BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00289-MN Bab...
Transcript of BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00289-MN Bab...
BAB 4
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Profile Perusahaan dan Responden
4.1.1 Profile PT. Sumber Makmur
PT Sumber Makmur atau yang lebih dikenal dengan Sumber Makmur Ban
merupakan salah satu perusahaan yang berperan sebagai agen dalam melakukan
penjualan serta bengkel ban dan velg mobil. Sumber Makmur Ban yang beralamat di Jalan
Daan Mogot 119 blok B1-2, Jakarta telah memulai operasinya sejak akhir tahun 1985 dan
merupakan salah satu authorized dealer atau TOMO (Toko Model) dari PT Bridgestone Tire
Indonesia. TOMO diambil dari sebuah kata dalam bahasa Jepang, Tomodachi, yang berarti
teman. Ide dari kata tersebut adalah dengan teman yang saling mendukung, maka
perjuangan memenangkan persaingan bisnis yang amat ketat akan lebih mudah. Hingga
kini, kata TOMO dipakai menjadi singkatan dari kata Toko Model.
Pada awal pendiriannya, Sumber Makmur Ban hanya berstatus perusahaan kecil.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1998 status badan hukum
perusahaan berubah menjadi berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang berdiri berdasarkan
akte notaris Akhmad Tolip dan disertai dengan surat lainnya, seperti adanya SIUP (Surat
Izin Usaha Perdagangan) nomor 1729/0349/09-03/PK/’85 dan TDUP (Tanda Daftar Usaha
Perdagangan) nomor 0912/09-03/TDUP/IX/1998 yang diresmikan pada tanggal 10
September 1998 oleh Drs. J. Radjagoekgoek.
Selama hampir 23 tahun berdiri, Sumber Makmur Ban tentu saja sudah memiliki
konsumen yang loyal. Konsumennya mayoritas adalah perorangan, namun tak sedikit pula
perusahaan-perusahaan, bengkel-bengkel, serta toko yang melakukan kerja sama
dengannya.
51
S
Pemilik
Sekretaris
Marketing/ Sales Finance/ Accounting Staff Pajak
Staff PenagihanKepala Mekanik
S S S S S S S S D D
Koleksi ban yang dimiliki oleh Sumber Makmur Ban cukup lengkap, mulai dari
buatan lokal hingga impor. Tak hanya Bridgestone, merek lainnya seperti Goodyear,
Dunlop, GT Radial, Achilles, Accelera, Toyo, Firenza, Michelin, Pirelli, Continental,
Yokohama, dan lain sebagainya juga tersedia. Begitu juga dengan velg yang tersedia,
sebut saja merek SSW, Autocouture, Fusion atau Fabulous yang rata-rata merupakan
produksi Taiwan. Selain menjual produk ban dan velg (baik impor maupun lokal), Sumber
Makmur Ban juga melakukan pelayanan jasa berupa bengkel ban. Berbagai pelayanan
seperti spooring 3D computerized, balancing, finish balance, dan service velg racing dapat
ditemui disana.
Pada saat ini, PT. Sumber Makmur telah memiliki karyawan sebanyak 17 orang
yang sangat efektif dalam pembagian dan pelaksanaan tugasnya. Berikut adalah struktur
organisasi dari PT. Sumber Makmur :
Sumber : PT. Sumber Makmur (2008)
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sumber Makmur
52
Keterangan :
S = Staff pekerja (mekanik)
D = Driver (Supir)
Spesifikasi pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :
• Pemilik
- Me-manage segala sesuatunya mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar.
- Turun langsung ke lapangan untuk memantau dan melakukan pengawasan
secara menyeluruh atas semua kegiatan yang terjadi.
- Merumuskan dan menetapkan strategi perusahaan serta membuat perencanaan
jangka panjang.
- Bertanggung jawab secara umum atas kelancaran operasi perusahaan.
• Sekretaris
- Menjadi wakil pemilik dan mewakili pemilik apabila pemilik sedang tidak ada di
tempat.
- Menyusun laporan pertanggungjawaban.
- Memeriksa laporan keuangan.
- Membuat undangan dan mengurusi berbagai surat.
• Marketing/ Sales
- Bertanggung jawab dalam pembelian dan penjualan barang.
- Memantau pembelian dan penjualan, kemudian melaporkannya kepada pemilik.
53
- Melakukan promosi untuk meningkatkan volume penjualan dan mencari
informasi mengenai pasar.
• Finance/ Accounting
- Memantau pengeluaran dan pemasukan, kemudian melaporkannya kepada
pemilik.
- Melakukan pencatatan atas segala kegiatan keluar masuknya arus keuangan.
- Bertanggung jawab dalam penggunaan uang, pencatatan bukti transaksi sampai
membuat laporan keuangan secara periodik.
• Staff Pajak
- Mengurusi pembayaran pajak perusahaan dan berbagai administrasi mengenai
perpajakan.
- Menangani pajak yang bersangkutan dengan kegiatan perusahaan.
• Staff Penagihan
- Menagih piutang dan mengurusi bagian utang piutang.
- Melakukan penagihan terhadap konsumen yang melakukan hutang, kemudian
melaporkan kepada bagian keuangan yang diteruskan langsung ke pemilik.
• Kepala Mekanik
- Mengatur dan memberi tugas kepada staff pekerja.
- Mengatur dan mengawasi pengiriman barang hingga tujuan.
- Melakukan Quality Control bersama pemilik.
54
• Staff Pekerja
- Melaksanakan dan melaporkan setiap pekerjaan yang berasal dari kepala
mekanik.
• Driver (Supir)
- Mengantarkan dan mengambil barang.
4.1.2 Profile Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah Jakarta Barat khususnya daerah Kebon Jeruk dan sekitarnya. Sedangkan
sampelnya diambil dari responden yang memiliki kendaraan roda empat. Penyebaran
kuesioner dilakukan secara door-to-door kepada responden, dimana alamat responden
sebagian berasal dari database perusahaan, dan sebagian lainnya disebarkan secara acak
kepada responden. Mayoritas sampel bertempat tinggal di kawasan Kebon Jeruk, Jalan
Panjang, Puri Indah, Intercon, dan Meruya.
Pembagian kuesioner dilakukan selama 6 hari, yang dimulai pada tanggal 17
Oktober 2008 hingga 22 Oktober 2008 dengan total sebanyak 97 responden.
4.2 Analisa Kondisi Pangsa Pasar
Kondisi pasar dan perekonomian Indonesia memiliki pengaruh yang besar bagi usaha
perdagangan. Secara umum kondisi ekonomi makro Indonesia pada tahun 2007 lebih baik
dari tahun 2006. Hal tersebut ditandai dengan pertumbuhan ekonomi (GDP) yang melaju
tinggi masing-masing pada level 5,97% (kwartal I), 6,1% (kwartal II), 6,4% (kwartal III),
55
dan 6,3% (kwartal IV) dan juga ekspor yang mengalami pertumbuhan 10,6% dengan nilai
US$ 117 milyar.
Dari sekian banyak sektor yang turut berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2007, sektor pengangkutan dan komunikasi adalah
sektor yang paling berpengaruh dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya, yaitu dengan
pertumbuhan sebesar 11,90%.
Pada tahun 2008 dimana terjadi ketidakstabilan ekonomi global dan melonjaknya
harga minyak yang terus berlanjut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia mengalami
perlambatan. Namun, dari sisi domestik, pemerintah sendiri memperkirakan ekonomi tahun
2008 tumbuh sebesar 6,8%. Industri otomotif pun diperkirakan akan lebih baik dari tahun
2007.
Hal tersebut juga terlihat dari tingginya produksi dan penjualan kendaraan bermotor
tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006, walaupun belum dapat mencapai level
produksi dan penjualan tahun 2005. Berikut adalah kinerja industri otomotif selama 3 tahun
terakhir (dalam unit) :
Tabel 4.1 Kinerja Industri Otomotif
2005 2006 2007 07 vs 06
(%)
Mobil
- Produksi
- Penjualan Domestik
(%)
- Ekspor (CBU)
- Impor (CBU)
500.710
533.917
100.0
17.805
31.760
296.008
318.889
59.7
30.974
33.663
411.638
433.341
81.2
60.267
55.112
139.1
135.9
194.6
163.7
Sumber : APBI (2008)
56
Tabel di atas menggambarkan kinerja industri otomotif yang mengalami peningkatan
di tahun 2007, meski sempat mengalami penurunan di tahun 2006.
4.2.1 Analisa Kondisi Pasar Industri Otomotif
Industri otomotif (kendaraan bermotor) merupakan originated driven demand dan
pasar potensial bagi tinggi rendahnya penjualan ban. Di tahun 2007 industri otomotif di
Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi seiring dengan pulihnya kondisi
ekonomi dan daya beli masyarakat setelah terpuruk pada tahun 2006, paska kenaikan
harga BBM di akhir tahun 2005. Produksi mobil dalam tahun 2007 adalah 411.638 unit,
merupakan suatu peningkatan yang cukup tinggi yaitu 39.1% dari tahun 2006 (sebesar
296.008 unit), walaupun belum kembali ke angka produksi tahun 2005 (sebesar 500.710
unit). Sementara penjualan domestik juga mengalami peningkatan sebesar 35.9% dari
318.899 unit tahun 2006 menjadi 433.341 unit tahun 2007.
Berikut adalah tabel mengenai data produksi dan penjualan mobil tahun 2007
dalam perbandingannya dengan tahun 2006 :
Tabel 4.2 Produksi dan Penjualan Mobil Tahun 2006 - 2007
Produksi Penjualan Domestik
Kategori 2006 2007 % (+/-) 2006 2007 % (+/-)
1. Passenger (Sedan) 2.008 1.570 (21.8) 17.565 27.381 55.9
2. Passenger (MVP 4x2) 203.676 302.334 48.4 203.634 285.733 40.3
3. Passenger (SUV 4x4) 637 5.304 732.6 1.183 1.655 39.9
4. Commercial (Bus) 1.254 1.676 33.6 1.561 1.700 8.9
5. Commercial (Truck/ Pickup) 88.433 100.754 13.9 89.540 108.558 21.2
6. Commercial (Double Cabin) - - - 5.416 8.314 53.5
DOMESTIK 296.008 411.638 39.1 318.889 433.341 35.9
57
IMPORT (CBU) 33.663 55.112 63.7 - -
EXPORT (CBU) - - - 30.974 60.267 94.6
TOTAL 329.761 466.750 41.6 349.873 493.608 41.1
Sumber : GAIKINDO (2008)
Naiknya produksi mobil tahun 2007 mengakibatkan penjualan ban di pasar
perakitan (OEM market) juga mengalami peningkatan di tahun 2007 sebesar 32.6%
mencapai 2.343.000 unit dari 1.767.000 unit (tahun 2006).
Dengan meningkatnya penjualan kendaraan bermotor di pasar dalam negeri akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di dalam negeri, yang tentunya
akan menjadi pasar potensial bagi permintaan terhadap ban, baik di pasar perakitan (OEM
market) dan di pasar umum (replacement market). Tingginya permintaan ban di pasar
perakitan (OEM market) juga dapat dilihat dari jumlah produksi kendaraan bermotor di
tahun berjalan, sedangkan jumlah mobil yang terdaftar di seluruh POLDA di Indonesia
merupakan pasar potensial untuk tinggi rendahnya penjualan ban di pasar umum
(replacement market).
Berikut adalah data jumlah mobil terdaftar di Indonesia yang diperoleh dari
Ditlantas POLRI melalui APBI, namun dari data berikut terlihat bahwa pertambahan jumlah
mobil terdaftar sejak tahun 2002, jauh melebihi jumlah penjualan mobil tahunannya di
pasar domestik. Tidak ada keterangan dari mana sisa tambahan mobil tersebut.
58
Tabel 4.3 Jumlah Mobil di Indonesia
POSISI Pertambahan Penjualan Perkiraan Jumlah
Tahun Awal Tahun Akhir Tahun Jumlah Mobil Mobil Domestik Mobil Terdaftar
Akhir Tahun
1998 4.805.686 4.993.072 187.386 58.315 4.854.389
1999 4.993.072 5.171.001 177.929 93.843 4.938.523
2000 5.171.000 5.412.327 241.326 300.963 5.229.608
2001 5.412.327 5.666.074 253.747 299.560 5.518.710
2002 5.666.074 6.609.916 943.842 317.748 5.830.939
2003 6.609.916 9.461.984 2.852.068 354.482 6.182.505
2004 9.461.984 12.871.989 3.410.005 483.148 6.662.561
2005 12.871.989 14.471.750 1.599.761 533.917 7.193.481
2006 14.471.750 15.010.339 538.509 318.897 7.509.140
2007 15.010.339 15.508.573 498.234 433.341 7.942.106
Sumber : APBI (2008)
Menurut data Kepolisian yang dikutip oleh APBI, jumlah mobil terdaftar akhir tahun
2007 adalah sebanyak 15.508.573 unit. Melihat jumlah mobil yang cukup signifikan tersebut,
tentunya dapat membuat bisnis industri ban turut terdongkrak naik.
Industri otomotif di tahun 2008 pun diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2007
yang juga telah meningkat tinggi dari tahun 2006 setelah turun ± 25% dari tahun 2005.
Menurut sumber dari Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) produksi
dan penjualan mobil di tahun 2008 diperkirakan akan naik dari 433.000 unit (2007) menjadi
520.000 unit, dimana kenaikan yang terjadi sebesar ± 20%.
Perkiraan ini dapat menjadi kenyataan bahkan dapat lebih tinggi lagi realisasinya
apabila melihat realisasi penjualan domestik mobil pada Triwulan I/2008 yang mencapai
59
134.587 unit dibandingkan periode yang sama tahun 2007 sebesar 84.520 unit (meningkat
59,2%). Peningkatan penjualan pun semakin tinggi pada bulan April dan Mei 2008, dengan
penjualan bulanan rata-rata yang mencapai ± 50.000 unit mobil. Meskipun terjadinya
kenaikan BBM di akhir bulan Mei 2008 yang tentu saja memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga kebutuhan pokok dan penurunan daya beli, penurunan penjualan pun
terkena dampaknya dalam 3 bulan pertama setelah kenaikan terjadi. Namun tingginya
penjualan dalam 5 bulan pertama tahun 2008, rencana pertama penjualan mobil (520.000
unit) sepertinya masih dapat dicapai.
4.2.2 Analisa Kondisi Pasar Industri Ban
Pulihnya kegiatan ekonomi dan perdagangan mulai awal tahun 2007, secara
berangsur-angsur meningkatkan permintaan ban di pasar. Produksi dan penjualan total
ban mobil selama 10 tahun (1997-2007) telah meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat
(213%). Dengan tahun 2007 sebagai dasar, ini berarti rata-rata pertumbuhannya 8-10%
per tahun. Hal tersebut merupakan suatu pertumbuhan yang cukup baik.
Namun apabila dilihat penjualan pada tiap segmen pasar yang pertumbuhannya
konsisten pada tingkat yang tinggi yaitu 13-15% per tahun, adalah penjualan di pasar
ekspor selama 10 tahun yang pada tahun 2007 sudah mencapai lebih dari 3 kali lipat
(347%) dari posisi tahun 1997. Halaman berikut menggambarkan tabel penjualan ban
untuk kendaraan roda empat selama 10 tahun terakhir.
61
Pertumbuhan di pasar Replacement sangat dipengaruhi oleh stabilitas
perekonomian dan perdagangan serta daya beli masyarakat, walaupun tahun 2005,
penjualan di Replacement market sudah mencapai 117% (atau 10 juta unit ban) dari level
tahun 1997, namun tahun 2006 turun lagi ke posisi 87%, sedangkan tahun 2007 berada
pada level 96%.
Penjualan di pasar OEM pertumbuhannya lebih baik dengan makin kokohnya
industri mobil nasional. Tahun 2005, penjualan di pasar OEM sudah mencapai 141% dari
level tahun 1997, walaupun menurun lagi tahun 2006 ke posisi 88%, namun tahun 2007
sudah kembali naik ke posisi 117%.
Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai produksi dan penjualan ban
mobil selama 2 tahun terakhir, yaitu tahun 2006 dan 2007.
Tabel 4.5 Produksi dan penjualan ban mobil tahun 2006-2007
Ban Mobil (Roda-4)
(dalam 000 unit)
Tahun 2006 Tahun 2007 07 vs 06
(%)
Produksi
Penjualan
* Replacement Sales
* OEM Sales
* Export Sales
Total Penjualan
40.019
7.489
1.762
30.331
39.582
42.001
8.214
2.342
31.788
42.344
104.9
109.7
132.9
104.8
106.9
Sumber : APBI (2008)
Pertumbuhan produksi dan penjualan ban tahun 2007 masih terus dirasakan saat
memasuki awal tahun 2008. Permintaan ban di dalam negeri terus menguat baik di pasar
Replacement maupun pasar OEM. Berdasarkan sumber dari APBI (Asosiasi Perusahaan Ban
62
Indonesia), kuatnya permintaan ban di pasar dalam negeri dapat dilihat dari data produksi
dan penjualan ban selama empat bulan pertama tahun 2008 jika dibandingkan dengan
tahun 2007 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Produksi dan penjualan ban mobil (Januari – April 2007 dan 2008)
Ban Mobil (Roda-4)
(dalam 000 unit)
Jan – April 2007 Jan – April 2008 08 vs 07
(%)
Produksi
Penjualan
* Replacement Sales
* OEM Sales
* Export Sales
Total Penjualan
14.214
2.505
660
10.710
13.875
14.923
3.267
1.073
10.462
14.802
105.0
130.4
162.5
97.7
106.7
Sumber : APBI (2008)
Dilihat dari tabel produksi dan penjualan di atas, penjualan di pasar dalam negeri
(Replacement + OEM Market) naik 37,1% dari 3.165.000 (Januari – April 2007) menjadi
4.340.000 unit (Januari – April 2008), dimana hal ini merupakan kenaikan tertinggi dalam 5
tahun terakhir. Kenaikan ini juga dipicu oleh kenaikan penjualan di pasar OEM yang pada
periode ini, naik 62,5% dari 660.000 unit menjadi 1.073.000 unit, seiring dengan pulihnya
produksi industri otomotif, setelah mengalami penurunan ± 25% tahun 2006.
4.2.3 Analisa Kondisi Pasar Lima Perusahaan Ban Terbaik
Industri ban di Indonesia terdiri dari perusahaan-perusahaan ban yang mana
mayoritas dari perusahaan-perusahaan tersebut tergabung dalam APBI. APBI yang adalah
kependekan dari Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia dan diketuai oleh Drs. A. Azis Pane,
63
MBA merupakan suatu perhimpunan atau asosiasi tempat perusahaan-perusahaan ban
Indonesia berkumpul. Beberapa perusahaan yang tergabung ialah dalam APBI ini ialah :
Merek Ban
- PT. Goodyear Indonesia Goodyear
- PT. Bridgestone Tire Indonesia Bridgestone
- PT. Gajah Tunggal Tbk. Gajah Tunggal
- PT. Industri Karet Deli Swallow
- PT. Ariga Mira Rubber Works Aaron
- PT. Sumi Rubber Indonesia Dunlop
- PT. Suryaraya Rubberindo Industries Federal
- PT. Elang Perdana Tyre Industry EPCO/ Accelera
- PT. Banteng Pratama Mizzle
- PT. Hung-A Indonesia Thunderbird
- PT. United King Land Kingland
- PT. Surabaya Kencana Tyre Industry Primax
Seluruh perusahaan yang tergabung dalam APBI wajib melaporkan data produksi
dan penjualan per tahunnya ke APBI. Berikut adalah data produksi dan penjualan
perusahaan ban yang tergabung dalam APBI di tahun 2006 dan 2007 :
• Produksi ban roda-4 (PCR, Mini Truck, Light Truck & Truck/ Bus)
Tabel 4.7 Produksi Ban Roda-4 (dalam unit)
Tahun 2006 Tahun 2007
PT. Intirub 143.790 -
PT. Goodyear Indonesia 2.317.179 2.375.364
PT. Bridgestone Tire Indonesia 10.653.544 11.298.094
64
PT. Gajah Tunggal Tbk 10.634.306 11.935.415
PT. Mega Safe Tyre Industry 353.788 -
PT. Industri Karet Delli 1.172.012 1.158.756
PT. Ariga Mira Rubber Works - -
PT. Sumi Rubber Indonesia 12.812.447 12.868.040
PT. Elang Perdana Tyre Industry 1.931.729 2.365.298
TOTAL 40.018.795 42.000.967
% 07 VS 06 100.0 105.0
Sumber : APBI (2008)
• Penjualan Domestik (Replacement Sales & OEM Sales) tahun 2007
Tabel 4.8 Penjualan Domestik 2007 (dalam unit)
Pasar
Replacement
Pasar
OEM
Total
Domestik
PT. Intirub - - -
PT. Goodyear Indonesia 522.601 96.113 618.714
PT. Bridgestone Tire Indonesia 2.991.589 1.041.291 4.032.880
PT. Gajah Tunggal Tbk 2.668.760 318.362 2.987.122
PT. Mega Safe Tyre Industry - - -
PT. Industri Karet Delli 394.596 - 394.596
PT. Ariga Mira Rubber Works - - -
PT. Sumi Rubber Indonesia 1.230.826 886.334 2.117.160
PT. Elang Perdana Tyre Industry 405.452 - 405.542
PT. Suryaraya Rubberindo Industries - - -
PT. Banteng Pratama - - -
65
PT. Hung-A Indonesia - - -
PT. King-Land - - -
TOTAL Tahun 2007 8.213.914 2.342.100 10.556.019
TOTAL Tahun 2006 7.488.823 1.761.556 9.250.379
% 07 VS 06 109.7 132.9 114.1
Sumber : APBI (2008)
Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 5 besar
perusahaan ban, dimana pada kelima perusahaan tersebut akan dilakukan perhitungan
pangsa pasar dan peralihan konsumen yang terjadi.
Berikut adalah nama 5 perusahaan ban dengan tingkat produksi dan penjualan tertinggi :
Tabel 4.9 Perusahaan Ban
Nama Perusahaan Ban Merek Ban Lokasi Pabrik
PT. Goodyear Indonesia Goodyear Bogor
PT. Bridgestone Tire Indonesia Bridgestone Bekasi/ Karawang
PT. Gajah Tunggal Tbk. Gajah Tunggal Tangerang
PT. Sumi Rubber Indonesia Dunlop Cikampek
PT. Elang Perdana Tyre Industry EPCO/ Accelera Bogor
Sumber : APBI (2008)
Kelima perusahaan tersebut tentunya sudah tidak asing lagi karena memang
mayoritas perusahaan tersebut sudah ada sejak lama dan menghasilkan merek-merek ban
yang telah mendunia. Berikut adalah penjelasan mengenai kelima perusahaan tersebut :
66
PT. Goodyear Indonesia
PT. Goodyear Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1935 merupakan anak
perusahaan dari The Goodyear Tire & Rubber Company yang berpusat di Amerika
Serikat dan merupakan produsen pertama ban di Indonesia.
Sejak awal kendaraan mulai massal, Goodyear telah bekerjasama dengan
berbagai perusahaan mobil terkemuka di seluruh dunia untuk menyuplai ban Original
Equipment (OE). Sampai saat ini hubungan kerjasama itu terus terjalin dengan pabrik-
pabrik mobil terkemuka di seluruh dunia seperti Toyota, Honda, Nissan, Suzuki,
Volkswagen, Audi, Mercedes Benz, BMW, Citroen, Ford, dan General Motor.
PT. Bridgestone Tire Indonesia
PT. Bridgestone Tire Indonesia merupakan perusahaan patungan swasta
Nasional Indonesia dengan swasta Jepang yang didirikan pada tanggal 8 September
1973. Dengan jaringan pemasaran yang luas mencakup domestik, penjualan ke agen
(replacement), penjualan ke perusahaan perakit mobil kendaraan (OE/OEM) dan
ekspor, PT. Bridgestone Tire Indonesia ini telah mendapatkan pengakuan mutu
produknya oleh Bridgestone Corporation sehingga mendapat kepercayaan sebagai
Export Bridgestone ke seluruh dunia.
PT. Gajah Tunggal Tbk.
Di awal berdirinya pada tahun 1951, PT. Gajah Tunggal Tbk. merupakan
perusahaan yang memproduksi ban sepeda. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
perubahan produksi terjadi. Saat ini, Gajah Tunggal menjadi produsen ban terbesar di
Asia Selatan di mana tidak hanya memproduksi ban sepeda, tetapi untuk seluruh
kendaraan, seperti tabung ban untuk sepeda motor, mobil penumpang, komersial dan
kendaraan alat berat.
67
PT. Sumi Rubber Indonesia
PT. Sumi Rubber Indonesia didirikan pada tahun 1995 di Cikampek untuk
menggantikan pabrik ban Sumitomo Rubber Industry (berpusat di Jepang) yang
mengalami kerusakan hebat dan tidak dapat beroperasi kembali.
PT. Sumi Rubber Indonesia yang memproduksi ban merek Dunlop ini
memproduksi ban untuk truk, bus, mobil penumpang, dan motor. Perusahaan ini juga
banyak menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan mobil untuk menyuplai
ban OEM (Original Equipment Manufacturing). Toyota, Honda, Nissan, Daihatsu, dan
Suzuki merupakan sebagian kecil perusahaan yang bekerja sama dengannya.
PT. Elang Perdana Tyre Industry
PT. Elang Perdana Tyre Industry adalah perusahaan yang memproduksi ban
untuk kendaraan roda empat dan roda dua dengan mengandalkan teknologi dari
Belanda. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1996 dan berlokasi di Citeureup, Bogor
ini mengeluarkan ban dagang lokal dengan merek Accelera, Epco, dan Millenium.
Kelima merek ban tersebut meraih penjualan tertinggi di antara perusahaan
lainnya yang tergabung dalam APBI. Berikut adalah rincian data produksi dan penjualan
ban roda-4 (PCR, Mini truck, Light truck & Truck/ bus) dalam bentuk unit selama 4 tahun
terakhir dari lima merek ban tersebut.
68
Data produksi ban (PCR, Mini truck, Light truck & Truck/ bus) dalam bentuk unit :
Tabel 4.10 Produksi Ban (dalam unit)
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Tahun
2007
PT. Goodyear Indonesia 1.728.540 1.964.892 2.317.179 2.375.364
PT. Bridgestone Tire
Indonesia
9.233.456 9.985.439 10.653.544 11.298.094
PT. Gajah Tunggal Tbk. 8.567.340 9.529.450 10.634.306 11.935.415
PT. Sumi Rubber Indonesia 10.859.258 11.682.375 12.812.447 12.868.040
PT. Elang Perdana Tyre
Industry
976.533 1.389.486 1.931.729 2.365.298
TOTAL 31.365.127 34.551.642 38.349.205 40.842.211
Sumber : APBI (2008)
Data penjualan domestik (Replacement Sales & OEM Sales) dalam satuan mata uang :
Tabel 4.11 Penjualan Domestik (dalam jutaan rupiah)
Tahun 2006 Tahun 2007 Pertumbuhan Pasar
PT. Goodyear Indonesia 278.908 313.908 112.55%
PT. Bridgestone Tire Indonesia 1.659.729 2.031.927 122.43%
PT. Gajah Tunggal Tbk. 2.505.634 3.057.839 122.04%
PT. Sumi Rubber Indonesia 532.685 746.611 140.16%
PT. Elang Perdana Tyre Industry 149.238 168.068 112.62%
TOTAL 5.126.194 6.318.353
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
69
Berdasarkan tabel penjualan kelima merek ban tersebut, maka dapat diketahui
tingkat pertumbuhan pasar dari masing-masing merek dengan menggunakan rumus
perhitungan :
Gm = RI + RL
dimana :
Gm = % pertumbuhan pasar
RI = kenaikan pendapatan tahun ini
RL = pendapatan tahun lalu
Berikut adalah pertumbuhan pasar kelima merek ban tersebut:
• PT. Goodyear Indonesia
Gm = 100% + 313.908 – 278.908 x 100%
278.908
= 100% + 12,55%
= 112,55%
• PT. Bridgestone Tire Indonesia
Gm = 100% + 2.031.927 – 1.659.729 x 100%
1.659.729
= 100% + 22,43%
= 122,43%
• PT. Gajah Tunggal, Tbk
Gm = 100% + 3.057.839 – 2.505.634 x 100%
2.505.634
70
= 100% + 22,04%
= 122,04%
• PT. Sumi Rubber Indonesia
Gm = 100% + 746.611 – 532.685 x 100%
532.685
= 100% + 40,16%
= 140,16%
• PT. Elang Perdana Tyre Industry
Gm = 100% + 168.068 – 149.238 x 100%
149.238
= 100% + 12,62%
= 112,62%
Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan pertumbuhan pasar
tertinggi diraih oleh PT. Sumi Rubber Indonesia (Dunlop) dengan kenaikan tingkat
pertumbuhan sebesar 40,16%. Kemudian PT. Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone)
mengalami tingkat pertumbuhan pasar sebesar 22,43%, PT. Gajah Tunggal, Tbk (GT
Radial) mengalami tingkat pertumbuhan pasar sebesar 22,04%, PT. Elang Perdana Tyre
Industry (Accelera) mengalami tingkat pertumbuhan pasar sebesar 12,62%, dan terakhir
ialah PT. Goodyear Indonesia (Goodyear) dengan tingkat pertumbuhan pasar sebesar
12,55%.
71
Data penjualan domestik (Replacement Sales & OEM Sales) dalam bentuk unit :
Tabel 4.12 Penjualan Domestik (dalam unit)
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Tahun
2007
PT. Goodyear Indonesia 957.990 980.763 600.435 618.714
PT. Bridgestone Tire
Indonesia
4.541.341 6.778.350 4.758.365 4.032.880
PT. Gajah Tunggal Tbk. 3.222.722 5.925.467 3.285.798 2.987.122
PT. Sumi Rubber Indonesia 1.381.886 2.480.525 1.992.540 2.117.160
PT. Elang Perdana Tyre
Industry
292.870 625.350 512.355 405.542
TOTAL 10.396.809 16.790.455 10.969.493 10.161.418
Sumber : APBI (2008)
Berdasarkan tabel penjualan kelima merek ban tersebut, maka perhitungan pangsa
pasar yang dimiliki oleh masing-masing merek dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus:
Ms = S Mt
dimana :
Ms = pangsa pasar, dinyatakan dalam istilah persentase
S = penjualan
Mt = total pasar
72
Berikut adalah pangsa pasar yang dimiliki oleh masing-masing merek di tahun 2007:
• PT. Goodyear Indonesia
Ms = 618.714 = 0,0609 = 6,09 %
10.161.418
• PT. Bridgestone Tire Indonesia
Ms = 4.032.880 = 0,3969 = 39,69 %
10.161.418
• PT. Gajah Tunggal, Tbk
Ms = 2.987.122 = 0,2939 = 29,39 %
10.161.418
• PT. Sumi Rubber Indonesia
Ms = 2.117.160 = 0,2084 = 20,84 %
10.161.418
• PT. Elang Perdana Tyre Industry
Ms = 405.542 = 0,0399 = 3,99 %
10.161.418
Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Goodyear
Indonesia (Goodyear) menguasai pangsa pasar sebanyak 6,09%, PT. Bridgestone Tire
Indonesia (Bridgestone) sebanyak 39,69%, PT Gajah Tunggal, Tbk (GT Radial) sebanyak
29,39%, PT. Sumi Rubber Indonesia (Dunlop) sebanyak 20,84%, dan PT. Elang Perdana
73
Tyre Industry (Accelera) sebanyak 3,99%. Berikut adalah persentase pangsa pasar
masing-masing merek ban tersebut dalam bentuk gambar (pie-chart) :
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Gambar 4.2 Persentase Pangsa Pasar Lima Merek Ban
Berdasarkan perhitungan di atas, berikut adalah tabel yang menggabungkan
perbandingan antara pertumbuhan pasar dan pangsa pasar yang diperoleh masing-masing
merek.
Tabel 4.13 Pertumbuhan dan Pangsa Pasar Kelima Merek Ban
Merek Ban Pertumbuhan Pasar
(Market Growth)
Pangsa Pasar
(Market Share)
Goodyear 112,55% 6,09%
Bridgestone 122,43% 39,69%
Gajah Tunggal 122,04% 29,39%
Dunlop 140,16% 20,84%
Accelera 112,62% 3,99%
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Bridgestone40%
Goodyear6%
Gajah Tunggal
29%
Dunlop21%
Accelera4%
74
Dengan menggunakan grafik, maka akan lebih terlihat jelas perbandingan antara
kelima merek ban dilihat dari segi pertumbuhan pasar (market growth) dan pangsa pasar
(market share).
05
1015202530354045
GY BS GT DL AC
GYBSGTDLAC
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Pasar Lima Merek Ban
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Gambar 4.4 Grafik Pangsa Pasar Lima Merek Ban
05
10
152025
3035
40
GY BS GT DL AC
GYBSGTDLAC
75
Dari kedua grafik di atas, dapat terlihat bahwa Goodyear memiliki pertumbuhan
pasar yang cukup baik (sebesar 12,55%), namun pangsa pasarnya kurang (sebesar
6,09%). Sementara itu, pertumbuhan pasar yang dialami Bridgestone cukup tinggi
(sebesar 22,43%) dan menguasai pangsa pasar tertinggi di antara kelima merek lainnya
yaitu sebesar 39,69%. Gajah Tunggal memiliki pertumbuhan pasar yang juga cukup tinggi
(sebesar 22,04%) dengan pangsa pasar sebesar 29,39%. Pertumbuhan pasar tertinggi
diperoleh Dunlop yaitu sebesar 40,16% dan menguasai pangsa pasar sebesar 20,84%.
Sementara itu, Accelera memiliki pertumbuhan pasar yang relatif kecil (sebesar 12,62%)
dan dengan pangsa pasar yang juga tidak terlalu besar, yaitu hanya sebesar 3,99%.
4.2.4 Analisa Kondisi Pasar Berdasarkan Hasil Kuesioner
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diperoleh, maka dapat dilihat bahwa merek
ban yang paling menguasai pasar ialah Bridgestone, diikuti oleh Dunlop, Goodyear, GT
Radial, dan Accelera. Persentase pilihan pasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
• Jenis ban yang terakhir/ saat ini digunakan oleh responden
Tabel 4.14 Jenis Ban yang Digunakan
No. Merek Ban Jumlah Pengguna
Ban
Persentase (%)
Pengguna Ban
1 Bridgestone 39 40,206 %
2 GT Radial 6 6,186 %
3 Dunlop 30 30,928 %
4 Goodyear 12 12,371 %
5 Accelera 10 10,309 %
TOTAL 97 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2008)
76
Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jalan Panjang dan sekitarnya
menggunakan ban Bridgestone (40,206%) sebagai ban yang digunakannya saat ini.
Kemudian, 30,928% menggunakan ban Dunlop, 12,371% menggunakan ban
Goodyear, 10,309% menggunakan ban Accelera, dan 6,186% menggunakan ban GT
Radial.
• Urutan ban yang paling baik menurut responden
Tabel 4.15 Urutan Ban Terbaik
No. Merek Ban Jumlah Suara
1 Bridgestone 458
2 Dunlop 346
3 Goodyear 275
4 GT Radial 218
5 Accelera 158
TOTAL 1455
Sumber : Hasil Kuesioner (2008)
Berdasarkan hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jalan Panjang dan sekitarnya
menjawab Bridgestone sebagai ban terbaik, yang kemudian disusul oleh Dunlop,
Goodyear, GT Radial, dan terakhir Accelera.
77
• Jenis ban yang ingin dimiliki oleh konsumen
Tabel 4.16 Jenis Ban yang Ingin Dimiliki Konsumen
No. Merek Ban Jumlah Pengguna
Ban
Persentase (%)
Pengguna Ban
1 Bridgestone 45 46,392 %
2 GT Radial 8 8,247 %
3 Dunlop 30 30,928 %
4 Goodyear 11 11,340 %
5 Accelera 3 3,093 %
TOTAL 97 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2008)
Berdasarkan hasil kuesioner di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jalan Panjang dan sekitarnya ingin
mengganti ban yang sekarang digunakannya dengan ban Bridgestone (sebanyak
46,392%). Kemudian sebanyak 30,928% ingin mengganti ban yang saat ini
digunakan dengan ban Dunlop, 11,340% ingin mengganti ban yang saat ini
digunakan dengan ban Goodyear, 8,247% ingin mengganti ban yang saat ini
digunakan dengan ban GT Radial, dan sebanyak 3,093% yang ingin mengganti
bannya menjadi ban Accelera.
Dilihat dari keseluruhan hasil kuesioner, dapat disimpulkan bahwa kondisi pangsa
pasar di Jalan Panjang cukup baik. Secara keseluruhan mayoritas masyarakat lebih memilih
Bridgestone sebagai ban andalannya, yang kemudian diikuti oleh Dunlop, Goodyear, GT
Radial, dan Accelera. Hal itu disebabkan karena di daerah tersebut sudah terdapat dua
78
authorized dealer dari Bridgestone yang telah berdiri cukup lama, yaitu Warna Warni Ban
dan W&W Ban.
4.3 Analisa Peluang Bisnis Perusahaan dengan menggunakan Markov Chains
Dalam menganalisa peluang bisnis yang dapat diraih perusahaan, penulis
menggunakan Rantai Markov (Markov Chains) sebagai alat bantu dalam menentukan pangsa
pasar dari masing-masing merek ban saat terjadi perpindahan konsumen dan pada saat
kondisi ekuilibirum.
Dalam menggunakan Markov Chains terdapat 3 prosedur yang harus dilakukan guna
menentukan perpindahan konsumen yang terjadi, yaitu menyusun matriks probabilitas
transisi, menghitung kemungkinan pangsa pasar di masa mendatang, dan menentukan
kondisi ekuilibrium.
# Prosedur 1 : Menyusun matriks probabilitas transisi
Dalam menyusun matriks probabilitas transisi, perlu diketahui berapa probabilitas
pengguna ban dari tiap-tiap merek. Berdasarkan hasil kuesioner, dapat diketahui berapa
jumlah pengguna ban dari setiap mereknya. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.17 Jumlah Pengguna Ban Dari Setiap Merek
No. Merek Ban Jumlah Pengguna
Ban
Persentase (%)
Pengguna Ban
1 Bridgestone 39 40,206 %
2 GT Radial 6 6,186 %
3 Dunlop 30 30,928 %
4 Goodyear 12 12,371 %
79
5 Accelera 10 10,309 %
TOTAL 97 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2008)
Berdasarkan hasil kuesioner di atas, maka dapat disimpulkan bahwa probabilitas
dari satu orang yang menggunakan satu di antara kelima merek ban tersebut adalah :
State 1 - Bridgestone 39/ 97 = 0,40206 = 40,206%
State 2 - GT Radial 6/ 97 = 0,06186 = 6,186%
State 3 - Dunlop 30/ 97 = 0,30928 = 30,928%
State 4 - Goodyear 12/ 97 = 0,12371 = 12,371%
State 5 - Accelera 10/ 97 = 0,10309 = 10,309%
Jika probabilitas tersebut diletakkan dalam vektor probabilitas state maka akan menjadi :
π (1) = (0,40206 ; 0,06186 ; 0,30928 ; 0,12371 ; 0,10309)
di mana :
π (1) = vektor probabilitas state kelima merek ban untuk periode 1
π 1= 0,40206=probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Bridgestone,state 1
π 2 = 0,06186= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban GT Radial, state 2
π 3 = 0,30928= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Dunlop, state 3
π 4 = 0,12371= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Goodyear, state 4
π 5 = 0,10309= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Accelera, state 5
Setelah mengetahui probabilitas saat ini dari setiap merek ban, maka perlu juga
diketahui berapa persentase responden yang ingin berpindah merek. Berikut adalah tabel
mengenai responden yang ingin mengganti merek bannya di kemudian hari :
80
Tabel 4.18 Merek Ban yang Ingin Dimiliki Konsumen
No. Merek Ban Jumlah Pengguna
Ban
Persentase (%)
Pengguna Ban
1 Bridgestone 45 46,392 %
2 GT Radial 8 8,247 %
3 Dunlop 30 30,928 %
4 Goodyear 11 11,340 %
5 Accelera 3 3,093 %
TOTAL 97 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2008)
Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka perubahan pelanggan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.19 Pertukaran Pelanggan
Merek Periode pertama Perubahan selama periode Periode kedua
Jumlah pelanggan Mendapatkan Kehilangan Jumlah pelanggan
Bridgestone 39 16 10 45
GT Radial 6 6 4 8
Dunlop 30 10 10 30
Goodyear 12 5 6 11
Accelera 10 0 7 3
97 37 37 97
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Tabel di atas hanya menampilkan berapa jumlah ”kehilangan” dan ”mendapatkan”
dari pesaing secara keseluruhan, tanpa diketahui dengan jelas dari mana dan ke mana
81
responden berpindah. Oleh karena itu, tabel berikut ini akan menguraikan lebih jelas,
selain terdapat informasi tentang jumlah ”kehilangan” ke merek para pesaing, terdapat
juga informasi jumlah ”mendapatkan” langganan dari merek-merek saingan.
Tabel 4.20 Pergantian Merek – Mendapatkan dan Kehilangan
Merek Periode pertama
jumlah pelanggan
Mendapatkan dari Kehilangan ke Periode kedua
jumlah
pelanggan
BS GT DL GY AC BS GT DL GY AC
BS 39 0 2 9 2 3 0 3 4 3 0 45
GT 6 3 0 1 2 0 2 0 1 1 0 8
DL 30 4 1 0 2 3 9 1 0 0 0 30
GY 12 3 1 0 0 1 2 2 2 0 0 11
AC 10 0 0 0 0 0 3 0 3 1 0 3
97 97
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Persentase perpindahan konsumen tersebut dapat lebih jelas terlihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.21 Pergantian Merek
Ke Persentase perpindahan Ke
Dari Bridgestone GT Radial Dunlop Goodyear Accelera
Bridgestone 29 3 4 3 0
GT Radial 2 2 1 1 0
Dunlop 9 1 20 0 0
Goodyear 2 2 2 6 0
82
Accelera 3 0 3 1 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Keterangan :
= Tetap dalam penguasaan (pemilikan) atau ”RETENTIONS”
Tabel 4.22 Pergantian Merek (persentase)
Ke Persentase perpindahan Ke
Dari Bridgestone GT Radial Dunlop Goodyear Accelera
Bridgestone 0,7436 0,0769 0,1026 0,0769 0
GT Radial 0,3333 0,3333 0,1667 0,1667 0
Dunlop 0,3 0,0333 0,6667 0 0
Goodyear 0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0
Accelera 0,3 0 0,3 0,1 0,3
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Keterangan :
= Tetap dalam penguasaan (pemilikan) atau ”RETENTIONS”
Tabel di atas menunjukkan adanya perpindahan konsumen dari merek ban yang
satu ke merek ban lainnya. Sebesar 74,36% dari pengguna Bridgestone tetap
menggunakan ban Bridgestone, 7,69% dari pengguna Bridgestone berpindah ke GT Radial,
10,26% pengguna Bridgestone berpindah ke Dunlop, 7,69% pengguna Bridgestone
berpindah ke Goodyear.
Untuk responden yang menggunakan ban GT Radial, sebesar 33,33% dari
pengguna GT Radial tetap menggunakan ban GT, 33,33% dari pengguna GT berpindah ke
Bridgestone, 16,67% pengguna GT berpindah ke Dunlop, dan 16,67% pengguna GT
berpindah ke Goodyear.
83
Untuk responden yang menggunakan ban Dunlop, sebesar 66,67% dari pengguna
Dunlop tetap menggunakan ban Dunlop, 30% dari pengguna Dunlop berpindah ke
Bridgestone, dan 3,33% pengguna Dunlop berpindah ke GT Radial.
Untuk responden yang menggunakan ban Goodyear, sebesar 50% dari pengguna
Goodyear tetap menggunakan ban Goodyear, 16,67% dari pengguna Goodyear berpindah
ke Bridgestone, 16,67% dari pengguna Goodyear berpindah ke GT Radial, dan 16,67%
pengguna Goodyear berpindah ke Dunlop.
Untuk responden yang menggunakan ban Accelera, sebesar 30% dari pengguna
Accelera tetap menggunakan ban Accelera, 30% dari pengguna Accelera berpindah ke
Bridgestone, 30% dari pengguna Accelera berpindah ke Dunlop, dan 10% pengguna
Accelera berpindah ke Goodyear.
Berdasarkan kalkulasi dari perpindahan konsumen di atas, dapat digambarkan
dengan menggunakan diagram pohon seperti di bawah ini :
0,40206 (0,7436) = 0,2990 0,40206 (0,0769) = 0,0309 0,40206 (0,1026) = 0,0413 0,40206 (0,0769) = 0,0309 0,40206 (0) = 0
0,06186 (0,3333) = 0,0206 0,06186 (0,3333) = 0,0206 0,06186 (0,1667) = 0,0103 0,06186 (0,1667) = 0,0103 0,06186 (0) = 0
# 1
# 2
# 3
# 4
# 5
Bridgestone #1 0,40206
# 1
# 2
# 3
# 4
# 5
GT Radial #2 0,06186
84
0,30928 (0,3) = 0,0928 0,30928 (0,0333) = 0,0103 0,30928 (0,6667) = 0,2062 0,30928 (0) = 0 0,30928 (0) = 0
0,12371 (0,1667) = 0,0206 0,12371 (0,1667) = 0,0206 0,12371 (0,1667) = 0,0206 0,12371 (0,5) = 0,0619 0,12371 (0) = 0
0,10309 (0,3) = 0,0309 0,10309 (0) = 0 0,10309 (0,3) = 0,0309 0,10309 (0,1) = 0,0103 0,10309 (0,3) = 0,0309
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Gambar 4.5 Diagram Pohon Perhitungan Markov
# 1
# 2
# 3
# 4
# 5
Dunlop #3 0,30928
# 1
# 2
# 3
# 4
# 5
Goodyear #4 0,12371
# 1
# 2
# 3
# 4
# 5
Accelera #5 0,10309
85
Berdasarkan data yang telah dijelaskan sebelumnya, matriks transisi
probabilitasnya akan menjadi seperti berikut ini :
Mempertahankan dan kehilangan
0,7436 0,0769 0,1026 0,0769 0
0,3333 0,3333 0,1667 0,1667 0 Mempertahankan dan
P = 0,3 0,0333 0,6667 0 0 memperoleh
0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0
0,3 0 0,3 0,1 0,3
Matriks tersebut memperlihatkan bahwa ban merek Bridgestone mewakili state 1,
GT Radial mewakili state 2, Dunlop mewakili state 3, Goodyear mewakili state 4, dan
Accelera mewakili state 5. Arti dari probabilitas tersebut dapat digambarkan seperti
berikut:
Baris 1
0,7436 = P11 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya
merupakan pengguna Bridgestone
0,0769 = P12 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan
pengguna Bridgestone
0,1026 = P13 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan
pengguna Bridgestone
0,0769 = P14 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan
pengguna Bridgestone
0 = P15 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan
pengguna Bridgestone
86
Baris 2
0,3333 = P21 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya
merupakan pengguna GT Radial
0,3333 = P22 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan
pengguna GT Radial
0,1667 = P23 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan
pengguna GT Radial
0,1667 = P24 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan
pengguna GT Radial
0 = P25 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan
pengguna GT Radial
Baris 3
0,3 = P31 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya
merupakan pengguna Dunlop
0,3333 = P32 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan
pengguna Dunlop
0,6667 = P33 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan
pengguna Dunlop
0 = P34 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan
pengguna Dunlop
0 = P35 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan
pengguna Dunlop
Baris 4
0,1667 = P41 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya
merupakan pengguna Goodyear
87
0,1667 = P42 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan
pengguna Goodyear
0,1667 = P43 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan
pengguna Goodyear
0,5 = P44 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan
pengguna Goodyear
0 = P45 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan
pengguna Goodyear
Baris 5
0,3 = P51 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya
merupakan pengguna Accelera
0 = P52 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan
pengguna Accelera
0,3 = P53 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan
pengguna Accelera
0,1 = P54 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan
pengguna Accelera
0,3 = P55 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan
pengguna Accelera
# Prosedur 2 : Menghitung kemungkinan pangsa pasar di waktu yang akan
datang
Untuk menghitung kemungkinan pangsa pasar di waktu yang akan datang
(periode kedua) dapat dilakukan dengan perhitungan seperti di bawah ini :
88
π (2) = π (1) P
Kt(2)= P x Kt (j-1)
=(0,40206, 0,06186, 0,30928, 0,12371, 0,10309) 0,7436 0,0769 0,1026 0,0769 0
0,3333 0,3333 0,1667 0,1667 0
0,3 0,3333 0,6667 0 0
0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0
0,3 0 0,3 0,1 0,3
= [(0,40206)(0,7436) + (0,06186)(0,3333) + (0,30928)(0,3) + (0,12371)(0,1667) +
(0,10309)(0,3), (0,40206)(0,0769) + (0,06186)(0,3333) + (0,30928)(0,0333) +
(0,12371)(0,1667) + (0,10309)(0), (0,40206)(0,1026) + (0,06186)(0,1667) +
(0,30928)(0,6667) + (0,12371)(0,1667) + (0,10309)(0,3), (0,40206)(0,0769) +
(0,06186)(0,1667) + (0,30928)(0) + (0,12371)(0,5) + (0,10309)(0,1),
(0,40206)(0) + (0,06186)(0) + (0,30928)(0) + (0,12371)(0) + (0,10309)(0,3)]
= [(0,2989 + 0,0206 + 0,0928 + 0,0206 + 0,0309), (0,0309 + 0,0206 + 0,0103 +
0,0206 + 0), (0,0413 + 0,0103 + 0,2062 + 0,0206 + 0,0309), (0,0309 + 0,0103 +
0 + 0,0619 + 0,0103), (0 + 0 + 0 + 0 + 0,0309)]
= (0,4638; 0,0824; 0,3093; 0,1134; 0,0309)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka pada state kedua Bridgestone akan
menguasai pasar sebesar 46,38%, GT Radial menguasai pasar sebesar 8,24%, Dunlop
menguasai pasar sebesar 30,93%, Goodyear menguasai pasar sebesar 11,34%, dan
Accelera menguasai pasar sebesar 3,09%.
89
Hal yang sama juga dilakukan untuk menghitung kemungkinan pangsa pasar di
waktu berikutnya (periode ketiga).
π (3)= π (2) P
Kt(3) = P x Kt (j-1)
= (0,4638, 0,0824, 0,3093, 0,1134, 0,0309) 0,7436 0,0769 0,1026 0,0769 0
0,3333 0,3333 0,1667 0,1667 0
0,3 0,0333 0,6667 0 0
0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0
0,3 0 0,3 0,1 0,3
= [(0,4638)(0,7436) + (0,0824)(0,3333) + (0,3093)(0,3) + (0,1134)(0,1667) +
(0,0309)(0,3), (0,4638)(0,0769) + (0,0824)(0,3333) + (0,3093)(0,0333) +
(0,1134)(0,1667) + (0,0309)(0), (0,4638)(0,1026) + (0,0824)(0,1667) +
(0,3093)(0,6667) + (0,1134)(0,1667) + (0,0309)(0,3), (0,4638)(0,0769) +
(0,0824)(0,1667) + (0,3093)(0) + (0,1134)(0,5) + (0,0309)(0,1), (0,4638)(0) +
(0,0824)(0) + (0,3093)(0) + (0,1134)(0) + (0,0309)(0,3)]
= [(0,3449 + 0,0275 + 0,0928 + 0,0189 + 0,0093), (0,0357 + 0,0275 + 0,0103 +
0,0189 + 0), (0,0476 + 0,0137 + 0,2062 + 0,0189 + 0,0093), (0,0357 + 0,0134 +
0 + 0,0567 + 0,0031), (0 + 0 + 0 + 0 + 0,0093)]
= (0,4934; 0,0924; 0,2957; 0,1089; 0,0093)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka pada state ketiga Bridgestone akan
menguasai pasar sebesar 49,34%, GT Radial menguasai pasar sebesar 9,24%, Dunlop
menguasai pasar sebesar 29,57%, Goodyear menguasai pasar sebesar 10,89%, dan
Accelera menguasai pasar sebesar 0,93%.
90
# Prosedur 3 : Menentukan kondisi ekuilibrium
Langkah selanjutnya ialah menentukan kondisi ekuilibrium pangsa pasar kelima
merek ban tersebut.
Mempertahankan dan kehilangan
A B C D E
A 0,7436 0,0769 0,1026 0,0769 0
B 0,3333 0,3333 0,1667 0,1667 0 Mempertahankan dan
C 0,3 0,0333 0,6667 0 0 memperoleh
D 0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0
E 0,3 0 0,3 0,1 0,3
Kondisi ekulibrium akan tercapai jika :
Kt(eq) = P x Kt(eq)
Dalam matriks tersebut diasumsikan Bridgestone (A), GT Radial (B), Dunlop (C),
Goodyear (D), dan Accelera (E). Berdasarkan matriks tersebut, dapat dibentuk sebuah
persamaan dan pangsa pasar A yang merupakan jumlah dari pangsa pasar A + pangsa
pasar A yang berasal dari B + pangsa pasar A yang berasal dari C + pangsa pasar A yang
berasal dari D + pangsa pasar A yang berasal dari E. Hal yang sama juga diterapkan untuk
pangsa pasar B, C, D, dan E, sehingga jika dituliskan dalam bentuk persamaan matematika
akan menjadi seperti berikut :
A(eq) 0,7436 0,3333 0,3 0,1667 0,3 A(eq)
B(eq) 0,0769 0,3333 0,3333 0,1667 0 B(eq)
C(eq) = 0,1026 0,1667 0,6667 0,1667 0,3 X C(eq)
D(eq) 0,0769 0,1667 0 0,5 0,1 D(eq)
E(eq) 0 0 0 0 0,3 E(eq)
91
Aeq = 0,7436 Aeq + 0,3333 Beq + 0,3 Ceq + 0,1667 Deq + 0,3 Eeq (1)
Beq = 0,0769 Aeq + 0,3333 Beq + 0,3333 Ceq + 0,1667 Deq + 0 Eeq (2)
Ceq = 0,1026 Aeq + 0,1667 Beq + 0,6667 Ceq + 0,1667 Deq + 0,3 Eeq (3)
Deq = 0,0769 Aeq + 0,1667 Beq + 0 Ceq + 0,5 Deq + 0,1 Eeq (4)
E eq = 0 Aeq + 0 Beq + 0 Ceq + 0 Deq + 0,3 Eeq (5)
1 = Aeq + Beq + Ceq + Deq + Eeq (6)
Persamaan keenam digunakan untuk menunjukkan bahwa total kelima pangsa pasar yang
baru adalah 1,0. Dari keenam persamaan tersebut, kemudian dilakukan perhitungan
dengan menggunakan software QM for Windows, dimana hasilnya adalah sebagai berikut :
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Gambar 4.6 Hasil Perhitungan Dengan Software QM for Windows
Dari hasil perhitungan tersebut, maka pada kondisi ekuilibirium Bridgestone akan
menguasai pasar sebesar 53,33%, GT Radial menguasai pasar sebesar 10,45%, Dunlop
menguasai pasar sebesar 27,48%, Goodyear menguasai pasar sebesar 11,69%, dan
92
Accelera menguasai pasar sebesar 0%. Berikut adalah persentase pangsa pasar masing-
masing merek ban tersebut dalam bentuk gambar (pie-chart) :
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
Gambar 4.7 Persentase Pangsa Pasar Lima Merek Ban Saat Kondisi Ekuilibrium
Melihat hasil yang telah diperoleh di atas, maka dapat diketahui bahwa PT.
Sumber Makmur masih memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya di lokasi
tersebut, yaitu di Jalan Panjang.
4.4 Rekomendasi Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh di atas, Bridgestone tetaplah menjadi market
leader dimana Bridgestone dapat menguasai pasar sebesar 53,33% yang diikuti oleh Dunlop
(27,48%), Goodyear (11,69%), GT Radial (10,45%), dan Accelera (0%).
Melihat hasil yang telah diperoleh, penulis kembali mengkonfirmasikan kepada pihak
perusahaan agar perusahaan dapat membuat pilihan berdasarkan pengolahan data yang
telah dilakukan. Pada akhirnya, perusahaan menetapkan 2 kemungkinan pilihan, yaitu
menjadi dealer Dunlop atau Gajah Tunggal. Memang pada awalnya PT. Sumber Makmur
tetap ingin menjadi authorized dealer dari Bridgestone sama halnya seperti yang saat ini
Bridgstone52%
Goodyear11%
Gajah Tunggal10%
Dunlop27%
Accelera0%
93
dilakukan di bengkel yang berlokasi Daan Mogot. Namun mengingat di lokasi baru sekarang
(Jalan Panjang) sudah terdapat authorized dealer Bridgestone lainnya, membuat PT. Sumber
Makmur menjadi tidak dapat menggunakannya lagi. Hal tersebut terbentur dengan peraturan
yang dikeluarkan oleh PT Bridgestone Tire Indonesia dimana tidak boleh membuka TOMO
(sebutan dari Bridgestone untuk para authorized dealer nya) dengan jarak 3-5 km sesama
TOMO.
Di sekitar lokasi barunya, yaitu di Jalan Panjang No. 38, sudah terdapat dua
authorized dealer Bridgestone, yaitu Warna Warni Ban dan W&W Ban. Warna Warni Ban
hanya berjarak ± 150 meter dan W&W Ban berjarak ± 500 meter. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada peta lokasi berikut ini :
Warna Warni Ban
W & W Ban
Sumber : www.petaku.com
Gambar 4.8 Lokasi Baru PT. Sumber Makmur
94
Dengan adanya kedua authorized dealer Bridgestone di sekitar lokasi barunya, PT.
Sumber Makmur menjadi tidak mungkin menggunakan Bridgestone. Oleh karena itu,
perusahaan menjatuhkan pilihannya pada Dunlop dan Gajah Tunggal (GT).
Secara keseluruhan, produksi dan penjualan yang dihasilkan oleh kedua perusahaan
ini tidak terlalu berbeda jauh. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut yang
menggambarkan produksi dan penjualan ban yang telah diperoleh kedua merek ban tersebut
di tahun 2007.
Tabel 4.23 Produksi, Penjualan, dan Ekspor tahun 2007
Dunlop Gajah Tunggal (GT)
Produksi Ban Roda-4 12.868.040 11.935.415
Penjualan Domestik
• Pasar Replacement
• Pasar OEM
1.230.826
886.334
2.668.760
318.362
Ekspor 10.774.359 8.943.584
Sumber : APBI (2008)
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa produksi yang dilakukan Dunlop dan
Gajah Tunggal (GT) tidak terlalu berbeda jauh. Hanya ada sedikit perbedaan dimana
produksi Dunlop lebih tinggi dibandingkan GT. Dari segi penjualan domestik, Dunlop lebih
tinggi menjual bannya ke pasar OEM, yaitu penjualan yang dilakukan ke perusahaan perakit
mobil kendaraan. Di sisi lain, GT lebih tinggi menjual bannya ke pasar replacement, dimana
penjualan dilakukan ke agen-agen. Dilihat dari segi ekspor, ban Dunlop juga lebih tinggi
dalam melakukan penjualan secara ekspor dibandingkan dengan ban GT.
95
4.4.1 Analisa Ban Merek Dunlop
Berikut adalah analisa yang dilakukan untuk merek ban Dunlop dilihat dari
beberapa aspek, seperti kualitas produk, partner yang bekerja sama, serta jaringan
yang dimiliki perusahaan.
4.4.1.1 Kualitas Produk (Ban) Dunlop
Ban Dunlop yang merupakan produk dari PT. Sumi Rubber Indonesia telah
hadir di Indonesia sejak tahun 1995. Sesuai dengan tagline yang dianut oleh Dunlop,
“driving to the future”, PT. Sumi Rubber Indonesia selalu mengedepankan kepuasan
pelanggan dan berkomitmen menjaga kualitas produknya, sehingga memungkinkan
Dunlop untuk menjadi yang terbesar di pasar domestik di masa mendatang.
Kualitas produk (ban) yang dihasilkan oleh Dunlop tersebut dapat dilihat dari
berbagai aspek, yaitu :
• Material Ban
Dalam membuat ban terdapat standar material yang akan digunakan.
Dunlop pun juga menggunakan standar material dalam pembuatan ban nya.
Berbagai jenis material yang digunakan untuk membuat struktur ban dapat
dibagi secara garis besar sebagai berikut :
96
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.9 Material Ban
Karet alam (NR)
SBR BR IR IIR Karet sintetis lainnya
Karet daur ulang
Katun/ kapas
Rayon Nylon Polyester Aramid
Kawat baja Fiber glas
Kawat baja
Karbon hitam Silica Bahan lainnya
Belerang Akselerator Bahan lainnya
Anti oksidan Pengisi Pelembut Bahan lainnya
Karet
Benang
Kawat Bead
Bahan Campuran Karet
Material Ban
97
Karet Ban
Jenis-jenis karet terbagi menjadi 2, yaitu :
♦ Karet Alam
Karet alam berasal dari getah pohon karet (lateks), yang
kemudian ditambahkan bahan kimia lainnya. Berdasarkan cara
pembuatannya, karet alam digolongkan menjadi RSS atau Ribbed
Smoked Sheet (Lembaran karet yang diasap untuk menghindari
pembusukan), ADS atau Air Dried Sheet (Lembaran karet yang
dikeringkan dengan udara panas) dan ampas karet. Semua karet
tersebut disebut dengan karet mentah, dan diklasifikasikan berdasarkan
kelemahan dan kerusakannya agar sesuai dengan standar internasional.
Karet alam mempunyai karakteristik yang merata di seluruh
aspek, dapat dipakai untuk berbagai keperluan, serta mempunyai sifat-
sifat fisik (physical property) yang baik setelah menjadi kompon. Selain
itu karet alam mempunyai tensile strength, ketahanan terhadap
keretakan dan proses pengerjaan yang menguntungkan, mampu
dikerjakan pada kondisi yang beragam hingga ke tingkat temperatur
yang tinggi, selain itu membangkitkan panas rendah, dan ketahanan
terhadap separation yang baik. Namun demikian ketahanan terhadap
proses penuaan rendah, mulai berubah sifat fisiknya, serta bila
dibandingkan dengan karet sintetis, karakteristik karet alam hanya
sedikit lebih rendah dari segi ketahanan terhadap keausan dan daya
cengkeram.
Mengingat banyaknya peningkatan mutu karet sintetis,
pemakaian karet alam menjadi cenderung berkurang, tapi akhir-akhir ini
mengingat ban dengan steel radial banyak diproduksi, pemakaian karet
98
alam kembali meningkat karena daya rekat karet alam terhadap steel
sangat baik.
Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis karet alam
beserta dengan penggunaannya :
Tabel 4.24 Jenis-jenis Karet Alam
Type Penampilan Pemakaian
Ribbed Smoked
Sheet (RSS)
Lembaran berlubang
berwarna coklat
kekuning-kuningan.
Jenis umum karet yang terbuat dari
lateks, banyak digunakan untuk
pembuatan ban serta barang industri
lainnya.
Diklasifikasikan menurut mutunya dari
1 hingga 5.
Brown Crepe Berwarna coklat
kekuning-kuningan
seperti bentuk karpet.
Karet berkelas rendah, murah dan
mudah bocor dan merupakan karet
lembaran yang tidak melalui proses
pengasapan.
Banyak dipakai untuk barang industri
sepatu dan juga ban.
TS Rubber (Karet
berspesifikasi
teknis)
Berbentuk blok dan
berwarna coklat
kekuning-kuningan.
Karet alam yang dihitung seberapa
banyak penambahan karakteristik
kerusakan karetnya.
Cara pengemasan seperti karet
sintetis, seberat 30-35 kg.
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
99
♦ Karet Sintetis
Pengembangan karet sintetis ditingkatkan seiring dengan
pengembangan industri otomotif yang dimulai pada pertengahan tahun
1950, dan banyak membutuhkan ban yang tahan terhadap panas,
kerusakan, keausan dan sebagainya. Oleh karenanya produksi karet
sintetis sebagai pengganti karet alam menjadi berkembang pesat.
Atas alasan ini, penggunaan karet sintetis yang memiliki
karakteristik tertentu seperti ketahanan terhadap panas, keausan dan
sebagainya, banyak dipakai hingga batas tertentu. Pada umumnya
pemakaian karet sintetis pada ban tidak hanya satu jenis saja, tetapi
mencampurkan 2 atau 3 jenis karet sintetis.
Namun, setelah melalui proses riset dan pengembangan yang
berkelanjutan, ditemukanlah IR (Isoprennen Rubber) yang sifat-sifat
fisiknya hampir sama dengan karet alam, sehingga banyak digunakan.
Pada pertengahan tahun 1970, pemakaian karet sintetis untuk proses
pembuatan ban mencapai di atas 64%, namun seiring dengan
pengembangan ban radial, terjadi kenaikan harga, sehingga sekali lagi
pemakaian karet alam kembali dilirik dan mulai meningkat kembali
pemakaiannya.
Perbedaan karet alam dan karet sintetis secara garis besar ditampilkan pada
tabel berikut yang menjelaskan mengenai sifat dan pemakaian tiap-tiap jenis
karet :
100
Tabel 4.25 Sifat dan Pemakaian Karet
Klasifikasi Jenis Karet Kemampuan Fisis Penggunaan
pada umumnya
Keuntungan Kerugian
Karet alam NR
(Karet Alam)
Hampir merata di
seluruh aspek,
terutama tensile
strength, ketahanan
akan keretakan, serta
mudah dikerjakan
Mengingat hasil
alam, maka
tercampurnya
benda asing pasti
terjadi, sehingga
variasi sifat fisis
karet sulit dihindari
Tread dan casing
ban truk dan bus,
casing ban
penumpang
Karet sintetis SBR
(Styrene-
Butadiene
Rubber)
Secara umum,
ketahanan ausnya
bagus serta mudah
dikerjakan
Pembangkitan
panas yang tinggi
Semua jenis
tread ban
BR
(Butadiene
Rubber)
Jika dibanding
dengan SBR,
elastisitas, ketahanan
terhadap keausan
dan kelelahan, BR
lebih baik
Tensile strength
dan ketahanan
terhadap keretakan
rendah, tidak cocok
dipakai jalan kasar
Tread ban yang
beroperasi di
jalan bagus
IR
(Isoprene
Rubber)
Memiliki sifat fisis
yang sama dengan
karet alam, sehingga
disebut juga karet
alam sintetis
Proses
pengerjaannya sulit
Tread dan casing
ban truk dan bus,
casing ban
penumpang
EPT
(Ethylene
Propylene
Terpolymer)
Mempunyai sifat fisis
yang unggul
terutama tahan
terhadap ozon, cuaca
dan ketahanan
Proses vulkanisasi
lambat serta
bersifat lengket
Sidewalls, inner
liner dan ban
dalam
101
Serat alami
Serat buatan
Inorganic
Synthetic
terhadap panas
IIR
(Isobutylene
Isoprene Rubber)
Perembesan udara
sangat rendah
Proses
pengerjaannya sulit
Inner liner, ban
dalam
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Selain dari jenis karet di atas, ada juga karet daur ulang, dimana sifat, proses
kimia, vulkanisasi dan elastisitasnya sangat buruk.
Benang Ban
Secara garis besar berbagai serat pembuat ban dapat dilihat pada bagan berikut:
Kapas
Rayon
Nylon
Polyester
Aramid
Kawat Baja
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.10 Serat Pembuat Ban
1. Benang kapas
Kapas adalah benang pertama yang digunakan sebagai rangka
(casing) dari ban. Mengingat kekuatan dan hygroskopisitas (daya serap air)
kapas yang buruk jika dibanding dengan serat yang lain, maka kapas tidak
lagi digunakan sebagai benang ban.
102
2. Benang rayon
Seperti halnya benang kapas, rayon mempunyai karakteristik yang
kuat, tahan terhadap panas dan fatique (kelelahan), sehingga benang rayon
menjadi bahan utama benang pembuat ban. Namun pemakaian benang
rayon untuk sementara waktu menurun karena pemakaian serat sintetis
yang lain. Dengan ditemukannya ban radial, pemakaian rayon kembali
meningkat. Mengingat banyaknya benang rayon, kini benang tersebut
banyak dipakai sebagai benang casing.
3. Benang nylon
Nylon adalah benang yang sangat kuat dan elastis, spesifik gravity
dan hygroskopisitas yang rendah, namun nylon akan mengerut pada saat
dipanaskan. Meskipun demikian kini nylon banyak digunakan sebagai
material benang ban bias seperti ban truk dan bus serta ban off the road.
4. Benang polyester
Kekuatan polyester hampir menyamai benang nylon, namun
polyester mempunyai kelebihan elastisitas dan tidak peka terhadap panas
jika dibanding dengan nylon, maka polyester banyak digunakan sebagai
benang casing dan belt dari ban penumpang radial maupun bias.
5. Benang aramid
Aramid adalah benang yang terkuat di antara sintetis lainnya,
tingkat kemulurannya sangat rendah. Pemakaian benang aramid sebagai
material benang ban masih terbatas, sebab biaya pembuatannya sangat
tinggi dan susah dalam proses pengerjaannya.
103
6. Kawat baja
Pemakaian kawat baja meningkat tajam seiring dengan
meningkatnya produksi ban radial. Hal ini disebabkan kawat baja memiliki
ketahanan tarik yang tinggi serta sangat elastis, aspek yang dibutuhkan
untuk membuat material belt pada ban radial. Kawat baja apabila dipilin
akan menghasilkan karakteristik fleksibilitas dan ketahanan terhadap
kelelahan yang tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai casing dan belts
dari ban truk dan bus radial, off the road dan belts ban penumpang radial.
Berikut adalah grafik persentase kemuluran material benang ban
200 Steel
100
Polyester
Rayon
Nylon
0 10 20
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.11 Grafik Persentase Kemuluran Material Benang Ban
104
• Pemeliharaan tekanan angin
Pada awalnya semua ban berjenis tube type. Namun demi keamanan, di
Amerika telah ditemukan ban tubeless. Di berbagai negara kebutuhan akan ban
tubeless terus bertambah seiring dengan pembangunan jalan tol. Permintaan
meningkat tajam, karena pabrik mobil menggunakannya dan juga telah terjadi
kecenderungan untuk mengganti ban tube type dengan ban tubeless. Berikut
adalah gambar yang menunjukkan adanya perbedaan antara ban jenis tube type
dan jenis tubeless :
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.12 Perbedaan Ban Jenis Tube Type dan Tubeless
Ban tube (ban dengan ban dalam – T/T) adalah tipe ban dengan tube/
pipa dalam yang diisi dengan udara. Sedangkan, ban tubeless (ban tanpa ban
dalam – T/L) adalah tipe ban yang mempunyai lapisan karet spesial (lapisan
dalam) dengan sedikit air permeability pada bagian dalam dan menggunakan
material yang tahan bocor pada bagian bead sebagai pengganti tube. Ban jenis
ini tidak akan mudah kempis bahkan ketika terkena paku saat digunakan.
105
Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai karakteristik kinerja
ban tubeless :
Tabel 4.26 Karakterisktik Kinerja Ban Tubeless
Karakteristik
Kinerja Ban
Tubeless
Deskripsi
Konstruksi 1. Lapisan karet (inner liner), seperti layaknya ban dalam
pada ban jenis tube type, ditambahkan di sisi dalam
ban tubeless yang berfungsi menampung tekanan
udara.
2. Memakai rim valve.
3. Memiliki seal pada bagian bead nya.
Kelebihan 1. Semua masalah karena tube (seperti : terlipat, terjepit)
bisa dihindari.
2. Kebocoran yang mendadak akibat tertusuk paku bisa
dicegah.
3. Kebocoran berjalan lambat, meski paku tertancap di
telapak ban.
4. Karena tekanan udara kontak langsung dengan velg,
pembuangan panasnya efisien.
Kekurangan 1. Mengingat tekanan udara ditahan seal bead, apabila
bead rusak, ban akan kehilangan tekanan angin
bahkan rusak (separation).
2. Kebocoran mungkin terjadi, apabila velg/ flange velg
bengkok, rusak, atau valve rimnya berkarat.
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
106
• Pola telapak (tread pattern)
Seluruh jenis telapak ban tersedia dalam beragam jenis pola. Pola
telapak tersebut dirancang agar mencapai karakteristik kinerja yang diinginkan
dan sesuai dengan spesifikasi pemakaiannya.
Mengingat penjualan ban sangat tergantung pada seberapa atraktifnya
pola telapak ban, pola telapak yang modern pada ban penumpang menjadi
faktor yang sangat penting. Oleh karena itu pembuat ban sangat menekankan
pada peningkatan pola telapak. Pola telapak ban dapat diklasifikasikan secara
umum sebagai berikut :
1. Rib
Bentuk :
Sebuah pola yang berbentuk alur bersambung di seluruh lingkaran ban,
dan kadang juga disebut dengan pola telapak garis (cacing).
Karakteristik :
- Rolling resistance yang rendah.
- Nyaman dikendarai.
- Slip ke samping yang kecil dan kestabilan serta manuvernya baik.
- Bunyi telapak yang rendah.
Penggunaan :
Banyak digunakan oleh semua tipe ban untuk kecepatan tinggi di jalan
aspal seperti ban truk, bus, truk mini serta mobil penumpang.
2. Lug
Bentuk :
Pola telapak berbentuk alur yang melintang dan kadang sering disebut
dengan pola telapak cross rib.
107
Karakteristik :
- Gaya gerak dan pengereman yang bagus.
- Traksi (daya dorong) yang sangat baik di jalan tak beraspal.
Penggunaan :
Sesuai untuk ban yang beroperasi di daerah dengan jalan tak beraspal,
hampir semua kendaraan industri dan off the road menggunakan pola
telapak jenis ini, mengingat daya dorongnya yang kuat.
3. Rib-Lug
Bentuk :
Bentuk pola telapak gabungan antara Rib dan Lug.
Karakteristik :
- Bentuk Rib di tengah-tengah telapak mencegah slip ke samping,
serta menambah kestabilan dan kemampuan bermanuver.
- Bentuk Lug yang berada di area shoulder memberikan daya dorong
dan pengereman yang baik.
Penggunaan :
Sangat cocok untuk ban yang beroperasi di berbagai macam permukaan
jalan, pola telapak seperti ini banyak digunakan oleh kendaraan truk dan
truk mini.
4. Block
Bentuk :
Pola telapak yang terdiri atas bentuk blok-blok yang berdiri sendiri,
kadang disebut juga dengan pola telapak kancing.
108
Karakteristik :
- Daya gerak dan pengereman yang sangat baik.
- Kemampuan bermanuver yang baik di permukaan jalan bersalju atau
berlumpur.
Penggunaan :
Banyak digunakan oleh hampir seluruh ban yang beroperasi di daerah
bersalju atau berlumpur, serta ban off the road. Pola telapak ini pun
banyak digunakan pada ban penumpang radial, karena penampilannya
yang dinamik.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan berbagai jenis pola telapak beserta
keistimewaan dan pemakaiannya :
Tabel 4.27 Jenis Pola Telapak
Jenis Pola Telapak Keistimewaan Pemakaian
Rib
1. Hambatan gulir rendah
2. Nyaman dikendarai
3. Slip ke samping kecil
dan stabil
4. Suara telapak rendah
- Jalan beraspal
- Kecepatan tinggi
Lug
1. Daya gerak dan
pengereman sangat
baik
2. Daya dorong sangat
baik
- Jenis jalan biasa
- Jalan tidak
beraspal, biasa
untuk jalan tanah
yang lunak
109
Rib-Lug
1. Penyetiran stabil,
mencegah slip ke
samping
2. Pola lug meningkatkan
daya pengereman dan
traksi
- Jenis jalan biasa
- Jalan tidak
beraspal rata,
jalan berbatu, dan
jalan tanah
Block
1. Daya gerak dan
pengereman baik sekali
2. Penyetiran yang stabil
di jalan bersalju/
lumpur
- Jenis jalan biasa
- Jalan tidak
beraspal (dapat
digunakan untuk
segala medan)
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
• Umur Ban
Ban mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur dan cara
penggunaannya. Biasanya umur maksimal ban ialah 6 tahun, baik sudah
ataupun belum pernah digunakan. Namun, banyak hal lain yang turut
mempengaruhi umur ban, seperti tekanan angin dan kondisi beban atau muatan.
Umur ban Dunlop diperkirakan cukup lama. Konsumen dapat
menggunakan ban dunlop hingga mencapai jarak tempuh 60.000 km.
Penggunaan di atas angka tersebut sebaiknya mengganti ban dengan yang baru.
Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai material yang digunakan,
tekanan angin, pola telapak, serta umur ban, dapat disimpulkan bahwa kualitas ban
Dunlop sangat baik. Dunlop menggunakan material-material dan memproduksi ban
dengan tekanan angin yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pola telapak
yang digunakan ban Dunlop pun sangat bervariasi dan disesuaikan dengan jalan yang
sering dilewati, entah jalanan beraspal, tidak beraspal, jalan tanah, hingga jalan
bersalju dan berlumpur. Selain itu, umur ban Dunlop juga cukup lama dengan umur
110
penggunaan yang mencapai sekitar 4 – 5 tahun atau jarak tempuh mencapai 60.000
km. Keunggulan lainnya dari ban Dunlop adalah ban nya yang relatif lebih empuk
dibanding merek ban lainnya. Oleh karena itu, tak heran jika sampai saat ini Dunlop
dipercaya oleh masyarakat sebagai ban yang memiliki mutu serta kualitas yang baik.
4.4.1.2 Partner Perusahaan
Ban Dunlop banyak digunakan dalam OEM (Original Equiptment
Manufacturing) mobil dimana penjualan dilakukan ke perusahaan perakit mobil
kendaraan, seperti Toyota, Honda, Suzuki, Nissan, dan Daihatsu yang telah menjalin
kerjasama dengannya. Sebut saja Suzuki Neo Baleno, Toyota Innova, Toyota Rush,
Avanza, Honda New CRV, Nissan X-Trail yang merupakan sebagian mobil yang
menggunakan Dunlop sebagai ban OEM nya.
Melihat banyaknya hubungan kerja sama yang dilakukan Dunlop dengan
berbagai perusahaan otomotif, tentunya membuat Dunlop lebih unggul dibanding
pesaingnya. Dunlop banyak melakukan kerjasama dengan Toyota, Honda, Suzuki,
Nissan, dan Daihatsu, dimana jika dilihat dari segi penjualannya, kelima merek mobil
tersebut menempati posisi yang baik (peringkat 8 besar) dari keseluruhan mobil yang
ada di Indonesia. Berikut adalah tabel yang menggambarkan posisi 8 besar pemain
mobil di Indonesia.
Tabel 4.28 Penjualan Mobil Bulan Agustus – Oktober 2008
Agustus September Oktober 2008
Toyota 18.770 17.077 18.245 173.179
Mitsubishi 9.033 7.638 7.389 76.195
Daihatsu 7.360 8.733 9.497 68.027
Suzuki 6.837 6.209 6.089 65.667
Honda 6.000 5.814 4.550 47.631
Nissan 3.197 2.853 2.916 27.614
111
Isuzu 2.655 2.421 2.241 22.501
Mazda 264 248 221 1.943
Lainnya 4.373 4.240 3.670 39.284
TOTAL 58.489 55.233 54.818 522.041
Sumber : www.kompas.com (2008)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Toyota menempati urutan pertama
dengan total penjualan sampai bulan Oktober tahun 2008 mencapai 173.179 unit,
yang diikuti oleh Mitsubishi sebanyak 76.195 unit dan Daihatsu sebanyak 68.027 unit.
Peringkat keempat diduduki oleh Suzuki dengan total penjualan sebanyak 65.667 unit
dan peringkat kelima oleh Honda sebanyak 47.631 unit.
Dunlop banyak melakukan kerja sama dengan Toyota, Honda, Nissan, Suzuki,
dan Daihatsu. Melihat penjualan mobil dari kelima perusahaan mobil tersebut, dimana
Toyota menempati urutan pertama, Daihatsu urutan ketiga, Suzuki urutan keempat,
Honda urutan kelima, dan Nissan urutan keenam dari total perusahaan otomotif
nasional, maka terbukti Dunlop memegang pasar dengan cukup kuat. Hal tersebut
juga dapat dilihat dari pangsa pasar yang dicapai kelima merek mobil tersebut (dalam
hal ini dibandingkan dengan merek mobil lainnya berdasarkan total penjualan otomotif
nasional dari bulan Januari hingga Oktober 2008). Perhitungan pangsa pasar dilakukan
dengan menggunakan rumus :
Ms = S Mt
di mana :
Ms = pangsa pasar, dinyatakan dalam istilah persentase
S = penjualan
Mt = total pasar
112
Berikut adalah pangsa pasar yang dimiliki oleh masing-masing merek mobil dari bulan
Januari hingga Oktober 2008 :
- Pangsa pasar Toyota
Ms = 173.179 = 0,3317 = 33,17 %
522.041
- Pangsa pasar Daihatsu
Ms = 68.027 = 0,1303 = 13,03 %
522.041
- Pangsa pasar Suzuki
Ms = 65.667 = 0,1258 = 12,58 %
522.041
- Pangsa pasar Honda
Ms = 47.631 = 0,0912 = 9,12 %
522.041
- Pangsa pasar Nissan
Ms = 27.614 = 0,0529 = 5,29 %
522.041
Tabel 4.29 Pangsa Pasar Lima Merek Mobil
Pangsa Pasar
Toyota 33.17%
Daihatsu 13.03%
Suzuki 12.58%
Honda 9.12%
Nissan 5.29%
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)
113
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pangsa pasar dari kelima
merek mobil tersebut cukup tinggi. Tak heran jika Dunlop banyak melakukan
kerjasama dengan perusahaan otomotif tersebut dengan menjadi OEM-nya.
4.4.1.3 Jaringan (Network) Dunlop
Jaringan yang dibangun oleh Dunlop sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan
banyaknya Dunlop Shops (authorized dealer dari PT. Sumi Rubber Indonesia) yang
tersebar di seluruh kota di Indonesia. Di Jakarta terdapat 43 Dunlop Shops, dimana 9
diantaranya berada di Jakarta Barat.
Berikut adalah daftar nama toko yang telah menjadi network dari Dunlop di
Jakarta Barat :
Tabel 4.30 Network Dunlop di Jakarta Barat
Nama Usaha Lokasi Tipe
Velindo Ban Daan Mogot D>SHOP
Tubagus Ban Tubagus Angke D>SHOP
Mudita/ Tetap Jaya Daan Mogot D>SHOP
ExpressTyres – Dunlop Mobile Service D>SHOP
TS Ban Pecenongan D>SIGN
Duta Motor Meruya D>SIGN
Century Ban Kebon Jeruk D>SIGN
Cemara Ban Meruya Ilir D>SIGN
PT. Anugerah Lestari Eka Karya Kedoya D>SIGN
Sumber : www.dunlop.co.id (2008)
Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 9 dealer tersebut, terdapat
5 dealer yang hanya menggunakan Dunlop Sign dan 4 dealer lainnya merupakan
114
Dunlop Shops. Perbedaan di antara keduanya ialah penggunaan Dunlop Sign hanya
sebagai tanda (sign board) saja bahwa di tempat tersebut juga tersedia ban Dunlop,
sedangkan Dunlop Shops ialah authorized dealer dari Dunlop.
Peluang usaha yang dapat dicapai oleh PT. Sumber Makmur
Melihat hasil analisis yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa
peluang yang dapat diperoleh PT. Sumber Makmur cukup besar. Hal tersebut dapat
terlihat dari segi pangsa pasar, kualitas produk yang dihasilkan, partner perusahaan,
serta jaringan yang dimiliki Dunlop.
Dilihat dari segi pangsa pasar, Dunlop cukup kuat memegang pasar di
Indonesia. Dengan pangsa pasar kurang lebih sebesar 20,84% dari total kelima besar
pemain ban di Indonesia, Dunlop menempati urutan ketiga setelah Bridgestone dan
Gajah Tunggal. Pangsa pasar tersebut adalah pangsa pasar ban Dunlop secara
keseluruhan di Indonesia. Untuk menentukan pangsa pasar ban Dunlop di Jakarta,
yang khususnya adalah di daerah Jakarta Barat, penulis menggunakan kuesioner
sebagai alat bantu dalam perhitungan pangsa pasar. Berdasarkan perhitungan pangsa
pasar dengan menggunakan analisis Markov yang penulis lakukan untuk daerah
Jakarta Barat, khususnya pada daerah Kebon Jeruk dan sekitarnya, terlihat bahwa
Dunlop memegang pangsa pasar kurang lebih sebesar 30,928%, yang mana pada
kondisi ekuilibirium Dunlop akan memegang pasar sebesar 27,48%. Berdasarkan
perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa Dunlop menempati urutan kedua setelah
Bridgestone.
Dari segi kualitas, ban Dunlop memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan
standar internasional. Memang dalam pembuatan ban sudah ada patokan atau standar
tertentu dimana setiap perusahaan pembuat ban wajib mengikuti standar tersebut.
Oleh karena itu, kualitas dari setiap merek ban tidak terlalu berbeda jauh. Namun,
115
kelebihan dari ban Dunlop ialah memiliki umur yang relatif lama, yaitu mencapai 4 – 5
tahun atau dengan jarak tempuh 60.000 km. Selain itu, ban Dunlop cukup terkenal
karena ban nya yang relatif lebih empuk dibandingkan merek ban lainnya.
Pesaing utama dari Dunlop adalah Bridgestone, namun dengan kualitas yang
hampir sama dan harga yang satu tingkat berada di bawah Bridgestone, membuat
Dunlop semakin dilirik oleh konsumen. Hal ini tentunya memberi peluang yang cukup
baik jika PT. Sumber Makmur menjadi authorized dealer dari Dunlop.
Dari segi partnership atau hubungan kerja sama, Dunlop banyak melakukan
kerja sama dengan perusahaan-perusahaan mobil yang cukup besar. Sebut saja
Toyota, Honda, Suzuki, Nissan, dan Daihatsu yang menjalin kerja sama dengan Dunlop
selama ini. Kelima merek mobil tersebut cukup dikenal oleh masyarakat. Hal tersebut
juga dibuktikan dengan total pangsa pasar kelima merek mobil tersebut yang
mencapai 73,19% dari total penjualan otomotif nasional secara keseluruhan di tahun
2008 ini. Dengan penjualan OEM Dunlop yang tinggi, tentunya akan meningkatkan
peluang yang dapat diraih PT. Sumber Makmur. Alasannya ialah sebagian besar
konsumen yang ingin membeli atau mengganti bannya cenderung ingin menggunakan
ban yang sama seperti ban yang saat ini digunakan. Misalnya, jika pada kondisi awal
yaitu saat konsumen membeli mobil baru, ban yang didapat dari mobil tersebut ialah
Dunlop, maka jika ia ingin mengganti bannya kemungkinan besar akan memilih Dunlop
lagi.
Peluang usaha yang dapat dicapai oleh PT. Sumber Makmur juga terlihat dari
segi jaringan yang dimiliki Dunlop. Saat ini, Dunlop memiliki cukup banyak Dunlop
Shops yaitu sebanyak 43 yang tersebar di seluruh Jakarta, dimana 9 di antaranya
berada di Jakarta Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dunlop, hingga saat ini
belum ada Dunlop Shops yang berada di sekitar daerah Jalan Panjang, Kebon Jeruk
dan sekitarnya, serta hanya ada 2 toko yang menggunakan Dunlop Sign di sekitar
116
daerah tersebut, yaitu di daerah Kebon Jeruk dan Meruya Ilir. Penggunaan Dunlop
Sign ini hanyalah dengan menaruh tanda (sign board) bahwa di toko tersebut juga
menjual ban Dunlop, namun mereka bukanlah authorized dealer dari Dunlop. Hal ini
tentunya turut meningkatkan peluang yang dapat dicapai PT. Sumber Makmur, dimana
yang diinginkan perusahaan ialah menjadi authorized dealer Dunlop atau yang disebut
dengan Dunlop Shops.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa PT. Sumber Makmur
memiliki peluang yang cukup besar jika menjadi authorized dealer dari Dunlop serta
berpotensi untuk membuka Dunlop Shops di Jalan Panjang.
4.4.2 Analisa Ban Merek Gajah Tunggal (GT Radial)
Setelah melakukan analisa untuk merek ban Dunlop, selanjutnya penulis
menganalisa merek ban Gajah Tunggal. Berikut adalah analisa yang dilakukan untuk
merek ban Gajah Tunggal dilihat dari beberapa aspek, seperti kualitas produk, partner
yang bekerja sama, serta jaringan yang dimiliki perusahaan.
4.4.2.1 Kualitas Produk Ban Gajah Tunggal
Gajah Tunggal merupakan produsen ban terbesar di Asia Selatan dan
menempati urutan ke-20 terbesar di dunia. Perusahaan ini hadir pada tahun 1951 yang
pada awalnya hanya memproduksi ban sepeda. Namun dengan pengembangan yang
terus menerus terjadi, perusahaan telah meluaskan produksinya dengan memproduksi
ban motor, ban mobil penumpang dan juga ban kendaraan lainnya.
Kualitas menjadi hal yang terpenting untuk Gajah Tunggal. Bahkan, pada awal
pendiriannya pun, Gajah Tunggal telah merancang tiga strategi bersaing, yaitu fokus
kepada kualitas, memilih segmen ban yang murah namun berkualitas, dan harus
menang di pasar ekspor. Hal tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan
117
didapatkannya ISO 9002 di tahun 1995, ISO 9001 pada tahun 1997, ISO/TS 16949 di
tahun 2004 dan berbagai penghargaan lainnya. Penghargaan yang didapat tak hanya
berasal dari dalam negeri saja, tetapi juga berasal dari luar negeri, seperti Eropa,
Jerman, Amerika Serikat, Filipina, Brazil, Kuwait, Saudi Arabia, dan Colombia. Bahkan,
GT Radial menjadi ban nomor satu di Filipina.
Kualitas produk (ban) yang dihasilkan oleh Gajah Tunggal tersebut dapat
dilihat dari berbagai aspek, yaitu :
• Material Ban
Sama seperti Dunlop, Gajah Tunggal juga menggunakan standar material
dalam pembuatan ban nya. Berbagai jenis material yang digunakan untuk
membuat struktur ban dapat dibagi secara garis besar sebagai berikut :
118
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.13 Material Ban
Karet alam (NR)
SBR BR IR IIR Karet sintetis lainnya
Karet daur ulang
Katun/ kapas
Rayon Nylon Polyester Aramid
Kawat baja Fiber glas
Kawat baja
Karbon hitam Silica Bahan lainnya
Belerang Akselerator Bahan lainnya
Anti oksidan Pengisi Pelembut Bahan lainnya
Karet
Benang
Kawat Bead
Bahan Campuran Karet
Material Ban
119
Karet Ban
Jenis-jenis karet terbagi menjadi 2, yaitu :
♦ Karet Alam
Karet alam berasal dari getah pohon karet (lateks), yang
kemudian ditambahkan bahan kimia lainnya. Berdasarkan cara
pembuatannya, karet alam digolongkan menjadi RSS atau Ribbed
Smoked Sheet (Lembaran karet yang diasap untuk menghindari
pembusukan), ADS atau Air Dried Sheet (Lembaran karet yang
dikeringkan dengan udara panas) dan ampas karet. Semua karet
tersebut disebut dengan karet mentah, dan diklasifikasikan berdasarkan
kelemahan dan kerusakannya agar sesuai dengan standar internasional.
Karet alam mempunyai karakteristik yang merata di seluruh
aspek, dapat dipakai untuk berbagai keperluan, serta mempunyai sifat-
sifat fisik (physical property) yang baik setelah menjadi kompon. Selain
itu karet alam mempunyai tensile strength, ketahanan terhadap
keretakan dan proses pengerjaan yang menguntungkan, mampu
dikerjakan pada kondisi yang beragam hingga ke tingkat temperatur
yang tinggi, selain itu membangkitkan panas rendah, dan ketahanan
terhadap separation yang baik. Namun demikian ketahanan terhadap
proses penuaan rendah, mulai berubah sifat fisiknya, serta bila
dibandingkan dengan karet sintetis, karakteristik karet alam hanya
sedikit lebih rendah dari segi ketahanan terhadap keausan dan daya
cengkeram.
Mengingat banyaknya peningkatan mutu karet sintetis,
pemakaian karet alam menjadi cenderung berkurang, tapi akhir-akhir ini
mengingat ban dengan steel radial banyak diproduksi, pemakaian karet
120
alam kembali meningkat karena daya rekat karet alam terhadap steel
sangat baik.
Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis karet alam
beserta dengan penggunaannya :
Tabel 4.31 Jenis-jenis Karet Alam
Type Penampilan Pemakaian
Ribbed Smoked
Sheet (RRS)
Lembaran berlubang
berwarna coklat
kekuning-kuningan.
Jenis umum karet yang terbuat dari
lateks, banyak digunakan untuk
pembuatan ban serta barang industri
lainnya.
Diklasifikasikan menurut mutunya dari
1 hingga 5.
Brown Crepe Berwarna coklat
kekuning-kuningan
seperti bentuk karpet.
Karet berkelas rendah, murah dan
mudah bocor dan merupakan karet
lembaran yang tidak melalui proses
pengasapan.
Banyak dipakai untuk barang industri
sepatu dan juga ban.
TS Rubber (Karet
berspesifikasi
teknis)
Berbentuk blok dan
berwarna coklat
kekuning-kuningan.
Karet alam yang dihitung seberapa
banyak penambahan karakteristik
kerusakan karetnya.
Cara pengemasan seperti karet
sintetis, seberat 30-35 kg.
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
121
♦ Karet Sintetis
Pengembangan karet sintetis ditingkatkan seiring dengan
pengembangan industri otomotif yang dimulai pada pertengahan tahun
1950, dan banyak membutuhkan ban yang tahan terhadap panas,
kerusakan, keausan dan sebagainya. Oleh karenanya produksi karet
sintetis sebagai pengganti karet alam menjadi berkembang pesat.
Atas alasan ini, penggunaan karet sintetis yang memiliki
karakteristik tertentu seperti ketahanan terhadap panas, keausan dan
sebagainya, banyak dipakai hingga batas tertentu. Pada umumnya
pemakaian karet sintetis pada ban tidak hanya satu jenis saja, tetapi
mencampurkan 2 atau 3 jenis karet sintetis.
Namun, setelah melalui proses riset dan pengembangan yang
berkelanjutan, ditemukanlah IR (Isoprennen Rubber) yang sifat-sifat
fisiknya hampir sama dengan karet alam, sehingga banyak digunakan.
Pada pertengahan tahun 1970, pemakaian karet sintetis untuk proses
pembuatan ban mencapai di atas 64%, namun seiring dengan
pengembangan ban radial, terjadi kenaikan harga, sehingga sekali lagi
pemakaian karet alam kembali dilirik dan mulai meningkat kembali
pemakaiannya.
Perbedaan karet alam dan karet sintetis secara garis besar ditampilkan pada
tabel berikut yang menjelaskan mengenai sifat dan pemakaian tiap-tiap jenis
karet :
122
Tabel 4.32 Sifat dan Pemakaian Karet
Klasifikasi Jenis Karet Kemampuan Fisis Penggunaan
pada umumnya
Keuntungan Kerugian
Karet alam NR
(Karet Alam)
Hampir merata di
seluruh aspek,
terutama tensile
strength, ketahanan
akan keretakan, serta
mudah dikerjakan
Mengingat hasil
alam, maka
tercampurnya
benda asing pasti
terjadi, sehingga
variasi sifat fisis
karet sulit dihindari
Tread dan casing
ban truk dan bus,
casing ban
penumpang
Karet sintetis SBR
(Styrene-
Butadiene
Rubber)
Secara umum,
ketahanan ausnya
bagus serta mudah
dikerjakan
Pembangkitan
panas yang tinggi
Semua jenis
tread ban
BR
(Butadiene
Rubber)
Jika dibanding
dengan SBR,
elastisitas, ketahanan
terhadap keausan
dan kelelahan, BR
lebih baik
Tensile strength
dan ketahanan
terhadap keretakan
rendah, tidak cocok
dipakai jalan kasar
Tread ban yang
beroperasi di
jalan bagus
IR
(Isoprene
Rubber)
Memiliki sifat fisis
yang sama dengan
karet alam, sehingga
disebut juga karet
alam sintetis
Proses
pengerjaannya sulit
Tread dan casing
ban truk dan bus,
casing ban
penumpang
EPT
(Ethylene
Propylene
Terpolymer)
Mempunyai sifat fisis
yang unggul
terutama tahan
terhadap ozon, cuaca
dan ketahanan
Proses vulkanisasi
lambat serta
bersifat lengket
Sidewalls, inner
liner dan ban
dalam
123
Serat alami
Serat buatan
Inorganic
Synthetic
terhadap panas
IIR
(Isobutylene
Isoprene Rubber)
Perembesan udara
sangat rendah
Proses
pengerjaannya sulit
Inner liner, ban
dalam
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Selain dari jenis karet di atas, ada juga karet daur ulang, dimana sifat, proses
kimia, vulkanisasi dan elastisitasnya sangat buruk.
Benang Ban
Secara garis besar berbagai serat pembuat ban dapat dilihat pada bagan berikut:
Kapas
Rayon
Nylon
Polyester
Aramid
Kawat Baja
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.14 Serat Pembuat Ban
1. Benang kapas
Kapas adalah benang pertama yang digunakan sebagai rangka
(casing) dari ban. Mengingat kekuatan dan hygroskopisitas (daya serap air)
kapas yang buruk jika dibanding dengan serat yang lain, maka kapas tidak
lagi digunakan sebagai benang ban.
124
2. Benang rayon
Seperti halnya benang kapas, rayon mempunyai karakteristik yang
kuat, tahan terhadap panas dan fatique (kelelahan), sehingga benang rayon
menjadi bahan utama benang pembuat ban. Namun pemakaian benang
rayon untuk sementara waktu menurun karena pemakaian serat sintetis
yang lain. Dengan ditemukannya ban radial, pemakaian rayon kembali
meningkat. Mengingat banyaknya benang rayon, kini benang tersebut
banyak dipakai sebagai benang casing.
3. Benang nylon
Nylon adalah benang yang sangat kuat dan elastis, spesifik gravity
dan hygroskopisitas yang rendah, namun nylon akan mengerut pada saat
dipanaskan. Meskipun demikian kini nylon banyak digunakan sebagai
material benang ban bias seperti ban truk dan bus serta ban off the road.
4. Benang polyester
Kekuatan polyester hampir menyamai benang nylon, namun
polyester mempunyai kelebihan elastisitas dan tidak peka terhadap panas
jika dibanding dengan nylon, maka polyester banyak digunakan sebagai
benang casing dan belt dari ban penumpang radial maupun bias.
5. Benang aramid
Aramid adalah benang yang terkuat di antara sintetis lainnya,
tingkat kemulurannya sangat rendah. Pemakaian benang aramid sebagai
material benang ban masih terbatas, sebab biaya pembuatannya sangat
tinggi dan susah dalam proses pengerjaannya.
125
6. Kawat baja
Pemakaian kawat baja meningkat tajam seiring dengan
meningkatnya produksi ban radial. Hal ini disebabkan kawat baja memiliki
ketahanan tarik yang tinggi serta sangat elastis, aspek yang dibutuhkan
untuk membuat material belt pada ban radial. Kawat baja apabila dipilin
akan menghasilkan karakteristik fleksibilitas dan ketahanan terhadap
kelelahan yang tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai casing dan belts
dari ban truk dan bus radial, off the road dan belts ban penumpang radial.
Berikut adalah grafik persentase kemuluran material benang ban :
200 Steel
100
Polyester
Rayon
Nylon
0 10 20
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.15 Grafik Persentase Kemuluran Material Benang Ban
126
Ban Gajah Tunggal menggunakan seluruh material ban tersebut dengan
perkiraan perincian bahan baku pada tahun 2007 dalam bentuk persentase
sebagai berikut :
Rincian Bahan Baku
35%
14%
12%20%
19%
Karet Alam
Karet Sintetis
Kain Ban
Carbon Black
Lainnya
Sumber : www.gt-tires.com (2008)
Gambar 4.16 Rincian Bahan Baku Ban Gajah Tunggal
• Pemeliharaan tekanan angin
Sama seperti ban Dunlop, ban Gajah Tunggal juga menggunakan dua
jenis ban, yaitu ban jenis tube type dan ban jenis tubeless. Sejak ditemukannya
ban jenis ini di Amerika, kebutuhan akan ban tubeless terus bertambah seiring
dengan pembangunan jalan tol. Permintaan meningkat tajam, karena pabrik
mobil menggunakannya dan juga telah terjadi kecenderungan untuk mengganti
ban tube type dengan ban tubeless. Berikut adalah gambar yang menunjukkan
adanya perbedaan antara ban jenis tube type dan jenis tubeless :
127
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
Gambar 4.17 Perbedaan Ban Jenis Tube Type dan Tubeless
Ban tube (ban dengan ban dalam – T/T) adalah tipe ban dengan tube/
pipa dalam yang diisi dengan udara. Sedangkan, ban tubeless (ban tanpa ban
dalam – T/L) adalah tipe ban yang mempunyai lapisan karet spesial (lapisan
dalam) dengan sedikit air permeability pada bagian dalam dan menggunakan
material yang tahan bocor pada bagian bead sebagai pengganti tube. Ban jenis
ini tidak akan mudah kempis bahkan ketika terkena paku saat digunakan.
Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai karakteristik kinerja
ban tubeless :
Tabel 4.33 Karakterisktik Kinerja Ban Tubeless
Karakteristik
Kinerja Ban
Tubeless
Deskripsi
Konstruksi 1. Lapisan karet (inner liner), seperti layaknya ban dalam
pada ban jenis tube type, ditambahkan di sisi dalam
ban tubeless yang berfungsi menampung tekanan
udara.
128
2. Memakai rim valve.
3. Memiliki seal pada bagian bead nya.
Kelebihan 1. Semua masalah karena tube (seperti : terlipat, terjepit)
bisa dihindari.
2. Kebocoran yang mendadak akibat tertusuk paku bisa
dicegah.
3. Kebocoran berjalan lambat, meski paku tertancap di
telapak ban.
4. Karena tekanan udara kontak langsung dengan velg,
pembuangan panasnya efisien.
Kekurangan 1. Mengingat tekanan udara ditahan seal bead, apabila
bead rusak, ban akan kehilangan tekanan angin
bahkan rusak (separation).
2. Kebocoran mungkin terjadi, apabila velg/ flange velg
bengkok, rusak, atau valve rimnya berkarat.
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
• Pola telapak (tread pattern)
Pola telapak yang digunakan oleh ban GT tersedia dalam beragam jenis
pola, yang mana setiap pola telapak memiliki karakteristik masing-masing dan
sesuai dengan spesifikasi pemakaiannya.
Mengingat penjualan ban sangat tergantung pada seberapa atraktifnya
pola telapak ban, pola telapak yang modern pada ban penumpang menjadi
faktor yang sangat penting. Oleh karena itu pembuat ban sangat menekankan
pada peningkatan pola telapak. Sama seperti Dunlop, GT juga menggunakan
pola telapak yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Meski pada
129
kenyataannya tidak ada pola telapak ban yang sama, namun secara umum pola
telapak ban dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Rib
Bentuk :
Sebuah pola yang berbentuk alur bersambung di seluruh lingkaran ban,
dan kadang juga disebut dengan pola telapak garis (cacing).
Karakteristik :
- Rolling resistance yang rendah.
- Nyaman dikendarai.
- Slip ke samping yang kecil dan kestabilan serta manuvernya baik.
- Bunyi telapak yang rendah.
Penggunaan :
Banyak digunakan oleh semua tipe ban untuk kecepatan tinggi di jalan
aspal seperti ban truk, bus, truk mini serta mobil penumpang.
2. Lug
Bentuk :
Pola telapak berbentuk alur yang melintang dan kadang sering disebut
dengan pola telapak cross rib.
Karakteristik :
- Gaya gerak dan pengereman yang bagus.
- Traksi (daya dorong) yang sangat baik di jalan tak beraspal.
Penggunaan :
Sesuai untuk ban yang beroperasi di daerah dengan jalan tak beraspal,
hampir semua kendaraan industri dan off the road menggunakan pola
telapak jenis ini, mengingat daya dorongnya yang kuat.
130
3. Rib-Lug
Bentuk :
Bentuk pola telapak gabungan antara Rib dan Lug.
Karakteristik :
- Bentuk Rib di tengah-tengah telapak mencegah slip ke samping,
serta menambah kestabilan dan kemampuan bermanuver.
- Bentuk Lug yang berada di area shoulder memberikan daya dorong
dan pengereman yang baik.
Penggunaan :
Sangat cocok untuk ban yang beroperasi di berbagai macam permukaan
jalan, pola telapak seperti ini banyak digunakan oleh kendaraan truk dan
truk mini.
4. Block
Bentuk :
Pola telapak yang terdiri atas bentuk blok-blok yang berdiri sendiri,
kadang disebut juga dengan pola telapak kancing.
Karakteristik :
- Daya gerak dan pengereman yang sangat baik.
- Kemampuan bermanuver yang baik di permukaan jalan bersalju atau
berlumpur.
Penggunaan :
Banyak digunakan oleh hampir seluruh ban yang beroperasi di daerah
bersalju atau berlumpur, serta ban off the road. Pola telapak ini pun
banyak digunakan pada ban penumpang radial, karena penampilannya
yang dinamik.
131
Berikut adalah tabel yang menggambarkan berbagai jenis pola telapak beserta
keistimewaan dan pemakaiannya :
Tabel 4.34 Jenis Pola Telapak
Jenis Pola Telapak Keistimewaan Pemakaian
Rib
1. Hambatan gulir rendah
2. Nyaman dikendarai
3. Slip ke samping kecil
dan stabil
4. Suara telapak rendah
- Jalan beraspal
- Kecepatan tinggi
Lug
1. Daya gerak dan
pengereman sangat
baik
2. Daya dorong sangat
baik
- Jenis jalan biasa
- Jalan tidak
beraspal, biasa
untuk jalan tanah
yang lunak
Rib-Lug
1. Penyetiran stabil,
mencegah slip ke
samping
2. Pola lug meningkatkan
daya pengereman dan
traksi
- Jenis jalan biasa
- Jalan tidak
beraspal rata,
jalan berbatu, dan
jalan tanah
Block
1. Daya gerak dan
pengereman baik sekali
2. Penyetiran yang stabil
di jalan bersalju/
lumpur
- Jenis jalan biasa
- Jalan tidak
beraspal (dapat
digunakan untuk
segala medan)
Sumber : Data dari Perusahaan (2008)
132
• Umur Ban
Ban mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur dan cara
penggunaannya. Biasanya umur maksimal ban ialah 6 tahun, baik sudah
ataupun belum pernah digunakan. Namun, banyak hal lain yang turut
mempengaruhi umur ban, seperti tekanan angin dan kondisi beban atau muatan.
Ban GT memiliki umur yang diperkirakan mencapai 3 hingga 4 tahun.
Dengan umur yang cukup lama, maka tak heran jika banyak konsumen yang
memilih GT sebagai ban andalannya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai material yang digunakan,
tekanan angin, pola telapak, serta umur ban, dapat disimpulkan bahwa kualitas ban
Gajah Tunggal sangat baik. Sama seperti Dunlop, GT juga menggunakan material-
material dan memproduksi ban dengan tekanan angin yang sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Pola telapak yang digunakan ban GT juga sangat bervariasi dan
disesuaikan dengan jalan yang sering dilewati, entah jalanan beraspal, tidak beraspal,
jalan tanah, hingga jalan bersalju dan berlumpur. Dengan umur ban yang mencapai 3
hingga 4 tahun, tak heran jika sampai saat ini GT tetap menjadi ban pilihan konsumen.
4.4.2.2 Partner Perusahaan
Hubungan kerjasama yang dilakukan PT. Gajah Tunggal, Tbk dengan
perusahaan lain banyak terjalin. Hubungan kerja sama terakhir yang dilakukan
perusahaan ini ialah bekerjasama dengan Michelin yang merupakan salah satu
produsen ban terbesar di dunia, yang masuk menjadi pemegang saham sebesar 10%.
Selain itu, PT. Gajah Tunggal, Tbk juga menjalin kerjasama dengan Nokian Tyres yang
merupakan produsen ban papan atas di Eropa yang terkenal dengan produk ban
133
saljunya, serta dengan IRC yang merupakan produsen ban sepeda motor terkemuka di
Jepang.
PT. Gajah Tunggal, Tbk ini memang lebih banyak menjalin kerja sama dengan
perusahaan-perusahaan di luar negeri, karena tujuan mereka memang memenangkan
pasar global. Bahkan, menurut Catharina Widjaja, Director Corporate Communication
Investor Relations PT. Gajah Tunggal, Tbk, jika menang di pasar global tentunya akan
mudah meraih pasar di lokal (www.tradexpoinindonesia.com). Tak heran jika hanya
sedikit perusahaan otomotif nasional yang bekerja sama dalam menggunakan ban GT
sebagai OEM-nya.
4.4.2.3 Jaringan (network) Gajah Tunggal
Jaringan yang dimiliki PT. Gajah Tunggal, Tbk ini sangat kuat, baik domestik
maupun dalam kancah internasional. Produk dari perusahaan ini, yaitu ban dengan
merek GT Radial dipasarkan di lebih dari 100 negara dan memiliki kurang lebih 5000
ritel di seluruh dunia. GT memiliki 75 distributor di seluruh dunia, dimana di Indonesia
sendiri distributor juga tersebar di seluruh kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Lampung, Banjarmasin,
Balikpapan, Manado, Ambon, Jayapura, dan lain sebagainya.
GT juga memilik 30 gerai ritel di 16 kota di seluruh Indonesia, dimana di
Jakarta sendiri, PT. Gajah Tunggal, Tbk ini memiliki 9 dealer yang tersebar di seluruh
Jakarta, yang disebut dengan Tirezone. Dari 9 dealer tersebut hanya terdapat 2 dealer
saja di Jakarta Barat, yaitu Precision Spooring yang terletak di daerah Meruya dan The
Bengkel yang berada di daerah Kebayoran Lama. Selain memiliki gerai ritel yang cukup
banyak, GT juga menjual produknya di 8 gerai Carrefour di Indonesia.
134
Peluang usaha yang dapat dicapai oleh PT. Sumber Makmur
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa PT.
Sumber Makmur memiliki peluang yang tidak terlalu besar jika menjadi dealer dari
Gajah Tunggal. Hal tersebut terlihat dari pangsa pasar, partner dan jaringan yang
dimiliki oleh GT.
Dari segi pangsa pasar, Gajah Tunggal memegang pasar cukup kuat. Terbukti
dengan pangsa pasar mencapai 29,39% dari total penjualan seluruh merek ban di
tahun 2007, yang merupakan urutan kedua setelah Bridgestone. Namun untuk daerah
Jakarta Barat sendiri berdasarkan hasil yang diperoleh penulis melalui kuesioner, GT
hanya memegang pasar sebesar 6,186%, dengan urutan terakhir setelah Bridgestone,
Dunlop, Goodyear, dan Accelera. Dimana pada kondisi ekuilibrium pun, pangsa pasar
yang dapat diperoleh GT hanya sebesar 10,45% dan masih berada di bawah
Bridgestone dan Dunlop. Hal tersebut tentunya memperlihatkan kecenderungan
masyarakat di Jakarta Barat, khususnya daerah Kebon Jeruk dan sekitarnya tidak
begitu optimis terhadap ban GT.
Dari segi kualitas, pada umumnya tidak terlalu berbeda jauh dengan merek
ban lainnya, karena GT juga menerapkan kualitas yang sesuai dengan standar
internasional. Dengan kualitas berskala internasional yang terbukti dengan banyaknya
ekspor yang dilakukan oleh Gajah Tunggal ke luar negeri, tentu saja membuat
masyarakat lebih aware dengan ban GT. Namun, GT lebih sering memberikan hasil
produksinya itu untuk diekspor dibandingkan dengan menjadi OEM. Di tahun 2007
saja, diperkirakan 46% dari hasil produksinya diberikan untuk ekspor, sedangkan
hanya 6% yang digunakan dalam OEM, dan sisanya (48%) digunakan untuk
replacement market. Melihat fakta tersebut, PT. Sumber Makmur diperkirakan hanya
akan memiliki peluang sebesar-besarnya 48% dari total seluruh produksi yang
dilakukan oleh PT. Gajah Tunggal, Tbk dan tentunya hal tersebut dapat memperkecil
135
kemungkinan peluang berhasilnya Sumber Makmur dalam meraih pangsa pasar yang
ada.
Dari segi partnership, Gajah Tunggal banyak melakukan kerjasama dengan
beberapa perusahaan asing, seperti Michelin, Nokian Tyres dan IRC. Salah satu bentuk
kerjasama GT yang dapat menjadi peluang baik bagi PT. Sumber Makmur adalah
kerjasamanya dengan Michelin. Mengingat angka penjualan ban Michelin yang cukup
tinggi tentunya memberi pengaruh yang cukup besar. Bahkan, Catharina Widjaja,
Direktur Gajah Tunggal menyatakan bahwa permintaan Michelin terus meningkat
setiap tahun. Pada tahun 2005, pesanan hanya sekitar 650.000 unit, namun di tahun
2007 pesanan Michelin meningkat hingga mencapai 2.300.000 unit ban, dan
diperkirakan di tahun 2010 nanti sudah mencapai 5 juta-an (www.majalahtrust.com).
Dengan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh Gajah Tunggal dan Michelin tersebut
tentunya dapat meningkatkan penjualan dan memiliki pengaruh yang signifikan bagi
peluang yang dapat diraih oleh PT. Sumber Makmur.
Dari segi jaringan, Gajah Tunggal memiliki jaringan distributor dan gerai ritel
yang cukup banyak dan tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia. GT
memiliki 9 authorized dealer yang tersebar di seluruh Jakarta, dimana 2 di antaranya
terdapat di Jakarta Barat. Selain itu, GT juga menjual produknya di 8 gerai Carrefour di
Indonesia. Hal tersebut, tentu saja dapat memperkecil peluang yang dapat diraih oleh
PT. Sumber Makmur. Memang hanya ada 2 Tirezone saja yang berada di Jakarta Barat
dan juga tidak ada Tirezone yang berada di sekitar Jalan Panjang, namun dengan
dibukanya counter-counter penjualan GT di Carrefour tentunya akan memperkecil
peluang yang akan diperoleh perusahaan.
Berdasarkan analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa peluang yang akan
diperoleh PT. Sumber Makmur jika menjadi authorized dealer dari GT tidak terlalu
besar. Mengingat banyaknya ban yang diproduksi GT mayoritas digunakan untuk
136
ekspor dan hanya sedikit yang diproduksi untuk nasional. Selain itu, dengan banyak
dibukanya counter GT di gerai-gerai Carrefour, tentunya akan mempertinggi tingkat
persaingan yang ada.
4.4.3 Analisa Perbandingan Ban Dunlop dan Gajah Tunggal
Untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antara kedua merek ban
tersebut, maka berikut adalah tabel perbandingan antara ban Dunlop dan GT Radial
dilihat dari segi jenis dan segmentasi, besarnya pangsa pasar yang dicapai, kualitas,
partner, jaringan, serta penjualan yang dicapai masing-masing merek.
Tabel 4.35 Perbandingan Dunlop dan Gajah Tunggal
Dunlop Gajah Tunggal
Jenis Produksi
• Produksi
• Hadir di Indonesia
Lokal
Tahun 1995
Lokal
Tahun 1951
Segmentasi OEM, Replacement Economical tires, Replacement
Peluang Pasar
• Berdasarkan penjualan
perusahaan tahun 2007
• Berdasarkan hasil
kuesioner
• Berdasarkan perhitungan
Markov saat kondisi
Ekuilibirum
20,84 %
30,93 %
27,48 %
29,39 %
6,19 %
10,45 %
Kualitas Ban
• Material Ban
Sesuai standar berlaku
Sesuai standar berlaku
137
• Pola Telapak
• Umur Ban
Sesuai standar berlaku
4 – 5 tahun/ 60.000 km
Sesuai standar berlaku
3 – 4 tahun
Partner Perusahaan Banyak digunakan untuk OEM.
Perusahaan yang bekerjasama
antara lain Toyota, Honda,
Nissan, Suzuki, dan Daihatsu.
Memiliki partner dengan
produsen ban lainnya, seperti
Michelin, Nokian Tyres, dan
IRC.
Jaringan
• Jaringan di Jakarta
• Jaringan di Jakarta Barat
• Jaringan lainnya
43 dealer
9 dealer
-
9 dealer
2 dealer
Tersedia di 8 gerai Carrefour
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis (2008)
Tabel di atas merupakan hasil analisa perbandingan antara ban merek Dunlop
dan GT yang dilihat berdasarkan jenis produksi, segmentasi, peluang pasar, kualitas
ban yang dihasilkan, serta partner dan jaringan yang dimiliki perusahaan.
Dilihat dari jenis produksinya, kedua merek ban ini sama-sama merupakan ban
lokal, dimana ban tersebut diproduksi di dalam negeri. Memang kehadiran GT di
Indonesia yang hadir pada tahun 1951 lebih awal dibandingkan Dunlop yang baru
hadir di Indonesia tahun 1995. Namun, sebenarnya Dunlop telah lahir pada tahun
1888 di Jepang, dan karena adanya gempa bumi dahsyat sehingga menghancurkan
pabrik yang berada di Kobe, Jepang, maka sebagai penggantinya dibangunlah pabrik
ban baru di Indonesia. Dunlop memang pada awalnya merupakan ban yang berasal
dari Jepang, namun sekarang ini telah menjadi ban lokal karena pembuatannya sudah
di Indonesia. Berbeda dengan GT yang memang merupakan ban keluaran asli
Indonesia.
138
Berdasarkan segmentasinya, ban Dunlop memang lebih sering bermain dalam
pasar OEM (Original Equiptment Manufacturing), dimana penjualan dilakukan ke
perusahaan perakit mobil kendaraan dan juga dalam pasar replacement, dimana
penjualan dilakukan langsung ke agen-agen. Sementara itu, GT lebih sering bermain di
pasar ban ekonomis (economical tires) dan pasar replacement, dan sedikit bermain
dalam pasar OEM. Selain itu, GT juga lebih sering melakukan ekspor. Di tahun 2007
saja, 42% dari total produksinya digunakan untuk ekspor ke negara-negara seperti
Amerika Serikat (37%), pasar Eropa (26%), negara-negara Timur Tengah (20%), dan
sisanya diekspor ke Asia dan Afrika.
Dilihat dari peluang pasarnya, penjualan ban GT memang lebih tinggi
dibandingkan Dunlop jika dilihat dari total penjualan keseluruhan. Namun, berdasarkan
hasil kuesioner yang disebar di Jakarta Barat (daerah Kebon Jeruk dan sekitarnya),
mayoritas masyarakat lebih banyak menggunakan Dunlop sebagai ban andalan
mereka. Mengingat PT. Sumber Makmur akan membuka cabangnya di daerah
tersebut, tentunya harus mengikuti selera masyarakat yang ada di sekitarnya. Dengan
menjadi authorized dealer dari Dunlop, tentunya peluang pasar yang dapat dicapai
akan lebih besar jika dibandingkan menjadi authorized dealer dari GT.
Kualitas ban yang dimiliki oleh Dunlop dan GT tidak terlalu berbeda jauh,
karena mereka sama-sama menggunakan standar internasional dalam pembuatannya.
Namun, umur ban Dunlop cenderung lebih lama, yaitu 4 - 5 tahun atau penggunaan
mobil yang mencapai sekitar 60.000 km. Sementara, umur ban GT hanya 3 – 4 tahun.
Selain itu, dalam penggunaannya, ban Dunlop terasa lebih empuk dibandingkan ban
GT.
Hubungan kerjasama Dunlop memang lebih banyak dilakukan dengan
perusahaan-perusahaan otomotif nasional, seperti Toyota, Honda, Nissan, Suzuki, dan
Daihatsu. Hal tersebut dilakukan karena Dunlop memang lebih sering bermain di pasar
139
OEM. Sementara itu, GT lebih sering melakukan kerjasama dengan perusahaan-
perusahaan internasional, seperti Michelin yang merupakan salah satu produsen ban
terbesar di dunia, Nokian Tyres yang merupakan produsen papan kelas atas Eropa dan
terkenal dengan produk ban saljunya, serta IRC yang merupakan produsen ban sepeda
motor terkemuka di Jepang. Kerjasama yang dilakukan GT itu terutama bertujuan
untuk memenangkan pasar ekspor, dimana menurut Catharina Widjaja, Director
Corporate Communications Investor Relations PT. Gajah Tunggal, Tbk, jika sudah
menang dalam pasar global tentunya akan lebih mudah dalam merebut pasar lokal.
Berdasarkan jaringan yang dimiliki, Dunlop telah memiliki 43 dealer di seluruh
Jakarta, dimana 9 di antaranya berlokasi di Jakarta Barat. Sementara itu, GT hanya
memiliki 9 dealer di seluruh Jakarta dan hanya ada 2 dealer di Jakarta Barat. Namun,
GT juga membuka counter-counter penjualan di 8 gerai Carrefour yang tersebar di
Indonesia. Hal tersebut tentu saja dapat mengurangi potensi pasar yang dapat
diperoleh PT. Sumber Makmur.
Setelah melakukan analisis perbedaan antara kedua merek ban tersebut,
penulis memberikan sejumlah kuesioner pembobotan yang diisi oleh pihak perusahaan.
Adapun hasil dari kuesioner tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.36 Hasil Matriks Kompetitif Perusahaan (CPM)
Faktor Sukses Kritis Bobot Dunlop Gajah Tunggal (GT)
Rating Skor Rating Skor
Jenis Produksi 0.10 2 0.20 3 0.30
Segmentasi 0.15 3 0.45 2 0.30
Peluang Pasar 0.2 3 0.60 2 0.40
Kualitas Ban 0.2 3 0.60 2 0.40
140
Partner Perusahaan 0.15 4 0.60 1 0.15
Jaringan 0.2 3 0.60 2 0.40
TOTAL 1.00 3.05 1.95
Sumber : Hasil Kuesioner (2008)
Dari hasil matriks kompetitif perusahaan di atas, dapat diketahui bahwa nilai untuk
Dunlop adalah 3.05 dan untuk GT adalah 1.95. Berdasarkan analisa yang dilakukan penulis
dan kuesioner yang diisi oleh perusahaan, terbukti bahwa Dunlop lebih unggul
dibandingkan GT. Sehingga, penulis dapat merekomendasikan pada perusahaan bahwa
menjadi dealer dari Dunlop akan lebih berpeluang dibandingkan jika menjadi dealer GT.
4.5 Implikasi Hasil Penelitian
Pertumbuhan produksi dan penjualan ban di tahun 2007 terus mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari perbandingannya
dengan tahun 2006 dimana total penjualan hanya mencapai 39.582 unit, sedangkan di tahun
2007 mencapai 42.334 unit. Peningkatan penjualan tersebut juga dialami oleh lima
perusahaan besar ban yang tergabung dalam APBI (Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia),
yaitu PT. Goodyear Indonesia, PT. Bridgestone Tire Indonesia, PT. Gajah Tunggal Tbk, PT.
Sumi Rubber Indonesia, dan PT. Elang Perdana Tyre Industry.
Setelah dilakukan analisis mengenai besarnya pangsa pasar yang dimiliki oleh kelima
perusahaan ban tersebut, diperoleh hasil bahwa PT. Goodyear Indonesia (Goodyear)
menguasai pangsa pasar sebanyak 6,09%, PT. Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone)
sebanyak 39,69%, PT Gajah Tunggal, Tbk (GT Radial) sebanyak 29,39%, PT. Sumi Rubber
Indonesia (Dunlop) sebanyak 20,84%, dan PT. Elang Perdana Tyre Industry (Accelera)
sebanyak 3,99%.
141
Hasil perolehan tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil kuesioner yang telah
disebarkan. Dari kuesioner tersebut diperoleh hasil bahwa masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah Jakarta Barat, khususnya kawasan Kebon Jeruk dan sekitarnya menyukai
Bridgestone sebagai ban andalannya. Terbukti dari hasil pangsa pasar yang diperoleh,
dimana Bridgestone menguasai pangsa pasar sebesar 40,206%, GT Radial sebesar 6,186%,
Dunlop sebesar 30,928%, Goodyear sebesar 12,371%, dan Accelera sebesar 10,309%.
Setelah itu untuk menentukan kondisi pangsa pasar kelima merek ban tersebut pada
kondisi ekuilibrium dilakukan perhitungan dengan Markov Chains. Dimana hasil yang
diperoleh ialah Bridgestone akan menguasai pasar sebesar 53,33%, GT Radial menguasai
pasar sebesar 10,45%, Dunlop menguasai pasar sebesar 27,48%, Goodyear menguasai
pasar sebesar 11,69%, dan Accelera menguasai pasar sebesar 0%.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh tersebut, penulis kembali mengkonfirmasikan
hal tersebut kepada perusahaan, dimana pada akhirnya perusahaan memilih dua alternatif
untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. PT. Sumber Makmur yang pada awalnya ingin menjadi
authorized dealer dari Bridgestone, tidak dapat lagi menggunakannya mengingat di lokasi
barunya sudah terdapat dua authorized dealer Bridgestone. Oleh karena itu, perusahaan
memilih dua alternatif lain, yaitu dengan menjadi authorized dealer dari Dunlop atau Gajah
Tunggal (GT).
Setelah melakukan analisis pada kedua merek ban tersebut, yang dianalisis dari
berbagai aspek, seperti pangsa pasar yang dimiliki, kualitas dari hasil produknya, partner,
serta jaringan yang dimiliki perusahaan, diambil kesimpulan bahwa PT. Sumber Makmur lebih
memiliki peluang jika menjadi authorized dealer dari Dunlop. Hal tersebut juga terbukti dari
hasil kuesioner yang diisi oleh pihak perusahaan, dimana dari hasil tersebut diketahui bahwa
perusahaan cenderung lebih memilih untuk menjadi authorized dealer dari Dunlop
dibandingkan Gajah Tunggal.
142
Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan, maka penulis merekomendasikan
agar di lokasi barunya perusahaan menjadi authorized dealer dari Dunlop.