bab 5
-
Upload
etra-fianus-hendri-ii -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of bab 5
BAB VPEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah disajikan pada BAB IV maka pada bab ini akan
disajikan pembahasan dari hasil analisa data univariat dan bivariat yang terdiri dari
karakteristik responden, posisi kerja ketika mengangkut beban, kejadian low back pain dan
hubungan posisi kerja pada bongkar muat penambang batu dan pasir dengan kejadian low
back pain pada penambangan batu dan pasir di kecamatan Benai.
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 40 orang responden diperoleh data
tentang karakteristik responden berdasarkan usia. Pada penelitian ini diketahui bahwa
mayoritas responden berusia 26-45 tahun (dewasa sedang) berjumlah 31 orang. Data
tersebut diperkuat bahwa pada rentang usia ini responden masih dapat bekerja secara
optimal, kerena masih mempunyai tenaga yang dibutuhkan untuk mengangkat beban yang
berat. Menurut Idyan (2007) Low back pain paling sering terjadi pada usia 30-50 tahun,
karena pada usia ini diskus invertebralis akan mengalami perubahan stres mekanis paling
berat ketika usia bertambah tua. Hal ini didukung dengan penelitian Saputra (2010)
meneliti tentang hubungan posisi kerja terhadap kejadian low back pain pada petani sawit
di kecamatan dayun kabupaten Siak bahwa hasil penelitian low back pain terjadi pada
rentang usia 31-40 tahun, semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi resiko
perubahan stres mekanis pada diskus invertebralis sehingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas usia dewasa sedang beresiko menderita low back pain.
Data untuk karakteristik responden berdasarkan lama masa kerja diketahui
mayoritas responden telah bekerja lebih dari 5 tahun sebanyak 21 orang. Data tersebut
46
47
menunjukkan bahwa mayoritas dari responden telah lama bekerja sebagai pekerja bongkar
muat pada penambang batu dan pasir. Susahnya mencari kerja yang layak secara ekonomi
merupakan penyebab utama sehingga responden sangat tergantung pada pekerjaan ini
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sesuai dengan yang dikemukakan Subiantoro
(2005) bahwa masa kerja lebih 5 tahun dapat menimbulkan keluhan nyeri pinggang akibat
penekanan beban pada tulang belakang dalam jangka waktu yang lain. Berdasarkan teori
tersebut maka semakin lama masa kerja semakin berisiko menderita low back pain.
Karakteristik responden berdasarkan rata-rata beban yang diangkat perhari
diperoleh data bahwa mayoritas responden mengangkat beban antara 11-15 kubik perhari
atau 47,5 %. Banyaknya permintaan batu dan pasir dari masyarakat untuk kepentingan
pembangunan merupakan penyebab utama banyaknya beban angkat pekerja perhari.
Disetarakan 1 kubik batu dan pasir lebih kurang 1 ton. Data ini dapat dikalkulasikan ( 1 x
15 = 15 ton/ 15.000 kg/hari), sedangkan (8 x 1 jam ( 60 menit ) = 480 menit), jika
dilakukan secara terus-menerus maka rata-rata permenitnya (15.000 / 480= 31,25 kg).
Dalam hal ini beban yang diangkat perhari telah melebihi ketentuan. Secara teori yang
dikemukakan oleh Budiono (2003) bahwa frekuensi angkat yang dilakukan secara terus
menerus tidak boleh melebihi 18 kg permenit. Berdasarkan teori tersebut kegiatan
mengakut beban secara manual dengan jangka waktu yang lama akan menyebabkan proses
degenerasi atau rusaknya tulang belakang, semakin banyak jumlah beban yang diangkat
akan lebih cepat mengurangi ketebalan dari elemen yang berada diantara segmen tulang
belakang.
Karakteristik responden berdasarkan rata-rata lama kerja sehari diperoleh bahwa
mayoritas responden bekerja rata-rata 5-8 jam sehari yaitu berjumlah 28 orang atau 70,5 %.
Banyaknya permintaan batu dan pasir dari masyarakat untuk kepentingan pembangunan
48
merupakan penyebab utama memunginkan pekerja untu bekerja lebih lama ketika bongkar
muat. Sesuai dengan teori bahwa keluhan low back pain tidak hanya disebabkan oleh
masalah pekerjaan tetapi juga oleh masalah cara kerja yang monoton dan desain peralatan
kerja yang tidak ergonomis.
2. Posisi kerja ketika mengangkut beban
Berdasarkan observasi dari 40 orang responden terdapat 28 orang responden atau
70 % melakukan posisi yang tidak benar ketika mengangkut beban. Ciri khas keluhan nyeri
pinggang timbul akibat pergerakan atau perubahan sikap tubuh yang salah. Menurut
Rahmawati (2006) rasa sakit ini semakin dirasakan ketika beban yang diangkat secara tiba-
tiba, banyaknya frekuensi angkat, dan dengan menggunakan teknik mengangkat beban
yang salah. Seorang tenaga kerja mengangkat barang sambil membungkuk, tekanan yang
besar terjadi pada pinggang sebagai akibat gaya pengungkit (Gibson dalam Subiantoro,
2005).
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian peneliti, dimana pekerja yang
mempunyai keluhan nyeri pinggang dengan teknik mengangkat beban yang tidak benar
lebih banyak dari pada pekerja dengan posisi benar. Pekerja bongkar muat di kecamatan
Benai mempunyai kebiasaan kerja yang buruk, yaitu cara mengangkat batu dan pasir dari
permukaan tanah yaitu sejajar telapak kaki, mengangkat menggunakan skop dengan posisi
membungkuk dan memutar, dan mengangkat tidak dengan dengan kuda-kuda yang benar,
sehingga kondisi ini akan memperbesar risiko terjadinya low back pain, karena penyebab
utama dari low back pain adalah posisi kerja yang tidak benar.
49
3. Kejadian low back pain
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 40 orang responden diperoleh data
tentang kejadian low back pain di kecamatan Benai sebanyak 25 orang responden atau
62,5% . Hal ini disebabkan berat beban yang diangkat melebihi batas angkut pekerja sehari
membutuhkan lebih kurang 8 jam dengan frekuensi angkat yang dapat ditolerir adalah 95
kg dalam 1 kali angkut tiap 30 menit sehingga dapat dikalkulasikan (8 x 2 x 95 kg = 1520
kg/hari ), sementara pekerja bongkar muat mengangkat 15.000 kg/hari. Sesuai dengan teori
Smletzer dan Bare (2001), menyatakan bahwa low back pain disebabkan oleh terjadinya
peregangan atau spasme otot, ligament yang terpelincir dibagian tengah diskus
intervertebralis yang dapat menjepit saraf spinalis sehingga menyebabkan nyeri. Jika
penjepitan terjadi di saraf spinal pada segmen lumbal maka akan menyebar hingga ke kaki.
Berdasarkan teori tersebut maka penderita biasanya merasakan low back pain dan
mengalami kelemahan. Pada sebagian orang akan merasakan nyeri dan lemah pada saat
berjalan atau melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala lain yang dialami penderita adalah
spasme otot lokal sekitar punggung menjalar ke kaki, nyeri apabila membungkuk,
menggerakkan punggung ke kiri dan ke kanan dan gerakan memutar sehingga
mempengaruhi semua aktifitas sehari hari.
4. Hubungan posisi kerja pada bongkar muat penambang batu dan pasir dengan kejadian
low back pain pada penambangan batu dan pasir di kecamatan Benai.
Hasil analisa hubungan posisi kerja pada bongkar muat penambang batu dan pasir
dengan kejadian low back pain menunjukkan bahwa dari kelompok posisi kerja yang tidak
benar terdapat 21 orang atau 84% dari 25 orang yang mengalami low back pai, lebih
50
banyak dibandingkan kelompok pada posisi kerja yang benar terdapat 4 orang atau 16%
dari 25 orang yang mengalami yang low back pain.
Hasil uji fisher menunjukkan p value sebesar 0,03, jika dibandingkan dengan nilai α
(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa p value < α, yang berarti ada hubungan yang cukup
signifikan antara Hubungan posisi kerja pada bongkar muat penambang batu dan pasir
dengan kejadian low back pain. Hal ini menunjukkan posisi kerja mengangkat beban
dengan posisi kerja yang tidak benar mempengaruhi terhadap terjadinya low back pain.
Pada proses kerja bongkar muat banyak melakukan sikap kerja membungkuk (bending)
dan membungkuk sambil memutar (twisting) adalah penyebab utama terjadinya low back
pain (OHS, 2010).
Low back pain disebabkan adanya penekanan pada susunan saraf tepi di daerah
pinggang atau dengan kata lain sarafnya terjepit, sehingga otot mengalami spasme. Spasme
yang terjadi karena gerakan pinggang yang terlalu mendadak atau berlebihan melampaui
kekuatan otot tersebut. Saat mengangkat beban yang berat dan dalam frekuensi yang lama
otot disekitar lubosakral memberikan beban yang berat sehingga jika sudah melampaui dari
kekuatan otot inilah yang menimbulkan nyeri (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian lain, yaitu penelitian
yang dilakukan Saputra (2010) dengan judul hubungan posisi kerja terhadap kejadian low
back pain pada petani sawit dengan jumlah responden 83 orang. Hasil penelitian
menyebutkan 53 orang responden dari 83 orang responden mengalami low back pain dan
28 diantaranya melakukan posisi kerja yang tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara posisi kerja terhadap low back pain pada petani sawit.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut maka mengangkat beban ditambah
dengan posisi kerja yang tidak benar, selain menyebabkan otot-otot pinggang menjadi
51
tegang, juga dapat merusak jaringan lunak sekitar. Kondisi ini bila terus berlanjut dapat
menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang (Ignatavicius & Workman, 2006).
B. Keterbatasan penelitian
Selama proses kegiatan penelitian (April-Mei) peneliti merasakan adanya
keterbatasan responden. Keterbatasan disebabkan sulitnya mencari waktu responden
untuk diteliti. Pada saat penelitian responden sibuk dengan pekerjaannya, sehingga
peneliti harus menunggu hingga pekerjaan selesai.