Pembagian Kekuasaan

25
Pembagian Kekuasaan Sandi Hidayat 19614977 1SA04 Universitas Gunadarma

description

Unkown

Transcript of Pembagian Kekuasaan

Pembagian Kekuasaan

Sandi Hidayat196149771SA04

Universitas GunadarmaFakultas SastraSastra Inggris2014

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat serta ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tidak lupa rasa terima kasih ini saya haturkan kepada :Bapak Apipudin, S. Th. I.,MA.Hum sebagai dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan sumbangan pemikiran dalam mata kuliah tersebut.Makalahyang berjudultentang Pembagiaan Kekuasaan disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi para pembaca.

Bogor, 18 November 2014

Sandi Hidayat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I. PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang1 B. Tujuan1BAB II. PEMBAHASAN2 A. Pengertian Pembagian Kekuasaan2 B. Teori dan Mekanisme Pembagian Kekuasaan2BAB III. PENUTUP12 A. Kesimpulan12 B. Saran13DAFTAR PUSTAKA14

14

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDari sekian banyaknya pokok bahasan dalam mata kuliah PKN, penulis tertarik untuk menulis makalah Pembagian Kekuasaan. Penulis memilih tema ini karena kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai Pembagian Kekuasaan di Indonesia.Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap dapat memberikan kontribusi kepada pembaca dan pembaca dapat mengklarifikasikan kekeliruan tentang sistem pembagian kekuasaan di Indonesia, bahwa negara kita ini menganut sistem pembagian kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan.

B. TujuanAdapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut :1. Agar Para Pembaca Dapat Memahami Pembagian Kekuasaan Negara2. Agar Dapat Memahami Konsep Trias Politica3. Menambah Wawasan Pembaca TentangPembagian Kekuasaan4. Agar Dapat Menambah Bahan Bacaan Para Pembaca

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pembagian KekuasaanPembagian kekuasaan terdiri dari dua kata, yaitu pembagian dan kekuasaan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pembagian memiliki pengertian proses menceraikan menjadi beberapa bagian atau memecahkan (sesuatu) lalu memberikannya kepada pihak lain. Sedangkan kekuasaan adalah wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) sesuatu. Sehingga secara harfiah pembagian kekuasaan adalah proses menceraikan wewenang yang dimiliki oleh Negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) menjadi beberapa bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) untuk diberikan kepada beberapa lembaga Negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan (wewenang) pada satu pihak/ lembaga.

B. Teori dan MekanismeDalam pemerintahan yang demokratis kekuasaan tidak berada dan dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau lembaga. Tujuan dari dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak terpusat hanya pada satu tangan yang dapat berakibat pada terjadinya pemerintahan yang otoriter dan terhambatnya peran serta rakyat dalam menentukan keputusan-keputusan politik.Dengan adanya pembagian kekuasaan dalam penyelenggaraan negara sebagai salah satu ciri negara demokrasi, di dalamnya terdapat beberapa badan penyelenggara kekuasaan seperti, badan legislatif, eksekutif, yudikatif dan lain-lain. Pada umumnya negara yang menerapkan sistem pembagian kekuasaan mengacu pada teori trias politica montesquieu dengan melakukan beberapa variasi dan pengembangan dari teori tersebut dalam penerapannya.Trias politica adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri dari tiga macam kekuasaan : pertama, kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat undang-undang (dalam peristilahan baru sering disebutrule making functions) ; kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-undang ( dalam peristilahan baru sering disebutrule application function) ; ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang (dalam peristilahan baru sering disebutrule adjudication function). Trias politica adalah satu prinsip normative bahwa kekuasaan- kekuasaan (functions) ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah penyalah gunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan hak-hak azasi warga negara lebih terjamin.Doktrin ini pertama kali dikemukakan oleh John Locke (1632 1704) dan Montesquie (1689 1755) dan pada taraf ini ditafsirkan sebagai pemisahan kekuasaan (separation of powers). Filsuf inggris John Locke mengemukakan konsep ini dalam bukunya berjudulTwo Treatises on Civil Government(1690) yang ditulisnya sebagai kritik atas kekuasaan absolut dari raja-raja stuart serta membenarkan revolusi gemilang tahun 1688 (the glorious revolution of 1688) yang telah dimenangkan oleh parlemen inggris. Menurut Locke kekuasaan negara dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu : kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan federatif, yang masing-masing terpisah-pisah satu sama lain. Kekuasaan legislatif ialah kekuasaan membuat peraturan dan undang-undang. Kekuasaan eksekutif ialah kekuasaan melaksanakan undang-undang dan di dalamnya termasuk kekuasaan mengadili (Locke memandang mengadili itu sebagai uitvoring, yaitu dipandangnya sebagai termasuk pelaksanaan undang-undang) dan kekuasaan federatif ialah kekuasaan yang meliputi segala tindakan untuk menjaga keamanan negara dalam hubungan dengan negara lain seperti membuat aliansi dan sebagainya (dewasa ini disebut hubungan luar negeri) (miriam budiardjo 1978 : 151).Akan tetapi, sekalipun ketiga kekuasaan sudah dipisah satu sama lain sesempurna mungkin, namun para penyusun undang-undang dasar Amerika Serikat masih juga menganggap perlu untuk menjamin bahwa masing-masing kekuasaan tidak akan melampaui batas kekuasaannya. Maka dari itu dicoba untuk membendung kecenderungan ini dengan mengadakan suatu sistem checks and balances (pengawasan dan keseimbangan) dimana setiap cabang kekuasaan dapat mengawasi dan mengimbangi cabang kekuasaan lainnya. Berbicara teori check and balances akan lebih lengkap bila melihat teori itu dalam sistem ketatanegaraan amerika karena teori ini sudah cukup lama diterapkan.Amerika Serikat juga merupakan contoh negara yang menganut mekanisme pemisahan kekuasaan. Berbeda dengan mekanisme pemisahan kekuasaan, di dalam mekanisme pembagian kekuasaan, kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali dilakukanoleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.Mekanisme pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.1. Pembagian Kekuasaan Secara HorizontalPembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.Pembagian kekuasaan pada tingkatan pemerintahan pusat berlangsung antara lembaga-lembaga negara yang sederajat. Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan (legislatif, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara, yaitu:a. Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan penyelenggraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.c. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.d. Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.e. Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.f. Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang.Pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi. Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah Kabupaten/Kota (Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota) dan DPRD kabupaten/kota.2. Pembagian Kekuasaan Secara VertikalPembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota). Pada pemerintahan daerah berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal yang ditentukan oleh pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota terjalin dengan koordinasi, pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintahan Pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan.Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal.Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Sentralisasi, Desentralisasi, Otonomi Daerah dan Negara BagianTerdapat banyak macam sistem pada negara-negara yang ada, penulis hanya akan membahas kelebihan dan kekurangan pada masing-masing sistem berikut ini :1. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Sentralisasia. Segi EkonomiKelebihannya, perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang mengatur perekonomian.Kekurangannya, daerah seolah-olah hanya dijadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya masing- masing sehingga terjadi pemusatan keuangan pada Pemerintah Pusat.b. Segi Sosial BudayaKelebihannya, perbedaan-perbadaan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dipersatukan.Sehingga, setiap daerah tidak saling menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang di miliki bangsa Indonesia.Kekurangannya, pemerintah pusat begitu dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara, sehingga menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintah lokal yang memiliki keunikan dinamika sosial budaya tersendiri. Dalam jangka panjang akan mengakibatkan ketergantungan pada pemerintah pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya.c. Segi PolitikKelebihannya, pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga keputusan yang dihasilkan dapat terlaksana secara maksimal karena pemerintah daerah hanya menerima saja.Kekurangannya, terjadinya kemandulan dalam diri daerah karena hanya terus bergantung pada keputusan yang diberikan pusat. Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk mengasilkan suatu keputusan memakan waktu yang lama dan menyebabkan realisasi dari keeputusan tersebut terhambat.d. Segi KeamananKelebihannya,keamanan lebih terjamin, jarang terjadi konflik antar daerah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional.Kekurangannya, menonjolnya organisasi-organisasi kemiliteran. Sehingga, organisasi-organisasi militer tersebut mempunyai hak yang lebih daripada organisasi lain.2. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Desentralisasia. Segi EkonomiKelebihannya, pemerintahan daerah akan mudah untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat.Kekurangannya, penerapan sistem ini membukan peluang yang sebesar-besarnya bagi pejabat daerah (pejabat yang tidak benar) untuk melalukan praktek KKN.b. Segi Sosial BudayaKelebihannya, akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu daerah.Kekurangannya, masing- masing daerah berlomba-lomba untuk menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak langsung ikut melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri.c. Segi Keamanan dan PolitikDengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijaksanaan ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI).Dibidang politik, dampak positif yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih aktif dalam mengelola daerahnya.Tetapi, dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.3. Kelebihan dan Kekurangan Otonomi DaerahKelebihannya :a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.b. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tindakan yang cepat, sehingga daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah pusat.c. Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan (diferensial) dan pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teretorial, dapat lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan khusu daerah.d. Dengan adanyadesentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan semacam laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat lebih muda untuk diadakan.e. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari Pemerintah Pusat.f. Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan memutuskan yang lebuh beser kepada daerah.g. Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat dengan masyarakat yang dilayani.

Kekurangannya :a. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah kompleks, yang mempersulit koordinasi.b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu.c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnyaapa yang disebut daerahisme atau provinsialisme.d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan yang bertele-tele.e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas dan kesederhanaan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Negara BagianKekurangannya :a. Setiap Negara bagian berstatus tidak berdaulat, dengan tidak berdaulatnya tersebut, Negara bagian dapat memisahkan diri dari Negara gabungannyab. Pemerintah pusat memperoleh kedaulatan dari Negara-negara bagian untuk urusan kedalam maupun urusan keluar.c. Setiap Negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, sehingga didalam Negara serikat tersebut akan banyak terdapat peraturan atau UU (undamg-undang).d. Kepala Negara memiliki hak veto (pembuat keputusan) dalam kaitan ini kepala Negara memiliki kedudukan tertinggi terhadap rakyat maupun daerahnya, sehingga cendrung mencerminkan pemerintahan yang otoriter.

Kelebihannya :a. Negara bagian akan secara langsung menyerahkan urusannya kepada pemerintah federal.b. Urusan mengenai keuangan, pertahanan negara diserahkan kepemerintahan pusat atau federal.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanSistem pembagian kekuasaan di negara Republik Indonesia jelas dipengaruhi oleh ajaran Trias Politica yang bertujuan untuk memberantas tindakan sewenang-wenang penguasa dan untuk menjamin kebebasan rakyat. Undang-Undang Dasar 1945 menganut ajaran Trias Politica karena memang dalam UUD 1945 kekuasaan negara dipisah-pisahkan, dan masing-masing kekuasaan negara terdiri dari Badan Legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang, Badan Eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang, Badan Yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan undang-undang, memeriksa dan megadilinya.Lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin pemisahan kekuasaan, dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur di dalamnya serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada.

B. SaranBerdasarkan bahasan pada paparan tersebut, adapun saran terhadap keuntungan dan kekurangan sistem pembagian kekuasaan, yaitu berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk keberhasilan pembagian kekuasaan adalah diperlukannya kepemimpinan yang kuat pada tingkat pertama dengan visi yang jelas dan diperlukannya profesionalisme dalam pemerintahan serta memerlukan solidaritas kolektif antara aparatur dengan sektor masyarakat.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk membangun makalah ini menjadi lebih sempurna lagi dan dapat bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

kabeh-nuza.blogspot.com/2013/04/ilmu-negara-bentuk-negara-serta.htmlhttp://yettihidayah.blogspot.com/2011/11/kelebihan-dan-kekurangan-otonomi-daerah.htmlpkn-ips.blogspot.com Demokrasiclick-gtg.blogspot.com/2008/11/teori-pembagian-kekuasaan.htmlhttp://retnofajarwati.blogspot.com/2013/04/kelebihan-dan-kekurangan-negara.html