Bab 5 Indikasi Permasalahan Dan Opsi Pengembangan Sanitasi

38
KELOMPOK KERJA AMPL - BM LOMBOK BARAT BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya. Penetapan Area Beresiko bertujuan untuk memetakan area kelurahan/desa yang berada dalam kota/kabupaten yang memiliki tingkat resiko. Klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan ini akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan perioritas pelaksanaan program/kegiatan pembangunan dan pengembaangan sistim sanitasi. Proses penetapan area beresiko terdiri dari: (i) penilaian dan pemetaan cepat sanitasi kabupaten; (ii) penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan persepsi SKPD; (iii) penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA. Data yang digunakan untuk proses penetapan area beresiko terdiri dari data sekunder yang diperoleh dari SKPD terkait dengan kualitas, kuantitas dan penggunaan dari sarana dan prasarana sanitasi serta observasi kunjungan ke desa. Langkah penetapan area beresiko adalah sebagai berikut : 95

Transcript of Bab 5 Indikasi Permasalahan Dan Opsi Pengembangan Sanitasi

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

KELOMPOK KERJA AMPL - BM

LOMBOK BARAT BAB VINDIKASI PERMASALAHANDAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

5.1 Area berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya. Penetapan Area Beresiko bertujuan untuk memetakan area kelurahan/desa yang berada dalam kota/kabupaten yang memiliki tingkat resiko. Klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan ini akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan perioritas pelaksanaan program/kegiatan pembangunan dan pengembaangan sistim sanitasi.

Proses penetapan area beresiko terdiri dari: (i) penilaian dan pemetaan cepat sanitasi kabupaten; (ii) penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan persepsi SKPD; (iii) penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA. Data yang digunakan untuk proses penetapan area beresiko terdiri dari data sekunder yang diperoleh dari SKPD terkait dengan kualitas, kuantitas dan penggunaan dari sarana dan prasarana sanitasi serta observasi kunjungan ke desa.Langkah penetapan area beresiko adalah sebagai berikut :1. Mengumpulkan data, menganalisis, dan menetapkan area berisiko berdasarkan data sekunder, termasuk didalamnya menetapkan (i) kawasan urban-high, urban-medium, urban-low, peri-urban dan rural; dan (ii) kawasan tipikal.

2. Mengumpulkan data, menganalisis, dan menetapkan area berisiko berdasarkan data primer yaitu persepsi SKPD.

3. Mengumpulkan data, menganalisis, dan menetapkan area berisiko berdasarkan data primer yaitu hasil studi EHRA.

4. Menetapkan area berisiko (awal) berdasarkan analisis data (primer dan sekunder).

5. Melakukan observasi/kunjungan ke kelurahan/desa untuk mengechek hasil analisis.

6. Menyepakati dan menetapkan area berisiko final (akhir).

Untuk membantu proses penilaian dan pemetaan cepat sanitasi kabupaten/kota, telah disiapkan kerangka entri dan analisa menggunakan tabel/sheet yang dijalankan menggunakan perangkat lunak MS Excel.

Pemetaan desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 (empat) klasifikasi desa, berdasarkan resiko sanitasi.

Area beresiko dibagi atas 4 klasifikasi yaitu:

1. Resiko Sangat Tinggi2. Resiko Tinggi 3. Resiko Sedang4. Resiko Rendah Area beresiko sangat tinggi adalah desa -desa yang dianggap memiliki resiko kesehatan lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi sanitasi. Berdasarkan informasi yang tersedia, desa memiliki potensi resiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan dampak yang dinyatakan dengan kasus kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan mencampurkan antara risiko dengan dampak.

Membandingkan informasi tentang resiko dengan dampak yang ada di suatu desa, hasilnya bisa memberikan tambahan informasi berguna tentang penyebab timbulnya kasus penyakit di desa tersebut.5.1.1 Proses Penentuan Area Beresiko Berdasarkan Data Sekunder

Proses penilaian, penetapan dan pemetaan terdiri dari beberapa tahap. Pada tahap awal, proses penilaian, penetapan, dan pemetaan area berisiko dan penetapan kawasan dilakukan sebagaimana disajikan dalam gambar dibawah ini menggunakan data sekunder tahun 2005 2009.Tabel 5.1. Keriteria dan Sumber Data Sekunder Kabupaten Lombok BaratNoKeriteria DataSumber Data

1Administrasi, Luas AreaBPS

2PopulasiBPS

3KemiskinanBPS

4Air BersihPDAM, PU

5Air LimbahBLH

6Fasilitas Kesehatan dan PenyakitDinas Kesehatan

7PersampahanDinas Kebersihan dan Tata Kota

8GenanganBadan Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Penyepakatan data yang digunakan dalam penetapan desa beresiko berdasarkan data sekunder adalah penetapan area beresiko menggunakan data umum (kepadatan penduduk dan angka kemiskinan) dan ketersediaan layanan fasilitas sanitasi dan air minum yang dikumpulkan dari SKPD-SKPD terkait.Data sekunder yang dikumpulkan tersebut sesuai dengan indicator yang disepakati dan merupakan data terakhir dan memiliki tahun yang sama dan disepakati oleh anggota pokja, indicator yang digunakan adalah sebagai berikut :

Persentase kepadatan penduduk (jumlah populasi, nama desa, jumlah dusun, luas terbangun setiap desa)

Persentase KK miskin

Persentase layanan air minum (Sambungan Rumah dan Hidran Umum)

Persentase ketersediaan jamban di tingkat KK

Persentase luas genangan.Data yang telah disepakati bersama dianalisis dalam perangkat lunak yang khusus dirancang untuk membantu mengolah data sekunder, yakni menggunakan MS Exel.

Dalam menilai pilihan, kinerja setiap desa atas kriteria diberi skor dan pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat. Tabel 5.2 Area Beresiko Kabupaten Lombok Barat dan Gambaran penetapan dalam peta dengan hasil klasifikasi kawasan dan area tipikal menggunakan warna skor yang berbeda-beda. Skor 4 = warna merah; skor 3 = warna kuning; skor 2 = warna hijau dan skor 1 = warna biru. Nstrumen Hasil Analisa Data Sekunder (terlampir).

Peta 5.1. Area Beresiko Berdasarkan Data Sekunder

5.1. 2. Proses Penentuan Area Beresiko Berdasarkan Data EHRA

Penetapan dan pemetaan area berisiko dengan menggunakan data EHRA 2011. Data dari studi EHRA ini memperlihatkan kondisi fasilitas sanitasi per desa yang telah ditentukan dengan metode sampling . Studi sanitasi yang disurvei mencakup kondisi kesehatan meliputi ; aspek sarana prasarana sanitasi (i) Sumber air : pencemaran sumber air, kelangkaan air. (ii) Air Limbah domestik : pencemaran oleh tangki septik 5 thn atau tidak pernah disedot, pencemaran karena pembuangan isi tangki septik, pencemaran karena SPAL, (iii) Persampahan ; pengangkutan sampah tidak memadai, (iv) Drainase ; genagan air. Dan aspek Prilaku Hidup Bersih Sehat (i) perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di saat 5 waktu penting, (ii) Hygine jamban, (iii) penanganan air rumah tangga/wadah penyimpanan dan (iv) BABS.

Pelaksanaan studi EHRA ini dilaksanakan oleh Tim EHRA yang ditetapkan Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat enumerator dari stap Sanitarian Puskesmas sesuai dengan lokasi survei EHRA yang telah ditetapkan. Proses penetapan area beresiko dilakukan berdasarkan gambar di bawah ini.

Dalam menilai pilihan, kinerja setiap desa atas kriteria diberi skor dan pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat sebagaimana terlihat pada Tabel 5.2 Area Beresiko Kabupaten Lombok Barat. Peta 5.2. Peta Area Beresiko Berdasarkan Data EHRA.

5.1. 3. Proses Penentuan Area Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Kabupaten Lombok Barat yang tergabung di, Pokja AMPL sebagai perencana dalam strategis sektor sanitasi yang akan memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Lombok Barat saat ini. Penentuan area beresiko ini tidak hanya dilihat dari fasilitas yang ada, cakupan dan penyediaan layanan serta informasi mengenai kelembagaan dan keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan area/desa berisiko. Penilaian area berisiko ini diperlukan untuk pemilihan dan pelaksanaan intervensi-intervensi yang diperlukan oleh pemerintah kota dalam menetapkan usulan prioritas program/kegiatan. Kesalahan untuk menciptakan sebuah proses penentuan area yang menjadi target kegiatan telah banyak menyebabkan pendanaan bagi pembangunan sektor sanitasi tidak dapat digunakan secara efektif bagi area-area yang memiliki tingkat risiko sanitasi tinggi. Ada beberapa alasan, yaitu:

Pembangunan sanitasi hanya didasarkan pada supply-driven yang membawa dampak rendahnya efektivitas sarana dan prasarana yang terbangun.

Pengambil keputusan tidak waspada terhadap masalah-masalah di luar batas administratif mereka, khususnya dampak secara langsung maupun tak langsung dari masalah sanitasi di wilayah mereka terhadap daerah disekitarnya.

Proses pengambilan keputusan sering dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan pribadi, atau organisasi, pemberi dana, budaya dan kondisi setempat.

Oleh karena itu Persepsi SKPD dalam penentuan area beresiko ini juga mempertimbangkan fungsi tata ruang (urban function) di masa mendatang. Adapun SKPD yang terlibat dalam penentuan area beresiko adalah sebagai berikut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lombok Barat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Lombok Barat Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lombok Barat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Dinas Kebersihan dan Tata Kota Kabupaten Lombok BaratDalam menilai pilihan, kinerja setiap desa atas kriteria diberi skor dan pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat sebagaimana terlihat pada Tabel 5.2 Area Beresiko Kabupaten Lombok Barat.

Peta 5.3. Peta Area Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD.

5.1.4. Skoring Kondisi Sanitasi Desa Kabupaten Lombok Barat Data/informasi baik yang berasal dari data sekunder tahun 2005-2009, studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) tahun 2011, dan persepsi SKPD digunakan sebagai kriteria untuk menentukan pilihan area berisiko. Opsi/pilihan dilakukan terhadap 88 desa yang tersebar di 10 kecamatan.

Penilaian awal area berisiko disajikan dalam tabel matriks kinerja. Tabel 5.2. berikut ini menjelaskan skor yang disepakati berdasarkan data sekunder, persepsi SKPD dan hasil studi EHRA. Berdasarkan hasil dari analisa data-data sekunder, persepsi SKPD, dan studi EHRA maka diperoleh data area beresiko yang ada di Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut:Tabel 5.2. Area beresiko Kabupaten Lombok BaratKecamatan / DesaSkor berdasarkan persepsi SKPDSkor berdasarkan data sekunderSkor berdasarkan data EHRASkor ygdisepakati

30%20%50%

Sekotong

Pelangan424

Sekotong Barat13

Sekotong Tengah4244

Buwun Mas12

Kedaro22

Batu Putih4124

Lembar

Mareje424

Sekotong Timur444

Lembar22

Jembatan Kembar22

Labuahan Tereng11

Gerung

Bayu Urip12

Dasan Geres22

Babusalam424

Dasan Tapen22

Beleke22

Kebon Ayu444

Gapuk22

Suka Makmur23

Tempos22

Gerung Selatan24

Gerung Utara21

Labuapi

Kuranji444

Perampuan4144

Karang Bongkot444

Terong Tawah424

Bajur23

Telaga Waru31

Bagik Polak22

Bengkel414

Merembu4214

Labuapi14

Kediri

Jageraga Indah414

Montong Are21

Kediri12

Gelogor32

Rumak21

Banyumulek434

Ombe Baru12

Dasan Baru11

Kuripan

Kuripan Selatan424

Kuripan31

Kuripan Utara424

Jageraga414

Narmada

Sembung11

Badrain424

Batu Kute434

Tanak Beak444

Peresak22

Keru11

Sedau13

Lembah Sempage12

Sesaot13

Suranadi11

Selat434

Nyiur Lembang23

Lembuak434

Dasan Tereng434

Kerama Jaya434

Gerimak Indah31

Lingsar

Peteluan Indah4414

Lingsar4314

Batu Kumbung23

Batu Mekar23

Karang Bayan14

Langko22

Sigerongan434

Duman4344

Dasan Geria11

Gegerung444

Gunung Sari

Jati Sela32

Sesela4244

Midang22

Kekeri4314

Penimbung13

Mambalan22

Dopang444

Taman Sari4244

Gunung Sari22

Kekait12

Mekar Sari434

Guntur Macan22

Batu Layar

Sandik21

Meninting33

Batu Layar424

Lembah Sari414

Senteluk414

Senggigi31

Hasil penilaian terhadap area berisiko untuk Kabupaten Lombok Barat telah ditetapkan oleh Kelompok Kerja (Pokja) AMPL Kabupaten Lombok Barat setelah membandingkan skor penilaian terhadap data sekunder (Peta 5.1. Peta Area Beresiko Berdasarkan Data Sekunder), persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) (Peta 5.2. Peta Area Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD),dan hasil data EHRA (Peta 5.3. Peta Area Beresiko Berdasarkan Data EHRA) yang menjadi anggota Pokja AMPL. Maka hasil kesepakatan yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan pembobotan yaitu untuk persepsi SKPD sebesar 30%, data sekunder 20% dan data EHRA 50% maka di dapat sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1. (Peta 5.4. Peta Area Beresiko Berdasarkan Skor Yang Disepakati), menetapkan 38 desa yang mempunyai resiko tinggi dan 50 desa beresiko rendah. Desa-desa yang beresiko tinggi adalah: Desa Pelangan,Sekotong Tengah, Batu Putih, Mareje, Sekotong Timur, Babusalam, Kebun Ayu, Kuranji, Perampuan, Karang Bongkot, Terong Tawah, Bengkel, Merembu, Jagerage Indah, Banyumulek, Kuripan Selatan, Kuripan Utara, Jagerage, Badrain, Batukute, Tanak Beak, Selat, Lembuak, Dasan Tereng, Krama Jaya, Peteluan Indah, Lingsar, Segerongan, Duman, Gegerung,Sesele, Kekeri, Dopang,Taman Sari, Mekar Sari, Batu Layar, Lembah Sari dan desa Senteluk. Peta 5.4. Peta Area Beresiko Berdasarkan Skor Yang Disepakati (Agreed Skor)

Untuk menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan diterapkan, seluruh desa dan Kecamatan diklasifikasikan berdasarkan area urban, peri-urban dan rural. Selengkapnya Klasifikasi Desa dapat dilihat pada lampiran.

5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas.

5.2.1 Kajian Partisipasi Masyarakat dan Jender (PMJ)

PMJK (Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan) adalah sebuah survai/penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat yang tanggap terhadap kebutuhan. Tujuan studi PMJK adalah untuk memberikan gambaran tentang program/proyek/layanan apa yang sudah dilakukan terkait sanitasi dan hygiene dengan pelibatan jender dan kemiskinan, oleh (a) dinas-dinas, program dan layanan yang ada, (b) LSM lokal, (c) desa, kecamatan dan kelompok masyarakat (misalnya kegiatan atas inisiatif masyarakat sendiri) dan (d) sektor swasta baik formal maupun informal. Masyarakat Kabupaten Lombok Barat merupakan masyarakat yang heterogen baik menurut suku, budaya maupun agama, namun kehidupan dalam bermasyarakat memiliki toleransi yang tinggi. Hal ini mencerminkan karakteristik masyarakat Kabupaten Lombok Barat yang religius dan menjunjung keharmonisan dan kedamaian. Rasa saling menghormati atas perbedaan ini merupakan modal utama dalam pembangunan.

Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan sanitasi cukup tinggi , hal ini ditunjukan dengan keikut-sertaan masyarakat yang sangat antusias pada saat dilaksanakannya kegiatan Lomba Sanitasi dan Lingkungan Sehat pada tingkat Kelurahan. Dan berdasarksn observasi yang dilakukan yang dilakukan Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat dalam kegiatan penyusunan awiq-awiq tentang sanitasi dan lingkungan, akseptasi masyarakat terhadap peran serta jender mencerminkan sikap penerimaan yang positif terhadp keragaman yang cukup baik. Melihat pengalaman di lapangan ternyata partisipasi masyarakat dan peran jender terhadap upaya penanganan masalah sanitasi dan lingkungan memiliki ruang yang patut diberikan apresiasi yang tinggi.

Manfaat studi PMJK untuk Program Pembangunan Sanitasi adalah:

a. Terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah kota baik laki-laki dan perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan;

b. Munculnya kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin yang disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi;

c. Teridentifikasinya daerah setingkat Desa yang berpotensi.

d. Hasil survai digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota & Penyusunan Strategi Sanitasi Kota5.2.2 Proses dan Tahapan Studi PMJKTahapan dalam pelaksanaan Studi PKJK Pembentukan Tim Studi

Menetapkan Sektor dan Keriteria PMJK

Menyusun daftar program/proyek/layanan yang sesuai keriteria PMJK Kunjungan lapangan

Melakukan penilaian terhadap kualitas, hasil dan biaya

Memasukan dalam Buku Putih Sanitasi

5.2.3 Indikasi permasalahan dan opsi

Dari studi yang dilakukan terhadap proyek/program/layanan kegiatan dari Pemerintah daerah dengan mengambil sample kegiatan Pengentasan keluarga miskin, , Pengelolaan dan Pengembangan Kebersihan dan Sanitasi Kota, 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) , Pendidikan Lingkungan, Program Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Program Jamban Sehat, Posyandu/PKK, Pengembangan Kawasan Pemukiman Berwawasan Lingkungan. Beberapa indikasi permasalahan dan opsi pengembangan yang terkait dengan PMJK.Daftar Kegiatan Berbasis Masyarakat Terkait Sanitasi di Kabupaten Lombok Barat (dalam lampiran)5.2.3.1 Indikasi Permasalahan

Pengentasan Keluarga Miskin a. Rendahnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya angka kemiskinan dan pengangguran.b. Di Kabupaten Lombok Barat tidak banyak perusahaan/sektor swasta yang terlibat dalam program kemiskinan.c. Akses modal pembiayaan bagi masyarakat miskin di kabupaten Lombok Barat masih sangat terbatas.

Program Penyehatan Lingkungana. Masih banyak ditemukan warga yang membuang sampah di sembarang tempat seperti parit, sungai dan laut/pantai.

b. Program pelayanan sampah dirasakan warga belum merata sampai ke kampung-kampung terdalam sehingga warga merasa sudah membayar iuran sampah tetapi tidak mendapat pelayanan yang memadai.

c. Jika diperhatikan secara seksama masih terdapat sudut-sudut desa yang terlihat kotor dan kumuh. Ini menunjukkan tempat-tempat tersebut kurang tersentuh program-program kebersihan dan kesehatan.

3R a. Program 3R masih merupakan program percontohan di beberapa Desa Kab Lombok Barat, belum menyeluruh.b. Dana yang masih terbatas menjadi kendala untuk mewujudkan program 3R kepada seluruh warga Kabupaten Lombok Barat.

PHBS

a. Dalam melakukan penyadaran tentang PHBS masih terkendala oleh kurangnya tenaga promotor kesehatan dan alat-alat peraga kesehatan. Sehingga kampanye PHBS untuk penyadaran masyarakat masih dirasakan berjalan cukup lambat.

5.2.3.2 Opsi Pengembangan SanitasiBerikut ini adalah opsi-opsi untuk mengatasi kendala/hambatan yang dialami dan opsi pengembangan program yang diharapkan akan lebih baik/maju.

Pengentasan kemiskinan

Program Kabupaten Aku Cinta Bersiha. Tingkatkan keterlibatan masyarakat denganpotensi budaya bersihb. Libatkan LSM dan perusahaan untuk berkampanye penyadaran masyarakat terutama di kawasan pemukiman padat penduduk seperti bantaran sungai dan tepi pantai sehingga kesadaran semakin meningkat.

c. Dalam perencanaan kota yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten diharapkan lebih banyak melibatkan stakeholder strategis untuk mengintegrasikan berbagai program perusahaan dan program pemerintah kabupaten.

d. Tingkatkan kesadaran warga dan libatkan tingkatan masyarakat untuk mengintegrasikan berbagai program kebersihan dan kesehatan yang ada.

3R a. Gunakan upaya yang kuat oleh pemerintah dan didukung oleh modal swadaya masyarakat untuk menjalankan program 3R .

b. Program 3R hendaknya dijadikan program bagi warga, dimana selama ini masih menjadi kegiatan percontohan di beberapa desa. Dukungan yang kuat dari masyarakat untuk mengembangkan program 3R menjadi modal utama menjalankan program ini.

c. Harus diupayakan semaksimal mungkin agar lebih banyak perusahaan yang aktif mendukung 3R . Pendidikan lingkungan

a. Melakukan updating kurikulum pendidikan lingkungan termasuk metode dan teknis penyampaian kurikulum lingkungan sehat kepada siswa. Misal saja menghubungkan kegiatan pramuka , pendidikan karakter. PHBS

a. Perlunya melibatkan laki-laki dan perempuan untuk sebagai upaya mensukseskan program PHBS semaksimal mungkin karena hasil survey menunjukkan dalam Rumah Tangga ditemukan bahwa suami dan istri sama-sama aktif dalam yang dalam kegiatan kebersihan keluarga dan lingkungan sekitarnya b. Perlu adanya tambahan tenaga sanitarian kesehatan untuk menjalankan program PHBS yang digalakkan oleh pemerintah kabupaten.5.3 Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi

Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komunikasi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting kota diharapakan dapat menyediakan semua informasi mengenai kabupaten termasuk mengenai media yang terdapat dikota termasuk didalamnya preferensi media masyarakat.

Studi media bertujuan :

a. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran.

b. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkot dan peluang-peluang kerjasama dengan media massa

c. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya

d. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi.

Adapun hasil dari studi ini adalah :

1. Sebagai salah satu bahan menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi

2. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi

3. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang

4. Terinformasinya program pembangunan sanitasi kabupaten, ISSDP dan pokja sanitasi kota kepada nara sumber yang diwawancarai

Hasil survey dari responden yang berbasis media, perusahaan swasta dan instansi pemerintah daerah di Kabupaten Lombok Barat yakni sebagai berikut:

A. Informasi Umum Tentang Responden Kelompok MasyarakatResponden merupakan perwakilan dari ibu-ibu rumah tangga atau bapak sebagai kepala keluarga. Tujuan yang diharapkan adalah untuk mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu-isu sosial lainnya dan untuk mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan refrensi media dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu AMPL.PERTANYAAN UNTUK KELOMPOK MASYARAKAT

1. Darimanakah ibu/bapak biasanya mendapatkan informasi atau berita ?. Jawaban :

a. Surat Kabar

1%

b. Radio

2%

c. Televisi 95%

d. Papan Pengumuman Di Desa/Lingkungan 1%

e. Tidak Tau

1%

Grafik. 5.1 Sumber Informasi

2. Surat Kabar apa yang paling sering ibu/bapak baca ?

Jawaban : Sebagian besar menjawab Tidak/jarang baca surat kabar.

3. Stasiun Radio apa yang paling sering di dengar?

Jawaban : Sebagian besar menjawab Tidak/jarang mendengar Radio

4. Stasiun Televisi apa yang paling sering ibu/bapak tonton?

Jawaban :

a. TV Nasional Suwasta

70%

b. TV Lokal/daerah

20%

c. Tidak/Jarang Nonton TV

10%

Grafik 5.3.

5. Jenis atau program acara apa yang paling sering ibu/bapak tonton di televisi ? Jawaban :a. Sinetron

60%

b. Budaya Wayang 20%

c. Berita

20%

Grafik 5.4.

6. Umumnya dari siapa atau dari mana ibu/bapak mendapatkan informasi tentang masalah air bersih, sampah, saluran air limbah rumah tangga? Jawaban :a. Tidak ada informasi

50%

b. Kader Posyandu

30%

c. Suami

20%

7. Sumber Informasi apa yang ibu/bapak percayai tentang masalah air bersih, sampah dan limbah rumah tangga? Jawaban

a. Dari Guru/Sokolah Anak

70%

b. Penyuluh Kesehatan

10%c. Media Masa

10%

d. Pengumuman

10%

Grafik 5.5.

8. Pertemuan apa yang pernah ibu/bapak ikuti di RT/desa tempat ibu/bapak tinggal? Jawaban

a. Pengajian

100%

9. Penyuluhan atau sosialisasi apa saja yang pernah ibu/bapak ikuti? Jawaban, masalah sampah, limbah, saluran dan air bersih tidak ada.a. Lainnya (Posyandu)

100%

10. Jenis kesenian tradisional apa yang ibu/bapak biasanya tonton? Jawaban

a. Lainnnya (kecimol, ale-ale dan gendang beleq)

100%

11. Kegiatan yang orang ramai berkumpul, seperti pesta rakyat, apa saja yang pernah ibu/bapak hadiri? Jawabana. Peringatan Hari Besar

100%B. PERTANYAAN UNTUK INSTANSI PEMERINTAH

1. Apa saja kegiatan komunikasi untuk masyarakat dan kegiatan pemasaran social lainnya yang pernah dilakukan?

Metode yang paling sering dilakukan oleh dinas/ badan adalah Sosialisasi, Pembuatan Brosur, Baliho, Kreasi. Kampanye luar ruangan (penyuluhan tentang sampah dan PHBS di pasar, terminal dan tempat-tempat umum)2. Isu apa saja yang diangkat?

Isu yang diangkat terkait sanitasi dan sanimas adalah adalah masalah sampah dan. beberapa isu lainnya seperti DBD, dan PHBS.3. Siapa saja khalayak yang dituju?

Khalayak yang dituju pada umumnya adalah masyarakat umum Kabupaten Lombok Barat, kelompok-kelompok PKK, di Desa serta di sekolah-sekolah. Dunia usaha juga menjadi target tujuan penyampaian informasi sanitasi seperti perhotelan.4. Jenis kegiatan apa saja yang dilakukan?

Kegiatan yang dilakukan adalah merupakan bentuk dari pemasaran sosial, yaitu dengan metode sosialisasi, pembuatan brosur, kampanye luar ruang, penilaian posyandu dan penilaian kebersihan tingkat Desa melalui lomba Desa.

5. Media apa saja yang digunakan? (media massa, luar ruang, alternatif)

Media yang favorit digunakan adalah surat kabar, dengan pertimbangan efektifitas jangkauan dan biaya yang relatif murah. Penggunaan media lainnya adalah TV, Radio.6. Kalau media massa lokal yang digunakan, media massa mana saja yang diajak kerjasama? Bagaimana bentuk kerja samanya?

Pada umumnya responden menjawab: media yang memiliki jangkauan luas. Untuk Koran lokal adalah Lombok Post,. Sebagian responden juga menjawab; penggunaan radio RRI, radio swasta dan radio komunitas dan dengan dengan system 2 arah yaitu tanya jawab.

7. Bagaimana pengalaman kerjasama dengan sesama instansi pemerintah lainnya dalam mengkampanyekan masalah sosial?

Lintas program sesama instansi pada dasarnya tidak pernah mengalami kesulitan. Selama ini sudah terjalin dengan baik, terintegrasi dan saling mendukung. Biasanya dilakukan secara periodik dengan pertemuan rutin. Yang perlu ditingkatkan adalah koordinasi yang efisien bagi lintas sektoral.

8. Apa saja yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan?

Berhasilnya / terlaksananya program-program ditentukan oleh terbangunnya komunikasi dan koordinasi yang baik

Managemen sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan Perlu pengelolaan keuangan yang lebih baik

Koordinasi dan transparansi Program gerakan cuci tangan pakai sabun sudah ada perubahan prilaku di sekolah

C. Kesimpulan Pada umumnya media elektronik dan media cetak di Kabupaten Lombok Barat merespon secara positif upaya untuk mengkampanyekan isu pembangunan sanitasi melalui media dengan kolaborasi program pemerintah kota dan perusahaan swasta.

Pada tataran SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat yang selama ini banyak bersentuhan secara langsung pada isu pembangunan sanitasi, terlihat adanya kebutuhan akan peningkatan sumberdaya manusia yang akan disiapkan mendesain sebuah program kampanye dan kemampuan menjaring dukungan dan menggalang sinergi dari berbagai pihak untuk mendukung misi pembangunan sanitasi yang diemban oleh badan/ instansi pemerintah kota sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

Pada tataran pihak swasta program yang diajukan menyesuaikan dengan visi dan misi perusahaan dan sepertinya program CSR (Corporate Social Responsibility) bisa menjadi pertimbangan untuk meminta dukungan dalam kesuksesan program Sanitasi di Kabupaten Lombok Barat.

Interpretasi data EHRA

Menyiapkan tabel matriks

Menyepakati parameter dan nilai persentasenya

Mengisi tabel matriks

Melakukan interpretasi

Menyiapkan format analisa area beresiko

Merekam data EHRA ke dalam format rekanan data sekunder

Bahan untuk penetapan area berisiko

95