Bab 5

34
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan dalam bemtuk tabel. Pengumpulan data tanggal 21 Mei – 26 Mei 2012 di puskesmas Wiyung dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Puskesmas Wiyung berdiri sejak 15 Juni 1988 dan memiliki visi ”Tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”.Puskesmas ini beralamat di Jl. Menganti Wiyung Gg. Pasar No. 20 Surabaya. Tipe Puskesmas Wiyung adalah Puskesmas Persalinan, artinya Puskesmas ini melayani pasien pada pagi dan sore hari serta melayani pertolongan persalinan dengan tarif sesuai Perda Kota Surabaya No.5 tahun 2010.Misi Puskesmas Wiyung dalam mewujudkan visinya adalah : 61

Transcript of Bab 5

Page 1: Bab 5

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan

dalam bemtuk tabel. Pengumpulan data tanggal 21 Mei – 26 Mei 2012 di

puskesmas Wiyung dengan jumlah responden sebanyak 30 orang.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Wiyung berdiri sejak 15 Juni 1988 dan memiliki visi

”Tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat yaitu

masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”.Puskesmas ini beralamat di Jl.

Menganti Wiyung Gg. Pasar No. 20 Surabaya. Tipe Puskesmas Wiyung adalah

Puskesmas Persalinan, artinya Puskesmas ini melayani pasien pada pagi dan sore

hari serta melayani pertolongan persalinan dengan tarif sesuai Perda Kota

Surabaya No.5 tahun 2010.Misi Puskesmas Wiyung dalam mewujudkan visinya

adalah :

1. Melaksanakan pelayanan pelayanan kesehatan yang menyeluruh

dan profesional.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan.

61

Page 2: Bab 5

62

1. Data Geografis

a. Letak:

Puskesmas Wiyung terletak di kelurahan Wiyung kecamatan Wiyung

wilayah Surabaya Selatan. Puskesmas Wiyung salah satu Puskesmas di

kecamatan Wiyung, yang mempunyai satu puskesmas pembantu (Pustu)

yakni Pustu Babatan.

Jarak dari Puskesmas Induk ke Pustu sebesar ± 2 km, memerlukan waktu

seperempat jam dengan kendaraan bermotor. Jarak Puskesmas dengan Pusat

kota sebesar ± 8 km, memerlukan waktu setengah jam berkendaraan.

b. Batas Wilayah

Batas wilayah puskesmas Wiyung sebelah utara adalah Kecamatan

Dukuh Pakis, sebelah timur adalah Kecamatan Wonocolo, sebelah selatan

dibatasi oleh Kecamatan Karang Pilang, sebelah barat dibatasi oleh

Kecamatan Lakasantri

c. Luas Wilayah

Luas wilayah kerja PuskesmasWiyung 951.547 ha terdiri dari kelurahan

Wiyung yaitu 354.780 ha, kelurahan Babatan yaitu 440.321 ha, kelurahan

Jajar Tunggal 156.446 ha

2. Data Demografi

Jumlah penduduk seluruhnya di wilayah kerja Puskesmas Wiyung adalah

54365 orang. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Wiyung adalah 125 RT dan 25

RW.

Page 3: Bab 5

63

3. Data Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kecamatan Wiyung terdiri dari rumah sakit berjumlah 2 unit,

puskemas pusat berjumlah 1 unit, Puskesmas Pembantu berjumlah 1 unit,

Posyandu 28 unit, posyandu lansia 11 unit, Poliklinik Swasta 2 unit, praktek

dokter gigi / doktergigi swasta 4 unit, Laboratorium Klinik 2 unit, Apotek 8 unit

4. Kondisi Internal Puskesmas

Sumber Daya Manusia Puskesmas Wiyung terdiri dari PNS dan non PNS

No. Jenis Tenaga PNS Non PNS(PTT/Kontrak)

Total

1. Dokter Umum : 4 orang Kontrak : 1 orang 5 orang2. Dokter Gigi : 1 orang 1 orang 2 orang3. SKM : 1 orang - 1 orang4. Apoteker : - 1 orang 1 orang5. Bidan : 7 orang 5 orang 12 orang6. Bidan Kelurahan : - PTT : 1 orang

Kontrak : 2 orang3 orang

7. Perawat : 4 orang 2 orang 6 orang8. Perawat Gigi : 1 orang 1 orang 2 orang9. Asisten Apoteker : 1 orang - 1 orang10. Sanitarian : 1 orang - 1 orang11. Petugas Gizi : 1 orang - 1 orang12. Analis Medis : 1 orang - 1 orang13. Rekam Medik : - 1 orang 1 orang14. IT : - 1 orang 1 orang15. Staf TU : 1 orang - 1 orang16. Staf Loket : 3 orang 1 orang 4 orang17. Sopir : 1 orang - 1 orang18. Staf Puskesmas

(Ass.paramedis): 1 orang 1 orang 2 orang

19. Cleaning Service : - 3 orang 3 orang20. Linmas : - 2 orang 2 orang

TOTAL 28 orang 23 orang 51 orangData yang telah terkumpul ditabulasikan sesuai dengan rumus yang di

tentukan, dikelompokkan sesuai dengan indikator, dianalisa dan dipresentasikan

Page 4: Bab 5

64

pada masing-masing subvariabel agar dapat di interpretasikan sehingga diperoleh

hasil penelitian sebagai berikut:

5.1.2 Data Umum Responden

1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Table 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase(%)Laki Laki 12 40Perempuan 18 60

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan yaitu 60%(18 orang).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

Table 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Usia Jumlah Prosentase(%)31-40 Tahun 5 16,741-50 Tahun 3 10,051-60 Tahun 5 16,7>60 Tahun 17 56,7

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang usianya lebih dari 60 tahun

merupakan jumlah yang paling banyak dengan prosentase 56,7% (17 orang).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Table 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Pekerjaan Jumlah Prosentase(%)Petani 6 20Sopir 1 3,3

Tukang/buruh kayu 2 6,7Ibu Rumah Tangga 9 30

Wiraswasta 3 10Pegawai Swasta 2 6,7

Page 5: Bab 5

65

Tidak Bekerja 6 20Lainnya 1 3,3

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden yang pekerjaannya ibu rumah

tangga merupakan jumlah yang paling banyak dengan prosentase 30% (9 orang).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Table 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Status Perkawinan Jumlah Prosentase(%)Kawin 17 56,7

Belum Kawin 3 10Cerai 10 33,3

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang kawin merupakan jumlah

yang paling banyak dengan prosentase 56,7%.

5.1.3 Data Khusus Responden

1. Faktor Pemicu Primer Yang Mempemgaruhi Hipertensi.

a. Kurang Olahraga

Table 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Berolahraga Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Kebiasaan olahraga Frekuensi ProsentaseYa 11 36,7%

Tidak 19 63,3%Total 30 100%

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden yang memliki kebiasaan

olahraga hanya sebanyak 36,7% (11 orang) sedangkan responden yang

tidak memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 63,3% (19 orang).

Page 6: Bab 5

66

b. Konsumsi Alkohol

Table 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Alkohol Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Konsumsi Alkohol Frekuensi ProsentaseYa 5 16,7%

Tidak 25 83%Total 30 100%

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden yang tidak mengkonsumsi

alkohol mempunyai prosentase lebih banyak yaitu 83% (25 orang).

c. Merokok

Table 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Merokok Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Konsumsi Rokok Jumlah ProsentaseYa 8 30%

Tidak 22 70%Total 30 100%

Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa responden yang tidak merokok

memiliki jumlah yang paling banyak dengan prosentase 70% (21 orang).

Table 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok Perhari Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Jumlah Konsumsi Rokok Perhari

Frekuensi Prosentase

½ sampai 1 bungkus 3 10%1-2 bungkus 4 13,3%2-3 bungkus 1 3,3%

tidak ada 22 73%Total 30 100%

Page 7: Bab 5

67

Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden yang tidak merokok

memiliki jumlah yang paling banyak dengan prosentase 73% (22 orang).

d. Kegemukan

Table 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan kegemukan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

IMT (Indeks Massa Tubuh)

Frekuensi Prosentase

Underweight 3 10%Normal 10 33%

Overweight 2 6,7%Pre obese 11 36,7%

Obese tingkat 1 4 13,3%Total 30 100%

Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki berat badan

pre obese mempunyai jumlah yang paling banyak dengan prosentase

36,7% (11 orang).

e. Konsumsi Garam

Table 5.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Ikan Asin Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Konsmsi Ikan Asin Dalam 1 Minggu

Frekuensi Prosentase

Setiap Hari 6 20%4-5 Hari 9 30%3 Hari 8 26,7%2 Hari 3 10%1 Hari 3 10%

Tidak Pernah 1 3,3%Total 30 100%

Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi ikan

asin 4 sampai 5 hari dalam 1 minggu mempunyai jumlah yang paling

banyak dengan prosentase 30% (9 orang).

Page 8: Bab 5

68

Table 5.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Konsumsi Ikan Laut Dalam 1 Minggu

Frekuensi Prosentase

Setiap Hari 4 13,3%4-5 Hari 6 20%3 Hari 3 10%2 Hari 4 13,3%1 Hari 6 20%

Tidak Pernah 7 23,3%Total 30 100%

Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi ikan

laut 4 sampai 5 hari dalam 1 minggu mempunyai jumlah yang sama

banyak dengan responden yang mengkonsumsi ikan laut 1 hari dalam 1

minggu dengan prosentase 20% (6 orang).

Table 5.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Makanan Ringan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Konsumsi Makanan Ringan Dalam 1 Minggu

Frekuensi Prosentase

4-5 Hari 4 13,3%2 Hari 1 3,3%1 Hari 2 6,7%

Tidak Pernah 23 76,7%Total 30 100%

Dari tabel 5.12 dapat diketahui bahwa responden yang tidak

mengkonsumsi makanan ringan mempunyai prosentase paling banyak

yaitu 76,7% (23 orang).

Berdasarkan tabel 5.5 sampai 5.13 dapat diketahui sebagian besar faktor pemicu

primer hipertensi di Puskesmas Wiyung adalah faktor mngkonsunsi makananan

Page 9: Bab 5

69

tinggi natrium seperti ikan asin, ikan lkaut, dan penyedap rasa dan makanan

ringan yang asin.

2. Faktor Pemicu Sekunder Yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Genetik

Table 5.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Genetik Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Faktor Genetik Frekuensi ProsentaseYa 19 63,3%

Tidak 11 36,7%Total 30 100%

Dari tabel 5.14 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai

keturunan hipertensi mempunyai prosentase paling banyak dengan

prosentase 63,3% (19 orang).

b. Penyakit

Table 5.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Penyakit Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)

Faktor Penyakit Frekuensi ProsentaseGagal Ginjal 12 33,3%Pre eklamsia 2 6,7%

Lainnya 7 23,3%Tidak Ada 11 36,7%

Total 30 100%

Dari tabel 5.15 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai

penyakit gagal ginjal mempunyai prosentase paling banyak dengan

prosentase 33,3% (12 orang).

Berdasarkan tabel 5.14 dan 5.4 dapat diketahui sebagian besar faktor pemicu

primer hipertensi di Puskesmas Wiyung adalah faktor genetik..

Page 10: Bab 5

70

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hipertensi

Hipertensi pada penelitian ini memiliki kriteria yaitu hipertensi stage 1 dan

hipertensi stage 2. Dari data 30 orang responden didapat hipertensi stage 1

sebanyak 16,7% (5 orang), dan hipertensi stage 2 sebanyak 83,3% (25 orang).

Hipertensi adalah penyakit darah tinggi yang sebenarnya adalah suatu

gangguan pada pembuluh darahyang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi

yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Umumnya sistolik meningkat sejalan dengan usia, sedangkan

diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun kemudian menurun lagi.

Krteria umur yang dipakai adalah mulai umur 31-40 tahun, 41-50 tahun,

51-60 tahun, >60 tahun. Dari data 30 responden dapat dilihat prosentase responen

yang berumur 31-40 tahun sebanyak 16,7% (5 orang), 41-50 tahun sebanyak 10%

(3 orang), 51-60 tahun sebanyak 16,7 (5 orang), dan lebih dari 60 tahun sebanyak

56,7%.

Menurut WHO batas tekanan darah normal adalah 140/ 90 mmhg.

Tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmhg dinyatakan hipertensi. Sumber lain

menyatakan batasan hipertensi sebagai berikut yaitu pria kurang dari 45 tahun

dikatakan hipertensi jika tekanan darah lebih dari 130/90 mmHg. Pria lebih dari

45 tahun dikatakan hipertensi jika tekanan darah lebih tinngi dari 145/95 mmhg.

Wanita dikatakan hipertensi jika lebih tinggi atau saama dari 160/95 mmHg.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan darah dengan umur dapat

dilihat bahwa dari 30 orang responden hipertensi paling banyak menderita

Page 11: Bab 5

71

hipertensi stage 2 adalah responden beusia lebih dari 60 tahun sebanyak 82,4%

(14 orang) .

Kriteria jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan, Dari data 30

responden dapat dilihat prosentase responden laki-laki sebanyak 40% (12 orang)

dan responden perempuan sebanyak 60% (18 orang).

Hipertensi menyerang kaum laki-laki dari pada perempuan hal itu karena

laki-laki mempunyai banyak pendorong terjadinya hipertensi seperti stress,

kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi meningkat pada wanita

setelah berumur lebi dari 45 tahun yaitu setelah menopouse, dan di pengaruhi oleh

emosi serta stress.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan darah dengan jenis

kelamin dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden hipertensi, reponden

perempuan mempunyai prosentase yang paling banyak mengalami hipertensi

stage 2 yaitu sebanyak 94,4% (17 orang).

Dalam hal ini hasil yang didapatkan dari tabulasi silang sejalan dengan

teori dimana usia mempengaruhi kejadian hipertensi karena semakin mengalami

proses degeneratif atau penuaan maka semua fungsi tubuh khususnya pembuluh

darah akan menurun. Hasil yang didapatkan dari tabulasi silang antara jenis

kelamin dengan tekanan darah sejalan dengan teori karena dalam hal ini

perempuan memliki tingkat sttres dan emosi yang cukup tinggi seingga dapat

meningkat hormon esetrogen yang memicu terjadinya hipertensi.

Page 12: Bab 5

72

5.2.1. Faktor Pimer Yang Mempengaruhi Hipertensi

1. Obesitas

Kriteria obesitas yang didapatkan adalah underweight, normal, overweight,

pre obese, obese 1, obese 2. Dari data 30 orang responden dapat dilihat prosentase

reponden yang mempunyai berat badan underweight sebanyak 10% (3 orang),

berat badan normal sebanyak 33,3% (10 orang), berat badan overweight sebanyak

6,7% (2 orang), berat badan pre obese sebanyak 36,7% (11 orang), berat badan

obese 1 sebanyak 13,3 % (4 orang), berat badan obese 2 sebanyak 0%.

Kegemukan dan tekanan darah adalah pasangan yang seiring dan sejalan.

Semakin gemuk seseorang, semakin tinggi tekanan darahnya. Ketika berat badan

meningkat maka resiko hipertensi ikut meningkat (Robert E. Kowalski, 2010: 85).

Hipertensi umumnya dialami oleh orang gemuk. Hal ini disebabkan pasokan

oksigen serta jumlah zat yang diangkut darah lebih banyak pada orang gemuk

dibandingkan mereka yang bertubuh kurus atau normal. Suplai darah yang besar

pada orang gemuk ini otomatis membuat jantung bekerja lebih berat, dan

dibutuhkan tekanan yang lebih besar (Iskandar Junaidi, 2010 : 110). Kebutuhan

darah dalam jumlah besar direspon jantung dengan tekanan yang tinggi sehingga

menagkibatkan tekanan darah tinggi (Iskandar Junaidi, 2010 : 110).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan darah dengan obesitas

dapat dilihat bahwa dari 30 orang terdapat 20% responden yang mempunyai berat

badan normal dan mengalami hipertensi stage 1 serta 27% responden mengalami

hipertensi stage 2 dan mempunyai berat badan normal. Dalm hal ini kegemukan

mempunyai beberapa penyebab yaitu pola makan yang tidak teratur, aktifitas

duduk telalu banyak, konsumsi gula yang berlebihan serta retensi air yang

Page 13: Bab 5

73

menyebabkan terjadinya oedem pada tubuh. Oleh karena itu perlu dilakukan

tambahan aktivitas untuk mengurangi kelebihan berat badan.

2. Kurang Aktivitas Fisik (Olahraga)

Kriteria dari kebiasaan olahraga adalah teratur dan tidak teratur. Dari data

30 orang responden dapat dilihat prosentase respomden yang melakukan olahraga

dengan teratur sebanyak 36,7% (11 orang), sedangkan prosentase responden yang

tidak melakukan olahraga sebanayak 63,3% (19 orang) .

Efek jangka panjang dari olahraga teratur adalah mengurangi tekanan

diastolik kira-kira 10 mmHg, jumlah penurunan yang sama seperti yang didapat

sebagian besar obat penurun tekanan darah. Olahraga teratur juga mengurangi

berbagai faktor resiko penting untuk penyakit jantung koroner dan stroke.

Olahraga dapat mengurangi kolesterol LDL yang berbahaya dalam darah dan

menaikkan kadar kolesterol HDL yang bersifat melindungi dalam darah (Julian,

2009:73).

Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dan kebiasaan berolahraga

di dapat bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase paling banyak pada

responden yang tidak berolahraga sebesar 84,2%. Sedangkan yang berolahraga

hanya sebesar 15,2%. Dalam hal ini terdapat beberapa penyebab individu jarang

untuk melakukan aktifitas fisik (olahraga) yaitu adanya pekerjaan yang

menumpuk, kelelahan, waktu untuk istirahat tidur berkurang. Untuk itu perlu

adanya pengaturan jadwal untuk berolahraga dan melakukan kegiatan berolahraga

minimal 15 menit sehari.

Page 14: Bab 5

74

3. Merokok

Kriteria dari kebiasaan merokok adalah banyaknya konsumsi rokok. Dari

data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase responden yang merokok 1-

2 bungkus sehari adalah sebanyak 13,3% (4 orang).

Dalam rokok terkandung berbagai macam zat yang dapat merusak

lapisan dinding arteri, yang pada akhirnya akan membentuk plak atau kerak di

arteri. Kerak atau plak ini menyebabkan penyempitan lumen atau diameter arteri,

sehingga diperlukan tekanan yang lebih besar untuk memompa darah hingga tiba

di organ-organ yang membutuhkan. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai

hipertensi (Iskandar Junaidi, 2010 : 70). Kandungan nikotinnya dapat

meningkatkan hormon epinefrin yangb menyempitkan pembuluh darah arteri.

Karbon monoksidanya dapat memacu jantung untuk lebih keras untuk

menggantikan pasokan oksigen ke seluruh tubuh. Keja jantung yang lebih berat

meyebabkan terjadinya hipertensi.

Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dan kebiasaan merokok di

dapat bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase paling banyak pada responden

yang tidak merokok yaitu sebesar 85,7%. Sedangkan yang merokok sebesar

77,8%. Faktor yang menyebabkan indivdu mengkonsumsi rokok adalah adanya

iklan di televisi yang menggambarkan bahwa seorang lelaki sejati mengkonsumsi

rokok, berkaitan dengan kegiatan pemerintah yang tidak membatasi produksi

rokok karena penanaman tembakau merupakan masukan bagi negara sehingga

peredaran rokok tidak dapat di batasi, selain itu merokok adalah hak asasi manusia

dan dianggap tidak melanggar hukum karena bukan tindakan kriminal dan tidak

Page 15: Bab 5

75

mengganggu ketertiban tetapi hanya mungkin melanggar etika pergaulan.

Penyebab individu merokok dipengaruhi oleh bebrapa hal yaitu Dalam hal ini

merokok bukan penyebab tekanan darah tinggi tetapi dapat meningkatkan resiko

yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi. Kebiasaan merokok sudah

membudidaya sejak dahulu.

4. Konsumsi alkohol yang berlebihan

Kriteria dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol adalah yang mengkonsumsi

alkohol dan tidak. Dari data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase

responden yang mengkonsumsi alkohol adalah sebanyak 16,7% (5 orang)

sedangkan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 83,3% (25 orang).

Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapan merusak bebrapa fungsi

organ. Salah satu di antaranya adalah hati. Fungsi hati akan terganggu sehingga

mempengaruhi kerja jantung (Iskandar Junaidi, 2010 : 73). Semakin berat tingkat

konsumsi alkohol, semakin tinggi resiko penyakit jantung (Robert E. Kowalski,

2010:192). Pada kaar alkohol yang rendah mungkin terjadi eksitasi SSP atau

euforia tetapi pada kadar yang lebih tinggi terjadi perburukan kearah kom hingga

meninggal. Wanita pecandu alkohol dalam masa subur beresiko memiliki bayi

dengan berat lahir rendah disertai retardasi. Penelitian penelitian gizi dan

metabolik telah jelas membuktikan bahwa etanol menyebabkan hipertensi.

Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dengan kebiasaan

mengkonsumsi alkohol di dapat bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase

paling banyak pada responden yang tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak

88%. Sedangkan yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 60% (3 orang). Hal ini

berbanding terbalik terhadap teori yang mengatakan bahwa konsumsi alkohol

Page 16: Bab 5

76

dapat meningkatkan tekanan darah. Kare terbatasnya pasien kunjungan hipertensi

saat itu sehingga responden yang mengkonsumsi alkohol tidak terlalu banyak.

5. Konsumsi diit tinggi natrium

Kriteria dari kebiasaan mengkonsumsi diit tinggi natrium dapt dilihat dari

kebiasaan responden dalam mengkonsumsi lauk pauk bergaram tinggi adalah ikan

asin, ikan air tawar, ikan laut, penyedap makanan, dan makanan ringan yang asin.

Pada intinya, garam dan senyawa natrium yang lain berperan dalam

inisiasi serangkaian senyawa kimia di ginjal yang berujung pada produksi suatu

senyawa, yaitu angiotensin, dalam meningkatkan tekanan darah.. Semakin peka

seseorang terhadap natrium, maka semakin banyak natrium yang disimpan dalam

tubuh, dan semakin banyak air yang tertahan di jaringan tubuh. Semua ini

meningkatkan tekanan darah (Robert E. Kowalski, 2010: 167).

Peneliti berpendapat hendaknya melakukan diit rendah natrium dengan

mengurangi konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi. Berdasarkan

tabel silang antara jenis kelamin dan konsumsi ikan asin dapat dilihat bahwa

prosentase dari 30 orang responden yang paling banyak mengkonsumsi ikan asin

adalah responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi 4 sampai 5 hari

dalam seminggu yaitu sebanyak 23% (7 orang), sedangkan berdasarkan tabel

silang antara usia dan kebiasaan mengkonsumsi ikan asin dapat dilihat bahwa

umur lebih dari 60 tahun paling banyak mengkonsumsi ikan asin yaitu sebanyak

20% (6 orang). Berdasarkan tabel silang antara jenis kelamin dan konsumsi ikan

air tawar dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang paling bnayak

mengkonsumsi ikan tawar adalah responden berjenis kelamin laki-laki dengan

frekuensi 2 hari dalam seminggu yaitu 17% (5 orang), sedangkan berdasarkan

Page 17: Bab 5

77

tabel seilang antara usia dan kebiasaan mengkonsumsi ikan air tawar dapat dilihat

bahwa umur lebih dari 60 tahun paling banyak mengkonsumsi ikan air tawar

denagn frekuensi 2 hari dalam seminggu yaitu 17% (5 orang). Berdasarkan tabel

silang antara jenis kelamin dan kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dapat dilihat

bahwa dari 30 orang responden yang paling banyak mengkonsumsi ikan laut

adalah responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi yang sama yaitu

1 hari dan 4 sampai 5 hari dalam seminggu adalah 26% (8 orang) sedangkan

berdasarkan tabel silang antara usia dan kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dapat

dilihat bahwa umur lebih dari 60 tahun paling banyak mengkonsumsi ikan laut

dengan frekuensi 4 sampai 5 hari dalam seminggu yaitu sebanyak 17% (5 orang).

Dari hasil observasi dan pemberian kuesioner yang ada di puskesmas

wiyung kecanatan wiyung Surabaya peneliti dapat mengetahui bahwa mean

(rataan) faktor kurang olahraga lebih banyak di banding faktor primer yang lain

seperti konsumsi Alkohol, merokok, obesitas dan konsumsi garam. Hal tersebut

dapat dilihat dari uji ukuran data sentral maka terlihat faktor yang dominan

pemicu primer hipertensi adalah kurang berolahraga.

5.2.3 Faktor Pemicu Sekunder Yang Mempengaruhi Hipertensi

1. Genetik

Kriteria dari genetik adalah mempunyai keturunan langsung hipertensi dan

tidak. Dari data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase responden yang

mempunyai keturunan langsung hipertensi adalah sebanyak 63,3%% (19 orang)

sedangkan yang tidak mempunyai ketrunan hipertensi langsung sebanyak 36,7%

(11 orang).

Page 18: Bab 5

78

Saat ini diketahui bahwa hipertensi daapt disebabkan oleh mutasi dari

suatu gen yang diturunkan berdasarkan hukum Mende. Gen-gen yang

berpengaruh pada patomeaknisme hipertensi antara lain adalah gen yang

meregulasi substansi pressor seperti angiontensin II, gen yang meregulasi aktifitas

otot polos vaskular dan gen yang meregulasi renal sodium load, bebrapa contoh

diantaranya adalah glucocortikoid remediable aldosteronism yang diturunkan

secara autosomal dominan (Peter, 2010 :70). Syndrome of apparent

mineralocorticoid excess yang diturunkan secara autosomal resesif. Formasi

chimeric gene yang memberi kode enzim yang bertanggung jawab dalam

mensintesis aldosteron dan ACTH. Pada hipertensi jenis ini pemberian antagonis

seperti spironolakton sangat efektif menurunkan tekanan darah. Contoh lain

adalah Syndrome of hipertension exacerbated pada kehamilan yang juga

diturunkan secaar dominan autosom. Pada pasien ini mineralokortikoid reseptor

menyebabkan mereka memiliki respon yang abnormal terhadap progesteron dan

secara paradoks terhadap spironolakton (Peter, 2010 : 71).

Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dan faktor genetik di dapat

bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase paling banyak pada responden yang

memiliki keturunan hipertensi sebesar 78,9%. Dalam hal ini sejalan dengan teori

yaitu faktor genetik berbanding lurus dengan hipertesi. Faktor genetik

berpengaruh langsung terhadap pemicu hipertensi sehingga perlu adanya

pengaturan pola makan, aktivitas berolahraga, istirahat tidur untuk mencegah

munculnya hipertensi.

Page 19: Bab 5

79

2. Penyakit ginjal dan kehamilan

Kriteria dari faktor penyakit adalah penyakit ginjal dan penyakit

kehamilan. Dari data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase responden

yang mempunyai penyakit gagal ginjal adalah sebanyak 33,3%% (10 orang)

sedangkan yang mempunyai penyakit pre eklampsi sebanyak 6,7% (2 orang).

Penyakit parenkim ginjal seperti diabetic nephropathy, inflamatory

glomelural desease, tubular interstitial desease dan polycystic kidney merupakan

penybab utama hipertensi sekunder. Hipertensi terjadi karena berkurangnya

permukaan filtrasi glomerulus menyebabkan gangguan ekskresi garam dan air

sehingga terjadi peningkatan olume intravaskular. Penyebab yang lain adalah

inflamasi dan perubahan fibrotik pada pembuluh darah intrarenal menyebabkan

perfusi di jaringan ginjal menurun sehingga terjadi peningkatan aktivitas sistem

renin Angiotensin (peter, 2010 : 71).

Berdasarkan Penyempitan arteri renalis akibat fibrous muskular

hyperplasia (fibrousmuscular dysplasia) yang sering mengenai wanita muda, atau

arteroskelrosis yang terjadi pada lansia menurunkan aliran darah ke ginjal. Telah

dibuktikan bahwa penurunan 50% takanan perfusi ginjal akan mengakibatkan

peningkatan sekresi renin dari juxtaglomerular vasa afern yang mempresipitasi

terjadinya hipertensi (Peter, 2010 : 71). Tanda-tanda hipertensi renovaskuler

adalah hipertensi terjadi pada umur 20-50 tahun, hipertensi resisten terhadap 3-4

obat anti hipertensi, adanya bising pada arteri epigastrik atau ateri renalis,

ditemukan penyakit aterosklerotik pada aort dan arteri perifer (dilaporkan bahwa

15-25% penderita dengan penyakit aterosklerotik ekstremitas bawah yang

simtomatik juga menderita stenosis pada arteri renalis), apabila terjadi perburukan

Page 20: Bab 5

80

fungsi Ginjal setelah pemberian ACE-Inhibitor, azotemia (serum kreatinin

leve>1,5 mg/dl), proteinuria sedang (<1,5 gr/hari), terjadi perburukan

paradoksikal dari hipertensi setelah pemberian diuretik, gagal jantung berulang.

Termasuk disini adalah pre-eklampsia dan eklamsia. Peningkatan tekanan

darah pada kehamilan >20 minggu dengan proteinuria disebut pre-eklamsia.

Apabila disertai kejang-kejang, maka hal ini disebut eklampsia. Patogenesis

hipertensi karena kehamilan multi faktor. Studi epidemiologi menunjukkan pre-

eklampsia dan eklampsia disebabkan oleh suatu reaksi imunologis, hal ini

disebabkan oleh suatu reaksi imunologis, hal ini disebabkan pelepasan zat

vasoaktif dan faktor angiogenik yang mengaktifkan sistem koagulasi dan

vasokonstriksi. Teori baru mengatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit jejas

endotel dan kelainan otot polos vaskular, banyak substansi vasoaktif seperti

Vascular Endothelial Growth Factor, Placenta growyh Factor dan soluble

thyroxine kinase 1 dibebaskan yang merusak endotel. Teori ini berdasarkan

penemuan dimana pada pemberian asetil kolin, maka respon vasodilatasi yang

endhotelial dependent maupun yang endothelial independent semuanya menurun

pada pasien pre eklampsia. Dapat di buktikan bahwa pasien yang pernah

mengalami pre-eklampsia dan eklampsia memiliki resiko 7-8 kali menderita

penyakit jantung iskemia dibanding wanita normal (Peter, 2010 :74).

Peneliti berpendapat bahwa penyakit ginjal dan penyakit kehamilan

berpengaruh besar dalm meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan tabel silang

antara tekanan darah dan faktor penyakit di dapat bahwa hipertensi stage 2

memiliki presentase paling banyak pada responden yang mempunyai penyakit

ginjal sebesar 70%.

Page 21: Bab 5

81

5.3 Keterbatasan

Keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah

1. Penelitian hanya di ambil di daerah Puskesmas Wiyung saja sehingga

kesimpulan yang didapat hanya untuk puskesmas wiyung saja.

2. Pada penelitian hanya dilakukan dengan wawancara terpimpin tanpa

menggunakan uji laboratorium sehingga hasil penelitian kurang menuaskan.

3. Pengambilan data dilakukan secara non probability tanpa adanya generalisasi

sehingga hanya menggunakan ukuran data sentral dan tabel frekuensi sehingga

hasil penelitian kurang akurat.

4. Penelitian ini tidak bersifat reversibel pada beberapa faktor seperti penyakit

ginjal, dan penyakit kehamilan pre eklamsi dan eklamsi.