Bab 8 PUPP biskuit krim
-
Upload
ivana-halingkar -
Category
Documents
-
view
38 -
download
3
description
Transcript of Bab 8 PUPP biskuit krim
BAB VIIIPEMBAHASAN
Biskuit adalah produk pangan berbahan baku tepung, gula, dan
lemak, serta diolah dengan cara dipanggang. Kadar air biskuit umumnya
kurang dari 4% sehingga memiliki umur simpan yang cukup panjang
yaitu 6 bulan atau lebih (Manley, 1998). Biskuit merupakan salah satu
jenis makanan ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Salah satu jenis biskuit yang disukai oleh masyarakat adalah
biskuit krim karena krim membuat rasa biskuit menjadi lebih gurih dan
variasi rasa krim yang beraneka ragam memberikan nilai tambah di mata
konsumen.
Kelayakan pendirian pabrik biskuit krim dengan kapasitas
produksi 30.000 kemasan/hari (@150 gram/kemasan) ditinjau dari dua
faktor, yaitu:
1. Faktor teknis yang meliputi pemilihan lokasi, tata letak pabrik, bahan
baku dan bahan pembantu, proses produksi, utilitas, bentuk
perusahaan dan struktur organisasi.
2. Faktor ekonomi yang meliputi laju pengembalian modal, waktu
pengembalian modal dan titik impas.
8.1. Faktor Teknis
8.1.1. Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Biskuit krim terdiri dari biskuit manis cokelat dan krim vanilla.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan biskuit manis
cokelat adalah adalah tepung terigu, gula, lemak, dan air. Bahan
pembantu yang digunakan adalah adalah cokelat bubuk, bahan
pengembang, susu, garam, dan flavouring agent. Bahan baku krim adalah
gula dan lemak, sedangkan bahan pembantunya adalah susu, emulsifier,
74
75
dan flavouring agent. Bahan baku merupakan komponen terbesar dan
penentu karakteristik produk sehingga pemilihan bahan baku harus tepat
dan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia). Bahan pembantu
merupakan bahan yang digunakan dalam jumlah yang relatif kecil untuk
meningkatkan atau memperbaiki karakteristik produk, sehingga
kualitasnya harus diperhatikan agar diperoleh produk biskuit yang
berkualitas.
Sistem FIFO (First In First Out) diterapkan dalam pemakaian
bahan baku dan bahan pembantu agar kualitas produk terjaga dan tidak
terjadi penumpukan bahan yang menyebabkan bahan tidak bisa
digunakan akibat kadaluarsa. Oleh karena itu, masing-masing bahan baku
dan bahan pembantu yang telah diterima diberi keterangan yang berisi
tanggal penerimaan dan tanggal kadaluarsa.
8.1.2. Proses Produksi
Setiap tahapan proses produksi menentukan mutu produk sehingga
perlu dilakukan pengawasan pada tiap tahap proses pembuatan biskuit
krim.
1. Tahap Penimbangan
Penimbangan bahan baku dan bahan pembantu merupakan proses
awal yang harus dilakukan dalam proses pembuatan biskuit. Tahap
penimbangan bahan baku dan bahan pembantu biskuit krim dilakukan
satu hari sebelum proses produksi. Penimbangan harus dilakukan dengan
tepat karena setiap bahan memberikan karakteristik tertentu pada biskuit.
Bahan-bahan yang telah ditimbang diberi kode bahan dan tanggal,
bulan,serta tahun penimbangan untuk memudahkan pengecekan dan
menghindari kesalahan pengambilan bahan.
2. Tahap Pencampuran
76
Pada tahap pencampuran perlu diperhatikan urutan pemasukan bahan
baku dan bahan pembantu ke mixer, kecepatan mixer, dan waktu
pencampuran, serta penentuan hasil adonan biskuit atau krim. Kualitas
adonan akan mempengaruhi kualitas biskuit atau krim yang dihasilkan.
Sanitasi yang baik diperlukan untuk mencegah kontaminasi dari bahan
baku, bahan pembantu, alat, ruangan, dan pekerja.
3. Tahap Pencetakan Biskuit
Pada tahap pencetakan perlu diperhatikan ketebalan adonan yang
keluar dari pencetak, kecepatan conveyor dan bentuk hasil cetakan serta
beratnya. Ketebalan adonan akan mempengaruhi tekstur biskuit yang
dihasilkan. Adonan yang terlalu tebal akan menghasilkan biskuit yang
bagian tengahnya basah. Hasil cetakan yang kurang sempurna dipisahkan
dan dimasukkan lagi ke dalam moulder untuk dicetak kembali agar
jumlah produk yang rusak dapat diminimalkan.
4. Tahap Pemanggangan Biskuit
Pada proses pemanggangan dikendalikan suhu oven, kecepatan belt
conveyor, lama pemanggangan, dan dilakukan pengamatan hasil
pemanggangan untuk mendapatkan produk akhir yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Suhu pemanggangan yang
digunakan adalah 195-210oC selama 10 menit.
5. Tahap Pengolesan Krim
Biskuit yang sudah mengalami proses pendinginan dimasukkan ke
dalam sandwich machine untuk dioles dengan krim. Pada tahap
pengolesan krim, biskuit-biskuit yang patah atau rusak disortir dengan
tenaga manusia agar tidak masuk dalam kemasan.
6. Tahap Pengemasan
Kemasan berpengaruh terhadap kualitas produk selama distribusi
hingga sampai ke tangan konsumen. Kemasan yang digunakan adalah
77
kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer yang digunakan
adalah plastik printing berlapis (OPP dan VMCPP) sedangkan kemasan
sekunder yang digunakan adalah dus karton. Plastik printing berlapis
(OPP dan VMCPP) memiliki permeabilitas yang rendah terhadap uap air
dan oksigen, dan dapat didesain bergambar sehingga dapat membuat
tampilan kemasan biskuit lebih menarik. Dus karton dapat melindungi
biskuit krim yang dikemas sehingga tidak mudah hancur selama proses
distribusi. Pada tahap pengemasan yang dikendalikan adalah kecepatan
belt conveyor yang disesuaikan dengan kecepatan sandwich machine.
8.1.3. Utilitas
Utilitas merupakan sarana penunjang beroperasinya mesin dan
peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan untuk mengubah
bahan baku menjadi bahan jadi. Utilitas yang digunakan dalam proses
pengolahan biskuit krim adalah air, listrik, dan solar.
1. Air
Kebutuhan air pada pabrik biskuit krim meliputi kebutuhan untuk
proses produksi dan keperluan sanitasi. Air untuk proses produksi
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biskuit krim, sedangkan air
untuk keperluan sanitasi digunakan untuk pembersihan mesin, peralatan,
ruangan, dan karyawan. Air yang digunakan berasal dari PDAM.
Kebutuhan air pabrik biskuit krim adalah 45,738 m3/bulan. Pabrik biskuit
krim juga menyediakan air minum untuk karyawan berupa air isi ulang
dalam kemasan galon. Kebutuhan air minum di pabrik biskuit krim
sebesar 1782 L/bulan (94 galon air isi ulang/bulan @19 L/galon).
2. Listrik
Listrik digunakan untuk penerangan seluruh area pabrik dan daya
penggerak mesin-mesin yang beroperasi selama proses produksi biskuit
krim berlangsung. Pemenuhan kebutuhan listrik diperoleh dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kebutuhan listrik untuk penerangan
78
adalah 43,56 kW/hari, kebutuhan listrik untuk operasi mesin sebesar
225,047 kW/hari, sedangkan untuk peralatan kantor sebesar 9,6 kW/hari.
Jadi, total kebutuhan listrik di pabrik biskuit krim per bulan adalah
6290,794 kW/bulan.
3. Solar
Solar digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan generator.
Generator digunakan sebagai cadangan tenaga listrik ketika terjadi
pemadaman arus listrik sehingga kelancaran proses produksi tetap terjaga.
Oleh karena itu, kapasitas generator yang digunakan harus dapat
mencukupi kebuthan listrik saat listrik padam. Volume solar yang
dibutuhkan oleh pabrik biskuit krim adalah 52,5 L/bulan.
8.1.4. Bentuk Perusahaan dan Struktur Organisasi
Bentuk badan usaha pabrik biskuit krim adalah Perseroan Terbatas
(PT). Perseroan terbatas merupakan suatu perusahaan yang modalnya
terdiri dari saham-saham dan berbadan hukum, sehingga para pemilik
(pemegang saham) memiliki tanggung jawab yang terbatas sesuai dengan
jumlah penyertaan modalnya. Kekayaan PT terpisah dari kekayaan
pribadi masing-masing pemegang saham. Jalannya perusahaan secara
keseluruhan merupakan tanggung jawab direktur yang bertugas
menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
Struktur organisasi pabrik biskuit krim adalah struktur organisasi
garis (line organization), di mana kekuasaan mengalir secara langsung
dari direktur kepada kepala bagian dan kemudian kepada karyawan-
karyawan dibawahnya. Masing-masing bagian merupakan unit yang
berdiri sendiri dan kepala bagian menjalankan semua fungsi pengawasan
dalam bagiannya.
79
8.1.5. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Pabrik biskuit krim direncanakan akan didirikan di Jalan Raya
Solo-Sragen Km. 10, Desa Tekik Rejo, Sepat Masaran, Sragen, Jawa
Tengah. Penetapan lokasi berdirinya pabrik biskuit krim di daerah Sragen
karena Jalan Raya Solo-Sragen merupakan jalan yang menghubungkan
Jawa Timur dan Jawa Tengah sehingga memudahkan akses terhadap
kota-kota besar. Pemilihan lokasi juga dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan lainnya, yaitu:
1. Letak yang strategis
Lokasi pabrik cukup strategis, yaitu di dekat jalan utama yang menuju
kota Solo dan Surabaya sehingga akses menuju pabrik lebih mudah
dan mendukung. Kemudahan akses tersebut mempermudah
pemesanan bahan, distribusi produk, dan memperoleh tenaga kerja.
2. Sumber daya
Di daerah Sragen telah banyak didirikan pabrik sehingga sarana-
sarana produksi yang dibutuhkan perusahaan untuk mendukung proses
produksi seperti air, listrik, dan solar mudah didapatkan. Pasokan
listrik dengan kapasitas yang besar untuk menjalankan mesin-mesin
produksi dan sarana penerangan diperoleh dari pihak PLN, sedangkan
kebutuhan air untuk proses produksi dan sanitasi diperoleh dari
PDAM.
3. Sarana komunikasi dan transportasi
Lokasi perusahaan sudah terjangkau oleh fasilitas komunikasi seperti
telepon dan faksimile sehingga mempermudah pemesanan bahan dan
pemasaran produk. Lokasi pabrik didirikan di dekat jalan utama
sehingga mempermudah kelancaran transportasi saat penerimaan
bahan maupun pengiriman produk.
80
5. Tenaga kerja
Tenaga kerja relatif mudah didapatkan dari penduduk di daerah sekitar
pabrik. Sedangkan tenaga kerja yang memerlukan keahlian khusus
dapat diperoleh dari kota Solo dan Surabaya.
Tata letak mesin pabrik dirancang berdasarkan layout produk di
mana mesin atau peralatan produksi diatur sesuai dengan urutan proses
produksi. Pabrik biskuit krim membuat produk secara massal dengan satu
jenis produk (biskuit krim) sehingga pemilihan layout produk dapat
mempermudah karyawan dalam memahami aliran proses produksi serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Bila di masa yang akan
datang dilakukan pengembangan, maka yang dikembangkan adalah
variasi rasa krim dan biskuit sehingga tidak berpengaruh terhadap tata
letak mesin dan peralatan.
8.2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu perusahaan untuk mengetahui kelayakan
pendirian perusahaan yang direncanakan.
8.2.1. Laju Pengembalian Modal (Rate of Return/ROR)
Suatu industri dapat dikatakan layak untuk didirikan apabila laju
pengembalian modal yang diinvestasikan setelah dikurangi pajak lebih
besar daripada MARR. MARR adalah nilai minimal dari tingkat
pengembalian atau bunga yang bisa diterima oleh investor (Pujawan,
2004). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa seorang pengusaha
menginvestasikan sejumlah modal pada suatu perusahaan akan
memberikan hasil yang diperoleh lebih besar daripada bunga yang
diperoleh dari hasil deposito di bank. Bila tidak, maka investor akan lebih
tertarik mendepositokan uangnya di bank karena lebih aman.
81
Berdasarkan analisa ekonomi perencanaan pendirian pabrik biskuit
krim, ROR sebelum pajak sebesar 34,89% dan ROR sesudah pajak
sebesar 26,17%, sedangkan MARR yang ditetapkan adalah 15% yang
terdiri dari besarnya bunga deposito bank (5%) dan risiko yang mungkin
dialami oleh industri di Indonesia (10%). Pabrik biskuit krim dianggap
layak untuk didirikan karena ROR sesudah pajak lebih besar dari MARR.
8.2.2. Waktu Pengembalian Modal (Pay Out Period/POP)
Penentuan waktu pengembalian modal, baik sebelum maupun
setelah pajak, turut memperhitungkan depresiasi. Menurut Novania
(2010), depresiasi adalah biaya yang secara periodik harus dikeluarkan
sebagai konsekuensi atas penurunan kinerja alat dan mesin akibat
pemakaiannya. Pengeluaran biaya depresiasi dilakukan untuk
mengantisipasi kemungkinan berakhirnya umur ekonomis peralatan dan
mesin sehingga harus dilakukan pembelian peralatan dan mesin baru.
Depresiasi dapat berfungsi sebagai biaya kompensasi untuk penggantian
peralatan dan mesin.
Menurut Aries dan Newton (1955), waktu pengembalian modal
yang sangat baik adalah tidak lebih dari 5 tahun. Pertimbangan waktu
pengembalian modal dipakai standar 5 tahun karena depresiasi peralatan
adalah 12,5% (UU Nomor 17 Tahun 2000) sehingga umur ekonomis
peralatan dan mesin diasumsikan 8 tahun. Umur mesin yang diatas 8
tahun diperkirakan telah mengalami kemunduran fungsi dan kegunaan
sehingga tidak dapat bekerja optimal, sehingga kemungkinan besar
dibutuhkan modal lagi untuk penggantian mesin setelah 8 tahun.
Waktu pengembalian modal adalah jumlah periode (tahun) yang
diperlukan untuk mengembalikan (menutup) biaya investasi awal dengan
tingkat pengembalian tertentu. Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi
besar POP sebelum pajak adalah 2,16 tahun dan POP sesudah pajak
82
adalah 2,67 tahun. Pabrik biskuit krim dianggap layak untuk didirikan
karena besarnya POP lebih kecil dari 8 tahun.
8.2.3. Titik Impas (Break Even Point/BEP)
Titik impas adalah suatu kondisi di mana total pendapatan sama
dengan total biaya, yaitu kondisi saat laba sama dengan nol. Kisaran BEP
untuk produk olahan pangan seperti biskuit krim adalah 40-60% (Aries
dan Newton, 1995). BEP dibawah 40% menunjukkan bahwa harga jual
produk di pasaran terlalu tinggi yang mengakibatkan produk tidak dapat
merebut pasar sehingga perusahaan tidak dapat bertahan, atau karena
efisiensi proses tinggi sehingga biaya produksi rendah. BEP diatas 60%
menunjukkan bahwa harga jual produk terlalu murah, sehingga
perusahaan akan mengalami kesulitan dalam pengembalian modal, atau
efisiensi proses rendah sehingga biaya produksi tinggi. Berdasarkan
perhitungan analisa ekonomi, besar BEP dari pabrik biskuit krim adalah
43,60%. Besar BEP tersebut masuk dalam kisaran sehingga dapat
dikatakan bahwa pabrik biskuit krim layak untuk didirikan. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa pabrik
pengolahan biskuit krim ini layak didirikan dan dioperasikan, baik secara
teknis maupun ekonomis.