BAB I - BAB 5 PERKOT

54
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi. Sedangkan menurut ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 29 menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik paling sedikit 20% dari wilayah kota. Namun pada kenyataannya, hanya kurang lebih 10% hingga 20% dari keseluruhan luas perkotaan yang dapat dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau. Dapat di lihat, bahwa daerah perkotaan telah menjadi daerah komersil yang setiap jengkalnya dimanfaatkan untuk usaha dan pembangunan lainnya. James Siahaan (2010) menyatakan bahwa kecenderungan terjadinya penurunan kuantitas ruang publik, terutama RTH pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari 35% pada awal tahun 1970-an menjadi 10% pada saat ini. Ruang terbuka hijau yang ada sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan dan kawasan permukiman baru.

description

perancangan kota kesimpulan dari makalah tugas perancangan kota

Transcript of BAB I - BAB 5 PERKOT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau

adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam

bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van

FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah fasilitas yang memberikan

kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan

suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi.

Sedangkan menurut ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian

RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang Pasal 29 menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling

sedikit 30% dari luas wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik paling sedikit

20% dari wilayah kota. Namun pada kenyataannya, hanya kurang lebih 10% hingga 20%

dari keseluruhan luas perkotaan yang dapat dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau.

Dapat di lihat, bahwa daerah perkotaan telah menjadi daerah komersil yang setiap

jengkalnya dimanfaatkan untuk usaha dan pembangunan lainnya.

James Siahaan (2010) menyatakan bahwa kecenderungan terjadinya penurunan

kuantitas ruang publik, terutama RTH pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota

besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari

35% pada awal tahun 1970-an menjadi 10% pada saat ini. Ruang terbuka hijau yang ada

sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan dan kawasan permukiman

baru.

2

Berdasarkan latar belakang di atas, Jakarta sebagai salah satu kota besar yang sangat

perlu diperhatikan kuantitas ruang publik terutama RTH, maka dipilihlah salah satu lokasi

di Jakarta sebagai lokasi kajian Ruang Terbuka Hijau, yaitu taman kelurahan di kawasan

Kelurahan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk Ruang Terbuka Hijau pada taman kelurahan Lubang Buaya,

Cipayung?

2. Apa pengaruh yang dihasilkan dari taman kelurahan di kawasan Kelurahan Lubang

Buaya, Cipayung?

3. Bagaimana aspek visual dalam unsur alam dan buatan pada Ruang Terbuka Hijau

(RTH) di taman kelurahan kawasan Lubang Buaya, Cipayung?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan mamahami bagaimana bentuk Ruang Terbuka Hijau pada taman

kelurahan Lubang Buaya, Cipayung

2. Mengetahui dan memahami apa pengaruh yang dihasilkan dari taman kelurahan

Lubang Buaya, Cipayung

3. Mengetahui dan memahami bagaimana aspek visual dalam unsure alam dan buatan

pada Ruang Terbuka Hijau di taman kelurahan kawasan Lubang Buaya, Cipayung

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan kepada penulis untuk memperluas wawasan penerapan

teori dan pengetahuan yang telah diterima di dalam perkuliahan pada studi nyata

2. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang ruang terbuka publik dalam teori kota

3. Dapat dijadikan referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang ruang terbuka

hijau

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab disertakan daftar pustaka yang sesuai

dengan kebutuhan penelitian yakni :

3

BAB I PENDAHULUAN yakni menguraikan beberapa pokok persoalan, yaitu latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA yaitu menguraikan pustaka/literatur untuk dapat

menjelaskan materi dan teori yang sesuai dengan judul penelitian dan dibuat untuk

mempermudah menguraikan hasil penelitian sesuai dengan objek amatan penelitian. Selain

itu kajian pustaka ini juga berisi mengenai pustaka/literatur yang sesuai dengan materi,

tema, dan judul yang diambil dalam Perancangan Kota.

BAB III STUDI KASUS yaitu menguraikan suatu objek permasalahan melalui suatu

kasus yang terdiri dari unit tunggal dan menjelaskan bagaimana keberadaan dan megapa

kasus tersebut dapat terjadi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN yakni menguraikan hasil pengamatan

yang mencakup semua aspek terkait dengan penelitian, penjelasan tentang keterkaitan

antara faktor-faktor dan data penelitian yang diperoleh dan membahas masalah-masalah

yang diajukan, serta merupakan bagian inti yang memaparkan uraian penelitian sesuai

dengan batasan dan permasalahan yang dibahas.

BAB V PENUTUP yakni menguraikan hasil dari penelitian perancangan kota dengan

membuat kesimpulan mengenai apa yang terjadi dan memberi jawaban terhadap masalah

yang diajukan serta saran-saran yang terkait sehubungan kesimpulan yang didapat dan

memberi saran dari hasil penelitian di lapangan, sehingga menjadi lebih baik lagi.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik

dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur di mana dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka

terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok,

yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh

tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

2.2. Penyediaan dan Pemanfaatan RTH dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah

Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan

Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang

yang cukup bagi:

a. kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;

b. kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi;

c. area pengembangan keanekaragaman hayati;

d. area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;

e. tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;

f. tempat pemakaman umum;

g. pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;

h. pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;

i. penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria

pemanfaatannya;

5

j. area mitigasi/evakuasi bencana; dan

k. ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan tidak

mengganggu fungsi utama RTH tersebut.

2.3. Tujuan Penyelenggaraan RTH

Tujuan penyelenggaraan RTH adalah:

a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;

b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam

dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;

c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan

perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

2.4. Fungsi RTH

RTH memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara

(paru-paru kota);

pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat

berlangsung lancar;

sebagai peneduh;

produsen oksigen;

penyerap air hujan;

penyedia habitat satwa;

penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta;

penahan angin.

b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

Fungsi sosial dan budaya:

menggambarkan ekspresi budaya lokal;

merupakan media komunikasi warga kota;

tempat rekreasi;

6

wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari

alam.

Fungsi ekonomi:

sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur

mayur;

bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainlain.

Fungsi estetika:

meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala

mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap

kota secara keseluruhan;

menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;

pembentuk faktor keindahan arsitektural;

menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak

terbangun.

Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai

dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air,

keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.

2.5. Manfaat RTH

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:

a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk

keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk

dijual (kayu, daun, bunga, buah);

b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih

udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah,

pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi

hayati atau keanekaragaman hayati).

2.6. Tipologi RTH

Pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH sebagaimana Gambar 2.1.

7

Gambar 2.1 Tipologi RTH

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,

kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,

lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat

berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.

Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,

memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang

perkotaan.

Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat.

Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat adalah sebagaimana tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kepemilikan RTH

8

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi

ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus

untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area

bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk

aksesibilitas bagi penyandang cacat.

Karakteristik RTH disesuaikan dengan tipologi kawasannya. Berikut ini tabel arahan

karakteristik RTH di perkotaan untuk berbagai tipologi kawasan perkotaan:

Tabel 2.2 Kepemilikan RTH

9

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

2.7. Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan

a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:

ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;

proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri

dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau

privat;

apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah

memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka

proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan

ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat,

maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang

diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap

melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal.

b. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

10

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan

mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita

sesuai peraturan yang berlaku.

Tabel 2.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

c. Penyediaan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan,

sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman

pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya

tidak teganggu.

RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan

listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan

sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air.

2.8. Arahan Penyediaan RTH pada Lingkungan Permukiman

a. RTH Taman Rukun Tetangga

11

Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani

penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya untuk melayani kegiatan sosial di

lingkungan RT tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan

luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300 m dari rumah-

rumah penduduk yang dilayani.

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari

luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman, juga terdapat

minimal 3 (tiga) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

b. RTH Taman Rukun Warga

RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk taman yang

ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan

olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas

taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal 1.250 m

2. Lokasi

taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah penduduk yang

dilayaninya.

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari

luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan

berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai

keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil

atau sedang.

c. RTH Kelurahan

RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk

melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30 m2 per penduduk

kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah

kelurahan yang bersangkutan.

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari

luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan

berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai

keperluan, juga terdapat minimal 25 (duapuluhlima) pohon pelindung dari jenis pohon

kecil atau sedang untuk jenis taman aktif dan minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung

dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

12

d. RTH Kecamatan

RTH kecamatan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk

melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk

kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah

kecamatan yang bersangkutan.

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari

luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan

berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai

keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil

atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon

kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

2.9. Pemanfaatan RTH pada Lingkungan/Permukiman

RTH pada Lingkungan/Permukiman dapat dioptimalkan fungsinya menurut jenis

RTH berikut:

a. RTH Taman Rukun Tetangga

Taman Rukun Tetangga (RT) dapat dimanfaatkan penduduk sebagai tempat

melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut.

Untuk mendukung aktivitas penduduk di lingkungan tersebut, fasilitas yang harus

disediakan minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak.

Selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sosial, RTH Taman Rukun

Tetangga dapat pula dimanfaatkan sebagai suatu community garden dengan menanam

tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan

oleh warga.

13

Gambar 2.2 Contoh 1 Taman Rukun Tetangga

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

14

Gambar 2.3 Contoh 2 Taman Rukun Tetangga

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

b. RTH Taman Rukun Warga

RTH Rukun Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan remaja,

kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya di lingkungan RW tersebut.

15

Fasilitas yang disediakan berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga

maupun aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang dipasang secara

berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi antar warga, dan beberapa

jenis bangunan permainan anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak

remaja.

16

Gambar 2.4 Contoh Taman Rukun Warga

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

c. RTH Taman Kelurahan

RTH kelurahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penduduk dalam

satu kelurahan.

Taman ini dapat berupa taman aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga

(serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif, dimana

aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat pasif, misalnya duduk atau

bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohonpohon tahunan.

Tabel 2.4 Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kelurahan

17

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

18

Gambar 2.5 Contoh Taman Kelurahan (Rekreasi Aktif)

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

19

Gambar 2.6 Contoh Taman Kelurahan (Rekreasi Pasif)

20

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

d. RTH Taman Kecamatan

RTH kecamatan dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan berbagai

aktivitas di dalam satu kecamatan.

Taman ini dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama lapangan olahraga,

dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif untuk kegiatan yang

lebih bersifat pasif, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau. Kelengkapan taman ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kecamatan

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

21

Gambar 2.7 Contoh Taman Kecamatan

22

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

2.10. Bentuk Ruang Terbuka

1. Menurut Rob Krier Urban Space di klasifikasikan menjadi dua jenis Yaitu :

a. Memanjang : ruang terbuka yang cenderung hanya mempunyai batas-batas di

sisi-sisinya (jalan, sungai, pedestrian)

b. Cluster : ruang terbuka yang mempunyai batas-batas di sekelilingnya (plaza,

sguare, lapangan, bundaran)

2. Menurut Samuel Zisman menyimpulkan bentuk ruangterbuka di tinjau dari kebutuhan

dibagi dalam tiga type :

a. Open Utility : (fungsi2 utilitas kota dan service : supply air, drainase,

pengendalian banjir)

b. Open Green : Sebagai taman rekreasi dan ekologis ( Park dan rekreasi, jalur hijau

dan daerah hijau, proteksi indah dan alami )

c. Corridor Space : pergerakan, transportasi dan pedestrian untuk mobilitas kota,

biasanya dalam bnetuk fasilitas umum untuk public akses

2.11 RTH Kota/ Perkotaan

a. RTH Taman Kota

RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota

atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan

standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2.

Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan

fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% -

90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa

pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar

berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.

b. Hutan Kota

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota yang

berfungsi untuk:

Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;

23

Meresapkan air;

Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan

Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.

Hutan kota dapat berbentuk:

Bergerombol atau menumpuk: hutan kota dengan komunitas vegetasi

terkonsentrasi pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon

dengan jarak tanam rapat tidak beraturan;

Menyebar: hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan

luas minimal 2500 m. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar

dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari luas

hutan kota;

Berbentuk jalur: hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti

bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar minimal

hutan kota berbentuk jalur adalah 30 m.

Struktur hutan kota dapat terdiri dari:

Hutan kota berstrata dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuhtumbuhan

pepohonan dan rumput;

Hutan kota berstrata banyak, yaitu memiliki komunitas tumbuhtumbuhan

selain terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak dan penutup

tanah dengan jarak tanam tidak beraturan.

Gambar 2.8 Pola Tanam Hutan Kota Strata 2

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

24

Gambar 2.9 Pola Tanam Hutan Kota Strata Banyak

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

Luas ruang hijau yang diisi dengan berbagai jenis vegetasi tahunan minimal seluas 90%

dari luas total hutan kota.

Dalam kaitan kebutuhan air penduduk kota maka luas hutan kota sebagai produsen air

dapat dihitung dengan rumus:

Gambar 2.10 Rumus Kebutuhan Air Penduduk Kota

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

Hutan kota dalam kaitan sebagai produsen oksigen dapat dihitung dengan metode Gerakis

(1974), yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988), sebagai berikut:

25

Gambar 2.11 Rumus Perhitungan Kebutuhan Oksigen Penduduk Kota

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

c. Sabuk Hijau

Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk

membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan

lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling

mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya.

Sabuk hijau dapat berbentuk: ƒ

RTH yang memanjang mengikuti batas-batas area atau penggunaan lahan tertentu,

dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai pembatas atau pemisah; ƒ

Hutan kota; ƒ

Kebun campuran, perkebunan, pesawahan, yang telah ada sebelumnya (eksisting) dan

melalui peraturan yang berketetapan hukum, dipertahankan keberadaannya.

Fungsi lingkungan sabuk hijau: ƒ

Peredam kebisingan; ƒ

Mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari; ƒ

Penapis cahaya silau; ƒ

Mengatasi penggenangan; daerah rendah dengan drainase yang kurang baik sering

tergenang air hujan yang dapat mengganggu aktivitas kota serta menjadi sarang nyamuk.

ƒ

26

Penahan angin; untuk membangun sabuk hijau yang berfungsi sebagai penahan angin

perlu diperhitungkan beberapa faktor yang meliputi panjang jalur, lebar jalur.

Mengatasi intrusi air laut; RTH hijau di dalam kota akan meningkatkan resapan air,

sehingga akan meningkatkan jumlah air tanah yang akan menahan perembesan air laut ke

daratan.

Penyerap dan penepis bau;

Mengamankan pantai dan membentuk daratan;

Mengatasi penggurunan.

d. RTH Jalur Hijau Jalan

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–

30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan

pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan

persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat,

yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.

Gambar 2.12 Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

e. Pulau Jalan dan Median Jalan

Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada

persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang

membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa

taman atau non taman. Dalam pedoman ini dibahas pulau jalan dan median yang

berbentuk taman/RTH.

a. Pada jalur tanaman tepi jalan

Peneduh

27

a) ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median);

b) percabangan 2 m di atas tanah;

c) bentuk percabangan batang tidak merunduk;

d) bermassa daun padat;

e) berasal dari perbanyakan biji;

f) ditanam secara berbaris;

g) tidak mudah tumbang.

Contoh jenis tanaman:

a) Kiara Payung (Filicium decipiens)

b) Tanjung (Mimusops elengi)

c) Bungur (Lagerstroemia floribunda)

28

BAB III

STUDI KASUS

3.1 Profil Kota

Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan kota yang paling luas di

antara kota-kota lainnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kota Administrasi

Jakarta Timur juga memiliki jumlah penduduk yang paling banyak.

Berdasarkan sumber data Sudin Kependudukan dan Cacatan Sipil Kota

Administrasi Jakarta Timur, jumlah penduduk sampai dengan tahun 2013

adalah 2.832.515 jiwa, yang terdiri dari 1.443.222 laki-laki dan 1.389.293

perempuan.

Sementara untuk rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota

Administrasi Jakarta Timur cukup tinggi, yaitu sekitar 15.064 jiwa/km2

dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Matraman

mencapai 37.5292 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Kecamatan Cipayung

sebesar 8.253 jiwa/km2.

Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Timur dibagi ke dalam 10

Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar,

Kramatjati, Jatinegara, Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman.

Adapun jumlah kelurahan di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah 65

kelurahan.

Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Jakarta Timur terdiri 95 %

daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50

meter dari permukaan air laut. Kota Administrasi Jakarta Timur Jakarta Timur

dilalui oleh 7 (tujuh) sungai/kali yaitu Kali Ciliwung, Kali Sunter, Kalimalang,

Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Jatikramat dan Kali Cakung.

Kondisi iklim yang menyelimuti Kota Administrasi Jakarta Timur

berada pada tekanan udara sekitar 1.009,2 mb dan kelembaban udara rata-rata

79,0 persen. Kecepatan angin 4,1 knot serta arah angin pada bulan Januari-

Maret ke arah utara, April-September ke arah Timur laut, dan Oktober-

29

Desember ke arah Barat. Arah angin Oktober-Desember sering menimbulkan

hujan lebat seperti halnya wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Gambar 3.1 Peta DKI Jakarta

Sumber : www.google.com/maps

3.1.1 Profil Wilayah

Kecamatan Cipayung terletak antara 1060 49’ 35’’ Bujur Timur

dan 060 10’ 37’’ Lintang Selatan, memiliki luas daerah 28.45 km2

dengan jumlah penduduk 234.795 jiwa dan tingkat pertumbuhan

penduduk 2,30% per tahun sehingga memiliki kepadatan penduduk

8.253 jiwa/km2, terendah di Jakarta Timur.

Gambar 3.2 Kecamatan Cipayung

Sumber : www.google.com/maps

30

3.1.2 Orientasi Wilayah

Batas wilayah Kecamatan Cipayung adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Makasar - Jakarta Timur

Sebelah Selatan : Kecamatan Cibinong - Kabupaten

Bogor

Sebelah Timur : Kecamatan Pondok Gede - Jakarta

Timur

Sebelah Barat : Kecamatan Ciracas - Jakarta Timur

Secara persentase, lahan di Kecamatan Cipayung didominasi oleh

kegiatan perumahan besar 73,32% dari total luas kecamatan dengan

peruntukan terkecil berupa industri sebesar 1,07%.

3.2 Peraturan Daerah

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan. Pada Bab II mengenai penyediaan RTH di kawasan perkotaan

berdasarkan:

Penyediaan RTH berdasarkan Jumlah Penduduk

Tabel 3.1 Penyediaan RTH berdasarkan Jumlah Penduduk

31

Arahan Penyediaan RTH : Pada Lingkungan/Pemukiman

1. RTH Taman Rukun Tetangga

Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan

untuk melayani penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya

untuk melayani kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut. Luas

taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan luas

minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300

m dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. Luas area yang

ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari

luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai

tanaman, juga terdapat minimal 3 (tiga) pohon pelindung dari jenis

pohon kecil atau sedang.

2. RTH Taman Rukun Warga

RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam

bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW,

khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta

kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas

taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal

1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 1000 m

dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya. Luas area yang

ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari

luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai

tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain

ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat

minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau

sedang.

3. RTH Kelurahan

RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang

ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini

minimal 0,30 m2 perpenduduk kelurahan, dengan luas minimal

taman 9.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kelurahan yang

32

bersangkutan. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau)

minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya dapat berupa

pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai

aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman

sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 (dua puluh lima) pohon

pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman

aktif dan minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis

pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

4. RTH Kecamatan

RTH kecamatan dapat disediakan dalam bentuk taman yang

ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman

ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman

minimal 24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan

yang bersangkutan. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau)

minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya dapat berupa

pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai

aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman

sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima puluh) pohon

pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk taman aktif dan

minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon kecil atau

sedang untuk jenis taman pasif.

Kriteria Vegetasi untuk RTH Taman dan Taman Kota

Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman

kota adalah

sebagai berikut:

a. tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah,

perakaran tidakmengganggu pondasi;

b. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

c. ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi

warna lain seimbang;

d. perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;

33

e. kecepatan tumbuh sedang;

f. berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;

g. jenis tanaman tahunan atau musiman;

h. jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan

yang optimal;

i. tahan terhadap hama penyakit tanaman;

j. mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;

k. sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang

burung.

Sedangkan pada Bab III mengenai pemanfaatan RTH di kawasan

perkotaan berdasarkan:

Pemanfaatan RTH : Pada Lingkunga/Pemukiman

RTH pada Lingkungan/Permukiman dapat dioptimalkan

fungsinya menurut jenis RTH berikut:

1. RTH Taman Rukun Tetangga

Taman Rukun Tetangga (RT) dapat dimanfaatkan penduduk

sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan

RT tersebut. Untuk mendukung aktivitas penduduk di lingkungan

tersebut, fasilitas yang harus disediakan minimal bangku taman dan

fasilitas mainan anak-anak. Selain sebagai tempat untuk melakukan

aktivitas sosial, RTH Taman Rukun Tetangga dapat pula

dimanfaatkan sebagai suatu community garden dengan menanam

tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan yang

dapat dimanfaatkan oleh warga.

34

Gambar 3.3 Contoh Taman RT

Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008

2. RTH Rukun Warga

RTH Rukun Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai

kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan

sosial lainnya di lingkungan RW tersebut. Fasilitas yang disediakan

berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga maupun

aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang dipasang

secara berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan

bersosialisasi antar warga, dan beberapa jenis bangunan permainan

anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak remaja.

35

Gambar 3.4 Contoh Taman RW

Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008

3. RTH Kelurahan

RTH kelurahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan

penduduk dalam satu kelurahan. Taman ini dapat berupa taman

aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga (serbaguna),

dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif,

dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat

pasif, misalnya duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi

oleh ruang hijau dengan pohon-pohon tahunan.

Tabel 3.2 Contoh Kelengkapan Fasilitas Taman Kelurahan

Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008

36

Gambar 3.5 Contoh Taman Kelurahan

Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008

4. RTH Kecamatan

RTH kecamatan dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk

melakukan berbagai aktivitas di dalam satu kecamatan. Taman ini

dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama lapangan olahraga,

dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif

untuk kegiatan yang lebih bersifat pasif, sehingga lebih didominasi

oleh ruang hijau. Kelengkapan taman ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Contoh Kelengkapan Fasilitas Taman Kecamatan

37

Gambar 3.6 Contoh Taman Kecamatan

Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008

3.3 Artikel Tentang Taman Kota

Kawasan Hutan Kota dan Taman Kota

Sumber : http://timur.jakarta.go.id/menu-potensi-wilayah.html

Padatnya manusia menjadi masalah lingkungan di perkotaan.

Pertumbuhan penduduk mempengaruhi perkembangan permukiman serta

kebutuhan prasarana dan sarana, fisik kawasan kota mungkin berkembang

secara ekonomi, namun mutu lingkungannya turun. Ruang gerak di kota serba

sumpek, pengap, berjubel, bising, air, tanah, udara tercemar.

38

Kota yang sehat mestinya memiliki sejumlah lahan terbuka. Sebagai

hutan kota, lahan ini bermanfaat menjadi sumber udara bersih untuk

mengimbangi pencemaran udara dan suara bising dari mesin pabrik atau

kendaran bermotor. Masyarakat dan pemerintah harusnya memahami soal ini

dan segera melakukan tindakan nyata mewujudkan RuangTerbuka Hijau

(RTH) di kota.

Menyikapi keadaan tersebut, maka Pemerintah Kota Jakarta Timur

melakukan pengembangan hutan kota dan taman kota yang ada di Jakarta

Timur, karena pembangunan hutan kota merupakan bagian dari pengelolaan

lingkungan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Itu berarti pemerintah dan

warga masyarakat sama-sama punya tanggungjawab mendorong

pembangunan RuangTerbuka Hijau di lingkungan mereka.

Melihat pentingnya hutan kota sebagai paru-paru kota yang dapat

membantu menetralisir pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan

bermotor, maka kelestarian hutan kota dan taman kota perlu dijaga dengan

baik.

3.4 Studi Kasus

3.4.1 Lokasi

Taman Bambu terletak di Jl. Pagelarang RT 06/01 Cipayung

Jakarta Timur dengan luas lahan 29.330 m2 yang diperuntukan sebagai

taman dan merupakan taman kecamatan. Taman bambu berbatasan

dengan pemukiman warga. Untuk mencapai taman ini adalah dengan

menggunakan kendaraan pribadi.

39

Gambar 3.7 Lokasi Taman Bambu

Sumber : www.google.com/maps

3.4.2 Deskripsi

Taman bambu memiliki berbagai fasilitas diantaranya parkir,

pos jaga, gazebo, lapangan dan perlengkapan bermain, serta street

furniture. Selain itu terdapat berbagai jenis tanaman dan beberapa

danau buatan yang dipergunakan untuk memancing oleh para

pengunjung. Kontur taman bambu adalah datar dan berbukit.

Taman bambu ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai

kegiatan seperti sebagai tempat rekreasi, bermain, memancing, sekadar

duduk-duduk atau bersantai.

Gambar 3.8 Gazebo dan Toilet

Sumber : Dokumentasi Pribadi

40

Gambar 3.9 Perlengkapan Bermain

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.10 Street Furniture (Signed, Tempat Sampah, Tempat Duduk, Lampu)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.11 Vegetasi dan Danau di Taman Bambu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.5 Studi Banding

Taman Ganesha merupakan salah satu RTH di Kota Bandung

seluas + 9.607m2 yang terletak di Jalan Ganesha, Kecamatan Coblong,

Kelurahan Lebak Siliwangi bersebelahan dengan Masjid Salman dan

berdekatan dengan ITb dan SMAN 1 . Taman yang dibangun pada tahun 1919

ini dahulu dikenal dengan nama Ijzermanpark yaitu diambil dari nama

pendirinya Dr. Ir. J.W Ijzerman.

41

Fungsi Taman Ganesha saat ini adalah sebagai tempat berkumpulnya

warga dan berkegiatan (bermain, membaca, makan, sekedar duduk-duduk,

atau bahkan berjualan).

Pencapaian ke taman ganesha adalah melalui 6 pintu masuk; yaitu 2

dibagian utara kanan dan kiri, 1 dibagian timur, 1 dibagian barat, dan 2 pintu

pada kanan dan kiri bagian selatan taman.

Gambar 3.12 Pencapaian ke Taman Ganesha

Sumber : https://sites.google.com/site/tamanbandung/taman-kota-bandung/taman-ganesha

Tabel 3.4 Fasilitas dan Elemen Pada Taman Ganesha

No. Sarana Keterangan Kondisi Saat Ini

1 Toilet Kamar kecil yang

dilengkapi bak air

dan jamban

2 Lampu Taman Berfungsi sebagai

penerang taman di

malam hari dan

memperindah

kondisi taman

42

3 Bangku Taman Tempat Pengunjung

dapat duduk dengan

santai dan

menikmati suasana

taman

4 Air Mancur Berfungsi untuk

meningkatkan nilai

estetis taman

5 Tempat

Sampah

Tempat

menampung

sampah para

pengujung

6 Signage Penunjuk arah

berisi informasi

tertentu

7 Focal Point Titik pusat

perhatian

Sumber : https://sites.google.com/site/tamanbandung/taman-kota-bandung/taman-ganesha

43

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Gambaran Taman dari Peta

Sumber : www.googlemaps.com

Taman Bambu merupakan salah satu RTH di kota Jakarta Timur seluas ± 3,778 ha

yang terletak di Kecamatan Cipayung Kelurahan Lubang Buaya. Taman yang dibangun pada

tahun 2010 ini berdekatan dengan monumen Lubang Buaya dan Taman Mini Indonesia

Indah. Diantara taman-taman lain yaitu : taman kembang sepatu di daerah Kelurahan Setu

dan taman yang berada di daerah Kelapa Dua Wetan memiliki tema yang sama. Fungsi

Taman Bambu saat ini adalah sebagai tempat berkumpulnya warga dan berkegiatan (senam

sehat bersama, memancing, jogging, bermain, membaca, makan, sekedar duduk-duduk, atau

bahkan berjualan).

Tabel 4.1 Gambaran Situasi Taman Bambu

44

Gambar 4.2 Identitas Taman Bambu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.3 Gerbang Masuk Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.4 Gerbang Masuk Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.5 Jalur Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.6 Tanaman Perdu sekitar Tembok

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.7 Danau Buatan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

45

Gambar 4.8 Danau Buatan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.9 Bukit Buatan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.10 Jalur Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.11 Bukit Buatan Berkontur

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.12 Taman Terlihat dari Bukit

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.13 Area Duduk Pinggir Danau

Sumber : Dokumentasi Pribadi

46

Gambar 4.14 Jalur Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.15 Tampak Bukit

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.16 Pedestrian Paving Block

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.17 Tanaman Semak Hias

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.18 Gazebo

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.19 Tanaman Semak Hias

Sumber : Dokumentasi Pribadi

47

Gambar 4.20 Tanaman Semak Hias

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.21 Tampak Bukit Buatan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.22 Jalur Jogging Track

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.23 Tempat Sampah

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.24 Jalur Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.25 Danau Buatan 2

Sumber : Dokumentasi Pribadi

48

Gambar 4.26 Danau Buatan 2

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.27 Drainase Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.28 Anak Bermain Lumpur

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.29 Peraturan Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.30 Tempat Sampah

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.31 Lapangan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

49

Gambar 4.32 Anak Bermain Bola

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.33 Toilet Umum

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.34 Ayunan Anak-Anak

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.35 Mainan Anak

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kelengkapan Taman

Fasilitas

No. Kelengkapan

Taman

Ada/

tidak Gambar dan Keterangan

1 Lapangan

Terbuka

Lapangan

Volley

Lapangan

Basket

Ada

Gambar 4.36 Lapangan Olahraga

Sumber : Dokumentasi Pribadi

50

2 Trek Lari Ada

Gambar 4.37 Trek Lari dan Pedestrian

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3 WC Umum Ada

Gambar 4.38 Toilet Umum

Sumber : Dokumentasi Pribadi

4 Parkir

Kendaraan

Ada

Gambar 4.39 Parkir Kendaraan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

5 Kursi- Kursi

Taman

Ada

Gambar 4.40 Area Duduk Pengunjung Taman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Vegetasi

1 Minimal 50

pohon (sedang

dan Kecil)

Ada

Lebih

Dari

50

pohon

51

Gambar 4.41 Pohon

Sumber : Dokumentasi Pribadi

2 Semak ada

Gambar 4.42 Tanaman Semak

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3 Perdu ada

Gambar 4.43 Tanaman Perdu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

4 Penutup Tanah

Rumput

Paving block

Aspal

ada

Gambar 4.44 Ground Cover

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Taman Bambu merupakan contoh dari RTH tingkat kecamatan dapat disediakan

dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas

taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000

m2. (taman ini luas 37.880 m

2) Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan Cipayung

Jakarta Timur.

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 80% - 90% dari luas

taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan

berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai

keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil

atau sedang untuk taman aktif yang sedang dalam proses tumbuh.

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif

untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan

transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga

menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Hal ini umumnya

merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak

ekonomis. Maka dari itu perlunya keberadaan RTH untuk melestarikan dan menjaga

kestabilan lingkungan perkotaan.

Taman Bambu merupakan salah satu RTH di kota Jakarta Timur seluas ± 3,778 ha

yang terletak di Kecamatan Cipayung Kelurahan Lubang Buaya. Taman Bambu ini

merupakan contoh dari RTH tingkat kecamatan yang disediakan sebagai fasilitas pendukung

keberadaannya RTH pada suatu wilayah. Dimana dapat disediakan dalam bentuk taman yang

ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Taman ini mempunyai luas minimal 0,2

m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000 m

2. Keberadaan taman ini

dapat menjadi contoh untuk melengkapi suatu fasilitas kemajuan ekologi terhadap RTH

(Ruang Terbuka Hijau) yang mampu memberikan kelestarian dan kestabilan lingkungan

perkotaan sekitar.

Tak lepas dari peran sebagai pemanfaatan lahan RTH, ruang hijau tentunya

mempunyai suatu keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat dan ciri

serta kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus

menjadi bahan pertimbangan dalam menseleksi jenis-jenis yang akan ditanam. RTH

perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai fungsi yang terkait dengan

keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang

dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas

lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai

kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam

suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya

harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.

53

5.2 Saran

Setelah menjelaskan mengenai persoalan Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta studi

kasus terhadap taman kota “Taman Bambu” yang terdapat di lingkungan kecamatan. Ada

beberapa upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah dan Masyarakat, antara lain adalah:

1. Menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan (NSPM) untuk peyelenggaraan dan

pengelolaan RTH.

2. Menetapkan kebutuhan luas minimum RTH sesuai dengan karakteristik kota, dan

indikator keberhasilan pengembangan RTH suatu kota.

3. Meningkatkan kampanye dan sosialisasi tentang pentingnya RTH melalui gerakan

kota hijau (green cities).

4. Mengembangkan proyek-proyek percontohan RTH untuk berbagai jenis dan bentuk

yang ada di beberapa wilayah kota.

5. Upaya yang dilakukan masyarakat adalah tetap menjaga kebersihan lingkungan dan

senantiasa mendukung seluruh rencana pemerintah dalam merencanakan RTH di

wilayah kota.

54

DAFTAR PUSTAKA

UU No. 26 Tahun 2007

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

Dwihatmojo, Roswidyatmoko. Ruang Terbuka Hijau yang Semakin Terpinggirkan.

Badan Informasi Geospasial.