar lebih dari 6 bulan, atau

e. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan

seterusnya.

Pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatannya dapat diangkat

kembali apabila:

a. Telah berakhir masa berlakunya hukuman disiplin,

b. Telah selesai melaksanakan tugas diluar jabatanfungsional,

c. Telah selesai tugas belajar lebih dari 6 bulan,

d. Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi hukuman percobaan,

e. Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dan telah melaporkan

diri untuk aktif kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pejabat fungsional yang diangkat kembali dalam jabatan fungsional, jabatannya

ditetapkan berdasarkan angka kredit yang terakhir dimiliki. Pemberhentian dari

jabatan fungsional Pejabat fungsional diberhentikan dari jabatan fungsional apabila:

a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 30 Tahun 1980 yang telah mempunyai kekuatan tetap.

b. Tidak dapat mengumpulkan angka kredit menurut ketentuan sebagaimana

diatur dalam keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang

pendayagunaan aparatur negara.

Pembebasan sementara, pemberhentian dari, dan pengangkatan kembali dalam

jabatan fungsional ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Perawat Gigi

1. Pendidikan, meliputi:

a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;

b. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut dan mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan

(STTPP) atau sertifikat; dan

c. Pendidikan dan pelatihan prajabatan.

2. Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut, meliputi:

a. Persiapan pelayanan;

b. Pelaksanaan pelayanan;

c. Pelaksanaan tindakan kolaboratif kesehatan gigi dan mulut; dan

d. Pelaksanaan tugas khusus.

Page 17: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

210

3. Pengembangan profesi, meliputi:

a. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan asuhan keperawatan gigi

dan mulut;

b. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnya di bidang pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut;

c. Pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis di bidang

pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut; dan

d. Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut.

4. Penunjang tugas Perawat Gigi, meliputi:

a. Pengajar/pelatih di bidang pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut;

b. Keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut;

c. Keanggotaan dalam organisasi profesi Perawat Gigi;

d. Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Gigi;

e. Perolehan penghargaan/tanda jasa;

f. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya; dan

g. Pelaksanaan kegiatan penunjang lainnya.

VIII. REFERENSI

1. Peraturan Presiden RI No:54 tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter,

Dokter gigi, Apoteker, Epidemiolog Keseharan, Entomolog Kesehatan, Administrator

Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan,Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan,

Perawat, Radiografer, Perekam Medis, Dan Teknisi Elektromedis

2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, No. 23 tahun 2014 tentang

Jabatan Fungsional perawat gigi dan Angka Kreditnya

3. Peraturan Bersama antara Menteri Kesehatan dan Kepala BKN No. 4 tahun 2015 dan No.

5 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksana Jabatan Fungsional perawat gigi dan Angka

Kreditnya.

Page 18: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI DASAR 3

Page 19: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLIMUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

211

MATERI DASAR 3

KODE ETIK PERAWAT GIGI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Kode etik perawat gigi merupakan kewajiban yang harus ditaati oleh perawat gigi

terhadap diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan pasien, masyarakat dan tenaga

kesehatan lainya,

Dalam menjalankan pekerjaannya perawat gigi mengacu pada permenkes 58 tahun 2012

tentang penyelenggaraan pekerjaan perawat gigi, dimana didalamnya mengatur

kewenangan pekerjaan perawat gigi baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun

pekerjaan sebagai perawat gigi mandiri yang harus di jalankan penuh tanggung jawab.

Perawat gigi sebagai tenaga professional memilki akuntabilitas terhadap keputusan dan

tindakannya dalam menjalankan tugasnya, Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak

menutup kemungkinan perawat gigi melakukan kesalahan baik disengaja maupun yang

tidak disengaja, untuk itu perawat gigi perlu mengetahui aspek legalitas pekerjaannya.

Selain mengacu pada regulasi-regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam

melaksanakan tugasnya perawat gigi harus pula mengacu pada kode etik perawat gigi

yang disusun dan ditetapkan oleh organisasi profesi yaitu Persatuan Perawat Gigi

Indonesia (PPGI) .

Dalam modul ini akan dibahas pengertian kode etik, fungsi kode etik, pelanggaran kode

etik serta kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan perawat gigi baik secara umum,

kewajiban terhadap masyarakat, terhadap teman sejawat dan terhadap diri sendiri.

Selanjutnya diharapkan kode etik ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan

pekerjaan dibidang keperawatan gigi maupun dalam tata hubungan dengan individu lain

dan masyarakat sekitar.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kode etik Perawat Gigi

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :

1. Pengertian kode etik perawat gigi

2. Fungsi kode etik perawat gigi

3. Pelanggaran kode etik perawat gigi

4. Kewajiban perawat gigi

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1.Pengertian kode etik perawat gigi

Pokok Bahasan2.Fungsi kode etik perawat gigi

Pokok Bahasan 3.Pelanggaran kode etik

Page 20: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLIMUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

212

Pokok Bahasan4.Kewajiban perawat gigi

Sub pokok bahasan :

a. Kewajiban umum perawat gigi

b. Kewajiban perawat gigi terhadap masyarakat

c. Kewajiban perawat gigi terhadap teman sejawat

d. Kewajiban perawat gigi terhadap diri sendiri

IV. METODE

1. CTJ

2. Curah pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayangan (Slide power point)

2. Laptop

3. LCD

4. Flipchart

5. White board

6. Spidol (ATK)

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan

disampaikan.

2. Menyampaikantujuan pembelajaran dan pokok bahasan dengan menggunakan bahan

tayang.

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan

sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

2. Materi pokok bahasan disampaikan dengan urutan sebagai berikut: pengertian kode

etik perawat gigi, fungsi kode etik perawat gigi, pelanggaran kode etik serta kewajiban

perawat gigi.

3. Materi disampaikan dengan metode curah pendapat dan ceramah tanya jawab.

4. Fasilitator memberikan kesempatan peseta untuk bertanya atau menyampaikan

klarifikasi apabila ada materi yang kurang dipahami, kemudian fasilitator

menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai

Page 21: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLIMUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

213

Langkah 3.Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi

yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan dan membuat

kesimpulan dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengan mengucapkan terima kasih.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

PENGERTIAN KODE ETIK PERAWAT GIGI

Kode Etik adalah aturan tertulis dan merupakan salah satu ciri atau persyaratan dari suatu

profesi dan mempunyai arti penting dalam menentukan, mempertahankan dan

meningkatkan standart profesi, serta dapat menunjukan adanya tanggung jawab dari

profesi dan kepercayaan yang telah diberikan masyarakat.

Kode Etik adalah aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan

prinsip-prinsip moral yang ada, dan pada, dan pada saat dibutuhkan akan bisa difungsikan

sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum

dinilai menyimpang etika.

Kode Etik yang secara mekanismenya melekat pada profesi sangat diperlukan untuk

menjaga martabat serta kehormatanprofesi dan disisi lain melindungi masyarakat dari

segalabentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian

Pokok bahasan 2.

FUNGSI KODE ETIK PERAWAT GIGI

Kode etik perawat gigi, disusun bagi kepentingan perawat gigi dalam

melaksanakanpekerjaanya secara profesional, karena didalam kode etik mempunyai

fungsi yang mendasari perawat gigi menjalankan profesinya, antara lain :

1. Sebagai aturan dasar terhadap hubugan antara perawat gigi, pasien dan tenaga

kesehatan lainnya

2. Sebagai standar memberikan teguran kepada perawat gigi yang tidak mentaati

peraturan.

3. Sebagai dasar untuk melindungi perawatgigi yangmenjadi pihak tertuduh secara tidak

adil.

4. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan gigi dan untuk

meorientasikan lulusan baru pendidik keperawatan dalam memasuki jajaran praktik

keperawatan.

5. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan gigi secara

profesional.

Page 22: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLIMUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

214

Pokok bahasan3.

PELANGGARAN KODE ETIK PERAWAT GIGI

Perawat gigi sebagai tenaga kesehatan melakukan pekerjaannya selain berhubungan

dengan pasien juga dengan rekan kerja dan tenaga kesehatan lainnya, untuk itu perawat

gigi perlu menjaga perilaku dan bekerja dengan penuh tanggung jawab agar tidak

melakukan pelanggaran etika perawat gigi.

Pelanggaran Kode Etik perawat gigi yang mungkin terjadi antara lain adalah:

1. Perbuatan yang bersifat memuji diri, yang menyangkut dengan kemampuan dalam

memberikan pelayanan asuhan kepada masyarakat

2. Melakukan pelayanan kesehatangigi kepada masyarakat diluar kewenangannya

3. Melakukan tindakan dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang tidak

sesuai dengan indikasinya.

4. Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan jasanya kecuali dengan

keilklasan, sepengetahuan dan kehendak pasien.

5. Menggunakan gelar/ sebutan yang tidak resmi atau diakui

6. Melakukan atau mencoba melakukan tindakan yang bersifat asusila sewaktu

menjalankan profesinya.

Untuk menjaga agar tidak terjadi permasalahan yang akan berakibat menjadi masalah

hukum yang disebabkan pelanggaran kode etik, maka perawat gigi perlu memahami

beberapa ketentuan sebagai berikut: :

1. Memahami kewenangan pekerjaan perawat gigi sesuai Permenkes 58 tahun 2012

2. Memahami kode etik profesi perawat gigi

3. Jika melakukan pekerjaan bukan wewenangnya karena limpahan dari dokter gigi,

dituangkan dalam bentuk tertulis yang ditanda tangani oleh dokter gigi yang

memberi limpahan tugas

4. Format persetujuan (consent)

Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam bentuk yang

cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit, fasyankesmemberikan format persetujuan

pada awal pasien masuk rumah sakit/fasyankes yang mengandung pernyataan

kesanggupan pasien untuk dirawat dan menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan

lain adalah format persetujuan operasi, dalam hal ini perawat gigi dalam proses

persetujuan ini berperan sebagai saksi

5. Menanda tangani pernyataan hukum

Perawat gigi sering kali diminta menandatangani atau diminta untuk sebagai saksi.

Dalam hal ini perawat gigi hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat

diinterprestasikan menghilangkan pengaruh. Dalam kesaksian perawat gigi

disarankan mengacu pada kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari atasan.

6. Insident Report

Setiap kali perawat gigi menemukan kecelakaan baik yang mengenai pasien,

pengunjung maupun petugas kesehatan. Perawat gigi harus segera membuat suatu

laporan tertulis yang disebut incident report. Dalam situasi klinik, kecelakaan sering

terjadi misalkan salah mencabutgigi, kesalahan memberikan obat dan lain-lain. Dalam

Page 23: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLIMUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

215

setiap kesalahan dokter harus segera diberitahu. Beberapa fasyankes telah

menyediakan format untuk keperluan ini. Bila format tidak ada maka kejadian dapat

ditulis tanpa menggunakan format baku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pencatatan incident report antara lain :

a. Tulis kejadian sesuai kejadian

b. Tulis tindakan yang akan dilakukan, tulis nama dan tanda tangan Perawat gigi

dengan jelas.

c. Sebutkan waktu kejadian ditemukan

Perawat gigi dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari tidak menutupkemungkinan

melakukan kesalahan dan kelalaian baik disengaja ataupun tidak disengaja. Dalam

menjalankan praktik dan pekerjaannya, perawat gigi harus dilindungi terutama dari

tuntutan malpraktekdan kelalaian pada pelayanan kesehatan dan penanganangawat

darurat.

Aspek Legal dalam menyelenggarakan praktek/ pekerjaan keperawatan gigi tercantum

dalam :

1. Undang- undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatanpasal 32

ayat (1) yang menyatakan bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan

bagi penyelamatan nyawa dan mencegah kecacatan

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 58 tahun 2012 pasal 19 ayat (1)

huruf (a) bahwa perawat gigi berwenang melakukan tindakan medik dasar pada

kasus penyakit gigi dan mulut sesuai dengan sandar pelayanan.

Pelanggaran kode etikyang dilakukan oleh perawat gigi yang bekerja di fasilitas pelayanan

kesehatan (fasyankes) akan dilaporkanke Majelis Etik Keperawatan Gigi tingkat Provinsi

dan dikoordinasikan ke fasyankesyang bersangkutan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Selanjutnya akan dilakukan pengkajian tingkat kesalahan oleh Majelis

Etik Keperawatan Gigi yang berkoordinasi dengan fasyankes dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bersangkutan sehingga menghasilkan sanksi. Sanksi dilakukan

secara berjenjang sesuai tingkat pelanggaran dari teguran lisan sampai teguran tertulis.

Pada pelanggaran berat dan berulang dapat dikenakan sanksi pembekuan STR atau

bahkan dikeluarkan dari organisasi profesi.

Pelanggaran kode etik yang dilakukan perawat gigi di praktek mandiri akan dilaporkan ke

ketua Dewan Penguurus Cabang Persatuan Perawat Gigi Indonesia (DPC PPGI) tempat

wilayah kerjanya dan Majelis Etik Keperawatan Giigitingkat provinsi dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Selanjutnya Majelis Etik Keperawatan Gigi Provinsi berkoordinasi dengan

Majelis Etik Keperawatan Gigi tingkat Pusat untuk menentukan tingkat pelanggaran dan

penentuan sanksi organisasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Pembuktian pelanggaran dilakukan karenadidalam mempergunakan tingkat

kepandaiankelalaian dari perawat gigidalam mengobati dan merawat pasien.Pelanggaran

malpraktek dibuktikan dengan :

Page 24: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLIMUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

216

1. Adanya pengaduan dari pasien terhadap tindakan mal praktek.

2. Bahwa apakah benar terjadi kelalaian oleh perawat gigi dalam menerapkan ilmu

pengetahuan dan ketrampilannya (sesuai kompetensi dan kewenangan)

3. Apakah akibat yang terjadi itu bukan merupakan resiko yang melekat atas tindakan

yang dilakukan.

4. Bentuk perikatan/perjanjian pada inform consent antara perawat gigi dengan

pasien.tentang upaya pengobatan/perawatan apakah sesuai dengan

perikatan/perjanjian akan hasil dari pengobatan/perawatan.

Pokok bahasan4.

KEWAJIBAN PERAWAT GIGI

1. Kewajiban umum perawat gigi

Kode etik perawat gigi barang tentu memuat kewajiban yang harus dilakukan dalam

menjalankan profesinya dengan penuh tanggung jawab, kewajiban umum perawat

gigi sebagai berikut :

a. Setiap perawat gigiharus senantiasa menjalankan profesinya secara optimal

b. Setiap perawat gigi wajib menjunjung tinggi norma-norma hidup yang luhur

c. Dalam menjalankan profesi, setiap perawat gigi tidak dibenarkan

melakukanperbuatan yang bertentangan dengan kode etik.

d. Setiap perawat gigi harus memberikan keterangan atau pendapat yang

dapatdipertanggung jawabkan

e. Setiap perawat gigi agar menjalin kerjasama yang baik dengan perawat

gigilainnya.

f. Setiap perawat gigi bertindak sebagai motivator dan pendidik masyarakat.

g. Setiap perawat gigi wajib berupaya meningkatkan kesehatan gigi dan

mulutmasyarakatdalam bidang promotive, preventive dan kurative sederhana

2. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Masyarakat

Ruang lingkup pekerjaan perawat gigi tidak hanya di fasyankes tapi juga di

masyarakat dan lingkungan sekolah, untuk itu perlu diketahui kewajiban perawat gigi

terhadap masyarakat sebagai berikut :

a. Dalam menjalankan profesinya setiap perawat wajib memberikan pertolongan

wajib memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu dan

masyarakat tanpa membedakan budaya, etnik, kepercayaan dan status

ekonominya.

b. Dalam hal ketidak mampuan dan diluar kewenangan perawat gigi berkewajiban

merujuk kasus yang ditemukan kepada perawat gigi yang lebih ahli atau tenaga

kesehatan yang lebih kompeten.

c. Setiap perawat gigi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang

kliennya

d. Setiap perawat gigi wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-batas

kemampuan sebagai suatu tugas perikemanusiaan kcuali pada waktu itu

adaorang lain yang lebih mampu memberikan pertolongan.

Page 25: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLIMUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

217

e. Setiap perawat gigi wajib memberikan pelayanan kepada pasien dengan bersikap

ramah, iklas sehingga pasien merasa tenang dan aman.

3. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Teman Sejawat

Perawat gigi sebagai tenaga profesional di bidang pelayanan kesehatan gigiterus

menjaga profesi dan juga teman seprofesi dengan kewajibanya sebagai berikut :

a. Setiap perawat gigi harus memperlakukan teman sejawatnya sebagai diri sendiri

ingin diperlakukan

b. Setiap perawat gigi harus berpartisipasi dalam pengembangan profesi baik

secara menyeluruh, kelompok dan induvidu.

c. Setiap perawatgigi harus menjaga kerahasiaan teman sejawat secara profesional

4. KewajibanPerawat Gigi Terhadap Diri Sendiri

Setiap perawat gigi kewajiban bekerja secara profesional dan penuh tanggung jawab

dan mengembangkan diri mengikuti perkembangan teknologi dengan:

a. Setiap perawat gigi mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya,

berpikir kritis dan analitis, bersikap kreatif, inisiatif dan cermat.

b. Setiap perawat gigi wajib mengikuti secara aktif perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi

c. Setiap perawat gigi harus menjadi panutan didalam penampilan dan kebersihan

personal

d. Setiap perawat gigi harus berperilaku sopan, penuh dedikasi dan bertanggung

jawab

e. Setiap perawat gigi harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja

dengan baik.

VIII. REFERENSI :

1. Permenkes 58 tahun2012tentang pekerjaan perawat gigi

2. Undang-Undang No 36 Tahun2009 tentang kesehatan

3. AD ART Perawat Gigi

4. Modul BTCLS Perawat Gigi

5. Kode Etik Profesi Perawat Gigi

Page 26: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 1

Page 27: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

218

MATERI INTI 1

PERSIAPAN PELAYANAN KEPERAWATAN GIGI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pelayanan keperawatan gigi merupakan upaya-upaya dalam peningkatan derajat

kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengurangan rasa sakit

pada kasus-kasus terbatas penyakit gigi dan mulut, pelaksanaan tindakan terapeutik serta

melaksanakan rujukan yang ditujukan bagi peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut

masyarakat.

Pelayanan keperawatan gigi ditujukan dalam rangka melaksanakan pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

serta berpedoman pada ilmu keperawatan gigi, standar profesi perawat gigi Indonesia,

standar pelayanan asuhan kesehatan gigi serta dilandasi oleh kode etik perawat gigi

Indonesia.

Berdasarkan Permenkes No. 58 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat

Gigi, pelayanan asuhan keperawatan gigi terdiri dari upaya peningkatan kesehatan gigi dan

mulut, upaya pencegahan penyakit gigi, tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi

terbatas, danpelayanan higiene kesehatan gigi yang dilaksanakan didalam maupun diluar

gedung.

Dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut didalam gedung,

banyak hal-hal yang harus dipersiapkan demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut,

dimulai dari menyusun rencana kerja, pengelolaan pengendalian mutu, pengelolaan

limbah medis serta identifikasi data program pelayanan keperawatan gigi dan mulut.

Melalui modul ini akan dibahas bagaimana proses persiapan pelayanan keperawatan gigi

dan mulut yang harus dilakukan oleh perawat gigi kategori keahlian jenjang ahli muda.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukanpersiapan pelayanan

keperawatan gigi.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menyusun rencanakerja harian, bulanan dan tahunan

2. Melakukan pengelolaan pengendalian mutu pelayanan

3. Menjelaskan pengawasan pengelolaan limbah medis

4. Melakukan Identifikasi data program pelayanan keperawatan gigi dan mulut.

Page 28: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

219

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Menyusun rencanakerja harian, bulanan dan tahunan

Sub pokok bahasan :

a. Perencanaan dan rencana Kerja

b. Tujuan rencana kerja

c. Ciri perencanaan efektif

d. Langkah penyusunan rencana kerja

Pokok Bahasan 2. Pengelolaan pengendalian mutu pelayanan

Sub pokok bahasan :

a. Pengertian pengendalian mutu

b. Koordinasi (pre conference dan post conference)

c. Menyusun Instrumen Survei kepuasan pelanggan;

d. Analisis keluhan pelanggan;

Pokok Bahasan 3. Pengawasan pengelolaan limbah medis

Sub pokok bahasan :

a. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

b. Jenis-jenis APD

c. Tata cara pengawasan penggunaan APD

Pokok Bahasan 4. Identifikasi data program pelayanan keperawatan gigi dan mulut

Sub pokok bahasan :

a. Pengertian Identifikasi Data

b. Program Pelayanan Keperawatan Gigi dan Mulut

c. Pengolahan data Keperawatan Gigi dan Mulut

IV. METODE

1. Curah pendapat 2. CTJ 3. Latihan menyusun rencana kerja 4. Latihan menyusun instrumen survei kepuasan pelanggan 5. Latihan menyusun dan merangkum data-data yang dapat dihasilkan dari pelayanan

kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang 2. Laptop 3. LCD 4. Flipchart 5. White board 6. Spidol (ATK) 7. Panduan latihan menyusun rencana kerja 8. Panduan menyusun instrumen survei kepuasan pelanggan 9. Contoh instrumen survey kepuasan pelanggan 10. Panduan menyusun dan merangkum data-data yang dapat dihasilkan dari pelayanan

kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi

Page 29: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

220

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan

disampaikan.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan

menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan

sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

2. Materi pokok bahasan disampaikan dengan urutan sebagai berikut: Menyusun

rencana kerja harian, bulanan, tahunan, Pengelolaan pengendalian mutu pelayanan,

Pengawasan pengelolaan limbah medis sertaIdentifikasi data program pelayanan

keperawatan gigi dan mulut.

3. Materi disampaikandengan metode curah pendapat dan ceramah tanya jawab, latihan

menyusun rencana kerja, latihan menyusun instrumen/kuesioner survei kepuasan

pelangganserta menyusun dan merangkum data-data yang dihasilkan dari pelayanan

kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi

Langkah 3. Penugasan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok dan meminta mereka untuk latihan

menyusun rencana kerja harian/bulanan/tahunan dalam pelaksanaan pelayanan

keperawatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan, baik didalam gedung

maupun luar gedung sesuai format yang ditentukan

2. Tugas yang kedua adalah latihan menyusun instrumen/kuesioner survei kepuasan

pelanggan

3. Tugas yang ketiga adalah menyusun dan merangkum data-data yang dihasilkan dari

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi

4. Hasil diskusi dituliskan dalam plift chart atau bahan tayang.

Langkah 4. Presentasi

Langkah pembelajaran:

1. Masing – masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan

teman yang lain dan fasilitator, kemudian kelompok yang lain memberikan tanggapan.

2. Fasilitator memberikan umpan balik dan mengarahkan hasil diskusi sesuai tujuan

pembelajaran.

Page 30: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

221

Langkah 5. Rangkuman dan kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi

yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan

4. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengn mengucapkan terima kasih

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

PENYUSUNAN RENCANAKERJA HARIAN, BULANAN DAN TAHUNAN

A. Perencanaan dan rencana kerja

Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk

mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena

tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan

pengontrolan tak akan dapat berjalan.

Rencana kerja adalah serangkaian tujuan dan proses yang bisa membantu tim

dan/atau seseorang mencapai tujuan tersebut. Dengan membaca rencana kerja, kita

bisa memahami skala prioritas program kerja dengan lebih baik. Ketika digunakan di

dunia kerja maupun akademik, rencana kerja membantu kita mengerjakan program

dengan teratur. Melalui rencana kerja, kita memecah proses jadi tugas-tugas kecil

yang ringan sekaligus mengetahui apa saja yang ingin dicapai.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal

adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota

suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus

dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu dan merupakan rencana

bersama anggota organisasi dalam suatu institusi/unit kerja, artinya setiap anggota

harus mengetahui dan menjalankan rencana tersebut. Rencana formal dibuat untuk

mengurangi ambiguitas (ketidakjelasan/ketidaktentuan) dan menciptakan

kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

B. Tujuan rencana kerja

Secara garis besar tujuan dari disusunnya rencana kerja adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengarahan kepada pimpinan maupun staf

Dengan rencana kerja, pegawai dapat mengetahui apa yang harus mereka capai,

dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana kerja, organisasi dan individual

mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara tidak teratur, sehingga kerja

organisasi tidak efisien.

Page 31: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

222

2. Mengurangi ketidakpastian.

Ketika seseorang membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan,

meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan

menyusun rencana untuk menghadapinya.

3. Meminimalisir pemborosan.

Dengan kerja yang terarah dan terencana, pegawai dapat bekerja lebih efisien dan

mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang pimpinan juga

dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan tidak

efisien dalam organisasi.

4. Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu

proses pengontrolan dan pengevaluasian. Proses pengontrolan adalah usaha yang

sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan,

membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganilisis kemungkinan adanya

penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan

perbaikan yang diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan

efisien dalam rangka mencapai sasaran. Proses pengevaluasian adalah proses

membandingkan rencana dengan hasil kerja, tanpa adanya rencana kerja,

pimpinan tidak akan dapat menilai kinerja organisasi.

C. Ciri perencanaan efektif

Dalam menyusun perencanaan yang baik dan efektif dapat menggunakan rumusan

pertanyaan 5W+1H, sebagai berikut:

1. What (apa), membicarakan masalah tentang apa yang menjadi tujuan sebuah

perencanaan dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan

perencanaan tersebut.

2. Why (mengapa), membicarakan masalah mengapa tujuan tersebut harus dicapai

dengan mengapa beragam kegiatan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut

3. Where (dimana), membicarakan masalah dimana program dalam perencanaan

tersebut dilaksanakan

4. When (kapan), membicarakan masalah kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan

dan diakhiri.

5. Who (siapa), membicarakan masalah siapa yang akan melaksanakan program

tersebut.

6. How (bagaimana), membicarakan masalah bagaimana cara melaksanakan

program yang direncanakan tersebut.

Ada enam ciri perencanaan efektif, yaitu:

1. Perencanaan wajib dituangkan secara tertulis. Perencanaan yang tertulis akan

membuat tubuh, hati dan pikiran mengerti apa yang ingin dilakukan. Bagaimana

kita memulainya. Mengingatkan kita apa saja yang akan kita lakukan dan kita bisa

menandai ketika perencanaan yang kita tuliskan sudah selesai dilakukan. Hal ini

akan membuat kita semakin fokus dan yakin bahwa banyak hal bisa kita kerjakan

dengan baik dan berhasil jika kita konsisten dan punya perencanaan yang jelas

dan spesifik.

Page 32: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

223

2. Tentukan goal atau tujuan yang ingin dicapai. Mengetahui apa yang ingin dicapai

akan mempermudah kita untuk membuatkan urutan atau langkah-langkah kecil

agar kita bisa memulai perencanaan dengan baik dan melakukan pekerjaan secara

efektif dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

3. Disusun sesuai dengan tugas dan tanggung jawab, berdasarkan Job Description

yang di buat secara bertahap mulai dari perencanaan tahunan, triwulan, bulanan,

mingguan dan harian.

4. Tentukan prioritas pekerjaan, sehingga bila ada pekerjaan tambahan dapat

dilakukan secara efektif dan tidak mengganggu produktivitas kerja.

5. Lakukan peninjauan kembali pada daftar rencana yang sudah disusun dan

dikerjakan, selanjutnya dilakukan analisa apa yang sudah dikerjakan dan

diperbaiki bila ada pekerjaan yang kurang tepat sesuai dengan rencana.

6. Tentukan batas waktu (dateline) pekerjaan, misalnya dalam hitungan hari,

minggu dan bulan untuk bisa mengukur produktivitas kerja.

D. Langkah penyusunan rencana kerja

Dalam menyusun rencana kerja, perlu memperhatikan langkah-langkah dibawah ini:

1. Tentukan tujuan untuk apa rencana kerja itu disusun.

Tujuan penyusunan rencana kerja harus disusun sejak awal, agar dapat

mempersiapkan pelaksanaan kegiatan dengan baik dan dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi keberhasilan kegiatan.

2. Tulis pendahuluan dan latar belakang.

Untuk rencana kerja professional, harus menulis pendahuluan dan latar belakang,

namun untuk rencana kerja akademik biasanya tidak diperlukan.

3. Tentukan target.

Tujuan dan target adalah dua hal yang saling terkait dalama penyusunan rencana

kerja. Keduanya sama-sama mengarah ke pencapaian hasil, bedanya tujuan

bersifat umum sedangkan target lebih spesifik.

4. Susun rencana kerja dengan target-target yang "SMART".

SMART adalah akronim yang biasa digunakan untuk mencari hasil yang lebih nyata

dan bisa dikerjakan dalam rencana kerja.

Specific berarti terperinci..

Measurable berarti terukur.

Achievable berarti bisa dicapai.

Relevant adalah terkait kepentingan.

Time bound adalah terikat waktu.

5. Cantumkan sumber daya yang Anda miliki.

Tuliskan semua yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target yang

ditetapkan. Sumber daya beragam bentuknya, tergantung untuk apa rencana

kerja itu dibuat.

Page 33: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

224

6. Siapa yang bertanggung jawab.

Pertanggungjawaban adalah elemen penting dari perencanaan yang baik, untuk

itu perlu diketahui dan ditetapkan siapa yang bertanggung jawab atas

penyelesaian tugas tersebut. Walaupun ada tim yang mengerjakan sebuah tugas,

satu orang harus diberi tanggung jawab memastikan tugas itu selesai tepat waktu.

7. Tulis strategi.

Amati rencana kerja yang disusun, kemudian putuskan bagaimana strategi

menggunakan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan dan target yang

ditetapkan.

Pokok Bahasan 2.

PENGELOLAAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN

A. Pengertian Pengendalian Mutu

Pengendalian menurut kamus bahasa Indonesia secara umum yaitu proses, cara,

pembuatan, mengendalikan, atau pula dapat pengawasan atas kemajuan (tugas) dapat

membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil

pengawasan, sehingga dengan kata lain, pengendalian adalah nama lain dari

pegawasan.

Mutu adalah suatu yang diputuskan oleh suatu pelanggan, bukan pula oleh pemasaran

atau manajemen umum. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan pada

produk atau jasa, diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut dinyatakan

atau tidak dinyatakan, disadari atau hanya bisa dirasakan, dikerjakan secara teknis

atau bersifat subjektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang

penuh persaingan.

Pengendaian mutu adalah suatu proses pengendalian dan pengawasan atas kemajuan

dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha atau

kegiatan dengan hasil pengawasan agar konsumen atau pelanggan merasa tetap puas dengan

produk atau jasa yang ditawarkan. Pengendalian mutu terpadu dapat didefinisikan sebagai :

“Suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan

mutu dan usaha-usaha perbaikan mutu dari berbagai kelompok didalam suatu

organisasi untuk memungkinkan produksi dan jasa berada pada tingkat yang paling

ekonomis yang memungkinkan kepuasan konsumen secara penuh”

Dalam rangka pengendalian mutu pelayanan keperawatan gigi dan mulut baik dalam

maupun luar gedung, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukkan

koordinasi antar individu pelaksanan pelayanan keperawatan gigi dan mulut maupun

dengan unit lainnya, melakukan survei kepuasan pelanggan dan analisis keluhan

pelanggan.

B. Koordinasi (pre conference dan post conference)

Koordinasi adalahperihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan

dan tindakan yg akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur.

Koordinasi juga diartikan sebagai penyelarasan secara teratur atau penyusunan

Page 34: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

225

kembali kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dari individu-individu untuk

mencapai tujuan bersama

Dalam rangka pengendalian mutu pelayanan keperawatan gigi dan mulut terutama di

fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), maka koordinasi antar individu pelaksanan

pelayanan keperawatan gigi dan mulut maupun dengan unit/ tenaga lainnya sangat

diperlukan, untuk mengetahui kondisi terkini pelayanan keperawatan gigi. Koordinasi

dapat dilakukan sebelum dan sesudah pelayanan kesehatan/ keperawatan gigi

dilakukan di fasyankes, agar dapat menyiapkan pelayanan kesehatan dengan baik dan

diakhiri dengan evaluasi pelaksanaan pelayanan yang telah dilakukan untuk tetap

menjaga kualitas mutu pelayanan kesehatan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh

institusi pelayanan kesehatan.

Tipe-Tipe Koordinasi:

Terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:

1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang

dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang

ada di bawah wewenang dan tanggungjawabnya

2. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-

kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat

organisasi (aparat) yang setingkat.

Tujuan dan manfaat koordinasi antara lain sebagai berikut.

1. Untuk mewujudkan KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi , dan simplifikasi)

agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

2. Memecahkan konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait.

3. Adanya pembagian kerja di mana semakin besar pembagian kerja, semakin

diperlukanpengoordinasian/penyeresaian sehingga tidak terjadi duplikasi atau

tumpang-tindihpekerjaan yang menyebabkan pemborosan.

4. Untuk Mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis

diantara kegiatan-kegiatan, baik fisik maupun non fisik dengan stakeholder

5. Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka menacapai tujuan

6. Mencegah terjadinya konflik intern dan eksternal yang kontra prroduktif

Pelaksanaan koordinasi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, maka

diperlukan adanya koordinasi antar perawat gigi, termasuk juga dengan bagian lainnya

yang memang saling berkaitan.

Sebagai contoh, untuk pelaksanaan tugas pada di bagian rawat jalan Rumah Sakit,

maka diperlukaan koordinasi baik sebelum maupun sesudah pelayanan (pre

conference dan post conference), baik antar perawat gigi di Rumah Sakit tersebut,

maupun dengan tenaga kesehatan lainnya yang ada di bagian rawat jalan. Untuk di

tingkat Puskesmas, kegiatan pertemuan antara poli termasuk staff meeting juga

termasuk dalam pelaksanaan koordinasi ini.

Page 35: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

226

C. Menyusun instrumen Survei kepuasan pelanggan

Untuk mengetahui puas atau tidaknya pelanggan, maka diperlukan survei kepuasan

pelanggan, sebagai cara mengetahui kepuasan para pelanggan dengan pelayanan jasa

dan produk yang kita berikan. Kepuasan pelanggan sebagai faktor fundamental bagi

pengembangan customer base yang loyal juga memerlukan pengukuran yang tepat.

Survei kepuasan pelanggan menjadi jawaban atas masalah ini. Dengan survei

pelanggan, kita dapat memotret secara kuantitatif dan kualitatif pandangan

pelangggan atas pelayanan jasa dan produk suatu organisasi/institusi/instansi.

Pelaksanaan Survei Kepuasan Pelanggan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik

dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan,

pengolahan dan penyajian hasil survei, yang mencakup langkah-langkah, sebagai

berikut:

1. Menyusun instrumen survei;

2. Menentukan besaran dan teknik penarikan sampel;

3. Menentukan responden;

4. Melaksanakan survei;

5. Mengolah hasil survei;

6. Menyajikan dan melaporkan hasil

Tahapan Pembuatan Instrument Survei Kepuasan Pelanggan.

Salah satu kunci penting dalam melakukan survei kepuasan pelanggan adalah

tersedianya instrument survei yang baik yang dapat menggali perasaan dan

tanggapan pelanggan tentang pelayanan yang diberikan. Tahap-tahap dan tips

penting dalam pembuatan kuesioner survei kepuasan pelanggan diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Mulai dengan riset kualitatif eksploratori

Untuk membuat kuesioner yang baik, kita perlu memahami proses pelayanan yang

dilakukan serta masalah-masalah apa saja yang sering timbul dalam hubungan

pelayanan. Bagi manajer atau pengelola pelayanan tentu memiliki banyak

keuntungan apabila melakukan tahap ini sendiri, dibandingkan dengan apabila

dilakukan oleh konsultan luar. Namun demikian seorang manajer yang dalam

kegiatan sehari-harinya menghadapi pelanggan biasanya sudah memiliki praduga

yang dapat menimbulkan bias. Hal ini perlu diwaspadai.

Untuk meminimalisir hal tersebut, dapat dicoba mengadakan interview secara

mendalam kepada pelanggan. metode interview dapat dilakukan face-to-face,

melalui telepon maupun secara tertulis lewat media email. Tentu saja cara face to

face masih merupakan cara terbaik, apabila sumberdaya dan waktunya

mencukupi.

2. Memetakan proses pelanggan dalam service blueprint

Service blueprint merupakan dokumen yang sangat penting dalam survei

kepuasan pelanggan. Blueprint artinya dokumen yang memetakan proses layanan

untuk dijadikan sebagai panduan dalam menjalankan dan mengembangkan

layanan. Komponen blueprint antara lain :

Page 36: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

227

a. Aktivitas pelanggan

b. Aktivitas frontline yang berhubungan dengan poin a

c. Aktivitas back stage person yang menentukan kualitas poin b

d. Sistem internal yang mensupport data dan enabler point b dan c

e. Physical evidence atau bukti fisik yang terlihat oleh a.

Pembuatan blueprint dapat dilakukan dengan cara mistery shopping,

mengandaikan diri kita sebagai pelanggan. cara lainnya adalah dengan melakukan

review atas sisdur pelayanan yang ada. Namun cara kedua ini kurang baik karena

sifatnya yang cenderung internal oriented.

3. Menentukan titik kontak pelayanan

Dari service blueprint, dapat diindikasikan aktivitas pelanggan mana saja yang

melibatkan frontlineorganisasi/institusi/instansi. Aktivitas pelanggan ini yang kita

sebut sebagai titik kontak pelayanan. Di titik inilah pelanggan akan mengevaluasi

produk dan layanan kita. Oleh karena itu, kualitas layanan di titik ini yang krusial

untuk dipotret.

4. Tentukan kualitas titik kontak dalam 5 dimensi TERRA.

Pelanggan mengevaluasi kualitas layanan kita di titik kontak layanan. Kualitas

layanan tersebut dapat dinilai dalam 5 dimensi yakni :

a. Tangibility – kewujudan, seberapa baik physical evidence yang ada pada

layanan. Layout ruangan, kerapihan frontline, kecanggihan alat , dan lain-lain

b. Empathy – seberapa baik staf pelayanan kita memahami kesulitan pelanggan.

hal ini tercermin dari keramahannya, kemauan untuk mendengarkan keluhan

dan layanan lain yang diberikan.

c. Responsiveness – kecepattanggapan, yaitu seberapa cepat staf kita

menanggapi keluhan, permintaaan produk, dan pemberian informasi

d. Reliability – kehandalan, yaitu seberapa konsisten organisasi/institusi

memberikan kualitas seperti yang dijanjikan kepada pelanggan.

e. Yang terakhir, Assurance atau keyakinan, yaitu seberapa yakin pelanggan

bahwa kita mampu mendeliver pelayanan dengan kualitas tertentu.

5. Mengembangkan pertanyaan

Hal yang penting sebelum kita mengembangkan pertanyaan adalah skala apa yang

akan digunakan. Terdapat beberapa pendekatan untuk mengukur kepuasan

pelanggan antara lain :

a. Pengukuran indirect – membandingkan antara skor harapan dan persepsi

kualitas

b. Pengukuran direct – pengukuran langsung dengan menanyakan apakah

pelanggan puas atau tidak puas dengan suatu faktor tertentu.

c. Pengukuran performance – mengukur persepsi pelanggan atas baik atau

tidaknya kinerja faktor tertentu

6. Pretest

Pretest dilakukan untuk menjamin bahwa bahasa yang digunakan mudah

dipahami oleh responden dan memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Page 37: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

228

Responden pretest boleh dipilih secara random dari daftar pelanggan atau

menggunakan convenience method sesuai dengan sumberday dan waktu yang

tersedia. Perhatikan beberapa hal ini dalam pretest :

a. Pertanyaan yang tidak difahami

b. Skala yang tidak sesuai

c. Pertanyaan yang segan dijawab

d. Titik kontak yang terlupa

e. Kualitas titik kontak yang tidak relevan

Penyusunan Instrumen Survei Kepuasan pelanggan

Salah satu bentuk instrument survei yang paling mudah dan sering dilakukan adalah

bentuk kuesioner, dimana didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang

pendapat masyarakat/pelanggan tentang pelaksanaan pelayanan yang dilakukan.

Kuesioner disusunberdasarkan tujuan survei terhadap tingkat kepuasan masyarakat.

Berikut contoh instrument survei kepuasan pelanggan berdasarkan Kepmenpan No:

KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan IKM Unit Pelayanan

Instansi Pemerintah.

Kuesioner dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu:

Bagian I : Identitas responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan

danpekerjaan, yang berguna untuk menganalisis profil respondendalam

penilaiannya terhadap unit pelayanan instansi.

Bagian II : Identitas pencacah, berisi data pencacah. (apabila kuesioner diisi oleh

masyarakat, bagian ini tidak diisi).

Bagian III : Mutu pelayanan publik adalah pendapat penerima, atas pelayanan yang

memuat kesimpulan atau pendapat responden terhadap unsur-unsur

pelayanan yang dinilai.

Bentuk Jawaban Dalam Kuesioner.

Bentuk jawaban pertanyaan dari setiap unsur pelayanan secara umum mencerminkan

tingkat kualitas pelayanan, yaitu dari yang sangat baik sampai dengan tidak baik.

Untuk kategori tidak baik diberi nilai persepsi 1, kurangbaik diberi nilai persepsi 2,

baik diberi nilai 3, sangat baik diberi nilai persepsi4.

Contoh :

Penilaian terhadap unsur prosedur pelayanan.

1) Diberi nilai 1 (tidak mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan tidak

sederhana, alurnyaya tidak mudah, loket terlalu banyak, sehingga prosesnyatidak

efektif

2) Diberi nilai 2 (kurang mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan masih

belum mudah, sehingga prosesnya befum efektif.

3) Diberi nilai 3 (mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa mudah,

sederhana, tidak berbelitbelit tetapi masih perlu diefektifkan.

4) Diberi nilai 4 (sangat mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa

sangat mudah, sangat sederhana, sehingga prosesnya mudah dan efektif.

Contoh instrument/ kuesioner survei kepuasan pelanggan terlampir.

Page 38: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

229

D. Analisis keluhan pelanggan

Keluhan/ komplain merupakan sebuah harapan yang belum terpenuhi. Keluhan/

komplain pelayanan adalah ekspresi perasaan ketidakpuasan atas standar pelayanan,

tindakan atau tiadanya tindakan aparat pelayanan yang berpengaruh kepada para

pelanggan.

Pelanggan terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Pelanggan internal, yaitu orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa

atau pembuatan barang, sejak dari Perencanaan, penciptaan jasa atau pembuatan

barang, sampai dengan pemasaran dan penjualan serta pengadministrasiannya.

2. Pelanggan eksternal adalah semua orang yang berada diluar organisasi komersil

atau organisasi non komersil yang menerima layanan penyerahan barang atau jasa

dari organisasi.

Jenis Keluhan Pelanggan

1. Keluhan langsung, merupakan keluhan yang disampaikan secara langsung baik

melalui tatap muka maupun komunikasi telepon.

2. Keluhan tidak langsung, merupakan keluhan yang disampaikan secara tertulis

yaitu via surat, form pengaduan yang disediakan atau melalui pihak ketiga seperti

pengacara dan melalui media massa.

Aspekpenanganankeluhan diantaranya adalah:

1. Empatiterhadappelangganyangmarah

Dalammenghadapipelangganyangemosiataumarah,staflayananpelangganhar

us‘berkepaladingin’ dan bersikapempati.Bilatidak, situasi bakal

bertambahrunyam.Untukitu

perludiluangkanwaktuuntukmendengarkankeluhanmerekadanberusahamem

ahamisituasiyangdirasakanolehpelanggantersebut.Dengandemikianpermasal

ahanyangdihadapidapatmenjadijelas,sehinggapemecahanyangoptimaldapatdi

upayakanbersama.

2. Kecepatandalampenanganankeluhan

Kecepatanmerupakanhalyangsangatpentingdalampenanganankeluhan.Apab

ilakeluhanpelanggantidaksegeraditanggapi,makarasatidakpuasterhadaporga

nisasi/institusiakanmenjadipermanendantidakdapatdiubahlagi.Sedangkanap

abilakeluhantersebutditanganidengancepat,maka ada

kemungkinanpelanggantersebutmenjadipuas.Apabilapelangganpuasdengan

carapenanganankeluhannya,makabesarkemungkinaniaakanmenjadipelangg

anorganisasi/institusikembali.Jikakeluhandibuatpadasaatpenyampaianlayana

n,makawaktuadalahesensiuntukmencapaipemulihanpenuh.Ketikalayanandib

uatsetelahfakta,banyakorganisasi/institusi telahmembuat kebijakan

untukmerespon dalam waktu 24 jam, ataulebih

cepat.Bahkanketikaresolusipenuhmemakanwaktulebihlama,responcepattet

appalingpenting.

Page 39: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

230

3. Kewajaranataukeadilandalammemecahkanpermasalahanataukeluhan

Organisasi/institusiharusmemperhatikanaspekkewajarandalamhalbiayadanki

nerjajangkapanjang.Hasilyangdiharapkantentunyaadalahsituasi‘win-

win’(fair,realistis,danproporsional),dimanapelanggandanorganisasi/institusis

ama-samadiuntungkan.

4. Kemudahanbagipelangganuntukmenghubungiorganisasi/institusi

Halinisangatpentingbagikonsumenuntukmenyampaikankomentar,saran,kriti

k,pertanyaan,maupunkeluhannya.Disinisangatdibutuhkanadanyametodeko

munikasiyangmudahdanrelatiftidakmahal,dimanapelanggandapatmenyampa

ikankeluh-

kesahnya.Bilaperludanmemungkinkan,organisasi/institusidapatmenyediakan

saluranteleponbebaspulsa(hotlineservice)dan/atauwebsiteuntukmenampun

gkeluhanpelanggan.

Langkah-langkah penanganan keluhan:

1. Identifikasi dan penentuan sumber masalah yang menyebabkan pelanggan tidak

puas dan mengeluh.

2. Mengatasi sumber masalah, ditindaklanjuti dan diupayakan agar di masa

mendatang tidak timbul kembali.

3. Memeriksa apakan tindakan perbaikan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak.

4. Analisis strategi terhadap keluhan yang ada.

5. Mengembangkan system informasi manajemen, dimana organisasi/institusi bisa

mendata setiap keluhan yang disampaikan dan belajar dari kesalahan yang pernah

dilakukan.

Cara penanganan keluhan pelanggan:

1. Jangan membuat bertambah rumit dengan segala macam formulir

2. Jangan berkirim surat tanpa berkomunikasi verbal terlebih dahulu

3. Segera mencari tahu apa yang diinginkan pelanggan yang complain

4. Untuk complain yang tidak terlalu serius, minta maaf akan jauh lebih baik

5. Berikan tanggapan pibadi dengan spesifik

6. Ketika menghadapi pelanggan yang menyampaikan keluhan, ikutilah prinsip

empati

7. Jika komplain tidak ditujukan pada kita, dan tahu kepada siapa pelanggan harus

melapor, jelaskan secara rinci alasannya

8. Perjelas alternatif apa untuk menyelesaikan persoalan pelanggan yang komplain

9. Beritahu pelanggan langkah perbaikan apa yang telah dibuat sehubungan dengan

complain tersebut

10. Ingat, banyak keluhan akan menjadi kabar baik, itu tandanya pemberi complain

percaya pada organisasi/institusi/ instansi kita.

Page 40: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

231

Pokok Bahasan 3.

PENGAWASAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

A. PengertianAlat Pelindung Diri (APD)

Banyak metoda yang bisa dilakukan dalam pengendalian bahaya di tempat kerja,

tetapi tidak ada satu metodapun yang betul-betul bisa menurunkan bahaya dan resiko

sampai pada posisi nol,artinya para pekerja masih besar kemungkinanya terpajan

terhadap bahaya ditempat kerja. Untuk itu sebagai pertahanan dan perlindungan

terakhir bagi pekerja adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 bahwa pengurus atau pimpinan

tempat kerja berkewajiban menyediakan alat pelindung diri (APD/PPE) untuk para

pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD/PPE dengan tepat dan benar.

Tujuan dari penerapan Undang- Undang ini adalah untuk melindungi kesehatan

pekerja tersebut dari risiko bahaya di tempat kerja. Jenis APD/PPE yang diperlukan

dalam berbagai aktifitas kerja di industri sangat tergantung pada aktifitas yang

dilakukan dan jenis bahaya yang terpapar.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan

orang di sekelilingnya. Alat Pelindung Diri juga dapat didefinisikan sebagai suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya

mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

Faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD

Dalam melakukan pemakaian APD, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

diantaranya adalah:

1. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki

ruangan (tindakan atau operasi)

2. Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi

3. Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat limbah infeksius yang telah disediakan

di ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan

4. Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah membersihkan

tangan sesuai pedoman

Tujuan pemakaian APD adalah agar terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja,

dimana pada akhirnya akan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif

mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Page 41: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

232

B. Jenis-jenis APD

APD sebagaimana dimaksud di atas menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, meliputi:

a. pelindung kepala;

b. pelindung mata dan muka;

c. pelindung telinga;

d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;

e. pelindung tangan; dan / atau

f. pelindung kaki.

Berikut adalah jenis bahaya dan APD yang diperlukan:

No Tubuh Yang Dilindungi

Bahaya APD

1 Mata Percikan bahan kimia,debu,proyektil,gas,uap,radiasi

safety spectacles,goggles,faceshields,visors.

2 Kepala Kejatuhan benda,benturan,rambut tertarik mesin

Helmet

3 Sistem pernapasan

Debu,gas,uap,fume,kekurangan oksigen

Respirator,alat bantu pernapasan

4 Melindungi badan

Panas berlebihan,tumpahan atau percikan bahan kimia

Cover all,pakaian anti panas/api

5 Tangan Panas,terpotong,bahan kimia,sengatan listrik

Sarung tangan

6 Kaki Tumpahan bahan kimia,tertimpa benda,sengatan listrik

Sepatu safety

C. Tata Cara Pengawasan Penggunaan APD

Dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut ada beberapa APD yang biasa

digunakan tenaga kesehatan gigi, diantaranya adalah:

1. Masker

2. Sarung tangan/ Hand Scone

3. Kaca mata

4. Baju kerja

Dari jenis APD diatas, yang wajib digunakan oleh perawat gigi dalam setiap melakukan

pelayanan kesehatan adalah Masker dan Hand Scoone. Dua jenis APD ini tidak boleh

lepas dari perawat gigi ketika memberikan pelayanan kesehatan, agar hasil pelayanan

kesehatan dapat optimal dan tidak terjadinya infeksi silang. Perawat gigi ahli muda

sesuai dengan kewenangannya harus mengawasi perawat gigi lainnya dalam

melakukan pelayanan apakah sudah menggunakan APD dan memastikan penggunaan

APD sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Bentuk pengawasan APD yang bisa

dilakukan diantaranya adalah:

Page 42: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

233

1. Memberikan contoh pada tenaga perawat gigi lainnya dalam penggunaan APD

dalam pelayanan kesehatan.

2. Mengawasi perawat gigi lainnya apakah sudah menggunakan APD dalam

melakukan pelayanan

3. Mengawasi perawat gigi lain apakah penggunaan APD sudah sesuai dengan

standar/ ketentuan yang telah ditetapkan

4. Memberitahukan cara penggunaan APD yang baik dan benar

5. Memberikan teguran kepada perawat gigi yang tidak menggunakan APD dalam

melakukan pelayanan kesehatan.

Pokok Bahasan 4.

IDENTIFIKASI DATA PROGRAM PELAYANAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

A. Pengertian Identifikasi Data

Data secara sederhana adalah suatu penggambaran fakta, pengertian instruksi yang

dapat disampaikan dan diolah oleh manusia atau mesin, atau keterangan yang benar

dan nyata; keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian, analisis

atau kesimpulan atau dapat pula diartikan segala fakta yang dapat dijadikan bahan

untuk menyusun suatu informasi.

Pengolahan Data (data processing) adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti, berupa suatu informasi. Informasi merupakan hasil

pengolahan dari sebuah model, formasi, organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk

dari data yang memiliki nilai tertentu, dan bisa digunakan untuk menambah

pengetahuan bagi yang menerimanya.

B. Program Pelayanan Keperawatan Gigi dan Mulut.

Pelayanan keperawatan gigi merupakan upaya-upaya dalam peningkatan derajat

kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, serta pengurangan

rasa sakit pada kasus-kasus terbatas penyakit gigi dan mulut, dan melaksanakan

rujukan yang ditujukan bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat gigi mempunyai kewenangan melaksanakan

pelayanan asuhan keperawatan gigi yaitu suatu pendekatan asuhan keperawatan gigi

yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut serta

meningkatkan derajat kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

yang dilakukan secara berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu. Pelayanan

asuhan keperawatan gigi dilaksanakan pada pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku serta berpedoman pada ilmu keperawatan gigi, standar

profesi perawat gigi Indonesia, standar pelayanan asuhan kesehatan gigi serta

dilandasi oleh kode etik perawat gigi Indonesia.

C. Pengolahan Data Keperawatan Gigi dan Mulut

Dalam pelaksanaana pelayanan keperawatan gigi dan mulut baik didalam maupun

diluar gedung dapat diidentifikasi beberapa data keperawatan gigi yang nantinya

dapat diolah menjadi suatu informasi yang dapat menggambarkan situasi kesehatan

gigi dan mulut masyarakat di wilayahnya. Data pelayanan keperawatan gigi didalam

Page 43: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

234

gedung yang dapat diolah menjadi sebuah informasi penting diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Jumlah Kunjungan Pasien, yaitu untuk mengetahui berapa banyak jumlah

penduduk/masyarakat yang memenfaatkan pelayanan kesehatan gigi, indikator

ini dapat dipilah kembali menjadi:

a. Kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin, data ini dapat menggambarkan

apakah laki-laki atau perempuan yang paling banyak berkunjung, dan dapat

dilihat penyakit apa yang paling banyak diderita laki-laki atau perempuan.

b. Kunjungan pasien berdasarkan asal wilayah/ alamat, data ini

menggambarkan dari wilayah mana paling banyak kunjungan pasien,

sehingga dapat diteliti lebih lanjut apakah ada faktor lingkungan seperti

kandungan fluor dalam air yang mempengaruhi kondisi giginya.

c. Kunjungan pasien berdasarkan umur, untuk menggambarkan usia berapa

yang paling rawan dan banyak menderita penyakit gigi dan mulut.

d. Kunjungan pasien berdasarkan cara bayar, untuk melihat apakah kunjungan

pasien dipengaruhi faktor ekonomi, misalkan ketika kunjungan hanya

didominasi oleh masyarakat yang memiliki Jaminan Kesehatan PBI dan jarang

sekali yang bayar tunai.

2. Penyakit Terbanyak yang Ditemukan, yaitu untuk mengetahui jenis penyakit apa

saja yang diderita masyarakat yang berkunjung ke fasyankes, serta seberapa

besar tingkat keparahan penyakit tersebut. Jenis penyakit yang biasanya dialami

masyarakat adalah:

a. Jumlah pasien yang mengalami karies

Untuk melihat jumlah masyarakat dengan gigi berlubang dan belum

mencapai pulpa, sehingga masyarakat dengan diagnosa ini bisa dilakukan

tindakan penambalan dengan satu atau dua kali kunjungan. Masyarakat

dengan diagnosa ini harus dimotivasi untuk mau dilakukan tindakan

penambalan agar tidak bertambah parah tingkat karies giginya.

b. Jumlah pasien yang mengalami penyakit pulpa

Diagnosa ini dapat melihat masyarakat dengan gigi berlubang tapi sudah

mencapai pulpa, dalam artian sudah cukup parah sehingga

penanganannyapun lebih lama dan rumit dari karies biasa dan memerlukan

beberapa kali kunjungan untuk penanaganannya.

c. Jumlah pasien yang mengalami penyakit periodontitis

Untuk mengetahui masyarakat yang mengalami kelainan pada jaringan

penyangga giginya.

d. Jumlah pasien dengan radiks

Untuk melihat seberapa banyak pasien yang kondisi giginya sudah cukup

parah dan diindikasikan untuk dilakukan pencabutan. Kondisi ini biasanya

menggambarkan tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang

Page 44: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

235

kurang mempunyai sikap pelihara diri dan menunjukan status kesehatan gigi

dan mulut yang kurang baik

e. Jumlah pasien dengan gingivitis

Diagnosa ini dapat melihat masyarakat dengan kondisi gusi yang kurang baik,

yaitu adanya pembengkakan, mudah berdarah dan warnanya yang merah

tua. Hal ini bisa menggambarkan oral hygiene dari masyarakat tersebut yang

pada akhirnya mempengaruhi juga status kesehatan giginya

f. Jumlah pasien free karies

Angka ini untuk melihat masyarakat yang berkunjung ke fasyankes tetapi

mempunyai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang cukup baik. Hal ini dapat

menggambarkan bahwa kepedulian masyarakat ini sudah cukup baik dengan

melakukan kegiatan-kegiatan preventif kesehatan gigi dan mulut.

3. Jenis Tindakan yang Dilakukan, yaitu untuk mengetahui apa saja tindakan

perawatan yang diterima masyarakat yang juga menunjukan tingkat keparahan

penyakit yang dialaminya. Tindakan yang biasa dilakukan diantaranya adalah:

a. Penambalan sementara

b. Penambalan permanen

c. Pencabutan gigi

d. Scaling

e. Perawatan endodontic

f. Konseling

g. Rujukan

h. Dll

VIII. REFERENSI

1. Tjitpono&Chandra.(2011).Service,Quality,andSatisfaction.Edisi3.Yogyakarta:Andi

2. Supranto.(2011).PengukuranTingkatKepuasanPelangganUntukMenaikkanPangsa

Pasar.Jakarta:RinekaCipta

3. Damanhuri, E. 2009. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Bandung: FTSL ITB

4. Pemerintah. 2001. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun

5. Menteri Kesehatan. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 Tahun 2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

6. Pemerintah. 1999. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

7. Menteri Kesehatan. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 tentanag Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

8. Kemenpan-rb 2014. Peraturan Menteri PAN-RB No. 16 Tahun 2014 tentang Pedoman

Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik

9. Bridge 2006, Dental reception and practice management

10. Munijaya AG 2004, Manajemen Kesehatan, Jakarta

11. Muljantoro H 1999, Manajemen Kesehatan Gigi –Mulut

12. Syahlan JA 1999, Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta

Page 45: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

236

13. GLP (Good Laboratory Practice).

14. Depkes RI dan FKM UI 1987/1988 Analisis Keadaan dan Masalah Kesehatan Jakarta.

15. Miller CH 2005, Infection Control

16. Tietjen L 2004, Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas pelayanan kesehatan

dengan sumber daya terbatas.

17. Nasution. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara

IX. LAMPIRAN

1. Panduan Latihan Menyusun Rencana Kerja:

2. Panduan Latihan Menyusun Instrumen/ Kuesioner Survei Kepuasan Pelanggan:

3. Panduan Latihan Menyusun dan Merangkum Data-Data yang Dapat Dihasilkan dari

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi:

Page 46: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

237

Lampiran 1.

Panduan Latihan Menyusun Rencana Kerja:

1. Peserta dibagi dalam kelompok 6 yang terdiri dari 5 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok menyusun rencana kerja harian/bulanan/tahunan dalam

pelaksanaan pelayanan keperawatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan, baik

didalam gedung maupun luar gedung sesuai format dibawah ini selama 15 menit:

No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Tempat Metode Sarana Pelaksana

1

2

4. Kelompok mempresentasikan hasil latihan menyusun rencana kerja dan kelompok lainnya

memberi tanggapan

5. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi

6. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta.

Page 47: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

238

Lampiran 2.

Panduan Latihan Menyusun Instrumen/ Kuesioner Survei Kepuasan Pelanggan:

1. Peserta dibagi dalam kelompok 6 yang terdiri dari 5 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok menyusun Instrumen/Kuesioner Survei Kepuasan Pelanggan

terhadap pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, selama 30 menit

4. Kelompok mempresentasikan hasil latihan menyusun rencana kerja dan kelompok lainnya

memberi tanggapan

5. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi

6. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta

Page 48: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

239

Lampiran 3.

Panduan Latihan Menyusun dan Merangkum Data-Data yang Dapat Dihasilkan dari Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi:

1. Peserta dibagi dalam kelompok 6 yang terdiri dari 5 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok menyusun dan merangkum data-data yang dapat dihasilkan dari

pelayanan keperawatan gigi dan mulut di Poli Gigi selama 15 menit.

4. Kelompok mempresentasikan hasil latihan menyusun rencana kerja dan kelompok lainnya

memberi tanggapan

5. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi

6. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta

Page 49: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 2

Page 50: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

240

MATERI INTI 2

PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Perawat gigi merupakan salah satu komponen pemberi layanan kesehatan dalam sebuah

fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, maka

tenaga kesehatan termasuk perawat gigi perlu meningkatkan pengetahuan dan

kemampuannyasesuai dengan arahan dan kebijakan pemerintah melalui Kementerian

Kesehatan. Tugas utama perawat gigi adalah melakukan pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut sesuai standar yang ditetapkan, yang terdiri dari proses pengkajian,

diagnosis, perencanaan, implementasi serta evaluasi dan dokumentasi.

Dalam memberi pelayanan keperawatan gigi, para perawat gigi kategori keahlian harus

mempunyai kemampuan dan keahlian khusus untuk menangani pasien berkebutuhan

khusus. Berkebutuhan khusus yang di maksud di sini adalah individu/ kelompok penyandang

disabilitas/keterbatasan fisik, keterbelakangan mental, pasien dengan perawatan

spesialistik dan lain-lain.

Berdasarkan permenkes 58 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pekerjaan perawat gigi,

pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut yang dilakukan adalah berupa berupa

promotif, preventif dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan

masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.

Dalam rangka membekali perawat gigi kategori keahlian jenjang ahli pertama, maka

disusunlah modul ini sebagai bahan acuan pelaksanaan tugas perawat gigi di tempat

kerjanya masing-masing. Melalui modul ini akan dibahas pelaksanaan pengkajian pada

pasien, penegakan diagnosa keperawatan gigi, penyusunan rencana pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut pada individu, kelompok/ masyarakat berkebutuhan khusus,

implementasi asuhan keperawatan gigi dan mulut serta dokumentasi dan evaluasi

pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut sesuai standar.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Melakukan pengkajian pada pasien

2. Melakukan penegakan diagnosa keperawatan gigi

3. Melakukan penyusunan rencana pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

pada individu, kelompok/ masyarakat berkebutuhan khusus

4. Melakukan implementasi asuhan keperawatan gigi dan mulut.

5. Melakukan dokumentasi dan evaluasi pelayanan asuhan keperawatan gigi dan

mulut

Page 51: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

241

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1.Pelaksanaan Pengkajian

Sub pokok bahasan :

a. Pemeriksaan subjektif pada pasien berkebutuhan khusus;

b. Pemeriksaan vital sign pada pasien berkebutuhan khusus;

c. Pemeriksaan obyektif pada pasien berkebutuhan khusus;

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut pada individu/ kelompok berkebutuhan

khusus;

e. Evaluasi,analisis,dan rekomendasi hasil penjaringan

f. Penilaian diet kariogenik;

g. Aplikasi detector caries;

h. Pengukuran konsistensi saliva

i. Melakukan pengukuran PH saliva.

Pokok Bahasan 2. Pelaksanaan Penegakan Diagnosa Keperawatan Gigi

Sub pokok bahasan :

a. Identifikasi diagnosa/masalah keperawatan gigi pada individu, kelompok/masyarakat

berkebutuhan khusus;

b. Evaluasi dan hasil analisis hasil identifikasi diagnosa/masalah

c. Rekomendasi hasil pemeriksaan resiko karies dalam rangka identifikasi diagnosis

hasil pemeriksaan resiko caries.

Pokok Bahasan 3. Penyusunan Rencana Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut

Pada Individu, Kelompok/ Masyarakat Berkebutuhan Khusus

Pokok Bahasan 4. Pelaksanaan Implementasi Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut

Sub pokok bahasan :

a. Komunikasi therapeutik

b. Pembersihan karang gigi

c. Perawatan pasca operasi pada rongga mulut

d. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada individu /kelompok berkebutuhan khusus

e. Konsultasi pada tenaga kesehatan lain

f. Evaluasi program kesehatan gigi dan mulut(UKGS)

g. Pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut

Pokok Bahasan 5. Pelaksanaan Dokumentasi Dan Evaluasi Pelayanan Asuhan

Keperawatan Gigi Dan Mulut

Sub pokok bahasan :

a. Pendokumentasian kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

b. Pengelolaan hasil pendokumentasian pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

c. Evaluasi hasil kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

d. Pengelolaan hasil evaluasi kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

Page 52: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

242

IV. METODE

1. Curah pendapat 2. CTJ 3. Simulasi 4. Observasi Lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang 2. Laptop 3. LCD 4. Flipchart 5. White board 6. Spidol (ATK) 7. Panduan Simulasi 8. Formulir pemeriksaan 9. Panduan OL 10. Kartu status 11. Data pelayanan asuhan keperawatan

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan

disampaikan.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan

menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub

pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

2. Materi pokok bahasan disampaikan dengan urutan sebagai berikut: pelaksanaan

pengkajian pada pasien, penegakan diagnosa keperawatan gigi, penyusunan rencana

pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut pada individu, kelompok/ masyarakat

berkebutuhan khusus, implementasi asuhan keperawatan gigi dan mulut serta

dokumentasi dan evaluasi pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut.

3. Materi disampaikan dengan metode curah pendapat,ceramah tanya jawab, simulasi

pengisian format pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut serta observasi

lapangan.

Page 53: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

243

Langkah 3. Penugasan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok dan meminta mereka untuk mengisi

format pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut sesuai kasus yang telah disiapkan

2. Hasil diskusi dituliskan dalam flipchart atau bahan tayang.

Langkah 4. Presentasi

Langkah pembelajaran:

1. Masing – masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan

teman yang lain dan fasilitator, kemudian kelompok yang lain memberikan tanggapan.

2. Fasilitator memberikan umpan balik dan mengarahkan hasil diskusi sesuai tujuan

pembelajaran.

Langkah 5. Rangkuman dan kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi

yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan

4. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengn mengucapkan terima kasih.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

PELAKSANAAAN PENGKAJIAN

Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah pelayanan keperawatan gigi dan

mulut yang terencana ditunjukkan kepada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam

kurun waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan

kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut kategori keahlian, termasuk jenjang ahli

pertama, dilakukan pada sasaran berkebutuhan khusus. Makna dari berkebutuhan khusus

disini terbagi dua, yaitu:

1. Makna sesungguhnya sasaran/ pasien berkebutuhan khusus.

Yaitu sasaran/ pasien dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan sasaran/pasien

pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau

fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan

gangguan kesehatan dan lain-lain. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK

memerlukan bentuk pelayanan kesehatan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan

dan potensi mereka.

Page 54: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

244

2. Sasaran/ pasien yang memiliki kebutuhan khusus akan perawatan kesehatan gigi.

Sasaran/ pasien ini adalah individu/kelompok yang memiliki kebutuhan khusus akan

perawatan dan pemeliharaan kesehatan giginya, baik karena kondisi fisik yang dilaminya

seperti pada lansia atau pada pasien dengan kasus spesialistik seperti perawatan

orthodonti, pra dan post bedah dan lain-lain.

Langkah pertama dalam melakukan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah

dengan melakukan pengkajian. Adapun langkah-langkah dalam melakukan pengkajian

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pemeriksaan subyektif melalui anamnesis (anamnesa) untuk mendapatkan

keluhan utama, informasi riwayat medical dan dental pasien yang lengkap

2. Melaksanakan pemeriksaan subyektif, obyektif

3. Menganalisa data yang di peoleh

4. Menegakan diagnose yang tepat dan rencana perawatan

A. Pemeriksaan subjektif pada pasien berkebutuhan khusus;

Pemeriksaan subyektif adalah pemeriksaan yang di dapat dari hasil tanya jawab baik

langsung ke pasien maupun ke keluarga pasien.

Keluhan utama adalah symptom subyektif atau masalah yang di utarakan pasien

dengan kata –kata sendiri, yang berhubungan dengan kondisi yang membuat pasien

berobat gigi yang didapat dari hasil anamnesis. Untuk pasien berkebutuhan khusus,

maka untuk menggali keluhan utama bisa dilakukan pada pendamping atau keluarga

pasien.

Pemeriksaan subjektif atau anamnesis merupakan langkah awal dalam melakukan

tindakan selanjutnya. Komponen anamnesis komprehensif mencakup:

1. Mencantumkan tanggal pengambilan anamnesis

2. Mengidentifikasi data pribadi pasien

3. Tingkat reliebilitas ( dapat dipercaya atau tidak)

4. Keluhan utama, merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainya yang paling

dominan sehingga mengakibatkan pasien melakukan kunjungan klinik

5. Anamnesis terpimpin, merupakan informasi yang lengkap, jelas detail, dan bersifat

kronologik terkait dengan keluhan utama yang dialami pasien. Gejala yang di dapat

harus memiliki karakteristik yang jelas (1) lokasi, (2) kualitas, (3) kuantitas atau

keparahan, (4) waktu yang mencakup awal, durasi, dan frekuensi , (5) keadaan

yang memicu terjadinya keluhan, (6) faktor lain yang memperberat atau

memperingan gejala, ( 7) gejala lain yang terkait dengan keluhan utama.

6. Riwayat penyakit dahulu

Dalam melakukan pemeriksaan subjektif/ anamnesis, terdapat beberapa proses yang

dapat dilakukan, yaitu:

1. Menyalami pasien dan menciptakan hubungan yang bersahabat

2. Mengundang cerita pasien

3. Menggunakan waktu seefektif mungkin

Page 55: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

245

B. Pemeriksaan vital sign pada pasien berkebutuhan khusus;

Pemeriksaan vitalsign adalah pemeriksaan yang terdiri dari pengukuran tensi darah, nadi,

suhu dan pernafasan.Berikut akan kita pelajari secara teknis bagaimana melakukan

pemeriksaan vital sign.

Pemeriksaan Tekanan Darah

Dalam melakukan pengukuran tekanan darah, terdapat beberapa cara yang bisa kita

lakukan, yaitu:

1. Pasien yang akan diukur tekanan darahnya harus dalam keadaan santai dan rileks.

2. Ikat kain tekanan darah pada bagian lengan atas kemudian tutup kunci kantup

tensimeter.

3. Pompa alat tersebut sampai milimeternya diatas 200.

4. Stetoskop bisa diletakan dibagian dalam siku-siku.

5. Setelah itu dengarkan baik-baik dan kunci tensimeter bisa dibuka secara perlahan-

lahan, jarum petunjuk tensimeter akan menunjukan angka tekanan darah pasien.

Masalah tekanan darah normal pada orang dewasa bisa dibagi menjadi dua yaitu tekanan

darah rendah dan tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut

hipertensi sangat berbahaya bagi kesehatan karena bisa mengakibatkan stroke bahkan

kematian. Sedangkan untuk tekanan darah rendah yang nilai tensi darahnya dibawah

normal bisa menimbulkan berbagai gejala yang akan membuat anda merasa tidak

nyaman.

Pemeriksaan Nadi

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya

diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan

tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada

belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan

denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.

Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang

berdasarkan systol dan gystole dari jantung.

Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

No Usia Kali per menit

1 Bayibaru lahir 140

2 Di bawah 1 th 110

3 1-6 bln 130

4 6-12 bln 115

5 1-2 th 110

6 2-6 105

7 6-10 95

8 10-14 85

9 14-18 82

10 Umur di atas 18 th 60-100

11 Usia lanjut 60-70

Page 56: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

246

Pemeriksaan nadi dapat dilakukan dengan cara dibawa ini:

1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah

satu tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda. Setelah itu,

barulah Anda mulai menghitung.

2. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.

Hasil pemeriksaan denyut nadi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Denyut nadi normal: 60 - 100/menit

Denyut nadi maksimal: 220

Umur Zone latihan (training zone; yaitu tingkat intensitas dimana Anda bisa

berolahraga): 70% - 85% dari denyut nadi maksimal.

Pengukuran Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh,

yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.

Suhu yang di maksud adalah “panas” atau “dingin” suatu substansi. Suhu tubuh adalah

perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang

hilang ke lingkungan luar.Panas yang diproduksi – pengeluaran panas = suhu tubuh.

Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim dan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu

manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relative konstans. Bagaimana

pun suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas

yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dpat

diterima berkisar dari 36⁰C sampai 38⁰C.Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam

rentang suhu yang relative sempit.

Tempat pengukuran suhu (oral, rectal, aksila, membran timpani, esophagus, arteri

pulmoner, atau bahkan kandung kemih ) merupakan salah satu faktor ang menentukan

suhu tubuh klien dalam rentang sempit ini. Untuk dewasa awal yang sehat rata-rata suhu

oral 37⁰C. Pada praktik klink, perawat mempelajari kisaran suhu dank lien individu. Tidak

ada nilai suhu yang berlaku untuk semua orang.

Pengukuran suhu tubuh ditunjukan untuk memproleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata

ang representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran.

Tempat pengukuran suhu inti merupakan indicator suhu tubuh yang lebih dapat

diandalkan daripada tempat yang menunjukan suhu permukaan. Suhu tubuh terbagi

dalam dua bagian sebgai berikut:

1. Suhu inti.

Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam seperti rongga abdomen dan

rongga pelvis.Suhu inti ini relative konstan. Suhu tubuh inti yang normal berada

dalam satu rentang suhu

2. Suhu permukaan.

Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan, dan lemak.Suhu

permukaan akan meningkat atau menurun sebagai respon terhadap lingkungan.

Page 57: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

247

Hasil pemeriksaan suhu tubuh menjadi salah satu indikator kondisi kesehatan seseorang.

Adapun suhu tubuh yang normal dari berbagai usia dan kelompok dapat digambarkan

sebagai berikut:

Usia Suhu (Celcius)

Baru lahir 36,8⁰

1 tahun 36,8⁰

5-8 tahun 37,0⁰

10 tahun 37,0⁰

Remaja 37,0⁰

Dewasa 37,0⁰

Lansia (>70 thn) 36,0⁰

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Usia

Bayi sangat di pengaruhi oleh suhu lingkungan dan harus di lindungi dari perubahan

suhu yang sangat ekstrim. Suhu tubuh anak akan terus bervariasi dibandingkan suhu

orang dewasa hingga menginjak pubertas atau masa remaja. Sebagai lansia terutama

mereka yang berusia diatas 75 tahun, beresiko mengalami hipotermia (suhu tubuh

dibawah 36 °C) karena berbagai alasan diantaranya:

Diet makanan yang tidak adekuat

Kehilangan lemak subkutan

Kurangnya aktifitas

Variasi diurnal (irama sirkadian)

Suhu tubuh normalnya akan berubah sepanjang hari, dengan perbedaan 1°C antara

pagi dan sore hari. Titik suhu tubuh tertinggi biasanya terjadi antara pukul 20.00 dan

24.00 dan titik suhu tubuh terendah saat tidur, yaitu pada pukul 04.00 dan jam 06.00.

2. Olahraga

Kerja berat dan olahraga yang keras dapat meningkatkan suhu tubuh hinga 38,3-40°C

apabila di ukur melalui rectal

3. Hormon

Wanita biasanya mengalami fluktuasi hormone lebih sering dari pada pria. Pada

wanita sekresi prpogensterone pada saat ovulasi akan meningkatkan suhu tubuh

sekitar 0,3- 0,6°C

4. Stress

Stimulasi pada system sarap simpatis dapat meningkatkan epinefrin dan norepunefrin

yang akan meningkatkan aktifitas metabolism basal dan produksi panas. Perawat

dapat memperkirakan bahwa klian yang sangat stres atau sangat cemas akana

mengalami peningkatan suhu karna alasan tersebut.

5. Lingkungan

Suhu tubuh yang ekstrem dapat mempengaruhi sitem pengaturan suhu tubuh

seseorang.

Page 58: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

248

Menghitung Pernapasan

Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung jumlah pernafasan

pasien dalam 1 menit.Pernafasan adalah peristiwa mengambil oksigen (menarik

nafas/inspirasi) danmengeluarkannya.

Melakukan perhitungan pernapasan dilakukan dengn menggunakan alat:

Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.

Pena dan buku catatan.

Catatan: Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi

pernafasan.

Hasil perhitungan pernapasan normal dalam setiap menit dapat dari berbagai kelompok

dan usia dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No Usia Kali permenit

1 Bayi 30-60

2 Tahun pertama 25-30

3 Tahun ke dua 20-26

4 14 tahun 20-30

5 Wanita dewasa 18-20

6 Laki-laki dewasa 16-18

7 50 tahun 14-16

8 70 tahun 12-14

C. Pemeriksaan obyektif pada pasien berkebutuhan khusus;

Pemeriksaan obyektif terdiri dari pemeriksaan extra oral danintra oralgigi geligi.

Pemeriksaan extra oral merupakan indikator keadaan menyeluruh pasien, ada tidaknya

demam, asimetri wajah, pembengkakan, diskolorisasi, warna kemerahan, bekas luka

ekstra oral atau sinus tract, pembengkakan kelenjar limfe fasial atau servical.

Pemeriksaan intra oral meliputi:

1. Jaringan lunak: melakukan pemeriksaan visual dan digital pada rongga mulut.

Pemeriksaan umumpada bibir, mukosa oral, pipi, lidah palatum, dan otot-otot.

Pemriksaan perubahan warna, inflamasi, ulserasi, dan pembentukan sinus tract pada

mukosa alveolar dan attached gingiva. Adanya sinus tract biasanya menunjukan

adanya pulpa necrotik/suppurative apical periodontitis atau abses periodontal.

2. Gigi geligi: pemeriksaan diskolorisasi,fraktus, abrasi, erosi, karies, restorasi yang besar

dan lain-lain. Test klinikal bisa dilakukan melalui pemeriksaan visual yang biasanya

menggunakan alat: kaca mulut dan ekplorer, yang berguna untuk memeriksa

karies,karies rekuren, keterlibatan pulpa, fraktur mahkota dankerusakan restorasi.

Pencatatan odontogram

Page 59: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

249

Langkah –langkah pemeriksaan intra oral adalah pemeriksaan status gigi

geligi.pemeriksaannya berupa test klinikal yang meliputi:

1. Pemeriksaan visual

Alat: kaca mulut dan eksplorer

Guna: memeriksa karies, karies rekuren,keterlibatan pulpa,fraktur mahkota dan

kerusakan restorasi

2. Test perkusi

Guna: menetukan adanya patosis pulpa dan jaringan periapikal

Cara: mengetuk permukaan insisal atau oklusal dengan ujung pegangan kaca

mulut yang diletakan paralel dengan sumbu/ aksis gigi

Hasil (+) tajam = inflamasi periapikal

Hasil (+) ringan –sedang = inflamasi periodontal ligamen

3. Test palpasi

Guna: menentukan adanya proses inflamasi yang sudah periapikal

Interpretasi: ( +) = inflamasi sudah mencapai tulang mukosa regio apikal gigi

Tehnik: melakukan tekanan ringan pada mukosa sejajar dengan apeks gigi.

4. Test vitalitas pulpa

Test vitalitas gigi hanya dapat memberikan informasi bahwa masih ada jaringan syaraf

yang mengantar impuls sensori,bukan menunjukan bahwa pulpa masih normal.

Stimulasi dentin secara langsung: tehnik harus dilakukan pada dentin yang

terbuka. karies harus di bersihkan dari debris terlebih dahulu kemudian lakukan

goresan dengan sonde pada dasar pulpa.

Test kavitas: lakukan preparasi pada dentin tanpa anestesi dan menggunakan bur

yang tajam. Gigi vital ada sensasi rasa sakit yang tajam. Bila tidaksakit berarti gigi

sudah non vital.

Test thermal dingin. Metode yang di gunakan es,CO2, ( es kering) , bahan

pembeku ( ethyl chloride)

Test thermal panas: metode yang digunakan gutta percha

Test mobiliti ,metoda dengan jari telunjuk diletakan dilingual gigi dantekan ujung

insisal atau bukaldengan pegangan kaca mulut secara bersamaan.

D. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut pada individu/ kelompok berkebutuhan khusus;

Secara umum tujuan diadakannya Penjaringan Kesehatan anak sekolah adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal dan secara khusus

bertujuan untuk mendeteksi dini masalah kesehatan anak didik, tersedianya data atau

informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik, maupun menjadi

pertimbangan dalam penyusunan program pembinaan kesehatan sekolah.Langkah–

langkah penjaringan:

1. Dinas kesehatan kabupaten menugaskan kepada puskesmas untuk melaksanakan

penjaringan kesehatan gigi peserta didik di wilayah kerjanya.

Page 60: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

250

2. Dinas kesehatan kabupaten melaksanakan koordinasi dengan lintas sektoral

terkait ( dinas pendidikan dan kementerian agama kabupaten untuk memberikan

informasi ke sekolah terkait penjaringan kesehatan gigi antara lain:

a) Kesepakatan penjaringan kesehatan anak sekolah

b) Identifikasi kebutuhan operasional ( tenaga, sarana, dana dan lain-lain)

c) Persiapan pelaksanaan: jumlah sekolah, jumlah peserta didik

3. Selanjutnya koordinasi TK kecamatan oleh kepala puskesmas dengan tim pembina

UKS di kecamatan dan kepala sekolah: inventarisasi data jumlah sekolah, jumlah

peserta didik,rencana kerja, jadwal, tenaga pelaksana dan pelaksanaan kegiatan.

4. Koordinasi tingkat sekolah: tenaga kesehatan puskesmas hadir pada saat MOS

disekolah: sosialisasi penjaringan kesehatan kepada guru, peserta didik kelas 1

penyuluhan kesehatan.

5. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan penjaringan kesehatan dilaksanakan.

Dari pelaksanaan penjaringan kesehatan, akan didapatkan data tentang situasi/kondisi

kesehatan gigi dan mulut peserta didik baru, sebagai bahan intervensi selanjutnya. Status

kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang dapt dilihat dari hasil penjaringan

diantaranya adalah index DMF-T/def-t, OHI-S, PTI dan lain-lain. Untuk anak usia 12 tahun

hasil penjaringan tersebut dapat dibandingkan dengan indikator kesehatan gigi dan mulut

yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan, yaitu bahwa kondisi kesehatan gigi dan

mulut di nyatakan baik apabila anak usia 12 tahun memiliki:

1. IndexDMF-T < 3

2. OHIS < 1,2 (kriteria baik)

3. PTI (F/DMF-T) > 50%

Adapun penjelasan point- point di atas adalah sebagai berikut;

1. DMF – T adalah ukuran untuk tingkat keparahan dari kerusakan gigi geligi dengan

kriteria sebagai berikut.

a. D (decay) = gigi karies

b. M(missing) = gigi yang di cabut karna karies

c. F (filling) = gigi yang sudah di tumpat/di tambal

d. T (teeth) = gigi

2. OHIS (Oral Hygiene Index Symplified)

Nilai / skor yang menggambarkan status kebersihan gigi dan mulut seseorang.Dalam

melakukan pemeriksaan OHI-S terdapat gigi indeks yang akan dilakukan pengukuran

menurut Greene&Vermillion, yaitu:

Gigi 16 pada permukaan bukal

Gigi 11 pada permukaan labial

Gigi 26 pada permukaan bukal

Gigi 36 pada permukaan lingual

Gigi 31 pada permukaan labial

Gigi 46 pada permukaan lingual

Page 61: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

251

Melalui pemeriksaan OHI-S kita akan melihat nilai debris dan calculus pada gigi

seseorang. Adapun nilai/ skor dari pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

a. Debris indek

Adalah Skor dan endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang

melekat pada gigi penentu.

Skor Kondisi

0 Tidak ada debris atau stain

1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal atau

terdapat stain ekstrinsik dipermukaan yang diperiksa

2 Plak menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang

diperiksa

3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa

b. Kalkulus indek

Adalah skor dari endapan keras (karang gigi) yang terjadi karena debris yang

mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.

Skor Kondisi

0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan

servikal yang diperiksa

2 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3

permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus

subgingiva di sekeliling servikal gigi

3 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada

kalkulus subginggiva yang kontinu disekeliling servikal gigi.

c. Kriteria OHI-S

Kriteria Nilai

Baik 0 – 1,2

Sedang 1,3 – 3,0

Buruk 3,1 – 6,0

3. PTI (perpormance treathment Index)

Jumlah gigi yang mendapatkan penambalan di banding dengan jumlah yang

mengalami kerusakan, hilang dan perbaikan

Page 62: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

252

E. Evaluasi,analisis,dan rekomendasi hasil penjaringan

Evaluasiadalah proses penilaian dalam sebuah organisasi/ institusi. Evaluasi dapat

diartikan sebagai proses pengukuran akan evektivitas strategi yang digunakan dalam

upaya mencapai tujuan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan

digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya.

Proses evaluasi

Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas

yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi

diadakan, mengapa perlu diadakan evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak

yang mengadakan evaluasi. Hal yang perlu dilakukan evaluasi tersebut adalah

narasumber yang ada, efektifitas penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat dan

pengambilan keputusan anggaran dalam mengadakan sejumlah promosi dan periklanan.

Evaluasi tersebut perlu diadakan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan

perhitungan pembiayaan, memilih strategi terbaik dari berbagai alternatif strategis yang

ada, meningkatkan efisiensi iklan secara general, dan melihat apakah tujuan sudah

tercapai. Di sisi lain, perusahaan kadang-kadang enggan untuk mengadakan evaluasi

karena biayanya yang mahal, terdapat masalah dengan penelitian, ketidaksetujuan akan

apa yang hendak dievaluasi, merasa telah mencapai tujuan, dan banyak membuang

waktu.

Pengertian Analisis

Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih

mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan.

Rekomendasi adalah memberitahukan kepada seseorang atau lebih bahwa sesuatu yang

dapat dipercaya, dapat juga merekomendasikan diartikan sebagai menyarankan,

mengajak untuk bergabung, menganjurkan suatu bentuk perintah.

Setelah dilakukan penjaringan kesehatan, maka diperlukan tahapan lanjutan agar hasil

penjaringan dapat memberikan manfaat atau informasi menarik sebagai dasar

perencanaan. Yang pertama adalah mengavaluasi pelaksanaan penjaringan, apakah

sudah sesuai dengan jadwal, tujuan serta rencana kerja yang ditetapkan. Setelah itu

maka harus dilakukan analisis dari hasil rekapitulasi penjaringan tersebut, apakah sudah

semua siswa dilakaukan penjaringan, bagaimana status kesehatan gigi dan mulutnya,

berapa persen yang terkena karies, berapa persen yang perlu perawatan dan lain-lain.

Terakhir adalah melakukan rekomendasi atas hasil penjaringan tersebut, baik kepada

siswa, orang tua, pihak sekolah, pihak puskesmas dan bahkan Dinas Kesehatan untuk

melakukan langkah-langkah penanganan hasil penjaringan.

F. Penilaian Diet Kariogenik;

Pengertian diet kariogenik:

Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.

Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah

hancur di dalam mulut. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies

gigi ada kaitanya dengan pembentukan plak. Plak terbentuk darisisa makanan yang

melekat di gigi dan ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam

Page 63: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

253

sampai PH 4,5.Penilaian diet kariogenik adalah suatu analisa dengan cara wawancara

dan menyimpulkan hasil dari penilaian diet caries.

Kariogenitas suatu makanan tergantung:

1. Bentuk fisik

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah

hancur.

Mikroorganisme yang aktif menyebabkan karies gigi adalah: streptococcus mutans,

streptococcus sanguis, streptococcus salivarius.

Karbohidrat yang dapat menyebabkan karies dentis bersifat:

Ada dalam diet dalamjumlah yang berarti

Siapdifermentasi oleh bakterikariogenik

Larut secara perlahan-lahan dalammulut

2. Jenis

Karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida,

disakarida, monosakarida, dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang

lebih efesien terhadappertumbuhan mikroorganismeasidogenik dibanding

karbohidrat lain.

3. Frekuensi konsumsi

Frekuensi makandan minum tidak hanya menentukan timbulnya erosi tetapi juga

kerusakan karies.

Hal-hal yang dapat meningkatkan karies gigi adalah

Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas karies

Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah jika di konsumsi

dalambentukyang lengket

Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan makanan yang

manis dan lengket di tingkatkan

Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan

Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan makananan yang

manis dan lengket dari bahan makanan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya karies:

Host: tuan rumah email gigi

Agen: mikroorganisme sterptococus mutan

Substrat: diet, kencenderungan makan makanan yang manis-manis

Waktu: secara umum karies berjalan dari 6 - 48 bulan

G. Aplikasi detector caries;

Adalah suatu proses pengukuran faktor risiko karies pada individu/ kelompok/

masyarakat untuk mengetahui berapa besar resiko terjadinya karies sehingga dapat

dilakukan upaya-upaya pencegahan.

Karies manajemen dengan penilaian risiko termasuk mendeteksi karies lesi pada tahap

awal klinis mungkin (idealnya sebelum kavitasi) untuk menghentikan atau membalikkan

Page 64: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

254

karies memproses dengan remineralisasi dan modifikasi biofilm dan penggunaan

minimal invasif gigi melestarikan teknik restoratif jika kavitasi harus terjadi.

Risiko karies pada setiap orang memang tidak sama, bahkan tidak tetap seumur hidup

oleh karena hal ini dapat berubah apabila pasien melakukan tindakan pencegahan karies

baik oleh dirinya sendiri maupun yang dilakukan tenaga kesehatan. Manfaat dilakukan

pemeriksaan faktor risiko adalah bahwa tindakan pencegahan dapat ditujukan langsung

kepada orang yang mempunyai risiko tinggi terhadap karies. Oleh karena itu, dalam

upaya menjalankan pencegahan, setiap dokter gigi perlu mengetahui tentang status

risiko pasiennya sehingga mereka dapat menentukan apakah pasien berisiko tinggi atau

rendah. Setelah itu baru ditentukan diagnosis dan rencana perawatan yang sesuai

dengan kondisi pasien sehingga diharapkan tidak akan timbul lagi karies di masa yang

akan datang.

H. Pengukuran konsistensi saliva

Pengertian Saliva

Saliva adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar-kelenjar ludah

tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-langit. Saliva

mengandung 99,5% air dan 0.5% bermacam-macam yaitu ada zat-zat seperti kalsium (zat

kapur), fosfor, natrium, magnesium dan lain-lain. Mucyn adalah bahan yang dapat

menyebabkan sifat air menjadi kental dan licin. Sedangkan amylase adalah enzim yang

dapat memecah zat tepung menjadi zat tepung lainnya yang lebih halus dengan tujuan

mencernanya, sehingga nantinya dapat diserap oleh didnding usus halus. Enzim adalah

bahan yang dapat atau memang bertugas untuk mempercepat suatu reaksi bahan

seperti halnya memecah bahan lain, tetapi kandungan dan sifat dari enzim itu sendiri

tidak berubah dari aslinya (Ircham, dkk, 1993).

Fungsi Saliva

Saliva dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan berbagai cara, yaitu:

1. Pembersihan mekanis, yang dapat menghasilkan pengurangan akumulasi plak.

2. Pelumuran elemen gigi geligi, yang akan mengurangi keausan oklusi yang

disebabkan oleh daya pengunyahan.

3. Pengaruh buffer, sehingga naik-turunnya derajat keasaman (pH) dapat ditekan dan

dikalsifikasi elemen gigi dapat dihambat.

4. Agresasi bakteri yang dapat merintangi kolonisasi mikroorganisme.

5. Aktivasi anti bakterial sehingga menghalang-halangi pertumbuhan bakteri

Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisamakanan

di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak tersebut berusia 10

tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanyaumur,

beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Padaindividu

yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secarasignifikan.

Pengukuran konsistensi saliva pada pasien dapat dilakukan dengan cara: menekan dasar

mulut dengan kaca mulut terus di angkat keatas. Apabila saliva tidak terangkat berarti

saliva encer dan apabila terangkat mengalir berarti kental.

Page 65: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

255

Saliva yang normal adalah yang tidak kental sehingga mirip seperti air, sedangkan saliva

yang kental dan banyak buih mengindikasikan bahwa ada kelainan pada kekentalan

saliva.

Kriteria Kekentalan/ Viskositas Saliva.

a. Kriteria Baik (watery/ clear) jika saliva:

Bening

Cair

Tidak berbusa, bila berbusa tapi masih mengalir seperti air masih dikatakan

normal

Bila gelas dimiringkan, saliva langsung mengalir cepat seperti air

b. Sedang (frothy/ bubly) jika Saliva:

Putih

Berbusa

Bila gelas dimiringkan, saliva langsung mengalir perlahan

c. Buruk, jika saliva:

Lengket

Putih

Berbusa

Bila gelas dimiringkan, saliva hampir tidak mengalir

I. Melakukan pengukuran PH saliva.

PH Saliva

Keasaman saliva dapat diukur dengan satuan pH. Skala pH berkisar 0-14, dengan

perbandingan terbalik, di mana makin rendah nilai pH makin banyak asam dalam larutan.

Sebaliknya, meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa dalam larutan. Pada pH 7,

tidak ada keasaman atau kebasaan larutan, dan disebut netral. Air ludah secara normal

sedikit asam pHnya 6,5; dapat berubah sedikit dengan perubahan kecepatan aliran dan

perbedaan waktu dalam sehari, titik kritis untuk kerusakan gigi adalah 5,7; dan ini

terlampaui sekitar 2 menit setelah gula masuk dalam plak (Bestford, 1996).

Menurut Amerongen (1991) derajat asam saliva dipengaruhi oleh perubahan seperti:

1. Irama siang dan malam

2. Diet kaya karbohidrat akan menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-

bakteri mulut dan menurunkan kapasitas buffer, sedangkan diet kaya protein

mempunyai efek menaikkan karena protein sebagai sumber makanan bakteri.

3. Perangsang kecepatan sekresi saliva, misalnya mengunyah permen karet dan

menaikkan kapasitas buffer.

Syarat- syarat sebelum pengukuran PH saliva:

Tidak diperbolehkan untuk makan dan minum , sikat gigi, merokok, selama 1 jam

sebelum pemeriksaan

Waktu ideal pengukuran jam 09.00-11.00

Page 66: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

256

Faktor yang mempengaruhisaliva

Kadar fosfat dan kasium dalam saliva

Banyaknya bakteri streptococus mutan dalam mulut

Merokok

Pengukuran PH Saliva dengan Kertas Lakmus

perendaman kertas dalam saliva selama 10 detik

lihat perubahan warna

merah: asam ph 5

hijau: basa ph 7,8

Pokok Bahasan 2.

PELAKSANAAN PENEGAKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI

A. Identifikasi diagnosa/masalah keperawatan gigi pada individu,

kelompok/masyarakat berkebutuhan khusus;

Diagnosa keperawatan gigi merupakan keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat gigi secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,

Page 67: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

257

menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien ( carpenito,

2000; Gordon,1976 dan NANDA). Diagnosa keperawatan memberikan terapi yang

pasti dimana perawat bertanggung jawab di dalamnya (kim et al, 1984)

Komponen diagnosa keperawatan gigi ada tiga (3) komponen yang esensial

dalamdiagnosa keperawatan yang telah di rujuk sebagai bentuk PES ( Gordon, 1987).

’P’ diidentifikasi sebagai problem/ masalah kesehatan, ’E’ menunjukan etiologi

/penyebab dari problem, ’S’ menggambarkan signs/sekelompok tanda dan gejala atau

apa yang dikenal sebagai batasan karakeristik. Ketiga bagian ini dipadukan dalam

suatu peryataan denganmenggunakan yang berhubungandengan: problem yang

berhubungan dengan etiologi dibuktikan oleh tanda-tanda dan gejala ( batasan

karakteristik). Daripemeriksaan ini akan didapat daftar masalah setelah melakukan

pengkajian sehingga di ketahui diagnosa / masalah keperawatan gigi.

Diagnosa keperawatan gigi adalah proses identifikasi perilaku kesehatan klien

(pasien) serta masalah-masalah aktual dan potensi-potensi masalah kesehatan gigi di

mana perawat gigi dapat melakukan perawatannya.Formulasi diagnosa keperawatan

gigi menurut wilkins (2005) adalah sebagai berikut:

• Fokus pada kebutuhan pasien

• Menguraikan masalah-masalah aktual dan juga potensi-potensi masalah (faktor

risiko) yang dapat dicegah, diminimalisir, atau dihilangkan dengan perawatan

mandiri ataupun rujukan (kerjasama dengan dokter gigi)

• Merupakan identifikasi kondisi pasien atau potensi-potensi timbulnya risiko

masalah/penyakit pada pasien

• Menguraikan Secara Detail (Khusus) Faktor-faktor Yang Dapat Menyebabkan

Terjadinya Masalah/Penyakit Tersebut, Termasuk Di Dalamnya: Faktor

Lingkungan, Fisiologis,psikologis, Sociokultural, Kepercayaan Yang Berkaitan

Dengan Kondisi Kesehatan Giginya

• Memperlihatkan Masalah Dan Penyebabnya

Contoh formulasi menurut wilkins:

MASALAH

Penyebab (Faktor2 risiko dan etiology

Bau Mulut (Halitosis) Sehubungan dengan Penumpukan plak dalam rongga mulut

Abrasi di daerah servikal

Sehubungan dengan Cara menyikat gigi yang tidak tepat

Karies Sehubungan dengan Penumpukan plak yang tidak dibersihkan, kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi

Pendarahan pada gusi

Sehubungan dengan Penumpukan plak diseputar margin gingiva

Page 68: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

258

Diagnosa kesehatan gigi dan mulut bagi perawat gigi:

1. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kesan wajah yang sehat (adanya pernyataan/ ekspresi ketidak puasan terhadap penampilan diri sendiri sehubungan dengan kondisi: *)

Gigi geligi / Gingiva / Profil Wajah / Nafas

Lain – lain …………….

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari rasa nyeri pada leher dan kepala akibat adanya:

sakit, nyeri, linu, pada extra/ intra oral

lain – lain ……………….

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari kecemasan/ stress (Pasien mengeluh/ terlihat):

Cemas terhadap pemeriksaan / perawatan yang akan dilakukan

Adanya kebiasaan buruk seperti bruxism/ menggigit benda, mengkonsumsi obat-obatan/ narkoba

4. Tidak terpenuhinya kondisi biologis gigi geligi yang baik (terlihat adanya/pasien melaporkan):

kesulitan mengunyah

gigi palsu/ pesawat orto yang tidak baik

tambalan yang tidak baik

gigi karies/ kelainan

gigi hilang

abrasi/ erosi

5. Integritas (keutuhan) jaringan kulit, mukosa dan membrane pada leher dan kepala (terlihat adanya):

Lesi extra/ intra oral, pembengkakan, radang gusi, perdarahan gusi, poket gusi > 4mm, xerostomia, lain – lain ………..

6. Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk bertanggung jawab akan kesehatan gigi dan mulutnya sendiri:

adanya plak dan kalkulus (kebersihan gigi dan mulut yang buruk)

tidak adanya pengawasan/ pendidikan dari orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut

tidak pernah memeriksakan gigi dan mulut

7. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari risiko kesehatan gigi dan mulut:

Adanya potensi luka/ trauma, risiko pekerjaan, lain –lain ……….

8. 8. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan pengetahuan/ pemahaman akan kesehatan gigi dan mulut yang baik:

tidak mengetahui pentingnya kesehatan gigi dan mulut

B. Evaluasi dan hasil analisis hasil identifikasi diagnosa/masalah

Dari hasil identifikasi diagnose/ masalah keperawatan gigi dilakukan evaluasi. Sebagai

proses pengukuran akan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai

tujuan.Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai

analisis penentuan implementasi/tindakan berikutnya

Page 69: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

259

C. Rekomendasi hasil pemeriksaan resiko karies dalam rangka identifikasi diagnosis

hasil pemeriksaan resiko caries.

Analisis resiko karies dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penilaian diet kariogenik

2. Aplikasi detector caries

3. Pengukuran konsistensi saliva

4. Pengukuran PH saliva

Dari beberapa tahapan diatas, maka akan didapatkan beberapa kesimpulan

berkenaan dengan analisis resiko karies pada pasien yang dilakukan pemeriksaan.

Adapun beberapa hasil dari pemeriksaan analisis resiko karies adalah sebagai

berikut:

FAKTOR RISIKO

RISIKO TINGGI RISIKO RENDAH

Plak Plak banyak, berarti banyak bakteri yang dapat memproduksi asam (pH rendah, demineralisasi)

Plak sedikit, jumlah bakteri yang memproduksi asam juga berkurang, oral higiene baik

Bakteri Bakteri kariogenik banyak, sehingga menyebabkan pH rendah, plak mudah melekat

Bakteri kariogenik sedikit

Pola makan Konsumsi karbohidrat tinggi terutama sukrosa, makanan yang mudah melekat pH rendah dalam waktu lama

Konsumsi karbohidrat rendah, dan diet makanan yang tidak mudah melekat

Sekresi saliva

Aliran saliva berkurang mengakibatkan gula bertahan dalam waktu lama daya proteksi saliva menurun

Sekresi saliva yang optimal, sehingga dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan

Bufer saliva

Bufer saliva rendah akan mengakibatkan pH rendah dalam waktu lama

Kapasitas bufer yang optimal, pH rendah hanya sementara

Fluor Tidak ada pemberian fluor remineralisasi berkurang

Mendapat aplikasi fluor sehingga remineralisasi meningkat

Pokok Bahasan 3.

PENYUSUNAN RENCANA PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA

INDIVIDU, KELOMPOK/ MASYARAKAT BERKEBUTUHAN KHUSUS.

Setelah diketahui diagnosa/ masalah keperawatan gigi segera di susun rencana pelayanan

apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut baik promotif, preventif

maupun kuratif sederhana, kemudian waktu yang diperlukan serta alat bahan yang di

gunakan.

Page 70: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

260

Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah

pada gigi pasien. Jenis perencanaan yang dilakukan dapat mempertimbangkan hal-hal

dibawah ini:

1. Tindakan promotif terdiri dari penyuluhan dan membimbing cara menyikat gigi yang

benar

2. Preventif terdiri dari pembersihan karang gigi,oral propilaksis, pengolesan larutan

fluor, dan fissure sealant.

3. Tindakan kuratif sesuai kompetensi perawat gigi yaitu meliputi penambalan gigi 1

bidang dan 2 bidang, serta pencabutan gigi susu dan gigi permanent akar tunggal.

Apabila di temukan kasus yang memerlukan perawatan diluar kompetensi perawat

gigi, maka pasien harus di rujuk ke dokter gigi.

Dalam melakukan penyusunan rencana kerja, ada beberapa langkah-langkah pelaksanaan

pelayanan asuhan yang dapat dipertimbangkan, yaitu:

1. Menentukan kelompok sasaran, sesuai kebijaksanaan program kesehatan gigi dan

mulut

2. Konsultasi dengan pimpinan

3. Mengadakan pendekatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait

4. Melakukan pengumpulan data

5. Analisa data dan informasi untuk membuat rencana kerja

6. Menyusun rencana kerja dan konsultasi dengan unsur kerja

7. Melaksanakan pelayanan asuhan

8. Pemantauan kegiatan pelayanan asuhan

9. Penilaian

10. Pembinaan dan pengembangan

Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana perawatan adalah sebagai berikut:

• Ditujukan Untuk Memenuhi Kebutuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pasien (Klien)

• Berdasarkan Keseluruhan Data Yang Dikumpulkan Pada Waktu Proses Pengkajian

Pokok Bahasan 4.

PELAKSANAAN IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

Pengertian implementasi adalah melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah di tentukan

dari diagnosa /masalah keperawatan gigi yang ada. Hal yang harus diperhatikan dalam

melaksanakan intervensi/implementasi asuhan keperawatan gigi adalah:

• Prinsip: Evidence Based / Berbasis Bukti

• Ditujukan Untuk Memenuhi Kebutuhan Klien/Pasien Sesuai Dengan Diagnosa Yang

Ditetapkan

• Dilaksanakan Dengan Tiga (Salah Satu Atau Tiga-tiganya) Kategori Intervensi:

Tindakan Klinis

Konseling

Intruksi?Intervensi Perawatan Di Rumah

Page 71: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

261

Implementasi atau intervensi yang dilakukan perawat gigi ahli pertama adalah sebagaai

berikut:

A. Komunikasi therapeutik.

Adalah komunikasi yang dilakukan untuk mengkondisikan pasien mengerti bahwa

dirinya bermasalah dan siap untuk mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

Komunikasi terapeutik dapat juga diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan

perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan

patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi

terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam

memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman

belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.

Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut

memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya suatu

hubungan interaksi yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan

hubungan sosial. Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong

(helping relationship) antara perawat-klien. Hubungan ini dibangun untuk

keuntungan klien, sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi kebutuhan

kedua belah pihak

Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib

dilakukan dan diharapkan akan akan memberikan kontribusi dalam melakukan

pelayanan kesehatan/keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti

menjadikan diri perawat sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan

dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai sarananya

Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan

mempertahankan hubungan yang terapeutik:

Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,

didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.

1. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang

keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.

2. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun

penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan

harga diri klien.

3. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih

dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative

pemecahan masalahnya.

Beberapa prinsip komunikasi terapeutik adalah:

1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.

2. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.

3. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.

4. Kerahasiaan klien harus dijaga.

5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.

Page 72: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

262

6. memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian

tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.

7. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar

rasional.

8. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari

perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang

sangat menarik klien.

9. Implementasi intervensi berdasarkan teori.

10. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai

tujuan terapeutik.

B. Pembersihan karang gigi:

Tindakan mengambil/mengangkat endapan/kotoran/ plak yang dibiarkan lama hingga

mengalami mineralisasidan melekat erat pada permukaan gigi. Pembersihan karang

gigi bertujuan untuk:

1. Mencegah bau mulut

2. Mecegah terjadinya radang gusi

3. Mencegah gigi goyang

4. Menambah percaya diri

5. Mengembalikan fungsi pengunyahan

Prosedur

1. Persiapan alat

a. Set diagnostik

b. Scaler manual

c. Scaler Ultrasonik

d. Contra angle low speed

2. Persiapan bahan dan obat

a. Sarung tangan

b. Masker

c. Gelas kumur

d. Sution tip dispossible

e. Brush nilorr

f. Povidine iodine 10%

g. Chlorhexidine 5%

h. Pumice/pasta prophylaksis

3. Pelaksanaan Tindakan

a. Ucapkan salam dan perkenalkan diri

b. Pastikan identitas pasien

c. Lakukan anamnesa

d. Lakukan pengukuran tanda – tanda vital

e. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan

f. Lakukan persetujuan tindakan asuhan keperawatan gigi.

g. Pasang slaberche pada pasien.

h. Pakai masker

Page 73: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

263

i. Cuci tangan

j. Pakai sarung tangan

k. Siapkan alat-alat dan dekatkan pasien

l. Persilahkan pasien berkumur chlorhexidine 5%.

m. Lakukan pembersihan karang gigi per rahang dimulai dari rahang atas

terlebih dahulu kemudian rahang bawah.

n. Lakukan penyikatan dan pemolesan menggunakan brush nilorr yang telah

dibubuhi pumice.

o. Pasien diminta berkumur menggunakan obat kumur yang mengandung

chlorhexidine 5%.

p. Bersihkan area kerja intra dan ekstra oral

q. Rapihkan peralatan dan lakukan dekontaminasi untuk selanjutnya dilakukan

proses sterilisasi.

r. Buang sampah infeksius ke dalam plastik kuning dan sampah non infeksius

ke dalam plastik hitam. B3( bahan berbahaya dan beracun) ke dalamp lastik

coklat. Bahan sitostatika kedalam kantong ungu. Bahan daur ulang ke plastic

putih

s. Cuci tangan setelah berkontak dengan pasien dan area pelayanan.

t. Berikan pendidikan kesehatan gigi dan ucapkan terimakasih.

u. Dokumentasikan pada catatan perawat

C. Perawatan pasca operasi pada rongga mulut

Perawatan pasca operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penggantian verban pada bekas luka operasi secara rutin

2. Penggantian drain

Intruksi untuk tindakan mandiri pasien tapi dalam pengawasan petugas

1. Makan pada sisi yang tidak dilakukan tindakan

2. Memantau luka post operasi setiap habis makan (mencegah sisa makanan terjebak

atau tertinggal)

3. Bila Perlu lakukan spooling (bisa dengan larutan iodine / clorheksidin)

4. Bila keadaan tidak memungkinkan untuk menyikat gigi, gunakan kassa yg telah

dibasahi air putih matang dan dililitkan ke jari telubjuk tangan kanan ybs dengan

gerakan layaknya menyikat gigi (gerakan maju mundur dan memutar)

5. Menyikat gigi minimal 2x sehari (sehabis makan pagi dan sebelum tidur)

6. Kontrol kembali sesuai instruksi dokter

D. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada individu /kelompok berkebutuhan khusus

Penyuluhan kesehatan gigi adalah upaya-upaya yang di lakukan untuk merubah

perilaku seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sedemikian rupa sehingga

mempunyai kemampuan dan kebiasaan berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan

gigi.

Page 74: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

264

Tata Cara Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengertiannya adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengubah perilaku

seseorang, sekolompok orang atau masyarakat sedemikan rupa sehingga mempunyai

kemampuan dan kebiasaan berperilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi.

Maksudnya:

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan gigi.

2. Membangkitkan kemauan dan membimbing masyarakat dan individu untuk

meningkatkan dan melestarikan kebiasaan memelihara diri dalam bidang

kesehatan gigi dan mulut sehingga:

a. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut sendiri dan keluarga.

b. Mampu menjalankan upaya untu mencegah terjadinya penyakit gigi dan

mulut, serta menjelaskan kepada keluarganya tentang memelihara kesehatan

gigi.

c. Mampu mengenal keahlian dalam mulut sedini mungkin kemudian mencari

sarana pengobatan yang tepat dan benar.

Persiapan :

1. Identifikasi masalah.

2. Pendekatan dengan tokoh masyarakat.

3. Menyiapkan jadwal penyuluhan.

4. Menentukan metode penyuluhan.

5. Menyiapkan materi penyuluhan dan alat peraga.

Pendekatan:

1. Pendekatan langsung. Petugas berhadapan secara langsug dengan sasaran.

2. Pendekatan tak langsung. Petugas tidak langsung berhadapan dengan sasaran,

sasaran dapat diberi penyuluhan melalui poster atau alat bantu atau alat peraga

lainnya seperti leaflet, booklet.

Pelaksanaan:

1. Mengumpulkan sasaran.

2. Penyuluhan dan demonstrasi khusus sesuai topic

3. Evaluasi hasil penyuluhan : Tanya jawab dan kuisioner

E. Penerimaan konsultasi dari tenaga kesehatan lain

Pengertian konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan

(nasihat, saran,dsb) yang sebaik-baiknya. Konsultasi kesehatan adalah perundingan

antara pemberi dan penerima kesehatan yang bertujuan mencari penyebab timbulnya

penyakit dan menentukan cara pengobatanya.

Perawat gigi ahli sesuai kewenangannya dapat menerima konsultasi dari tenaga

kesehatan lain yang memerlukan. Selanjutnya perawat gigi ahli dapat memberikan

bimbingan dan masukan atas berbagai permasalahan kesehatan gigi dan mulut pasien

dengan tujuan agar dapat mengatasi penyakit gigi dan mulutnya dan dapat mencegah

terjadinya penyakit gigi dan mulut

Page 75: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

265

F. Evaluasi Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang

ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta

didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa

upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi

dan mulut.

Tujuan umum pelaksanaan UKGS adalah tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut

peserta didik yang optimal, sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik dalam memelihara

kesehatan gigi dan mulut.

2. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya promotif-

preventif.

3. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta didik yang

memerlukan

Ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan

Sekolah (TRIAS UKS) yang meliputi; pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan

pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat maka ruang lingkup UKGS yaitu:

1. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan gigi dan mulut yang meliputi:

a. Pemberian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

b. Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan

mulut.

c. Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar dapat di

implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk:

a. Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut peserta didik;

b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan;

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut;

d. Perawatan kesehatan gigi dan mulut;

e. Rujukan kesehatan gigi dan mulut.

3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara masyarakat sekolah

(guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat).

Pelaksanaan UKGS sampai saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan, hal

tersebut dapat dilihat dari status kesehatan gigi dan mulut siswa. Untuk itu perlu

dilakukan evaluasi pelaksanaan UKGS baik dari sisi manajemen maupun teknis

pelaksanaannya. Salah satu hal penting yang dapat dijadikan evaluasi adalah indikator-

indikator yang menjadi target pelaksanaan UKGS sebagai berikut:

1. TARGET JANGKA PENDEK 2014

a. Penjaringan kelas 1 pada awal tahun ajaran tercapai 100%

b. Prevalensi bebas karies pada M1 sebanyak 50%

c. Penyuluhan dilaksanakan satu kali pertriwulan 80% SD

d. Kegiatan sikat gigi bersama dilaksanakan setiap hari di sekolah di 50% SD

Page 76: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

266

2. TARGET JANGKA PANJANG 2020

a. Angka bebas karies (gigi bercampur) umur 6 tahun =>50%

b. Angka bebas karies kelas 6 = 70%.

c. DMF-T usia 12 tahun =< 1

d. PTI =50%

e. Angka Dentally Fit kelas 6 =>85%

G. Pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut

Pelatihan Kader adalah proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan

gigi dan mulut kepada kader kesehatan (guru, dokter kecil, kader posyandu) agar

mereka dapat berperan serta aktif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan

pencengahan penyakit gigi.

Maksudnya agar kader mampu dan mau:

1. Memberikan peyuluhan dan memotivasi masyarakat untuk dapat berprilaku sehat.

2. Melakukan deteksi dini.

3. Melakukan pengobatan darurat sederhana.

4. Mampu melakukan rujukan.

Persiapan:

1. Menghubungi lintas program dan lintas sektor terkait.

2. Menyusun materi pelatihan sesuai sasaran.

3. Menyesuaikan jadwal kegiatan dengan pelatihan terpadu.

Pelaksanaan :

1. Memberikan materi pelatihan mengenai kesehatan gigi, dan

2. Memberikan demonstrasi atau simulasi.

Evaluasi :

1. Pada waktu pelatihan, berupa tanya jawab

2. Setelah selesai pelatihan, berupa moitoring, supervise, kuesioner, pre-tes, dan pos-

tes.

Rencana aksi pelatihan kader adalah kegiatan Pelatihan KPM dengan tujuan agar

meningkatnya kemampuan dan kemandirian Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)

dalam pelaksanaan pembangunan partisipatif. Aktifitas yang dipersiapkan adalah

sebagai berikut:

1. Rapat Persiapan Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat

2. Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat

3. Rapat Evaluasi Paska Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat

4. Rapat Persiapan Temu Karya Kader Pemberdayaan Masyarakat

5. Temu Karya Kader Pemberdayaan Masyarakat

6. Rapat Evaluasi Paska Temu Karya Kader Pemberdayaan Masyarakat

7. Rapat Persiapan Pertemuan Pengurus

8. Pertemuan Pengurus

9. Rapat Evaluasi Pertemuan Pengurus

10. Rapat Persiapan Penilaian Kader Pemberdayaan Masyarakat Berprestasi

11. Rapat Evaluasi Penilaian Kader Pemberdayaan Masyarakat Berprestasi

Page 77: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

267

12. Terpilihnya 3 KPM Berprestasi

13. Monitoring & Evaluasi pasca Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat

Pokok Bahasan 5.

PELAKSANAAN DOKUMENTASI DAN EVALUASI PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN

GIGI DAN MULUT

A. Pendokumentasian kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik berupa

tulisan atau rekaman. Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau semua

warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek maupun

aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

Tujuan pendokumentasian

1. Sebagai sarana komunikasi Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan

lengkap dapat berguna untuk: a. Membantu koordinasi asuhan

keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan. b. Mencegah

informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau

mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi

kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan

keperawatan/kebidanan pada pasien c. Membantu tim perawat/bidan dalam

menggunakan waktu sebaik-baiknya.

2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat Sebagai upaya untuk melindungi

pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan/kebidanan yang diterima dan

perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka

perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap

pasien.

3. Sebagai informasi statistik Data statistik dari dokumentasi

keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan dimasa

mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.

4. Sebagai sarana pendidikan Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang

dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa

keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar

mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori

maupun praktik lapangan.

5. Sebagai sumber data penelitian Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat

digunakan sebagai sumber data penetilian. Hal ini erat kaitannya dengan yang

dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,sehingga

melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan

kebidanan yang aman, efektif dan etis.

6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan Melalui dokumentasi yang

dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan/ kebidanan

Page 78: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

268

yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kulaitas merupakan bagian dari

program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat

diwujudkan tanpa dokumntasi yanh kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan

oleh perawat / bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas

membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan /

kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.

7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan/kebidanan berkelanjutan

Dengan dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup

seluruh kegiatan keperawatan/kebidanan yang dilakukan melalui tahapan

kegiatan proses keperawatan kebidanan.

Prinsip – Prinsip Pencatatan / Dokumentasi

Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pecatatan.

1. Isi pencatatan a. Mengandung nilai administratif b. Mengandung nilai hukum c.

Mengandung nilai keuangan d. Mengandung nilai riset e. Mengandung nilai

edukasi

2. Teknik pencatatan a. Menulis nama pasien pada setiap halaman catatan

perawata/bidan b. Mudah dibaca, sebaiknya menbggunakan tinta warna biru /

hitam c. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu

dan dapat dipercaya secara faktual d. Ringkas, singkatan yang biasanya

digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai. e. Pencatatan mencakup keadaan

sekarang dan waktu lampau. f. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret

satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas.

Dilanjutkan dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. validitas pemcatatan

akan rusak jika ada penghapusan. g. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah

dilakukan dan bubuhi tanda tangan h. Jika pencatatan bersambung pada halaman

baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman

tersebut.

Jenis – Jenis Pencatatan

Ada dua jenis pencatatan, yaitu:

1. Catatan pasien secara tradisional Catatan pasien secara tradisional merupakan

catatan yang berorientasi pada sumber dimana setiap sumber mempunyai

catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat, dokter, atau tim kesehatan

lainnya.

2. Catatan berorientasi pada masalah Pencatatan yang berorientasi pada masalah

berfokus pada masalah yang sedang di alami pasien. Sistem ini pertama kali

diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, Dimana dikembangkan satu

sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien tentang segala

permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama“Problem

Oriented Method”. Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang

efektif untuk membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah – masalah

pasien, merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan

mengkaji perkembangan pasien. POR adalah suatu konsep, maka disarankan

Page 79: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

269

untuk membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan

konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisis setempat.

Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian yaitu: a. Data dasar b. Daftar

masalah c. Rencana d. Catatan perkembangan pasien.

Pendokumentasian kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut dilakukan

dengan metode/konsep SOAPIE, dimana:

S : subyektif, dari hasil anamnesa

O : obyektif, pendokumentasian dari hasil pemeriksaan extra oraldan intra oral,

psikologis, sosial, spiritual

A : analisa masalah keperawatan gigi

P : plan, rencana asuhan keperawatan gigi berdasar analisa masalah

I : implementasi, pelaksanaan rencana asuhan keperawatan gigi

E : evaluasi asuhan keperawatan gigi

B. Pengelolaan hasil pendokumentasian pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

Adalah suatu proses yag dimulai dari proses perencanaan, pengaturan, pengawasan,

penggerak sampai dengan proses terwujudnya tujuan. Selain itu pengelolaan dapat

diartikan sebagai pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang

menurut suatu perencana diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu.

Pengelolaan hasil pendokumentasian adalaah proses mengendalikan dan

memanfaatkan hasil dokumentasi sehingga dapat terus terjaga dan dapat

mengahasilkan suatu informasi penting tentang pelaksanaan pelayanan asuhan yang

telah dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dilakukan.

C. Evaluasi hasil kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan gigi, Evaluasi adalah

kegiatan di sengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan

anggota team lainya, dengan tujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan gigi tercapai atau tidak dan melihat tingkat keberhasilan dari tindakan

yang telah dilakukan sehingga dapat dillakuakan pengkajian ulang.

Penilaian keperawatan gigi adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

pasien.

Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi adalah:

• Evaluasi ditujukan untuk memastikan tercapainya tujuan perawatan

• Evaluasi dilaksanakan melalui tindakan monitoring/ pengkajian /pemeriksaan

ulang

• Penilaian dilakukan pada setiap tindakan

• Hasil evaluasi segera di catat dan di komunikasikan pada pasien/ keluarga

• Evaluasi di lakukan sesuai standar

Page 80: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

270

D. Pengelolaan hasil evaluasi kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang

terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan hasil

evaluasi pelayanan asuhan adalah proses mengendalikan dan mengawasi

pelaksanaan evaluasi perawatan yang dilakukan berdasarkan rencana perawatan

untuk menjamin kesesuaiannya dan dapat dijadikan dasar penentuan keberhasilan

tujuan perawatan dalam rangka pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan

mulut.

VIII. REFERENSI

1. Alkinson, (1990). Fundamental of Nursing: Concep and Practice, Mosby Adisson

Wesle, Toronto

2. Darby dan Wash 2003, Dental hygiene theory and practice. edition , , Saunders,

Missouri –USA

3. Depkes RI petunjuk teknis Pelaksanaan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut

4. Wilkins EM 2005, Clinical practice of dental hyigienet 9 edition, Lippincot Williams &

wilkin, Massachusetts- USA

5. Hurfst DP 2004, Dental practice tool kit

6. Forkom JKG se-Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

7. Gandifo 2006, Oral Medicine

8. Ibsen OAC 2000, Oral pathology for the dental hygienist

9. Bridge G 2006, Dental reception and practice management

10. Howe GL 1999, Pencabutan gigi geligi = The extraction of teeth

11. Muninjaya AG 2006, Manajemen Kesehatan, Jakarta

12. Muljantoro H 1999, Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut.

13. Syahlan JA 1999, Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut,Jakarta

IX. LAMPIRAN

1. Panduan Studi Kasus

2. Panduan Simulasi:

3. Odontogram

4. Kerangka acuan observasi lapangan

5. Petunjuk pengisiandaftar tilik penerapan standar pelayanan asuhan keperawatan gigi

6. Daftar tilikpelayanan asuhan keperawatan gigi jenjang ahli pada individu atau

kelompok berkebutuhan khusus

Page 81: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

271

Lampiran 1

Lembar Kasus

Panduan diskusi pengisian form asuhan keperawatan gigi

1. Peserta di bagi 5 kelompok

2. Masing- masing kelompok di bagi 1 kasus asuhan keperawatan gigi

3. Kasus tersebut untuk diselesaikan

4. Presentasikan hasil diskusi kelompok

5. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi

Contoh kasus asuhan keperawatan gigi

1. Tuan X. Tanggal lahir 15 januari 1980. Daftar dengan no. Rekam medik: 280 66 35 dengan keluhan jatuh dari sepeda . terdapat luka di bibir dan berdarah . gigi 21, 22,23 goyang 0 2 . gigi 11 patah sampai sepertiga mahkota . membuka mulut 1 jari. Dan nyeri sekali. Ada sedikit karang gigi. Tuan x tidak mempunyai kelainan sistemik. Tensi: 120/70mmhg nadi: 85x/menit suhu: 35,90C pernafasan : 20x/ menit. Tinggi badan : 170 cm berat badan : 73kg

2. Nyonya A tanggal lahir 11 februari 1975. Daftar dengan no rekam medik: 234 44 59 di balai pengobatan dengan keluhan ada benjolan di rahang bawah sejak 2 tahun yang lalu.awalnya sebesar kacang hijau terus membesar sekarang sebesar telur ayam tidak nyeri tapi tidaknyaman. Gigi 46 terdapat gigi berlubang telah mencapai pulpa. Gigi 1.6 berlubang kecil di oklusal dan tidak nyeri. Terdapat gigi tiruan sebagian pada rahang atas. Tensi: 170/95mmhg. Nadi : 88x/menit. Suhu: 360C pernafasan : 20x/menit. Tinggi badan :155cm berat badan: 60kg

3. Nyonya P tanggal lahir 2 november 1970 . Daftar dengan no rekam medik : 340 55 78 ke RS. Z dengan keluhan luka gak sembuh-sembuh di lidah sebelah kiri. Mukosa bukal sebelah kanan. Nyeri hilang timbul. Sudah berobat di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan tidak ada perubahan. Gigi 46 sedang perawatan saluran akar. Terdapat karang gigi di rahang atas dan rahang bawah. Tensi: 150/90mmhg nadi: 80x/menit suhu: 36,50C pernafasan: 18x/menit. Tinggi badan :160cm berat badan: 50kg.

4. Nyonya B tanggal lahir 1 agustus 1990 . Daftar dengan no rekam medik : 400 65 77 ke RSGM S dengan keluhan ada benjolan dibawah lidah akibat adanya sumbatan kelenjar ludah mayor. Tidak nyeri awalnya sebesar biji kacang hijau lama kelamaan membesar. Terdapat bridge pada gigi 45,46,47. Gigi 38 belum numbuh. Tensi : 110/60 mmhg nadi : 80x/menit suhu: 360C pernafasan : 20x/menit. Tinggi badan: 157cm berat badan : 60kg

5. Anak S tanggal lahir 5 desember 2005 . Daftar dengan no rekam medik : 285 45 67 ke puskesmas B dengan keluhan bibir bawah ada benjolan sebesar kacang hijau. Benjolan ini timbul setelah anaktersebut mempunyai kebiasaan menggigit – gigit bibir, tidak nyeri. Gigi 85 sisa akar. Tensi : 90/60mmhg nadi: 95 suhu: 35,60C pernafasan : 24x/menit. Tinggi badan : 135 cm berat badan : 30kg

Untuk pengkajian resiko karies, antar peserta gantian bertukar posisi menjadi operator atau

pasien kemudian hasil pengkajiannya di analisa apakah berisiko rendah, kecenderungan atau

berisiko tinggi

Page 82: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

272

Lampiran 2.

Panduan Simulasi :

1. Peserta dibagi dalam kelompok 6 yang terdiri dari 5 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok mensimulasikan cara pengisian formulir pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut berdasarkan kasus yang telah ditentukan selama 45 menit

4. Kelompok mempresentasikan dan mensimulasikan hasil diskusinya, kelompok lainnya

memberi tanggapan

5. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi

6. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta

Page 83: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

273

Lampiran3:

Odontogram

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

Kode status karies gigi

GIGI Status /kondisi

Tetap Susu

0 A Sehat

1 B Gigi berlubang

2 C Tumpatan dengan karies

3 D Tumpatan tanpa karies

4 E Gigi di cabut karena karies

5 Gigi di cabut oleh sebab lain

6 Sealant, Varnish

7 F Abutment, mahkota khusus

8 G Gigi tidak tumbuh

9 Gigi tidaktermasuk kriteria di atas

Kelainan gigi:

a. Bentuk:......................................................

b. Jumlah:.......................................................

c. Warna:........................................................

d. Posisi:.........................................................

e. Ukuran:......................................................

f. Struktur:......................................................

Kelainan jaringan keras gigi Gigi tetap: D: M: F: DMFT-T: Gigi susu: d: e: f: def-t:

Page 84: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

274

PENGKAJIAN

NAMA NAMA KELUARGA

TANGGAL LAHIR JENIS KELAMIN

TANGGAL MASUK RS NO REKAM MEDIK

LINGKARI KETERANGAN DIPERLUKAN

BERI TANDA (√)PADA SALAH SATU PILIHAN

RIWAYAT KESEHATAN UMUM BERESIKO RENDAH

KECENDERUNGAN

BERESIKO TINGGI

1

Memiliki penyakit sistemik (hipertensi, penyakit kardiovacular, diabetes, kanker, kelainan darah, lainnya...............

.....................................................)

Tidak

Ya

2

Apakah pasien dengan berkebutuhan khusus (CP, down syndrom, general development syndrom, lainnya.........................

.....................................................)

Tidak

Ya

3 Penggunaan obat-obatan rutin, sebutkan......................................

Tidak

Ya

4

Apakah pasien mengkonsumsi alkohol, narkoba, lainnya......................................................

Tidak

Ya

5 Riwayat alergi, sebutkan............

......................................................

Tidak Ya

PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1

Konsumsi minuman manis ( juice, minuman karbonasi/non karbonasi, teh/kopi, sirup). Kudapan manis (cake, biskuit, permen, lainnya)

Tidak

Ya

2

Remineralisasi menggunakan pasta gigi, air minum, suplemen, aplikasi fluoride secara professional.

ya

tidak

3

Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

< dari 6 bulan 1 th yang lalu >1 th yang lallu

Page 85: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

275

KLINIS KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1 Lesi karies/kavita/restorasi tambalan

Tidak ada lesi karies/restorasi dalam 3 thn terakhir

1-2 lesi karies baru/karies baru/restoratif dalam 3 thn terakhir

> 3 lesi karies / karies / restoratif dalam 3 tahun

2

Kehilangan gigi karena karies/sisa akar

Tidak

Ya

3

Terlihat plak secara kilnis Tidak

Ya

4

Faktor retensi makanan karena maloklusi ,anomali anatomi gigi, lainnya...............

Tidak

Ya

5

Perawatan Orthodontik Tidak

Ya

6

Mulut kering (Xerostomia) Tidak

Ya

Hasil pengkajian resiko terhadap karies

Rendah

Cenderung

Tinggi

Kode satus karies gigi

Status pemeriksaan gigi geligi

gigi inspeksi sondasi termis perkusi palpasi mobilitas masalah

Page 86: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

276

Contoh cara mengisi

gigi inspeksi sondasi termis perkusi palpasi mobilitas masalah

11 KMP (+) (+) (-) (-) (-) Keluhan rasa

nyeri spontan

36 KE (-) (-) (-) (-) (-) Tidak ada

keluhan

46 Sisa akar (-) (-) (+) (-) (-) Keluhan sakit

untuk

mengunyah

Page 87: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

277

Lampiran 4.

KERANGKA ACUAN OBSERVASI LAPANGAN

PELATIHAN PENJENJANGAN PERAWAT GIGI AHLI PERTAMA

TANGGAL …………………………………………

PUSDIKLAT APARATUR –KEMENTERIAN KESEHATAN RI

I. PENDAHULUAN

Praktek lapangan pelatiahan penjenjangan perawat gigi Ahli adalah bagian integral dari

proses pembelajaran pelatihan dan merupakan acuan bagi peserta latih dalam

melaksanakan OL

Teori perawat gigi jenjang ahli berupa prosedur telah di pelajari di kelas, di coba di terapkan

di lapangan, sehingga secara mandiri peserta latih dapat menerapkan langsung pada seluruh

pihak yang terkait di lapangan.

Kegiatan observasi, wawancara, pengumpulan, pengolahan, analisis sajian data perumusan

hasil OL dan seminar hasil OL di harapkan sebagai pengalaman penting dalam menerapkan

dan mengembangkan kegiatan perawat gigi Ahli dalam melakukan pelayanan asuhan

keperawatan gigi di tempat tugas masing-masing peserta latih.

II. TUJUAN OL

1. Tujuan Pelatihan Umum

Setelah melakukan OL ini, peserta latih mampu melakukan pelayanan asuhan

keperawatan gigi sesuai standar.

2. Tujuan Pelatihan Khusus

Setelah mengikuti OL ini peserta latih mampu :

a) Melakukan pengkajian pada pasien

b) Melakukan penegakan diagnosa keperawatan gigi

c) Melakukan penyusunan rencana pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

pada individu, kelompok/ masyarakat berkebutuhan khusus

d) Melakukan implementasi asuhan keperawatan gigi dan mulut.

e) Melakukan dokumentasi dan evaluasi pelayanan asuhan keperawatan gigi dan

mulut

III. RUANG LINGKUP OL

Ruang lingkup OL pelatihan penjenjangan perawat gigi Ahli mencakup penerapan materi

pelatihan, sehingga ketrampilan dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi kepada

masyarakat berkebutuhan khusus secara nyata oleh setiap peserta latih.

IV. STRATEGI DAN METODA OL

1. Persiapan sebelum kelapangan dengan penetapan jadwal, menentukan tenaga

pelaksana, menyiapkan peralatan dan menentukan instrumen yang akan di pakai.

2. Pengumpulan data sekunder di lokasi OL

3. Pengamatan dan wawancara

4. Pengolahan data

Page 88: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

278

5. Analisis data

6. Penyiapan bahan seminar/ presentasi hasil OL

V. JADWAL OL

WAKTU KEGIATAN TEMPAT PETUGAS/

PEMBIMBING

Hari…….

Tanggal

Jam……….

Perjalanan menuju

lokasi

Analisa/

observasi/wawancara

Perjalanan kembali

RS. Yang telah

melakukan asuhan

kesehatan gigi

Kelompok……

2 orang instruktur

OL dari RS…..

1 orang

pendamping OL

dari direktorat bina

keperawatan dan

ketehnisian medik

1 orang panitia

Jam………. Penyusunan laporan

Seminar (presentasi

hasil OL)oleh peserta

Aula pusdiklat/ ruang

kelas

Fasilitator dari

direktorat bina

keperawatan dan

ketehnisian medik

VI. PENUTUP

Demikian kerangka acuan OL kami ajukan semoga bisa dilaksanakan sesuai rencana.

Jakarta, …………..

Panitia penyelenggara

Page 89: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

279

Lampiran 5.

PETUNJUK PENGISIAN

DAFTAR TILIK PENERAPAN STANDAR PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI

1. Instrumen observasi di gunakan oleh perawat gigi ahli pertama pada saat melaksanakan

bimbingan tehnis pada perawat gigi pelaksana, sehingga dapat di lihat apakah asuhan pada

individu, kelompok/ masyarakat berkebutuhan khusus di lakukan sesuai standar.

2. Cara pengisian dengan menggunakan tanda ceklist pada kolom pelayanan asuhan yang di

amati. Apabila unsur tersebut di lakukan.

3. Apabila tidak di lakukan, tuliskan tanda strip, dan tuliskan alasannya pada keterangan.

Masalah ini sebagai bahan pertimbangan pembinaan.

4. Data pengkajian sesuai dengan keluhan utama pasien

5. Daftar riwayat kesehatan gigi, kondisi fisik( tensi darah, nadi, suhu dan pernafasan).

Psikologis pasien,

6. Membuat daftar masalah untuk menegakan diagnose keperawatan gigi

7. Menyusun rencana prioritas dari masalah pasien berdasarkan keluhan utama pasien

8. Tindakan sesuai kebutuhan pasien implementasi

9. Mempertimbangkan kebijakandan peraturan yang berlaku

10. Memperhatikan keunikan pasien sebagai mahkluk biopsiokososial, spiritual, dan budaya

artinya bahwa dalam mengimOLementasikan rencana tindakan pada klien bergantung pada

keadaan kliennya langsung , sangat bergantung pada keadaan pasein secara individu, tidak

dapat di samaratakan untuk seluruh pasien

11. Memperhatikan privacy pasien artinya dalam melaksanakan tindakan memperhatikan

kebutuhan rasa nyaman, perlindungan dan harga diri pasien

12. Mencatat semua tindakan yang telah di lakukan, maksudnya setelah melakukan

pemeriksaan dan tindakan hendaknya di tulis di status pasien

13. Pencatatan pelayanan asuhan keperawatan gigi, sudah cukup jelas

Page 90: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

280

Lampiran 6.

DAFTAR TILIK

PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI JENJANG AHLI PADA INDIVIDU ATAU KELOMPOK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

Petunjuk:

Berilah tanda (V) pada kolom YA, bila kegiatan dilakukan

Berilah tanda (V) pada kolom TIDAK, bila kegiatan tidakdi lakukan

Berilah tanda (V) padakolom TB, bila kegiatan tidak berlaku dalamasuhan yang di amati

ASPEK YANGDI NILAI ASUHAN YANG DI AMATI

CATATAN

YA TDK TB

1 2 3 4 5

PENGKAJIAN

1) Melakukan pemeriksaan subyektif

melalui anamnesis(anamnesa)

untukmendapatkan keluhan

utama, informasi riwayat medical

dan dental pasien yang lengkap

2) Melaksanakan pemeriksaan

subyektif, obyektif

3) Menganalisa data yang di peroleh

4) Menegakan diagnose yang tepat

dan rencana perawatan

PERUMUSAN DIAGNOSA DAN

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

GIGI

1) Identifikasi diagnosa/masalah

keperawatan gigi pada individu,

kelompok/masyarakat

berkebutuhan khusus

Page 91: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

281

ASPEK YANGDI NILAI ASUHAN YANG DI AMATI

CATATAN

YA TDK TB

1 2 3 4 5

2) Perumusan hasil pemeriksaan

resiko karies dalam rangka

identifikasi diagnosis hasil

pemeriksaan resiko caries

PERENCANAAN

Penyusunan pencana tindakan

berupa: promotif, preventif dan

kuratif sesuai kompetensinya

IMPLEMENTASI

Melaksanakanintervensi/

aktivitasyang telah di tentukan.

PENDOKUMENTASIAN

Pendokumentasian dengan SOAPIE

S : subyektif, dari hasil anamnesa

O : obyektif, pendokumentasian dari

hasil pemeriksaan extra oral dan

intra oral, psikologis, sosial,

spiritual

A: analisa masalah keperawatan gigi

P: Plan, rencana asuhan keperawatan

gigi berdasar analisa masalah

I : implementasi, pelaksanaan rencana

asuhan keperawatan gigi

Page 92: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

282

ASPEK YANGDI NILAI ASUHAN YANG DI AMATI

CATATAN

YA TDK TB

1 2 3 4 5

E: Evaluasi asuhan keperawatan gigi

Semua kegiatan pelayanan asuhan di

dokumentasikan

EVALUASI

1) Penilaian dilakukan pada setiap

tindakan

2) Hasil evaluasi segera di catat dan di

komunikasikan pada pasien/

keluarga

3) Evaluasi di lakukan sesuai standar

……………………..,………..2015

Komentar/ ringkasan Evaluator/Penilai

……………………………………................

……………………………………................

……………………………………................ (………………………….)

Page 93: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 3

Page 94: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

283

MATERI INTI3

TINDAKAN KOLABORASIKESEHATAN GIGI DAN MULUT DAN MULUT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan gigi dan mulut, perawat gigi menerapkan

keilmuan, kompetensi dan kewenangan sebagai dentalhygienist dan dental therapist yang

juga ditambahkan sebagai dental assistant. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat

dijabarkan dalam kelompok kompetensi sebagai berikut: Pelayanan promotif

preventifkesehatan gigi dan mulut dengan pendekatan Pelayanan Asuhan Keperawatan

Gigi dan Mulut pada individu, kelompok dan masyarakat, Pelayanan kolaborasi kesehatan

gigi dan mulut, serta pelayanan kuratif pada kasus-kasus medik gigi terbatas sebagai hasil

dari kolaborasi dengan dokter gigi serta pelayanan manajemen klinik gigi dan mulut.Dalam

melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut seorang perawat gigi dapat bermitra

dengan dokter gigi, dengan cara kolaborasi four handed system.Kegiatan four handed

meliputi transfering alat dan bahan, manipulasi bahan dan kolaborasi dalam rujukan

kesehatan gigi dan mulut.

Perawat gigi dalam memberi pelayanan kesehatan tidak selalu sendirian,namun sering

berkaitan dan berkolaborasi dengan team kesehatan lainya seperti dokter gigi dan

tekniker gigi atau bahkan tenaga kesehatan lainnya. Hal tersebut ditujukan untukdapat

memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulutdan mulut yang optimal. Tindakan

kolaborasi disini dapat bermakna perawat gigi mengerjakan suatu pekerjaan secara

bersama dengan dokter gigi yaitu sebagai dental asistent atau mengerjakan pekerjaan

secara mandiri, namun pekerjaan tersebut juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya

yaitu dokter gigi.

Mengingat pentingnya tindakan kolaborasi tersebut, makaperawat gigi perlu mempelajari

hal-hal yang berkenaan dengan tindakan kolaborasi untuk menunjang kelancaran

pelaksanaan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Kompetensi tindakan kolaborasi bagi

perawat gigi jenjang ahli muda lebih di tekankan pada tindakan kuratif terbatas yaitu:

penambalan dua (2) bidang dan pencabutan gigi permanent akar tunggal tanpa penyulit.

Untuk itu maka disusunlah modul ini sebagai bahan acuan pelaksanaan tugas perawat gigi

di tempat kerjanya masing-masing.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tindakan

kolaborasikesehatan gigi dan mulut dan mulut.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini,peserta mampu melakukan:

1. Tindakan kolaboratif

2. Penambalan permanen2 (dua) bidang

3. Pencabutan gigi permanen akar tunggal tanpa penyulit

4. Rujukan kesehatan gigi dan mulut dan mulut

Page 95: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

284

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Konsep tindakan kolaborasi

Pokok Bahasan 2.Penambalan permanen2 (dua) bidang

Pokok Bahasan 3. Pencabutan gigi permanen akar tunggal tanpa penyulit

Pokok Bahasan 4. Rujukan kesehatan gigi dan mulut dan mulut

Sub pokok bahasan:

a. Pengertian

b. Tujuan

c. Jenis-jenis rujukan

d. Alur rujukan

IV. METODE

1. Curah pendapat

2. CTJ

3. Simulasi

4. Pemutaran Video

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang

2. Laptop

3. LCD

4. Flipchart

5. White board

6. Spidol (ATK)

7. Panduan simulasi

8. Diagnostik set dan alat penambalan

9. Alat pencabutan

10. Bahan penambalan

11. Format rujukan

12. Videos

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan

disampaikan.

2. Menyampaikantujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan

menggunakan bahan tayang.

Page 96: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

285

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan

sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan

materi dengan metode curah pendapat, kemudian ceramah tanya jawab.

2. Simulasi tranfering penambalan 2 bidang

3. Simulasi penambalan 2 bidang dengan bahan composite resin

Langkah 3.Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi

yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KONSEP TINDAKAN KOLABORASI

Pengertian Kolaborasi

Kolaborasi adalah proses dimana dokter gigi dan perawat gigi merencanakan dan praktek

bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup

praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap

setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Pelaksanaan kolaborasi antara perawat gigi dan dokter gigi menggunakan sistem four

handed dentistry, yaitu suatu kegiatan praktek kedokteran gigi yang mempergunakan

empat (4) tangan yaitu dua (2) tangan dokter gigi atau operator dan dua (2) tangan lagi

dental asistant yang membantu dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran gigi.

Kondisi ini di karenakan pada pelaksanaan praktek kedokteran gigi harus secara terus

menerus focus dan steril pada tindakan di dalam mulut sampai selesai, sementara selama

tindakan perawatan kedokteran gigi banyak sekali kegiatan yang harus di lakukan di luar

mulut, untuk itulah di perlukan bantuan dari seorang dental assistant.

Kunci dari four handed dentistry secara duduk meliputi:

1. Penyusunan ( organization)

Adalah mengawasi ruang perawatan dengan kemudahan akses ke seluruh keperluan

bagi setiap prosedur. Pemilihan kursi kerja berarti memilih dan mengatur kursi kerja

yang dapat memberikan kenyamanan dan penopang duduk. Kursi kerja assistant juga

harus di pilih dengan kriteria yang sama, assistant harus duduk nyaman dengan posisi

ketinggian dan jarak yang proposional untuk ukuran panjang tangannya sehingga

memberikan keterlibatan total dalam asistensi.

Penyusunan area kerja meliputi seluruh bahan, obat, dan instrument harus mudah di

raih bagi setiap perawatan. Penyusunan telah lengkap apabila baki persiapan awal

diletakan pada permukaan area kerja dan di letakan sesuai urutan pemakaianya.

Termasuk di dalamnya handpiece, saliva ejector, dan air water syiringe.

Page 97: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

286

2. Persiapan awal

Yaitu proses penyiapan baki, berisi seluruh instrument dan bahan bagi prosedur

perawatan yang tidak di sediakan di tahap penyusuna area kerja.Permukaan area

kerja dan baki yang sudah di siapkan harus saling melengkapi, sehingga selama

perawatan tidak perlu membuka laci lemari. Misalnya: four handed pada tindakan

penambalan, baki yang disiapkan alat diagnostic set, set konservasi, bur dan bahan

tambal yang disusun berdasarkan urutan pemakaian dan di siapkan sebelum

memasukan pasien.

3. Pengaturan

Pentingnya pengaturan di karenakan pengaturan perlengkapan yang benar

mempengaruhi efesiensi dan produktivitas dalam praktek kedokteran gigi, serta

meminimalkan kejengkelan dan frustasi yang akan menghasilkan keletihan.

Pendekatanya dalah jalan di mana tujuan dapat di capai dan dalam praktek

kedokteran gigi hal ini berarti aksesibilitas. Tujuan pertama meningkatkan

penyampaian dalam praktek kedokteran gigi, yang kedua penghematan energy dari

dokter gigi dan asistenya. Faktor- faktor yang mempengaruhi pendekatan adalah area

yang akan dirawat dan di aksesibilitas ke area tersebut dengan jalan pengaturan

perlengkapan, aksesibilitas instrument yang di perlukan, dan posisi duduk dari dokter

gigi dan sistennya. Pendekatan di tentukan oleh posisi jarum jam, yang menunjukan

pengaturan perlengkapan kedokteran gigi dan posisi operator, pasien, dan asisten

dapat di rencanakan dan di hubungkan secara logis.

Table posisi kerja fourhanded dentistry:

Kuadran/ Area

Posisi Pasien

Posisi Operator

Posisi Asisten

Peletakan Ujung

Pembuangan

Tangan Asisten

Untuk Ujung Pembuangan

Tangan Asisten Untuk

Threeway Syiringe

RA kiri telentang Jam 10 Jam 3

menghadap drg

Bukal palatal menyilang dada

Kanan kiri

Kiri kanan

RA kanan telentang Jam 10 Jam 3

menghadap drg

Bukal Palatal

Kiri Kanan

Kanan Kiri

RB kiri telentang Jam 10 Jam 3

menghadap drg

Bukal lingual

Kanan Kiri

Kiri kanan

RB kanan 45 derajat Jam 9 Jam 2

menghadap drg

Bukal lingual

Kiri Kiri

Kanan Kanan

RA kanan bukal

telentang Jam 9 Jam 2

menghadap drg

Oklusal

Kiri Kanan

RA kiri bukal

telentang Jam 9 Jam 2

menghadap drg

Oklusal Kiri Kanan

RA dan RB

anterior telentang Jam 12

Jam 3 menghadap

drg

Palatal/lingual/ labial

Kanan kanan

Kiri kiri

Page 98: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

287

Persyaratan dasar dalam desain dan pengaturan operasional penyampaian dari

belakang.Keuntungan penyampaian dari belakang memberikan operator dan asisten

aksesibilitas yang paling luas pada seluruh peralatan, baki, instrument, persediaan

dan bahan dari belakang, serta di luar batas penglihatan.

Posisi asisten adalah menghadap ke belakang oleh karena itu dia berada di posisi

paling mendukung untuk mencapai area permukaan atas meja yang telah di susun

dan di siapkan. Lemari bergerak merupakan modifikasi untuk meningkatkan area

permukaan kerja dan member pendekatanpenyampaian dari belakang yang bagus,

serta flexibelitas lebih besar dari pada lemari diam. Namun demikian lemari diam

memberikan permukaan yang lebih besar dan penampilan yang menjadi satu dengan

dental unit.

4. Pencahayaan

Pencahayaan yang semestinya dapat menghasilkankeletihan umum yang sulit

dikenali. Pencahayaan harus secara baik di pergunakan untuk mengurangi keletihan

visual. Cahaya harus mengikuti tanpa pengaturan ulang yang merepotkan pengaturan

cahaya pada pasien posisi telentang, lampu di atur kurang lebih 40 cm dari muka

pasienyang menoleh sesuai kebutuhan kuadran yang di rawat.

Dalam melakukan tindakan kolaborasi, posisi dental chair memiliki fungsi yang

signifikan dalam menunjang kelancaran proses pelayanan. Pengaturan posisi dental

chair yang baik adalah:

a. Dasar kursi diletakan di posisi paling rendah

b. Sandaran punggung, dan

c. Sandaran kepala untukmendapatkan bidang hidung-lutut-ujung jari

Pokok bahasan 2.

PENAMBALAN PERMANEN2 ( DUA) BIDANG

Dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut seorang perawat gigi dapat

bertindak secara kolaborasi dengan dokter gigi maupun mandiri yang di di delegasikan

oleh dokter gigi atau karena di suatu fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak

ada dokter giginya

Penambalan adalah suatu tindakan mengembalikan struktur gigi yang hilang dengan

mengaplikasi bahan tambalan ke dalam kavita gigi, menggunakan bahan tambalan pada

karies kelas 2 ( dua).

Tujuan dari penambalan adalah:

1. Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri

2. Mengembalikan fungsi pengunyahan

3. Mengembalikan bentuk anatomi gigi

4. Mengembalikan bentuk estetik gigi

5. Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rahang

6. Mencegah infeksi lebih lanjut

Page 99: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

288

Klasifikasi kavita

1. pembagian menurut G.V black

a. Latak kavita pada masing-masing gigi

b. Tempat di mana kavita itu berada

Kelas I dimulai daribagian tidak sempurna pada pit dan fissur dari pemukaan

oklusal gigi premolar danmolar, foramen caecum gigi insisif dan caninus, pit

dan fissure dari gigi molar pada permukaan lingual, palatal dan bukal.

Kelas II di mulai dari permukaan aproximal dari gigi premolar dan molar

Kelas III di mulai dari approximal gigi insisif dan caninus yang tidak

memerlukan pembentukan dari sudut incisal

Kelas IV kavita ini terdapat di bagian aproximal darigigi insisif dan caninus

yang yang memerlukan pembentukan dari sudut aproximal

Kelas V kavita ini terdapat pada 1/3 dari sevical pada labial, bukal, lingual

palatal darisemua gigi

Kelas VI kavita ini tidak termasuk klasifikasi G.V blak, tetapi di tambahkan.

Kavita ini terdapat pada tonjolan gigi dari posterior dan pada sudut gigi

anterior

2. Pembagian menurut jumlah bidang kavita :

Kavita simple hanya mengenai satu bidang permukaan

Kavita kompon mengenai dua permukaan< dan untuk penambalan kavita ini di

perlukan alat bantu celluloid strip

Kavita komplek mengenaitigapermukaan

3. Pembagian menurut nama dari permukaan gigi kavita di sebut menurut nama

permukaan dimana kavita berada. Misalnya : kavita bukal dapat di singkat BU.

Jadi untuk menuliskan suatu kavita, harus mencakupketiga bagian tersebut diatas.

Misalnya : kavita kelas II kompon mesio-oklusal berarti letak kavita pada bagian

approximal (mesial dan meluas ke oklusal pada gigi posterior)

Macam –macam bor

Dalam melakukan proses penambalan, maka diperlukan proses pembuangan jaringan

yang sudah rusak dengan prevarasi menggunakan bor. Bor dapat di bagi menurut:

1. Bentuk : bundar, inverted, fissure

2. Ukuran : dari nomor kecil ke nomor besar

3. Bertangkai :

Tangkai panjang untuk srtraight angle

Tangkai pendek untuk contra angle

Preparasi kavita

Menurut G.V Black preparasi kavita ialah semua pekerjaan yang kita kerjakan untuk:

1. Mengambil jaringan yang rusak

2. Melebarkan dinding kavita untuk mencegah keruskan lebih lanjut

3. Membentuk kavita untuk mendapatkan retensi

Page 100: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

289

Untuk mendapatkan kavita yang sempurna maka harus mengikuti:

1. Tingkat preparasi

Gain acces form /membuat jalan masuk. Tahap ini menggunakan round bor,

minimal sedalam dentino enamel junction

Gain out line form/ membuat bentuk. Tahap ini menggunakan fissure bor,

membuat kavita mengikuti fissure gigi

Gain resistensi form/ membuat agar sisa jaringan tahan terhadap tekanan

kunyah. tahapini menggunakan fissure bor

Gain retention form/ membuat retensi, agar tumpatan tidak mudah lepas. Tahap

ini msnggunakan inverted bor

Remove remaining decay / mengambil jaringan caries yang tertinggal dengan

menggunakan bur bundar

Membulatkan dan melicinkan cavosurface angle

2. Tehnik preparasi kavita

Pada dasarnya tehnikpreparasinya sama antar gigi tetap dengan gigi sulung, tetapi

harus di ingat proses preparasi pada gigi sulung ada perbedaandibanding gigi tetap

antara lain:

Enamel lebih mudah retak

Dentin lunak

Rongga pulpa lebih besar dan menonjol

Puncak gigi sulung lebih cembung

Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu preparasi

Bila kavita besar, tidak dapat di buat sempurna, karena akan menghilangkan

retensi

Harus diingat tanggalnya gigi susu agar preparasi dapat dibuat tidak terlalu lebar,

oleh karena itu jika terjadi sekunder karies sudah tidak lagi untuk penumpatan

Persiapan pasien yang akan di preparasi.

Posisi duduk pasien di dental chair adalah: kursi dan sandaran di atur sedemikian rupa

sehingga pasien duduk dengan enak. Untuk memeriksa rahang bawah: oklusal plane dari

gigi rahang bawah lebih kurang sejajar dengan lantai. Untuk memeriksa rahang atas :

oklusal plane gigi rahang atas kurang lebih membentuk sudut 45 derajat dengan lantai,

selain diatas posisinpasien harus sandaran kepala terletak di belakang telinga dan mulut

pasien setinggi siku operator.

Posisi operator sedang bekerja:

Operator dapat bekerja dengan cara berdiri dan duduk

Kaki kiri digunakan untuk menginjak dinamo mesin

Tangan kiri untuk memegang kaca mulut, sedang tangan kanan memegang

instrument lain atau contra angle

Waktu bekerja jari-jari ada fixaxie pada gigi pasien

Jarak operator dengan penderita sekurang kurangnya 30 cm

Tidak boleh bersandar pada penderita

Page 101: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

290

Posisi operator untuk preparasi kavita pada gigi rahang atas kanan :

Operator berdiri di sebelah kanan, sedikit kebelakang pasien

Pandangan searah dengan pasien

Tangan kiri memegang kaca mulut, melingkar belakang kepala pasien

Posisi operator untuk preparasi kavita pada gigi atas kiri

Operator berdiri disebelah kanan pasien, menghadap ke pasien

Tangan kiri memegang kaca mulut , tidak melingkari belakang kepala pasien

Posisi operator untuk preparasi kavita gigi anterior permukaan labial

Operator berdiri di depan pasien menghadap ke pasien

Posisi operator untuk preparasi gigi anterior permukaan palatal / lingual

Operator berdiri di samping kanan penderita

Posisi operator untuk preparasi kavita gigi kanan bawah

Operator berdiri di samping kanan pasien menghadap ke pasien

Pencampuran dan penumpatan :

Pencampuran bahan glass ionomer:

Tempatkan satu sendok penuh powderpada glass slab atau alas pencampur. Perhatikan

petunjuk pabrik secara cermat karena jumlah yang tepat sangat penting. Bagilah powder

ke dalam 2 bagian yang sama dan sediakan satu tetes l iquid berdekatan dengan powder.

Pegang botol liquid secara horisontal agar udara keluar dari ujungnya, padasaat

mengeluarkan dariujungnya gerakan botol vertikal dan biarkan 1 tetes liquid jatuh jangan

menekan liquid keluar.mulailah mencampur dengan menambah setengah powder ke

liquid dengan spatel,putar ( aduk) powder ke dalam liquid. Pencampuran harus selesai

dalam 20-30 detik.

Persiapan dalam mulut :

Pertahankan keringnya daerah tumpatan dengan meletakan cotton roll

Siapkan lubang gigi yang telah bersih tetapkering

Bahan yang telah siap masukan dengan plastis instrumen dan tekan dengan ibu jari,

agar bahan mengisi lubang selama30 detik

Buang bahan berlebih

Tutup varnish atau dapat juga menggunakan vaselin

Periksa gigitan

Anjuran ke pasien untuk tidak makan selama 1 jam

Penambalan 2 bidang dengan composite.

Persiapan alat

1. Set diagnostik, terdiri dari :

Kaca mulut

Sonde

Excavator

pinset

2. Set konservasi

3. Set preparasi

Page 102: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

291

Alat pelengkap

1. Bonding disk

2. Light curing

Persiapan bahan

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Gelas kumur disposible

4. Obat kumur chlorhexidine 5%

5. Suction disposible

6. Cotton roll

7. Cotton pellet

8. Kuas ¾

9. Celluloid strip

10. Komposit

11. Articulating paper

Pelaksanaan Tindakan

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri

2. Pastikan identitas pasien

3. Lakukan anamnesa

4. Cuci tangan sebelum berkontak dengan pasien

5. Lakukan pengukuran tanda – tanda vital

6. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan berikut tujuannya.

7. Lakukan persetujuan tindakan

8. Pasang slaberche pada pasien.

9. Pakai masker.

10. Cuci tangan.

11. Pakai sarung tangan.

12. Siapkan alat-alat dan dekatkan pasien.

13. Persilahkan pasien berkumur chlorhexidine 5%.

14. Lakukan preparasi kavita.

15. Keringkan area kerja dengan suction,letakkan cotton roll di labial/bukal dan lingual.

16. Lakukan sterilisasi kavita menggunakan cotton pellet yang dibasahi alkohol.

17. Keringakan kavita menggunakan treeway syringe.

18. Lakukan aplikasi etsa ke dinding dan dasarkavita selama 30 detik (sesuai ketentuan

produk). Kemudian bilas atau anjurkan pasien berkumur.

19. Keringkan kembali kavita, dan isolasi area kerja dari saliva.

20. Aplikasikan bonding dan lakukan penyinaran dselama 20 detik.

21. Pasang celluloid strip pada bidang yang akan di lakukan penambalan

22. Aplikasikan bahan tambalan komposit menggunakan plastis filling instrumen dan

bentuk kembali anatomi gigi dan lakukan kembali penyinaran.

23. Evaluasi ketinggian tambalan dengan articulating paper hingga pasien merasa

nyaman.

24. Lakukan pemolesan pada permukaan tambalan.

Page 103: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

292

25. Rapihkan area kerja intra dan ekstra oral.

26. Rapihkan peralatan dan lakukan dekontaminasi untuk selanjutnya dilakukan proses

sterilisasi.

27. Buang sampah infeksius ke dalam plastik kuning dan sampah non infeksius ke dalam

plastik hitam

28. Cuci tangan setelah berkontak dengan pasien dan area pelayanan.

29. Berikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dan ucapkan terimakasih.

30. Dokumentasikan pada catatan perawat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Tidak dianjurkan merapihkan tambalan menggunakan cotton pellet.

2. Perhatikan proses penyinaran pada tambalan dengan kavita yang dalam dan besar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan klien

1. Tidak makan di area penambalan selama 1 jam.

2. Menggosok gigi sehari 2 kali,yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

3. Makan buah-buahan yang berserat dan berair.

4. Menjelaskan cara menyikat gigi yang baik dan benar.

5. Lakukan pemeriksaan gigi 6 bulan sekali.

Pokok bahasan 3.

PENCABUTAN AKAR TUNGGAL TANPA PENYULIT

Pengertian :

Pencabutan gigi tetap anterior dan posterior yang terpaksa dilakukan karena gigi tidak

dapat dirawat (restorasi atau endodontik) atau gigi tersebut perlu diekstraksi untuk

kepentingan perawatan dan pencegahan (interceptiveorthodontic). Tindakan ini juga

dilakukan pada gigi tetap dengan karies mencapai pulpa baik vital maupun non vital

dengan kelainan sistemik yang kontraindikasi (kelainan jantung dan ginjal) untuk dirawat

endodontic.

Tujuan pencabutan adalah mengeluarkan gigi tetap dari rongga mulut yang memang

diindikasikan untuk dicabut guna menghindari kelainan lebih lanjut.Pencabutan gigi

merupakan tindakan invasive jadi sebelum melakukan tindakan pencabutan harus di

buatkan persetujuan tindakan

Prosedur:

Persiapan alat

1. Set instrumen dasar

a. Kaca mulut

b. Sonde

c. Pinset dental

2. Set anesthesi

a. Citoject/

b. Spuit

Page 104: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

293

3. Set pencabutan

a. Tang anterior rahang atas/rahang bawah

b. Tang posterior rahang atas/rahang bawah

c. Bein elevator

d. Crayer

e. Bone File

f. Kuret

4. Pre klinik

a. Tensi meter

b. Stetoskop

5. Persiapan lain-lain

a. Masker

b. Sarung tangan

c. Gelas kumur

d. Slaber

e. Saliva ejector

Persiapan obat dan bahan

1. Povidine iodine 10%

2. Hemostatic gelatine Sponge

3. Dispossible Spuit

4. Topical Anesthesi gel

5. Carpule 0,22x16

6. Cartrige dental anastesi lokal 2% / 3%

7. Tampon

8. Kasa

9. Cotton pellet

10. NaCl

Pelaksanaan

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri

2. Pastikan identitas pasien

3. Lakukan anamnesa

4. Lakukan pengukuran tanda – tanda vital

5. Informasikan hasil anamnesa pada operator

6. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan

7. Lakukan persetujuan tindakan

8. Pakai masker

9. Cuci tangan

10. Pakai sarung tangan

11. Siapkan alat-alat dan dekatkan pasien.

12. Lakukan asepsis ekstra dan intra oral menggunakan povidine iodine 10 %

13. Anjurkan klien kumur-kumur chlorhexidine 5 %

14. Siapkan obat anestesi

Page 105: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

294

15. Siapkan citoject atau disposible spuit.

16. Siapkan set pencabutan sesuai dengan gigi yang akan di ekstraksi.

17. Lakukan pengendalian perdarahan saat proses pencabutan.

18. Lakukan bein lanjut dengan pencabutan

19. Siapkan spoel NaCl dan hemostatic gelatine sponge.

20. Siapkan tampon povidene iodine 10%.

21. Rapihkan area kerja intra dan ekstra oral.

22. Rapihkan peralatan dan lakukan dekontaminasi untuk selanjutnya dilakukan proses

sterilisasi.

23. Buang sampah infeksius ke dalam plastik kuning dan sampah non infeksius ke dalam

plastik hitam.

24. Cuci tangan setelah berkontak dengan pasien dan area pelayanan.

25. Berikan komunikasi terapeutik tahap terminasi.

26. Ucapkan terimakasih dan semoga lekas sembuh.

27. Dokumentasikan pada catatan perawat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan klien

1. Gigit tampon selama ± 1 jam.

2. Tidak berkumur-kumur selama 1 hari.

3. Makan diet lunak, tidak panas, tidak pedas.

4. Kunyah makanan di sisi yang berlawanan.

5. Minum obat sesuai anjuran.

Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Anamnesa mendalam riwayat penyakit sistemik klien terhadap resiko infeksi,

perdarahan pasca pencabutan.

2. Pengukuran tanda-tanda vital harus dilakukan dengan akurat.

3. Gunakan instrumen steril untuk menghindari infeksi pasca pencabutan.

4. Perhatikan kemungkinan terjadinya perdarahan

Pokok Bahasan 4.

RUJUKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DAN MULUT

A. Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau

masalah kesehatan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih

lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit).

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan

pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus

penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil

atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal

atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya

Page 106: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

295

B. Tujuan Rujukan

Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :

1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya

2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium

dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya

3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge &

skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

C. Jenis-jenis rujukan

1. Rujukan medik gigi

Rujukan kasus dengan atau tanpa pasien, untuk keperluan diagnostic,

pengobatan, tindakan operatif dan pemulihan

Rujukan specimen,untukpemeriksaan penunjang

Rujukanilmu pengetahuan danteknologi, mendatangkan tenaga ahli

2. Rujukan kesehatan gigi dan mulut

Bantuan tehnologi berupa tehnologi tepat guna

Bantuan saran dan prasarana:alat peraga

Bantuan operasional berupa dana dan pemeliharaan peralatan

D. Alur rujukan:

Alur pelayanan dan rujukan

1.

2.

KESIMPULAN :

1. konsep tindakan kolaborasi

Pengertian Kolaborasi

Kolaborasi adalah proses dimana dokter gigi dan perawat gigi merencanakan dan

praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan

lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai

terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan

masyarakat.

Pasien berobat melalui puskesmas

Pasien emergency langsung ke UGD RS

terdekat

Diperiksa dipuskesmas

Input data jaminan

Di rujuk ke RS sekunder dari puskesmas/ rujukan IGD

Di rujuk ke RS tersier

pulang

pulang

Page 107: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

296

2. Penambalan permanen2(dua) bidang

Pengertian:

Suatu tindakan mengembalikan struktur gigi yang hilang dengan mengaplikasi bahan

tambalan ke dalam kavita gigi, menggunakan bahan tambalanpada karies 2 (dua)

bidang.

Tujuan:

a. Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri

b. Mengembalikan fungsi pengunyahan

c. Mengembalikan bentuk anatomi gigi

d. Mengembalikan bentuk estetik gigi

e. Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rahang

f. Mencegah infeksi lebih lanjut

3. Pencabutan akar tunggal tanpa penyulit

Pengertian :Pencabutan gigi tetap anterior dan posterior yang terpaksa dilakukan karena

gigi tidak dapat dirawat (restorasi atau endodontik) atau gigi tersebut perlu diekstraksi

untuk kepentingan perawatan dan pencegahan (interceptiveorthodontic). Tindakan ini

juga dilakukan pada gigi tetap dengan karies mencapai pulpa baik vital maupun non vital

dengan kelainan sistemik yang kontraindikasi (kelainan jantung dan ginjal) untuk dirawat

endodontic

Tujuan: Mengeluarkan gigi tetap dari rongga mulut yang memang diindikasikan untuk

dicabut guna menghindari kelainan lebih lanjut.

4. Rujukankesehatan gigi dan mulut dan mulut

Jenis-jenis rujukan

a. Rujukan medik gigi

Rujukan kasus dengan atau tanpa pasien , untuk keperluan diagnostic,

pengobatan, tindakan operatif dan pemulihan

Rujukan specimen,untukpemeriksaan penunjang

Rujukan ilmu pengetahuan danteknologi, mendatangkan tenaga ahli

b. Rujukan kesehatan gigi dan mulut

Bantuan tehnologi berupa tehnologi tepat guna

Bantuan saran dan prasarana :alat peraga

Bantuan operasional berupa dana dan pemeliharaan peralatan

VIII. REFERENSI

1. Darby dan Walsh 2003, Dental Hygiene theory and practice 2nd edition, Saunders,

Missouri- USA

2. Depkes EM 2005, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Asuhan Kesehatan gigi dan

mulut dan Mulut

3. Wilkins EM 2005. Clinical practice of dental hygiene 9 edition, Lippincot Williams &

Wilkins, Massachusetts

4. Harfst DP 2004, Dental practice tool kit

5. Nurhayati 1996, Penggunaan dan Pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi dan mulut

6. Novak DE 2001, Contemporary dental assisting

Page 108: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

297

IX. LAMPIRAN

1. Panduan simulasi transfering alat dan bahan spesialistik, manipulasi bahan pada kasus

spesialistik

2. Panduan simulasi penambalan 2 bidang tindakan mandiri

Page 109: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

298

Lampiran 1.

Panduan simulasi transfering alat dan bahan spesialistik, manipulasi bahan pada kasus

spesialistik

1. Satu peserta berperan sebagai dokter gigi spesialis melakukan tindakan

2. Satu peserta berperan sebagai perawat gigi yang melakukan asistensi

3. Alat dan bahan yang diperlukan

4. Fasilitator dan peserta lainya mengamati

5. Fasilitator membuat kesimpulan hasil simulasi

Bahan simulasi

Pasien tuan x umur 30 tahun datang ke RS dengan keluhan gigi geraham kanan bawah belakang

berlubang pada permukaan pengunyahan sampai ke sisi aproximal. Bila terkena makanan panas

atau dingin nyeri ringan. Di RS tersebut ada dokter gigi spesialis konservasi dan perawat gigi.

Apa yang anda lakukan sebagai perawat gigi yang bertugas di RS tersebut?

Langkah Simulasi.

Pasien di persilahkan duduk oleh asisten dan diposisikan sedemikian rupa untuk mempermudan

operatordan asisten bekerja.untuk mlihat area gigi yang akan dilakukan penambalan dengan

leluasa. Pada penambalan gigi geraham bawah belakang posisi operator pada jam 9 asisten

pada jam 2 menghadap ke dokter gigi.

Tahap preparasi

Pengaturan bur merupakan tanggung jawab asisten, mengenai jenis,ukuran, bentuk setiap bur.

Asisten harus merespon dengan segera baik low speed maupun high speed conta angle.

Baki tumpatan meliputi:

Kaca mulut,sonde, pinset,excavator

plastis instrumen

bahan tumpatan sesuai dengan indikasi tumpatan

matrik band/ celluloid strip

linings, dengan alas pengaduk disposible dan spatula

bahan-bahan lain yang di butuhkan dan disediakan pada permukaan kerja

aplikasi cavity lining

cavity lining, semen dasar atau bahan pelindung pulpa lainya dapat diletakan secara cepat guna

mengantisipasi pergerakan dan saat yang tepat antara operator dan asisten. Tanda lining,dapat

diatisipasi oleh asisten yang berpengalaman,yaitu pada saat hendpiece di gantidengan

excavator. Lakukan pengadukan dan memberikan bahan ke operator kemudian tempatkan

matrik atau celluloid strip yang digunakan pada penambalan yang mengenai permukaan yang

mengelilingi gigi.

Tahap penumpatan

Tergantung bahan yang di gunakan: GIC dilakukan pengadukan. Dengan bahan composite resin

di perlukan etsa, bonding dan light curing.

Page 110: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

299

Tahap pengukiran

Alat yang di berikan carver/ burnisher. Untuk GIC di beri vaselin dan untuk composite selanjutnya

di sinar.

Tahap pelepasan matrix operatormelepas matrix menggunakan hemostatic clam dan

menyerahkan pada asisten.

Tahap penyelasian.

Asisten mengembalikan posisi duduk pasien, memberikan intruksi pasca penambalan,

mengarahkan pasien untuk menyelesaikan administrasi.

Selanjutnya merapikan kembali dental unit dan alat bahan supaya siap untuk pasien berikutnya.

Page 111: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

300

Lampiran 2.

Panduan simulasi penambalan 2 bidang tindakan mandiri

1. Peserta berperan sebagai pasien

2. Peserta berperan sebagai perawat gigi yang melakukan tindakan penambalan

3. Alat dan bahan yang diperlukan

4. Fasilitator dan peserta lainya mengamati

5. Fasilitator membuat kesimpulan hasil simulasi

Bahan simulasi :

Pasien tuan X umur 30 tahun datang ke puskesmas suka miskin dengan keluhan gigi geraham kiri

bawah berlubang,pada permukaan pengunyahan sampai aproximal, nyeri ringan kalau terkena

makanan dingin. Di puskesmastersebut tidak ada dokter giginya

Siapkan alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk mengatasi masalah tuan S tersebut..

Tahap- tahap pelaksanaan tindakan penambalan dengan bahan composite resin

Persiapan alat

a. Set diagnostik, terdiri dari :

Kaca mulut

Sonde

Excavator

pinset

b. Set konservasi

c. Set preparasi

Alat pelengkap

a. Bonding disk

b. Light curing

Persiapan bahan

a. Masker

b. Sarung tangan

c. Gelas kumur disposible

d. Obat kumur chlorhexidine 5%

e. Suction disposible

f. Cotton roll

g. Cotton pellet

h. Kuas ¾

i. Celluloid strip

j. Komposit

k. Articulating paper

Page 112: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

301

Pelaksanaan Tindakan

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri

2. Pastikan identitas pasien

3. Lakukan anamnesa

4. Cuci tangan sebelum berkontak dengan pasien

5. Lakukan pengukuran tanda – tanda vital

6. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan berikut tujuannya.

7. Lakukan persetujuan tindakan

8. Pasang slaberche pada pasien.

9. Pakai masker.

10. Cuci tangan.

11. Pakai sarung tangan.

12. Siapkan alat-alat dan dekatkan pasien.

13. Persilahkan pasien berkumur chlorhexidine 5%.

14. Lakukan preparasi kavita.

15. Keringkan area kerja dengan suction,letakkan cotton roll di labial/bukal dan lingual.

16. Lakukan sterilisasi kavita menggunakan cotton pellet yang dibasahi alkohol.

17. Keringakan kavita menggunakan treeway syringe.

18. Lakukan aplikasi etsa ke dinding dan dasarkavita selama 30 detik (sesuai ketentuan produk).

Kemudian bilas atau anjurkan pasien berkumur.

19. Keringkan kembali kavita, dan isolasi area kerja dari saliva.

20. Aplikasikan bonding dan lakukan penyinaran dselama 20 detik.

21. Pasang celluloid strip pada bidang yang akan di lakukan penambalan

22. Aplikasikan bahan tambalan komposit menggunakan plastis filling instrumen dan bentuk

kembali anatomi gigi dan lakukan kembali penyinaran.

23. Evaluasi ketinggian tambalan dengan articulating paper hingga pasien merasa nyaman.

24. Lakukan pemolesan pada permukaan tambalan.

25. Rapihkan area kerja intra dan ekstra oral.

26. Rapihkan peralatan dan lakukan dekontaminasi untuk selanjutnya dilakukan proses

sterilisasi.

27. Buang sampah infeksius ke dalam plastik kuning dan sampah non infeksius ke dalam plastik

hitam

28. Cuci tangan setelah berkontak dengan pasien dan area pelayanan.

29. Berikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dan ucapkan terimakasih.

30. Dokumentasikan pada catatan perawat.

Page 113: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 4

Page 114: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

302

MATERI INTI 4

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN GIGI DAN MULUT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif)

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan.

Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut

dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu,

kelompok, dan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan

mulut yang optimal.

Kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dilaksanakan sesuai dengan standar profesi

yaitu mempunyai batasan minimal yang dilaksanakan secara professional. Sesuai

Permenkenkes 58 tahun 2012 perawat gigi dalam menjalankan pekerjaannya memiliki

kewenangan yaitu:

1. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut.

2. Upaya pencegahan penyakit gigi.

3. Tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas ;dan

4. Pelayanan hygiene kesehatan gigi

Salah satu kewenangan diatas yaitu perawat gigi dapat melakukan tindakan medik dasar

pada kasus penyakit gigi terbatas yaitu meliputi tindakan kegawatdaruratan pada kasus

gigi dan mulut sesuai standar pelayanan. Untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan perawat gigi dalam melakukan kegiatan kegawatdaruratan tersebut, maka

diperlukan pendidikan dan pelatihan sebagai refreshing keilmuan untuk menunjang

pelaksanaan pekerjaan perawat gigi di tempat kerjanya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penatalaksanaan

kegawatdaruratan gigi dan mulut.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :

1. Menjelaskan konsep penatalaksanaan kegawatdaruratan gigi dan mulut.

2. Menjelaskan prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan

3. Menjelaskan jenis kegawatdaruratan gigi dan mulut

4. Melakukan penanganan kegawatdaruratan gigi dan mulut

Page 115: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

303

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Konsep Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut

Sub pokok bahasan:

a. Pengertian gawat darurat

b. Tujuan penanganan gawat darurat

Pokok Bahasan 2. Prinsip Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

Pokok Bahasan 3. Jenis Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut

Pokok Bahasan 4. Cara Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut

IV. METODE

1. Curah pendapat 2. CTJ 3. Simulasi

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang 2. Laptop 3. LCD 4. Flipchart 5. White board 6. Spidol (ATK) 7. Phantoom 8. Panduan simulasi 9. Alat dan bahan kegawatdaruratan

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan

disampaikan.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan

menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan

sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

2. Materi pokok bahasan disampaikan dengan urutan sebagai berikut: konsep

penatalaksanaan kegawatdaruratan gigi dan mulut, prinsip penatalaksanaan

kegawatdaruratan, jenis kegawatdaruratan gigi dan mulut serta cara penanganan

kegawatdaruratan gigi dan mulut.

3. Materi disampaikan dengan metode curah pendapat dan ceramah tanya jawab serta

simulasi penanganan kegawatdaruratan pada perdarahan.

Page 116: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

304

Langkah 3. Simulasi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok.

2. Fasilitator mensimulasikan cara penanganan kegawatdaruratan pada perdarahan dan

semua peserta mengikutinya

3. setiap kelompok mendiskusikan dan merangkum langkah-langkah penanganan

kegawatdaruratan yang telah disampaikan

4. Hasil diskusi dan rangkuman dituliskan dalam plift chart atau bahan tayang.

Langkah 4. Presentasi

Langkah pembelajaran:

1. Masing – masing kelompok diminta untuk mempresentasikan dan mensimulasikan

cara penanganan kegawatdaruratan pada perdarahan didepan teman yang lain dan

fasilitator, kemudian kelompok yang lain memberikan tanggapan.

2. Fasilitator memberikan umpan balik dan mengarahkan hasil diskusi sesuai tujuan

pembelajaran.

Langkah 5. Rangkuman dan kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap

materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan

4. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengn mengucapkan terima kasih.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KONSEP PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN GIGI DAN MULUT.

A. Pengertian gawat darurat.

Gawat darurat adalah dua istilah yang sebenarnya berbeda dalam pengertian namun

umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai satu-kesatuan. Suatu keadaan disebut

gawat apabila sifatnya mengancam nyawa namun tidak memerlukan penanganan

yang segera, contoh untuk keadaan ini adalah pasien yang menderita penyakit

kanker. Penyakit kanker adalah penyakit yang bisa mengancam nyawa seseorang,

namun tidak terlalu memerlukan tindakan sesegera mungkin (immediate treatment).

Suatu keadaan disebut darurat apabila sifatnya memerlukan penanganan yang

segera, contoh untuk keadaan ini adalah baru saja digigit ular berbisa, mengalami

pendarahan hebat, tengah menderita patah tulang akibat kecelakaan, kehilangan

cairan karena diare hebat, dan sebagainya. Meskipun keadaan darurat tidak selalu

mengancam nyawa, namun penanganan yang lambat bisa saja berdampak pada

terancamnya nyawa seseorang.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Gawat Darurat adalah keadaan

klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa

dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU No. 44 tahun 2009).

Page 117: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

305

B. Tujuan penanganan gawat darurat

Penanganan kegawatdaruratan adalah suatu pertolongan yang cepat dan tepat

untuk mencegah kematian maupun kecatatan. Adapun tujuan dari penanganan

gawat darurat adalah sebagai berikut:

1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat

darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat

sebagaimana mestinya.

2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh

penanganan yang Iebih memadai.

3. Menanggulangi korban bencana.

Pokok Bahasan 2.

PRINSIP PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

Prinsip dasar penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah bahwa seorang petugas

kesehatan diharuskan melihat secara utuh bahwa pasien adalah manusia yang harus

diperhatikan juga haknya. Dalam prinsip secara umum, petugas kesehatan dan pasien

adalah sama-sama subjek, sebagai mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kasus

kegawatdaruratan. Prinsip dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah sebagai

berikut:

1. Stabilisasi Pasien

Setelah kita mengenali kondisi kegawatdaruratan, lakukan stabilisasi keadaan pasien

sebelum melakukan rujukan. Elemen-elemen penting dalam stabilisasi pasien:

a. Menjamin kelancaran jalan nafas, pemulihan sistem respirasi dan sirkulasi.

b. Menghentikan sumber perdarahan dan infeksi.

c. Mengganti cairan tubuh yang hilang.

d. Mengatasi rasa nyeri atau gelisah.

2. Terapi Cairan

a. Antisipasi ini dilakukan pada tahap awal untuk persiapan jika kemudian

penambahan cairan dibutuhkan.

b. Pemberian cairan ini harus diperhatikan baik jenis cairan, banyaknya cairan yang

diberikan, dan kecepatan pemberian cairan harus dengan diagnosis kasus.

c. Misal, pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada kasus syok

hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok

septik.

d. Cairan yang diberi sebaiknya berupa Ringer Laktat dan NaCl fisiologis yang dapat

menggantikan cairan dalam tubuh.

3. Resusitasi Jantung Paru (RJP)

a. Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernapasan

(bantuan napas) dengan kompresi dada eksternal. RJP digunakan ketika seseorang

mengalami henti jantung dan henti napas.

b. Dalam melakukan RJP, sebagai seorang penolong harus:

1) Mempertahankan terbukanya jalan napas (Airway = A)

2) Memberi nafas untuk pasien (Breathing = B)

3) Mengusahakan kembalinya sirkulasi pasien (Circulation = C)

Page 118: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

306

c. Dalam prinsip RJP selalu mengikutsertakan ABC:

1) Suatu pernafasan tidak akan efektif jika jalan nafas tidak terbuka.

2) Pernafasan buatan tidak efektif pula jika sirkulasi terhenti.

3) Darah yang bersirkulasi tidak akan efektif, kecuali darah tersebut

teroksigenisasi.

4) Selalu diingat jika perdarahan dapat mengganggu sirkulasi.

5) Oleh karena itu jika seorang pasien kehilangan darah terlalu banyak maka RJP

yang dilakukan tidak efektif.

d. Langkah-langkah resusitasi jantung paru sejak tahun 2010, berubah dari ABC

menjadi CBA.

4. Pemantauan Kandung Kemih

a. Dalam pemantauan kandung kemih, sebaiknya menggunakan kateter untuk

mengukur banyaknya urin yang keluar guna menilai fungsi ginjal dan keseimbangan

pemasukan dan pengeluaran cairan tubuh.

b. Jika kateterisasi tidak mungkin dilakukan, urin ditampung dan dicatat kemungkinan

terdapat peningkatan konsentrasi urin (urin berwarna gelap) atau produksi urin

berkurang sampai tidak ada urin sama sekali.

c. Jika produksi urin mula-mula rendah kemudian semakin bertambah, hal ini

menunjukkan bahwa kondisi pasien membaik.

d. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 ml/jam.

5. Rujukan

a. Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima terbatas untuk menyelesaikan

kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas

kesehatan lain yang lebih lengkap.

b. Seharusnya sebelum kasus dirujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima rujukan

sudah dihubungi dan diberitahu terlebih dahulu sehingga persiapan penanganan

ataupun perawatan inap telah dilakukan dan diyakini rujukan kasus tidak akan

ditolak.

Pokok Bahasan 3.

JENIS KEGAWATDARURATAN GIGI DAN MULUT

Kegawatdaruratan gigi adalah suatu keadaan dimana terdapat trauma terhadap mulut

yang melibatkan gigi yang tercabut, rahang yang bergeser dan trauma wajah atau fraktur.

Sebagai tambahan adalah perlukaan soft tissue seperti bibir, gusi, atau pipi. Perlukaan

pada mulut sering menimbulkan sakit yang cukup hebat dan harus dirawat sesegera

mungkin. Kegawatdaruratan ini menyangkut rasa sakit, perdarahan, infeksi dan estetika

dimana ada keadaan-keadan tertentu yang irreversible bila tidak ditangani dengan cepat.

Berikut adalah beberapa jenis kegawatdaruratan gigi dan mulut:

1. Sakit Gigi, seperti: Nyeri Pulpa, Nyeri Periodontitis dan Abses Gigi Kronik

2. Perdarahan karena luka, diantaranya:

a. Luka pada soket pembedahan

b. Luka trauma pada rongga hidung

Page 119: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

307

3. Trauma Maksilofasial, seperti:

a. Fraktur frontal

b. Fraktur nasal

c. Fraktur dentoalveolar

d. Gigi avulsi

e. Fraktur soket gigi

f. Fraktur prosessus alveolar

g. Fraktur mandibula

Pokok Bahasan 4.

CARA PENANGANAN KEGAWATDARURATAN GIGI DAN MULUT

Penanganan kegawatdaruratan gigi dan mulut tergantung pada jenis atau kasus

kegawatdaruratannya. Berikut adalah cara penanganan kegawatdaruratan gigi dan mulut

berdasarkan jenis kegawatdaruratannya:

1. Sakit Gigi

Nyeri pulpa adalah nyeri yang spontan, kuat, sering berdenyut, dipicu oleh suhu, dan

masih terasa beberapa saat setelah penyebab dihilangkan. Lokasinya pada tempat

yang buruk dan cenderung menjalar ke telinga, pelipis, atau pipi. Nyeri dapat hilang

spontan, namun klien harus diarahkan untuk melakukan perawatan endodontik atau

pencabutan karena dikhawatirkan terjadi nekrosis pulpa, periodontitis apikalis akut

dan abses gigi.

Nyeri periodontitis apikalis berupa nyeri yang spontan dan hebat. Berlangsung

selama beberapa jam terlokalisir dengan baik dan ditimbulkan oleh proses

pengunyahan. Gusi dari gigi yang bersangkutan sering teraba lunak. Abses dapat

berbentuk pembengkakan wajah (gumboil atau abses subperiosteal pada gusi).

Pembengkakan biasanya disertai demam dan rasa sakit. Infeksi pada rongga wajah

dapat membahayakan saluran napas.

Abses gigi kronik pada gusi yang bersangkutan berhubungan dengan gigi molar yang

mengalami kerusakan. Terapi terbaik adalah mengincisi abses, pemberian

antimikroba dan analgesic. Pada situasi yang akut dapat sembuh dan timbul

kembaliapabila pulpa uang nekrotik terinfeksi kembali, kecuali dilakukan perawatan

endodontik atau pencabutan gigi. Hipersekresi sinus yang asimtomatik dapat

merupakan gejala dari adanya abses kronik. Abses ini jarang terbuka sampai ke kulit

2. Perdarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah yang tidak dapat berhenti sendiri tanpa suatu

perawatan.

Menurut kausanya perdarahan terbagi dalam 2 kategori:

a. Perdarahan karena trauma, yang disebabkan kecelakaan, berkelahi, tindakan

pembedahan, pencabutan gigi atau aktivitas mekanis yang mempengaruhi

pembekuan darah, seperti terlalu banyak berkumur, gesekan lidah atau

menghisap-hisap luka dan pemberian tampon yang kurang padat.

Page 120: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

308

b. Perdarahan karena non trauma, disebabkan karena penyakit sistemik, seperti

hipertensi, penyakit kardiovaskuler, hemofili, diabetes melitus, leukimia, malfungsi

adrenal, gangguan pembekuan darah dan pemakaian obat antikoagulan.

Apabila kondisi perdarahan dibiarkan tanpa penanganan yang baik, maka akan

dimungkinkan untuk terjadinya komplikasi perdarahan, yaitu berkurangnya aliran

darah secara umum keseluruh tubuh sebagai akibat lanjut kerusakan jaringan tubuh

dapat mengakibatkan sirkulatori syok dimana berkurangnya suplai oksigen dan

nutrient lain ke sel-sel jaringan tubuh. Selain keadaan jantung yang tidak normal,

berkurangnya volume darah, berkurangnya tonus pembuluh darah, dan obstruksi

aliran darah pada sirkulasi terutama pada venous return ke jantung dapat

menyebabkan cardiac output yang tidak adekuat.

Penatalaksanaan Luka

Apabila ditemukan kasus terjadinya perdarahan akibat dari luka maka kita harus

segera menanganinya. Prinsip penatalaksanaan luka tergantung pada jenis lukanya,

namun demikian pada dasarnya terdapat cara penanganan luka secara umum sebagai

berikut:

a. Lakukan penilaian terhadap modus, waktu, jenis luka, lokasi luka, bentuk

kerusakan jaringan, (V terbalik, Y tidak beraturan) dan kedalaman luka.

b. Lakukan tindakan a dan antiseptik

c. Anestesi lokal ( Kecuali pada luka bakar kemungkinan memerlukan general

anestesi ).

d. Pembersihan luka / kulit. Mechanical scrubbing, menggosok luka dengan kasa

steril, memakai larutan antiseptik

e. Dilusi dan irigasi 500-2000 cc atau 50 – 100 cc / panjang luka , tergantung dari;

uas dan kotornya luka. Larutan yang digunakan adalah NaCL. Dilanjutkan dengan

klorheksidin atau povidin iodine. Kembalilakukan irigasi sampai benar – benar

bersih.

f. Debridemen. Pembersihan luka dan debridemen diawali pada lapisan superfisial

jaringan sampai k lapisan terdalam. Perhatikan tanda-tanda jaringan mati/avital,

yaitu warna lebih pucat, lebih rapuh, dan tidak berdarah. Buang jaringan vital

dengan pisau atau gunting, perhatikan anatomi daerah tersebut, jangan

mencederai vascular atau nervus. Lakukan debridemen sampai jaringan yang

normal terlihat, biasanya terlihat adanya perdarahan dari jaringan yang dipotong.

g. Penutupan luka. Jika luka bersih dan jaringan kulit dapat menutup, maka lakukan

jahitan primer. Jika luka bersih namun diperkirakan produktif, misalnya

kemungkinan seroma atau infeksi, maka pasanglah drain. Jika luka kotor, maka

lakukan perawatan luka terbuka untuk selanjutnya dilakukan penjahitan

sekunder.

h. Medikamentosa antibiotik yang bertujuan untuk :

a. Topikal/ larutan/ Salep.

b. Mengurangi pembentukan krusta yang dapat menghambat epitaelisasi.

c. Mencegah kassa melekat pada luka.

d. Mengurangi tingkat infeksi.

e. Sistemik berupa sediaan oral ataupun parenteral.

Page 121: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

309

i. Pemberian tetanus toksoid dilakukan jika belum atau lama tidak mendapatkan

booster TT. Jika telah mendapat booster sebelumnya, cukup diberikan anti

tetanus serum yang terlebih dahulu dilakukan skin test.

j. Observasi.

Penanganan Luka Pada Soket Pembedahan

Untuk penanganan luka pada socket pasca pembedahan, maka cara penanganannya

adalah:

a. Gunakan suction tip dengan diameter kecil dan lembut.

b. Lakukan kuretase dan irigasi soket dengan NaCL dan amatilebih spesifik area

perdarahan.

c. Lakukan local injeksi di area soket pembedahan untuk menghentikan perdarahan

( vasokontriksi )

d. Aplikasikan hemostatik sponge ke dalam soket.

e. Gigitan tampon atau kasa dan observasi selama 20 menit. Jika masih terdapat

perdarahan setelah penekanan pertama dengan kasa, basahi kasa dengan topical

thrombin / sirup antifibrinolytic, epsilon amonicaproic atau 5 % tranexamic acid

kemudian gigitkan kembali kasa pada soket selama 20 menit.

f. Sementara melakukan penanganan perdarahan secara local, lakukan

pemeriksaanlaboratorium darah, jika ditemukan kelainan pada nilai

tromboplastinentime (APTT) dianjurkan untuk melakukan konsultasi medis.

g. Jika terdapat rembesan perdarahan disekitar soket, gunakan couter untuk

menghentikan perdarahan.

h. Jika perdarahan dari trauma tulang, hentikan perdarahan dengan aplikasi bone

wax.

i. Penjahitan pada soket yang mengalami perdarahan

j. Berikan penjelasan tertulis pada pasien mengenai hal – hal yang harus

diperhatikan agar tidak terjadi perdarahan kembali.

k. Segera lakukan rujukan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut jika

ditemukan adanya anomaly dari hasil pemeriksaan darah

Penanganan Luka Trauma Pada Rongga Hidung

Gunakan tampon anterior yang dibasahi dengan adrenalin 1:1000 dan pantocain

2%/boorzalf/bismuth iodine paraffin paste selama 1-2 hari. Bila perdarahan berasal dari

posteriot dapat dilakukan penekanan dengan tampon bellocq.

Cara pemasangan tampon bellocq adalah sebagai berikut:

a. Gunakan tampon yang terdiri dari gulungan kasa yang mempunyai dua benang di

sisi satu dan satu sisi lainnya.

b. Gunakan kateter karet yang dimasukan dari nares anterior ke dalam sampai

tanpak di orofaring dan ditarik keluar melalui mulut.

c. Pada ujung kateter diikatkan salah satu dari dua benang yang ada pada satu ujung

dan kateter ditarik kembali melalui lubang hidung yang lain.

d. Kemudian kedua benang yang telah keluar melalui lubang hidung ditarik, sedang

telunjuk tangan yang lain membantu mendorong tampon ke arah nasofaring

sampai tepat menutup koana

Page 122: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

310

e. Lalu kegua benag diikatkan pada tampon lain terletak dekat dengan rongga

hidung. Benang dari lain dikeluarkan melalui mulut dan diletakkan secara longgar

di pipi. Benang ini bertujuan untuk menarik kembali tampon jika sudah waktunya

untuk dilepas.

f. Penderita harus dirawat dan tampon ini diangkat setelah 1-2 hari, dan disertai

penatalaksanaan prophylaksis antibiotik yang sesuai.

g. Penanganan selanjutnya di rumah sakit sangat penting, dikhawatirkan jika

terdapat perdarahan yang menetap meski telah dilakukan tindakan pemasangan

tampon bellocq.

3. Trauma Maksilofasial

Trauma maksilofasial merupakan trauma fisik yang dapat mengenai jaringan keras

dan lunak wajah. Penyebab trauma maksilofasial bervariasi, mencakup kecelakaan

lalu lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olahraga dan trauma akibat senjata api. Trauma

pada wajah sering mengakibatkan terjadinya gangguan saluran pernafasan,

perdarahan, luka jaringan lunak, hilangnya dukungan terhadap fragmen tulang dan

rasa sakit.

Trauma maksilofasial dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi sebagai

berikut:

a. Fraktur Frontal

Terjadi akibat dari pukulan berat pada dahi, bagian anterior/posterior sinus frontal

mungkin terlibat. Gangguan lakrimasi mungkin dapat terjadi jika dinding posterior

sinus frontal retak, duktus nasofrontal sering terganggu.

b. Fraktur Nasal

Kondisi ini adalah hasil dari kekuatan diakibatkan oleh trauma langsung akibat

perpanjangan kekuatan trauma dari hidung ke tulang ethmoid dan dapat

mengakibatkan kerusakan pada canthus medial, aparatus lacrimalis atau saluran

nasofrontal.

c. Fraktur Dentoalveolar

Fraktur pada gigi susu mungkin tidak memerlukan perawatan darurat gigi.

Tetapicidera yang tampak ringan dapat merusak gigi pengganti yang akan

menjadi gigi tetap. Fraktur pada enamel tidak memerlukan perawatan darurat.

Tetapi tetap memerlukan pengawasan.

Kebanyakan cidera berat pada dentin harus dirawat dengan segera karena dapat

menimbulkan infeksi pulpa. Hal yang pertama dilakukan adalah ketahui apakah

gigi fraktur tersebut masih vital atau non vital dengan melakukan pemeriksaan

klinis.

Jika fraktur gigi mengakibatkan rkspose terhadap pulpa vital dengan volume yang

relative keci dilakukan pulp capingl sebelum dirujuk dapat dilakukan pulp caping

guna mempersiapkan pasien untuk mendapatkanperawatan selanjutnya. Namun

jika gigi fraktur lebih dari 24 jam dengan keadaan gigi non vital maka rujukan

pasien untuk dilakukan pulpektomi atau perawatan saluran akar.

Page 123: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

311

Perawatan darurat pada gigi fraktur seperti penambalan dengan material khusus

pada dentin yang patah atau perawatan secara cepat atau paling lambat dapat

diberikan pada keesokan harinya.

d. Gigi Avulsi

Avulsi pada gigi tetap anterior dapat ditanam kembali pada anak – anak,, apabila

apeks pada akar belum terbentuk dengan sempurna ( dibawah 16 Tahun ). Avulsi

pada gigi susutidak perlu ditanam kembali. Semakin muda usia anak, maka

penanaman kembali semakin semakin cepat yaitu 15 menit dan 98 % kasus serupa

dapat kembali normal dengan perawatan berkala.

Penanaman segera memberikan hasil terbaik. Jika gigi tersebut terkontaminasi

cucilah dengan larutan air garam steril, dan apabila soket terisi bekuan darah

hilangkan dengan irigasi laritan garam.

Tanam kembali gigi dengan benar sesuai permukaan nya kemudian lakukan

penekanan pda soket secara manual dan balut giginya. Rujuk pasien untuk

diobservasi dan jika membutuhkan penanganan selanjutnya dalam waktu 72 jam

setelah kejadian.

Jika penanaman kembali tidak dapat dilakukan segera, simpan gigi di dalam

larutan yang lama isotonic seperti susu segar seperti yang terpasteurisasi , larutan

garam atau larutan lensa kontak. Atau bila anak cukup kooperatif, letakan gigi

pada sulcus buccalis.

Selama perjalanan menuju rumah sakityang mempunyai spesialis bedah mulut.

Cairan yang tidak sesuai dan merusak adalah air ( terjadi pemaparan yang lama

dan mengakibatkan kerusakan keseimbangan isotonis ), desinfeksi, pemutih, dan

jus buah.

Penggunaan larutan minyak doxycilin sebelum penanaman kembali oleh dokter

gigi dapat membantu pencegahan resorpsi akar dikemudian hari. Balut gigi

selama 7 -10 hari,, tidak boleh menggigit pada gigi yang dicabut. Diet lunak dan

lakukan perawatan kebersihan mulut.

Hal – hal yang harus diperhatikan pada saat akan dilakukan replantasi :

1. Gigi yang akan direplantasi merupakan gigi sehat

2. Tidak ada fraktur tulang alveolar

3. Lamanya gigi diluar mulut tidak .> 2 jam

4. Penyimpanan gigi yang teravulasi tidak boleh dalam keadaan ( rendam dalam

larutan fisiologis )

e. Fraktur Soket Gigi

Fraktur dinding socket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding

socket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding

socket

Page 124: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

312

f. Fraktur Prosessus Alveolar

Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesua alveolaris

dengan atau tanpa melibatkan socket alveolar gigi

g. Fraktur Mandibula

Fraktur mandibula terdiri dari :

1) Dento Alveolar

2) Prosesus kondiloideus

3) Angulus mandibula.

4) Ramus mandibula

5) Korpus mandibula

6) Midline Simfisis menti

7) Lateral midline dalam region insisivus

Dislokasi Atau Subluksasi Mandibula

Dislokasi atau subluksasi oleh pembukaan rahgeserbeg yang terlalu lebar,condylus

bergeser ke depan atas, anterior, dari eminensia dan mulut enganpaembalian

posisien terbuka terus.

Proses pengembalian posisi apat dilakukan dengan menghadap wajah pasien dan

meletakan ibu jari tangan kanan dan kiri yang sudah dibalut perban pada gigi molar

bawah secara bersamaan dengan jari lainnya dibawah dagu, dorong dari bawah ke

atas.

Apabila otot- otot mengalami spasme, dapat diberahangrikan midazolam i.v. apabila

posisi rahang sudah kembali, hindari pembukaan rahang lebar. Dislokagsi yang

berulang dapat menunanjukan adanya sindrom Ehlers – Danlos dan sindrom Marfan.

Penanganan Trauma maksilofasial

Tindakan yang terutama adalah membebaskan jalan napas Bebaskan semua trauma

pada pasien sepanjang jalan nafas dengan pedoman BTCLS. Masalah lain yang

mengancam kehidupan seperti perdarahan intracranial,perdarahan hebatdari orang

lain, dan kerusakan tulang leher harus segera ditangani. Pengamatan selanjutnya

periksia kemungkinan terjadinya robek kepala dan kebocoran cairan serbrospinal.

Oklusi yang tampak bertingkat mengarah akan adanya fraktur mandibula. Perdarahan

yang berhubungan dengan fraktur rahang dapat mempengaruhi jalan nafas. Fraktur

rahang sendiri jarang menyebabkan perdarahan hebat, kecuali berhubungan dengan

palatum yang terpisah atau luka tembak.

Perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri interior gigi biasanya berhenti dengan

sendirinya. Tetapi timbul kembali pada traksi mandibula. Perdarahan maxillofacial

yang hebat dapat ditamponade dengan fiksasi craniofacial. Perdarahan dapat timbul

dari fraktur tulang hidung, dimana dibutuhkan fiksasi pada hidung. Jika perdarahan

berulang, pembekuan darah yang rusak harus dijahit.

Page 125: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

313

Penatalaksanaan fraktur walaupun terjadi kerusakan wajah yang parah, bukan

merupakan prioritas yang utama. Namun serpihan gigi yang patah, darah, atau air liur

harus dibersihkan dari mulut. Dan diperlukan pembebasan jalan nafas orofaringeal.

Intubasi mungkin diperlukan pada cidera kepala, cricotiroidotomy dapat dilakukan

apabila intibasi tidak dapat dilakukan atau keadaan kontra indikasi dari intubasi

nasotrakeal. Diagnosa frakturnya dari anamnesa yaitu nyeri, bengkak, memar,

perdarahan, adanya fragmen yang bergeser ( adanya krepitasi ), oklusi yang tidak

rata, paresthesia dari saraf yang bersangkutan dan tanda-tanda fraktur pada

radiografi.

Tahap-Tahap Penanganan Trauma Maksilofasial Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit

Primary Survey

a. Airway dengan c-spine protection

1) Berikan rangsangan nyeri untuk mengetahui sejauh mana respon penderita.

Tentukan tingkat kesadaran pasien dengan menentukan respon pasien secara

AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)

2) Bebaskan jalan napas dengan C-spine immobilisasi

b. Breathing /Ventilasi/Oksigenasi

1) Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala

2) Tentukan laju dan dalamnya pernafasan

3) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks, identifikasi deviasi trachea, distansi

vena leher ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian obat tambahan

dan tanda-tanda cidera

4) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor

5) Auskultasi thoraks bilateral

c. Circulation dan Menghentikan Perdarahan

1) Lakukan penilaian keadaan hemodinamik

2) Temuklan sumber perdarahan, baik eksternal maupun internal

3) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital

4) Lakukan palpasi kecepatan, kualitas, keteraturan nadi, ukuran tekanan darah

bila memungkinkan. Hypovolemia dapat diketahui dari keadaan hipotensi pada

penderita trauma

5) Penemuan klinis dalam hitungan detik yang dapat memberikan informasi

keadaan hemodinamik adalah tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi

6) Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan (direct pressure) pada

luka, tourniquet sebaiknya tidak digunakan karena merusak jaringan dan

menyebabkan iskemia distal, sehingga tourniquet hanya digunakan jika ada

amputasi traumatik

d. Disability (status kesadaran)

1) Penilaian terhadap keadaan neurologis secara cepat, parameternya adalah

tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil tanda-tanda lateralisasi dan tingkat

cedera spinal

Page 126: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

314

2) Penilaian GCS disajikan dalam symbol E M V, nilai GCS tertinggi adalah 15 yaitu

E4M6V5 dan terendah adalah 3 yaitu E1M1V1

e. Exposure/Environtment/Body Temperature

1) Buka pakaian penderita untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh

2) Periksa kembali hal-hal yang mungkin terlewat pada pemeriksaan sebelumnya.

Sangat mungkin terdapat perlukaan yang tertutup oleh pakaian, contoh darah

yang keluar dari anus dn lain-lain.

3) Segera selimuti penderita untuk mencegah hipotermi.

VIII. REFERENSI

1. Atkinson, (1990), Fundamental of Nursing : Concept and Practice, Mosby Adisson

Wesley Torontodo

2. Darby dan Walsh 2003, Dental Hygiene theory and practice 2nd edition, Saunders,

Missouri- USA.

3. Depkes EM 2005, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan

Mulut

4. Wilkins EM 2005. Clinical practice of dental hygiene 9 edition, Lippincot Williams &

Wilkins, Massachusetts

5. Harfst DP 2004, Dental practice tool kit

6. Nurhayati 1996, Penggunaan dan Pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi

7. Novak DE 2001, Contemporary dental assisting

8. Modul BTCLS bagi Perawat Gigi

IX. LAMPIRAN:

Panduan Simulasi

Page 127: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

315

Lampiran

Panduan Simulasi :

1. Peserta dibagi dalam kelompok 6 yang terdiri dari 5 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok mendiskusikan dan merangkum cara dan langkah penanganan

kegawatdaruratan pada perdarahan selama 15 menit

4. Kelompok mempresentasikan dan mensimulasikan hasil diskusi dan rangkumannya dan

kelompok lainnya memberi tanggapan

5. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi

6. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta.

Page 128: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 5

Page 129: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

316

MATERI INTI 5

KARYA TULIS/ KARYA ILMIAH DI BIDANG KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Menulis karya ilmiah merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai nilai kredit yang

relatif tinggi yang tak dapat ditinggalkan oleh seorang pemangku jabatan fungisonal

kesehatan. Karya ilmiah yang diciptakan harus dituangkan dalam bentuk tulisan atau

disebut juga karya tulis. Kepiawaian seseorang dalam menulis dapat terasah bila yang

bersangkutan sering melakukannya.

Sebagai seorang pemangku jabatan fungsional perawat gigi kategori keahlianyang

profesional haruslah memahami berbagai bentuk karya tulis dan terlebih lagi bagi tim

penilai jabatan fungsional harus benar-benar memahami apakah tulisan yang dinilai

merupakan suatu karya ilmiah yang murni atau plagiat.

Modul ini akan membahas tentang pengertian dan jenis-jenis karya tulis/ilmiah; prinsip dan

teknik penulisan karya tulis/ilmiah; dan penyusunan karya tulis/ilmiah bidang keperawatan

gigi dan mulut.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusunkarya tulis/ilmiah bidang

keperawatan gigi dan mulut.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan tentangpengertian dan jenis-jenis karya tulis/ilmiah.

2. Menjelaskan prinsip dan teknik penulisan karya tulis/ilmiah.

3. Menyusun karya tulis/ilmiah bidang keperawatan gigi dan mulut.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok bahasan 1. Pengertian dan jenis-jenis karya tulis/ilmiah

Sub Pokok Bahasan:

a. Pengertian

b. Jenis-jenis

Pokok bahasan 2.Prinsip-prinsipdan Teknik Penulisan KaryaTulis/Ilmiah

Sub Pokok Bahasan:

a. Prinsip penulisan karya tulis/ilmiah

b. Teknik penulisan karya tulis/ilmiah

Pokok bahasan 3.Langkah-langkah PenyusunanKarya Tulis/IlmiahBidang Keperawatan

Gigi dan Mulut

Page 130: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

317

IV. METODE

1. Curah pendapat 2. CTJ 3. Diskusi kelompok: 4. Latihan menulis karya tulis/ ilmiah

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang 2. Laptop 3. LCD 4. Flipchart 5. White board 6. Spidol (ATK) 7. Panduan Diskusi Kelompok 8. Panduan latihan 9. Contoh-contoh karya tulis

VI. LANGKAH–LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana, menyapa peserta

dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas,

mulailah memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat

bekerja, dan materi yang akan disampaikan.

2. Menggali pengetahuan peserta (apersepsi) tentang karya tulis/ilmiah di bidang

keperawatan gigi dan mulut dengan metode curah pendapat (brainstorming).

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan

disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan

sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.Materi pokok bahasan

disampaikan dengan urutan sebagai berikut: Pengertian dan jenis-jenis karya

tulis/ilmiah,Prinsip-prinsip dan Teknik Penulisan Karya Tulis/Ilmiah, Langkah-langkah

Penyusunan Karya Tulis/Ilmiah Bidang Keperawatan Gigi dan Mulut

2. Materi disampaikan dengan metode curah pendapat dan ceramah tanya jawab serta

simulasi penanganan kegawatdaruratan pada perdarahan.

Langkah 3. Diskusi Kelompok

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitatormembagi peserta dalam 5 kelompok dan meminta peserta untuk melakukan

diskusi kelompok, menyelesaikan latihan soal menyusun karya tulis/ilmiah sesuai

penugasan di lampiran

2. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya dan

peserta di kelompok lain diminta untuk memberkan tanggapannya

Page 131: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

318

Langkah 5. Rangkuman dan kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap

materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan

4. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengan mengucapkan terima kasih.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS KARYA TULIS/ILMIAH

A. Pengertian Karya tulis/ilmiah

Pengertian karya tulis/ilmiah adalah:

1. Karya ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan

ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Fakta dapat berasal

dari pengamatan, uji laboratorium, studi pustaka, wawancara, angket (Rosidi).

2. Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil

pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya, suatu karangan yang

disusun berdasarkan penelitian, pengamatan ataupun peninjauan. Membahas

masalah secara obyektif sesuai fakta dengan menggunakan metode-metode

ilmiah dengan bahasa yang benar, jelas, ringkas dan kemungkinan kecil salah

tafsir.

3. Karya tulis ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan

ditulis berdasarkan pendekatan dan metode ilmiah yang ditujukan untuk

kelompok pembaca tertentu. Dikatakan ilmiah karena memahami syarat

sistematik, generalisasi, eksplanasi dan terkontrol.

4. Karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis menurut aturan atau kaidah

tertentu. Karya ilmiah harus didasarkan atas proses dan hasil berpikir ilmiah

melalui penelitian. Proses berpikir ilmiah menempuh langkah-langkah tertentu

yang disangga oleh 3 unsur pokok yakni pengajuan masalah, perumusan

hipothesis dan verifikasi data; dan hasilnya ditulis secara sistematis menurut

aturan-aturan metode ilmiah (Nana Sujana).

5. Karya ilmiah harus menggunakan bahasa ragam resmi, sederhana dan lugas, serta

selalu digunakan untuk mengacu hal yang dibicarakan secara obyektif.

B. Jenis-jenis karya tulis/ilmiah

1. Makalah

Makalah disampaikan pada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan ilmiah,

misalnya disampaikan dalam suatu seminar, symposium, lokakarya, konferensi

maupun kongres.Juga dapat ditulis untuk melengkapi tugas-tugas di pendidikan

formal.

Page 132: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

319

2. Artikel

Artikel ditulis untuk pembaca tertentu, misalnya untuk dimuat dalam majalah ilmiah.

Bila ditujukan untuk orang awam, biasanya disajikan secara popular dan dimuat pada

surat kabar ataupun majalah.

3. Kertas Kerja

Adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan

yang bersifat empiris obyektif; analisis dalam kertas kerja lebih serius daripada

analisis dalam makalah.

4. Komentar

Karya ilmiah berupa pendapat terhadap berbagai kejadian/pernyataan,

kebijaksanaan atau fenomena yang terjadi di masyarakat.

5. Resensi

Adalah tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku.

Tujuan resensi (Gorys Keraf) adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah

sebuah buku atau karya tulis itu patut mendapat sambutan dari masyarakat.

6. Skripsi, tesis dan disertasi

Ketiga jenis karangan ilmiah ini ditulis untuk memperoleh pengakuan tingkat

kesarjanaan di perguruan tinggi. Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana (S1), Tesis

untuk memperoleh gelar Master (S2) dan Disertasi untuk memperoleh gelar Doktor

(S3), Istilah skripsi kadung disebut sebagai Tugas Akhir.

Skripsi:

Karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat

orang lain yang harus didukung oleh dan fakta empiris obyektif.

Tesis:

Karya ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada skripsi; thesis akan

mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

Thesis memperbincangkan pengujian terhadap suatu hipothesa yang biasanya

ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana.

Disertasi:

Adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan

oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis terinci; yang

mana dalil tersebut harus dipertahankan oleh penulisnya dari penguji.

Berisi temuan penulis sendiri; biasanya orisinil.

7. Kritik

Adalah karya ilmiah berupa telaahan, dijelaskan kelebihan dan kekurangan dari karya

tulis yang dikritik dan diikuti dengan pendapat pengkritik.

Berisi:

Pendahuluan (ringkasan karya tulis yang dikritik)

Pembahasan: kelemahan dari karya ilmiah tadi dan pendapat pengkritik.

Kesimpulan dan Saran

Page 133: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

320

8. Studi kepustakaan

Adalah penulisan karya ilmiah berdasarkan penelitianbibliografi secara sistematis

ilmiah yang meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan sasaran

penelitian, pengorganisasian serta penyajian data-data.

9. Modul

Adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa,

sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.

10. Laporan ilmiah

Laporan menjadi hal penting di perusahaan dan instansi pemerintah, karena

merupakan dasar bagi kegiatan selanjutnya.Laporan ada yang ditulis dalam jangka

waktu tertentu, disebut sebagai laporan periodik dan ada yang dibuat berdasarkan

kebutuhan dan permintaan.

Pokok bahasan 2.

PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS/ILMIAH

A. Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah

Dalam penulisan karya ilmiah beberapa prinsip yang perlu kita ketahui:

1. Etika dalam penulisan karya ilmiah

Etika bagi seorang penulis ilmiah adalah memasukkan nilai-nilai moral dan tanggung

jawab ketika menggunakan komunikasi ilmiah dengan tujuan-tujuan mulia.

Beberapa landasan etika:

a. Penulis ilmiah harus akurat dalam menulis, penulis ilmiah harus betul-betul

seksama.

b. Penulis ilmiah harus jujur dalam menulis.

c. Penulis ilmiah harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya; bekerja sesuai

dengan jadwal yang sudah ditentukan.

d. Penulis ilmiah tidak boleh mengganti fakta dengan dugaan.

e. Penulis ilmiah tidak boleh menyembunyikan kebenaran dengan menggunakan

dwimakna (ambiguitas).

f. Penulis ilmiah tidak boleh menggunakan ide orang lain tanpa memberi

keterangan secara jelas. Penulis ilmiah harus mencantumkan sumber informasi

suatu gagasan.

g. Penulis ilmiah tidak boleh melanggar hak cipta.

h. Penulis ilmiah tidak boleh berbohong dengan mengacu data statistik. Penulis

ilmiah yang memanipulasi data atau grafik, menggunakan uji statistik secara

ceroboh dan tidak tepat atau sengaja mengubah sampel dikatakan tidak etis.

i. Penulis ilmiah tidak boleh memasukkan dugaan pribadi dalam laporannya.

Penulis ilmiah yang kurang obyektif dalam tulisannya disebut tidak etis.

2. Proses berpikir ilmiah

a. Berpikir deduktif

Berpikir deduktif merupakan sebagian dari berpikir ilmiah. Logika deduktif

merupakan salah satu unsur dari methode logiko hipotetiko verifikatif, dimana

kita menarik kesimpulan dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan

Page 134: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

321

khusus dengan menggunakan penalaran atas rasio. Hasil dari berpikir deduktif

dapat digunakan untuk menyusun hipotesis, yakni jawaban sementara yang

masih perlu diuji atau dibuktikan melalui proses keilmuan selanjutnya.

b. Berpikir induktif

Proses berpikir induktif adalah kebalikan dari berpikir deduktif, yakni

pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta

khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.

Proses berpikir induktif dimulai dari fakta atau data khusus berdasarkan

pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris. Data dan fakta hasil

pengamatan empiris disusun, diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik maknanya

dalam bentuk pernyataan atau kesimulan yang bersifat umum. Menaik

kesimpulan umum dari data khusus berdasarkan pengamatan tidak

menggunakan rasio atau penalaran tetapi menggunakan cara lain, yakni

menggeneralisasikan fakta melalui statistik.

c. Berpikir ilmiah

Berpikir ilmiah menggabungkan berpikir deduktif dengan berpikir induktif.

Hipotesis diturunkan dari teori, kemudian diuji melalui verifikasi data secara

empiris. Pengujian dengan jalan mengumpulkan dan menganalisa data yang

relevan untuk menarikkesimpulan apakah hipotesis benar atau tidak. Cara

berpikir seperti ini disebut metode logiko-hipotetiko-verifikatif.

Berpikir ilmiah menghasilkan metode ilmiah menempuh langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Merumuskan masalah

Yakni mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab. Pertanyaan yang

diajukan hendaknya mengandung banyak kemungkinan jawabannya.

2) Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan jawaban dari

pertanyaan diatas. Dalam menetapkan hipotesis kita harus berpaling kepada

khasanah pengetahuan, artinya hipotesis diturunkan dari kajian teoritis

penalaran deduktif.

3) Verifikasi data, artinya mengumpulkan data secara empiris kemudian

mengolah dan menganalisis data untuk menguji benar tidaknya hipotesis.

Hipotesis yang telah teruji merupakan jawaban definitif dari pertanyaan yang

diajukan.

4) Menarik kesimpulan, artinya menentukan jawaban-jawaban definitif dari

setiap masalah yang diajukan atas dasar pembuktian atau pengujian secara

empiris. Hipotesis yang tak teruji kebenarannya tetap harus disimpulkan

dengan memberikan pertimbangan dan penjelasan faktor penyebabnya. Ada

2 faktorpenyebab yang utama:

Kesalahan verifikasi: instrument kurang tepat, sumber data keliru, tehnik

pengolahan datakurang tepat.

Kekurang tajaman dalam menurunkan hipotesis atau bersumber pada

teori yang belum mapan.

Page 135: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

322

Namun bila proses penurunan hipotesis telah terpenuhi dan verifikasi data

telah memenuhi syarat, hipotesis tetap tidak terbukti kebenarannya dapat

disimpulkan: tidak terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa teori yang

mendukung hipotesis dapat diaplikasikan dalam kondisi di tempat penelitian

itu dilaksanakan.

3. Tujuh macam sikap ilmiah yang perlu dimiliki:

a. Sikap ingin tahu yang diwujudkan dengan selalu bertanya tentang berbagai hal,

Apa? Mengapa? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain?

b. Sikap kritis direalisasikan dengan selalu mencari informasi sebanyak-banyaknya,

baik bertanya pada narasumber yang kompeten ataupun membaca.

c. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan pendapat dan

argumentasi orang lain.

d. Sikap obyektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya tanpa

dibarengi oleh perasaan pribadi.

e. Sikap rela menghargai karya orang lain yang diwujudkan dengan mengikuti dan

menyatakan terima kasih atas karangan orang lain dan menganggapnya sebagai

karya orisinal milik pengarang aslinya.

f. Sikap berani mempertahankan kebenaran yang diwujudkan dengan membela

fakta atas hasil penelitiannya.

g. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic yatu

berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan

mampu menyusun suatu teori baru.

4. Syarat-syarat karya ilmiah

Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran

yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya.

Suatu karangan dikatakan ilmiah bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Karangan ini berdasarkan hasil penelitian.

b. Pembahasan masalahnya obyektif sesuai dengan fakta.

c. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya.

d. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode

tertentu.

e. Bahasa yang digunakan lengkap, terperinci, teratur dan cermat.

f. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas dan tepat sehingga tidak

terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.

Melihat syarat-syarat diatas, seorang penulis karya ilmiah hendaklah memiliki

keterampilan dan pengetahuan dalam bidang:

a. Masalah yang sedang diteliti.

b. Metode penelitian yang digunakan.

c. Teknis menulis karangan ilmiah.

d. Penguasaan bahasa yang baik.

Page 136: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

323

B. Teknik Penulisan Karya Ilmiah

1. Tahap-tahap penulisan karya ilmiah:

a. Tahap persiapan

1) Pemilihan topik/masalah dan merumuskan masalah penelitian yang

didefinisikan dengan jelas keluasan dan kedalamannya.

2) Studi pustaka untuk melihat apakah sudah ada penelitian serupa yang

pernah dilakukan.

3) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara tentang suatu

fenomena tertentu yang akan diteliti.

4) Pembuatan kerangka penulisan.

b. Tahap pengumpulan data:

Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah

mencari informasi dari kepustakaan mengenai hal-hal yang ada relevansinya

dengan judul garapan. Disamping itu penyusun juga dapat memulai terjun ke

lapangan: tetapi ingat sebelum terjun mintalah izin pada tuan rumah, baik

pemda ataupun perusahaan, bila anda akan meneliti di perusahaan.

c. Tahapan pengorganisasian:

Data yang sudah terkumpul diseleksi dan diorganisir, dan digolongkan menurut

jenis, sifat dan bentuknya.Data di olah dan dianalisis dengan teknik-teknik yang

sudah ditentukan. Jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis

dengan teknik statistik.

d. Tahap penyuntingan:

Disini konsep diperiksa mencakup pemeriksaan isi karya ilmiahnya, cara

penyajian dan bahasa yang digunakan.

e. Tahap penyajian/pelaporan

Dalam mengetik naskah hendaknya diperhatikan segi kerapihan dan kebersihan,

perhatikan juga tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah, baik di kulit luar

maupun didalam (daftar isi, daftar puska, halaman, dll).

2. Sistematika penulisan

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Kata pengantar

Abstraksi

Daftar isi

Daftar tabel (bila ada)

Daftar lampiran (bila ada)

Page 137: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

324

3. Bahasa dalam karya tulis ilmiah

a. Ejaan resmi karya ilmiah

Sejak tanggal 17 Agustus 1972 ejaan yang dipakai adalah Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

Ciri-ciri EYD:

Perubahan j, y, dj menjadi j, nj menjadi ny, ch menjadi kh, tj menjadi c, sj

menjadi sy.

Kata ulang harus ditulis dengan tanda hubung.

Kata majemuk ditulis terpisah tanpa tanda hubung.

Kata ganti ku, mu, kau dan nya ditulis digabungkan dengan kata yang

mengikutinya.

Depan did an ke ditulis terpisah.

Kata si dan sang ditulis terpisah.

Partikel per yang berarti tiap-tiap, mulai, demi ditulis terpisah.

b. Penulisan singkatan dan akronim

Singkatan:

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti

dengan tanda titik.

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan masalah

Tujuan penulisan

Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Populasi dan Sampel

Teknik Pengumpulan Data

Prosedur Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN

(Sub bab disesuaikan dengan butir-butir pertanyaan

dalam masalah)

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Daftar Pustaka

Lampiran (instrument, paparan data, biodata dan foto)

Page 138: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

325

Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau

organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata

ditulis dengan huruf besar dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf ataulebih diikuti satu tanda titik.

Lambung kimia, singkatan satuan ukruan, takaran, timbangan dan mata

uang tidak diikuti tanda titik.

Akronim:

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata

ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan

sebagai sebagai kata.

Penulisan akronim nama diri yang merupakan gabungan huruf awal deret kata

ditulis seluruhnya dengan huruf besar, misalnya : LAN, SIM.

Penulisan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata gabungan huruf

dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal Huruf Besar, misalnya:

Litbang, Bapelkes, Puskesmas, Deplu.Penulisan akronim, yang bukan nama diri

yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata

dari deret kata seluruhnya ditulis denganhuruf kecil, misalnya: pemilu, rapim,

pimpro, tiang.

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat

berikut :

Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada

kata Indonesia.

Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan

konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

c. Penulisan angka dan lambang

Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam

tulisan lazim digunakan angka arab atau angka Romawi.

Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas dan isi,

(ii) satuan waktu, (iii) nilai uang dan (iv) kuantitas.

Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah,

apartemen, atau kamar pada alamat.

Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Menulis lambang bilangan dengan huruf, misalnya:Dua puluh 20

Sepertiga 1/3

Menulis lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut

misalnya:

Hamengku Buwono I

Menulis lambang bilangan yang mendapat akhiran- an mengikuti cara yang

berikut, misalnya:

Tahun ’90-an

Page 139: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

326

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengansatu atau dua kata ditulis

dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara

berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

Penulisan lambang bilangan pada awal kalimat harus dengan huruf.

Penulisan angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dieja sebagian

supaya lebih mudah dibaca.

Penulisan bilangan tidak perlu dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks

kecuali di dalamdokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, menulisnya harus

tepat.

d. Penulisan kutipan

Menyisipkan kutipan dalam sebuah karangan ilmiah diizinkan sepanjang

mengikuti etika dan aturan yang berlaku. Tidak jarang pendapat, konsep dan

hasil penelitian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik atau diperkuat.

Dengan kutipan sebuah tulisan akan terkait dengan penemuan-penemuan atau

teori-teori yang ada. Namun perlu diingat, kita mengutip apabila diperlukan.

Kutipan langsung:

Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam susunan kalimat

aslinya tanpa mengalami perubahan sedikitpun. Bahan yang kita kutip harus

direproduksi tepat seperti apa adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda-

tanda baca dan sebagainya.

Kutipan langsung kadang-kadang memang diperlukan dengan tujuan untuk

mempertahankan keaslian pernyataan itu. Seseorang mungkin membuat

pernyataan otentik, yang bila disalin ke dalam bentuk pernyataan yang lain akan

kehilangan keotentikannya.

Kutipan langsung tidak dapat dihindari mengenai hal-hal berikut:

Mengutip peraturan-peraturan hukum, undang-undang, anggaran dasar,

anggaran rumah tangga dan sebagainya.

Mengutip peribahasa, sajak, dialog drama.

Mengutip beberapa landasan pikiran yangdinyatakan dalam kata-kata yang

sudah pasti.

Mengitup statement ilmiah dan mengutip ayat-ayat dari kita suci.

Kutipan tidak langsung:

Seorang ilmuwan dituntut untuk mampu menyatakan pendapat orang lain dalam

bahasa ilmuwan sendiri. Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan

kembali maksud penulis dengan kata-katanya sendiri; jadi yang dikutip hanyalah

pokok-pokok pikiran, atau ringkasan dan kesimpulan dari sebuah tulisan,

kemudian dinyatakan dengan bahasanya sendiri.

Mengutip dari kutipan:

Mengutip dari kutipan harus dihindari, tetapi dalam keadaan terpaksa, misalnya

sulit menemukan sumber aslinya, mengutip dari kutipan bukanlah suatu

pelanggaran.Apabila seorang penulis mengutip dari kutipan, ia harus

Page 140: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

327

bertanggung jawab terhadap ketidak tepatan dan ketidak telitian kutipan yang

dikutip. Selain itu pengutip wajib mencantumkan dalam catatan kaki bahwa itu

mengutip sumber itu dari sumber lain. Kedua sumber itu dituliskan dalam

catatan kaki dengan dibubuhi keterangan “dikutip dara”.

4. Kesalahan-kesalahan umum dalam menulis ilmiah

a. Menulis kalimat yang tidak utuh.

b. Menulis kalimat yang rancu.

c. Kesalahan urutan kata.

d. Kesalahan pemakaian kata dan ungkapan penghubung.

e. Kesalahan pemakaian kata depan.

f. Kesalahan pemakaian bentuk kata.

g. Kesalahan penyerapan istilah.

5. Penulisan makalah ilmiah

a. Makalah hasil berpikir deduktif

Pada hakikatnya adalah tulisan yang membahas atau memecahkan suatu

masalah atas dasar kajian teori dari khazanah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

penulis makalah harus mempelajari terlebih dulu permasalahannya dari sudut

keilmuan. Teori, konsep, prinsip, hukum, postulat dan asumsi-asumsi dari

keilmuan yang relevan dengan masalah yang akan dibahas harus dikuasai dan

diketahui dengan baik.

Makalah terdiri dari:

Latar belakang

Permasalahan dan Hipotesis

Pembahasan masalah

Kesimpulan

Saran

Daftar pustaka

b. Makalah hasil berpikir induktif

Makalah yang dibuat atas dasar berpikir induktif dilakukan melalui

pendeskripsian gejala dan peristiwa berdasarkan pengamatan di lapangan. Apa

yang ditulis adalah fakta, gejala atau keadilan yang diamatinya di lapangan,

kemudian diberi komentar dan pembahasan berdasarkan teori-teori yang

berkaitan dengan hal yang diamatinya.

Sistematika makalah sebagai berikut :

Judul

Latar belakang

Permasalahan

Kesimpulan

Saran

Daftar pustaka

Page 141: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

328

c. Makalah hasil berpikir ilmiah

Makalah hasil berpikir ilmiah adalah tulisan yang memaparkan proses dan hasil

penelitian. Dengan demikian makalah berupa rangkuman suatu laporanhasil

penelitian atau rangkuman skripsi, tesis, disertasi ditambah komentar-komentar

penulis makalah, baik terhadap metodologi yang digunakan maupun terhadap

hasil yang diperolehnya. Makalah ini bisa berupa rangkuman laporan hasil

penelitian sendiri, bisa pula dari laporan hasil penelitian orang lain.

Sistematika makalah:

1) Judul

2) Kata pengantar (ditulis oleh penyusun makalah)

3) Permasalahan

4) Kerangka pemikiran dan hipotesis

5) Metodologi penelitian

6) Hasil-hasil penelitian

7) Kesimpulan dan saran

8) Pembahasan kajian penulis makalah terhadap proses dan hasil-hasil

penelitian yang dirangkumkan di atas.

Kajian dapat mengemukakan beberapa kelemahandan keuntungan temuan

dari penelitian ini, kemungkinan pemanfaatannya, keterbatasannya, masalah

yang muncul untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut.

9) Daftar pustaka

Pokok bahasan 3.

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KARYA TULIS/ILMIAH

Dalam rangka penyusunan karya tulis/ilmiah yang baik, diperlukan langkah-langkah sebagai

berikut:

A. Pemilihan Topik

Dalam pemilihan topik, Keraf menyatakan, penyusun karya ilmiah lebih bak menulis

sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benar-benar diketahui.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:

1. Topik yang dipilih berada disekitar kita, baik disekitar pengalaman kita maupun

pengetahuan yang kita kuasai.

2. Topik yang dipilih hendaknya yang paling menarik perhatian kita.

3. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari

pokok masalah yang menyeret anda pada pengumpulan informasi yang beraneka

ragam.

4. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang bersifat

subyektif, seperti kesenanganatau angan-angan anda.

5. Topik yang dipilih harus anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya walaupun serba

sedikit. Artinya topik yang dipilih jangan hal baru bagi anda.

6. Topik yang dipilih harus memilih sumber acuan, memiliki bahasa kepustakaan yang

akan memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan ditulis. Sumber

kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs

web atau undang-undang.

Page 142: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

329

B. Pembahasan Topik

Pembahasan topik disini ditekankan pada pembatasan topik.Jika topik sudah ditentukan

dengan pasti sesuai dengan petunjuk, uji sekali lagi apakah topik itu sudah cukup sempit

dan terbatas atau masih terlalu umum dan mengambang.Teknik membatasi topik dapat

dilakukan dengan pembuatan bagan pembatasan topik.

Topik yang anda pilih tempatkan pada puncuk bagan, kemudian tariklah cabang-cabang

ke bawah untuk menemaptkan nama kota tempat masalah akan digarap, seperti

Jakarta, Medan, Bandung dst. Tariklah lagi ranting dari nama kota yang Anda ketahui.

Kalau pilihan Anda jatuh ke BBPK Jakarta, pikirkan hal apa yang lebih menarik perhatian

Anda, apakah segi kualitas dan kuantitas kamar tidur atau resepsionis atau segi

manajemen Fasilitatorannya atau lainnya?Tariklah lagi garis anak-anak ranting ke bawah

untuk menempatkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan BBPK Jakarta. Jika pilihan

Anda difokuskan ke masalah resepsionis, pikirkan kembali apakah hal itu sudah cukup

spesifik. Bila masih terlalu umum, rincilah lagi. Dengan demikian anda mempunyai suatu

topik yang betul-betul khusus, spesifik dan sesuai dengan minat dan pengetahuan Anda.

C. Judul Karya Ilmiah

Judul karya ilmiah yang baik mempunyai ciri-ciri:

1. Bersifat langsung, cakupannya terbatas.

2. Mencerminkan isi.

3. Mencakup permasalahan atau variable yang akan diuraikan.

4. Dapat mempunyai sub judul (anak judul).

5. Singkat, menarik dan jelas.

6. Berbentuk frase, bukan berbentuk kalimat.

7. Ditulis dengan huruf capital seluruhnya atau capital di setiap awal kata, kecuali kata

depan dan tanpa tanda titik.

Sebelum memperoleh judul yang tepat, kita dapat membuat beberapa judul tentative

sampai kita menemukan judul yang paling sesuai dengan topik yang kita bahasa

Institusi Diklat

BBPK Jakarta

BBPK Ciloto

Bapelkes Lemah Abang

Kamar

tidur

Resepsionis

Pelatihan

Pelat.Teknis

Penjenjangan

Prajabatan

PIM

Page 143: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

330

Contoh :

Kesalahan Bahasa Penyiar di Stasiun RCTI (judul)

Bahasa Indonesia Penyiar di Stasiun RCTI (judul) : Perlukah dibenahi? (sub judul)

VIII. REFERENSI

1. Arifin, Zaenal, E., 2006, Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, PT Grasindo, Jakarta.

2. Hariwijaya dan Triton P.B., 2007, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, Oryza, Yogyakarta.

3. Hariwijaya, M., 2006, Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah, Citra Pustaka,

Yogyakarta.

4. Imron Rosidi, 2005, Ayo, Senang Menulis Karya Tulis Ilmiah, Media Pustaka, Jakarta.

5. Pusdiklat, 2001, Kumpulan Makalah Fasilitatoran Karya Tulis Ilmiah, Jakarta.

6. Sujana, Nana, 2001, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algensindo,

Bandung

IX. LAMPIRAN

1. Panduan Diskusi Kelompok

2. Kiat-kiat penulisan KTI

Page 144: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

331

Lampiran 1

Panduan Diskusi Kelompok:

1. Peserta dibagi dalam kelompok 5 yang terdiri dari 6 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok menentukan satu topik/judul karya tulis/ilmiah sesuai dengan isu

terkini/masalah di bidang keperawatan gigi dan mulut selama 5 menit

4. Masing-masing kelompok menyusun karya tulis berdasarkan topik yang dipilih selama 30

menit

5. Fasilitator menetapkan moderataor dan penulis untuk panel presentasi hasil diskusi

kelompok

6. Kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara panel, presentasi masing-masing

kelompok selama 10 menit dengan pengaturan oleh moderator

7. Kelompok lainnya memberi tanggapan di akhir panel selama 30 menit

8. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi selama 10 menit

9. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta selama 5

menit.

Page 145: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

332

Lampiran 2

KIAT-KIAT PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL

Pendahuluan

Penulisan artikel ilmiah dalam jurnal internasional sebenarnya tidak jauh berbeda dengan

penulisan artikel ilmiah pada jurnal nasional maupun lokal. Namun barangkali ada sedikit

perbedaan yang perlu disampaikan yang akan diuraikan pada makalah ini. Salah satu kriteria

artikel ilmiah bertaraf internasional adalah bahwa artikel ilmiah tersebut haruslah diminati oleh

dunia internasional. Jadi sifatnya universal. Hanya jurnal-jurnal ilmiah pada bidang tertentu saja

(bahasa, budaya dll.) yang dapat memuat tentang artikel ilmiah berskala lokal kedaerahan.

Ciri utama jurnal bertaraf internasional adalah menggunakan bahasa internasional, “editorial

boards”-nya berasal dari berbagai negara atau paling sedikit mempunyai “consulting editor”

dan “reviewer dari berbagai negara serta peredaran jurnal sangat luas di berbagai negara.

Namun, sebuah jurnal berskala internasional tidak harus memenuhi semua kriteria tersebut di

atas. Kriteria utama jurnal berskala internasional adalah bahwa jurnal tersebut diakui mutunya

dan menjadi referensi para ilmuwan internasional. Semakin banyak dan sering ilmuwan

internasional menyitasi isi jurnal bagi keperluan tulisan ilmiah internasional maka semakin baik

mutu jurnal yang bersangkutan. Jadi, jurnal yang berbahasa Inggris tidak otomatis menjadi

jurnal internasional.

Mempublikasikan artikel ilmiah pada jurnal bertaraf internasional mempunyai beberapa manfaat

antara lain artikel ilmiah sebagai hasil kegiatan penelitian kita dapat dibaca oleh para ahli di

seluruh dunia, yang dapat membawa nama kita pribadi dan institusi menjadi harum. Selain itu,

berdasarkan peraturan baru tentang persyaratan kenaikkan pangkat dan jabatan dosen,

publikasi ilmiah internasional mendapat angka kredit yang besar yaitu 40. DIKTI melalui proyek

URGE di masa lalu menyediakan hadiah sebesar sepuluh juta rupiah bagi para penulis yang

mampu menerbitkan artikel ilmiah pada jurnal internasional yang berkualitas.

1. Beberapa Definisi

a. Buku adalah terbitan tercetak tak berkala yang paling sedikit terdiri atas 49 halaman dan

terjahit pada satu sisinya serta terlindung dalam sampul sehingga merupakan satu jilid.

b. Pamflet adalah terbitan tercetak tak berkala yang paling sedikit terdiri atas 5 tetapi tidak

lebih dari 48 halaman.

c. Berkala adalah terbitan dengan judul khas yang muncul secara teratur (mingguan,

bulanan, triwulanan, tahunan) atau tidak teratur untuk rentang waktu tak terbatas.

d. Majalah (magazine) adalah terbitan berkala yang bukan harian, setiap keluar diberi

berhalaman terpisah, biasanya diidentifikasikan dengan tanggal dan bukan dengan

nomor berseri.

e. Jurnal (journal) adalah berkala berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat

diminati orang saat diterbitkan.

f. Buletin (bulletin) adalah berkala resmi yang dikeluarkan lembaga atau organisasi profesi

ilmiah serta memuat berita, hasil, dan laporan kegiatan dalam suatu bidang.

g. Warkat warta (newsletter) adalah terbitan pendek berisi berita, termasuk kemajuan

keilmuah yang berisi catatan singkat yang mengutarakan materi secara umum dan tidak

mendalam.

Page 146: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

333

h. Risalah (proceeding) berisi catatan jalan pertemuan, beserta pembahasan yang terjadi,

dan transaksi yang mumuat makalah yang dibacakan dalam pertemuan ilmiah

termaksud.

i. Majalah teknis ilmiah adalah berkala ilmiah yang berisi laporan hasil dan temuan baru

penelitian.

j. Berkala semi ilmiah adalah majalah sekunder yang memuat tulisan teknis dengan

cakupan yang bersifat siklopedia dan ditujukan buat kalangan terpelajar yang buka ahli

dalam bidang termaksud.

k. Berkala penyari (abstracting journal) adalah berkala sekunder yang hanya berisikan

abstrak atau ringkasan majalah primer.

l. Berkala tinjauan (review journal) adalah berkala yang memuat pembahasan berbagai

artikel ilmiah sejenis untuk memberikan gambaran kemajuan menyeluruh suatu topik.

m. Majalah populer adalah berkala yang berisi tulisan ilmiah untuk orang awam.

Artikel dalam sebuah jurnal dapat dibagi menurut jenisnya yaitu artikel asli (original papers

atau regular papers), artikel tinjauan (review papers), catatan penelitian (research note) dan

surat pembaca (letter to the editor).

Artikel asli biasanya merupakan artikel ilmiah hasil penelitian, atau dapat berupa konsep-

konsep asli yang dikembangkan dari artikel-artikel ilmiah yang dipublikasikan. Artikel

tinjauan biasanya merupakan artikel ilmiah yang disusun berdasarkan telaah pustaka. Artikel

tinjauan biasanya ditulis oleh para pakar atas permintaan editor. Catatan penelitian

merupakan laporan ringkas tentang penelitian yang secara ilmiah sangat penting untuk

segera dipublikasikan. Surat pembaca biasanya merupakan komentar yang membangun

terhadap artikel-artikel yang dipublikasikan dalam suatu jurnal. Penulis dapat memberikan

jawaban atau penjelasan atas komentar pembaca.

2. Pemilihan Jurnal Ilmiah

Setelah selesai melakukan penelitian, maka seorang peneliti harus dapat menentukan

derajat keaslian sumbangan ilmiahnya, dapat menentukan keterkaitan dan ruang lingkup

disiplin ilmu yang tertarik akan hasilnya, serta macam masyarakat ilmiah yang berminat akan

simpulan yang dihasilkan.

Macam media mana yang dipilih untuk menerbitkan temuan ilmiah tersebut harus sudah

ditentukan dengan baik sebelum naskah ditulis. Cara yang paling sederhana adalah pergi

keperpustakaan untuk mendapatkan jurnal ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu kita.

Pertama-tama kita baca keterangan dalam halaman dalam depan atau belakang atau dalam

Instuction for Authors tentang cakupan bidang ilmu yang sesuai dengan jurnal tersebut. Jika

di perpustakaan tidak ada, maka dapat berkonsultasi dengan kolega kita di lembaga lain

untuk membicarakan ke jurnal mana artikel tersebut paling tepat dikirim. Survey mengenai

jurnal ilmiah juga dapat dilakukan melalui internet.

Seorang pemula mungkin akan mengalami kesulitan untuk memilih jurnal yang tepat jika

tersedia banyak pilihan. Sebagai patokan mulailah mempertimbangkan kemungkinan untuk

memasukkannya ke dalam berkala superspesialis. Jika setelah dinilai belum cukup

mendalam, maka lanjutkan penjajakan ke berkala spesialis cabang ilmu yang melingkupinya.

Sebagai alternatif terakhir baru kemudian persiapkan artikel untuk berkala bidang ilmunya.

Page 147: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

334

Dianjurkan untuk tidak menerbitkan hasil temuan kita pada majalah atau jurnal yang

merupakan bunga rampai bermacam ilmu. Berkala seperti ini tidak akan sampai ke tangan

ilmuwan sebidang.

3. Instruction for Authors

Setelah diperoleh jurnal yang tepat, segera simaklah gaya penyajiannya dengan membaca

beberapa tulisan yang dimuat dalam nomor-nomor atau jilid terakhir. Perhatikan pula

tentang “Objective of the Journal” yang biasanya memuat tentang cakupan bidang ilmu yang

diutamakan, jenis karya tulis yang diminta (artikel asli saja, artikel tinjauan saja, atau kedua-

duanya). Setelah itu pelajari Instruction for Authors pada jurnal tersebut.

Pemunculan “Instruction for authors” untuk setiap jurnal berbeda-beda. Jika pedoman

tersebut pendek biasanya ditulis pada setiap satu nomor penerbitan jurnal. Akan tetapi jika

panjang biasanya ditulis sekali dalam satu tahun, bisa pada awal tahun atau akhir tahun. Jika

tidak dapat diperoleh di perpustakaan maka kita dapat mengirim surat ke Editor in Chief atau

Technical Editor untuk mendapatkannya.

4. Penulisan Artikel

Kita harus membaca pedoman penulisan artikel dengan hati-hati agar tidak terjadi

kesalahan. Memang derajat pedoman tersebut berbeda-beda pada setiap jurnal dari yang

hanya garis besar saja sampai dengan yang sangat rinci.

Informasi umum yang diberikan dalam panduan penulisan itu adalah format penulisan

(ukuran dan jenis kertas, spasi, penomoran halaman, jumlah baris per halaman, margin dan

penomoran setiap baris tulisan), penulisan title page (judul artikel, penulis berserta

alamatnya, alamat korespondensi dan permintaan reprint), penulisan badan artikel.

Kita harus memperhatikan format pada jurnal terpilih. Sering terjadi editor menolak suatu

artikel ilmiah dikarenakan tulisan tersebut tidak memenuhi persyaratan format yang telah

ditentukan. Oleh sebab itu format harus dicermati.

Hal yang pertama yang harus diperhatikan adalah ukuran dan jenis kertas. Pada umumnya

ukuran yang digunakan adalah A4 atau letter dengan berat 80 gram. Setelah itu perhatikan

ukuran spasi (biasanya 2 spasi), ukuran marjin kiri, kanan, atas dan bawah (bervariasi

tergantung jurnal), ukuran font (paling sedikit 10 point), petunjuk penomoran halaman (atas

atau bawah, kanan, tengah atau bawah), batas jumlah halaman yang diijinkan, jumlah baris

per halaman (biasanya 20-25 baris). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap baris

pada setiap halaman diberi penomoran pada sisi kiri kertas. Penomoran baris sangat penting

sebagai rujukan bagi reviewer atau editor serta penulis pada waktu memberi jawaban atas

ulasan yang diberikan oleh reviewer. Selain itu, perlu diperhatikan boleh tidaknya

pemenggalan kata dan penggunaan right justification. Kadang sebuah jurnal juga

menentukan jenis huruf yang digunakan.

4.1. Penulisan Title Page

Pada tittle page (lihat lampiran 2) biasaya ditulis judul artikel, nama penulis dan alamat

lembaga dimana penelitian itu dilakukan, dan alamat penulis korespondensi.

Umumnya Running head little yaitu judul artikel dalam bentuk singkat (yang nantinya

akan muncul pada halaman tertentu pada artikel yang telah dicetak bersama dengan

Page 148: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

335

nama penulis) juga dicantumkan pada halaman judul ini. Cara penulisan halaman judul

ini untuk setiap jurnal berbeda-beda.

Pada halaman judul ini perlu diperhatikan apakah judul ditulis tebal, miring, huruf

kapital atau huruf kecil. Secara umum judul ditulis paling atas dan di tengah-tengah.

Ada jurnal yang menentukan judul dicetak tebal, nama penulis dan alamat dicetak

miring. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan ukuran huruf. Justifikasi judul, nama

penulis dan alamat juga perlu diperhatikan.

Alamat penulis dalam jurnal bertaraf internasional adalah lembaga yang betul-betul

memberi sumbangan dan ikut ambil bagian dalam penelitian. Sebagai contoh, seorang

dosen melanjutkan pendidikan S3 di Universitas Andalas. Setelah lulus ia pulang

kembali ke institusi dimana ia bekerja. Jika ia mempublikasikan hasil penelitiannya,

maka alamat penulis adalah Universitas Andalas. Penulis dapat mencantumkan alamat

sekarang (alamat dimana ia bekerja) pada catatan kaki.

Judul biasanya diminta sesingkat mungkin tetapi mencerminkan isi dari artikel ilmiah

termaksud. Singkatan biasanya tidak dianjurkan dalam judul. Jumlah huruf pada

running head bervariasi (biasanya tidak lebih dari 55 huruf ).

Nama penulis yang dicantumkan biasanya yang benar-benar memberikan kontribusi

pada penelitian tersebut. Memang tidak ada patokan yang berlaku. Bisa saja,

pencantuman nama penulis tergantung pada kesepakatan di antara penulis. Jika

penulis lebih dari satu, maka cantumkan penulis yang bertanggungjawab dalam surat-

menyurat. Biasanya penulis atau peneliti senior. Peneliti senior tidak harus sebagai

penulis utama.

4.2. Abstract dan Keywords

Format abstrak juga bervariasi, sehingga kita harus benar-benar teliti membaca

pedoman penulisan pada jurnal tersebut yang meliputi format (kapital atau tebal,

center atau pada baris baru yang diikuti oleh kalimat pertama abstrak, spasi). Pada

umumnya, jurnal meminta abstrak ditulis pada halaman terpisah. Untuk

mempermudah, sebaiknya kita memperhatikan contoh artikel terbaru.

Secara umum, abstrak ditulis dalam satu paragraf yang berisi tujuan penelitian, materi

dan metodologi penelitian, hasil utama penelitian, kesimpulan dan kata kunci (key

words). Jika artikel tersebut berupa tinjauan pustaka, abstrak berisi tentang latar

belakang, hasil utama berupa temuan teoritik, kesimpulan dan kata kunci. Pada

abstrak biasanya tidak terdapat pembahasan, tabel, pustaka, sitasi, dan gambar.

Singkatan biasanya diperbolehkan dalam abstrak.

Abstrak inilah yang biasanya digunakan dalam abstracting yang akan disebarluaskan

baik secara elektronik maupun cetak. Oleh sebab itu kita harus mampu

mengungkapkan hasil penelitian kita secara menyeluruh sehingga pembaca bisa

menangkap isi artikel tanpa harus mengacu ke artikel yang lengkap. Pembaca yang

tertarik biasanya akan mencari artikel lengkapnya.

Jumlah kata maksimum dalam abstract umumnya dibatasi antara 100 dan 250 kata.

Namun ada juga jurnal yang memberi batasan sampai dengan 400 kata. Satu kata

Page 149: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

336

ditetapkan sebagai kumpulan karakter yang diapit oleh space. Abstract ditulis dengan

kalimat past tense, dan umumnya tidak diperkenankan lagi mengulangi judul artikel

dalam isi abstract. Abstract biasanya akan ditutup dengan kata kunci (keywords).

Kata kunci sangat penting dalam pengideksan artikel. Jika pembaca ingin mencari

artikel dengan kata kunci, maka salah satu kata kunci yang kita tulis akan bisa

membuka artikel tersebut. Oleh sebab itu, kita harus memilih kata kunci yang paling

baik mewakili topik yang dibahas. Jumlah kata kunci bervariasi dari 3-6. Tata cara

penulisan key words bervariasi. Ada jurnal yang menuliskan kata kunci berdasarkan

urutan abjad. Ada juga yang berdasarkan urutan dimulai dari kata kunci spesifik sampai

dengan kata kunci umum atau sebaliknya. Ada juga yang dimulai dari kata kunci yang

paling penting sampai dengan yang kurang penting atau sebaliknya.

4.3. Introduction

Bagian ini mengandung isi sebagai pengantar yang berisi justifikasi penelitian,

hipotesis dan tujuan penelitian. Jika artikel berupa tinjauan pustaka, maka

pendahuluan berisi latar belakang yang memuat tentang pentingnya “permasalahan”

tersebut diangkat, hipotesis (jika ada) dan tujuan penulisan artikel. Pada bagian ini

pustaka hanya dibatasi pada hal-hal yang paling penting. Perlu diperhatikan metode

penulisan pustaka rujukan sesuai dengan contoh artikel atau ketentuan dalam

Instruction for authors. Jumlah kata dalam bagian ini juga kadang dibatasi jumlah

katanya. Ada juga jurnal yang membatasi jumlah referensi yang dapat disitir pada

pendahuluan, tidak lebih dari tiga pustaka. Tidak dibenarkan membahas secara luas

pustaka yang relevan pada pendahuluan. Pada sebagian besar jurnal Introduction

ditulis dalam kalimat present tense. Perlu diperhatikan apakah “introduction” ditulis

segera setelah abstract, atau harus pada halaman baru.

4.4. Materials and Methods

Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa subheading untuk lebih rapi. Dalam bagian ini

umumnya tidak dibatasi jumlah kata atau panjang tulisan, sehingga kita akan lebih

leluasa menjelaskan materi dan metodologi yang digunakan. Perlu diketahui bahwa

para reviewer akan banyak menekankan pemeriksaan pada materi dan metode ini.

Karena, kevalidan hasil yang kita peroleh ditentukan oleh penggunaan materi dan

pendekatan metodologi yang digunakan. Oleh sebab itu, kita harus menulis secara

lengkap jenis materi dan metodologi yang kita lakukan dalam penelitian, sehingga

reviewer bisa memahami prosedur yang digunakan dalam penelitian.

Dalam bagian ini kita bisa menyajikan tabel, skema atau gambar untuk memperjelas

dan meringkas informasi yang akan ditulis. Bagian ini ditulis dengan kalimat past tense.

Jika kita merujuk metode dari hasil penelitian orang lain, maka kita tidak perlu

menuliskannya secara mendalam. Cukup ditulis bahwa pengukuran “apa”

menggunakan metode “siapa”.

Contoh :

a. Dry matter, crude protein and total ash were determined according to AOAC

(1990).

Page 150: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

337

b. Neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin and

hemicellulose were determined as described by Van Soest et al. (1991).

Hal ini juga berlaku bagi model analisis statistik. Kita tidak perlu mencantumkan model

matematikanya.

Contoh:

The effect of two season i.e. spring and winter on the nutrient composition and in situ

DMD was analysed using a t-test (Steel and Torrie, 1980).

Dalam artikel tinjauan, biasanya tidak dicantumkan materi dan metode penulisan yang

digunakan.

4.5. Results and Discussion

Setiap jurnal mempunyai pola yang baku atau yang fleksibel dalam bagian ini. Ada

jurnal yang memisahkan Results dari Discussion, atau menyatukannya, dan ada pula

yang menyerahkannya kepada penulis sesuai dengan kenyamanan dalam

penyajiannya.Jika Results terpisah, bagian ini hanya menyajikan hasil penelitian tanpa

membahasnya. Keuntungan cara ini adalah pembahasan bisa lebih terarah dan

menyeluruh karena bisa membahas variabel atau parameter yang saling berhubungan

sekaligus. Keburukannya adalah bahwa dalam membahas kita cenderung memulai lagi

sedikit dengan hasil, sehingga akan mengulang lagi apa yang sudah disajikan dalam

hasil.

Jika results digabung dengan discussion, pembahasan bisa langsung mengikuti

penyajian hasil. Keuntungan cara ini adalah setiap hasil langsung dibahas, sehingga

tidak perlu menyinggung lagi jika membahasnya. Keburukkannya adalah kita

cenderung mengulang pembahasan yang saling berkaitan. Namun untuk menulis pada

salah satu cara di atas kita bisa menggunakan teknik yang baik sehingga penyajian

hasil dan pembahasan bisa lebih menarik.

Dalam penyajian results ungkapkan hasil yang diperoleh secara jelas dan lugas tanpa

komentar. Pembaca diundang untuk mengambil kesimpulannya sendiri, kemudian

membandingkannya dengan pernyataan penulis setelah pembaca sampai pada bagian

discussion. Sajikan data terpilih dengan ringkas. Pada tahap ini, penulis sebaiknya

membentuk argumen yang akan menjadi tulang punggung discussion. Dengan

demikian, hal-hal pokok dalam results perlu diberi penekanan. Pada bagian results,

biasanya digunakan kalimat past tense yang sederhana. Untuk penyajian data yang

sederhana gunakan tabel. Untuk data yang rumit dan banyak gunakan gambar. Tidak

dibenarkan menyajikan gambar dari tabel yang telah disajikan. Rataan angka yang

disajikan dalam tabel dan gambar pada sebagian besar jurnal internasional disertai

oleh ukuran penyebaran seperti SD, SE.

Results harus ditulis secara sistematis. Kita tulis hasil mulai dari hasil utama baru diikuti

oleh data atau hasil pendukungnya atau sebaliknya, dari data pendukung baru ke hasil

utamanya.

Pada umumnya jurnal internasional tidak menginginkan bahasa statistik ditulis dalam

teks hasil. Sebagai contoh kalimat “Body weight was significantly affected by

Page 151: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

338

treatments (P<0,01)” adalah kalimat statistik, yang sangat sulit dipahami oleh

pembaca. Oleh sebab itu sebaiknya tulis saja secara langsung, misalnya “Probiotik

supplementation at level of 1% significantly increased body weight of broiler chickens

(P<0,01)”.

Dalam bagian discussion yang perlu kita bahas adalah hasil tersebut apakah menerima

atau menolak hipotesis yang kita kemukakan. Jadi disini dibahas kenapa hipotesis

diterima atau ditolak. Biasanya discussion akan ditutup dengan kesimpulan jika tidak

ada heading khusus untuk kesimpulan.

Agar discussion menarik untuk dibaca, maka mulailah dengan kata-kata kunci.

Demikian pula setiap paragraf sebaiknya dibuka dengan kalimat topik yang membawa

gambaran jelas kepada pembaca. Sebaiknya discussion dirancang dengan argumen

yang kuat. Ini akan memberikan kesempatan kepada penulis untuk merangsang minat

pembaca, sehingga pembaca tertarik untuk membaca seluruh artikel. Spekulasi dapat

dibenarkan dalam discussion sepanjang didukung oleh argumen yang kuat.

Kutipan dalam discussion sangat penting untuk memperkuat argumentasi penulis.

Kutipan harus memberikan informasi yang benar. Hal ini sangat penting bagi pembaca

yang ingin mengikuti argumen penulis dengan seksama, agar dengan tepat

menemukan apa yang dicarinya dalam artikel asli sesuai dengan pengarahan penulis.

Acuan mempunyai banyak kegunaan, antara lain dapat dijadikan otoritas tertinggi

yang menjadi dasar argumen. Acuan dapat menjadi otoritas sementara yang

keabsahannya menjadi tantangan pembaca, atau bahkan ternyata salah sama sekali.

Mungkin saja penulis dapat memberikan penekanan pada waktu penulisan kutipan

dalam teks. Perhatikan beberapa pernyataan berikut:

“Semua bakteri aerobil peka terhadap umtomycin (Burhan, 1979).”

Pernyataan ini menyiratkan bahwa konsep tersebut dapat diterima. Burhan adalah

orang pertama yang mengemukakan, dan penulis menyetujuinya.

“Burhan (1979) menemukan bahwa semua bakteri aerobik peka terhadap

umptomycin.”

Pernyataan ini menyiratkan konsep yang kurang dikenal, Burhan yang menyimpulkan,

dan penulis setuju dengan pendapatnya.

Burhan (1979) menyatakan bahwa semua bakteri aerobik peka terhadap

umptomycin.”

Dalam kalimat ini tersirat bahwa pendapat Burhan mungkin bertentangan dengan

pendapat umum, dan penulis untuk sementara tidak menentukan pilihan dalam

masalah ini.

4.6. Conclusion atau Implication atau Summary

Dalam conclusion sarikan apa yang menjadi hasil utama penelitian (menolak atau

menerima hipotesis) dalam kalimat yang sederhana. Hindari kalimat berbau statistik.

Conclusion disusun berdasarkan fakta yang ditemukan dalam penelitian.

Page 152: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

339

Beberapa contoh conclusion

a. Basing on the quality and quality of meat and wool produced it may be concluded

that CSM may serve as suitable substitute to replace at least 50% of costly and scarce

DPNM in the diets of growing lambs reared for meat and wool production.

b. It can be concluded that both Jackfruit and Flemingia are potential supplements for

goats fed grasses and CWSC.

Implikasi penelitian ditulis untuk memperjelas manfaat atau sumbangan yang

dihasilkan dari penelitian. Saran penelitian lebih lanjut dapat dikemukakan pada bagian

ini.

Beberapa contoh implications

a. The results of both experiments suggest that this carbohydrate by-product can

replace at least 50% of the total lactose in phase I and phase II diets without having a

detrimental effect on pig performance. This by-product may be an economical

alternative to lactose in starter pig diets.

b. Supplementing Phytezyme to an corn-wheat-soybean meal diet for growing pigs

increased growth performance and nutrient digestibility. The present experiment

demontrates the potential for complete replacement of inorganic phosphorus

addition by Phytezyme to maximize performance and nutrient availability.

c. Extrusion cooking would be a way to improve the stability of rice bran. Feeding

rancid rice bran gives negative effects on growth performance and pork quality in

growing-finishing pigs. Therefore, it is very important to use rice bran as a feed

ingredient when it is fresh or stabilized.

4.7. Acknowledgement

Ucapan terima kasih biasanya ditempatkan pada akhir tulisan sebelum daftar pustaka.

Biasanya yang perlu disebutkan adalah penyandang dana. Berikan nomor kontraknya

jika ada, karena ini juga nanti sebagai dokumentasi bagi pemberi dana bahwa

penelitian yang dibiayai telah dipublikasikan di tingkat internasional.

Ucapan terimakasih juga dapat diberikan kepada perorangan, lembaga atau kelompok

yang telah memberi bantuan teknis dan saran. Ucapan terimakasih sebaiknya ditulis

dengan sederhana.

Beberapa contoh acknowledgments.

1) This study was supported by a research grant for food and meat products from the

Ito Memorial Research Foundation, Tokyo, Japan. We also thank the Livestock

Improvement Association of Miyazaki Prefecture, and Miyazaki Prefectural Meat

Inspection Center of Miyakonojo-Devision, for providing frozen semen and the

ovaries.

2) This work was supported in part by a grant from the Council of Agriculture, Executive

Yuan [#81 Rural Restruction-12.1-AID-67(43)].

Page 153: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

340

3) The autrhors thank Dr. D. H. Min in Michigan State University and Prof. L. D. Muller in

Pennsylvania State University for advice in writing of this manuscript. This study was

supported in part by Kangwon National University.

4) This work was supported in part by a grant from the Korea Science and Enginering

Foundation (KOSEF 951-0607-011-2) to YSK.

5) The authors would like to thank the National Science Council of the Republic of China

for financial support of this experiment under Contract No. NSC 84-2321-B-021-010.

4.8. References

Penulisan daftar pustaka bervariasi tergantung kepada format setiap jurnal. Untuk itu,

kita harus mengacu kepada pedoman penulisan pada jurnal tersebut. Secara umum,

penyusunan daftar pustaka terdiri atas dua jenis, yaitu dengan cara penomoran dan

penyusunan secara alfabetis.

Daftar pustaka yang digunakan diutamakan dari artikel-artikel yang telah

dipublikasikan secara internasional. Daftar pustaka dari publikasi nasional dapat

digunakan pada jumlah terbatas. Tesis dan disertasi dapat pula digunakan sebagai

daftar pustaka. Kadang subuah artikel ditolak karena daftar pustaka hanya berasal dari

hasil penelitian yang tidak dipublikasikan, seperti misalnya laporan penelitian, atau

hanya berasal dari publikasi lokal.

4.9. Penulisan Tabel

Dalam penerbitan jurnal internasional, tabel selalu ditulis dalam halaman terpisah dari

teks, biasanya setelah daftar pustaka. Tabel diberi nomor urut mengikuti angka arab,

dan setiap tabel diketik dalam halaman terpisah. Sebelum membuat tabel perhatikan

dulu format yang ada pada contoh artikel terbaru.

Umumnya garis horisontal sepanjang halaman yang diperbolehkan hanya tiga, yaitu

pada bagian atas (judul kolom) dan satu pada penutup tabel. Garis vertikal sama sekali

tidak diperbolehkan.

Judul tabel biasanya ditempatkan di atas tabel. Perhatian format penulisan judul tabel.

Sistem penulisan satuan variabel yang ditabulasikan juga perlu diperhatikan dengan

cermat.

Syarat yang selalu ditekankan dalam pembuatan tabel adalah bahwa pembaca bisa

memahami dan menginterpretasikan tabel itu sendiri tanpa harus membaca teks.

Susunlah data pada tabel sesuai dengan urutan penyajian dan pembahasan dalam

teks. Kelompokkan data sejenis dalam satu tabel.

4.10. Figure Legends atau Judul Gambar

Biasanya judul gambar dilampirkan setelah tabel. Tuliskan judul gambar dalam

halaman terpisah dari gambarnya. Jika ada beberapa gambar, bisa diberi nomor dan

judulnya dan mengetiknya dalam satu halaman. Perhatikan format penulisan judul

gambar pada artikel contoh.

Page 154: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

341

4.11. Figure

Gambar digunakan untuk menyajikan data yang sangat banyak. Setiap gambar dicetak

pada halaman terpisah. Untuk tidak membingunkan, tuliskan nomor gambar dan nama

penulis dibalik (halaman belakang) gambar tersebut. Selain itu, untuk gambar yang

tidak langsung kelihatan mana bawah dan atas, harus ditunjukkan di margin gambar

tersebut dengan pensil. Karena gambar tidak disertai dengan judulnya, jangan sampai

salah memberikan nomor di belakang gambar atau salah mengurutnya dalam teks.

5. Pengiriman Artikel

Setelah artikel selesai ditulis dengan baik, sekali lagi periksa kelengkapan dan kesesuaian

dengan format. Yang penting diperhatikan adalah aturan bahasa yang digunakan apakah

sudah sesuai, dan apakah ejaaannya benar. Jika perlu, sebelum kita mengirimkan naskah

tersebut ke jurnal yang dituju, ada baiknya kita mintakan kolega kita di dalam dan di luar

negeri untuk membacanya dan memberikan komentar. Pada sebagian besar jurnal

internasional, penulis yang bukan “native speaker” biasanya disarankan agar naskahnya

dikoreksi pemakaian bahasanya oleh “native speaker”. Hal ini untuk menghindari pemakaian

bahasa asing yang tidak standar. Sering terjadi, artikel ditolak karena pemakaian bahasa

asing yang tidak standar. Jika sudah siap, maka artikel diperbanyak sesuai dengan

permintaan dan mengirimkannya ke Editor-in-Chief. Setelah artikel difotokopi, maka sekali

lagi periksa kelengkapan halaman. Buatlah surat pengantar yang memohon redaktur untuk

mempertimbangkan penerbitan atikel anda, lengkap beserta alamat lengkap untuk

keperluan surat-menyurat. Selain itu, sejumlah jurnal juga mensyaratkan adanya “surat

pernyataan” dari semua peneliti yang isinya tentang persetujuan antar peneliti tentang isi

artikel, keaslian hasil penelitian/tulisan, dan pernyataan lain yang dipersyaratkan.

Artikel dikirim beserta kelengkapannya. Artikel dibungkus dalam amplop besar (artikel

jangan dilipat) dan kuat.

6. Pengembalian Artikel oleh Editor-in-Chief

Biasanya setelah artikel tersebut diterima oleh Editor-in-Chief, mereka akan mengirimkan

surat pemberitahuan bahwa artikel tersebut telah sampai di meja redaksi (received) yang

biasanya disertai nomor yang diberikan oleh editor ke artikel tersebut. Dalam beberapa

bulan, artikel akan dikembalikan oleh Editor-in-Chief dengan dua kemungkinan. Yang

pertama artikel ditolak sama sekali, atau diterima (accepted) yang umumnya dengan

perbaikan. Artikel dapat diperbaiki sesuai dengan komentar reviewer jika kita setuju. Kita

dapat tidak setuju dengan komentar reviewer dengan mengemukakan alasan ilmiahnya.

7. Perbaikan Artikel

Artikel yang telah dikembalikan untuk diperbaiki biasanya disertai dengan lembaran

komentar reviewer yang bisa bersifat umum dan spesifik. Selain itu juga Editor-in-Chief juga

menambahkan beberapa catatan dan perbaikan pada artikel. Perbaiki artikel sesuai dengan

saran dan komentar serta koreksian yang diberikan. Biasanya kita diminta untuk

memberikan jawaban secara rinci baris demi baris apa.

Disini kita dapat tidak setuju dengan saran para reviewer, dengan mengemukakan alasan

yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Disini kita juga dapat menambahkan hal-

hal yang kita anggap penting, meskipun tidak ada saran dari para reviewer.

Page 155: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

342

8. Pengiriman Kembali Artikel

Setelah semua diperbaiki, kita kirim kembali artikel tersebut beserta jawaban atau komentar

kita terhadap saran para reviewer, yang biasanya disertai dengan artikel yang lama yang

berisi koreksian. Perhatikan surat dari Editor in Chief berapa kopi kita harus mengirim. Jika

tidak ada surat pemberitahuan yang meminta artikel diperbaiki kembali, maka kita tinggal

menunggu galley proof. Pada saat revisi terakhir biasanya kita juga diminta untuk

mengirimkan artikel elektronik dalam disket, sehingga proses setting lebih cepat.

9. Pemeriksaan Galley Proof, Penyelesaian Administrasi dan Pemesanan Reprints

Setelah artikel diterima, proses setting akan dilakukan. Artikel akan diketik sesuai dengan

format cetak halaman jurnal tersebut. Walaupun page layout untuk tabel dan grafik

mungkin belum seperti bentuk akhir pada saat dicetak. Hasil setting seperti inilah yang

disebut galley proof. Jika proof sudah diterima, maka koreksilah dan kirim kembali. Biasanya

galley proof harus dikirim dalam waktu 24-48 jam setelah diterima. Jadi proof sebaiknya

dikirim lewat faks atau EMS (express mail service).

Perbaikkan proof biasanya hanya diperkenankan yang berkaitan dengan kesalahan yang

tidak fatal seperti salah ketik, atau perlu ditambahkan kata imbuhan. Tidak dibenarkan untuk

mengubah pernyataan, mengganti kalimat dll. Oleh sebab itu, yakinkan tidak ada kesalahan

yang prinsip pada draft artikel terakhir.

Pada saat pengiriman galley proof, Editor-in-Chief juga mengirimkan formulir untuk

pemesanan reprints dan faktur untuk pembayaran page charge. Page charge ini harus

dibayarkan bersamaan dengan pengiriman kembali galley proof. Ada sebagian jurnal yang

mensyaratkan bahwa pada saat pertama kali pengiriman artikel disertai dengan pengiriman

“biaya koreksi”. Kita dapat tidak membayar “biaya koreksi” tersebut dengan membuat

pernyataan tertulis bahwa “anda” tidak mempunyai dana untuk keperluan tersebut. Setelah

artikel sampai pada tahap “galley proof dan ada permintaan biaya publikasi, penulis dapat

mengajukan bebas biaya dengan melampirkan surat pernyataan dari lembaga tempat kerja

penulis bahwa tidak ada dana untuk keperluan publikasi. Selesailah proses pembuatan

artikel dan kita tinggal menunggu reprints yang dipesan. Reprints dapat kita kirimkan

kepada kolega kita di dalam maupun di luar negeri.

Daftar Pustaka

1. Animal Science and Technology. 1998. Japanese Society of Zootechnical Science, Japan.

2. Animal Science Journal. 1999.Instrictions to Authors. Japanese Society of Zootechnical

Science, Japan.

3. Asian-Australasian Journal of Animal Science. 2003. Guide for authors. AAAP, Korea.

4. Japanese Poultry Science. 1995. Japan Poultry Science Association, Japan.

5. Journal of Nutritional Science and Vitaminology. 1998.Instrictions to authors. Center for

Academic Publications, Japan.

6. Haryanto, A. G., H. Ruslijanto, D. Mulyono. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya

Ilmiah. Penebit Buku Kedokteran, Jakarta.

7. Lindsay, D. 1988. A Guide to Scientific Writing. (Penerjemah S. S. Achmadi). UI-Press,

Jakarta.

8. Manalu, W. 1999. Penulisan artikel ilmiah pada jurnal ilmiah internasional. Makalah

Fasilitatoran Penatar Penulisan Artikel Ilmiah di Perguruan Tinggi, DIKTI, Jakarta.

Page 156: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

343

9. Nafiah, A. H. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang? Usaha Nasional, Surabaya.

10. Poltry Science. 1999. Poultry Science Association, U S A.

11. Purbo-Hadiwidjojo, M. M. 1993. Menyusun Laporan Teknik. Penerbit ITB, Bandung.

12. Rifai, M. A. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia.

UGM Press, Yogyakarta.

13. Santoso, U. 1998. Penyusunan penulisan ilmiah populer. Fasilitatoran penulisan ilmiah

populer bagi mahasiswa, Bengkulu.

Page 157: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 6

Page 158: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

344

MATERI INTI 6

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS

PERAWATAN GIGI DAN MULUT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Perawat gigi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

keperawatan gigi diberbagai pelayanan, sebagaimana tenaga kesehatan lainnya. Oleh

karena itu pelayanan keperawatan gigi merupakanbagian integral dari pelayanan

kesehatan. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kesehatan,

perawat gigi dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada

masyarakat. Upaya untuk meningkatkan kompetensi dapat dilakukan dengan berbagai

strategi, selain melalui pendidikan perawat gigi ke jenjang yang lebih tinggi, juga dapat

dilakukan dengan mengadakan pelatihan - pelatihan dan salah satunya adalah pelatihan

jabatan fungsional.

Sesuai dengan Permenpan no 23 tahun 2014, bahwa jabatan fungsional perawat gigi terdiri

dari trampil dan ahli, kenaikan jabatan dan pangkat bagi pemangku jabatan fungsional

ditentukan oleh jumlah kumulatif angka kredit yang dapat dikumpulkan.

Butir kegiatan yang nilai angka kreditnya tinggi adalah pengembangan profesi yang meliputi

penulisan KTI, penerjemahan dan penyusunan pedoman/Juklak/Juknis.

Penyusunan pedoman/juklak dan juknis ini penting karena peraturan-peraturan dalam SK

Menkes RI dan Permenkes RI masih sangat umum, sehingga perlu dibuat aturan, patokan

dan indikator kinerja yang lebih rinci. Peraturan – peraturan tersebut perlu di jabarkan

dalam bahasa operasional berupa pedoman, juklak dan juknis sebagai acuan dalam

pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Dalam Modul ini focus bahasan mengenai Juknis, namun demikian pedoman dan juklak

akan dibahas sebagai pengantar karena juknis merupakan uraian yang lebih detail dari suatu

kegiatan dari juklak dan pedoman, disajikan secara sistematis, yang dimulai dari pengertian

pedoman, juklak dan juknis kemudian secara khusus akan diuraikan mengenai penyusunan

juknis itu sendiri.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan umum

Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menyusun buku petunjuk teknis bidang

kesehatan.

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

2. Menjelaskan sistimatika penyusunan petunjuk teknis.

3. Melakukan penyusunan petunjuk teknis.

Page 159: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

345

III. POKOK BAHASAN

Pokok Bahasan 1. Pengertian Pedoman, Juklak dan Juknis

Pokok bahasan 2. Sistimatika penyusunan juknis

IV. METODE

1. Ceramah

2. Brainstorming

3. Tanya jawab

4. Kerja kelompok

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Modul/ bahan bacaan

2. Note book/ laptop

3. LCD

4. Flip chart dan Kertas flip chart

5. Spidol, pulpen

6. Lembar penugasan

VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Untuk memperlancar berlangsungnya proses pembelajaran, diperlukan penyusunan

langkah-langkah proses pembelajaran.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah Pembelajaran:

1. Fasilitator, menyapa peserta dilanjutkan dengan perkenalan. fasilitator memperkenalkan

diri dengan menyebut nama dan asal institusi. Proses perkenalan ini kemudian berlanjut

pada peserta.

2. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran dan a persepsi mengenai petunjuk teknis

dengan pesera.

Langkah 2. Penyampaian materi pokok bahasan pengertian

Langkah Pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan materi pengertian pedoman, petunjuk

pelaksana, petunjuk teknis dan perbedaan diantara ketiganya.

2. Dalam menyampaikan materi ini, fasilitator menggunakan metode ceramah dan Tanya

jawab

3. Pada akhir pembahasaan, fasilitator memberikan kesempatankepada peserta untuk

bertanya.

Langkah 3. Pokok bahasan sistimatika penyusunan

Langkah Pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan materi sistimatika penyusunan petunjuk teknis.

2. Dalam menyampaikan materi, fasilitatr menggunakan metode ceramah dantanya jawab

3. Pada akhir pembahasan fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk

bertanya.

Page 160: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

346

Langkah 4. Penugasan

Langkah Pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok

2. Setiap kelompok diminta untuk menyusun 1 (satu) petunjuk teknis atau SPO yang

diperlukan di unit kerjanya masing-masing.

3. Hasil diskusi penyusunan di tuangkan dalam power point dan mempresentasikannya

didepan kelas.

4. Fasilitator memberikan umpan balik dan masukkan terhadap masalah-masalah dalam

diskusi terkait penyusunan petunjuk teknis atau SPO.

5. Fasilitator mengarahkan hasil diskusi agar lebih focus sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Langkah 5. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah Pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi

yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Sebagaimana kita ketahui bahwa banyak peraturan-peraturan yang telah di tetapkan tetapi

belum dapat di implementasikan segera karena masih menunggu terbitnya pedoman

pelaksanaan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sebagai perangkat kerja organisasi.

Rumusan aturan yang lengkap dan baik seharusnya dapat menggambarkan secara rinci

mengenai Apa yang akan dilaksanakan, Siapa Penanggung jawab, siapa supervisor, siapa

pelaksana, dimana tempat dilaksanakan, kapan waktu pelaksanaan, dan bagaimana cara

pelaksanaan ( proses persiapan,proses pelaksanaan. ) apa-apa persyaratan kegiatan (

standar input ) serta apa apa yang diperoleh (, standar proses, standar output / cakupan (

kinerja ), standar out come / dampak kesehatan, standar benefit / dampak kesejahteraan ).

Namun demikian aturan yang disusun pada umumnya hanya menyangkut hal-hal yang

umum belum, spesifik sehingga perlu disusun pedoman pelaksanaan, petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknisnya.

Pokok bahasan 1.

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN PEDOMAN, JUKLAK DAN JUKNIS

Dalam tatalaksana organisasi kementerian, diperlukan peraturan – peraturan Kementerian

yang mengatur seluruh proses pelaksanaan kegiatan. Untuk dapat terlaksana Peraturan –

peraturan, perlu di buat pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

Perawat gigi sebagai pemangku jabatan fungsional mempunyai tugas dan tanggung jawab

untuk selalu mengembangkan dirinya, dan salah satu pengembangan diri dapat dilakukan

melalui menulis karya tulis ilmiah. Penyusunan pedoman, juklak dan juknis merupakan karya

tulis ilmiah dengan angka kredit yang tinggi yaitu 2 AK. oleh karena itu pemangku jabfung

perawat gigi perlu memotivasi dirinya untuk menulis atau terlibat dalam penyusunan

pedoman, juklak dan juknis.

Page 161: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

347

Perawat gigi mempunyai tugas utama untuk melakukan kegiatan pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut. Pelayanan dan asuhan keperawatan gigi diberikan dalam

berbagai tatanan pelayan kesehatan baik primer, sekunder maupun tertier.

Sebagai profesi perawat gigi melakukan kegiatan pelayanan ini secara professional yaitu

berdasarkan kebutuhn pasien, mengacu pada standard dan etika profesi.

Dalam pelaksanaan perangkat kerja organisasi yang baik kita membutuhkan aturan

pelaksanaan kegiatan pelayanan berupa dokumen yang dirumuskan secara formal dan

mempunyai dasar hukum yang kuat, dapat merumuskan dan menetapkan acuan kerja bagi

seluruh komponen yang terkait, saling berkoordinasi, bekerjasama, melaksanakan peran

dan tugasnya yang diatur dalam dokumen, sehingga tujuan kegiatan dapat dicapai secara

efektif dan efisien. Dalam menyangkut teknis medis, pelaksanaan aturan menjadi lebih

kompleks, oleh karena itu aturan yang dibuat harus dapat menggambarkan secara rinci

SIADIBA (siapa, melakukan apa, dimana , kapan, siapa bertanggung jawab ?) dan bagaimana

pelaksanaannya, menentukan dan menetapkan komponen in put, proses, out put dan

outcome sebagai dampak terhadap pelayanan.

A. Pengertian pedoman

Dalam kamus bahasa Indonesia pedoman di definisikan sebagai kumpulan yang memberi

arah bagaimna sesuatu harus dilakukan. Pedoman merupakan kumpulan ketentuan

dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dijalankan. Pedoman adalah hal-hal

pokok yang menjadi dasar untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu kegiatan.

Buku pedoman buku yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan sesuatu.

Pelayanan keperawatan Menurut Tomey 1994, adalah bentuk pelayanan professional

mencakup pelayanan fisiologis, psikologis, social, spiritual dan cultural yang diberikan

kepada klien karena ketidak tahuan, ketidak mauan, ketidak mampuan klien dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya yang tidak optimal, focus pelayanan keperawatan

adalah respon pasien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan.

Pedoman pelayanan keperawatan, adalah sebagai pernyataan yang dibuat secara

sistimatis untuk membantu para praktisi dan pasien memutuskan tentang pelayanan

kesehatan yang tepat sekitar klinik tertentu.

Pedoman pelayanan keperawatan ini adalah dokumen yang berfungsi sebagai acuan

dalam melaksanakan pelayanan keperawatan. Dalam SK Menteri Kesehatan RI

No.19/Menkes /SK / I / 2002 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Administrator

Kesehatan disebutkan bahwa menyusun pedoman pelaksanaan kebijakan adalah proses

penyusunan dokumen yang menjelaskan tentang sistem kerja pelaksanaan program

program kesehatan dalam rangka pencapaian tujuan dan tugas pokok suatu unit

organisasi kesehatan

Dari penyataan tersebut bahwa substansi material buku pedoman adalah uraian tentang

sistem kerja pelaksanaan program program kesehatan.

Jadi bila pada bidang pelayanan keperawatan gigi, buku pedoman pelayanan

keperawatan gigi merupakan dokumen yang menjelaskan tentang pelaksanaan system

Page 162: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

348

pelayanan keperawatan gigi dalam rangka pencapaian dan tugas pokok suatu organisasi

kesehatan khususnya kesehatan gigi.

Dalam kementerian kesehatan , SK Menteri Kesehatan dan SK Permenkes yang berisi

peraturan mengenai pelayanan, dalam pelaksanaan peraturan tersebut harus dibuat

pedoman yang mengatur ketentuan dan disusun lebih rinci, berisi ketentuan bagaimana

cara melaksanakan (standar proses ) klausul yang terdapat dalam peraturan dan apa

hasil yang diharapkan (standar out put dan out came).

B. Pengertian petunjuk pelaksanaan

Petunjuk pelaksanaan berasal dari dua suku kata, yaitu petunjuk yang artinya sesuatu

(tanda,syarat) untuk menunjukkan atau ketentuan yang member arah atau bimbingan

bagaiman sesuatu itu harus dilaksanakan. Comtoh: lampu-lampu dilapangan itu dipakai

sebagai petunjuk pesawat terbang yang akan mendarat pada malam hari. ( Kamus

umum bahasa indonesia, WJS Purwadarminta ). Dari contoh tersebut memberikan

makna bahwa tanda, syarat atau alat yang di informasikan “petunjuk” menjadi lebih

spesifik dibandingkan dengan pedoman. Sedangkan pelaksanaan adalah proses, cara

bagaimana sesuatu itu dilaksanakan .

Petunjuk Pelaksanaan, mengandung arti bahwa ketentuan yang patut dituruti dalam

melaksanakan sesuatu. Ketentuan disini maksudnya adalah sesuatu yang telah

ditetapkan atau ditentukan organisasi.

Dengan demikian petunjuk pelaksanaan ini merupakan perangkat kerja organisasi dalam

bidang kegiatan dan administrasi yang di jadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan di kementerian kesehatan.

Petunjuk Pelaksanaan ini sifatnya lebih deteil dibanding pedoman , karena disamping

menguraikan ketentuan umum seperti pengertian jargon / istilah, tugas-tugas masing-

masing fihak tetapi juga menyertakan secara lengkap instrumen berupa formulir yang

diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Contohnya Petunjuk Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya.(Keptusan Bersama Menteri Kesehatan dan

Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor:733/MENKES/SKB/VI/2002 dan nomo 10 tahun

2002)

C. Pengertian petunjuk teknis

Sebagaimana disebutkan diatas bahwa petunjuk adalah sesuatu (tanda,syarat) yang

dijadikan untuk menunjukkan atau ketentuan yang member arah atau bimbingan

bagaiman sesuatu itu harus dilaksanakan sehingga apa yang menjadi tujuan dapat

tercapai. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisiensi perlu

diperhatikan bagaimana proses kegiatan itu berlangsung. Disini diperlukan petunjuk

teknis operasional yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan secara lebih

detail.

Jadi petunjuk teknis merupakan perangkat kerja bidang persyaratan proses / standar

prosedur yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di Kementerian

Kesehatan. Setiap butir kegiatan dalam pedoman yang menyangkut hal-hal teknis medis

dan operasional diatur secara rinci didalam petunjuk teknis. Petunjuk teknis berisi selain

ketentuan umum, cara pelaksanaan dan persyaratan dilaksanakannya kegiatan dan apa

Page 163: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

349

yang ingin diperoleh/dicapai, tetapi juga berisi formulir/instrument dan cara

melaksanakan kegiatan secara sangat rinci.

Pokok Bahasan 2.

PENYUSUNAN JUKNIS

Didalam Permenpan dan Reformasi Birorasi no 21 tahun 2014, penulisan petunjuk teknis

termasuk kedalam pengembangan profesi dengan nilai angka kredit yang tinggi. Oleh

karena itu penulisan petunjuk teknis ini merupakan tantangan bagi pemangku jabatan

fungsional agar dapat memenuhi kebutuhan angka kredit dan kenaikan jabatan. Oleh

karena itu seorang pemangku jabatan fungsional harus mengetahui bagaimana cara

menyusun petunjuk teknis dengan baik.

A. Sistimatika penulisan

Petunjuk teknis merupakan rincian pelaksanan operasional dari pedoman sehingga

didalam penulisannya harus mengacu pada pedoman bidang kesehatan. Butir-butir

kegiatan didalam pedoman menjadi dasar dalam merumuskan prosedur tindakan medis

dan operasionalnya yang menjadi program-program kesehatan.

Secara garis besar isinya dituangkan dengan susunan sebagai berikut :

SAMBUTAN

KATA PENGANTAR

I. Pendahuluan

1. Latar belakang

2. Tujuan

3. Definisi operasional

II. Kebijakan tentang muatan petunjuk teknis

1. Kebijakan teknis dalam SK Menkes RI

2. Kebijakan dalam pedoman

III. Petunjuk teknis dan medis pelaksanaan kegiatan

1. Cara pelaksanaan

2. Standar Pelaksanaan

IV. Sistem jejaring dan informasi

1. Peran unit-unit terkait

2. Pencatatan dan pelaporan

B. Bahasa dan gaya bahasa dalam penulisan

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia (dr.Grys Kerap, 1980). Bahasa yang disampaikan

melalui tulisan dalam bentuk kalimat menjelaskan pikiran dan perasaan penulis dengan

bahasa formal.

Dalam penulisan ptumjuk teknis, agar ide, maksud dan tujuan dapat dipahami oleh

pembaca, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Gunakan bahasa Indonesia dengan baik (ejaan yang disempurnakan).

2. Susun kalimat efektif, sehingga mudah difahami dan dimengerti pembaca.

3. Gunakan bahasa degan kalimat aktif, bukan kalimat pasib.

4. Ungkapan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak meimbulkan salah tapsir.

Page 164: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

350

C. Langkah-langkah penyusunan

Langkah – langkah penyusunan petunjuk teknis dilakukan sebagai berikut :

1. Dapatkan buku pedoman pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan juklak yang

anda akan susun, kemudian telaah seluruh kegiatan medis dan teknis operasional

berupa pernyataan yang tertuang didalamnya yang akan menjadi materi petunjuk

teknis. Selanjutnya masukkan dalam Bab II “Kebijakan tentang muatan petunjuk

teknis “

2. Catat penyataan “ muatan materi juklak “ dalam buku juknis yang berupa kegiatan

medis dan teknis operasional .

3. Temukan dan kumpulkan acuan atau notelensi dan kesepakatan / komitmen pakar

tentang bagaimana cara pelaksanaan ( proses persiapan, proses pelaksanaan ),

persyaratan-persyaratan untuk melaksanakan kegiatan ( standar input ), dan

perolehan, harapan, dampak positif pelaksanaan kegiatan ( standar proses,

standar output / cakupan ( kinerja ), standar out come / dampak kesehatan, standar

benefit / dampak kesejahteraan ) yang terkait dengan seluruh kegiatan medis dan

teknis operasional, sehingga seluruh item kegiatan tersebut dapat dijadikan acuan

rinci untuk tujuan efektifitas.

4. Acuan atau notelensi dan kesepakatan / komitmen pakar tersebut 3) ditulis secara

cermat dalam bab III “Petunjuk teknis medis pelaksanaan.

5. Bab IV ” Sistem jejaring dan informasi ”, diuraikan peran unit-unit terkait secara

rinci, yakni unit – unit organisasi yang bertindak selaku penanggung jawab,

supervisor dan pelaksana kegiatan baik secara lintas program maupun secara lintas

sektor, kemudian hendaknya juga diuraikan secara deteil tentang ke-pertanggung

jawaban, ke-supervisoran dan kepelaksanaan kegiatan bidang teknis medis dan

teknis operasional secara terbuka ( lisan, tulisan & elektonik ) dengan dilengkapi

instrumen yang diperlukan seperti ; formulir-formulir dan check list serta cara

pengisiannya.

Selanjutnya diuraikan secara rinci bagaimana cara pencatatan dan pelaporan yang

merupakan tugas dan kewajiban unit – unit organisasi yang terlibat dalam

pencacatan dan termasuk dengan kelengkapan instrumen pencacatan, misalnya ;

formulir-formulir dan check list serta cara pengisiannya .

6. Bab I. Pendahuluan

Yang terakhir, uraikan pendahuluan, yakni meliputi minimal tentang latarbelakang

dan sistematika. Membahas latar belakang berarti menguraikan peraturan per

undang-undangan yang mendasari kegiatan penyusunan pedoman dan tujuan

penyusunan pedoman. Sedangkan sistematika menguraikan tentang apa-apa yang

diuraikan dalam buku juklak.

7. Bab VI “ Penutup “

Uraian ucapan terimakasih telah berhasil diterbitkannya buku juknis kepada seluruh

fihak yang terlibat dalam penyusunan buku juknis.

Page 165: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

351

8. Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah susunan dokumen resmi yang dijadikan acuan dalam

menyusun juknis. Dokumen resmi tersebut hendaknya digunakan dari sumber yang

berkompeten dari terbitan yang terakhir (aktual) sesuai dengan perkembangan

IPTEK.

D. Standar Prosedur Operasional (SPO)

Standar prosedur operasional (SPO) adalah ketentuan yang disepakati mengenai

langkah-langkah dalam melakukan suatu kegiatan/ tindakan tertentu. Depkes RI 2004

dalam modul pelatihan manajemen kinerja perawat dan bidan 2006 mengatakan bahwa

SPO adalah suatu perangkat instruksi atau langkah langkah kegiatan yang dibakukan

untuk memenuhi kebutuhan klien, sementara KARS (2000) dalam modul yang sama

mengatakan bahwa SPO merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan harus

dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Standard

Operating Prosedur (SOP) atau standar prosedur operasonal (SPO) pada dasarnya

adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam

suatu organisasi, digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan ,

serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang dalam

organisasi pelayanan kesehatan berjalan secara efisien, efektif, konsisten, dan

sistematis. Jadi SPO ini merupakan rincian dari kegiatan petunjuk teknis, misalnya:

Petunjuk teknis pemeriksaan pasien, didalam pemeriksaan pasien ini banyak tindakan

yang diperlukan SPOnya seperti SPO melakukan pemeriksaan fisik, SPO melakukan

anamnesa, SPO pengambilan sampel darah, da lain lain..

1. Tujuan dan fungsi SPO

a. Tujuan SPO

1) Tujuan umum SPO adalah mengarahkan kegiatan pelayanan dan asuhan

keperawatan dilaksanakan secara efisien, efektif, konsisten dan aman dalam

upaya meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan melalui pemenuhan

standar yang berlaku.

2) Tujuan khusus SPO

a) Menjaga konsistensi pelayanan yang diberikan sesuai dengan sandar

yang telah ditetapkan.

b) Menilai kinerja institusi dan individu

c) Membantu dalam koordinasi aktifitas

d) Memudahkan monitoring dan evaluasi pelayanan.

2. Fungsi SPO

a. Memperkuat tugas petugas atau tim

b. Sebagai dasar hukum dan etik bila terjadi penyimpangan

c. Mengetahui dengan jelas adanya hambatan – hambatan

d. Mengarahkan perawat untuk disiplin dalam bekerja

e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

Page 166: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

352

3. Penulisan SPO

a. SPO ditulis cukup detail sehingga orang yang tidak/belum berpengalaman

dengan prosedur, tapi dengan pengetahuan dasar yang dimiliki dapat berhasil

melakukan prosedur tersebut tanpa di supervisi

b. SPO ditulis dengan tepat, langkah demi langkah secara berurutan.

c. Kalimat pendek dan sederhana (simple), informasi jelas dan eksplisit

d. Prosedur (kegiatan) ditulis dalam format dengan jelas menggambarkan langkah-

langkah yang dilakukan mulai dari awal hingga akhir (selesainya) suatu kegiatan

yang ditandai dengan dicapainya tujuan aktivitas (out put), lebih baik

menggunakan flow chart.

e. SPO disusun dengan memakai ketentuan berikut :

1) Memakai kertas ukuran legal atau disesuaikan dengan logo Bakti Husada di

sudut kiri atas.

2) Bentuk penulisan landscape atau disesuaikan.

3) Jenis huruf arial, dengan ukuran 11 atau disesuaikan.

4. Format penyusunan SPO

SPO disusun dengan format Diagram Alir (Flowcharts). Flowcharts merupakan

format yang biasa digunakan jika dalam SPO tersebut diperlukan pengambilan

keputusan yang banyak (kompleks) dan membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”

yang akan mempengaruhi sub langkah berikutnya. Format ini juga menyediakan

mekanisme yang mudah untuk diikuti dan dilaksanakan oleh para pegawai melalui

serangkaian langkah-langkah sebagai hasil dari keputusan yang telah diambil.

Contoh format SPO Keperawatan di Rumah Sakit. :

UNIT /BIDANG

LOGO RS

JUDUL SPO

No. Dokumen :

Tanggal dan Nomor

dibuat/revisi

Jumlah Halaman

PROSEDUR TETAP Tanggal Ditetapkan :

Ditetapkan .........

Jabatan

Ttd

Nama

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Page 167: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

353

Berdasarkan gambar di atas, format SPO terdiri dari :

a. Nama unit kerja tempat SPO diberlakukan. Diisi nama nomenklatur instansi

tempat SPO diberlakukan.

b. Nomor SPO, diisi sesuai dengan ketentuan yang ada.

c. Tanggal pembuatan SPO, yaitu tanggal SPO selesai dibuat.

d. Tanggal revisi SPO, yaitu tanggal dan tahun revisi setelah SPO disahkan.

e. Tanggal efektif berlakunya SPO. Diisi tanggal SPO diberlakukan secara efektif.

f. Pengesahan SPO. Pada lembar identitas, setiap SPO yang sudah disusun disahkan

oleh pimpinan organisasi /unit kerja yang bersangkutan.

g. Nama SPO. Diisi Judul SPO yang menggambarkan aktivitas dan output,

dirumuskan dengan menggunakan kata benda. Contoh: Perawatan luka

ganggren.

h. Dasar hukum yang mendasari SPO itu dibuat.

i. Keterkaitan dengan SPO Lain. Keterkaitan antara SPO yang dibuat dengan SPO

lainnya.

j. Identifikasi aktivitas (kegiatan)/ Prosedur. Kegiatan apa saja yang harus dilakukan

guna menghasilkan out-put. Kegiatan mulai dari awal hingga akhir. Aktivitas

merupakan serangkaian kegiatan yang berurutan mulai dari awal hingga akhir

yang ditandai dengan dicapainya tujuan aktivitas (out-put). Dirumuskan dengan

menggunakan kata kerja aktif. Contohnya (me-an). Memberikan makan melalui

NGT.

k. Identifikasi Aktor (Pelaksana), bila diperlukan. Siapa aktor (pelaksana) yang

terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. Aktor (pelaksana) adalah

orang/jabatan/kelompok orang (tim)/unit organisasi yang aktif secara langsung

terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. Penempatan aktor selalu dimulai dari

jabatan yang mengawali aktivitas, dan tidak selalu diawali oleh pejabat yang

paling tinggi.

5. Mekanisme penyusunan SPO

Penyusunan SPO merupakan sebuah siklus yang dimulai dari pengkajian atau need

assessment, pengembangan , penerapan , monitoring dan evaluasi. Sebelum SPO

tersebut diterapkan , harus dilakukan uji coba. jika dari hasil evaluasi perlu

dilakukan penyempurnaan atau munculnya kebutuhan SPO yang baru, maka proses

dimulai kembali dari tahapan pengkajian kebutuhan.

Evaluasi

Monitoring Penerapan

SPO

Pengkajian kebutuhan SPO

Pengembang

-an SPO

SPO

Page 168: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

354

a. Persiapan penyusunan SPO.

Agar penyusunan SPO dapat berlangsung dengan baik, maka perlu dilakukan

persiapan yang meliputi:

1) Mengadakan pertemuan untuk mendapatkan informasi mengenai tindakan

tindakan keperawatan yang perlu di standarisasikan untuk dibuat SPOnya. atau

SPO yang perlu di revisi.

2) Mengumpulkan bahan referensi yang mendukung SPO yang akan disusun.

3) Bila SPO yang akan disusun banyak, perlu dibuat Tim.

b. Pengkajian kebutuhan

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana organsasi membutuhkan pengembangan

SPO. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun SOP adalah

mempertimbangkan factor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan SOP. Faktor – faktor internal yang mempengaruhi SPO: meliputi

komposisi unit kerja, jumlah SDM, jumlah jenis pelayanan, sumber daya yang

dibutuhkan, tugas pokok dan fungsi yang harus dijalankan dan sarana & prasarana

lainnya. Sedangkan factor –faktor eksternal yang dapat mempengaruhi SPO adalah

tuntutan dan keinginan pelanggan, hubungan organisasi dengan organisasi lain dan

kebijakan atau peraturan – perauran.

Kegiatan meliputi:

a. Menyusun rencana kegiatan pengkajian kebutuhan

b. Melaksanakan pengkajian kebutuhan

c. Identifikasi SPO yang mau dikembagkan

d. Dokumentasikan kegiatan pengkajian kebutuhan SPO

Contoh Formulir Identifikasi SPO berdasarkan Tugas dan Fungsi (draft SOP Hukor, 2011)

No

Tugas

Fungsi

Sub Fungsi

Output

Aspek

Judul SPO

I

Manajemen

asuhan

keperawatan

A. Pelaksa-

naan

pengka-

jian

1. Pelaksanaan

Anamnesa

Anamnesa Pelaksana-

an

Pelaksanaan

anamnesa

2. Pelaksanaan

pemeriksaan

fisik

Pemeriksa-

an fisik

Pelaksana-

an

Pelaksanaan

pemeriksaa

n fisik

Page 169: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

355

c. Pengembangan SPO

1) Mengumpulkan informasi dan identifikasi kebutuhan yang diperlukan terkait

SPO yang ingin disusun

2) Menyusun draft SPO (out line, step & sub step)

3) Rujukan dan ahli (konsultasi)

4) Draft SPO di edit

5) Draft SPO di ketik dan didistribusikan untuk di kkoreksi/kaji dalam waktu

terbatas untuk umpan balik.

6) Draft SPO yang dikembalikan, digunakan untuk revisi SPO.

7) Manuskrip/naskah revisi di kirim pada manajemen untuk persetujuan.

8) Bila sudah mendapat persetujuan SPO dicetak.

d. Penerapan SPO

1) Rencana penerapan

2) Distribusi SPO

3) Inservice training SPO pada semua personil staf.

e. Monitoring dan Evaluasi SPO

1) Monitoring selama pelaksanaan SPO

2) Evaluasi pelaksanaan SPO dalam periode tertentu.

3) Kaji kebijakan dan SPO untuk memastikan SPO tetap terkini dan dapat

dilaksanakan, , bila perlu revisi untuk memperbaharui SPO.

VIII. KESIMPULAN

Peraturan-peraturan dalam SK Menkes RI dan Permenkes RI bersifat sangat umum, belum

operasional sehingga banyak peraturan yangdibuat tidak dapat dilaksanakan, oleh karena

itu aturan, patokan dan rincian kinerja perlu dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan

kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Petunjuk teknis merupakan rincian

pelaksanan operasional dari pedoman dan bagian dalam pengembangan profesi bagi

pemangku jabatan fungsional sehingga penulisannya harus mengacu pada penulisan karya

ilmiah dengan memperhatikan sistimatika penulisan , bahasa dan gaya bahasa penulisan.

Petunjuk teknis ini penting sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan, oleh karena itu

dalam penyusunannya haarus melibatkan para ahli dibidangnya dan mengumpulkan banyak

referensi sebagai rujukan. Standar prosedur operasional merupakan suatu perangkat

instruksi atau langkah langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan klien.

SPO pada setiap jenis tindakan ini penting untuk efisiensi dan efektifitas serta menghindari

terjadinya kelalaian. Mekanisme penyusunan SPO dimulai dari melakukan identfikasi

kebutuhan kegiatan/ tindakan medis apa yang memerlukan atau yang belum ada sponya,

pengambangan SPO. Pelaksanaan SPO, moitoring dan evaluasi SPO secara terus menerus.

IX. REFERENSI

1. Depkes RI tahun 2007. Peraturan – peraturan Jabfung Perawat

2. Loka karya “ Manajemen Bidang Keperawatan”, PPKC, mei 2000.

3. Pusdiklat Kesehatan Bekerjasama dengan Dit. Bina Pelayanan Keperawatan, 2006.

Modul Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan: Standar dan Standar Prosedur

Operasional. Departemen Kesehatan, Jakarta.

Page 170: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

356

4. Lintang Suharto Rivai.2009. Rambu – Rambu Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Widyaiswara.

Buku Ilmiah Populer, Bogor.

5. Keraf. Goryes, DR 1980. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Nusa Indah

Yayasan Kansius, Percetakan Arnoldus, Endah-Flores.

6. EPA. 2007. Guidance for Preparing Standar Operating Procedure. QA/G-6

7. Naskah Modul Pedoman, Juklak dan Juknis Jabfung Adminkes, 2014. Alam Harahap.

Page 171: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 7

Page 172: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

357

MATERI INTI 7

TEKNOLOGI TEPAT GUNA BIDANG KEPERAWATAN GIGI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pelayanan asuhan keperawatan gigi adalah suatu pendekatan asuhan keperawatan gigi

yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan

derajat kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dilakukan

secara berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu.

Dalam melaksanakan pelayanan keperawatan gigi terutama di fasilitas pelayanan

kesehatan, para perawat gigi membutuhkan sarana dan prasarana penunjang dalam

melaksanakan tugasnya. Sarana prasarana tersebut bisa berupa alat kesehatan, bahan

medis habis pakai atau sistem komputerisasi yang keseluruhannya sangat berkaitan

dengan teknologi. Alat-alat kesehatan gigi yang sekarang ini digunakan banyak yang

mempergunakan teknologi modern dan canggih yang tentunya memerlukan skill khusus

dalam mempergunakannya dan perlu perawatan berkala agar tetap terpelihara dengan

baik.

Dengan semakin meningkatnya animo masyarakat terhadap pelayanan keperawatan gigi,

dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perawat gigi

dituntut juga untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman tentang teknologi tepat

guna dibidang keperawatan gigi sehingga akhirnya dapat juga membuat atau menciptakan

berbagai inovasi-inovasi berbagai produk yang mempergunakan teknologi tepat guna

dibidang keperawatan gigi.

Dalam modul ini akan dibahas tentang pengertian, tujuan, manfaat, ciri-ciri dan kriteria dari

teknologi tepat guna, sampai beberapa contoh-contoh teknologi tepat guna baik dari

bidang kesehatan gigi maupun dari bidang lain. Selain itu akan dibahas juga tentang

tahapan dan langkah pengembangan teknologi tepat guna, sehingga pada akhirnya

perawat gigi kategori keahlian mampu untuk menyusun konsep/skema teknologi tepat

guna bidang keperawatan gigi yang nantinya akan dapat diaplikasikan dalam pelayanan

keperawatan gigi dan mulut pada masyarakat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengembangkan teknologi tepat guna

bidang keperawatan gigi dan mulut.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan teknologi tepat guna

2. Mengembangkan teknologi tepat guna bidang keperawatan gigi dan mulut

Page 173: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

358

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Teknologi tepat guna

Sub pokok bahasan :

a. Pengertian teknologi tepat guna.

b. Tujuan dan manfaat teknologi tepat guna.

c. Ciri-ciri teknologi tepat guna

d. Kriteria teknologi tepat guna.

e. Contoh-contoh teknologi tepat guna.

Pokok Bahasan 2. Pengembangan teknologi tepat guna bidang keperawatan gigi dan mulut

Sub pokok bahasan :

a. Teknologi kesehatan

b. Tahapan-tahapan pengembangan teknologi kesehatan

c. Langkah-langkah penerapan teknologi tepat guna

IV. METODE

1. Curah pendapat

2. CTJ

3. Diskusi kelompok menyusun rancangan teknologi tepat guna

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang 2. Laptop 3. LCD 4. Flipchart 5. White board 6. Spidol (ATK) 7. Panduan diskusi kelompok

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan

disampaikan.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan

menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan

sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

Page 174: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

359

2. Pokok bahasan yang disampaikan dimulai dari materi tentang teknologi tepat guna dan

selanjutnya tentang pengembangan teknologi tepat guna bidang keperawatan gigi dan

mulut

3. Materi disampaikan dengan metode curah pendapat dan ceramah tanya jawab, serta

latihan menyusun konsep/ skema tentang teknologi tepat guna bidang keperawatan

gigi, yang dapat memberikan manfaat bagi pelayanan keperawatan gigi.

Langkah 3. Penugasan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok dan meminta mereka untuk menyusun

konsep/ skema tentang teknologi tepat guna bidang keperawatan gigi, yang dapat

memberikan manfaat bagi pelayanan keperawatan gigi

2. Hasil diskusi dituliskan dalam plift chart atau bahan tayang.

Langkah 4. Presentasi

Langkah pembelajaran:

1. Masing – masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan

teman yang lain dan fasilitator, kemudian kelompok yang lain memberikan tanggapan.

2. Fasilitator memberikan umpan balik dan mengarahkan hasil diskusi sesuai tujuan

pembelajaran.

Langkah 5. Rangkuman dan kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi

yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan

4. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengn mengucapkan terima kasih.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

A. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Definisi Teknologi :

Teknologi adalah llmu tentang cara untuk melakukan sesuatu

Teknologi adalah Penerapan teor i-teori ilmiah dalam memecahkan masalah

praktis, baik berupa perangkat keras yang berupa sebuah alat tertentu,

maupun perangkat lunak yang berupa suatu metode atau teknik pemecahan

masalah '

Teknologi adalah llmu tentang cara-cara melakukan sesuatu atau

memecahkan masalah tertentu melalui penerapan kaidah-kaidah

ilmiah, teori-teori ilmiah dan hasil penelitian ilmiah ke dalam bentuk

praktis berupa perangkat keras seperti benda, alat, pesawat, atau mesin

Page 175: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

360

maupun perangkat lunak seperti metode, sistematika atau prosedur kerja

tertentu.

Definisi Tepat Guna

Tepat guna adalah tepat sasaran penggunaann ya atau diterapkan sesuai

bidangnya sehingga bermanfaat bagi bidang tersebut.

Definis i Teknolog i Tepat Guna

Adalah teknologi yang diterapkan pada bidang tertentu (misal bidang

kesehatan, rumah tangga, pendidikan dsb.) sehingga menghasilkan manfaat

pada bidang tersebut

Adalah teknologi yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi

dengan menggunakan sumber daya yang sesuai atau tersedia di

lingkungannya. Umumnya berupa peralatan yang relatif sederhana, mudah

dibuat dan dioperasikan.

Adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat

disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial,

politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan

Adalah sebuah teknologi yang ditemukan atau diciptakan dengan tujuan untuk

semakin meningkatkan atau membuat pekerjaan manusia semakin lancar. Hal ini

kemudian bisa meningkatkan nilai ekonomi juga. Teknologi tersebut tidak hanya

asal dibuat namun dibuat dengan tepat sesuai dengan kebutuhan manusia

B. Tujuan dan Manfaat Teknologi Tepat Guna (TTG)

Teknologi tepat guna adalah yang teknologi yang cocok dengan kebutuhan

masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan dengan mudah. Tujuan teknologi tepat

guna adalah menggunakan sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah

yang dihadapi secara berdayaguna dan berhasilguna , atau untuk m elaksanaan

tugas sehari-hari menjadi lebih mudah, murah, dan sederhana. Sedangkan

manfaat teknologi tepat guna adalah membantu meringankan atau memudahkan

seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau pekerjaan sehingga

mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.

Secara keseluruhan manfaat dari teknologi tepat guna khususnya dalam bidang

kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin hari makin meningkat, tentu

hal itu di sesuaikan dengan kemampuan masyarakatnya yang mampu

mengoperasionalkan dan memanfaatkan TTG tersebut.

2. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

pemenuhan kebutuhannya, pemecahan masalahnya dan penambahan hasil

produksi yang makin meningkat dari biasanya. Teknologi tersebut relatif mudah

dipahami mekanismenya, mudah dipelihara dan mudah diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Masuknya teknologi baru tidak akan membebani

masyarakat baik mental (ketidakmampuan skill) maupun materiil (dapat

menimbulkan beban biaya yang tidak mampu dipenuhi masyarakat).

Page 176: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

361

3. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan

tenaga kesehatan dan klien.

4. Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat guna

tersebut.

5. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan.

6. Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat

C. Ciri-Ciri Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan

aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. Untuk itu maka

Ciri-ciri teknologi tepat guna adalah sebagai berikut:

Biaya murah

Mudah diterapkan

Mudah dibangun

Mudah dirawat

Mudah dimodifikasi

Padat karya

Sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat

Berdaya guna dan berhasil guna

Tidak menimbulkan kecelakaan bagi pengguna

Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan hidup dipemukiman sekitar

Dapat mencapai tujuan

D. Kriteria Teknologi Tepat Guna

Secara teknis teknologi tepat guna merupakan jembatan antara teknologi tradisional

dan teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga

merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola teknologi tepat

guna.

Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersedia banyak di

suatu tempat.

2. Sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.

3. Membantu memecahkan persoalan/ masalah yang sebenarnya dalam masyarakat,

bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya.

4. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi

memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut

tidak perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah

serupa. Apa yang sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di tempat lain.

Maka dari itu tujuan TTG adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap

masalah-masalah tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada dan

sesuai dengan keadaan ekonomi dan social masyarakat setempat.

Page 177: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

362

E. Contoh-Contoh Teknologi Tepat Guna

Berikut beberapa contoh dari teknologi tepat guna dari berbagai bidang yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat.

1. Bidang Transportasi.

Untuk bidang satu ini termasuk banyak teknologi yang telah dilakukan. Mulai dari

ditemukannya sepeda, sepeda bermotor, mobil, pesawat, kapal dan belakangan

motor atau mobil dengan bahan listrik yang ramah lingkungan. Bukan tidak

mungkin jika dikemudian hari teknologi pada bidang transportasi ini semakin maju

dengan temuan baru yang semakin memudahkan dan cepat.

2. Bidang Pertanian

Pada awalnya tanah digarap dengan dicangkul, karena pencangkulan lahan dinilai

terlalu lama dan terlalu banyak orang yang diperlukan, maka munculah bajak

dengan memanfaatkan sapi atau kerbau sebagai penggerak. Namun karena masih

dianggap terlalu lama lalu muncullah traktor yang membuat penggarapan lahan

pertanian lebih cepat. Belum lagi penemuan pembuatan pupuk. Mulai pupuk

buatan hingga pupuk organik cair (POC) yang dinilai lebih aman bagi tanaman.

3. Bidang Usaha Kecil

Salah satu contoh sederhana bidang ini adalah mesin pengiris dan pengupas

bawang. Jika dulu untuk mengiris bawang perlu bersusah payah menahan air

mata, kini dengan adanya mesin pengupas dan pengiris bawang tidak hanya

menghindarkan dari deraian air mata, pengirisian lebih cepat dan lebih banyak.

Lalu ada mesin pengiris untuk pembuatan keripik singkong, keripik ubi, keripik

kentang dan lain-lain.

4. Bidang Pendidikan

Pendidikan pada mulanya hanya dikenal dengan proses pengajaran di dalam kelas

menggunakan papan tulis dan kapur tulis yang berdebu. Setelah itu barulah

dengan menggunakan papan tulis dengan spidol white board, dan sekarang

dengan menggunakan laptop dan proyektor, pembelajaran melalui video, internet

dan sebagainya.

5. Bidang Kedokteran.

Bidang kedokteran sudah pasti ada banyak teknologi yang digunakan. Misalnya

untuk memeriksa kadar kolesterol, kadar gula, fungsi pencernaan, fungsi syaraf

dan lainnya ada sistem canggih yang digunakan. Menggunakan alat semacam

maghnet yang digenggam kemudian langsung terhubung dengan layar komputer

dan diketahui bagaimana kondisi tubuh pasien. Hal tersebut berarti tidak hanya

menggunakan metode pengambilan sampel darah saja. Alhasil ada banyak

alternatif untuk membandingkan hasil pemeriksaan sehingga lebih maksimal.

Belum lagi teknoloti CT scan, USG dan sebagainya.

6. Bidang Kesehatan/ Keperawatan Gigi

Dalam bidang kesehatan/ keperawatan gigi terdapat pula teknologi tepat guna

yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut

Page 178: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

363

dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat. Contoh untuk

bidang kesehatan/ keperawatan gigi diantaranya adalah:

a. Alat peraga dan media kesehatan gigi

Dalam melakukan tindakan promotif dan preventif kesehatan/keperawatan gigi

diperlukan media sebagai alat bantu untuk memudahkan menyampaikan pesan

kepada pasien/ masyarakat. Alat peraga yang termasuk dalam teknologi tepat

guna diantaranya adalah:

Phantoom gigi, untuk memperagakan cara menggosok gigi yang baik dan

benar

Model gigi, untuk menggambarkan kondisi gigi dan jaringan penyangganya

serta dapat pula menggambarkan kondisi gigi yang mengalami penyakit

b. Disclosing

Disclosing adalah suatu cairan khusus yang berwarna merah yang digunakan

untuk membantu melihat plak dan kotoran gigi lainnya yang menempel pada

gigi, dimana plak dan kotoran gigi inilah yang harus dibersihan pada waktu

proses menyikat gigi.

c. Alat dan bahan pengukuran konsistensi dan PH Saliva

Pengukuran PH saliva adalah untuk untuk mengetahui keadaan/ kategori asam

dalam saliva. Kondisi keasaman dalam saliva nantinya akan mempengaruhi

resiko terjadinya karies gigi. Salah satu alat sederhana yang dapat digunakan

untuk mengukur PH Saliva adalah adalah Kertas Lakmus.

d. Aplikasi simulator Resiko Karies “Donut Irene”

Aplikasi ini dimaksudkan untuk menyadarkan orang tua murid atau murid

tentang factor risiko karies dan memberikan menu tentang cara mengatasi

penyakit karies. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat memberdayakan

masyarakat untuk mandiri dalam memeliharan kesehatan giginya.

e. Bahan untuk Terapi Remineralisasi

Terapi remineralisasi adalah suatu tindakan dengan memberikan sediaan

calciumphosphate khusus agar terjadi proses kembalinya calcium dan

phosphate ke dalam email gigi yang mengalami demineralisasi, yaitu hilangnya

mineral gigi dalam proses karies pada gigi. Dengan terapi remineralisasi proses

karies dapat dihentikan bahkan dikembalikan seperti semula (disembuhkan).

Bahan sediaan untuk terapi remineralisasi adalah:

CPPACP (Casein PhosphoPeptide-Amorphous Calcium Phosphate

nanocomplexes) CPP-ACP (RecaldentTM) produk paten dari Australia.

GC Tooth-mousse (tut-mus) dalam bentuk krem (dipasarkan di Indonesia

terbatas kepada tenaga kesehatan)

Page 179: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

364

f. Bahan untuk Surface Protection (GIC*kaya fluor)

Surface Protection adalah tindakan melapisi permukaan oklusal dengan

Glassionomer Protection and Stabilization material, yaitu glassionomer kaya

fluoride dan mempunyai kemampuan mengalir (flow able), agar pada email

terjadi pematangan dengan terbentuknya ikatan Fluorapatite yang tahan asam.

Dengan demikian walaupun kemudian lapisan lepas, email gigi telah

terproteksi.

g. Tempat sikat gigi bersama

Dalam melaksnakan tugasnya pada pelaksanaan pelayanan asuhan di sekolah

melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), slah satu bagian

terpenting adalah bagaimana membiasakan siswa/siswi untuk melakukan

kegiatan sikat gigi bersama. Untuk menunjang pelaksanaan sikat gig bersama,

amaka diperlukan tempat sikat gigi yang strategis. Salah satu hal yang bisa

dilakukan adalah dengan membuat tempat sikat gigi sederhana dengan

menggunakan alat dan bahan yang mudah serta murah. Sebagai contoh adalah

dengan menggunakan bambu atau paralon yang dilobangi untuk tempat

mengalirnya air, serta bamboo dan paralon juga untuk dijadikan saluran

pembuangan air bekas sikat gigi tersebut.

Pokok Bahasan 2

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BIDANG KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

Menurut UU RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang tercantum dalam pasal 42

dinyatakan bahwa :

Ayat 1. Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan diteliti, diedarkan dan

dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.

Ayat 2. Teknologi kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mencakup segala

metode dan yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya

penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil

komplikasi dan memulihkan kesehatan setelah sakit.

A. Teknologi Kesehatan

Teknologi kesehatan dibagi dalam 5 kelompok sebagai berikut : (1) Obat-obat;

meliputi : bahan-bahan kimia dan subtansi biologis yang dipakai untuk dimakan,

diinjeksikan ke tubuh manusia untuk kepentingan medis; (2) alat-alat (device) meliputi

: alat-alat khusus untuk tujuan : diagnostik, terapi; (3) prosedur bedah dan medis atau

kombinasinya yang sering kali sangat komplek; (4) sistem penunjang atau support

system : adalah teknologi yang digunakan untuk memberikan pelayanan medis di

rumah sakit.; (5) system organisasional, adalah teknologi yang digunakan untuk

menjamin penyampaian pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

B. Tahapan-Tahapan Pengembangan Teknologi Kesehatan

Pengembangan mempunyai makna proses, cara mengembangkan agar menjadi maju,

baik atau sempurna. Pengembangan teknologi kesehatan dapat dibedakan dalam 4

tahapan : (1) inovasi; (2) pengembangan; (3) difusi atau disiminasi; (4) evaluasi.

Page 180: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

365

1. Inovasi

Kata inovasi yang digunakan disini menunjukkan kepada kreasi baru alat atau

teknik atau kombinasi alat yang lama menjadi konfigurasi yang baru atau untuk

aplikasi yang baru. Inovasi memunculkan kebaruan (novelty) dalam pengetahuan

ilmu kesehatan/kedokteran,. Kebanyakan inovasi adalah sebagai hasil dari

banyaknya kemajuan-kemajuan yang kecil yang secara individual mungkin tidak

berarti tetapi mempunyai efek yang kumulatif. Teknologi yang baru jarang

berkembang dalam satu langkah saja. Modikasi dan pengembangan teknologi

merupakan proses yang berjalan berkesinambungan. Ada tujuh tahap dalam

inovasi medis sebagai berikut : (1) laporan pendahuluan yang menjanjikan

berdasarkan evikasi, inovasi medis terhadap beberapa kasus tanpa kontrol; (2)

pemakaian atau public pihak ketiga); (4) laporan observasional dan prosedur

standar; (5) uji kendali acak (randomize control trial); (6) pengaduan oleh

profesional; (7) teknologi mengalami kehilangan kepercayaannya dan erosi.

2. Proses pengembangan teknologi

Proses pengembangan teknologi dibedakan menjadi : (1) teknologi bakalan

(emerging technology) adalah teknologi yang sedang diterapkan dalam taraf

pengembangan di laboratorium inkubator atau sedang dalam uji coba

laboratorium; (2) teknologi baru (new technology). Teknologi baru secara

fundamental berbeda dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya. Teknologi

ini biasanya menunjukkan perbaikan dalam diagnosis dan ketepatan diagnosis,

demikian juga memberikan teknologi terapi yang baru. Contoh teknologi

diagnostik baru : Multislices CT (Computerized Tomograph ) Scan lebih baik bila

dibandingkan dengan CT scan tipe lama. Teknologi terapi baru : intervensi

endovaskuler, transplantasi organ, organ buatan (Artifisial Organ), katup jantung

prostetik. (3) teknologi masa kini (current technology, establish technology)

adalah teknologi yang sudah biasa dikenal, contohnya : MRI (Magnetic Resonance

Imaging). (4) teknologi masa depan (future technology) seperti : sistem

mikroelektro mekanik, robotik untuk membantu pembedahan sebagai

pengembangan dari kombinasi Ilmu Fisika, Tehnik dan Ilmu Informasi, Nano

tehnologi, Rekayasa Genetik dan sebagainya.

3. Difusi teknologi

Difusi teknologi adalah suatu proses dimana teknologi memasuki dan menjadi

bagian dari sistem pelayanan kesehatan. Fase ini mengikuti tahap riset dan

pengembangan dan mungkin juga tidak mengikuti uji klinik yang teliti untuk

menunjukkan efikasi dan keselamatan pasien. Pada awal fase difusi biasanya

berjalan lambat, hal ini menunjukkan kehati-hatian dari sebagian pengguna

walaupun boleh jadi juga menunjukkan masalah komunikasi informasi tentang

inovasi yang sudah dikembangkan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa difusi ini dipengaruhi oleh pembuat keputusan dan kendala-

kendala yang dihadapi oleh perorangan terhadap keputusan untuk penggunaan

teknologi tersebut. Untuk rumah sakit biasanya terkendala dengan keterbatasan

anggaran atau kendala dalam penggunaannya.

Page 181: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

366

4. Evaluasi

Evaluasi teknologi kesehatan menyangkut beberapa faktor, diantaranya : (a)

potensi terapi, (b) kemampuan diagnosis dan skrining, (c) efektivitas di

masyarakat, (d) kepatuhan pasien dan (e) cakupannya.

a. Potensi untuk terapi.

Evaluasi teknologi kesehatan hendaknya dikaitkan dengan kemampuan

teknologi baru itu untuk meningkatkan derajat kesehatan secara langsung

maupun tidak langsung. Dalam hal ini yang perlu dipertanyakan adalah

apakah teknologi terapi yang baru itu lebih bermanfaat dibandingkan

dengan kerugian terhadap pasien yang diagnosanya tepat, diobati dengan

tepat dan taat pada rekomendasi pengobatan tersebut.

b. Kemampuan untuk diagnosis dan skrining.

Teknologi untuk diagnosis dan skrining kemungkinan merupakan area yang

tumbuh paling cepat dalam teknologi kesehatan, misalnya pengembangan

dalam CT Scan dan MRI. Biasanya teknologi untuk diagnosis dan skrining

dikaitkan dengan kemanfaatan terapi dan untuk meningkatkan perbaikan

hasil akhir (outcome).

c. Efektivitas di masyarakat

Untuk menentukan efektivitas teknologi di masyarakat perlu dilibatkan

penilaian terhadap besarnya peningkatan derajat kesehatan yang dapat

diharapkan sebagai akibat aplikasi dari teknologi spesifik di dalam

masyarakat atau populasi yang terjangkau. Kepatuhan profesional

kesehatan merupakan salah satu komponen efektivitas penggunaan

teknologi di masyarakat di sini diperlukan informasi sejauh mana profesional

kesehatan tersebut mematuhi aplikasi teknologi yang diperlukan untuk

aplikasi diagnosa yang tepat dan teknologi manajemen (pencegahan,

penyembuhan paliatif dan rehabilitasi).

d. Evaluasi kepatuhan pasien

Seberapa jauh kepatuhan pasien terhadap penyedia pelayanan kesehatan

dalam hal rekomendasi dan terapi dapat dinilai tergantung dari jenis

teknologi yang secara substansial mempengaruhi besarnya manfaat yang

diperoleh darinya.

e. Evaluasi cakupan (Evaluation Coverage)

Cakupan disini diartikan sebagai seberapa jauh teknologi yang bermanfaat

diterapkan secara tepat terhadap semua pasien atau masyarakat yang

memperoleh manfaat darinya. Cakupan melukiskan apakah pasien secara

individual memerlukan atau tidak teknologi tersebut.

Page 182: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

rKEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

367

C. Langkah-Langkah Penerapan Teknologi Tepat Guna

Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, terdapat beberapa langkah yang

dapat diaplikasikan, yaitu:

1. mengenali kebutuhan teknologi di masyarakat dengan melakukan riset pasar di

rumah sakit pemerintah maupun swasta dan sektor-sektor upaya pelayanan

kesehatan yang lain untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang teknologi

kesehatan apa saja yang diperlukan saat ini,

2. memahami dan merumuskan masalah teknologi dengan membuat

perencanaanperancanaan dan mengembangkan desainnya,

3. mengupayakan pemecahan masalah. Dalam upaya pemecahan masalah dibuat

suatu model atau prototip. Model adalah citra bayangan mengenai kenyataan

yang tergantung dari obyek atau proses yang digambarkan serta tujuan

penggunaannya,

4. merencanakan dan mengevaluasi alternatif-alternatif,

5. memilih alternatif yang sesuai dengan kebutuhan,

6. membuat produk atau proses teknologi diikuti dengan difusi dan distribusinya

VIII. REFERENSI

1. Kasmer.2007.kewirausahaan .Jakarta:PT.Bumi Aksara

2. Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika

3. Dra Suryana, 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK : EGC, Jakarta

4. Syafruddin, dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa.

CV.Transinfo media : Jakarta

5. Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 tahun 7, April 2008

htth://jirzizaidan.wordpress.com/kebidanan/

6. World Healt Assembeley XXI; “National and Global SURVEILENS of communicable

Disease”, Geneva: WHO, 1968

7. Besari, M.S. 2008 ; Teknologi di Nusantara, Jakarta : Salemba Teknika

8. Rifai, H.Tb.B. 1986. Perspektif dari Pembangunan Ilmu dan Teknologi. Jakarta : PT

Gramedia

IX. LAMPIRAN

Panduan Diskusi :

1. Peserta dibagi dalam kelompok 6 yang terdiri dari 5 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok menyusun satu konsep/ skema tentang teknologi tepat guna

bidang keperawatan gigi, yang dapat memberikan manfaat bagi pelayanan

keperawatan gigi, disertai gambar dan manfaatnya selama 30 menit

4. Kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lainnya memberi

tanggapan

5. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi

6. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta.

Page 183: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI INTI 8

Page 184: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

368

MATERI INTI 8

PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT DAN PENGAJUAN DUPAK

I. DESKRIPSI SINGKAT

Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

No. 23 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan Angka Kreditnya,

dinyatakan bahwa untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap Perawat

Gigi wajib mencatat danmenginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan paling kurang 1

(satu) kali dalam setahun.Perawat Gigi yang dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya,

penilaian dan penetapan angka kredit dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan

pangkat Pegawai Negeri Sipil.

Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir

kegiatan yang harus dicapai Perawat Gigi dalam rangka pembinaan karier.Daftar Usulan

Penetapan Angka Kredit (DUPAK) adalah formulir yang berisi keterangan perorangan

Perawat Gigi dan butir kegiatan yang dinilai dan harus diisi oleh Perawat Gigi dalam rangka

penetapan angka kredit. Setelah DUPAK Perawat Gigi dilakukan pemeriksaan dan disetujui

oleh Tim Penilai, maka diterbitkanlah Penetapan Angka Kredit (PAK), yaitu suatu formulir

yang berisi keterangan perorangan Perawat Gigi dan satuan nilai dari hasil penilaian butir

kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang telah dicapai oleh Perawat Gigi

yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.

Melalui modul ini akan dijabarkan bagaimana tata cara pengajuan dan pengisian formulir

pengajuan angka kredit untuk perawat gigi kategori keahlian sehingga dapat

memudahkan para perawat gigi dalam melakukan pengajuan angka kredit dan DUPAK.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan perhitungan dan pengajuan

DUPAK.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Angka Kredit Dan DUPAK

2. Melakukan Pengajuan DUPAK

3. Melakukan Pengisian Formulir

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Angka Kredit Dan DUPAK

Sub pokok bahasan :

a. Pengertian Angka Kredit

b. Pengertian DUPAK

c. Unsur-Unsur Yang Dinilai Dalam Angka Kredit

d. Jumlah Angka Kredit

e. Perhitungan dan Penetapan Angka Kredit dalam Jabatan Fungsional Perawat Gigi

Page 185: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

369

Pokok Bahasan 2: Tata Cara Pengajuan DUPAK

Sub pokok bahasan :

a. Kelengkapan Pengajuan Usul Penetapan Angka Kredit

b. Tata Cara Pengajuan Usul Penilaian dan Penetapan Angka Kredit

c. Tata cara Penilaian Angka Kredit

d. Prosedur Penilaian Angka Kredit

Pokok Bahasan 3: Cara Pengisian Formulir

Sub pokok bahasan :

a. Formulir DUPAK

b. Formulir Surat Pernyataan Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

c. Formulir Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pelayanan Asuhan Keperawatan

Gigi dan Mulut

d. Formulir Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi

e. Formulir Surat Pernyataan Melakukan Penunjang Tugas Perawat Gigi

f. Formulir Penetapan Angka Kredit

IV. METODE

1. Ceramah tanya jawab 2. Curah pendapat 3. Latihan menghitung angka kredit dan mengajukan DUPAK

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang 2. (Slide power point) 3. Laptop 4. LCD 5. Flipchart 6. Whiteboard 7. Spidol (ATK) 8. Formulir pengajuan angka kredit

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah

menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan

disampaikan.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan

menggunakan bahan tayang.

Page 186: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

370

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan

sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

2. Pokok bahasan yang disampaikan dimulai dari materi tentang angka kredit dan dupak,

tata cara pengajuan dupak serta cara pengisian formulir

3. Materi disampaikandengan metode curah pendapat dan ceramah tanya jawab,serta

latihan menghitung angka kredit dan mengajukan DUPAK.

Langkah 3. Penugasan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok dan meminta mereka untuk latihan

menghitung angka kredit dan mengajukan DUPAK

2. Hasil diskusi dituliskan dalam plift chart atau bahan tayang.

Langkah 4. Presentasi

Langkah pembelajaran:

1. Masing – masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan

teman yang lain dan fasilitator, kemudian kelompok yang lain memberikan

tanggapan.

2. Fasilitator memberikan umpan balik dan mengarahkan hasil diskusi sesuai tujuan

pembelajaran.

Langkah 5. Rangkuman dan kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap

materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

3. Fasilitator membuat kesimpulan

4. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengn mengucapkan terima kasih.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

ANGKA KREDIT DAN DUPAK

A. Pengertian Angka Kredit

Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-

butir kegiatan yang harus dicapai Perawat Gigi dalam rangka pembinaan karier.

B. Pengertian DUPAK

Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) adalah formulir yang berisi

keterangan perorangan Perawat Gigi dan butir kegiatan yang dinilai dan harus diisi

oleh Perawat Gigi dalam rangka penetapan angka kredit.

Page 187: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

371

C. Unsur-Unsur Yang Dinilai Dalam Angka Kredit

Unsur kegiatan yang dinilai dalam pemberian angka kredit, terdiri dari: unsur utama

dan unsur penunjang. Unsur utama terdiri dari: pendidikan, pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut serta pengembangan profesi, sedangkan unsur

penunjang adalah penunjang tugas perawat gigi.

Unsur dan sub unsur kegiatan perawat gigi yang dapat dinilai angka kreditnya tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan, meliputi:

a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;

b. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut dan mendapatSurat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan

(STTPP) atau sertifikat; dan

c. Pendidikan dan pelatihan prajabatan.

2. Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut, meliputi:

a. Persiapan pelayanan;

b. Pelaksanaan pelayanan;

c. Pelaksanaan tindakan kolaboratif kesehatan gigi dan mulut; dan

d. Pelaksanaan tugas khusus.

3. Pengembangan profesi, meliputi:

a. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut;

b. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnya di bidang pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut;

c. Pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis di bidang

pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut; dan

d. Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut.

4. Penunjang tugas Perawat Gigi, meliputi:

a. Pengajar/pelatih di bidang pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut;

b. Keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut;

c. Keanggotaan dalam organisasi profesi Perawat Gigi;

d. Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Gigi;

e. Perolehan penghargaan/tanda jasa;

f. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya; dan

g. Pelaksanaan kegiatan penunjang lainnya

Page 188: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

372

D. Jumlah Angka Kredit

Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah yang harus dipenuhi oleh setiap Pegawai

Negeri Sipil untuk dapat diangkat dalam jabatan dan kenaikan jabatan/pangkat

Perawat Gigi adalah:

1. Paling rendah 80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur

utama,kecuali yang berasal dari pendidikan formal; dan

2. Paling tinggi 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang.

E. Perhitungan dan Penetapan Angka Kredit dalam Jabatan Fungsional Perawat Gigi

1. Unsur Pendidikan

a. Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah:

1) Fotocopy ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan

2) Fotocopy STTPP/sertifikat kegiatan ilmiah.

b. Pemberian Angka Kredit

1) Pendidikan sekolah

Yang dimaksud pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diakui atau

diakreditasi oleh Kementerian yang membidangi pendidikan dan

kebudayaan, dan Kementerian Kesehatan yaitu:

Diploma III Keperawatan Gigi diberikan angka kredit sebesar 60

(enam puluh)

Diploma IV(D.IV) Keperawatan Gigi diberikan angka kredit sebesar

100 (seratus)

Strata 2 (S-2) Keperawatan Gigi diberikan angka kredit sebesar 150

(seratus limapuluh)

Perawat Gigi yang memperoleh Ijazah Diploma IV (D.IV) Strata 1 (S-1),

Strata 2 (S-2), dan Strata 3 (S-3) diluar bidang Keperawatan Gigi dan

Sarjana lainnya yang diakui oleh Kementerian yang membidangi

pendidikan dan kebudayaan diberikan angka kredit sebagai berikut:

Strata 3 (S-3) : diberikan angka kredit sebesar 15 (lima belas)

Strata 2 (S-2) : diberi angka kredit sebesar 10(sepuluh)

Diploma IV (D.IV) atau Strata 1 (S-1):diberi angka kredit sebesar 5

(lima)

Bagi lulusan luar negeri, maka ijazahnya akan bisa dinilai dalam Jabatan

Fungsional Perawat Gigi apabila lulusan tersebut telah mendapatkan

sertifikat pengakuan ijazah luar negeri dari kementerian yang

membidangi pendidikan tinggi. Nilai angka kredit setara dengan lulusan

dalam negeri.

2) Pendidikan dan Pelatihan Teknis dibidang Keperawatan Gigi

Yang termasuk pendidikan dan pelatihan teknis dibidang

Keperawatan Gigi adalah semua program pendidikan dan pelatihan

yang berhubungan dengan teknis dan manajemen Keperawatan Gigi

sehingga diperoleh peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan

Page 189: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

373

yang berguna dalam peningkatan mutu dalam pelaksanaan pelayanan

Keperawatan Gigi dan diselenggarakan oleh lembaga Pendidikan dan

Pelatihan (Diklat) yang berwenang/organisasi profesi Perawat Gigi

sesuai peraturan yang berlaku.

Penilaian dilaksanakan dengan meneliti bukti berupa fotocopy

sertifikat pelatihan atau STTPP yang sudah disahkan oleh pejabat

berwenang.

Angka kredit yang diberikan sesuai jumlah jam pelajaran yang diikuti

seperti tertulis dalam Lampiran I atau Lampiran II Permenpanrb

Nomor 22 Tahun 2014.

2. Pelayanan Asuhan Gigi dan Mulut

a. Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah hasil kegiatan

yang ditandatangani oleh atasan langsung unit kerja.

b. Pemberian angka kredit

Pemberian angka kredit untuk kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh

Perawat Gigi, diberikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan dilengkapi

dengan bukti fisik

3. Pengembangan Profesi

a. Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah dapat berupa

buku/ naskah/ makalah/ majalah/ pedoman/ petunjukpelaksanaan/ petunjuk

teknis/produk teknologi yang telah disahkan atau ditandatangani oleh atasan

langsung unit kerja.

b. Pemberian angka kredit

Pemberian angka kredit untuk kegiatan pengembangan profesi yang

dilaksanakan oleh Perawat Gigi sebagaimana tercantum pada rincian

kegiatan, akan mendapatkan nilai angka kredit yang besarnya sama untuk

semua tingkat Jabatan Fungsional Perawat Gigi.

4. Penunjang Tugas

a. Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah Surat tanda bukti

sebagai anggota organisasi profesi Perawat Gigi/Anggota Tim Penilai Angka

Kredit Jabatan Fungsional Perawat Gigi, sertifikat/ijazah dan tanda

kehormatan/penghargaan/tanda jasa yang disahkan oleh pejabat yang

berwenang;

b. Pemberian angka kredit

Penilaian dilaksanakan dengan meneliti bukti telah melakukan kegiatan di

bidang Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut berupa surat

pernyataan/surat tugas sesuai dengan kegiatannya sebagai berikut:

1) Untuk mengajar/ melatih di bidang Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi

dan Mulut.

2) Untuk seminar/lokakarya berupa sertifikat yang dikeluarkan oleh

lembaga yang diakui/terakreditasi sebagai penyelenggara.

Page 190: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

374

3) Sebagai Anggota organisasi profesi Perawat Gigi berupa kartu

keanggotaan.

4) Sebagai anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Gigi berupa SK

Tim Penilai.

5) Gelar kesarjanaan berupa Ijazah dari institusi yang berwenang.

6) Memperoleh penghargaan/kehormatan/tanda jasa dengan bukti berupa

piagam/surat penghargaan dari lembaga atau institusi yang berwenang.

7) Memperoleh gelar kehormatan dibidang akademis berupa ijazah/gelar

dari lembaga yang berwenang.

8) Besarnya angka kredit sesuai dengan Lampiran I atau Lampiran II

Permenpanrb Nomor 23 Tahun 2014.

Pokok Bahasan 2:

TATA CARA PENGAJUAN DUPAK

A. Kelengkapan Pengajuan Usul Penetapan Angka Kredit

Setiap Perawat Gigi berdasarkan hasil investigasi kegiatan yang dituangkan dalam

Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) wajib mengusulkan paling kurang satu

kali dalam satu tahun dengan melampirkan bukti-bukti sebagai berikut :

1. Salinan/fotokopi sah Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) tahun terakhir yang diketahui

atasan langsung (Apabila usul angka kredit telah mencapai kumulatif minimal yang

dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi) yang

dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.

2. Salinan/fotokopi sah surat keputusan kenaikan jabatan dan pangkat terakhir yang

diketahui atasan langsung.

3. Salinan/fotokopi sah surat keputusan terakhir tentang pengangkatan

pertama/pengangkatan kembali dalam jabatan Perawat Gigi yang diketahui atasan

langsung.

4. Salinan/fotokopi sah penetapan angka kredit (PAK) terakhir yang diketahui atasan

langsung.

5. Bukti fisik hasil pelaksanaan tugas sebagai Perawat Gigi dengan melampirkan surat

pernyataan sebagaimana contoh surat pernyataan pelaksanaan tugas.

6. Surat Penugasan dan Uraian Tugas

B. Tata Cara Pengajuan Usul Penilaian dan Penetapan Angka kredit

1. Perawat Gigi yang bersangkutan mencantumkan perkiraan angka kredit prestasi

kerja Perawat Gigi ke dalam formulir Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit

(DUPAK) jabatan Perawat Gigi berikut kelengkapannya untuk disampaikan kepada

Kepala Unit Kerja/UPT/UPTD yang bersangkutan.

2. Kepala Unit Kerja/UPT/UPTD yang bersangkutan di bantu oleh tim verifikasi

meneliti ulang kebenaran DUPAK berikut kelengkapannya.

3. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit diajukan dengan surat pengantar dari pejabat

sebagaimana diatur dalam PermenpanRB Nomor 23 tahun 2014 tentang Jabatan

Fungsional Perawat Gigi dan Angka Kreditnya.

Page 191: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

375

4. Pengajuan usul penetapan angka kredit harus telah sampai kepada pejabat yang

berwenang menetapkan angka kredit selambat-lambatnya:

a. Tanggal 15 Juni bagi Perawat Gigi yang akan naik jabatan/pangkat pada

periode Oktober tahun yang bersangkutan.

b. Tanggal 15 Desember bagi Perawat Gigi yang akan naik jabatan/pangkat pada

periode April tahun berikutnya.

C. Tata Cara Penilaian Angka kredit

Berdasarkan DUPAK yang disampaikan oleh Pembimbing Perawat Gigi, selanjutnya

TPAK melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Persidangan Tim Penilai dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu setiap bulan

Juni dan Desember.

2. Pengambilan keputusan dalam pemberian angka kredit dilakukan melalui prosedur

sebagai berikut :

a. Ketua Tim Penilai membagi tugas penilaian kepada anggota Tim Penilai.

b. Setiap usul dinilai oleh 2 (dua) orang anggota, dengan menggunakan formulir

yang telah ditetapkan.

c. Setelah masing-masing anggota melakukan penilaian, hasilnya disampaikan

kepada Ketua Tim Penilai melalui Sekretaris Tim Penilai untuk disahkan.

d. Apabila angka kredit yang diberikan oleh dua orang penilai tidak sama, maka

pemberian angka kredit dimusyawarahkan dalam sidang pleno untuk

didiskusikan antar Tim Penilai.

e. Pengambilan keputusan dalam sidang pleno Tim Penilai dilakukan secara

aklamasi atau melalui suara terbanyak.

f. Sekretaris Tim Penilai menuangkan angka kredit hasil keputusan musyawarah

dalam sidang pleno ke dalam formulir penetapan angka kredit seperti contoh

format G Peraturan Menteri ini.

3. Bagi Provinsi/Kabupaten/Kota yang belum memiliki TPAK Jabatan Fungsional

Perawat Gigi, maka Kepala Dinas yang membidangi kesehatan di

Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan dapat bekerjasama dengan TPAK

Jabatan Fungsional Perawat Gigi pada Provinsi/Kabupaten/Kota terdekat atau

mengadakan kerjasama dengan TPAK Jabatan Fungsional Perawat Gigi Tingkat

Unit Kerja untuk melakukan penilaian angka Kredit Perawat Gigi.

D. Prosedur Penilaian Angka kredit

1. Perawat Gigi menyiapkan bahan/berkas dan menuangkan angka kredit ke dalam

DUPAK dilengkapi dengan bukti-bukti fisik untuk diverifikasi oleh tim verifikasi

yang ditunjuk oleh lembaga masing-masing. Bahan/berkas dan DUPAK tersebut

disampaikan kepada Pimpinan Unit Kerja, UPT Kemenkes, Instansi pada

Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian selain Kementerian

Kesehatan, Kepala Dinas yang membidangi Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota;

Page 192: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

376

2. Pimpinan Unit Kerja, UPT Kemenkes, Instansi pada Kementerian/Lembaga

Pemerintah non Kementerian selain Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas yang

membidangi Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota menyampaikan

bahan/berkas usulan kepada Sekretariat TPAK Unit Kerja, Sekretariat TPAK

Instansi, Sekretariat TPAK Provinsi/Kabupaten/Kota untuk Perawat Gigi untuk

Pangkat Pengatur Golongan Ruang II/c s.d. Pembina IV/a dan kepada TPAK Pusat

untuk Perawat Gigi Pangkat Pembina Tingkat I Golongan Ruang IV/b s.d Pangkat

Pembina Utama Muda Golongan Ruang IV/c.;

3a. Sekretariat TPAK Unit Kerja, Sekretariat TPAK Instansi, Sekretariat TPAK

Provinsi/Kabupaten/Kota dan atau Pusat mendistribusikan bahan/berkas usulan

yang sudah lengkap kepada TPAK Unit Kerja, TPAK Instansi, TPAK Provinsi/

Kabupaten/Kota dan atau TPAK Pusat;

3b. Berkas usulan yang tidak lengkap diberitahukan kepada Perawat Gigi melalui

Pimpinan Unit Kerja, UPT Kemenkes, Instansi pada Kementerian/Lembaga

Pemerintah non Kementerian selain Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas yang

membidangi Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota untuk dilengkapi;

4. TPAK Unit Kerja, TPAK Instansi, TPAK Provinsi/ Kabupaten/Kota dan atau TPAK

Pusat menyerahkan kembali hasil penilaian angka kredit kepada Sekretariat TPAK

Unit Kerja, Sekretariat TPAK Instansi, Sekretariat TPAK Provinsi, Sekretariat TPAK

Kabupaten/Kota dan atau Pusat untuk dituangkan ke dalam format PAK;

5a. Sekretariat TPAK Unit Kerja, Sekretariat TPAK Instansi, Sekretariat TPAK

Provinsi/Kabupaten/Kota dan atau TPAK Pusat menyampaikan PAK kepada

Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Instansi, Kepala Dinas yang membidangi

Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota dan atau Direktur Jenderal yang

membidangi Keperawatan Gigibagi Perawat Gigibagi Perawat Gigi yang

memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi;

5b. DUPAK yang belum memenuhi syarat dibuatkan surat keterangan hasil penilaian

angka kredit dan dikirim kepada Perawat Gigi yang bersangkutan melalui

Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Instansi, Kepala Dinas yang membidangi

Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota;

6a. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit pada Unit Kerja, Instansi,

Dinas yang membidangi Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota menetapkan PAK

Perawat Gigi yang memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat

lebih tinggi;

6b. PAK Asli disampaikan kepada Perawat Gigi yang bersangkutan, dan Kepala

Bagian Kepegawaian yang bersangkutan; Tembusan PAK disampaikan kepada

Sekretariat TPAK Pusat, Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Badan

Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan

Instansi, Kepala Dinas yang membidangi Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota

dan atau Kepala Biro Kepegawaian Kemenkes

Page 193: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

377

Pokok Bahasan 3.

CARA PENGISIAN FORMULIR

A. Formulir DUPAK

Formulir DUPAK diisi oleh yang Perawat Gigi yang bersangkutan dan ditandatangani

oleh pimpinan unit kerja sebagai pejabat pengusul. Disamping lampiran yang

dipersyaratkan, perlu dilengkapi dengan bukti-bukti yang disyaratkan dari unsur yang

dinilai.Contoh formulir DUPAK dan cara pengisiannya sebagaimanatertera dalam

lampiran

1. Formulir Surat Pernyataan Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

Formulir ini dibuat untuk dapat dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka

Kredit.

Dibuat rangkap tiga masing-masing untuk:

1. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit

2. Unit Kerja yang bersangkutan

3. Pejabat Perawat Gigi yang bersangkutan

Contoh Formulir dan cara pengisiannya terlampir

2. Formulir Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pelayanan Asuhan Keperawatan

Gigi

Formulir ini dibuat setiap 6 bulan satu kali dalam bulan Juni dan

Desember.Formulir ini merupakan rekapitulasi jumlah prestasi kerja bulanan,

dibuat rangkap 3 (tiga) masing-masing untuk:

1. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit.

2. Unit Kerja yang bersangkutan.

3. Pejabat Perawat Gigi yang bersangkutan.

Contoh Formulir dan cara pengisiannya terlampir

3. FormulirSurat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi

Formulir ini dibuat untuk dapat dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka

Kredit.

Dibuat rangkap tiga masing-masing untuk:

1. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit

2. Unit Kerja yang bersangkutan

3. Perawat Gigi yang bersangkutan

Contoh Formulir dan cara pengisiannya terlampir.

4. FormulirSurat Pernyataan Melakukan Kegiatan Penunjang Tugas Perawat Gigi

Formulir ini dibuat untuk dapat dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka

Kredit.

Dibuat rangkap tiga masing-masing untuk:

1. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit

2. Unit Kerja yang bersangkutan

3. Perawat Gigi yang bersangkutan

Contoh Formulir dan cara pengisiannya terlampir.

Page 194: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN – JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

378

5. Formulir Penetapan Angka Kredit (PAK)

Formulir penetapan angka kredit diisi oleh pejabat yang berwenang menetapkan

angka kredit.Formulir dibuat dalam rangkap 5 (lima), asli disampaikan kepada

Kepala Badan Kepegawaian (BKN) up. Deputi Bidang Pengadaan dan Mutasi

Kepegawaian atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan dengan

tembusan disampaikan kepada:

1. Perawat Gigi yang bersangkutan.

2. Pimpinan Unit Kerja Perawat Gigi yang bersangkutan.

3. Sekretaris Tim Penilai Perawat Gigi yang bersangkutan.

4. Pejabat yang berwenang menetapkan Angka Kredit.

Contoh formulir dan cara pengisiannya terlampir

VIII. REFERENSI

1. Peraturan Menteri PAN-RB No. 23 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat Gigi

dan Angka Kreditnya

2. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara

Nomor: 4 Tahun 2015 dan Nomor: 5 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor.

23 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan Angka Kreditnya.

IX. LAMPIRAN

Panduan Latihan menghitung angka kredit dan mengajukan DUPAK :

1. Peserta dibagi dalam kelompok 6 yang terdiri dari 5 orang

2. Masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji

3. Masing-masing kelompok berlatih mengisi formulir pengajuan angka kredit dan

DUPAK dengan memilih butir kegiatan sesuai yang biasa dilakukan di tempat kerjanya

4. Kelompok mempresentasikanhasil diskusinya dan kelompok lainnya memberi

tanggapan

5. Fasilitator dan peserta bersama-sama membahas hasil diskusi

6. Fasilitator membuat kesimpulan hasil diskusi dan rangkuman pertanyaan peserta.

Page 195: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI PENUNJANG 1

Page 196: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

379

MATERI PENUNJANG 1

BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Building learning commitment (BLC), merupakan aktifitas yang dilakukan untuk

mencairkan suasana agar proses pembelajaran selanjutnya dapat berlangsung secara

interaktif, baik antara peserta dengan fasilitator maupun antara peserta dengan peserta

lainnya. Hal ini menjadi penting karena peserta datang dengan latar belakang yang

berbeda baik dalam hal pendidikan, jabatan, agama,budaya dan social. Disamping itu tidak

semua peserta datang mengikuti pelatihan atas kemauannya senditi tetapi atas perintah

atasan sehingga mengikuti pelatihan merupakan siksaan bagi mereka.

Peserta dalam pelatihan umumnya adalah orang yang telah bekerja dan hampir semuanya

orang dewasa, sudah mempunyai pengetahuan baik dari pendidikan maupun pengalaman

praktik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan. Disamping itu pada orang dewasa

sudah memliki konsep yang diyakini kebenarannya dan akan dipertahankan sehingga

tidaklah mudah untuk menerima konsep atau pengetahuan baru dari luar. Oleh karena itu

dalam mengelola pelatihan pada orang dewasa diperlukan strategi khusus yang dapat

mendorong orag dewasa ini mencari tahu jawaban atas sesuatu yang selama ini menjadi

pertanyaannya. Keingin tahuannya inilah yang akan membuat orang dewasa mau dan

peduli terhadap informasi baru yang disampaikan kepada mereka.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari modul ini, peserta mampu menerapkan konsep membangun

komitmen belajar.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :

1. Memahami konsep BLC. (pengertian, tujuan dan proses BLC)

2. Mengenal seluruh peserta, mengenal fasilitator dan panitia penyelenggara

pelatihan.

3. Menyusun harapan, kekhawatiran dan strategi mencapai harapan

4. Menyusun nilai dan norma yang akan diterapkan selama proses pembelajaran.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Pengertian, dan tujuant BLC

Sub pokok bahasan:

a. Pengertian

b. Tujuan

c. Proses BLC

Pokok Bahasan 2. Perkenalan

Pokok Bahasan 3. Menyusun harapan dan strategi mencapai harapan

Pokok Bahasan 4. Menyusunan norma, nilai dalam kelas

Page 197: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

380

IV. METODE

1. Brainstorming

2. Games

3. Diskusi kelompok.

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang

2. Laptop

3. LCD

4. Flifchart

5. Spidol

6. Peralatan “Games”

7. Modul

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan bina suasana dan memperkenalkan diri pada peserta dengan

menyebut nama asal instansi.

2. Fasilitator menyampaikan tujuan dan melakukan brainstorming mengenai BLC.

Langkah 2. Perkenalan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 3 kelompok, dan meminta mereka untuk saling

berkenalan dengan menyebut nama, asal institusi dan asal daeah.

2. Setelah semua anggota dari kelompok saling megenal, kelompok tersebut dipecah dan

di bagi dalam 2 kelompok besar untuk saling mengenal.

3. Fasilitator meminta peserta untuk refleksi ”leason learning” dari proses perkenalan

tersebut.

Langkah 3. Pencairan dan kerjasama

Langkah pembelajaran:

1. Sebagai upaya untuk mencairkan suasana dan mengakrabkan peserta, fasilitator

mengadakan permainan.

2. Selesai permainan, peserta diminta untuk me refleksikan apa yang dialami dan

dirasakan dihadapan teman dan fasiltator.

3. Apabila setelah di evaluasi, peserta belum menunjukkan keakraban (cair), fasilitator

dapat memberikan permainan yang lain.

4. Untuk melihat adanya kerjasama diantara peserta dan jiwa kepemimpinan, fasilitator

memberikan tugas pada kelompok yang diselesaikan dalam waktu tertentu.

5. Fasilitator meminta peserta untuk refleksi

Page 198: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

381

Langkah 4. Penugasan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok dan meminta mereka untuk

merumuskan harapan dan strategi dalam mencapai harapan selama proses pelatihan

2. Tugas berikutnya diberikan pada kelompok untuk merumuskan norma dan nilai yang di

sepakati kelas berikut sanksi bila melanggar norma dan nilai-nilai tersebut.

3. Hasil diskusi dituliskan dalam plift chart atau bahan tayang.

Langkah 5. Presentasi

Langkah pembelajaran:

1. Masing – masing kelompok diminta untuk mempresentasikanhasil diskusi didepan

teman yang lain dan fasilitator

2. Fasilitator memberikan umpan balik dan mengarahkan hasil diskusi sesuai tujuan

pembelajaran.

Langkah 6. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator mengevaluasi bagaimana perasaan dan respon peserta setelah mengikuti

proses pembelajaran BLC.

2. Fasilitator merangkum dan menyimpulkan materi pembelajaran BLC

3. Fasilitator memberikan apresiaasi pada peserta, dan menutup proses pembelajaran

dengn mengucapkanterima kasih.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KONSEP BLC.

A. Pengertian BLC

Pada awal memasuki suatu pelatihan, pada umumnya peserta bersikap sangat formal,

kaku dan menunjukkan suasana kebekuan (freezing). Hal ini terjadi karena berbagai

sebab seperti : perasaan asing karena satu sama lainnya belum saling mengenal, rasa

curiga dengan orang sekitarnya, kahadirannya didalam pelatihan bukan karena

keinginannya akan tetapi karena disuruh atau ditugaskan oleh atasannya, bukan

merupakan kebutuhannya atau kemungkinan juga mereka sudah mengetahui materi-

materi yang akan dibahas dalam pelatihan.

Untuk mengatasi dan mengantisipasi hal tersebut diatas, perlu dilakukan pencairan

(unfreezing) diantara semua komponen yang terlibat dalam pelatihan agar

permasalahan tersebut diatas dapat diminimalkan atau dihilangkan sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. dan memberi

manfaat yang banyak bagi peserta. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah

melalui melakukan kegiatan “membangun komitmen belajar “ (Building learning

commitment disingkat BLC).

Membangun komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu metode atau proses untuk

mencairkan kebekuan tersebut. BLC bukan team building ataupun dinamika kelompok,

Page 199: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

382

akan tetapi merupakan bagian kecil ataupun dapat disebutkan sebagai entry point dari

kedua proses tersebut. BLC dapat mendorong peserta untuk berani dan mampu

mengemukakan harapan harapan mereka dalam pelatihan ini, serta merumuskan nilai

nilai dan norma yang kemudian disepakati bersama untuk dipatuhi selama proses

pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga adalah terbangunnya komitmen dari semua

peserta untuk berperan serta dalam mencapai harapan dan tujuan pelatihan, serta

mentaati norma yang dibangun berdasarkan pembauran nilai nilai yang dianut dan

disepakati.

B. Tujuan BLC

Sebagaimana disebutka diatas bahwa BLC, bukan team building dan juga bukan

dinamika kelompok, akan tetapi merupakan entry point dari keduanya. Melalui BLC

peserta didorong untuk berani mengungkapkan apa yang ada didalam perasaannya,

saling berinteraksi satu sama lain dan terbangunnya komitmen peserta untuk

berkontribusi aktif dalm proses pembelajaran.

C. Proses BLC

Proses BLC adalah proses melalui tahapan sebagaimana tahapan dalam proses

dinamika kelompok yaitu forming, storming, norming dan performing, tahapan ini di

integrasikan kedalam tahapan BLC yang dimulai dengan saling kenal antara peserta,

mengidentifikasi dan merumuskan harapan serta strategi mencapai harapan sampai

terbentuknya norma kelas yang disepakaati bersama denga control kolektif apabila

dalam pelaksanaannya terjadi pelanggaran terhadap norma yang telah disepakati

tersebut.

SALING MENGENAL ANTAR

PRIBADI

MENGIDENTIFIKASI

MERUMUSKAN HARAPAN

PEMBENTUKAN NORMA

KELAS

KONTROL KOLEKTIF

Page 200: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

383

Pokok Bahasan 2.

PERKENALAN / FORMING

Pada umumnya peserta latih yang mengikuti pelatihan berasal dari berbagai daerah

dengan latar belakang budaya yang berbeda, pendidikan dan pengalaman juga berbeda.

Disamping itu perasaan asing karena baru pertama kali datang ketempat pelatihan, takut

dan khawatir ketika bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal sebelumnya sehingga

menimbulkan rasa kecurigaan dan ketidak percayaan, kondisi ini sering menimbulkan

ketidaknyamanan. Melalui tahap ini peserta di stimulasi untuk saling berinteraksi satu

sama lain sehingga dapat menumbuhkan raca kepercayaan, ketenangan dan kenyamanan.

Tahap ini mendorong keaktifan anggota kelompok

Strategi perkenalan dilaksanakan dengan cara peserta dibagi dalam beberapa kelompok

tergantung besaran jumlah pesertanya. Peserta didalam kelompok tersebut melakukan

perkenalan sampai semuanya mampu menyebutkan nama peserta dalam kelompoknya.

Perkenalan selanjutnya dilakukan antar kelompok, setiap kelompok memperkenalkan

anggota kelompoknya kepada kelompok lainnya. . Proses perkenalan dapat dilaksanakan

dengan melalui permainan.

Pokok Bahasan 3.

PENCAIRAN (STORMING – PANCAROBA)

Pada fase ini anggota kelompok sudah mulai berpartisipasi dan saling berinteraksi satu

sama lainnya, tanpa disadari masing-masing anggota kelompok saling mendeteksi

kekuatan dan kelemahan anggota kelompok lainya. Masing – masing orang ingin selalu

didengar pendapat dan idea - ideanya tetapi tidak mau mendengar dan menerima

pendapat atau idea – idea orang lain, jadi semua menonjolkan keakuannya (ego), ada yang

menantang dan ada juga yang mengeksploitir anggota yang dipandangnya lemah, intinya

semua berupaya untuk saling mempengaruhi. . Pada kondisi ini kita dapat melihat

bagaimana sikap dan perilaku dari setiap individu dalam kelompok, siapa yang kuat, lemah,

mendominasi dan ada juga yang pandai menghimpun semua aspirasi dari kelompoknya

sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh dan diterima semua anggota kelompok. . Dari

konflik inilah timbul kesadaran bahwa sesungguhnya setiap individu memiliki kepribadian

yang unik, dan setiap iindividu dalam kelompok harus menerima dan menghargainya

sehingga tingkat efektifitas kelompok tinggi.

Pokok Bahasan 4.

HARAPAN MEMBANTU TERBENTUKNYA NORMA BARU (NORMING)

Norma, merupakan nilai yang diyakini suatu kelompok atau masyarakat, kemudian menjadi

kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari-hari

kelompok/masyarakat tersebut. . Norma dalam pelatihan adalah gagasan, kepercayaan

tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk

dipatuhi oleh semua anggota kelompok (peserta, pelatih/fasilitator dan panitia)

Harapan, Adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam

pelatihan, harapan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang di

inginkan sebagai hasil proses pembelajaran. Masing-masing peserta yang mengikuti

Page 201: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

384

pelatihan mempunyai harapan yang berbeda satu dengan yang lainnya, namun demikian

harapan intinya adalah dapat mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang

didapatnya dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaannya. Oleh karena itu agar harapan

dapat tercapai, maka dalam menentukan harapan harus realistis dan rasional sehingga

kemungkinan untuk tercapainya harapan tersebut besar.

Harapan juga harus menimbulkan tantangan dan mendorong kerja kelompok untuk

mencapainya, dengan demikian dinamika pembelajaran akan terus terpelihara sampai

akhir proses.

Strategi mencapai harapan dan mengeliminir kekhawatiran

Khawatir merupakan suasana hati dan pikiran yang tidak nyaman atau menyenangkan.

Perasaan dan pkiran ini timbul karena ketidak percayaan atau keraguan akan hasil dari

suatu kegiatan,sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Didalam pelatihan, peserta

mempunyai tujuan yaitu adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap dan juga

ketrampilannya, namun demikian terkadang timbul kekhawatiran tidak dapat mencapai

tujuan yang dinginkan sebagai hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu

disusun strategi bagaimana mencapai tujuan yang diharapkan, seperti mengikuti seluruh

proses pembelajaran, terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran, kerja kelompok dan

lain sebagainya.

Komitmen

Adalah keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau yang

menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong berupaya

sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai macam cara yang baik, efektif

dan efisien. Komitmen belajar/ pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/

kelompok/ kelas (peserta pelatihan) untuk berupaya dengan penuh kesungguhan

mengaktualisasikan apa yang menjadi tujuan pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat

menguntungkan dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas, karena dalam

diri setiap orang yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk

memberikan yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara keseluruhan.

Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling kerja

sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta suasana/

lingkungan pembelajaran yang kondusif

Kontrol Kolektif

Merupakan kesepakatan bersama untuk memelihara agar kesepakatan terhadap norma

kelas ditaati. Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan

apabila norma tidak ditaati atau dilanggar.

VIII. KESIMPULAN.

Building learning commitment pada setiap pelatihan diperlukan karena sebagian besar

peserta berasal dari latar beakang yang berbeda, baik dalam hal budaya, pendidikan,

status sosial maupun pengalaman. Melalui building learning commitmen ini peserta

didorong untuk saling mengenal satu sama lainnya, berinteraksi dan sharing pengalaman,

setiap peserta menjadi nara sumber bagi peserta lainnya untuk hal-hal tertentu sesuai

Page 202: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

385

dengan bidangnya dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mengikuti proses

pembelajaran dengan baik agar apa yang diharapkan dari pelatihan ini dapat dcapai.

IX. REFERENSI

1. LAN. RI (2009). Modul Prajabatan “Dinamika kelompok”, Jakarta.

2. Munir. Baderel, Drs, MA. 2001. Dinamika kelompok : Penerapannya dalam

Laboraturium Ilmu Perilaku. Universitas Sriwijaya. Palembang.

3. Pusdiklat Kesehatan Badan PPSDM Depkes RI, 2006. Modul TOT Pelatihan Desa Siaga

4. Pusdiklat Kesehatan Badan PPSDM Departemen Kesehatan RI, 2005. Modul Pelatihan

TOC .

5. Pusdiklat Kesehatan Badan PPSDM Depkes RI, 2001. Membangun Komitmen Belajar.

6. Pusdiklat Kesehatan Badan PPSDM Depkes RI (2009). Kurikulum dan Modul :Pelatihan

Manajemen Mutu Pelayanan Puskesmas”. Jakarta.

X. LAMPIRAN

1. Panduan Menentukan Harapan Pembelajaran dan kekhawatiran untuk mencapai

harapan tersebut, serta norma yang disepakati.

2. Panduan Menentukan Kontrol Kolektif

Page 203: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

386

Lampiran 1.

Menentukan Harapan Pembelajaran dan kekhawatiran untuk mencapai harapan tersebut, serta

norma yang disepakati.

Tahap 1. Menentukan harapan kelompok.

- Peserta dibagi dalam kelompok kecil a 5-7 orang.

- Mula mula peserta bekerja secara individu.

- Secara sendiri sendiri setiap peserta mengidentifikasi apa yang menjadi harapannya terhadap

pelatihan ini. Tuliskan pada kertas catatan masing masing 3 harapan yang menjadi prioritas.

Tuliskan juga kekhawatiran untuk mencapai harapan

- Kemudian diskusikan harapan masing masing peserta dalam kelompok dipandu oleh ketua

kelompok.

- Dengan metode brainstorming setiap peserta menyampaikan pendapatnya tentang usulan

harapan kelompok berdasarkan hasil renungan dan analisis dari harapan harapan semua

anggota kelompok.

- Kelompok diharapkan dapat menentukan harapan kelompok dan kekhawatiran sebagai hasil

kesepakatan bersama. Setiap kelompok menentukan 3 harapan yang menjadi prioritas

kelompok.

- Tuliskan harapan kelompok dan kekhawatiran pada kertas flipchart.

Harapan

individu

Kekhawatiran Harapan

kelompok

Kekhawatiran

Tahap 2. Menentukan harapan kelas.

- Setiap kelompok mempresentasikan harapan dan kekhawatiran kelompoknya .

- Fasilitator memandu brainstorming untuk menentukan harapan kelas berdasarkan hasil

analisis dari semua harapan kelompok dan kekhawatirannya

Page 204: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

387

- Buat kesepakatan kelas untuk menentukan 5 harapan yang menjadi prioritas kelas serta

kekhawatiran mencapai harapan

- Tuliskan hasilnya pada kertas flipchart.

Harapan kelompok Harapan kelas

Tahap 3, Menentukan norma kelas

Dalam menentukan norma kelas,peserta difasilitasi untuk melakukan brainstorming. Fasilitasi

dapat dilakukan oleh fasilitator atau diplih salah seorang dari peserta untuk memandu kelas.

- Setiap peserta diminta mengemukakan pendapatnya tentang norma kelas berdasarkan

harapan kelas yang sudah disepakati (norma untuk mencapai harapan kelas)

- Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart agar terbaca oleh semua orang. Dapat juga

dengan mengetik di komputer dan ditayangkan.

- Pendapat peserta tidak boleh dikomentari dahulu.

- Setelah semua pendapat peserta tertulis,kemudian dikompilasi/dipilah ,yaitu pendapat yang

serupa digabung jadi satu.

- Hasil penggabungan kemudian dibahas,sehingga menjadi beberapa butir norma.

- Buatlah kesepakatan bersama dan menjadikannya sebagai norma kelas yang harus ditaati.

- Tuliskan norma kelas yang sudah disepakati pada kertas flipchart dan tempelkan di dinding

agar dapat dibaca semua orang.

Norma Kelas yang disepakati

Norma yang disepakati

Page 205: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

388

Lampiran 2.

Menentukan Kontrol Kolektif

Peserta kembali ke dalam kelompok kecil

Norma yang di sepakati dibahas untuk ditentukan apa kontrol kolektif apabila ada yang tidak

mentaati norma kelas

Hasil kelompok kemudian di presentasikan

Fasilitator memandu peserta untuk menentukan control kolektif yang disepakati bersama

(kelas). Tuliskan hasil kesepakatan kontrol kolektif pada kertas flipchart.

Norma

Kontrol Kolektif

Page 206: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MATERI PENUNJANG 2

Page 207: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

389

MATERI PENUNJANG 2

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Rencana tindak lanjut (RTL) merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran yang

diberikan pada akhir pembelajaran. Rencana tindakan yang disusun ini merupakan suatu

berkas yang berisi uraian yang sangat terinci tentang rencana tindak lanjut atas

perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tindakan-tindakan yang di inginkan ini

dimaksudkan untuk menghilangkan/ mengatasi atau mengurangi masalah-masalah yang

telah ditentukan sebelumnya. Materaai ini merupakan materi penunjang dalam suatu

pelatihan, dan sangat penting untuk merefleksikan kembali kompetensi diklat berupa

pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku yang diperoleh dikelas dan di

implementasikan ditempat kerja.

RTL berupa rumusan (item – item) rencana kegiatan terkait pelatihan yang harus

dirancang diakhir pembelajaran, sehingga peserta latih menyadari bahwa masih ada tugas

tambahan yang harus dikerjakan setelah bertugas kembali ditempat kerjanya.

Rencana kegiatan paska pelatihan harus dirumuskan secara seksana, dengan

mempertimbangkan kesiapan sarana prasarana, sdm dan biaya ditempat tugas serta

metode pendekatan yang perlu ditempuh agar rumusan RTL dapat direalisir sebagamana

mestinya .

Masing-masing jenis kegitan dalam RTL dijabarkan kedalam variable tujuan, sasaran, cara

melaksanakan, tempat dan waktu, pelaksana, sumber biaya dan indokator keberhasilan

sehingga terlihat suatu perencanaan yang selektif, perioritas dan realistis Materi ini

didisain untuk memenuhi kebutuhan kompetensi tersebut dengan menggunakan metode

ceramah dan latihan dalam menyusun RTL tersebut. Materi yang akan dibahas dalam RTL

meliputi : pengertian, tujuan, diri-ciri RTL, ruang lingkup dan cara menyusun RTL.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari modul ini, peserta mampu menyusun Rencana tindak lanjut.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian dan tujuan RTL

2. Menjelaskan cirri-ciri RTL

3. Menjelaskan ruang lingkup RTL

4. Menjelaskan tentang langkah-langkah penyusunan RTL

5. Menyusun RTL

Page 208: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

390

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Pengertian dan Tujuan RTL

Sub pokok bahasan:

a. Pengertian

b. Tujuan

Pokok Bahasan 2. Ciri – cirri RTL

Pokok Bahasan 3. Ruang lingkup

Pokok Bahasan 4. Komponen dalam RTL

Pokok Bahasan 5. Cara penyusunan RTL kelompok dan individu

Sub pokok bahasan:

a. Cara penyusunan RTL kelompok.

b. Cara penyusunan RTL individu.

c. Cara penetapan

Pokok Bahasan 6. Format RTL

IV. METODE

1. Brainstorming

2. Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Bahan tayang

2. Laptop

3. LCD

4. Format RTL

5. Flifchart

6. Spidol

7. Modul

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:

1. Melakukan bina suasana dan memperkenalkan diri pada pesert, .

2. Menyampaikan lingkup yang akan dibahas dan melakukan brainstorming mengenai

RTL.

Langkah 2. Pemberian Materi

Langkah pembelajaran:

1. Penyampaian materi sub pokok bahasan tentang pengertian RTL tujuan,ciri-ciri,

ruang lingkup, komponen-komponen RTL dan cara penyusunan RTL.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang

jelas

3. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

Page 209: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

391

Langkah 3. Diskusi Kelompok

Langkah pembelajaran:

1. Meminta kelas untuk membentuk kelompok, jumlah kelompok sesuai dengan asal

jumlah propinsi atau instansi sejenis, serta memilih ketua, sekretaris dan penyaji.

2. Meminta masing-masing kelompok merumuskan RTL yang mengacu pada variable

RTL yang diberikan serta menuliskan hasil-hasil diskusi kelompoknya kedalam

flipchart atau dengan laptop dan hasilnya di presentasikan

3. Meminta individu untuk menyusun RTL sendiri.

4. Memberikan bimbingan tentang jalannya proses diskusi

Langkah 4.

Rangkuman dan Kesimpulan

1. Menutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas waktu dan

perhatian yang telah diberikan selama sesi penyampaian materi berlangsung,

2. Mengucapkan permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan selama

proses pembelajaran.

3. Mengucapkan salam penutup sesi

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

PENGERTIAN DAN TUJUAN RTL

A. Pengertian RTL

Rencana tindak lanjut disebut rencana aksi, yakni suatu rencana mantan peserta latih

ditempat tugas tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam hubungannya

penerapan kompetensi yang diperoleh dari pelatihan. Kompetensi pelatihan berupa

kemampuan bidang pengetahuan. sikap dan perilaku serta psikomotor sangat

diharapkan dapat diimplementasikan ditempat kerja sehingga memberi manfaat bagi

instansi peserta latih. Rencana kegiatan RTL dapat mencakup antara lain :

1. Sosialisasi terhadap teman sekerja, atasan dan atau instansi mantan peserta latih

untuk menjadi pemahaman dan pertimbangan dalam merencanakan penerapan

kompetensi materi pelatihan ditempat kerjanya.

2. Penerapan kompetensi materi pelatihan berupa pengetahuan, sikap dan perilaku

serta psikomotor pada metode atau prosedur kerja terkait tugas pokok dan

fungsi mantan peserta latih,

3. Perencanaan pengadaan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam

merealisasikan penerapan kompetensi pelatihan baik berupa ruangan kerja,

perangkat keras seperti komputer dan laptop maupun perangkat lunak

pendukungnya serta instrumen lain yang diperlukan.

4. Perencanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi

sejenis sehingga jumlah penyandang kompetensi lebih banyak dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi di instansi mantan peserta latih.

Page 210: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

392

B. Tujuan RTL

Tujuan akhir dari RTL adalah peningkatan kinerja khususnya peningkatan kualitas

tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya. Peningkatan kinerja

dapat dicapai dengan penerapan kompetensi sebagai suatu standar proses.

Selanjutnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berdasarkan standar proses yang

meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan

masyarakat. Selaras dengan tujuan akhir tersebut, secara spesifik tujuan RTL adalah

sebagai berikut :

1. Teridentifikasinya rencana kegiatan tentang penerapan kompetensi diklat yang

diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih

2. Diketahuinya metode / cara pelaksanaan rencana kegiatan tentang penerapan

kompetensi diklat yang diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih

3. Kemudian dapat ditambahkan bahwa rencana kegitan yang tercantum RTL

merupakan indikator penilaian pada waktu melakukan evaluasi paska pelatihan

(EPP).

Pokok Bahasan 2.

CIRI-CIRI RTL

Dalam merumuskan rencana kegiatan dalam suatu RTL, hendaknya kegiatan-kegiatan

tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi keritaria sebagai berikut :

A. Sederhana dan spesifik :

1. Sederhana artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam RTL

hendaknya mudah dilaksanakan, yakni metodenya sederhana, dibuat mudah

dilakukan dan tidak mewah ( biaya pengadaan atau pelaksanaan kegitannya

tidak mahal ) sehingga penerapannya tidak menimbulkan kesulitan bagi

pelaksana atau tidak menimbulkan kecemburuan dari lingkungan sendiri atau

masyarakat.

2. Spesifik artinya rencana kegiatannya tidak mengambang, tapi bersifat khusus.

Kegiatan spesifik merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pokok, misalnya

pada diagnosis penyakit sebagai kegiatan pokoknya, maka kegiatan spesifiknya

kegiatan seperti; anamnese, pemeriksaan klinis, konfirmasi laboratorium dan

lain-lain.

B. Measurable

Measurable artinya rencana kegiatan dapat diukur dan mempunyai satuan ukuran

seperti satuan jumlah, satuan waktu serta memiliki indikator proses seperti trend

yang menurun / meningkat yang dinyatakan dalam bentuk %, rate & ratio.

Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja dilakukan terhadap seluruh

atau 5 orang perawat puskesmas.

C. Achievable.

Page 211: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

393

Kegiatan memiliki ciri achievable, jika kegiatan tersebut dilaksanakan, maka tujuan

kegiatan akan dapat dicapai. Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja

bertujuan agar setiap perawat juga memiliki kompetensi yang sejenis yaitu terampil

melaksanakan akupresur terhadap pasien apabila mantan peserta latih tidak berada

ditempat. Dengan demikian tujuan menggantikan peran mantan peserta latih dapat

dicapai sekalipun yang bersanhkutan berhalangan.

D. Relevant

Relevant artinya rencana kegiatan berhubungan langsung dengan kompetensi

pelatihan serta tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih ditempat kerja.

Sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja adalah kompetensi diklat mantan

peserta latih yang diharapkan diterapkan ditempat kerja dalam kaitannya dengan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.

E. Timely

Timely artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam RTL tepat waktunya

dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Pokok Bahasan 3.

RUANG LINGKUP DAN PERUMUSAN RTL

A. Ruang lingkup

Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal mencakup hal – hal ,

seperti:

1. Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan

2. Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin dicapai

3. Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan

4. Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap kegiatan

5. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan

6. Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap kegiatan

7. Menetapkan besar biaya dan sumbernya

B. Perumusan RTL

RTL dapat dirumuskan ketika pada saat mengikuti proses pembelajaran dan setelah

mengikuti prosesa pembelajaran ketika peserta latih sudah kembali dari pelatihan.

1. Perumusan RTL pada saat Pelatihan.

Perumusan RTL pada saat pelatihan ( sesi terakhir, di kelas ) adalah perumusan

RTL menurut format standar yang dilakukan dengan cara diskusi kelompok

diantara peserta latih (kelompok dibagi menurut instansi sejenis atau perpropinsi).

Melalui diskusi kelompok, rumusan rencana kegiatan yang dihasilkan akan lebih

banyak. Rumusan RTL pada saat pelatihan hendaknya dituangkan dalam tabel

yang memuat variabel ; Jenis kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan,

metode/cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, tempat dan waktu pelaksanaan

serta rincian alokasi biaya.

Page 212: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

394

2. Perumusan RTL resmi paska pelatihan

Perumusan RTL paska pelatihan dikerjakan secara individual oleh setiap mantan

peserta latih. Rumusan rencana kegiatan diperoleh dengan cara menseleksi hasil

rumusan RTL perkelompok pada saat masih dikelas. Seleksi atas hasil rumusan RTL

perkelompok tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi

yang ada pada instansi mantan peserta latih.

Rumusan RTL resmi paska pelatihan disusun dengan mengacu pada dokumen

resmi sesuai dengan outline, yang terdiri dari ; Latar belakang, tujuan kegiatan,

sasaran, metodologi / cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, waktu dan

tempat serta biaya Selanjutnya “ rumusan RTL pada saat pelatihan “ disertakan

sebagai lampiran.

Dengan demikian rumusan RTL resmi paska pelatihan ini dianggap sebagai laporan

resmi dalam mengikuti pelatihan, diajukan sebagai pertanggungjawaban kepada

atasan serta sebagai suatu dokumen resmi tentang rencana kegiatan yang akan

dilakukan setelah diklat ditempat asal instansi peserta latih, atau rumusan RTL ini

dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari bahan pertimbangan dalam penyusunan

rencana umum asal instansi peserta latih yang dibuat tiap awal tahun anggaran

Pokok Bahasan 4.

KOMPONEN DAN CARA PENYUSUNAN RTL

Menurut format standar, Komponen – komponen RTL meliputi :

A. Jenis kegiatan dan cara menulisnya

Dalam menentukan rencana kegiatan, dilakukan langkah-langkah sbb :

1. Identifikasi masalah ditempat kantor anda, yang dengan melihat kesenjangan antara

capaian dengan target / tujuan yang telah ditetapkan, yaitu dengan melihat laporan

tahunan atau profil kesehatan.

2. Tetapkan masalah prioritas. Jika masalah prioritas tidak dicantumkan dalam laporan

atau profil tersebut, maka tetapkan masalah prioritas (masalah urgen, serius, dan

perkembangannya memburuk), dengan cara memberi nilai / bobot pada setiap

masalah yang diidentifikasi, kemudian tentukan pada score paling tinggi ( inilah

masalah prioritas )

3. Tentukan penyebab masalah prioritas yang dikarenakan kealpaan kompetensi SDM

dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih.

4. Pilih rencana kegiatan yang dapat ditanggulangi atau diminimalisir dengan

penerapan kompetensi diklat mantan peserta latih

5. Rancang tahapan rencana kegiatan penerapan kompetensi yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai.

6. Usulkan rencana kegiatan terpilih dalam diskusi kelompok

(rumusan rencana kegiatan yang dihasilkan akan banyak dalam suatu diskusi

kelompok, karena kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar belakangi

kondisi dan situasi yang berbeda, seperti komitmen pimpinan instansi serta kesiapan

daya dukung tenaga dan sarana & prasarana yang tersedia.

Page 213: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

395

B. Tujuan Kegiatan

Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dicapai dan dalam waktu tertentu.

Kondisi atau keadaan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang direncanakan

dikaitkan dengan harapan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan. Biasanya keinginan

yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan cukup dinyatakan dalam capaian indikator

proses. Misalnya tujuan pelaksanaan pelatihan sejenis ( kompetensi mantan peserta

latih ), bertujuan agar seluruh perawat puskesmas terampil melaksanakan pijat

akupresur

C. Sasaran kegiatan

Sasaran kegiatan adalah seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi objek

kegiatan yang direncanakan dan dinyatakan dalam satuan jumlah orang

D. Cara pelaksanaan

Metode/cara pelaksanaan kegiatan adalah bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan.

Misalnya ; Jika jenis kegiatan sosialisasi, maka cara pelaksanaannya dengan pertemuan

/ tatap muka. Pada kegiatan pengadaan sarana dan prasarana, maka cara

pelaksanaannya dengan penunjukan langsung atau pelelangan barang / jasa oleh

panita dan seterusnya.

E. Tim pelaksanaan

Penetapan tim pelaksana dengan melakukan inventarisir kalangan struktural dan staf

terkait jenis kegiatan yang direncanakan. Keikutsertaan dalam tim pelaksana ini sangat

sensitive karena berhubungan dengan kesejahteraan dan keadilan, Dengan demikian

pemilihan tim pelaksana sebaiknya dikonsultasikan dengan atasan dan pimpinan

institusi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengajukan tim pelaksana ini

adalah kemampuan, dedikasi dan kerjasama

F. Tempat

Prinsip efektifitas dalam arti tempat yang dipilih memiliki daya dukung yang optimal

dalam penyelenggaraan kegiatan, serta efisien dan hemat sesuai dengan alokasi biaya

agar tidak menimbulkan keresahan.

G. Waktu

Tetapkan waktu yang memastikan bahwa seluruh pejabat dan staf yang terlibat, hadir

dan berkontribusi maksimal dalam penyelenggaraan kegiatan. Untuk itu perlu

penjajakan dan konfirmasi sebelumnya. Penetapan waktu yang baik adalah dengan

dilengkapi tanggal pelaksanaan yang sesuai, dan diinformasikan selumnya, sehingga

memastikan tim pelaksana dapat bertugas sebagaimana mestinya.

H. Biaya

Rancangan biaya harus logis dan realitis, sesuai item-item kegiatan yang dibutuhkan,

pos–pos pengeluaran mengacu pada daftar harga yang ditetapkan fihak yang

berwenang.

Page 214: MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI …siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/... · 2020. 10. 24. · Jabatan Fungsional Perawat Gigi Ahli dan Kedudukannya

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI

KATEGORI KEAHLIAN - JENJANG AHLI MUDA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR

396

Rumusan kegiatan ad a. sampai dengan ad.h diusulkan dalam diskusi kelompok, untuk

dimasukkan dalam format standar. RTL bentuk format standar ini dapat digunakan

sebagai pertimbangan dalam menyusun RTL resmi pasca pelatihan secara individual.

VIII. KESIMPULAN.

Rencana tindak lanjut berupa rumusan (item – item) rencana kegiatan terkait pelatihan

yang harus dirancang diakhir pembelajaran. Rencana tindakan ini penting untuk

mengimplementasikan pengetahuan dan ketrampilan yang didapat didalam kelas dengan

pengalaman yang sudah dimiliki. Komponen – komponen minimal yang masuk kedalam

format standar RTL meliputi: jenis kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, cara

pelaksanaan, Tim pelaksanaan, Tempat, waktu dan biaya.

Rencana tindak lanjut disusun secara sistimatis sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah

ditentukan dengan ruang lingkup ertetu dan memenuhi kriteria sehingga RTL yang

dirmuskan dapat di implementasikan sesuai dengan tujuan yang di inginkan.

IX. REFERENSI

1. BPP-SDM Kesehatan ; Rencana Tindak Lanjut ; Modul TOT NAPZA, Pusdiklat SDM

Kesehatan ; Jakarta ; 2009

2. Ditjen PP & PL, Depkes RI ; Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveilance ; Subdit

Surveilans ; Jakarta ; 2008

3. ---------------------------------- ; Modul – 1, Perencanaan Pengendalian Penyakit Kanker ;

Direktorat PTM ; Jakarta ; 2007

4. Departemen Kesehatan RI ; Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan

Berorientasi Pembelajaran ; Pusdiklatkes- BPP-SDM ; Jakarta ; 2004

5. Indonesian-Australian Spesialist Project ( IA-STP) ; Metode Pelatihan Bagi Tenaga

Pelatih, Rencana Aksi ; Jakarta ; 2010.

No Jenis

kegiatan Tujuan

kegiatan Sasaran Kegiatan

Cara pelaksanaan

Tim Pelaksana

Tempat Waktu Biaya

1

2

3

4