Bab 3 makalah come fix
-
Upload
ieien-muthmainnah -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Bab 3 makalah come fix
26
BAB III
OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG TELINGA UNTUK
MENCEGAH NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL)
PADA KARYAWAN DEPARTEMEN RIAU PAPER
PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER
3.1 Gambaran Perusahaan
PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) merupakan sebuah perusahaan
pulp (bubur kertas) dan paper (kertas) swasta yang bernaung di bawah PT. Raja Garuda
Mas Internasional (RGMI) dan tergabung dalam Asia Pacific Recources International
Holding Ltd (APRIL Group) yang berpusat di Singapura serta merupakan salah satu
pemegang saham utama APRIL Group yang mempunyai 80 buah anak perusahaan yang
tersebar di Indonesia dan mancanegara. PT. RAPP memiliki tiga unit produksi yaitu
Riau Andalan Kertas (RAK), Riau Pulp dan Riau Power Energy (RPE).
PT. RAPP sebagai salah satu perusahaan yang mempunyai komitmen terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengacu pada PERMENAKER nomor 05 tahun
1996 dan telah mendapatkan sertifikat Ocupational Health and Safety Analysis System
(OHSAS) 18801 tahun 2006.
Keselamatan dan pengawasan selama bekerja merupakan tanggung jawab
perusahaan. Pelaksanaan keselamatan dan pengawasan terhadap karyawan dikoordinasi
oleh Loss Prevention & Control Departemen (LP&C Dept). Salah satu program yang
dijalankan pihak LP&C adalah identifikasi dan pengendalian bahaya kebisingan melalui
kegiatan sistematis Hearing Conservation Program (HCP). HCP adalah program yang
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan atau kehilangan pendengaran
tenaga kerja akibat kebisingan di tempat kerja. Program tersebut terdiri dari beberapa
komponen antara lain identifikasi dan analisis sumber bising (1), kontrol kebisingan dan
kontrol administrasi (2), tes audiometri secara berkala (3), alat pelindung diri (4),
motivasi dan edukasi pekerja (5), pencatatan dan pelaporan data (6) serta evaluasi
program (7).
Riau Paper merupakan salah satu unit produksi dari PT. RAPP yang bergerak
dalam pembuatan kertas. Pada unit ini terdapat beberapa Hazard yang membuat
masalah pada kesehatan karyawan apabila tidak menggunakan alat pelindung diri,
diantaranya adalah paparan kebisingan, debu dan suhu mesin yang tinggi saat
beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara dari pihak LP&C bahwa masalah kesehatan
yang sering terjadi adalah gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil pemeriksaan level
intensitas kebisingan oleh pihak LP&C, bahwa area Departemen Riau Paper memiliki
intensitas kebisingan terendah 92 dB dan tertinggi 104 dB.
3.2 Plan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode PDCA Cycle.
Kegiatan Plan dilaksanakan pada tanggal 20-25Januari 2014 dengan melakukan
wawancara bersama dokter perusahaan (dr. Untung S. Widjaya, Sp.OT dan dr. Triadi)
serta observasi bersama staff LP&C (Ajis Ismail). Pengambilan data sekunder diperoleh
dari LP&C berupa data pemeriksaan level intensitas kebisingan tahun 2013 dan hasil
MCU karyawan PT. RAPP pada tanggal 25 Januari 2014.
3.2.1. Identifikasi masalah
Proses identifikasi masalah didapatkan melalui:
1. Observasi langsung pelaksanaan kegiatan di kawasan pabrik PT. RAPP
khususnya di Departemen Riau Paper.
2. Wawancara dengan staff LP&C dan pengambilan data sekunder mengenai level
intensitas kebisingan di Departemen Riau Paper.
3. Wawancara dengan dokter perusahaan.
4. Pengambilan data sekunder mengenai penyakit akibat kebisingan dari hasil
MCU.
27
Penentuan masalah berdasarkan faktor-faktor resiko kesehatan yang terdapat di
Departemen Riau Paper PT. RAPP seperti yang ditampilkan pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Identifikasi Masalah Pencegahan NIHL pada PT. RAPP
No.Aspek
yang dinilaiMasalah Evidence Based
1 Pencegahan dan pengendalian (NIHL)
1. Belum optimalnya penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan NIHL di Departemen Riau Paper PT. Riau Andalan Pulp and Paper.
Wawancara dengan dokter perusahaan, staf LP&C Bapak Ajis Ismail dan observasi didapatkan:
Wawancara1. Karyawan lapangan di
Departemen Riau Paper sudah terbiasa dengan kebisingan di area kerja dan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi jika menggunakan alat pelindung telinga sehingga kurang disiplin dalam penggunaan alat pelindung telinga yang merupakan APD wajib di Riau Paper.
2. Jadwal kegiatan seminar mengenai kesehatan termasuk dampak kebisingan terhadap kesehatan yang direncanakan tiap 1 bulan untuk tiap area yang berisiko tinggi NIHL tidak dapat diikuti semua karyawan karena harus ada karyawan yang tetap berada pada posisi masing-masing. Agenda seminar kesehatan kadang sempat ditunda mengingat jumlah karyawan yang hadir tidak sesuai.
3. Media informasi berupa buletin board mengenai kesehatan sudah diberikan melalui public messenger sehingga semua karyawan dapat mengakses informasi tersebut, namun minat baca dan keinginan karyawan untuk mengetahui informasi
28
kesehatan masih kurang sehingga public messenger tersebut jarang dibuka.
4. Pihak LP& C juga telah menjalankan program pengadaan tiket pelanggaran bagi karyawan yang tidak memakai APD. Karyawan tersebut mendapat surat peringatan. Namun pemberian sanksi terkendala dengan rasa segan dan solidaritas pertemanan.
Observasi1. Tidak dijumpai adanya media
tertulis mengenai bahaya NIHL dan pencegahannya dengan menggunakan APD yang baik dan benar.
2. Pengadaan papan warning yang dilengkapi dengan keterangan intensitas kebisingan dan lamanya waktu pajanan baru berjalan 4 bulan terakhir dan belum terpasang di semua titik area kerja.
3. Ditemukan 2 orang karyawan yang melepaskan APD saat berkomunikasi di area finishing Departemen Riau Paper
2. Mesin unit produksi di Departemen Riau Paper menghasilkan bising yang melebihi ambang batas pendengaran.
Data sekunder yang didapatkan dari LP&C mengenai intensitas kebisingan di Departemen Riau Paper antara lain:1. Tingkat kebisingan terendah di
Departemen Riau Paper adalah 91 dB dan tertinggi adalah 104 dB.
2. Telah dilakukan inspeksi dan perawatan secara berkala tiap 3 bulan mengenai kuantintas tingkat kebisingan area berupa pemeriksaan mesin unit produksi sesuai kebutuhan, namun tingkat kebisingan masih cukup tinggi.
3. Telah dilakukan usaha peredam suara namun masih menghasilkan bising yang melebihi ambang batas
29
dengar.
3. Program transfer atau rotasi tempat kerja untuk karyawan yang sering terpapar kebisingan maupun yang sudah mengalami gangguan pendengaran masih dalam tahap analisa.
Wawancara dengan dokter perusahaan didapatkan :Setiap 6 bulan dilakukan identifikasi posisi masing-masing karyawan, selanjutnya dianalisa apakah karyawan tersebut tetap dipertahankan dalam posisinya atau dipindahkan ke tempat lain. Sejauh ini belum ada karyawan yang dirotasikan karena program ini masih dalam tahap analisa, membutuhkan waktu dan kerjasama antar karyawan dan pihak LP&C.
3.2.2 Penentuan prioritas masalah
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang menggunakan dua
unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi, kemampuan anggota mengubah
dan biaya) dan skor (nilai 1, 2 dan 3) yaitu:
1. Urgensi atau kepentingan
nilai 1 tidak penting
nilai 2 penting
nilai 3 sangat penting
2. Solusi
nilai 1 tidak mudah
nilai 2 mudah
nilai 3 sangat mudah
3. Kemampuan merubah
nilai 1 tidak mudah
nilai 2 mudah
nilai 3 sangat mudah
4. Biaya
30
nilai 1 tinggi
nilai 2 sedang
nilai 3 rendah
Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total skor dari
masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu masalah dengan total
paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas masalah untuk dicari
penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah dibuat ke dalam tabel 3.2
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Masalah
No. Masalah
Kriteria Masalah
Total RankUrgensi Solusi
Kemampuan
MengubahBiaya
1. Belum optimalnya penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan NIHL pada karyawan di Departemen Riau Paper PT. Riau Andalan Pulp and Paper
3 3 2 2 36 I
2 Mesin unit produksi di Departemen Riau Paper menghasilkan bising yang melebihi ambang batas pendengaran
3 1 1 1 3 III
3 Belum ada program rotasi tempat kerja untuk karyawan yang sering terpapar kebisingan maupun yang sudah mengalami gangguan NIHL
3 2 1 1 6 II
31
Berdasarkan perhitungan total skor masing-masing kriteria untuk setiap masalah
didapatkan prioritas masalah yang menduduki ranking I adalah belum optimalnya
penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan NIHL pada karyawan di
Departemen Riau Paper PT. Riau Andalan Pulp and Paper.
3.2.3 Analisis Penyebab Masalah
Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi di atas,
dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu man, method, material
dan market yang masih diperoleh melalui observasi serta wawancara dengan karyawan
di Departemen Riau Paper PT. Riau Andalan Pulp and Paper.
Adapun analisis penyebab masalah dijelaskan pada tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3 Analisis Penyebab Masalah
Masalah Penyebab Masalah Evidence Based
Belum optimalnya penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan
MetodePenyuluhan kesehatan kerja belum berjalan efektif.
Wawancara dengan dokter perusahaan, staf LP&C yaitu Bapak Ajis Ismail, didapatkan:
Jadwal kegiatan seminar atau penyuluhan mengenai kesehatan kerja yang direncanakan tiap 1 bulan untuk tiap area yang berisiko tinggi NIHL tidak dapat diikuti semua karyawan karena harus ada karyawan yang tetap berada pada posisi masing-masing. Agenda seminar
32
NIHL pada karyawan di Departemen Riau Paper PT. Riau Andalan Pulp and Paper.
kesehatan kerja kadang sempat ditunda mengingat jumlah karyawan yang hadir tidak sesuai.
MarketKedisplinan karyawan Departemen Riau Paper PT. Riau Andalan Pulp and Paper mengenai penggunaan APD masih kurang
Wawancara dengan dokter perusahaan, staf LP&C yaitu Bapak Ajis Ismail, dan observasi di lapangan didapatkan :
Masih ada beberapa karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung telinga di lingkungan pabrik walaupun APD selalu tersedia untuk setiap karyawan. Hal ini disebabkan mereka sudah terbiasa dengan kebisingan dan merasa sulit berkomunikasi dengan menggunakan APD.
MaterialPemanfaatan media informasi online masih kurang dan belum optimalnya media informasi tertulis berupa cetakan. Papan peringatan intensitas kebisingan belum efektif
Wawancara dengan dokter perusahaan dari pihak LP&C didapatkan:
1. Minat baca dan keinginan karyawan untuk mengetahui informasi kesehatan masih kurang sehingga public messenger yang sudah disediakan oleh LP&C jarang dibuka.
2. Belum optimalnya media informasi tertulis seperti leafleat dan banner yang
33
sifatnya lebih mengancam mengenai NIHL dan bahaya kebisingan lain.
3. Pengadaan papan warning yang dilengkapi dengan keterangan intensitas kebisingan dan lamanya waktu pajanan baru berjalan 4 bulan terakhir dan belum terpasang di semua titik area kerja.
ManMasih kurang ketegasan dalam pelaporan untuk pemberian sanksi pada karyawan yang tidak menggunakan APD.
Wawancara dengan pihak LP&C :
Pemberian sanksi terkendala dengan rasa segan dan solidaritas pertemanan. Belum ada pemberian reward bagi karyawan yang patuh menggunakan APD.
34