BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Transcript of BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4
31
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Mesin penetas telur yang digunakan dalam penelitian ini memakai
Inkubator berbahan multiplek, dengan panjang multiplek 60 cm, lebar 30 cm,
tinggi 30 cm. Kemudian dilakukan pengujian mesin tetas untuk mengambil
data yang dibutuhkan sebagai bahan analisis kinerja mesin yang difokuskan
pada temperature serta kelembapan pada ruang tetas telur. Pada penelitian ini
menggunakan 4 variasi penempatan sumber pemanas inkubator yang
berbeda.
Analisis kinerja mesin tetas ini memiliki jangka waktu pengujian
selama 21 hari memakai telur ayam kampung untuk di tetaskan. Pengambilan
data dengan cara melakuakan 4 variasi penempatan sumber panas yang
berbeda dengan mengatur kondisi temperature maksimal 40˚c dan kelembapan
maksimal 80%, untuk pemutaran telur nantinya dilakukan 4 kali selama 24
jam hal ini bertujuan supaya energi panas dari pancaran lampu pijar
diharapkan dapat merata mengenai semua telur di dalam inkubator.
.
4.1.1 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur
Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi 1.
Berikut ini merupakan telur yang tersusun di dalam ruang mesin
tetas, kondisi telur dalam keadaan bersih sebelum mulai melakukan
pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan variasi
sumber panas 1 memakai daya 20 watt.
31
32
Gambar 4.1 Telur dalam ruang box 1
Pada gambar 4.1 proses pengujian mesin tetas yang pertama
dengan menggunakan variasi no. 1 penempatan sumber panas lampu
pijar berjumlah 4 dengan jumlah daya 20 watt, dengan menempatkan 8
butir telur ayam kampung dengan embrio hidup didalamnya.
Proses penginkubasian memerlukan waktu dengan sama persis
apabila pengeraman yang di lakukan induk ayam dengan jangka waktu
selama 21 hari, dengan memperhatikan dan mengatur suhu ruangan
berada pada temperature 38-38˚C dan kelembaban yang diatur pada hari
ke 1- 17 kelembaban diantara 60%-75%, sedangkan pada hari ke 18- 21
kelembaban di atur kurang lebih 60%-80%.
Temperatur ruangan mesin tetas 38,3˚C, waktu nyala lampu pada
pada ruangan tetas 1:21 menit, waktu lampu padam 2:24 menit dan
waktu sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah dilakukannya
pengujian maka diperoleh data seperti berikut:
33
Tabel 4.1 Temperatur dan Kelembapan box variasi 1
Hari
ke-
Temperatur Kawat Termokopel ( ˚C )
Kelembapan
ruangan ( % )
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H Lampu
hidup
Lampu
padam
1 37 37 38 38 38 38 37 37 65 72
2 37 37 39 38 38 38 39 38 67 70
3 37 38 39 38 37 39 38 38 69 74
4 38 39 38 36 37 37 38 38 64 73
5 38 38 38 36 38 38 38 38 61 69
6 39 38 39 38 38 40 38 38 61 68
7 38 39 37 37 38 37 39 38 66 72
8 38 39 40 38 38 38 39 38 62 72
9 37 38 39 36 37 37 39 37 66 76
10 39 39 39 37 37 38 39 38 62 74
11 37 38 37 38 39 38 38 38 59 68
12 36 37 36 36 35 37 37 36 58 64
13 37 39 40 39 39 38 40 38 63 70
14 37 38 38 37 38 37 39 37 68 72
15 38 39 38 37 37 38 39 38 64 78
16 37 36 38 37 38 36 37 38 62 74
17 39 40 41 39 39 39 41 38 66 78
18 38 39 39 37 37 38 40 38 62 70
19 39 38 38 39 38 39 38 38 64 72
20 39 39 39 40 39 40 39 38 65 74
21 38 39 39 38 38 39 39 40 64 76
Rata-rata
37,8 38,3 38,5 37,6 37,8 38 38,6 37,8 63,71 72,2
Tabel 4.1 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan
kelembapan selama dilakukan penelitian pada box variasi 1, setetelah
diperoleh data temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses
penetasan telur maka dapat dibuat grafik sebagai berikut:
34
4.1.2 Grafik hasil perolehan data suhu serta kelembapan pada variasi
sumber panas variasi 1 dengan daya 20 watt.
Gambar 4.2 grafik temperature suhu termokopel box 1
Grafik 4.2 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam
mesin tetas selama waktu pengujian selama 21 hari. Pengambilan data
melalui proses yang dilaksanakan pukul 18:00, 06:00 WIB, dengan
mencatat data pada 12 jam sebanyak 1 kali. Pada proses ini dipakai
thermometer untuk pengukuran suhu .
Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat
termokopel memiliki rata-rata 1A=37,8., 1B=38,3., 1C=38,5.,
1D=37,6., 1E=37,8., 1F=38., 1G=38,6., 1H=37,8.
4.1.3. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi satu dengan
daya 20 watt .
Berikut ini kondisi telur saat setelah dilakukan proses pengujian
memakai variasi sumber panas variasi 1 memakai daya 20 watt.
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Suh
u (
˚C
)
Jumlah Hari
Temperatur Termokopel
Kawat 1A
Kawat 1B
Kawat 1C
Kawat 1D
Kawat 1E
Kawat 1F
Kawat 1G
1H
35
Gambar 4.3 Telur pada box 1 menetas
Pada gambar 4.3 diatas menunjukkan kondisi telur yang menetas,
proses penetasan 8 butir telur yang dapat menetaskan 8 telur secara
sempurna, karena semua telur dapat menetas tanpa mengalami cacat atau
kegagalan penetasan dengan distribusi panas sesuai yang dibutuhkan
mesin penetas telur.
4.1.4 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur
Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi 2.
Berikut ini merupakan telur yang telah tersusun pada rak setelah
melalui proses pemilihan dengan keadaan baik, sebelum mulai
melakukan pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan
variasi sumber panas 2 memakai daya 20 watt.
36
Gambar 4.4 Telur dalam ruang box 2
Pada gambar 4.4 proses pengujian mesin tetas yang kedua dengan
menggunakan variasi 2 penempatan sumber panas lampu pijar
berjumlah 4 dengan jumlah daya 20 watt, dan memposisikan 8 butir
telur ayam kampung dengan kondisi cangkang tanpa cacat fisik.
Proses penginkubasian akan memerlukan waktu dengan persis
seperti jika pengeraman telur di lakukan induk ayam dengan jangka
waktu selama 21 hari, dan mengatur suhu ruangan berada pada
temperature 38-38.5˚C dan kelembaban yang diatur pada hari ke 1- 17
kelembaban diatur sekitar 60%-75%, sedangkan pada hari ke 18- 21
kelembaban di atur kurang lebih 60%-80%.
Temperatur ruangan mesin tetas 38,3˚C, waktu nyala lampu pada
pada ruangan tetas 1:34 menit, waktu lampu padam 4:58 menit dan
waktu sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah pengujian selesai
maka didapatkan data berikut ini:
37
Tabel 4.2 Temperatur dan Kelembapan box variasi 2
Hari
ke-
Temperatur Kawat Termokopel ( ˚C )
Kelembapan
ruangan ( % )
2A 2B 2C 2D 2E 2F 2G 2H Lampu
hidup
Lampu
padam
1 37 38 37 36 36 36 38 38 69 72
2 37 37 37 37 37 37 38 38 65 70
3 37 37 38 37 37 37 37 38 64 69
4 38 37 38 37 37 37 38 37 69 75
5 37 39 38 38 38 40 38 38 68 74
6 38 38 38 38 38 38 38 38 62 68
7 39 39 37 37 37 37 38 37 69 73
8 37 37 36 37 37 37 37 37 62 68
9 38 38 40 37 37 39 39 38 64 70
10 38 38 38 37 37 37 37 38 62 68
11 36 36 38 37 38 38 37 37 68 72
12 36 35 36 35 35 36 37 37 69 74
13 38 39 38 37 38 37 37 38 62 69
14 38 39 38 40 39 38 37 39 64 68
15 38 39 38 38 37 38 38 39 68 74
16 38 37 38 37 37 38 38 38 64 70
17 38 38 38 38 37 38 39 38 64 69
18 37 38 40 40 39 40 39 39 67 73
19 39 39 38 38 37 39 38 40 68 73
20 37 40 40 40 39 40 39 39 68 70
21 37 38 39 39 39 38 38 38 62 69
Rata- rata
37,5 37,9 38 37,6 37,4 37,8 37,8 38 65,6 70,8
Tabel 4.2 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan
kelembapan selama dilakukan penelitian pada box variasi 2, setetelah
diperoleh data temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses
penetasan telur maka dapat dibuat grafik sebagai berikut:
38
4.1.5 Grafik hasil pengumpulan data suhu dan kelembapan variasi
sumber panas variasi 2 dengan daya 20 watt.
Gambar 4.5 Grafik temperature suhu termokopel box no.2
Grafik 4.5 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam
mesin tetas selama waktu 21 hari. Dengan pencatatan data melalui
proses pada pukul 18:00, 06:00 WIB, mencatat data dilakukan 12 jam
dalam 1 kali. Menggunakan thermometer untuk proses pengukuran
suhu.
Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat
termokopel memiliki rata-rata 2A=37,5˚C., 2B=37,9˚C., 2C=38˚C.,
2D=37,6˚C., 2E=37,4˚C., 2F=37,8˚C., 2G=37,8˚C., 2H=38˚C.
4.1.6. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi dua dengan
daya 20 watt .
Berikut ini kondisi sesudah telur dilakukan pengujian memakai
variasi sumber panas variasi 2 memakai daya 20 watt.
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Suh
u (
˚C
)
Jumlah Hari
Temperatur Termokopel
Kawat 2A
Kawat 2B
Kawat 2C
Kawat 2D
Kawat 2E
Kawat 2F
Kawat 2G
Kawat 2H
39
Gambar 4.6 Telur pada box 2 menetas
Pada gambar 4.6 diatas menunjukkan kondisi telur yang menetas,
proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan 5 telur ayam
kampung, penyebab terjadinya kegagalan penetasan telur ayam
kampong disebabkan embrio mati karena distribusi panas yang tidak
baik, karena pada pengujian variasi 2 dengan daya 20 watt distribusi
panas yang terjadi tidak dapat merata sempurna sehingga pada telur
2B=37,9˚C., 2C=38˚C., 2G= 38˚C telur tidak dapat menetas.
4.1.7 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur
Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi no.3.
Berikut ini merupakan telur yang telah tersusun pada rak setelah
melalui proses pemilihan dengan keadaan baik, sebelum mulai
melakukan pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan
variasi sumber panas 2 memakai daya 20 watt.
40
Gambar 4.7 telur dalam ruang box 3
Pada gambar 4.7 proses pengujian mesin tetas yang ketiga dengan
menggunakan variasi 3 penempatan sumber panas lampu pijar berjumlah 4
dengan jumlah daya 20 watt, dan memposisikan 8 butir telur ayam
kampung dengan kondisi cangkang tanpa cacat fisik.
Proses penginkubasian akan diusahakan memerlukan jangka waktu
dengan persis apabila pengeraman yang di lakukan oleh induk ayam
dengan jangka waktu 21 hari, agar memperhatikan suhu ruangan supaya
berada pada temperature 38-38.5˚C dan mengatur kelembapan supaya di
hari ke 1- 17 kelembaban berada pada 60%-75%, sedangkan pada hari ke
18- 21 kelembaban kurang lebih sampai 60%-80%.
Temperatur ruangan mesin tetas 38,3˚C, waktu nyala lampu pada
pada ruangan tetas 1:13 menit, waktu lampu padam 3:46 menit dan waktu
sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah pengujian selesai maka data
yang diperoleh sebagai berikut:
41
Tabel 4.3 Temperatur dan Kelembapan box variasi 3
Hari
ke-
Temperatur Kawat Termokopel (˚C)
Kelembapan
ruangan ( % )
3A 3B 3C 3D 3E 3F 3G 3H Lampu
hidup
Lampu
padam
1 38 37 38 38 38 39 38 38 62 69
2 38 38 37 36 37 38 38 38 60 66
3 39 39 38 38 38 38 39 39 59 68
4 38 39 38 36 37 37 38 38 64 71
5 38 40 39 37 37 37 38 40 67 74
6 38 39 39 38 38 38 38 39 62 69
7 38 38 38 37 38 39 39 39 66 72
8 38 38 37 36 37 37 37 38 67 74
9 38 37 38 36 37 37 38 38 69 74
10 39 39 38 37 37 39 39 38 68 75
11 39 39 37 36 37 38 37 37 64 72
12 37 37 38 36 36 37 38 37 69 74
13 38 37 38 36 37 38 38 38 69 73
14 39 38 38 37 38 37 39 38 68 74
15 38 38 38 37 38 38 38 39 69 72
16 38 37 38 37 37 38 38 39 69 74
17 38 38 38 38 39 39 38 38 70 73
18 39 39 39 37 38 39 39 39 71 75
19 38 38 39 38 38 38 40 39 66 72
20 40 40 40 37 39 40 38 38 68 70
21 39 39 38 36 37 38 38 38 66 74
Rata-rata
38,3 38,3 38,1 36,9 37,5 38 38,2 38,3 66,3 72,1
Tabel 4.3 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan kelembapan
selama dilakukan penelitian pada box variasi 3, setetelah diperoleh data
temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses penetasan telur maka
dapat dibuat grafik sebagai berikut:
42
4.1.8 Grafik hasil pengumpulan data suhu dan kelembapan variasi
sumber panas variasi 3 dengan daya 20 watt.
Gambar 4.8 Grafik temperature suhu termokopel box 3
Grafik 4.8 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam
mesin tetas selama waktu 21 hari. Data yang diambil melalui proses
yang dilakukan pukul 18:00, 06:00 WIB, dilakukan pencatatan data
12 jam sekali sebanyak 1 kali. Menggunakan thermometer yang
digunakan untuk mengukur temperature suhu.
Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat
termokopel memiliki rata-rata 3A=38,3˚C., 3B=38,3˚C., 3C=38,1˚C.,
3D=36,9˚C., 3E=37,5˚C., 3F=38˚C., 3G=38,2˚C., 3H=38,3˚C.
4.1.9. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi ketiga dengan
daya 20 watt .
Berikut ini kondisi telur sesudah dilakukannya pengujian
menggunakan variasi sumber panas variasi 3 memakai daya 20 watt.
34
35
36
37
38
39
40
41
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Suh
u (
˚C
)
Jumlah Hari
Temperatur TermokopelKawat 3A
Kawat 3B
Kawat 3C
Kawat 3D
Kawat 3E
Kawat 3F
Kawat 3G
Kawat 3H
43
Gambar 4.9 Telur pada box 3 menetas
Gambar 4.9 diatas dapat menunjukkan telur sudah menetas, proses
penetasan 8 butir telur hanya dapat menetaskan 7 butir telur, karena
penyebab kegagalan yang terjadi disebabakan karena distribusi panas
yang kurangbaik, karena pada pengujian variasi 3 dengan daya 20
watt distribusi panas tidak merata sehingga telur 3C=38,1˚C tidak
dapat menetas.
4.1.10 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur
Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi no.4.
Berikut ini merupakan telur yang telah tersusun pada rak setelah
melalui proses pemilihan dengan keadaan baik, sebelum mulai
melakukan pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan
variasi sumber panas 4 memakai daya 20 watt.
44
4.10 Gambar telur dalam ruang box 4
Pada gambar 4.10 proses pengujian mesin tetas yang ke empat ini
dengan menggunakan variasi 4 penempatan sumber panas lampu pijar
berjumlah 4 dengan jumlah daya 20 watt, dan memposisikan 8 butir
telur ayam kampung dengan kondisi cangkang tanpa cacat fisik serta
kondisi telur yang bersih.
Proses penginkubasian akan diusahakan memerlukan waktu dengan
persis apabila proses pengeraman di lakukan oleh induk ayam dengan
jangka waktu 21 hari, serta memperhatikan dan mengatur suhu ruangan
berada pada temperature 38-38.5˚C dan mengatur kelembapan pada
hari ke 1- 17 kelembaban berapa pada 60%-75%, sedangkan pada hari
ke 18- 21 kelembapannya dijaga sampai 60%-80%.
Temperatur ruangan mesin tetas 38˚C, waktu nyala lampu pada
pada ruangan tetas 1:30 menit, waktu lampu padam 4:04 menit dan
waktu sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah pengujian selesai
maka didapatkan hasil berikut ini:
45
Tabel 4.4 Temperatur dan Kelembapan box variasi 4
Hari
ke-
Temperatur Kawat Termokopel ( ˚C )
Kelembapan
ruangan (%)
4A 4B 4C 4D 4E 4F 4G 4H Lampu
hidup
Lampu
padam
1 37 38 38 38 38 37 38 37 69 76
2 38 38 39 38 37 38 37 38 68 74
3 39 39 38 37 38 38 38 37 70 76
4 38 39 39 38 38 40 39 38 68 74
5 39 40 39 37 38 39 40 38 72 76
6 38 39 38 38 38 39 38 39 74 78
7 40 38 38 39 38 40 38 38 68 72
8 39 39 37 37 38 39 40 38 69 74
9 39 39 39 37 38 38 39 38 68 74
10 39 39 38 37 37 39 38 38 66 71
11 39 38 38 38 39 39 39 37 65 72
12 37 39 39 38 37 37 38 37 68 74
13 38 38 39 38 37 39 37 37 64 69
14 39 39 40 38 38 39 38 39 69 76
15 39 39 40 38 39 40 38 38 68 73
16 39 39 39 38 38 38 38 38 71 75
17 40 39 39 38 41 39 39 39 72 75
18 38 39 38 38 39 38 40 38 64 70
19 40 39 40 39 38 39 40 39 69 74
20 38 40 40 38 39 38 39 38 68 73
21 38 38 39 37 36 38 38 38 69 75
Rata-
rata
38,6 38,8 38,8 37,8 38 38,6 38,5 38 68,5 73,8
Tabel 4.4 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan kelembapan
selama dilakukan penelitian pada box variasi 4, setetelah diperoleh data
temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses penetasan telur maka
dapat dibuat grafik sebagai berikut:
46
4.1.11 Grafik hasil pengumpulan data suhu dan kelembapan variasi
sumber panas variasi 4 dengan daya 20 watt.
Gambar 4.11 Grafik temperature suhu termokopel box 4
Grafik 4.11 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam
mesin tetas selama pengujian pada waktu 21 hari. Data yang diambil
melalui proses pukul 18:00, 06:00 WIB, dilakukan pencatatan data 12
jam sebanyak 1 kali. Menggunakan alat ukur thermometer untuk
mengukur suhu.
Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat
termokopel memiliki rata-rata 4A=38,6˚C.,4B=38,8˚C., 4C=38,8˚C.,
4D=37,8˚C, 4E=38˚C., 4F=38,6˚C., 4G=38,5˚C., 4H=38˚C.
4.1.12. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi keempat
dengan daya 20 watt .
Berikut ini kondisi telur saat setelah dilakukan pengujian memakai
variasi sumber panas variasi 4 memakai daya 20 watt.
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Suh
u (
˚C
)
Jumlah Hari
Temperatur Termokopel
Kawat 4A
Kawat 4B
Kawat 4C
Kawat 4D
Kawat 4E
Kawat 4F
Kawat 4G
Kawat 4H
47
Gambar 4.12 Telur pada box 4 menetas
Gambar 4.12 diatas menunjukkan telur sudah menetas, proses
penetasan 8 butir telur hanya dapat menetaskan sebanyak 5 butir telur,
penyebab kegagalan penetasan telur ayam kampong tidak sempurna
disebabakan kematian embrio, karena pada pengujian variasi 4 dengan
daya 20 watt distribusi panas kurang baik dan tidak merata sehingga
telur 4D=37,8˚C., 4E=38˚C. dan 4G=38,5˚C tidak dapat menetas.
4.2 Pembahasan
4.2.1. Perhitungan daya tetas
Proses perhitungan daya tetas dengan berdasar paada jumlah atau
banyaknya telur yang dapat menetas pada masing-masing variasi
penempatan sumber panas yang diterapkan pada mesin penetas telur.
Dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DT = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100%
Keterangan :
48
∑ 𝑄0 = jumlah telur yang ditetaskan
∑ Q1 = jumlah telur yang menetas
DT = daya tetas telur ayam
4.2.2 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan
sumber panas no. 1
Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan
semua telur yang berada pada mesin tetas dengan baik, sehingga dapat
dihitung daya tetas telur sebagai berikut:
DT = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100 %
DTv1 = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100 %
= 8
8 × 100 %
= 100 %
4.2.3 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan
sumber panas no. 2
Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan
5 telur yang berada pada mesin tetas, kegagalan penetasan disebabkan
perbedaan temperature sehingga distribusi panas tidak sesuai
denganyangdibutuhkan mesin tetas. Sehingga dapat dihitung daya tetas
telur sebagai berikut:
DT = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100 %
DTv2 = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100 %
= 5
8 × 100%
=62,5 %
4.2.4 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan
sumber panas no. 3
49
Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan
7 telur yang berada pada mesin tetas, kegagalan penetasan disebabkan
perbedaan temperature yang menyebabkan distribusi panas tidak baik.
Sehingga dapat dihitung daya tetas telur sebagai berikut:
DT = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100 %
DTv3 = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100 %
= 7
8 × 100%
= 87,5 %
4.2.5 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan
sumber panas no. 4
Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan
5 telur yang berada pada mesin tetas, kegagalan penetasan disebabkan
perbedaan temperature yang menyebabkan distribusi panas tidak
merata. Sehingga dapat dihitung daya tetas telur sebagai berikut:
DT = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100 %
DTv4 = ∑ Q1
∑ 𝑄0 × 100
= 5
8 × 100%
= 62,5 %
50
4.2.6 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi
nomor 1.
Pada proses penetasan telur bok 1 menggunakan daya 20 watt
menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.
1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:21 menit,
waktu lampu padam 2:24 menit dan waktu sampai telur menetas ialah
21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas
variasi nomor 1 sebagai berikut:
Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )
1000= ……….Kwh
Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per
kwh-nya.
Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,21 menit dan 1 kali lampu padam
2,24 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur
menetas = 21 hari
Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,21 + 2,24) = 417,4 kali.
= 417,4 × 1,21 = 505 menit
= 505 : 60 = 8,4 jam/hari
Maka perhitungan selanjutnya :
20 X 8,4
1000 =
168
1000 = 0,168 Kwh
0,168 × 1.350 = Rp 226,8. Dengan demikian pada penetasan
menggunakan bok 1 selama 21 hari × 226,8 = Rp. 4.762,8
4.2.7 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi
nomor 2.
Pada proses penetasan telur bok 2 menggunakan daya 20 watt
menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.
51
1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:34 menit,
waktu lampu padam 4:58 menit dan waktu sampai telur menetas ialah
21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas
variasi nomor 2 sebagai berikut:
Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )
1000= ……….Kwh
Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per
kwh-nya.
Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,34 menit dan 1 kali lampu padam
4,58 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur
menetas = 21 hari
Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,34 + 4,58) = 243,2 kali.
= 243,2 × 1,34 = 325,9 menit
= 325,9 : 60 = 5,4jam/hari
Maka perhitungan selanjutnya :
20 X 5,4
1000 =
108
1000 = 0,108 Kwh
0,108 × 1.350 = Rp 145,8. Dengan demikian pada penetasan
menggunakan bok 2 selama 21 hari × 145,8 = Rp. 3.061,8
4.2.8 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi
nomor 3.
Pada proses penetasan telur bok 3 menggunakan daya 20 watt
menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.
1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:13 menit,
waktu lampu padam 3:46 menit dan waktu sampai telur menetas ialah
21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas
variasi nomor 3 sebagai berikut:
52
Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )
1000= ……….Kwh
Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per
kwh-nya.
Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,13 menit dan 1 kali lampu padam
3,46 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur
menetas = 21 hari
Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,13 + 3,46) = 313,7 kali.
= 313,7 × 1,13 = 354,4 menit
= 354,4 : 60 = 5,9 jam/hari
Maka perhitungan selanjutnya :
20 X 5,9
1000 =
118
1000 = 0,118 Kwh
0,118 × 1.350 = Rp 159,3. Dengan demikian pada penetasan
menggunakan bok 3 selama 21 hari × 159,3 = Rp. 3.345,3
4.2.9 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi
nomor 4.
Pada proses penetasan telur bok 4 menggunakan daya 20 watt
menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.
1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:30 menit,
waktu lampu padam 4:04 menit dan waktu sampai telur menetas ialah
21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas
variasi nomor 4 sebagai berikut:
Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )
1000= ……….Kwh
Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per
kwh-nya.
53
Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,30 menit dan 1 kali lampu padam
4,04 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur
menetas = 21 hari
Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,30 + 4,04) = 269,6 kali.
= 269,6 × 1,30 = 350,9 menit
= 350,9 : 60 = 5,8 jam/hari
Maka perhitungan selanjutnya :
20 X 5,8
1000 =
116
1000 = 0,116 Kwh
0,116 × 1.350 = Rp. 156,6 Dengan demikian pada penetasan
menggunakan bok 4 selama 21 hari × 156,6 = Rp. 3.288,6