Bab 8 sni 6
-
Upload
putra-sanubari -
Category
Education
-
view
107 -
download
0
Transcript of Bab 8 sni 6
SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI
Oleh Syarifuddin
PEMILIHAN UMUM I 1955
Ruang Lingkup Materi Latar belakang dan dasar dilaksanakannya
pemilihan umum pertama pada tahun 1955 Pelaksanaan dan hasil Pemilu pada tahun
1955 Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan
Pemilu 1955
BAB VIII
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Setelah mempelajari bab VIII ini, mahasiswa diharapkan dapat:1. Menjelaskan dasar perundang-undangan pelaksanaan pemilu tahun
1955.2. Mendeskripsikan pelaksanaan Pemilu tahun 1955.3. Menjelaskan hasil Pemilu tahun 1955 dan sidang konstituante.4. Menjelaskan terjadinya konflik setelah Pemilu tahun 1955.5. Menjelaskan Konsepsi Soekarno dan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5
Juli 1959..
Adapun tujuan instruksional khusus bab ketujuh ini sebagai berikut:
Pemilihan umum sebenarnya telah lama menjadi program kerja kabinet-kabinet yang memegang pemerintahan, akan tetapi banyak faktor yang menghambat.
1. Latar Belakang Pemilu I 1955Dalam upaya mempercepat pelaksanaan Pemilihan Umum 1955, pada tanggal 31 Juli 1954 dibentuk Panitia Pemilihan Umum Pusat dengan ketuanya Hadikusumo (PNI). Pada tanggal 16 April 1955 Hadikusumo mengumumkan bahwa pemilihan umum untuk parlemen akan diadakan pada tanggal 29 September 1955 dan pemilihan untuk konstituante pada tanggal 15 Desember 1955. Selama proses menuju Pemilihan Umum 1955 terjadi beberapa konflik dan ketegangan politik dalam negeri yang menyebabkan Kabinet Ali Sastroamijoyo digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap
Bentuk kampanye pada Pemilihan Umum 1955 yang diikuti oleh puluhan partai, organisasi, dan
perorangan
Pemilihan umum (PEMILU) diatur dalam UU No. 7 tahun 1953 tentang pemilihan anggota Konstituante dan anggota DPR. Undang-undang inilah yang menjadi payung hukum Pemilu 1955 yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas dan rahasia (LUBER). Dengan demikian UU No. 27 Tahun 1948 tentang Pemilu yang diubah dengan UU No. 12 tahun 1949 yang mengadopsi pemilihan bertingkat (tidak langsung) bagi anggota DPR tidak berlaku lagi
2. Landasan dan Tujuan Pemilihan Umum I 1955
Selain itu persaingan politik pada pemilihan umum pertama ditandai dengan terbitnya Maklumat Wakil Presiden No. X yang mana negara pada saat itu mengarah pada kegiataan ketatanegaraan yang demokratis, yang berisi anjuran tentang berdirinya partai-partai politik.
Sebetulnya sekitar tiga bulan setelah kemerdekaan diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945, pemerintah waktu itu sudah menyatakan keinginannya untuk bisa menyelenggarakan pemilu pada awal tahun 1946 namun tidak terlaksana.Tidak terlaksananya pemilu pertama pada bulan Januari 1946 paling tidak disebabkan 2 (dua) hal : Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan
perangkat UU Pemilu; Belum stabilnya kondisi keamanan negara akibat konflik internal
antar kekuatan politik yang ada pada waktu itu, apalagi pada periode yang sama gangguan dari luar juga masih mengancam. Dengan kata lain para pemimpin lebih disibukkan oleh urusan stabilitas politik dalam dan luar negeri
Adapun tujuan dilaksanakannya Pemilihan Umum I 1955, adalah untuk memilih anggota Konstituante dan anggota DPR
Tujuan Pemilu 1
3. Pelaksanaan Pemilihan Umum I 1955
Pemilihan umum pertama pada tahun 1955 mengunakan sistem pemilihan proposional. Pada sistem ini, presentase kursi di lembaga perwakilan rakyat dibagikan kepada tiap-tiap partai politik, sesuai dengan persetase jumlah suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik.
Pemandangan di TPS Bendungan Ilir, Jakarta dan kesibukan beberapa anggota P3S (Penitia Pemilihan dan Pemungutan Suara)
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)
Nahdatul Ulama (NU)\
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Partai Khatolik Partai Sosialis
Indonesia (PSI) Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
Partai Islam Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah)
PRN Partai Buruh GPPS PRI
PPPPRI Partai Murba Baperki PIR Wongsonegoro Gerinda Permai Persatuan Daya PIR Hazairin PPTI AKUI PRD PRIM Acoma
Pada pemilihan umum pertama ini, partai-partai yang ikut dalam kesempatan tersebut adalah :
Jawa Timur Jawa Tengah
(termasuk Di Yogyakarta)
Jawa Barat Jakarta Raya Sumatera Selatan Sumatera Tengah Sumatera Utara Kalimanatan barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
Sulawesi Utara Tengah (wilayah Sangihe Talaud, Daerah Minahasa, Sulawesi Utara, Donggala, dan Poso)
Sulawesi Tenggara-Tengah (Wilayah Luwu Mandar, Pare-Pare, Makasar, Bone, Bonthain, dan Sulawesi Tenggara)
Maluku Sunda Kecil Timur
(sekarang NTB minus Lombok dan NTT)
Sunda Kecil Barat (Bali dan Lombok)
Papua (Irian Barat
Didalam pelaksanaannya Indonesia dibagi dalam 16 daerah pemilihan yaitu :
Hasil PEMILU memutuskan empat partai besar yakni PNI, MASYUMI, NU, dan, PKI, mereka yang mengumpulkan suara 75% dari keseluruhan pemilih pada pemilihan umum tahun 1955 dan pemilihan daerah pada tahun 1957
4. Hasil PEMILU Tahun 1955
Partai Suara Yang Sah Suara Yang Sah (%)
Kursi Parlemen Kursi Parlemen (%)
PNI 8.434.653 22,3 57 22,2
Masyumi 7.903.886 20,9 57 22,2
NU 6.955.141 18,4 45 17,5
PKI 6.176.914 16,4 39 15,2
PSII 1.091.160 2,9 8 3,1
Parkindo 1.003.325 2,6 8 3,1
Partai Katholik 770.740 2,0 6 2,3
PSI 753.191 2,0 5 1,9Murba 199.588 0,5 2 0,8Lain-lain 4.496.701 12,0 30 11,7
Jumlah 37.785.299 100,0 257 100,0
Hasil dalam pemilu tersebut adalah Partai Nasional Indonesia mendapatkan 57 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3%), Masyumi 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante (20,9%), Nahdatul Ulama 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante (18,4%), Partai Komunis Indonesia 39 kursi DPR dan 80 kursi Konstituante (16,4%). Sesuai dengan ketentuan pasal 77 UUDS RI maka DPR RI yang pertama terdiri dari :
Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota-Anggota DPR, Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-Anggota Senat, Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota-Anggota Badan Pekerja KNP dan Ketua, Wakil Ketua dan anggota DPA Amandemen
Undang-Undang dasar 1945, hlm. 104
Skema Sidang Konstituante
Pasca Pemilu dan Ketidakstabilan Politik
10 - 26 November 1956Pelantikan Majelis KonstituantePidato Presiden tentang Undang-
Undang Dasar yang permanen
14 Mei - 6 Desember 1957Peraturan Tata tertib Menteri dan Sistematika
UUDDebat tentang Dasar Negara
13 Januari - 11 September 1958Debat I tentang Hak-Hak asasi manusia
Debat II tentang Hak-Hak Asasi manusia Campur Tangan Pemerintah yang pertama Pidato Perdana Menteri
Djuanda
22 Aprill - 2 Juli 1959Campur tangan Pemerintah yang kedua
Amanat Presiden Soekarno tentang Usul kembali ke UUD 1945 Amandemen Konstituante
penolakan Konstituante terhadap usul kembali ke UUD 1945
5 Juli 1959Campur tanagn Pemerintah yang ketiga
Dekrit Presiden tentang pembubaran Konstituante : Kembali Ke UUD 1945
Dalam suasana politik yang makin memburuk Presiden Soekarno melontarkan suatu gagasan untuk memperbaiki keadaan pemerintahan.
Konsepsi Presiden ini pada pokoknya berisi : Sistem demokrasi parlementer secara barat tidak sesuai dengan
kepribadian indonesia, oleh karena itu harus diganti dengan sistem Demokrasi terpimpin.
Untuk pelaksanaan sistem demokrasi tepimpin perlu dibentuk suatu kabinet gotong royong yang anggotanya terdiri dari semua partai dan organisasi berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Konsepsi presiden ini mengetengahkan pula perlunya pembentukan ‘kabinet kaki empat’ yang mengandung arti bahwa keempat partai besar, yakni PNI, Masyumi, NU dan PKI, turut serta didalamnya utuk menciptakan kegotoroyongan nasional.
Pembentukan dewan nasional yang terdiri dari golongan – golongan fungsional dalam masyarakat. Tugas utama dewan nasional adalah member nasihat kepada kabinet baik diminta maupun tidak diminta.
b. Konsepsi Soekarno
Masa rakyat yang memberikan dukungan terhadap konsepsi Presiden Soekarno di muka Istana Merdeka Pada bulan Februari 1957
Periode ini dimulai dengan dilaksanakannya pemilihan umum 1955 dan berakhir dengan diumumkannya Dekrit Presiden tahun 1959 tetentang kembali ke UUD 1945
Setelah bersidang lebih kurang 2,5 tahun ternyata badan Konstituante belum dapat menghasilkan suatu rancangan UUD sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 134 UUDS 1950 Atas dasar inilah, ia mengeluarkan Dekrit tanggal 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD sebagai UUD Negara Republik Indonesia
6.Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Terimakasih