Bab 4 sni 6

22
SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI Oleh Syarifuddin

Transcript of Bab 4 sni 6

SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI

Oleh Syarifuddin

INDONESIA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Ruang lingkup pembelajaran ini adalah: Kondisi sosial ekonomi masyarakat pada masa

Demokrasi Liberal. Keadaan ekonomi nasional pada masa

Demokrasi Liberal. Kondisi perpolitikan Indonesia pada masa

Demokrasi Liberal Pergantian beberapa cabinet pada masa

Demokrasi Liberal

BAB IV

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Setelah mempelajari bab IV ini, mahasiswa diharapkan dapat:1. Mendekripsikan keadaan Indonesia pada masa demokrasi liberal.2. Menjelaskan kondisi sosial masyarakat masa demokrasi liberal.3. Menjelaskan keadaan ekonomi nasional pada masa demokrasi

liberal.4. Menjelaskan perpolitikan Indonesia pada masa demokrasi liberal.5. Menguraikan penyebab pergantian kabinet selama masa demokrasi

liberal.

Adapun tujuan instruksional khusus pada bab keempat ini sebagai berikut:

Pada masa demokrasi liberal di Indonesia, masyarakat diberi hak-hak khusus yang telah dikelompokkan kedalam beberapa golongan yaitu: golongan buruh, perempuan, anak-anak, dan kaum minoritas

Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Masa Demokrasi Liberal

Untuk golongan buruh, mereka diberi hak asasi sebagai warga negara dan mempunyai hak dasar buruh seperti hak mogok dan hak untuk memperoleh jaminan sosial.

Hak-hak buruh lain diantaranya hak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat kerja, hak untuk berkumpul dan berbicara dengan bebas serta untuk memilih para pemimpin mereka sendiri

Untuk golongan perempuan,Perkara yang utama adalah pelaksanaan hak-hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bangsa.

Untuk anak-anak, hak mereka adalah harus diberi perlindungan, mendapat penjagaan, pendidikan, dan pertolongan dari negara.

Untuk hak Golongan minoritas Anwar Sutan Amiruddin (PPTI) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan penting antara orang Cina yang telah menjadi WNI dengan orang Cina warga asing, dan ia menentang dimasukkannya hak-hak golongan minoritas kedalam undang-undang dasar.

Namun, Siauw Giok Tjhan berpendapat bahwa diskriminasi terhadap golongan minoritas harus dilarang secara konstitusional dan perlindungan konstitusional harus diberikan kepada golongan tersebut supaya mereka bebas menggunakan bahasa dan mempertahankan adat kebiasaan mereka sesuai undang-undang yang berlaku. Ia juga menambahkan bahwa perlidungan yang dimaksudkan mencakup urusan hukum dalam masalah ras, agama, dan bahasa

Setelah diadakan pengalihan masalah pendidikan dari pemerintahan Belanda kepada pemerintahan RIS pada tahun 1950, sistem pendidikan diadakan dengan titik berat desentralisasi

Pendidikan

Pada periode 1950-1959, penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran menggunakan Undang-undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 Republik Indonesia. Susunan sekolah tersebut terdiri atas sekolah rakyat 6 tahun, sekolah lanjutan tingkat pertama 3 tahun, dan sekolah lanjutan tingkat atas 3.

Pada tahun 1954, didirikan lembaga pendidikan guru setingkat universitas yang pertama yaitu Pendidikan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Bandung.

Pada masa itu juga dibentuk kelas masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP, kelas masyarakat mengajarkan keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya, agar anak yang tidak mampu sekolah ke jenjang SMP bisa langsung bekerja

Pada tahun 1950 orang Indonesia masih menggunakan bahasa daerah dan bahasa Belanda. Tantangan pemerintah adalah mengokohkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemerintahan, pendidikan, dan teknologi dalam dua tahun terakhir

Bahasa dan Sastra

Guna menyempurnakan ejaan Bahasa Indonesia maka diadakan Kongres Bahasa Indonesia di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1954. Kongres itu antara lain mengambil keputusan rakyat supaya penyelidikan dan penetapan dasar-dasar ejaan diserahkan kepada suatu badan yang diatur oleh pemerintah, yang bertugas menyusun suatu ejaan praktis bagi Bahasa Indonesia.

Tahun 1953 terbit majalah Kisah yang mendapat perhatian serta memberi kesempatan yang besar kepada para pengarang muda untuk menerbitkan karyanya. Setelah itu, terbit majalah Prosa, Seni, Tjerita, ruang kebudayaan “Genta” dalam majalah Merdeka, dan lain-lain.

Berbeda dari tahun 1950, pada awal tahun 1960-an politik ditempatkan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang sastra

Pada bidang seni tari periode tahun 1945-1955 pembaruannya baru terbatas pada teknik penyajian, yaitu dengan menyingkat waktu, memeras atau menyingkat cerita dan penyederhanaan.

Seni

Selama periode 1955-1956 mulai tampil kreasi baru. Akan tetapi, kreasi-kreasi itu masih marupakan pengolahan materi elemen-elemen tari yang terdapat di Indonesia, baik tari klasik maupun tarian rakyat.

Mengenai perkembangan seni bangunan dapat dikemukakan bahwa keadaan bangunan di kota-kota pada umumnya mengambil tempat tidak berketentuan dan tidak melaraskan diri dengan keadaan alam.

Tahun 1950-1959 merupakan periode dilaksanakannya sistem demokrasi liberal di Indonesia dengan Undang-undang Dasar Sementara 1950 sebagai landasan konstitusi. Periode ini dapat dikatakan keadaan yang tidak menentu baik dari segi politik maupun ekonomi.

Keadaan Politik Indonesia

Setelah Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda, Indonesia telah merdeka setidaknya dalam pengertian hukum internasional, dan sudah saatnya menghadapi prospek guna masa depan bangsa sendiri. Pada periode ini situasi politik benar-benar tidak menentu. Korupsi merajalela, kesatuan wilayah terancam bubar, keadilan sosial belum tercapai

Kabinet Natsir (6 September - 21 Maret 1951)

kabinet Natsir berpedoman pada program kerjanya sebagai berikut:

Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih anggota konstituante dalam waktu yang secepatnya.

Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.

Meningkatkan keamanan dan ketentraman. Mengembangkan dan memperkokoh

kekuatan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi melaksanakan ekonomi nasional yang sehat.

Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat

Beberapa kabinet pada masa demokrasi liberal.

kabinet Natsir

Adapun program kerja kabinet Sukiman sebagai berikut.

Menegakkan negara hukum guna menjamin keamanan dan ketentraman

Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat, dan memperbaiki hukum agraria sesuai dengan kepentingan petani

Mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum serta mempercepat terlaksananya otonomi daerah

Menyiapkan Undang-undang tentang pengakuan serikat buruh, penetapan upah minimum

Menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI

Kabinet Sukiman (27 April 1951-23 Februari 1952)

Melaksanakan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan menyederhanakan organisasi pemerintah pusat

Mempertinggi produksi nasional Menjaga keamanan dan ketentraman dalam masyarakat Melanjutkan usaha perubahan agraria Menyempurnakan undang-undang perburuhan guna

meningkatkan

Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)

Adapun berikut program-program kerja kabinet Wilopo sebagai berikut

Adapun program kabinet Ali sebagai berikut. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran dan pemilu

segera Pembebasan Irian Barat Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika Politik bebas aktif dan peninjauan kembali persetujuan

KMB Penyelesaian pertikaian politik

Kabinet Ali Sastroamijoyo (Juli 1953-Juli 1955)

Pada bulan Agustus 1955 Burhanuddin Harahap dari Masyumi diberi mandat untuk membentuk kabinet dengan tugas utamanya menyelenggarakan pemilihan umum disamping harus mengembalikan wibawa pemerintah akibat pergolakan yang berkepanjangan dalam tubuh Angkatan Darat.

Pada tanggal 29 September 1955 lebih dari 39 juta rakyat Indonesia memberikan suaranya di kotak-kotak suara

Dengan selesainya pemilihan umum, tugas Kabinet Burhanuddin pun dianggap selesai dan perlu dibentuk kabinet baru yang akan bertanggung jawab pada parlemen yang baru

Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956)

Kabinet Ali II menemui banyak hal yang sangat mengurangi kewibawaanya terutama yang bersumber pada korupsi dan berbagai penyelewengan. Ketidaksanggupan kabinet dalam menjalankan politik yang memuaskan bagi daerah-daerah terbukti dengan timbulnya perebutan kekuasaan di daerah-daerah oleh pihak militer, terutama di Sumatra dan Sulawesi.

Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956-Maret 1957)

Menyadari ketidakmampuannya Kabinet Ali pada tanggal 14 Maret 1957 mengembalikan mandat kepada Presiden, yang kemudian menyatakan seluruh Indonedia dalam keadaan SOB (darurat).

Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam memperbaiki masalah ekonomi Indonesia dalam masa Demokrasi Liberal terbilang banyak. Antara lain gerakan benteng, gunting Syaffrudin, ekonomi Ali-Baba, dan Nasionalisasi de Javasche Bank.

Keadaan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal

Pengusaha-pengusaha Indonesia ternya lamban, bahkan ada yang menyalahgunakan maksud pemerintah. Bantuan kredit ini ternya tidak efektif sehingga program pemerintah tidak berhasil. Padahal pemerintah menambah beban keuangannya sehingga menjadi salah satu sumber defisit

Konflik Dalam Tubuh Angkatan Perang

Peristiwa 17 Oktober 1952 Setelah pengakuan kedaulatan, pimpinan Angkatan Perang khususnya

kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) berusaha mengkonsolidasi dan memajukan TNI.

Partai-partai menganggap usaha ini sebagai ancaman terhadap mereka. Kalangan militer menganggap sikap DPR(S) itu tidak wajar dan dirasakan sebagai intervensi langsung dalam soal intern TNI AD.

Pada tanggal 17 Oktober 1952 terjadi demonstrasi menuntut dibubarkannya Parlemen. Para demonstran memasuki gedung DPR(S), merusak beberapa peralatan, dan kemudian bergerak ke Istana. Mereka mendesak Presiden Soekarno agar membubarkan DPR(S) dan menggantinya dengan DPR baru.

Akibat peristiwa 17 Oktober ini Angkatan Darat mengalami perpecahan yang memerlukan waktu beberap tahun untuk mengatasinya.

Keadaan Militer Indonesia

Bangkitnya AD Sebagai Kekuatan Politik Utama Dalam Negara

Gerakan Lubis Mendorong Kemunculan Dekrit Ke

Undang-Undang Dasar 1945 Dekrit Presiden Kembali Ke Undang-

Undang Dasar 1945

Bentuk Kebijakan Dan Langkah Militer Dalam Mengatasi Ketidak Stabilan Negara

Terimakasih