BISKUIT IKAN
Embed Size (px)
Transcript of BISKUIT IKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan formula adalah makanan yang diberikan atau dibuat dan ditujukan
untuk golongan yang mengalami rawan gizi seperti Ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
balita lansia ABRI, maupun olahragawan. Biasanya makanan formula berbentuk
makanan jadi dan makanan setengah jadi. Makanan formulasi ini pula perlu
diperhatikan akan kepadatan zat-zat gizi yang dikandungnya, sehingga diharapkan
dengan porsi yang sesuai akan memberikan sumbangan zat gizi yang terbesar untuk
tubuh. Atau dapat meningkatkan dan memperkaya akan zat gizi yang ada pada suatu
produk makanan/masakan.
Makanan formula mempunyai tujuan diantaranya menyediakan makanan khusus
untuk kelompok tertentu dengan standar kebutuhan, memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi dan asam amino yang belum terpenuhi, untuk memberikan makanan tambahan
bagi golongan rawan gizi, serta melakukan pengobatan (intervensi) melalui
makanan.
Makanan formula sering diidentikkan dengan makanan untuk bayi. Padahal ada
juga makanan formula untuk orang dewasa, meski lebih sering disebut makanan diet
khusus. Karena ada embel-embel “diet khusus”’ konsumennya pun khusus. Di
antaranya untuk penderita sakit gula.
Makanan rendah energi merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada bayi dan anak remaja dan manula. Di negara berkembang, makanan tambahan untuk remaja umumnya dibuat dari serealia atau umbi-umbian yang cenderung bersifat kamba. Pada usia remaja pemberian makanan formula yang tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan zat gizi pada remaja atau atlit, tetapi juga dapat membantu pertumbuhan tulang pada remaja,sedangkan untuk atlit dapat sebagai pembentukan otot.
Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola
menuntut tenaga ahli yang terampil untuk menjaga secara khusus dan intensif
kebutuhan zat gizi dari para pemainnya. Peranan ahli gizi dalam kegiatan olahraga
telah dikembangkan sejak lima tahun yang lalu di Inggris dan semakin dibutuhkan
untuk mengatur karbohidrat, protein, lemak, serat, cairan dan asupan zat gizi mikro
dalam rangka menjaga kesehatan, adaptasi latihan, dan meningkatkan performa
selama sesi latihan dan perlombaan

Kebutuhan gizi atlet meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi mikro.
Kebutuhan akan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi
yang zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih
aman dibandingkan gula sebab diserap perlahan dalam sistem pencernaan,
mengeluarkan energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah
meningkat. Ini lebih bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina
tubuh (Khomsan, 2008). Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi
sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati (Depkes RI, 2002). Secara
umum kebutuhan protein adalah 0,8 sampai 1,0 gram/Kg BB/hari, tetapi bagi mereka
yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah
Pengolahan biskuit membutuhkan proses pemanasan yang akan berpengaruh
terhadap kandungan gizi dan organoleptik. Perlakuan waktu pemanasan berpengaruh
terhadap kadar air, abu, dan protein. Penampakan suatu produk akan menjadi salah
satu faktor penting dalam menarik minat konsumen, dimana penampakan akan
berpengaruh langsung terhadap seluruh estetika produk seperti warna, bentuk,
keseragaman ukuran, bentuk permukaan dan lain sebagainya..
B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Mahasiawa mampu dan terampil dalam membuat atau menyusun makanan
rormula untuk rawan gizi yaitu pada atlit atau olahragawan
b. Tujuan khusus
1. Menentukan makanan formula
2. Mengetahui tujuan pemberian makanan formula
3. Menentukan standar resep dan biaya/porsi makanan formula
4. Menentukan nilai gizi dan kualitas asam amino makanan formula
5. Mengetahui identiikasi kerusakan bahan pangan selam prose dalam
pembuatan makanan formula
6. Mengetahui tenik pengolahan makanan formula
7. Mengidentifikasi BTP
8. Mengetahui identifikasi kemasan da metode pengolahan
9. Menentukan uji kualitas/ mutu bahan pangan yang di gunakan secara fisik
10. Menentukan mutu produk makanan formula dengan metode organoleptik
11. Menentukan masa kadaluarsa makanan formula

BABII
PERENCANAAN PERAKTEK
A. Menentukan makanan formula biskuit ikan
1. Biskuit ( krackers ) ikan
Menurut Departemen Perindustrian RI (1990), biskuit diklasifikasikan menjadi
biskuit keras, kraker, cookies dan wafer. Biskuit keras adalah jenis biskuit manis
yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang
potongannya bertekstur padat, dapat berkadar lemak tinggi maupun rendah. Kraker
adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui proses fermentasi atau
pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin dan relatif renyah, serta
bila dipatahkan penampangnya potongannya berlapis-lapis. Cookies adalah jenis
biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah dan bila
dipatahkan penampangnya potongannya bertekstur kurang padat. Sedangkan wafer
adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, relatif renyah
dan bila dipatahkan penampangnya potongannya berongga-rongga.
B. Menentukan Tujuan pemberian makanan formula biskuit (krackers)ikan
Tujuan pemberian makanan formula biscuit dengan subsitusi tepung ikan ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan kecukupan gizi pada atlet atau olahragawan
terutama pemenuhan kebutuhan protein yang terdapat pada tepung ikan untuk
membantu pembentukan otot.
C. Standar Resep Dan Baiaya/Porsi
Bahan Alat
Tepung terigu 80 gr
Tepung ikan lure 20 gr
Margarine 50 gr
putih Telur 1 butir
garam 5 gr
Gula pasir 4 gr
Air secukupnya
Waskom
Loyang
sendok
Timbangan kue digital
Oven
Mixer kue
Cetakan biskuit
Plastik

Proses Pembuatan Biskuit (krackers) tepung ikan
1. Air dan garam diaduk merata (campuran 1)
2. Tepung terigu, telur, margarin, tepung ikan dan gula harus dicampur
dan diaduk merata (campuran 2)
3. Campuran 1 dan campuran 2 diadon dengan tangan hingga licin dan
tidak lengket.
4. Pemeraman adonan (aging) selama 30 menit
5. Pencetakan adonan setebal 3 mm diatas loyang yang teleh dilapisi
mentega
6. Pengopenan/pemanggangan pada suhu 160°C selama 15 menit
7. Pendinginan pada suhu kamar
8. Pengemasan
Standar porsi dan standar biaya
Bahan Berat Harga satuan Perhitungan Harga
Tepung terigu
Tepung ikan
Telur
Margarine
Garam
Gula
Air
80 gr
20 gr
1 butir
50 gr
5 gr
4 gr
secukupnya
Rp 10.000
Rp 20.000
Rp 1.500,-
Rp 35.000
Rp 2.000,-
Rp 8.000,-
801000
x
10.000
201000
x
20.000
11
x 1.500
501000
x35.000
51000
x 2.000
41000
x 8.000
Rp. 800,-
Rp. 400
Rp. 1500,
Rp. 1750,-
Rp .10 ,
Rp. ,32-
Total Rp. 4492,-
D. menetntukan nilai gizi makanan formula biskuit (krackers) ikan
Tekstur dan aroma biskuit adalah karakteristik utama biskuit. Tekstur
biskuit didesain sejak dari pengaturan bahan baku, pecampuran, pencetakan

hingga pemanggangan. Pada produk biskuit kerusakannya lebih sering
dihubungkan dengan kerusakan tekstur.
Persyaratan biskuit menurut SNI 01-2973-1992
Adapun syarat mutu biscuit biasa sebagai berikut
SNI 2973:2011
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1
2
3
4
5
6
7
Keadaan
Bau
Rasa
Warna
Kadar air (b/b)
Protein (N x 6,25) (b/b)
Asam lemak bebas
Cemaran logam
Timbal
Kadimilun (Cd)
Timah (Sn)
Merkuri (Hg)
Arsen (As)
Cemaran Mikroba
Angka Lempeng total
Coliform
Escheria Coli
Salmonella sp
Staphylococcus aureus
Basillus cereus
Kapang dan khamir
-
-
-
%
%
%
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Koloni/g
APM/g
APM/g
-
Koloni/g
Koloni/g
Koloni/g
Normal
Normal
Normal
Maks 5
Min. 5
Min 4.5”)
Min 3”)
Maks 1.0
Maks 0.5
Maks 0.2
Maks 40
Maks 0.05
Maks 0.5
Maks 1 x 104
20
< 3
Negative 25 g
Maks 1 x 102
Maks 1 x 102
Maks. 2 x 102

Kandungan nilai gizi biscuit (krackers) ikan/ porsi
No Bahan
makanan
Berat
bahan
Kandungan gizi
Energy KH protein Lemak
1
2
3
4
5
6
Tepung ikan
labu trigu
telur
margarine
garam
gula
20
80
50
50
5
4
75
291,2
77,5
318
0
15,5
0
81
0,6
0
0
4.0
13,1
8,2
6.3
0
0
0
2,1
0,2
5,3
36
0
0
Total Kandungan nilai gizi produk / porsi
Zat gizi Kandungan
Energy
Protein
Lemak
Kh
PUfa
Cholesterol
Vit A
Sodium
Potasum
Calcium
Magnesium
Phosphorus
Iron
777,2
27,7
44,2
65,5
10,9
224,8
220
2069,6
362,5
420,1
54,1
463,7
2,1

Zink 2,3
Tabel Kandungan Asam Amino produk biskuit(krakers)/ porsi
No Jenis PanganBerat
(g)
Konsumsi
protein
(g)
Konsumsi Asam Amino (AA)
Lysin
(mg)
Treonin
(mg)
Triptofa
n (mg)
Metionin +
Sistein (mg)
1
2
3
4
5
6
Tepung trigu
Tepung ikan
Telur
Margarin
Gula
Garam
80
20
50
50
4
5
7,36
5
6,1
-
-
-
19,44
13,48
30,5
-
-
-
23,12
7,84
21,45
-
-
-
9,84
2,36
6.15
-
-
-
13,6
5,28
11.65
-
-
-
JUMLAH 18,46 63,42 52,41 18,35 30,53
Konsumsi AA (per gram)
protein (mg/g)3,4 2,8 0,9 1,6
Pola Kecukupan Asam
Amino Esensial (PKAE)
(mg/g)
58 34 11 25
TKAE (lysin) = 3,458
x 100 = 5,8
TKAE (Treonin) = 2,834
x 100 = 8,2
TAKE (Triftopan) = 0,911
x 100 = 8,1
TAKE (Metionin+Sistin) = 1,625
x 100 = 6,4
Kesimpulan dari asam amino
Dengan demikian skor asam amino komsumsi biscuit krackers dengan
penambahan tepung ikan adalah 8,1 % dengan asam amino pembatas adalah

triptofan. Dengan demikian ini berarti bahwasekitar 8,1 % persen dari masing
masin asam amino di serap oleh tubuh.
E. Identifikasi kerusakan Bahan Pembuatan Biscuit (krackres) ikan
a. Tepung ikan lure
Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari
penggilingan ikan.tepung ikan yang di gunakan adalha tpung yang turbuat dari
ikan ikan kecil. Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan
sebagai bahan baku pakan.Pengolahan ikan menjadi tepung ikan tidak sulit
dilakukan. Usaha pengolahan tepung ikan dapat dilakukan dengan biaya yang
tidak terlalu besar.
Kerusakan tepung ikan
Kualitas bahan. Bahan-bahan yang tidak berkualitas ditandai dengan fisik
bahan yang bersisik. Bahan yang bersisik disebabkan oleh bahan itu sendiri yang
sudah lama atau juga semacam kutu dan bakteri. Ada juga bahan yang mulai
rusak ditandai dengan bau yang tidak sedap lagi, kerena bahan terlalu lama
disimpan. Kerusakan pada tepung ikan, aroma ikan sangat tajam bila orama tidak
tercium dengan kuat maka tepung ikan itu kurang berkualitas. Tepung ikan yang
sudah lama disimpan tidak akan menimbulkan aroma ikan, Biasanya kandungan
nutrisinya kecil
Persyaratan Mutu tepung ikan
Mutu Tepung Ikan/bahan baku pakan digolongkan dalam tiga tingkat mutu.
Persyaratan mutu standar Tepung Ikan/bahan baku pakan adalah sebagai berikut :
Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III
a. Air (%) maks 10 12 12
b. Protein kasar (%) min 65 55 45
c. Serat kasar (%) maks 1,5 2,5 3
d. Abu (%) maks 20 25 30
e. Lemak (%) maks 8 10 12
h. Ca (%) 2,5 – 5,0 2,5 – 6,0 2,5 – 7,0
i. P (%) 1,6 – 3,2 1,6 – 4,0 1,6 – 4,7
j. NaCl (%) maks 2 2 2

k. Mikrobiologi :
Salmonella (pada 25
gram sampel)
Negatif Negatif Negatif
l. Organoleptik :
Nilai minimum 7 6 6
Menurut SNI 01-2715-1996,
b. Tepung terigu
Tepung adalah suatu bahan pangan yang direduksi ukurannya dengan cara
digiling sehingga memiliki ukuran antara 150-300 μm. Tepung memberikan
struktur dasar pada quick bran. Biskuit memerlukan tepung dari golongan soft
dan weak dengan kandungan protein yang rendah. Biasanya pada pembuatan
biskuit digunakan tepung terigu dengan kadar protein 7-8 %(soft). Namun dengan
perkembangan teknologi pengolahan pangan maka dibuatlah tepung non gandum
sebagai substitusi tepung terigu seperti tepung tapioka, tepung ubi jalar, tepung
kacang tunggak, tepung talas, dan lain-lain. Pemakaian tepung ini selain manfaat
dari komposisinya yang mengandung nutrisi juga untuk meningkatkan potensi
produk lokal. Di dalam pengolahan biskuit sendiri selain dapat mempengaruhi
tekstur produk akhir juga meningkatkan nilai gizi berupa energi (whistler, 1999).
Jenis tepung gandum yang digunkan tergantung pada produk yang akan dibuat
(Fellows dan Hampton, 1992). Tepung dari soft wheat yang cocok untuk
pembuatan biskuit dapat bervariasi dalam kandungan proteinnya yaitu dari 7-7.5
% (untuk cookies) hingga 10% atau lebih (untuk crackers) (Smith, 1991)
KomposisikimiaTepungterigudihitung per 100 gram bahan
Komponen Kadar
Kadar air 12,00
Karbohidrat 74,5
Protein 11,80
Lemak 1,20
Abu 0,46
Kalori 340 kal

Kerusakan pada tepung terigu
1. Kerusakan fisik
Perubhan warna pada tepung menjadi kekuning kuningan
Terjadi perubahan tekstur berupa tepung mengalami penggumpalan
akibat suhu yang lembab
2. Kerusakan mikrobiologi
Kerusakan mikrobiologi di akibatkan oleh kapang
3. Kerusakan biologi
Adanya serangga pada bahan tepung terigu misalnya kutu atau bahan
serangga lain
Syarat mutu tepung terigu beradasarkan SNI 3751:2009
Jenis uji Satuan Persyaratan
Keadaan:
a. Bentuk
b. Bau
c. Warna
serbuk
normal (bebas dari bau asing)
putih, khas terigu
Benda asing - Tidak ada
Serangga dalam semua
bentuk stadia dan
potonganpotongannya
yang tampak
Tidak ad
ehalusan, lolos ayakan 212
μm (mesh No. 70) (b/b)
% min 95
Kadar Air (b/ % maks. 14,5
Kadar Abu (b/b) % maks. 0,70
Kadar Protein (b/b) % min. 7,0
Keasaman mg KOH/
100 g
maks 50
Falling number (atas dasar
kadar air 14 %)
Detik min. 300
Besi (Fe) mg/kg min. 50
Seng (Zn) mg/kg min. 30

Vitamin B1 (tiamin) mg/kg min. 2,5
Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg min. 4
Asam folat mg/kg min. 2
Cemaran logam:
a. Timbal (Pb)
b. Raksa (Hg)
c. Kadmium (Cd)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
maks. 1,0
maks. 0,05
maks. 0,1
Cemaran Arsen mg/kg maks. 0,50
Cemaran mikroba:
a. Angka lempeng total
b. E. coli
c. Kapang
d. Bacillus cereus
koloni/g
APM/g
koloni/g
koloni/g
maks. 1 x 106
maks. 10
maks. 1 x 104
maks. 1 x 104
c. Telur
Menurut Flick (1964) dalam Desroisier (1988) beberapa jenis telur
digunakan dalam produksi kue , biskuit dan sejenisnya. Telur utuh mengandung
8-11% albumen (putih telur) dan 27-32% kuning telur. Albumen berfungsi
sebagai agensia pengeras, sedangkan kuning telur sebagai agensia pengempuk
(Smith,1991).Penambahan telur dalam pembuatan produk-produk biskuit menurut
Lawson (1995), mempunyai fungsi: 1)menyumbangkan warna, 2)menambah cita
rasa, 3)sebagai bahan pengempuk dan 4)menambah nilai nutrisi. Wallington
(1993), menyatakan ada tiga sifat telur yang paling penting yaitu kemampuan
pembuihan, emulsifikasi, dan koagulasi.
Nilai gizi telur /100g
Zat gizi Telur ayam
Kalori 162
Protein 12,8
Lemak 11,5
Karbohidrat 0,7
Vitamin A 900
thiamin 0,10

Vitamin C 0
Kerusakan telur
Tanda-tanda kerusakan fisik
1. Penurunan berat,
2. Pembesaran kantung udara di dalam telur,
3. Pengenceran putih dan kuning telur.
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi
1. Timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
2. Timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri
pembentuk wama, yaitu bintik-bintik hijau, hitam, dan merah.
3. Bulukan, disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
Tanda-tanda kerusakan mekanis
1. Cangkang telur retak atau pecah.
2. Kuning dan putih telur tidak terdapat membrane.
Tanda-tanda kerusakan biologi
Cangkang telur tampak bersih dari kontaminan material asing tetapi,
tercium bau apek dan busuk.
Jenis telur yang di gunakan dalam pembuatan biscuit (krackers) adlah
telur yang memiliki mutu satu agar biscuit yang di buat juga memiliki nilai gizi
yang cukup dan baik
N Faktor mutu Tingkatan mutu
Mutu 1 Mutu ii Mutu III
1 Kondisi kerabang
a. Bentuk
b. Kehalusan
c. Ketebalan
- Normal
- Halus
- Tebal
- Normal
- Halus
- Sedang
- Abnormal
- Sedikit kasar
- Tipis

d. Keutuhan
e. Kebersihan
- Utuh
- Bersih
- Utuh
- Sedikit noda
- Utuh
- Banyak noda
2 Kondisi kantung udara
a. Kedalaman
kantong udara
b. Kebebasan
bergerak
< o,5 cm
Tetap di tempat
0,5 cm – 0,9 cm
Bebas bergerak
0,9 cm
Bebasa bergerak
dan dapat
terbentuk glbungm
udara
3 Kondisi putih telur
a. Kebersihan
b. Kekentalan
c. indeks
Bebas bercak
darah,atau
benda asing lain
Kental
0,134-0,1,175
Bebas bercak
darah atau
benda asing lain
Sedikit encer
0,092-2,133
Ada sedikit bercak
darah tidak ada
benda asing
Uncer,kuning telur
belum tercampur
0,050-0,091
Kopndisi putih telur
a. bentuk
b. posisi
c. penampakan
batas
d. kebersiahan
e. indeks
- bulat
- di tengah
- tidak jelas
- bersih
- 0,458-0,521
- Agak pipih
- Sdikt bergrk
- Agak jelas
- Besih
- 0,394-4,457
- Pipih
- Agak kepinggir
- Jelas
- Ada sedkt bercak
- 0,330-0,393
5 Bau
Bau Khas Khas Khas
Berdasarkan SNI
d. Margarine

produk makanan berbentuk emulsi (w/o), baik semipadat maupun cair, yang
dibuat dari lemak makan dan atau minyak makan nabati, dengan atau tanpa
perubahan kimiawi termasuk hidrogenasi, interesterifikasi, dan telah melalui
proses pemurnian, sebagai bahan utama serta mengandung air dan bahan
tambahan pangan yang diizinkan.
Meskipun mararine lebih aman untuk dikonsumsi, ada baiknya jumlahnya
juga diperhatikan. Jangan makan cake ataupun kue-kue hingga merasa
kekenyangan. Makanlah secukupnya, satu atau dua potong cukup sehingga tidak
akan membuat kegemukan ataupun menimbulkan jenis penyakit lain
Pada dasarnya fungsi mentega dan margarin adalah sama, yaitu membuat
tekstur kue semakin lembut. Perbedaannya hanya terletak pada bahan utama
pembuatnya. Mentega berasal dari lemak susu murni yang dijernihkan.
Sedangkan margarin dibuat dari minyak kelapa sawit. Aromanya juga berbeda.
Mentega mempunyai aroma yang harum dan khas. Sedangkan margarin tidak
terlalu harum. Untuk hasil yang terbaik, penggunaannya dapat dikombinasikan.
Syarat mutu berdasarkan SNI 01-3744-1995
Kerusaan margarine
Jenis jenis kerusakan fisik margarine yaitu
1. Timbul bau yang tidak enank pada margarine
2. Rasanya berubah menjadi asam
Kerusakan kimia
1. Terjadi kerusakan lemak di akibatkan karna kontaminasi udara (oksidasi)
Kerusakan mikroblogi
1. Bakteri salmonella dapat menyebabkan mutu pada mentega
Syarat mutu margarin SNI
No Krteria Uji Satuan Persyaratan
1
2
Keadaan
Bau
Rasa
Penampakan pada suhu dibawah 30-0C
-
-
-
% b/b
Normal
Normal
Normal
maks 16.0

3
4
5
6
7
8
9
10
11
Air
Lemak susu
Bilangan Reehert Missel
Asam lemak bebas sebagai asam
butirat
Bilangan peroksidase
Garam dapur (NaCl)
Bahan tambahan makanan
Cemaran Logam
Besi
Tembaga
Timbale
Seng (Zn)
Raksa (hg)
Timah (sn)
Arsen (AS)
Cemaran mikroba
Saureus
Salmonella
% b/b
% b/b
% b/b
-
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Koloni/g
Koloni/100g
min 80.0
23 - 32
maks 0.5
1.6 – 3.5
Maks 4
Sesuai SNI 01-0222
1995 dan peraturan
Men Kes No. 722/
Men Kes/Per/IX/88
Maks 1.5
Maks 0.1
Maks 0.1
Maks 10.0
Maks 0.05
Maks 40.0/250
Maks 0.1
Maks 1.0 x102
Negatif
e. Gula pasir
Menurut Sunaryo (1985) fungsi utama penambahan gula adlah sebagai
pemberi rasa manis, memberi warna (karamel pada waktu pemanggangan) dan
memperkeras tekstur biskuit. Faktor waktu pemanggangan biskuit harus
diperhatikan karena jika terlalu lama akan menyebabkan karamelisasi gula yang
berlebihan sehingga penampakkan biskuit akan menjdi hangus. Jenis gula yang
biasa digunakan dalam pembuatan biskuit adalah sukrosa, yaitu pemanis yang
mengandung kalori atau memberikan sumbangan energi ke bahan pangan.
Tanda kerusakan fisik pada gula putih
1) Butiran gula pecah atau hancur yang disebabkan pada saat pegangkutan
dan pengemasan.
2) Terdapat pasir pasir pada guala

3) Terjadi penyusustan di sebabkan karena penyimanan yang tidak tepat
Spesifikasi Syarat Mutu Gula
No Parameter uji SatuanPersyaratan
GKP 1 GKP 2
1. Warna
1.1 warna Kristal
1.2 warna larutan(ICUMSA)
CT
IU
4,0-7,5
81-200
7,6-10,0
201-300
2 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2 0,8-1,2
3 Susut pengeringan(b/b) % Maks. 0,1 Maks. 0,1
4 Polarisasi(oZ, 20oC), “Z” Min. 99,6 Min. 99,5
5 Abu konduktiviti(b/b) % Maks. 0,10 Maks. 0,15
6 Bahan tambahan pangan
6.1 belerang dioksida(SO2) Mg/kg Maks. 30 Maks. 30
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (pb)
7.2 Tembaga (Cu)
7.3 Arsen(As)
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Maks. 2
Maks. 2
Maks. 1
Maks. 2
Maks. 2
Maks. 1
f. Garam
G a r a m d a p u r Untuk memberi rasa, meningkatkan konsistensi
adonan (fleksibilitas danelastisitas mie), serta mengikat air, perlu
menambahkan garam pada pembuata mie. Penambahan garam pada
pembuatan mie juga dapat menghambat pertumbuhan jamur/kapang
serta menghambat aktivitas enzim protease danamilase sehingga
adonan menjadi tidak lengket dan mengembang
secara berlebihan.e.Garam alkaliTerdapat beberapa jenis garam alkali
yang biasa digunakan pada pembuatan mie, antara lain sebagai berikut.
Sodium karbonat (Na2CO3) atau dikenal dengan nama soda abu.
Potasium karbonat (K 2CO3) atau kalium karbonat.
STPP (sodium tri poli phospat)
Kansui (air abu).Fungsi penambahan garam alkali ke dalam
pembuatan mie adalah sebagai berikut.
1. Menguatkan struktur gluten sehingga menjadi mie yang lentur.

2. Mengubah sifat mie pati tepung terigu sehingga mie menjadi
lebihkenyal.
3. Mengubah sifat zat warna (pigmen) dalam terigu sehingga
lebihcerah
4. Semakin besar garam alkali yang digunakan, mie semakin
kerasdan kenyal.
Namun, penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan bauyang
tidak sedap pada mie yang dihasilkan.Garam alkali yang ditambahkan
pada pembuatan mie cukup dipilih satu jenis saja atau campuran dua
jenis. Jumlah maksimum garam alkali yangditambahkan pada
pembuatan mie adalah 1 % dari total pemakaian tepung teriguyang
digunakan. Adapun dalam pembuatan mie sehat ini bahan tambahan
yangdigunakan sebagai pengikat gluten sebaiknya dipilih yang aman
dan seminimalmungkin
Kerusakan pada garam
a. Kerusakan fisik
1. Garam berubah menjadi mencair di sebabkan karena air
Syarat mutu garam
Keriteria uji Satuan Persyratan mutu
Kadar air (H2O)
Jumlah klorida (Cl)
Yodium dihitung sebagai
kalium yodat
(KIO3)
Cemaran logam :
Timbal (Pb)
% (b/b)
% (b/b) adbk
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 7
Min 94,7
Min 30
Maks 10
Maks 10
Maks 0,1
Maks 0,1
F. Metode pengolahan
Metode pengolahan yang di gunakan dalam pembuatan biscuit ikan dan labu
kuning ini adalah metode all-in. Pencampuran dilakukan hingga adonan cukup
mengembang yang umumnya diistirahatkan selama satu jam dan kemudian dicetak
serta dipanggang.Proses penting lain dalam pembuatan biskuit adalah proses

pemanggangan. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses pemanggangan adlah tipe
oven yang digunakan, metode pemanasan, dan tipe bahan bakar yang digunakan.
Kondisi pemanggangan yang benar akan menghasilkan biskuit dengan penampakan
tekstur yang diinginkan dengan kadar air yang minimum.
G. Identifikasi BTP
Pada pembuatan makanan formula biscuit ikan dengan subsitusi tepung ikan kami
tidak menggunakan BTP
H. Identifikasi kemasan
Kemasan yang di gunakan dalam pembuatan biscuit ikan ini adalah tediri
2 bahan yaitu bahan luarnya adalah plastic yang telah di desain dengan warna
warna yang menarik sedangkan dalamnya adalah aluminium foil untuk mencega
timbulnya kontaminan dengan udara sehingga biscuit tersebut memiliki daya
simpan yang lebih lama
Persyaratan dari bahan pengemasan antara lain harus mampu menghindari
kerusakan mikrobiologis, fisis, mekanis, khemis maupun biologis juga mudah
pada proses pengemasanya dan menyebabkan perubahan warna, cita rasa maupun
perubahan lainya terhadap produk, serta beracun (Susanto, 1993).
I. Menentukan uji kualitas makanan formula secara fisik setiap bahan
makanan
a. Uji fisik Tepung ikan
a. Warna
Cara kerja
Taburkan bahan pada tempat yang bersih lalu
Lakukan pengamatan terhadap contoh uji untuk mengatahu warna
b. Bentuk
Cara kerjanya :
Taburkan bahan pada tempat yang bersih lalu

Lakukan pengamatan terhatap cntoh uji tersebut untuk mengetahui
bentuk contoh tersebut dengan cara meraba
c. Bau
Cara kerja
Taburkan bahan pada tempat yang bersih lalu
Lakukan penciuman terhadap contoh uji
d. Kotoran ; jika ada benda laian selain butiran tepung terigu seperti :
serangga,pasir, tanah,dll
b. Uji fisi pada tepung terigu yang dapat di uji adalah
a. Warna
Cara kerja
Taburkan bahan pada tempat yang bersih lalu
Lakukan pengamatan terhadap contoh uji untuk mengatahu warna
b. Bentuk
Cara kerjanya :
Taburkan bahan pada tempat yang bersih lalu
Lakukan pengamatan terhatap cntoh uji tersebut untuk mengetahui
bentuk contoh tersebut dengan cara meraba
c. Bau
Cara kerja
Taburkan bahan pada tempat yang bersih lalu
Lakukan penciuman terhadap contoh uji
d. Kotoran ; jika ada benda laian selain butiran tepung terigu seperti :
serangga,pasir, tanah,dll
c. uji kualitas telur menggunakn uji fisik
kerteria uji yang di gunakan dalam uji fisk adalah
1. Amati keadaan kulit telur (bersih,kut,tidak pecah,retak,atau bocor,ada
noda, atau kotoran)
2. Amati kondisi telur dengan menggunakan indra pendengar
3. Teropong dengan menggunakan sinar matahari (kuning di tengah atau
tidak)

4. Masukkan telur ke dalam baskom yang berisi air kenudian
amati(tenggelam,melayang atau terapung)
5. Ukur diameter kantung udara dan kulit masing masing telur dengan
menggunakan jangka sorong dan cacat hasilya
d. uji kualitas margarin menggunakan uji organoleptik
kriteri uji yan di gunakan dalam uji fisik adalah
1. amati keadaan bahan meliputi
a. warna. Apabila warna pada maragrine berubah atau tidak suesuai
dengan warna yang telah di tetapkan dalam SNI
b. bau . apakah timbul bau tidak enak pada mararine
c. rasa. Apakah Rasa margarine berubah menjadi asam atau tidak
e. uji kualitas gula pasir menggunakan uji organoleptik
criteria uji yang di gunakan pada uji organoleptik berdasrkan SNI
1. amati bentuk butiran ( apakah Butiran gula pecah atau hancur ).
2. Amati keadaan gula pasir ( apakah Terdapat butiran pasir pasir pada
gula,serangga,dan benda asing selain gula)
f. Uji kalitas fisik pada Garam
1. Masukkan garam pada wadah yang bersih
2. Amati garam tersebut apabila ada kotoran atu benda asing selain garam
tersebut
3. Garam yan baik alah garam yang utuh atau tidak mencair

J. uji orgnoleptik produk biskuit (krackers) dengan subsitusi tepung ikan
1. Uji pembedaan, yaitu dengan membedakan produk yang dihasilkan
dengan produk yang ada dipasaran
Formulir uji beda pada produk biscuit (krackers)
Nomor /Nama
Panelis
ndra Hadi S Bahan Biskut krakers
Pria/wanita Pria Tujuan Membedakan rasa
Merokok/
minum kopi
Kadang-
kadang
tanggal 1 juni 2012
Perintah Diantara tiga contph biscuit (kreakers) ikan yang tersaji,
tentukan 1 (satu) contoh yang berbeda pada sifat
sensorik sesuai jenis pengujiannya dengan member
tanda (?)
Jenis
pengujian
Contoh Contoh
beda/
tingkat
beda
Biscuit 1 Biscuit 2 Biscuit 3
Warna
putihnya
Kerenyahan
Flavor/aroma
Rasa manis
Penampilannya
Mikrobiologi

Uji mikrobiologi dilakukan dengan melihat seberapa besar kemungkinas
cemaran mikroba pada produk tersebut, apakah produk tersebut terdapat
kapang, atau bakteri-bakteri pathogen yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
Uji kapang dan khamir pada biscuit ikan
Alat
1. Mikroskop
2. Incubator 250C terkalibrasi
3. Alat penghitung koloni
4. Penangas air (45±1)C
5. Cawan petri 15 mmx 100 mm, dan
6. Pipet ukur 1 ml dan 10 ml terkalibrasi
Media
PDA
Cara kerja
1. Lakukan persiapan dan homogenisasi
2. Terdapat dua metode persiapan media cawan, yaitu
Metode menyebar pada cawan, pipet 0.1 ml masing-masing
pengenceran secara aseptic kedalam media padat dan sebarkan merata
dengan menggunakan batang gelas.
Metode menuang pada cawan, pipet 10 ml masing-masing
pengenceran kedalam cawan petri 15 ml media, campurkan dengan
menggoyang cawan secara perlahan searah jarum jam, kemudian
berlawanan arah jarum jam dalam jangka waktu 1 menit sampai
dengan 2 menit.
3. Biarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku
4. Pipet masing-masing 1 ml dari pengenceran 10-5 sampai dengan 10-2
kedalam cawan petri steril secara duplo.
5. Masukkan semua cawan petri dengan posisi tidak terbalik kedalam
incubator dan inkubasi pada ruang gelap bersuhu 250 selama 5 hari
6. Hitung koloni kapang, jika setelah 5 hari tidak ada yang tumbuh,
tambahkan waktu inkubasi selama 48 jam, dan

7. Nyatakan hasil perhitungan sebagai jumlah kapang per gram contoh
Pernyataan hasil (cara menghitung)
Cara menghitung kapang dan khamir seperti cara menghitung pada angka
lempeng total
Kimia.
Uji kimia dilakukan dengan melihat komposisi kandungan zat-zat gizi pada
bahan produk tersebut.
Uji protein
Alat
1. Neraca analitik
2. Labu kjehdal
3. Alat penyuling dan kelengkapannya
4. Pemanas listrik
5. Labu ukur terkalibrasi
6. Beaker gelas
7. Buret 10 ml, terkalibrasi
8. Batu didih
Pereaksi
1. Asam sulfat, H2SO4 pekal bebas nitrogen
2. Larutan katalis tembaga
3. Katalis selen
Campuran 4 g serbuk SeO2, 150 g K2SO4
4. Kalium sulfat bebas nitrogen
5. Indicator methyl red (MR) bromocresol green (BCG)
6. Larutan asam borat
7. Larutan natrium hidroksida 30%
8. Larutan indicator fenoftalin 1%
9. Larutan asam klorida 0.01 N

Cara Kerja
1. Timbang 1 – 5 gr sampel, kedalam labu kjedhal, tambahkan 15 g K2SO4,1
ml larutan katalis CuSO4. 5H2O atau 1 gr campuran selen, 8 butir sampai
dengan 10 butir batu didih dan 25 ml H2SO4 pekat.
2. Panaskan campuran diatas pemanas listrik sampai mendidih dan larutan
menjadi jernih kehijau-hijauan, lakukan dalam lemari asam atau lengkapi
alat destruksi dengan unit pengisap asapnya.
3. Biarkan dingin, kemudian encerkan dengan air suling secukupnya.
4. Tambahkan 75 ml larutan NaOH 30%.
5. Suling selama 5-10 menit atau saat larutan destilat telah mencapai kira-
kira 150 ml dengan penampung destilat adalah 50 ml larutan H3BO3 4%
6. Bilas ujung pendingin dengan air suling
7. Titar larutan campuran destilat dengan larutan HCL 0.01N: dan
8. Kerjakan penetapan blanko.
Kadar protein (N x 6,25)(%)- (V 1−V 2 ) xN 14,007 x6,25
W x 100%
K. Menentukan masa Kadaluwarsa produk makanan formula rawan gizi
Perumusan Model Umur Simpan
Menurut Floros (1993), umur simpan produk pangan dapat diduga dan
ditetapkan waktu kadaluwarsanya dengan menggunakan dua konsep studi
penyimpangan produk pangan yaitu dengan Extended Storage Studies (ESS) dan
Accelerated Storage Studies (ASS).namun pada produk ini masa untuk
menentukn masa kadaluarsa saya menggunakan rumus ESS
Perumusan Berdasarkan ESS (Extended Storage Studies)
ESS sering juga disebut metoda konvensional, adalah penentuan tanggal kadaluwarsa dengan jalan menyimpan suatu seri produk pada kondisi normal sehari-hari sambil dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutunya (usable quality) hingga mencapai tingkat mutu kadaluwarsa. Metode ini akurat dan tepat, namun pada awal-awal penemuan dan penggunaannya, metoda ini dianggap memerlukan waktu panjang dan analisa parameter mutu yang relatif banyak. Dewasa ini metoda ESS sering digunakan untuk produk yang mempunyai waktu kadaluwarsa kurang dari 3 bulan. Metoda ESS dapat juga diterapkan pada produk yang mempunyai waktu kadaluwarsa lebih dari 3 bulan dengan cara digunakan bersamaan dengan metode ASS dengan

bantuan Weibull Hazard Analysis, dengan demikian akan dapat menyingkat waktu penentuan waktu kadaluwarsa.
Menurut Gacula dan Kubala (1975) untuk melakukan penelitian umur
simpan dalam keadaan yang sebenarnya (tidak terakselerasi = konvensional)
harus dibuat rancangan percobaan yang sesuai. Mereka membagi bentuk
desain percobaan penentuan kadaluwarsa menjadi 3 jenis percobaan :
1. Partially Staggered Design
2. Staggered Design
3. Completely Staggered Design
BAB III
PENUTUP
A. simpulan
Kraker adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui proses
fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin dan
relatif renyah, serta bila dipatahkan penampangnya potongannya berlapis-lapis.
Tujuan pemberian makanan formula biscuit dengan subsitusi tepung ikan ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan kecukupan gizi pada atlet atau olahragawan
terutama pemenuhan kebutuhan protein yang terdapat pada tepung ikan untuk
membantu pembentukan otot.
Standar resep, meliputi bahan tepung terigu,tepung ikan, telur,margarine,gula
pasir,dan garam. semua bahan dicampur jadi satu membentuk adonan, selanjutnya
dibentuk sesuai keinginan dan dipanggang didalam oven. Sedangkan untuk
standar biaya memakan total biaya sebesar Rp,. 4.292.
Identifiaksi Bahan yang digunakan adalah
Tepung terigu banyak mengandung betakaroten.dan karbohidrat
Tepung ikan banyak menandung protein dan kalsium
Telur banyak mengandung protein
Gula . berfungsi adlah sebagai pemberi rasa manis, memberi warna (karamel
pada waktu pemanggangan) dan memperkeras tekstur biskuit
Margarine fungsi adalah, yaitu membuat tekstur kue semakin lembut.
Air juga berfungsi untuk membasahi pati dan protein tepung yang nantinya
dapat membentuk kerangka dalam adonan

Teknik pengolaan makanan formula ini adalah Proses pembuatan biskuit terdiri dari tahap persiapan bahan, pencampuran, pencetakan dan pemanggangan.
Produk ini tidak menggunakan BTP Kemasan yang digunakan pada produk ini adalah kemasan yang berbahan dasar
plastic. Uji kualitas yang dilakukan pada produk ini meliputi uji kimia, uji mikrobiologi
dan uji organoleptik.B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat setelah membaca makalah ini anda dapat
membuat makanan formula dengan subsitusi tepung ikan dan labu kuning ubtuk
memenuhi kebutuhan anak balita anda.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta.
2004.
Wiryo H. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan
Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
BSN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)-Bagian 2: Biskuit. Badan
Standarisasi Nasional. 2005.
Detail SNI MP-ASI Biskuit. [serial online]. 2005. [dikutip pada 12 Februari
2011]. Available fro
URL:www.websisni.bsn.go.id/index.php%3F/sni_main/sni/detail_sni/
Zakaria FR. Produksi MP ASI Lokal Sebagai Terobosan Untuk Menanggulangi
Masalah Kekurangan Gizi. Seminar Nasional Teknologi Pangan. IPB. Bogor.
1999.