makalah come

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja Salah satu upaya dalam rangka menjamin kesehatan tenaga kerja secara optimal adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin terhadap tenaga kerja disertai pengelolaan lingkungan dan peralatan kerja yang baik. Karena tidak dapat disangkal bahwa kesehatan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh sistem pelayanan kesehatan yang diberikan dan kondisi tempat kerja serta cara atau proses kerja yang dihadapi tenaga kerja. 1 Sesuai undang- undang yang berlaku (Permenakertrans No.: Per 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja), poliklinik perusahaan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan kerja harus dibawah tanggung jawab seorang dokter yang telah memenuhi persyaratan antara lain telah mengikuti pelatihan hiperkes bagi dokter perusahaan, demikian juga paramedis di poliklinik perusahaan diwajibkan mengikuti pelatihan hiperkes. Hal ini dimaksudkan agar poliklinik perusahaan dapat melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Poliklinik perusahaan harus melaksanakan 5

description

makalah comemakalah comeksajflkjalfjajfkajflkajlkfalkjf

Transcript of makalah come

Page 1: makalah come

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja

Salah satu upaya dalam rangka menjamin kesehatan tenaga kerja secara

optimal adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin terhadap

tenaga kerja disertai pengelolaan lingkungan dan peralatan kerja yang baik. Karena

tidak dapat disangkal bahwa kesehatan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh sistem

pelayanan kesehatan yang diberikan dan kondisi tempat kerja serta cara atau proses

kerja yang dihadapi tenaga kerja.1

Sesuai undang- undang yang berlaku (Permenakertrans No.: Per 03/Men/1982

tentang Pelayanan Kesehatan Kerja), poliklinik perusahaan sebagai salah satu bentuk

pelayanan kesehatan kerja harus dibawah tanggung jawab seorang dokter yang telah

memenuhi persyaratan antara lain telah mengikuti pelatihan hiperkes bagi dokter

perusahaan, demikian juga paramedis di poliklinik perusahaan diwajibkan mengikuti

pelatihan hiperkes. Hal ini dimaksudkan agar poliklinik perusahaan dapat melakukan

pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Poliklinik

perusahaan harus melaksanakan aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

sesuai kondisi dan karakterisktik perusahaan.2

Ada beberapa sistem pelayanan kesehatan terhadap tenaga kerja seperti

poliklinik sendiri dan dilaksanakan oleh pihak luar perusahaan seperti sistem asuransi

seperti Jamsostek, perusahaan jasa pelayanan kesehatan tenaga kerja, fasilitas

kesehatan umum (puskesmas, rumah sakit, balai pengobatan dan lain- lain). Di antara

sistem pelayanan tersebut, poliklinik perusahan merupakan salah satu pilihan yang

tepat. Poliklinik perusahaan dapat menjadi salah satu sub sistem dari manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahan sehingga dua aspek yaitu

pelayanan kesehatan tenaga kerja dan pengelolaan lingkungan kerja dapat dilakukan

bersama. Berbeda dengan sistem pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak luar

yang hanya menekankan pada aspek pelayanan kesehatan di segi kuratif.2

5

Page 2: makalah come

6

Aspek promotif dan preventif dapat juga menekan angka kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, sedang aspek kuratif dan rehabilitatif dapat menangani

kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut secara cepat tepat sehingga kapasitas

kerja dapat dipulihkan atau dioptimalkan. Fungsi poliklinik perusahaan tidak akan

maksimal sesuai yang diharapkan tanpa adanya dukungan atau kaitan langsung dari

manajemen perusahaan dan kerjasamanya dengan subsistem lain dalam rangka

pelaksanaan manajemen K3 secara keseluruhan di perusahaan.3

Adapun upaya klinik perusahaan antara lain sebagai berikut:2

1. Upaya Preventif

Upaya kesehatan preventif di perusahaan sangat penting karena sangat

berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang berkaitan dengan kualitas

produk dan produktivitas perusahaan. Dari segi ekonomi juga akan

menghemat keuangan perusahaan karena upaya preventif tidak akan menekan

angka kejadian penyakit dan cedera di tempat kerja, tetapi juga angka

kecelakaan kerja. Sedangkan penyakit, cedera dan kecelakaan kerja

memerlukan biaya yang tidak ringan untuk mengatasinya dan di sisi lain

produktivitas perusahaan akan terganggu. Upaya preventif antara lain

meliputi:

a. Pemeriksaan kesehatan awal terhadap calon tenaga kerja

Tujuannya antara lain memperoleh tenaga kerja dengan tingkat kesehatan

yang setinggi-tingginya, memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan

pekerjaannya, menghindari tenaga kerja dari penyakit menular serta

mempunyai data kesehatan semua tenaga kerja sewaktu mulai bekerja.

Pemeriksaan kesehatan awal meliputi pemeriksaan fisik lengkap, rontgen

toraks, laboratorium rutin dan untuk pekerjaan tertentu perlu dilakukan

pemeriksaan sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang mungkin

terjadi.

b. Pemeriksaan kesehatan berkala pada semua karyawan

Tujuannya antara lain mempertahankan tingkat kesehatan karyawan dan

deteksi dini gangguan kesehatan akibat pekerjaannya. Pemeriksaan

Page 3: makalah come

7

kesehatan berkala meliputi pemeriksaaan fisik lengkap, tes kesegaran

jasmani, rontgen toraks (bila perlu), laboratorium rutin dan pemeriksaan

lain sesuai indikasi.

c. Pemeriksaan kesehatan khusus

Tujuannya antara lain adalah menilai pengaruh pekerjaan tertentu terhadap

karyawan, menentukan ada tidaknya gangguan kesehatan pada tenaga

kerja yang diduga menderita gangguan kesehatan, memantau tenaga kerja

yang beresiko tinggi terhadap gangguan kesehatan akibat pekerjaan

misalnya usia lebih dari 40 tahun, karyawan pasca kecelakaan atau sakit

yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 minggu, tenaga kerja

wanita, tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja usia muda yang melakukan

pekerjaan tertentu.

d. Melaporkan adanya penyakit akibat kerja yang ditemukan.

e. Penempatan dan pemindahan tenaga kerja pada tempat kerja yang sesuai

dengan kondisi kesehatannya.

f. Membuat laporan bulanan penyakit.

g. Pemantauan dan pengendalian lingkungan kerja dan alat-alat produksi.

h. Pemberian menu makanan sesuai kebutuhan kalori dan zat gizi.

2. Upaya Promotif

a. Pendidikan dan pelatihan tentang K3

Dilakukan secara berkala dengan materi disesuaikan dengan kondisi

perusahaan.

b. Safety talk

Diberikan oleh seorang supervisor atau ketua regu setiap akan memulai

pekerjaan, ini dilakukan terutama pada tempat atau jenis pekerjaan dengan

resiko kecelakaan kerja yang tinggi.

Page 4: makalah come

8

3. Upaya Kuratif

a. Pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Pelayanan P3K dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung poliklinik perusahaan memberikan pelayanan P3K

terhadap karyawan yang dibawa ke poliklinik. Secara tidak langsung

poliklinik harus memberikan pelatihan P3K terhadap beberapa atau semua

karyawan agar segera dapat memberikan pertolongan P3K kepada teman

yang mengalami kecelakaan kerja.

b. Pengobatan tenaga kerja yang sakit

Pengobatan dilakukan secara komprehensif dengan sedapat mungkin

mencari kausanya. Pengobatan dilakukan terhadap karyawan berkunjung

ke poliklinik maupun karyawan yang dideteksi menderita sakit pada waktu

pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus.

4. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif dilakukan dengan tujuan pengobatan yang

dilakukan lebih tuntas dengan mengembalikan atau mengoptimalkan fungsi

atau kemampuan yang masih ada. Rehabilitasi yang dapat dilakukan antara

lain berupa pemberian protesa atau ortosa, fisioterapi dan konsultasi

psikologis. Selain hal-hal tersebut poliklinik perusahaan harus dapat

menganalisis permasalahan K3 di perusahaan dan didiskusikan dengan

departemen terkait untuk dirumuskan solusinya dan dilaporkan ke pihak

manajemen untuk ditindaklanjuti. Pola penyakit tenaga kerja di suatu

perusahaan akan berbeda pola penyakitnya tergantung potensi bahaya di

tempat kerjanya. Untuk itu diperlukan pengetahuan kesehatan kerja agar

dalam mengelola poliklinik perusahaan menggunakan pendekatan yang tepat

sesuai kondisi dan karakteristik lingkungan kerja yang ditangani.

Page 5: makalah come

9

2.2 Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

Tuli akibat kebisingan (noise induced hearing loss) adalah hilangnya sebagian

atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau

kedua telinga yang disebabkan oleh bising yang terus menerus. NIHL dapat

disebabkan oleh bising yang terus menerus di lingkungan kerja (tuli akibat kerja atau

occupational deafness) dan kebiasaan buruk. Dalam lingkungan industri, semakin

tinggi intensitas kebisingan, semakin lama pemaparan kebisingan yang dialami oleh

pekerja maka semakin berat gangguan yang ditimbulkan pada para pekerja

tersebut.3,6,7

Bising merupakan suara atau bunyi yang menggangu. Bising dapat

menyebabkan gangguan seperti fisiologis, gangguan psikologis, gangguan

komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa ganguan

auditori, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditori seperti

gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja,

stress dan kelelahan.6 Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja

dijelaskan sebagai berikut:7

1. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila

terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa

peningkatan tekanan darah (±10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi

pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.7

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan nyeri kepala. Hal ini

disebabkan bising merangsang reseptor vestibular dalam telinga dalam yang

akan menimbulkan efek vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas

disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,

kelenjar endokrin, tekanan darah dan sistem pencernaan dan keseimbangan

elektrolit.7

Pajanan kebisingan bisa dihubungkan dengan sejumlah efek kesehatan seperti

membedakan respon psikologis seperti gangguan tidur, gangguan aktivitas

Page 6: makalah come

10

harian dan respon fisik seperti hilangnya pendengaran, hipertensi dan penyakit

jantung iskemik. Tingkat kebisingan mencapai 60 desibel dapat meningkatkan

kadar hormon stres, seperti epinefrin, norepinefrin dan kortisol tubuh yang

mengakibatkan terjadinya perubahan irama jantung dan tekanan darah. Bising

yang terus menerus diterima seseorang akan menimbulkan gangguan proses

fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil.7

Kebisingan yang dapat menimbulkan terjadinya hipertensi terjadi pada

beberapa populasi beresiko. Salah satu kasusnya terjadi pada populasi sekitar

bandara. Penelitian di Bandara Munich yang dilakukan oleh Evan dkk dan

Hyge dkk pada tahun 1998 mengukur hormon stres pada anak dengan usia

sekitar 10 tahun. Penelitian ini mengukur level katekolamin (epinefrin dan

norepinefrin) dan hormon stres kortisol yang keluar melalui urin.8

Hasil penelitian menunjukkan bukti kenaikan katekolamin pada komunitas

anak sekolah yang terpajan kebisingan penerbangan dibandingkan sebelum

terpajan kebisingan penerbangan. Penelitian juga dilakukan pada pekerja laki-

laki di Bandara Ahmad Yani Kota Semarang pada tahun 2005 dengan hasil

menunjukkan prevalensi kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 55%. Intensitas

kebisingan yang diterima tenaga kerja di lingkungan kerja Bandara Ahmad Yani

berkisar antara 68,9-91,8 dB.3

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,

susah tidur dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat

menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stress, kelelahan

dan lain- lain.9

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan oleh masking effect (bunyi yang

menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.

Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini

menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya

Page 7: makalah come

11

kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan

komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan kesalamatan orang.9

4. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa

atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala

pusing (vertigo) atau disertai dengan mual- mual.

5. Efek pada Pendengaran

Pengaruh utama dari kebisingan pada kesehatan adalah kerusakan pada indera

pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui

dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada

pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah

pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus

di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali,

biasanya dimulai pada frekuensi 400 Hz dan kemudian makin meluas ke

frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya

digunakan untuk percakapan.9

2.2.1 Klasifikasi bising

Ada beberapa jenis bising yang dapat menyebabkan ketulian dan penyakit

lainnya pada tenaga kerja, antara lain: 9

a. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi luas

Bising jenis ini merupakan bising yang relatif tetap, dalam batas amplitudo

kurang lebih 5 dB untuk priode 0,5 detik berturut- turut. Contoh : dalam

kokpit pesawat, helicopter, gergaji sirkuler, katup mesin gas, kipas angin,

suara dapur pijar.

b. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi sempit

Bising ini relatif tetap dan hanya pada frekuensi tertentu saja (5000, 1000

atau 400 Hz), misalnya suara katup gas, gergaji sirkuler.

Page 8: makalah come

12

c. Bising terputus-putus

Bising jenis ini sering disebut intermittent noise, yaitu kebisingan yang tidak

berlangsung secara terus menerus dan memiliki interval tanpa bising.

Contoh: suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang.

d. Bising impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam

waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Contoh: suara

ledakan petasan, tembakan meriam.

e. Bising impulsif berulang- ulang

Sama seperti bising impulsif, tetapi terjadi berulang-ulang misalnya pada

mesin tempa.

Bising yang dianggap lebih sering merusak pendengaran adalah bising yang

bersifat kontinu, terutama memiliki spektrum frekuensi lebar dan intensitas yang

tinggi. Di Indonesia intensitas bising di tempat kerja yang diperkenankan adalah

85 dB untuk waktu kerja 8 jam per hari, seperti yang diatur dalam surat edaran

Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1987 tentang Nilai Ambang Batas (NAB)

untuk kebisingan di tempat kerja.

2.2.2 Etiologi

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan:8

1. Intensitas kebisingan

2. Frekuensi kebisingan

3. Lama waktu pemaparan bising

4. Kerentanan individu

5. Jenis kelamin

6. Usia

7. Kelainan di telinga tengah

Page 9: makalah come

13

Etiologi tuli akibat kerja hampir 60% disebabkan intensitas kebisingan yang

tidak sesuai dengan lamanya pemaparan bising yang diperkenankan. Berikut

intensitas kebisingan dengan lama paparan bising yang diperkenankan pada suatu

tempat kerja, dapat dilihat pada tabel berikut ini:9,10

Tabel 2.1 Intensitas bunyi dan waktu paparan yang diperkenankan1

Intensitas Bising (dB) Waktu paparan per hari (jam)85 8

87,5 6

90 4

92,5 3

95 2

100 1

105 ½

110 ¼

Klasifikasi Kebisingan dan Tuli Akibat Kerja, menurut ISO adalah sebagai berikut:10

Jika peningkatan ambang dengar antara 0- < 25 dB, masih normal

Jika peningkatan ambang dengar antara 26- 40 dB, disebut tuli ringan

Jika peningkatan ambang dengar antara 41- < 60 dB, disebut tuli sedang

Jika peningkatan ambang dengar antara 61- < 90 dB, disebut tuli berat

Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB, disebut tuli sangat berat

Page 10: makalah come

14

Gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan

menggunakan parameter percakapan sehari- hari sebagai berikut:10

Tabel 2.2 Gradasi gangguan pendengaran berdasarkan parameter percakapan

sehari- hari10

Gradasi Parameter

Normal Tidak mengalami kesulitan percakapan biasa (6 meter)

Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari- hari mulai jarak > 1,5 meter

Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1,5

meter

Berat Kesulitan dalam percakapan keras/ berteriak pada jarak > 1,5

meter

Sangat berat Kesulitan dalam percakapan keras/ berteriak pada jarak < 1,5

meter

Tuli total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Untuk menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis

yang teliti, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan audiometri. Dari anamnesis

didapatkan riwayat pernah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam

jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Dari pemeriksaan

otoskopi tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan tes penala didapatkan

hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telingan yang pendengarannya lebih baik

dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketulian adalah sensorineural yang biasanya

mengenai kedua telinga.7

Ketulian timbul secara perlahan dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang

biasanya terjadi dalam 8-10 tahun pertama paparan. Pemeriksaan audiometri

digunakan untuk mengetahui ambang pendengaran, jenis ketulian dan derajat

ketulian. Pada pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada

Page 11: makalah come

15

frekuensi tinggi (umumnya 3000-6000 Hz) dan pada frekuensi 4000 Hz sering

terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.6,10

Gambar 2.1 Pemeriksaan audiometric pada NIHL, pada frekuensi 400 Hz

sering terdapat takik (notch) yang patognomonik6

2.3 Program Konservasi Pendengaran

Program Konservasi Pendengaran/ Hearing Conservation Programme (HCP)

adalah program formal sebuah perusahaan untuk mencegah terjadinya kehilangan

pendengaran akibat kebisingan pada pekerja (noise induced hearing loss/ NIHL).1,6

Tujuan umum program konservasi pendengaran yaitu meningkatkan

produktivitas pekerja melalui pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja

dengan melaksanakan program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh

unsur perusahaan.1,6

Tujuan khusus program konservasi pendengaran, yaitu:1

1. Mengetahui tingkat kebisingan di tempat kerja sesuai karakteristik

kegiatannya.

2. Meningkatkan upaya pencegahan ketulian akibat bising melalui upaya

mengurangi paparan terhadap pekerja, baik secara teknis maupun

administratif.

3. Deteksi dini adanya NIHL dan mencegah Temporary Threshold Shift (TTS)

yang timbul secara permanen.

Page 12: makalah come

16

4. Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kebisingan dan pengaruh

terhadap kesehatan.

5. Meningkatkan disiplin dan kesadaran dalam menggunakan APD terhadap

kebisingan.

6. Menumbuhkan perubahan perilaku karyawan dan semua unsur terkait ke arah

yang mendukung program tersebut, melalui promosi kesehatan di tempat

kerja.

Program ini mencakup akitivitas survey paparan bising, tes pendengaran,

pendidikan dan motivasi serta pencatatan dan pelaporan. Program ini juga

mencakup aktivitas evaluasi program.6 Program pencegahan yang dapat dilakukan

meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Monitoring paparan bising

Tujuan utama dari melaksanakan penilaian kebisingan adalah:

Mendefinisikan area di mana pekerja akan terpapar kebisingan yang

melebihi ambang batas.

Memilih alat pelindung pendengaran yang sesuai berdasarkan

sumber/level/ atau lingkungan kerja dan pertimbangan lainnya.

2. Control engineering dan administrasi

Kontrol engineering termasuk, tapi tidak terbatas pada pemeliharaan,

modifikasi atau penggantian peralatan; isolasi alat yang memiliki tingkat

kebisingan tinggi dari area sekitar; dan pengunaan material akustik. Kontrol

administrasi mencakup pemisahan proses kerja dan area bising;

penjadwalan/rotasi pekerjaan; dan kebijakan pembelian/desain peralatan tidak

melebihi batas kebisingan maksimal.

3. Tes audiometri dan evaluasi

Audiogram menghitung tingkat pendengaran pada frekuensi pembicaraan

sehari-hari, dan mampu mendeteksi kehilangan pendengaran sebelum terpapar

ke area dengan tingkat kebisingan tinggi.

4. Penggunaan APD

Page 13: makalah come

17

Ketika kontrol engineering dan administrasi tidak mampu mengurangi

paparan pekerja terhadap pekerja, maka alat pelindung pendengaran harus

digunakan. Pemilihan alat pelindung pendengar harus tepat dan layak yang

bergantung pada operasi, preferensi pekerja dan redaman yang dibutuhkan.

5. Pendidikan dan motivasi

Pekerja yang bekerja di lingkungan dengan kebisingan yang melebihi batas

OHSA harus mengikuti HCP. Pelatihan mencakup pengetahuan tentang efek

kebisingan, tujuan dan manfaat dari alat pelindung pendengaran dan prosedur

tes audiometri.

6. Evaluasi program

Program akan terus memantau rekam medis dari pekerja dengan

melaksanakan penilaian bahaya kebisingan dan tes audiometri.

7. Audit program

Program konservasi pendengaran dievaluasi paling tidak sekali dalam dua tahun dan diperbaharui apabila diperlukan.

2.4 Alat Pelindung Diri dari Kebisingan

Alat pelindung diri dari kebisingan wajib digunakan. Hal ini berdasarkan

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia No.

555.K/26/M.PE/1995 tahun 1995 Pasal 85 ayat (3) disebutkan bahwa pekerja yang

tak terlindung terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas harus memakai

alat pelindung pendengaran.11 Kita menggunakan 85 dB sebagai NAB, mengacu pada

Standar Nasional Indonesia SNI16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim

Kerja (Panas), kebisingan,getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultraviolet di

tempat kerja.12 Alat pelindung pendengaran merupakan penghalang antara suara dan

telinga atau fungsinya menyerap gelombang suara sebelum memasuki telinga. Orang

dengan fungsi pendengaran normal selalu tetap bisa mendeteksi beberapa suara

sewaktu menggunakan alat pelindung pendengaran, karena tulang pada kepala juga

menghantar suara. 13

Page 14: makalah come

18

Ada tiga jenis alat pelindung pendengaran (hearing protection). Pertama, ear

plug  dimasukkan untuk memblokir saluran telinga. Ear plug berbentuk premolded

(preformed) atau moldable (busa). Ear plug umumnya dijual sebagai produk sekali

pakai (disposable) atau dapat digunakan kembali (reusable). Kedua, semi-insertear

plugs terdiri dari dua ear plug yang dipasang diujung head band. Ketiga, ear muff 

berupa penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang dapat menurunkan

kebisingan dengan cara menutupi semua bagian telinga dan ditahan/dipegang oleh

head band. 14

Pilihan alat pelindung pendengaran sangat tergantung pada sejumlah faktor.

Adapaun faktornya tersebut meliputi tingkat kebisingan, kenyamanan dan kesesuaian

alat pelindung pendengaran bagi pekerja dan lingkungannya. Faktor paling penting

yaitu alat pelindung pendengaran harus memberikan pengurangan kebisingan yang

diinginkan. Jika paparan kebisingan adalah intermiten, maka ear muff  lebih tepat

digunakan, karena mungkin kurang nyaman untuk memasukan dan mengeluarkan ear

plug.16

Produsen memberikan informasi tentang kemampuan pengurangan kebisingan

dari alat pelindung pendengaran atau dikenal dengan NRR (Noise Reduction Rating).

Nilai NRR didasarkan pada pengurangan kebisingan yang diperoleh dalam kondisi

laboratorium. NIOSH merekomendasikan menggunakan data sesuai dengan subjek

berdasarkan ANSI S12.6-1997 untuk memperkirakan redaman kebisingan pelindung

pendengaran. Jika data sesuai subjek tidak tersedia, NIOSH merekomendasikan de-

rating pelindung pendengaran dengan faktor yang sesuai dengan data yang tersedia.

Secara khusus, NIOSH merekomendasikan bahwa label NRRakan de-rated sebagai

berikut: 14

• Ear Muff – Kurangi 25% dari label NRR produsen

• Formable ear plug – Kurangi 50% dari label NRR produsen

• Semua jenis ear plug yang lain – Kurangi 70% dari label NRR produsen

Actual Noise Reduction Rating (NRR) juga dapat dihitung dengan rumus berikut:

Page 15: makalah come

19

Actual NRR  = (NRR – 7) / 2

Contoh:

NRR = 29dB (dari label manufaktur)

Actual NRR = (NRR – 7) / 2

= (29 – 7)/ 2

= 11 dB

Maka actual NRR dari alat pelindung tersebut adalah 11 dB.

Ear plug dapat diproduksi secara massal atau secara individu dibentuk agar

sesuai dengan telinga, dan ear plug dapat digunakan kembali atau sekali pakai. Di sisi

positif, ear plug mudah digunakan, lebih murah dari pada ear muff, dan lebih nyaman

dalam wilayah kerja panas atau lembab. Di sisi negatif, ear plug kurang memberikan

perlindungan jika dibandingkan dengan ear muff, dan tidak boleh digunakan di daerah

yang memiliki tingkat kebisingan lebih dari 105 dB. Ear plug tidak terlihat saat

digunakan sebagaimana halnya ear muff sehingga pengawas tidak mudah untuk

melihat apakah pekerja memakainya. Dan ear plug harus benar dimasukkan untuk

memberikan perlindungan yang memadai.14

Gambar 2.2 Tahapan pemakaian ear plug15

Page 16: makalah come

20

Gambar 2.3 Pedoman pemakaian ear plug15

Ear Muff dapat bervariasi berdasarkan bahan, kedalaman penutup, dan

kekuatan ikat kepala (head band). Penutup yang lebih dalam dan lebih berat, akan

semakin memberikan perlindungan yang lebih baik. Ikat kepala harus cukup erat dan

kuat untuk mempertahankan posisi yang stabil, namun tidak terlalu ketat untuk

kenyamanan. Di sisi positif, ear muff biasanya dapat memberikan perlindungan lebih

besar dari pada ear plugs.  Ear muff lebih mudah untuk menyesuaikan, umumnya

lebih tahan lama dari ear plugs, dan ear muff memiliki bagian yang dapat diganti. Di

sisi negatif, ear muff lebih mahal, dan sering kurang nyaman daripada ear plugs,

khususnya di wilayah kerja panas. Di daerah di mana tingkat kebisingan yang sangat

tinggi, ear muff dan ear plug dapat dipakai bersama-sama untuk memberikan

perlindungan yang lebih baik. Gambar berikut menunjukkan cara pemakaian alat

pelindung telinga yang benar.14

Pemakaian yang benar Pemakaian yang salah

Page 17: makalah come

21

Gambar 2.4 Pemakaian ear muff yang benar14

Gambar 2.5 Pemakaian ear muff yang salah14

Tabel berikut merangkum perbedaan antara ear plugs dan ear muff:9

Tabel 2.3 Perbedaan antara ear plugs dan ear muff9

Ear Plugs Ear Muff

Keuntungan:

Kecil dan mudah dibawa

Nyaman untuk digunakan dengan

peralatan perlindungan pribadi

lainnya (bisa dikenakan dengan

Keuntungan:

Variabilitas redaman antar

pengguna sedikit.

Dirancang sedemikian rupa

sehingga satu ukuran cocok  semua

Page 18: makalah come

22

ear muff)

Lebih nyaman dipakai untuk

waktu yang lama di tempat yang

panas atau lembab.

Nyaman untuk digunakan di

daerah kerja terbatas

ukuran kepala.

Mudah terlihat di kejauhan untuk

membantu dalam pemantauan

penggunaan

Tidak mudah salah tempat atau

hilang

Dapat dipakai pada pekerja dengan

infeksi telinga ringan

Tabel 2.4 Kerugian ear plugs dan ear muff9

Ear Plugs Ear Muff

Kerugian:

Membutuhkan lebih banyak waktu

untuk menyesuaikan.

Lebih sulit untuk memasukkan dan

mengeluarkan

Kerugian:

Kurang portabel dan lebih berat

Kurang nyaman untuk digunakan

dengan peralatan pelindung

pribadi lainnya.

Lanjutan tabel 2.4 Kerugian ear plugs dan ear muff9

Ear Plugs Ear Muff

Kerugian:

Memerlukan praktik kebersihan

yang baik

Dapat mengiritasi saluran telinga

Mudah salah penempatan

Lebih sulit untuk melihat dan

Kerugian:

Kurang nyaman di tempat yang

panas dan lembab.

Kurang nyaman untuk digunakan

di daerah kerja terbatas

Dapat terganggu jika memakai

Page 19: makalah come

23

memantau penggunaan kacamata keselamatan, akan ada

celah antara seal ear muff dengan

kulit karena terganjal frame kaca

mata yang berakibat penurunan

perlindungan pendengaran

2.5 Kerangka Teori Peningkatan Mutu

Metode yang digunakan pada proyek peningkatan mutu ini melalui metode

Plan, Do, Check and Action (PDCA Cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi

(problem faced) kearah penyelesaian masalah (problem solving). Konsep PDCA ini

dikembangkan oleh Walter Shewhart, seorang pionir statistik yang mengembangkan

control process statistic di Bell Laboratories, USA pada tahun 1930 yang dikenal

dengan“ The Shewhart Cycle”. Konsep ini telah berkembang dan diperkenalkan

secara efektif sejak tahun 1950 oleh W. Edward Deming sehingga lebih dikenal

dengan “Deming Wheel”.9Ada beberapa tahap yang dilakukan di PDCA yaitu:

a. Plan

1. Pengidentifikasian out put pelayanan, siapa pelanggannya dan harapan

pelanggan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu

2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini:

a. Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang

terlibat dalam proses tersebut.

b. Teknik yang dapat digunakan: brainstorming

3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut

a. Menentukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut

b. Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami

kinerja dan dinamika proses

c. Teknik yang digunakan adalah observasi dan wawancara

4. Focus pada peluang peningkatan mutu

Page 20: makalah come

24

a. Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan

b. Kriteria permasalahan: menyatakan efek atas ketidakpuasan,

adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik dan

dapat diukur

5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah

a. Menyimpulkan penyebab

b. Teknik yang digunakan : brainstorming

c. Alat yang digunakan: fish bone analysis ishikawa

6. Menemukan dan memilih penyelesaian

a. Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah

b. Teknik yang dapat digunakan: brainstorming

b. Do

a. Merencanakan suatu proyek uji coba

b. Merencanakan sumber dana

c. Merencanakan kegiatan

d. Melaksanakan pilot project, dilaksanakan dalam skala kecil dengan

waktu yang relatif singkat (1 hari)

c. Check

a. Evaluasi hasil project yang bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut

b. Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek ( data yang

dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)

c. Target yang ingin dicapai

d. Membuat kesimpulan proyek

e. Hasil menjanjikan namun perlu perubahan. Jika proyek gagal, cari

penyelesaian lain, jika proyek berhasil selanjutnya dibuat menjadi

rutinitas

d. Action

a. Standarisasi perubahan

b. Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan

c. Revisi prose yang sudah diperbaiki

Page 21: makalah come

25

d. Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada

e. Komunikasikan pada seluruh staf, pelanggan dan supplier atas

perubahan yang dilakukan

f. Lakukan latihan bila perlu

g. Mengembangkan rencana dengan jelas

h. Dokumentasikan proyek

i. Memonitor perubahan

j. Melakukan pengukuran dan pengendalian proses yang teratur

k. Alat yang digunakan: kamera digital