BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Mesin penetas telur yang digunakan dalam penelitian ini memakai Inkubator berbahan multiplek, dengan panjang multiplek 60 cm, lebar 30 cm, tinggi 30 cm. Kemudian dilakukan pengujian mesin tetas untuk mengambil data yang dibutuhkan sebagai bahan analisis kinerja mesin yang difokuskan pada temperature serta kelembapan pada ruang tetas telur. Pada penelitian ini menggunakan 4 variasi penempatan sumber pemanas inkubator yang berbeda. Analisis kinerja mesin tetas ini memiliki jangka waktu pengujian selama 21 hari memakai telur ayam kampung untuk di tetaskan. Pengambilan data dengan cara melakuakan 4 variasi penempatan sumber panas yang berbeda dengan mengatur kondisi temperature maksimal 40˚c dan kelembapan maksimal 80%, untuk pemutaran telur nantinya dilakukan 4 kali selama 24 jam hal ini bertujuan supaya energi panas dari pancaran lampu pijar diharapkan dapat merata mengenai semua telur di dalam inkubator. . 4.1.1 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi 1. Berikut ini merupakan telur yang tersusun di dalam ruang mesin tetas, kondisi telur dalam keadaan bersih sebelum mulai melakukan pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan variasi sumber panas 1 memakai daya 20 watt. 31

Transcript of BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Page 1: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

31

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Mesin penetas telur yang digunakan dalam penelitian ini memakai

Inkubator berbahan multiplek, dengan panjang multiplek 60 cm, lebar 30 cm,

tinggi 30 cm. Kemudian dilakukan pengujian mesin tetas untuk mengambil

data yang dibutuhkan sebagai bahan analisis kinerja mesin yang difokuskan

pada temperature serta kelembapan pada ruang tetas telur. Pada penelitian ini

menggunakan 4 variasi penempatan sumber pemanas inkubator yang

berbeda.

Analisis kinerja mesin tetas ini memiliki jangka waktu pengujian

selama 21 hari memakai telur ayam kampung untuk di tetaskan. Pengambilan

data dengan cara melakuakan 4 variasi penempatan sumber panas yang

berbeda dengan mengatur kondisi temperature maksimal 40˚c dan kelembapan

maksimal 80%, untuk pemutaran telur nantinya dilakukan 4 kali selama 24

jam hal ini bertujuan supaya energi panas dari pancaran lampu pijar

diharapkan dapat merata mengenai semua telur di dalam inkubator.

.

4.1.1 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur

Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi 1.

Berikut ini merupakan telur yang tersusun di dalam ruang mesin

tetas, kondisi telur dalam keadaan bersih sebelum mulai melakukan

pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan variasi

sumber panas 1 memakai daya 20 watt.

31

Page 2: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

32

Gambar 4.1 Telur dalam ruang box 1

Pada gambar 4.1 proses pengujian mesin tetas yang pertama

dengan menggunakan variasi no. 1 penempatan sumber panas lampu

pijar berjumlah 4 dengan jumlah daya 20 watt, dengan menempatkan 8

butir telur ayam kampung dengan embrio hidup didalamnya.

Proses penginkubasian memerlukan waktu dengan sama persis

apabila pengeraman yang di lakukan induk ayam dengan jangka waktu

selama 21 hari, dengan memperhatikan dan mengatur suhu ruangan

berada pada temperature 38-38˚C dan kelembaban yang diatur pada hari

ke 1- 17 kelembaban diantara 60%-75%, sedangkan pada hari ke 18- 21

kelembaban di atur kurang lebih 60%-80%.

Temperatur ruangan mesin tetas 38,3˚C, waktu nyala lampu pada

pada ruangan tetas 1:21 menit, waktu lampu padam 2:24 menit dan

waktu sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah dilakukannya

pengujian maka diperoleh data seperti berikut:

Page 3: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

33

Tabel 4.1 Temperatur dan Kelembapan box variasi 1

Hari

ke-

Temperatur Kawat Termokopel ( ˚C )

Kelembapan

ruangan ( % )

1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H Lampu

hidup

Lampu

padam

1 37 37 38 38 38 38 37 37 65 72

2 37 37 39 38 38 38 39 38 67 70

3 37 38 39 38 37 39 38 38 69 74

4 38 39 38 36 37 37 38 38 64 73

5 38 38 38 36 38 38 38 38 61 69

6 39 38 39 38 38 40 38 38 61 68

7 38 39 37 37 38 37 39 38 66 72

8 38 39 40 38 38 38 39 38 62 72

9 37 38 39 36 37 37 39 37 66 76

10 39 39 39 37 37 38 39 38 62 74

11 37 38 37 38 39 38 38 38 59 68

12 36 37 36 36 35 37 37 36 58 64

13 37 39 40 39 39 38 40 38 63 70

14 37 38 38 37 38 37 39 37 68 72

15 38 39 38 37 37 38 39 38 64 78

16 37 36 38 37 38 36 37 38 62 74

17 39 40 41 39 39 39 41 38 66 78

18 38 39 39 37 37 38 40 38 62 70

19 39 38 38 39 38 39 38 38 64 72

20 39 39 39 40 39 40 39 38 65 74

21 38 39 39 38 38 39 39 40 64 76

Rata-rata

37,8 38,3 38,5 37,6 37,8 38 38,6 37,8 63,71 72,2

Tabel 4.1 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan

kelembapan selama dilakukan penelitian pada box variasi 1, setetelah

diperoleh data temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses

penetasan telur maka dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Page 4: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

34

4.1.2 Grafik hasil perolehan data suhu serta kelembapan pada variasi

sumber panas variasi 1 dengan daya 20 watt.

Gambar 4.2 grafik temperature suhu termokopel box 1

Grafik 4.2 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam

mesin tetas selama waktu pengujian selama 21 hari. Pengambilan data

melalui proses yang dilaksanakan pukul 18:00, 06:00 WIB, dengan

mencatat data pada 12 jam sebanyak 1 kali. Pada proses ini dipakai

thermometer untuk pengukuran suhu .

Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat

termokopel memiliki rata-rata 1A=37,8., 1B=38,3., 1C=38,5.,

1D=37,6., 1E=37,8., 1F=38., 1G=38,6., 1H=37,8.

4.1.3. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi satu dengan

daya 20 watt .

Berikut ini kondisi telur saat setelah dilakukan proses pengujian

memakai variasi sumber panas variasi 1 memakai daya 20 watt.

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Suh

u (

˚C

)

Jumlah Hari

Temperatur Termokopel

Kawat 1A

Kawat 1B

Kawat 1C

Kawat 1D

Kawat 1E

Kawat 1F

Kawat 1G

1H

Page 5: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

35

Gambar 4.3 Telur pada box 1 menetas

Pada gambar 4.3 diatas menunjukkan kondisi telur yang menetas,

proses penetasan 8 butir telur yang dapat menetaskan 8 telur secara

sempurna, karena semua telur dapat menetas tanpa mengalami cacat atau

kegagalan penetasan dengan distribusi panas sesuai yang dibutuhkan

mesin penetas telur.

4.1.4 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur

Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi 2.

Berikut ini merupakan telur yang telah tersusun pada rak setelah

melalui proses pemilihan dengan keadaan baik, sebelum mulai

melakukan pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan

variasi sumber panas 2 memakai daya 20 watt.

Page 6: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

36

Gambar 4.4 Telur dalam ruang box 2

Pada gambar 4.4 proses pengujian mesin tetas yang kedua dengan

menggunakan variasi 2 penempatan sumber panas lampu pijar

berjumlah 4 dengan jumlah daya 20 watt, dan memposisikan 8 butir

telur ayam kampung dengan kondisi cangkang tanpa cacat fisik.

Proses penginkubasian akan memerlukan waktu dengan persis

seperti jika pengeraman telur di lakukan induk ayam dengan jangka

waktu selama 21 hari, dan mengatur suhu ruangan berada pada

temperature 38-38.5˚C dan kelembaban yang diatur pada hari ke 1- 17

kelembaban diatur sekitar 60%-75%, sedangkan pada hari ke 18- 21

kelembaban di atur kurang lebih 60%-80%.

Temperatur ruangan mesin tetas 38,3˚C, waktu nyala lampu pada

pada ruangan tetas 1:34 menit, waktu lampu padam 4:58 menit dan

waktu sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah pengujian selesai

maka didapatkan data berikut ini:

Page 7: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

37

Tabel 4.2 Temperatur dan Kelembapan box variasi 2

Hari

ke-

Temperatur Kawat Termokopel ( ˚C )

Kelembapan

ruangan ( % )

2A 2B 2C 2D 2E 2F 2G 2H Lampu

hidup

Lampu

padam

1 37 38 37 36 36 36 38 38 69 72

2 37 37 37 37 37 37 38 38 65 70

3 37 37 38 37 37 37 37 38 64 69

4 38 37 38 37 37 37 38 37 69 75

5 37 39 38 38 38 40 38 38 68 74

6 38 38 38 38 38 38 38 38 62 68

7 39 39 37 37 37 37 38 37 69 73

8 37 37 36 37 37 37 37 37 62 68

9 38 38 40 37 37 39 39 38 64 70

10 38 38 38 37 37 37 37 38 62 68

11 36 36 38 37 38 38 37 37 68 72

12 36 35 36 35 35 36 37 37 69 74

13 38 39 38 37 38 37 37 38 62 69

14 38 39 38 40 39 38 37 39 64 68

15 38 39 38 38 37 38 38 39 68 74

16 38 37 38 37 37 38 38 38 64 70

17 38 38 38 38 37 38 39 38 64 69

18 37 38 40 40 39 40 39 39 67 73

19 39 39 38 38 37 39 38 40 68 73

20 37 40 40 40 39 40 39 39 68 70

21 37 38 39 39 39 38 38 38 62 69

Rata- rata

37,5 37,9 38 37,6 37,4 37,8 37,8 38 65,6 70,8

Tabel 4.2 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan

kelembapan selama dilakukan penelitian pada box variasi 2, setetelah

diperoleh data temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses

penetasan telur maka dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Page 8: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

38

4.1.5 Grafik hasil pengumpulan data suhu dan kelembapan variasi

sumber panas variasi 2 dengan daya 20 watt.

Gambar 4.5 Grafik temperature suhu termokopel box no.2

Grafik 4.5 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam

mesin tetas selama waktu 21 hari. Dengan pencatatan data melalui

proses pada pukul 18:00, 06:00 WIB, mencatat data dilakukan 12 jam

dalam 1 kali. Menggunakan thermometer untuk proses pengukuran

suhu.

Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat

termokopel memiliki rata-rata 2A=37,5˚C., 2B=37,9˚C., 2C=38˚C.,

2D=37,6˚C., 2E=37,4˚C., 2F=37,8˚C., 2G=37,8˚C., 2H=38˚C.

4.1.6. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi dua dengan

daya 20 watt .

Berikut ini kondisi sesudah telur dilakukan pengujian memakai

variasi sumber panas variasi 2 memakai daya 20 watt.

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Suh

u (

˚C

)

Jumlah Hari

Temperatur Termokopel

Kawat 2A

Kawat 2B

Kawat 2C

Kawat 2D

Kawat 2E

Kawat 2F

Kawat 2G

Kawat 2H

Page 9: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

39

Gambar 4.6 Telur pada box 2 menetas

Pada gambar 4.6 diatas menunjukkan kondisi telur yang menetas,

proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan 5 telur ayam

kampung, penyebab terjadinya kegagalan penetasan telur ayam

kampong disebabkan embrio mati karena distribusi panas yang tidak

baik, karena pada pengujian variasi 2 dengan daya 20 watt distribusi

panas yang terjadi tidak dapat merata sempurna sehingga pada telur

2B=37,9˚C., 2C=38˚C., 2G= 38˚C telur tidak dapat menetas.

4.1.7 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur

Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi no.3.

Berikut ini merupakan telur yang telah tersusun pada rak setelah

melalui proses pemilihan dengan keadaan baik, sebelum mulai

melakukan pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan

variasi sumber panas 2 memakai daya 20 watt.

Page 10: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

40

Gambar 4.7 telur dalam ruang box 3

Pada gambar 4.7 proses pengujian mesin tetas yang ketiga dengan

menggunakan variasi 3 penempatan sumber panas lampu pijar berjumlah 4

dengan jumlah daya 20 watt, dan memposisikan 8 butir telur ayam

kampung dengan kondisi cangkang tanpa cacat fisik.

Proses penginkubasian akan diusahakan memerlukan jangka waktu

dengan persis apabila pengeraman yang di lakukan oleh induk ayam

dengan jangka waktu 21 hari, agar memperhatikan suhu ruangan supaya

berada pada temperature 38-38.5˚C dan mengatur kelembapan supaya di

hari ke 1- 17 kelembaban berada pada 60%-75%, sedangkan pada hari ke

18- 21 kelembaban kurang lebih sampai 60%-80%.

Temperatur ruangan mesin tetas 38,3˚C, waktu nyala lampu pada

pada ruangan tetas 1:13 menit, waktu lampu padam 3:46 menit dan waktu

sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah pengujian selesai maka data

yang diperoleh sebagai berikut:

Page 11: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

41

Tabel 4.3 Temperatur dan Kelembapan box variasi 3

Hari

ke-

Temperatur Kawat Termokopel (˚C)

Kelembapan

ruangan ( % )

3A 3B 3C 3D 3E 3F 3G 3H Lampu

hidup

Lampu

padam

1 38 37 38 38 38 39 38 38 62 69

2 38 38 37 36 37 38 38 38 60 66

3 39 39 38 38 38 38 39 39 59 68

4 38 39 38 36 37 37 38 38 64 71

5 38 40 39 37 37 37 38 40 67 74

6 38 39 39 38 38 38 38 39 62 69

7 38 38 38 37 38 39 39 39 66 72

8 38 38 37 36 37 37 37 38 67 74

9 38 37 38 36 37 37 38 38 69 74

10 39 39 38 37 37 39 39 38 68 75

11 39 39 37 36 37 38 37 37 64 72

12 37 37 38 36 36 37 38 37 69 74

13 38 37 38 36 37 38 38 38 69 73

14 39 38 38 37 38 37 39 38 68 74

15 38 38 38 37 38 38 38 39 69 72

16 38 37 38 37 37 38 38 39 69 74

17 38 38 38 38 39 39 38 38 70 73

18 39 39 39 37 38 39 39 39 71 75

19 38 38 39 38 38 38 40 39 66 72

20 40 40 40 37 39 40 38 38 68 70

21 39 39 38 36 37 38 38 38 66 74

Rata-rata

38,3 38,3 38,1 36,9 37,5 38 38,2 38,3 66,3 72,1

Tabel 4.3 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan kelembapan

selama dilakukan penelitian pada box variasi 3, setetelah diperoleh data

temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses penetasan telur maka

dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Page 12: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

42

4.1.8 Grafik hasil pengumpulan data suhu dan kelembapan variasi

sumber panas variasi 3 dengan daya 20 watt.

Gambar 4.8 Grafik temperature suhu termokopel box 3

Grafik 4.8 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam

mesin tetas selama waktu 21 hari. Data yang diambil melalui proses

yang dilakukan pukul 18:00, 06:00 WIB, dilakukan pencatatan data

12 jam sekali sebanyak 1 kali. Menggunakan thermometer yang

digunakan untuk mengukur temperature suhu.

Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat

termokopel memiliki rata-rata 3A=38,3˚C., 3B=38,3˚C., 3C=38,1˚C.,

3D=36,9˚C., 3E=37,5˚C., 3F=38˚C., 3G=38,2˚C., 3H=38,3˚C.

4.1.9. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi ketiga dengan

daya 20 watt .

Berikut ini kondisi telur sesudah dilakukannya pengujian

menggunakan variasi sumber panas variasi 3 memakai daya 20 watt.

34

35

36

37

38

39

40

41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Suh

u (

˚C

)

Jumlah Hari

Temperatur TermokopelKawat 3A

Kawat 3B

Kawat 3C

Kawat 3D

Kawat 3E

Kawat 3F

Kawat 3G

Kawat 3H

Page 13: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

43

Gambar 4.9 Telur pada box 3 menetas

Gambar 4.9 diatas dapat menunjukkan telur sudah menetas, proses

penetasan 8 butir telur hanya dapat menetaskan 7 butir telur, karena

penyebab kegagalan yang terjadi disebabakan karena distribusi panas

yang kurangbaik, karena pada pengujian variasi 3 dengan daya 20

watt distribusi panas tidak merata sehingga telur 3C=38,1˚C tidak

dapat menetas.

4.1.10 Analisis Temperatur dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas Telur

Terhadap Penempatan Sumber Panas Variasi no.4.

Berikut ini merupakan telur yang telah tersusun pada rak setelah

melalui proses pemilihan dengan keadaan baik, sebelum mulai

melakukan pengujian penetasan telur dapat dilihat pada gambar dengan

variasi sumber panas 4 memakai daya 20 watt.

Page 14: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

44

4.10 Gambar telur dalam ruang box 4

Pada gambar 4.10 proses pengujian mesin tetas yang ke empat ini

dengan menggunakan variasi 4 penempatan sumber panas lampu pijar

berjumlah 4 dengan jumlah daya 20 watt, dan memposisikan 8 butir

telur ayam kampung dengan kondisi cangkang tanpa cacat fisik serta

kondisi telur yang bersih.

Proses penginkubasian akan diusahakan memerlukan waktu dengan

persis apabila proses pengeraman di lakukan oleh induk ayam dengan

jangka waktu 21 hari, serta memperhatikan dan mengatur suhu ruangan

berada pada temperature 38-38.5˚C dan mengatur kelembapan pada

hari ke 1- 17 kelembaban berapa pada 60%-75%, sedangkan pada hari

ke 18- 21 kelembapannya dijaga sampai 60%-80%.

Temperatur ruangan mesin tetas 38˚C, waktu nyala lampu pada

pada ruangan tetas 1:30 menit, waktu lampu padam 4:04 menit dan

waktu sampai telur menetas ialah 21 hari, setelah pengujian selesai

maka didapatkan hasil berikut ini:

Page 15: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

45

Tabel 4.4 Temperatur dan Kelembapan box variasi 4

Hari

ke-

Temperatur Kawat Termokopel ( ˚C )

Kelembapan

ruangan (%)

4A 4B 4C 4D 4E 4F 4G 4H Lampu

hidup

Lampu

padam

1 37 38 38 38 38 37 38 37 69 76

2 38 38 39 38 37 38 37 38 68 74

3 39 39 38 37 38 38 38 37 70 76

4 38 39 39 38 38 40 39 38 68 74

5 39 40 39 37 38 39 40 38 72 76

6 38 39 38 38 38 39 38 39 74 78

7 40 38 38 39 38 40 38 38 68 72

8 39 39 37 37 38 39 40 38 69 74

9 39 39 39 37 38 38 39 38 68 74

10 39 39 38 37 37 39 38 38 66 71

11 39 38 38 38 39 39 39 37 65 72

12 37 39 39 38 37 37 38 37 68 74

13 38 38 39 38 37 39 37 37 64 69

14 39 39 40 38 38 39 38 39 69 76

15 39 39 40 38 39 40 38 38 68 73

16 39 39 39 38 38 38 38 38 71 75

17 40 39 39 38 41 39 39 39 72 75

18 38 39 38 38 39 38 40 38 64 70

19 40 39 40 39 38 39 40 39 69 74

20 38 40 40 38 39 38 39 38 68 73

21 38 38 39 37 36 38 38 38 69 75

Rata-

rata

38,6 38,8 38,8 37,8 38 38,6 38,5 38 68,5 73,8

Tabel 4.4 diatas merupakan hasil perolehan data temperature dan kelembapan

selama dilakukan penelitian pada box variasi 4, setetelah diperoleh data

temperature dan kelembapan yang dihasilkan dari proses penetasan telur maka

dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Page 16: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

46

4.1.11 Grafik hasil pengumpulan data suhu dan kelembapan variasi

sumber panas variasi 4 dengan daya 20 watt.

Gambar 4.11 Grafik temperature suhu termokopel box 4

Grafik 4.11 diatas merupakan hasil dari pengukuran suhu dalam

mesin tetas selama pengujian pada waktu 21 hari. Data yang diambil

melalui proses pukul 18:00, 06:00 WIB, dilakukan pencatatan data 12

jam sebanyak 1 kali. Menggunakan alat ukur thermometer untuk

mengukur suhu.

Perbandingan temperature suhu ruangan selama 21 hari dari kawat

termokopel memiliki rata-rata 4A=38,6˚C.,4B=38,8˚C., 4C=38,8˚C.,

4D=37,8˚C, 4E=38˚C., 4F=38,6˚C., 4G=38,5˚C., 4H=38˚C.

4.1.12. Hasil penginkubasian telur pada mesin tetas variasi keempat

dengan daya 20 watt .

Berikut ini kondisi telur saat setelah dilakukan pengujian memakai

variasi sumber panas variasi 4 memakai daya 20 watt.

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Suh

u (

˚C

)

Jumlah Hari

Temperatur Termokopel

Kawat 4A

Kawat 4B

Kawat 4C

Kawat 4D

Kawat 4E

Kawat 4F

Kawat 4G

Kawat 4H

Page 17: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

47

Gambar 4.12 Telur pada box 4 menetas

Gambar 4.12 diatas menunjukkan telur sudah menetas, proses

penetasan 8 butir telur hanya dapat menetaskan sebanyak 5 butir telur,

penyebab kegagalan penetasan telur ayam kampong tidak sempurna

disebabakan kematian embrio, karena pada pengujian variasi 4 dengan

daya 20 watt distribusi panas kurang baik dan tidak merata sehingga

telur 4D=37,8˚C., 4E=38˚C. dan 4G=38,5˚C tidak dapat menetas.

4.2 Pembahasan

4.2.1. Perhitungan daya tetas

Proses perhitungan daya tetas dengan berdasar paada jumlah atau

banyaknya telur yang dapat menetas pada masing-masing variasi

penempatan sumber panas yang diterapkan pada mesin penetas telur.

Dihitung dengan rumus sebagai berikut:

DT = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100%

Keterangan :

Page 18: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

48

∑ 𝑄0 = jumlah telur yang ditetaskan

∑ Q1 = jumlah telur yang menetas

DT = daya tetas telur ayam

4.2.2 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan

sumber panas no. 1

Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan

semua telur yang berada pada mesin tetas dengan baik, sehingga dapat

dihitung daya tetas telur sebagai berikut:

DT = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100 %

DTv1 = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100 %

= 8

8 × 100 %

= 100 %

4.2.3 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan

sumber panas no. 2

Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan

5 telur yang berada pada mesin tetas, kegagalan penetasan disebabkan

perbedaan temperature sehingga distribusi panas tidak sesuai

denganyangdibutuhkan mesin tetas. Sehingga dapat dihitung daya tetas

telur sebagai berikut:

DT = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100 %

DTv2 = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100 %

= 5

8 × 100%

=62,5 %

4.2.4 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan

sumber panas no. 3

Page 19: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

49

Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan

7 telur yang berada pada mesin tetas, kegagalan penetasan disebabkan

perbedaan temperature yang menyebabkan distribusi panas tidak baik.

Sehingga dapat dihitung daya tetas telur sebagai berikut:

DT = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100 %

DTv3 = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100 %

= 7

8 × 100%

= 87,5 %

4.2.5 Daya tetas pada mesin tetas menggunakan variasi penempatan

sumber panas no. 4

Pada variasi ini proses penetasan 8 butir telur mampu menetaskan

5 telur yang berada pada mesin tetas, kegagalan penetasan disebabkan

perbedaan temperature yang menyebabkan distribusi panas tidak

merata. Sehingga dapat dihitung daya tetas telur sebagai berikut:

DT = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100 %

DTv4 = ∑ Q1

∑ 𝑄0 × 100

= 5

8 × 100%

= 62,5 %

Page 20: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

50

4.2.6 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi

nomor 1.

Pada proses penetasan telur bok 1 menggunakan daya 20 watt

menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.

1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:21 menit,

waktu lampu padam 2:24 menit dan waktu sampai telur menetas ialah

21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas

variasi nomor 1 sebagai berikut:

Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )

1000= ……….Kwh

Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per

kwh-nya.

Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,21 menit dan 1 kali lampu padam

2,24 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur

menetas = 21 hari

Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,21 + 2,24) = 417,4 kali.

= 417,4 × 1,21 = 505 menit

= 505 : 60 = 8,4 jam/hari

Maka perhitungan selanjutnya :

20 X 8,4

1000 =

168

1000 = 0,168 Kwh

0,168 × 1.350 = Rp 226,8. Dengan demikian pada penetasan

menggunakan bok 1 selama 21 hari × 226,8 = Rp. 4.762,8

4.2.7 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi

nomor 2.

Pada proses penetasan telur bok 2 menggunakan daya 20 watt

menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.

Page 21: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

51

1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:34 menit,

waktu lampu padam 4:58 menit dan waktu sampai telur menetas ialah

21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas

variasi nomor 2 sebagai berikut:

Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )

1000= ……….Kwh

Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per

kwh-nya.

Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,34 menit dan 1 kali lampu padam

4,58 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur

menetas = 21 hari

Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,34 + 4,58) = 243,2 kali.

= 243,2 × 1,34 = 325,9 menit

= 325,9 : 60 = 5,4jam/hari

Maka perhitungan selanjutnya :

20 X 5,4

1000 =

108

1000 = 0,108 Kwh

0,108 × 1.350 = Rp 145,8. Dengan demikian pada penetasan

menggunakan bok 2 selama 21 hari × 145,8 = Rp. 3.061,8

4.2.8 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi

nomor 3.

Pada proses penetasan telur bok 3 menggunakan daya 20 watt

menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.

1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:13 menit,

waktu lampu padam 3:46 menit dan waktu sampai telur menetas ialah

21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas

variasi nomor 3 sebagai berikut:

Page 22: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

52

Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )

1000= ……….Kwh

Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per

kwh-nya.

Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,13 menit dan 1 kali lampu padam

3,46 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur

menetas = 21 hari

Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,13 + 3,46) = 313,7 kali.

= 313,7 × 1,13 = 354,4 menit

= 354,4 : 60 = 5,9 jam/hari

Maka perhitungan selanjutnya :

20 X 5,9

1000 =

118

1000 = 0,118 Kwh

0,118 × 1.350 = Rp 159,3. Dengan demikian pada penetasan

menggunakan bok 3 selama 21 hari × 159,3 = Rp. 3.345,3

4.2.9 Perhitungan biaya pemakaian listrik mesin tetas dengan variasi

nomor 4.

Pada proses penetasan telur bok 4 menggunakan daya 20 watt

menggunakan listrik tarif R1M/900VA biaya rupiah per Kwh-nya Rp.

1.350,00. Waktu nyala lampu pada pada ruangan tetas 1:30 menit,

waktu lampu padam 4:04 menit dan waktu sampai telur menetas ialah

21 hari, penghitungan pemakaian kwh listrik pada bok mesin tetas

variasi nomor 4 sebagai berikut:

Ukur daya alat ( watt ) × waktu pemakaian ( jam )

1000= ……….Kwh

Kemudian jumlah kwh × harga tarif tenaga lisrik yang berlaku per

kwh-nya.

Page 23: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

53

Diketahui = 1 kali lampu hidup 1,30 menit dan 1 kali lampu padam

4,04 menit , dalam 1 hari terdapat 1.440 menit. Telur

menetas = 21 hari

Dijawab = waktu 1 kali kerja = 1.440 : (1,30 + 4,04) = 269,6 kali.

= 269,6 × 1,30 = 350,9 menit

= 350,9 : 60 = 5,8 jam/hari

Maka perhitungan selanjutnya :

20 X 5,8

1000 =

116

1000 = 0,116 Kwh

0,116 × 1.350 = Rp. 156,6 Dengan demikian pada penetasan

menggunakan bok 4 selama 21 hari × 156,6 = Rp. 3.288,6