Bab 2b sni 6
-
Upload
putra-sanubari -
Category
Education
-
view
30 -
download
0
Transcript of Bab 2b sni 6
SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI
Oleh Syarifuddin
Faktor kembali ke NKRI
Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
Penggabungan daerah-daerah yang satu dengan yang lain atau negara bagian yang satu negara bagian yang lain sehingga pada tanggal 5 april 1950 RIS hanya terdiri dari tiga negara bagian, yaitu Republik Indonesia, Negara sumatera Timur, Negara Indonesia Timur.
Belanda sebenarnya ingin memproyeksikan beberapa pemimpin-pemimpin daerah sebagai boneka dari negara-negara federal agar mereka bisa kendalikan. CONTOH : seperti pemeberontakan APRA yang termasuk didalamnya Sultan hamid II yang mendukung Westerling yang sebelumnya melakukan gerakan pengacau keamanan di Makassar dan Bandung, pemberontakan Andi Aziz di Makasar dan lain-lain
maka pada tanggal 17 Agustus 1950 secara resmi negara RIS dibubarkan dan NKRI dibentuk untuk menjadi bentuk pemerintahan negara Indonesia.
Pada tanggal 14 Agustus 1950, parlemen dan senat RIS mengesahkan persetujuan rancangan undang-undang dasar sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia hasil panitia bersama
Pada tanggal 15 agustus 1950, dalam rapat gabungan parlemen dan senat RIS, Presiden Soekarno menandatangani rancangan UUDS tersebut.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, presiden Republik Indonesia Mr. Asaat menyerahkan kekuasaan kepada presiden Soekarno. Kemudian Ir soekarno kembali menjadi presiden Negara kesatuan Republik Indonesia, serta Moh. Hatta yang sebelumnya menjabat perdana menteri RIS kembali menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Di dalam undang-undang dasar sementara 1950, pemerintah Indonesia mengikuti sistem demokrasi Parlementer, yang menyatakan bahwa kabinet dan menteri-menteri kabinet bertanggung jawab kepada parlemen
Sistem Pemerintahan
Kabinet-kabinet tersebut secara berturut-turut ialah,
EMPAT KABINET (1950-1955)
kabinet Ali sastroamidjojo I (juli 1953 – juli 1955
Kabinet Wilopo (april 1952 - juni1953)
Kabinet Sukiman (april 1951-februari 1952),
Kabinet Natsir (september 1950 - Maret 1951)
1
3 4
2
Berikut ini merupakan program-program dari kabinet Natsir: Mempersiapkan dan menyelenggarakan
pemilihan umum untuk kontitusional. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan
susunan pemerintah serta membentuk peralatan negara yang bulat.
Menggiatkan usaha untuk mencapai keamanan dan ketentraman.
KABINET NATSIR (september 1950 - Maret 1951)Pada tanggal 7 september 1950, Presiden Ir. Soekarno melantik Moh. Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri.
Menggembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi melaksanakan ekkonomi nasional yang sehat serta melakukan keragaman antara buruh dan majikan.
Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha-usaha meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat
Menyempurnakan organisasi angkatan perang dan pemulihan bekas anggota-anggota tentara dan gerilya ke dalam masyarakat.
Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat dalam tahun ini.
KABINET NATSIR (september 1950 - Maret 1951)
Sementara itu, pada tanggal 20 maret 1951 Partai Indonesia Raya (PIR) yang merupakan partai pendukung kabinet menarik menteri-menterinya dari kabinet ini. Sehari kemudian, tanggal 21 maret 1951, Mohammad Natsir mengembalikan mandatnya kepada presiden Soekarno.
BUBARNYA KABINET NATSIR
beban kabinet ini adalah perjuangan pengembalian Irian Barat ke tangan Indonesia.
Perundingan tanggal 4 desember 1950 menemui jalan buntu. Hal ini menimbulkan mosi tidak percaya dari parlemen terhadap Kabinet Natsir.
Pada tanggal 19 mei 1950, diadakan suatu persetujuan antara RIS dan RI untuk mempersiapkan pembentukan panitia kesatuan dengan ditandatanganinya suatu piagam persetujuan antara pihak RIS dan pihak RI.
Sebagai tindak lanjut kesepakatan itu kemudian dibentuklah panitia persiapan undang-undang dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diketuai oleh Prof. Dr. Soepomo yang merupakan menteri kehakiman RIS
Tanggal 20 juli 1950 UUDS berhasil dirampungkan dan disahkan pada 14 agustus 1950
Perancangan Undang-Undang Dasar sementara 1950
Undang-undang Dasar sementara Republik Indonesia terdiri atas VI bab antara lain yakni Negara Republik Indonesia, alat-alat dan perlengkapan negara, tugas-tugas alat-alat dan Perlengkapan negara, pemerintahan daerah dan daerah-daerah Swapraja, konstituante dan perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Undang-undang dasar 1950 mengandung unsur-unsur dari UUD-RI maupun UUD-RIS. Menurut UUDS 1950 kekuasaan legislatif dipegang oleh presiden, kabinet dan DPR.
Didalam setiap bab tersebut kembai terdiri dari bagian-bagian yang telah tercantum. Setiap bab terdiri dari beberapa bagian pasal, yakni 146 pasal
APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) merupakan angkatan perang nasional RIS.
Di dalam APRIS terdapat sekitar 26.000 orang mantan anggota Konijklijk Nederland Indonesich Leger (KNIL) yang berakibat timbulnya ketidaksukaan dan ketidakpuasan
Bekas tentara KNIL yang dimasukkan ke dalam APRIS merasakan bahwa mereka akan diberikan perlakuan yang berbeda dengan tentara APRIS yang berasal dari TNI.
Kondisi Militer Republik Indonesia Serikat dan NKRI
APRIS
Banyak bekas tentara KNIL yang keluar dari kesatuannya dan memilih bergabung dengan para golongan federalis yang ingin mempertahankan bentuk negara federal
Pada awal 1950 terjadi pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) yang dipimpin oleh Westerling, kemudian dilanjutkan oleh pemberontakan Andi Azis yang terjadi di Makasar, dan yang terakhir adalah pemberontakan Republik Maluku Selatan yang dipimpin oleh Dr. Soumokil (Eks Jaksa Agung NIT).
Tidak sedikit tentara KNIL yang terlibat dalam setiap pemberontakan yang terjadi
Salah satu ramalan Jayabaya mengatakan bahwa, “pada suatu saat akan datang seorang Ratu Adil dari negara Turki yang mengantarkan Indonesia pada puncak kejayaan”. Westerling merasa Isi ramalan tersebut adalah untuk dirinya sehingga ia memberontak.
APRAAngkatan perang ratu Adil (APRA) merupakan sebuah bentuk angakatan perang yang dibentuk oleh bekas prajurit Belanda yakni, Kapten Raymond Westerling di Bandung.
Pemberontakan APRA tersebut menyebabkan Wali Negara Pasundan, R.A.A Wiranatakusumah mengundurkan diri. Kemudian tanggal 8 maret 1950 terjadi demontrasi di Bandung yang menuntut pembubaran Negara Pasundan dan Penggabungan seluruh daerah Jawa Barat ke dalam negara RI.
APRA dibentuk dengan tujuan berikut:Tetap mempertahankan negara Pasun danAPRA sebagai tentara Negara Pasundan
Terjadi pada tanggal 5 April 1950 di Makassar Pemberontakan ini terjadi karena sering terjadi
demonstrasi kelompok masyarakat yang anti-federal untuk mendesak NIT untuk segera menggabungkan diri dengan Republik Indonesia.
Andi Aziz (RMS)
Pada tanggal 5 April 1950 pemerintah mengirimkan satu batalion pasukan TNI yang dipimpin oleh Mayor H.V. Worang, kedatangan pasukan dari Jawa pun mengancam kedudukan dari masyarakat yang pro-federal. Mereka pun bergabung dan menamakan diri “Pasukan Bebas” yang berada di bawah pimpinan Kapten Andi Aziz
Pemberontakan Andi Azis di Makasar awal April 1950 mengakibatkan terjadinya krisis kabinet NIT. Pada tanggal 20 april, tokoh pemuda Indonesia Maluku (PIM) Pupella, mengajukan mosi tidak percaya pada parlemen NIT. Akibatnya, Perdana Menteri NIT Ir. P.D Diapari mengundurkan diri. kabinet bubar lalu penggabungan ke dalam RI
Soumokil memproklamasikan RMS menjadi sebuah negara yang merdeka lepas dari pemerintahan RIS.
Pemerintah RIS berusaha menyelesaikan pemberontakan RMS dengan jalan diplomasi, karena pemerintah RIS tidak menginginkan adanya korban jiwa lagi akibat peperangan namun pihak RMS menolaknya.
RMS (Republik Maluku Selatan)
Soumokil
Setelah diakuasainya Pulau Ambon, Soumokil beserta pasukan RMS yang tersisa bersembunyi di Pulau seram dan ada yang lari ke Belanda. Mereka berjuang untuk mempertahankan berdirinya RMS. Sedangkan Dr. Soumokil baru bisa tertangkap pada tanggal 19 Desember 1963 dan diserahkan kepada pemerintah pusat di Jakarta
Pada permulaan November kota Ambon dapat dikuasai oleh pasukan-pasukan APRIS setelah melalui pertempuran-pertempuran yang sengit dengan korban yang besar.
Foto Eksekusi Mati Dr. Soumokil
Terimakasih