BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian...

43
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko, dkk, 2000). Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran- getaran melalui media elastis manakala bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan(Suma’mur , 1996). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dike- hendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan (Kepmenkes RI No.261/MENKES/SK/11/1998). Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki bagi manusia ( Priatna dan Utomo, 2002). Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur,1996). Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik/Hertz (Hz). Suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat di dengar oleh telinga manusia telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara 16-20.000Hz. Skala desibel adalah skala logaritmik. Maka dari itu, nilai ini tidak dapat ditambah atau dikurangi perhitungannya. Dalam penggabungan lebih dari dua tingkat 8 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan

konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap

kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko, dkk, 2000). Definisi lain adalah

bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-

getaran melalui media elastis manakala bunyi-bunyi tersebut tidak

diinginkan(Suma’mur , 1996). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dike-

hendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan (Kepmenkes RI

No.261/MENKES/SK/11/1998). Kebisingan adalah suara-suara yang tidak

dikehendaki bagi manusia ( Priatna dan Utomo, 2002). Kualitas suatu bunyi

ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur,1996). Frekuensi dinyatakan

dalam jumlah getaran per detik/Hertz (Hz). Suatu kebisingan terdiri dari campuran

sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Intensitas atau

arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam desibel (dB) dengan

memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari

bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat di dengar oleh telinga manusia telinga

manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara 16-20.000Hz.

Skala desibel adalah skala logaritmik. Maka dari itu, nilai ini tidak dapat

ditambah atau dikurangi perhitungannya. Dalam penggabungan lebih dari dua tingkat

8

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

desibel, dua tingkat yang paling tinggi harus digabungkan dulu. Total hasil harus

digabungkan dengan sisa tingkat yang paling tinggi dan cara dilanjutkan ke

penyelesaian.

Penting untuk kita sadari bahwa suara-suara dari tekanan suara yang sama

mungkin bukan suara dengan kekerasan yang sama. Pada tekanan mendekati 100

desibel, frekuensi antara 20 dan 1000 putaran per sekon suara dengan kekerasan yang

sama.

Pada tingkat tekanan suara yang paling rendah, frekuensi suara terendah tidak

kelihatan sama kerasnya dengan 1000 putaran persekon nada.

2.1.1. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data kebisingan di

perusahaan atau dimana saja dan mengurangi tingkat kebisingan tersebut sehingga

tidak menimbulkan gangguan. Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan

adalah sound level meter dan noise dosimeter. Sound Level meter adalah alat

pengukur level kebisingan, alat ini mampu mengukur kebisingan di antara 30-130 dB

dan frekuensi-frekuensi dari 20-20.000 (Suma’mur, 1996).

Dalam beberapa industri terdapat berbagai intensitas kebisingan, misalnya

pada:

- 85-100 dB biasanya terdapat pada pabrik tekstil, tempat kerja mekanis

seperti mesin penggilingan, penggunaan udara bertekanan, bor listrik,

gergaji mekanis.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

- 100-115 dB biasanya terdapat pada pabrik pengalengan, ruang ketel, drill.

- 115-130 dB biasaya terdapat pada mesin-mesin diesel besar, mesin turbin

pesawat terbang dengan mesin turbo, compressor sirine.

- 130-160 dB biasanya terdapat pada mesin-mesin jet, roket, peledakan.

2.1.2. Tipe Kebisingan

Jenis kebisingan yang sering dijumpai menurut Suma’mur (1996) yaitu :

a. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady statewide

band noise)

b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state narrowband

noise)

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent)

d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)

e. Kebisingan impulsif berulang.

2.1.3. Sumber bising

Sumber kebisingan dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya. Kebisingan yang

berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat kebisingan yang berbeda dari suatu

model ke model lain. Proses pemotongan seperti proses penggergajian kayu

merupakan sebagian contoh bentuk benturan antara alat kerja dan benda kerja yang

menimbulkan kebisingan. Penggunaan gergaji bundar dapat menimbulkan tingkat

kebisingan antara 80-120 dB (Sasongko, dkk, 2000)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.1.4. Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan

sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

(KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah

intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu

kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Budiono, dkk,

2003). Nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dBA,

selama waktu pemaparan 8 jam berturut-turut. Berikut adalah pedoman pemaparan

terhadap kebisingan (NAB Kebisingan) berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. Kep-51/MEN/1999tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja.

2.1.5. Pengaruh Kebisingan

Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya gangguan-gangguan suara-

suara, pembicara terpaksa berteriak-teriak selain memerlukan ekstra tenaga juga

menambah kebisingan (Dep Kes RI, 2003). Contoh gangguan fisiologis: naiknya

tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vaso kontriksi pembuluh darah

(semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh meningkat. Semua hal ini

sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan

bahaya secara spontan. Kebisingan juga dapat menurunkan kinerja otot yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurang-

nya kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur,

1996).

a. Gangguan Psikologis

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi kenyamanan

dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengurangi konsentrasi (Budiono, dkk,

2003), dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena

tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi (Priatna dan

Utomo, 2002) sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan

keengganan untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian tenaga

kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi

atau hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat terganggunya konsentrasi.

Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik, juga dapat menimbulkan efek lain

yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja (Suma’mur,1996).

Bila gelombang suara datang dari luar akan ditangkap oleh daun telinga kemudian

gelombang suara ini melewati liang telinga, dimana liang telinga ini akan

memperkeras suara dengan frekuensi sekitar 3000 Hz dengan cara resonansi. Suara

ini kemudian diterima oleh gendang telinga, sebagian dipantulkan dan sebagian

diteruskan ke tulang-tulang pendengaran dan akhirnya menggerakkan stapes yang

mengakibatkan terjadinya gelombang pada perlympha.

Kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri

yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat atau inhibisi

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

dan sistem penggerak atau aktivasi, dimana keduanya berada pada susunan syaraf

pusat. Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan

kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun

sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang dapat merangsang pusat-

pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari dalam tubuh ke arah bekerja. Maka

keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja diantara dua sistem

antagonistik tersebut. Apabila sistem aktivasi lebih kuat maka seseorang dalam

keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya manakala sistem penghambat lebih kuat

maka seseorang dalam keadaan kelelahan (Suma’mur , 1996).

b. Gangguan Patologis Organis

Pengaruh kebisingan terhadap alat pendengaran yang paling menonjol adalah

menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen (Depkes RI, 2003).

Kebisingan dapat menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan ( Budiono, dkk,

2003). Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada

indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian progresif. Pemulihan terjadi

secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising untuk efek kebisingan

sementara. Di tempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat

merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan (tingkat

kebisingan 80 s/d 90 dBA atau lebih dapat membahayakan pendengaran. Seseorang

yang terpapar kebisingan secara terus menerus dapat menyebabkan dirinya menderita

ketulian.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.1.6. Pengendalian kebisingan

Pengendalian kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan upaya-upaya

sebagai berikut ( Budiono, dkk, 2003):

a. Survai dan analisis kebisingan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja apakah

tingkat kebisingan telah melampaui NAB, bagaimana pola kebisingan di tempat kerja

serta mengevaluasi keluhan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Perlu dilakukan

analisis intensitas dan frekuensi suara, sifat, jenis kebisingan, terus-menerus atau

berubah dan sebagainya. Berdasarkan hasil survei dan analisis ini, ditentukan apakah

program perlindungan ini perlu segera dilaksanakan atau tidak diperusahaan tersebut

b. Teknologi Pengendalian

Dalam hal ini dilakukan upaya menentukan tingkat suara yang

dikehendaki,menghitung reduksi kebisingan dan sekaligus mengupayakan penerapan

teknisnya. Teknologi pengendalian yang ditujukan pada sumber suara dan media

perambatnya dilakukan dengan mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising

menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya; menggunakan penyekat

dinding dan langit-langit yang kedap suara, mengisolasi mesin-mesin yang menjadi

sumber kebisingan; substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising,

menggunakan pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang dan

mengganti bagian-bagian logam dengan karet, modifikasi mesin atau proses, merawat

mesin dan alat secara teratur dan periodik (Budiono, dkk, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

c. Pengendalian secara administratif

Pengendalian secara administratif dapat dilakukan dengan adanya pengadaan

ruang kontrol pada bagian tertentu dan pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan

NAB yang ada.

d. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Untuk menghindari kebisingan digunakan alat pelindung telinga. Alat pelindung

telinga berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Ada

dua jenis alat pelindung telinga, yaitu sumbat telinga atau ear plug dan tutup telinga

atau ear muff ( Budiono, dkk, 2003).

e. Pemeriksaan Audiometri

Dilakukan pada saat awal masuk kerja secara periodik, secara khusus dan pada

akhir masa kerja (Budiono, dkk 2003), pemeriksaan berkala audiometri pada pekerja

yang terpapar ( Priatna dan Utomo, 2002) merupakan suara yang tidak diinginkan,

sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan. Pemerintah telah menetapkan nilai

ambang kebisingan sebesar 85 dB(A) untuk lingkungan kerja yaitu iklim kerja yang

oleh tenaga kerja masih dapat dihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari tidak

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus

tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Waldron (1989) menyatakan

bahwa kebisingan dapat dikontrol melalui :

a. Pengendalian pada sumber kebisingan

b. Meningkatkan jarak antara sumber kebisingan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

c. Mengurangi waktu paparan kebisingan

d. Menempatkan barrier antara sumber dan pekerja yang terpapar

e. Pemakaian alat pelindung telinga (earmuff, ear plug)

Tabel 2.1. Peraturan pemerintah Indonesia mengenai kebisingan tercantum dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999

Duration Hour per day Noise Intensitas (dBA)

8 Jam 85 4 88 2 1

91 94

30 Menit 97 15 100 7.5 103

3.75 106 1.88 109 0.94 112

28.12 Detik 115 14.06 118 7.03 121 3.52 124 1.76 127 0.88 130 0.44 133 0.22 136 0.11 139

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.2. Pencahayaan

Pencahayaan (iluminasi) adalah banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu

permukaan. Pencahayaan adalah segala hal yang berhubungan dengan cahaya dalam

kaitannya dengan fungsi penglihatan dalam pekerjaan, meliputi kualitas dan

kuantitasnya (William, 1999). Mata manusia dapat beradaptasi mulai dari kurang 10

fc sampai kira-kira 30.000 fc.

2.2.1. Sumber Cahaya

Berapa banyak pencahayaan yang diperlukan? Di dalam interior Modern

Workplace (10-100 fc atau lebih), eksterior (100-10.000 fc atau lebih).

a. Kuantitas.

Peningkatan intensitas pencahayaan dapat meningkatkan produksi, tetapi bila

pencahayaan dinaikkan terus menerus akan menimbulkan kesilauan yang justru akan

mengganggu penglihatan dan light pollution serta pemborosan energi

(Assauri, 1980; ILE, 2000). Grandjean (1971) membuat pedoman untuk

intensitas / cahaya berdasarkan jenis pekerjaan, sebagai berikut:

Tabel 2.2. Guide to Light Intensities

Type of work Example Light Intensity

Not precise

Moderately precise

Precise

Great Precision

Storting ofgoods

Fitting (not precise)

Reading, drawing

Fitting (precise,)

80 - 170

170 -350

350 - 700

700 -1000

Sumber: Grandjean, E. “Fitting the Task to the Man. An Ergonomic Approach”. London: Taylor & Francscis Ltd., 1988.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Perbandingan adalah KepMenkes No. 1405/ Menkes/SK/XI/2002

b. Kualitas.

Kualitas pencahayaan terutama ditentukan oleh ada tidaknya kesilauan di

tempat kerja baik dari permukaan yang mengkilap (reflected glare) dan bayangan.

Kesilauan didefenisikan sebagai cahaya yang tidak diinginkan (unwanted light).

Defenisi kesilauan yang lebih formal adalah ‘setiap brightness yang berada dalam

lapangan penglihatan yang menyebabkan rasa ketidaknyamanan, gangguan kelelahan

mata atau gangguan penglihatan”. Penyebab kesilauan, karena disability, discomfort

and reflected glare. Hal lain yang perlu untuk diperiksa adalah kedipan, warna lampu,

distribusi cahaya dan jenis lampu. Jenis lampu yang umum dipakai/dipilih

dilingkungan kerja industri adalah : lampu Neon (Fluorescent lamps). Lampu neon

ini mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi, akan tetapi biaya-biaya pemasangan/

instalasi larnpu-lampu neon ini mahal. Walaupun biaya instalasinya mahal, akan

tetapi jika lampu-lampu in dipergunakan secara terus menerus misalnya dalam

perusahaan yang bekerja beberapa shift operasi (biasanya sehari ada tiga shift), maka

effisiensi daripada penggunaan lampu ini akan dapat mengimbangi/menutupi biaya-

biaya instalasi yang mahal itu (Flourescent, 2001).

Lampu neon ini mempunyai suatu tingkat cahaya terang yang rendah dan isi

warna yang baik sehingga menambah waktu dapat dipakainya lebih lama. Akan

tetapi salah satu kerugian daripada lampu neon ini adalah dibutuhkannya sejumlah

besar lampu-lampu tersebut untuk suatu instalasi (karena faktor dayanya rendah),

sehingga dengan sendirinya akan menimbulkan suatu persoalan pemeliharaan lampu.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Kondisi pencahayaan didalam lingkungan kerja, Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan

yaitu :

1. Pencahayaan yang suram (intensitas pencahayaan rendah)

2. Pencahayaan yang intensitasnya berlebihan cahaya.

Kesilauan kontras adalah kesilauan akibat intensitas yang dipantulkan pada

objek terlalu besar dari intensitas latar belakang. Arah sinar sumber cahaya yang

cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik. Sinar-sinar

dar berbagai arah akan meniadakan gangguan bayangan. Pada umumnya intensitas

penerangan dalam tempat kerja dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu Pekerjaan kasar

(100-200lux), Pekerjaan sedang (200-500 lux), Pekerjaan halus (500-1000lux),

Pekerjaan sangat halus (1000-2000lux), (Tata cara perancangan sistem pencahayaan,

buatan pada bangunan gedung SNI 03-6576-2001).

Keadaan lingkungan tempat kerja yang suram atau gelap yang disebabkan oleh

kurangnya pencahayaan atau keadaan lampu yang menyilaukan permukaan tempat

kerja yang mempunyai daya refleksi atau pantulan tinggi adalah umum dan banyak

dijumpai, yang kepada tenaga kerja mengakibatkan penglihatannya terhadap

pekerjaan menjadi rumit dan sukar bila dibandingkan dengan tugas-tugas pekerjaan di

kantor.

2.2.2. Pengaruh Buruk Terhadap Pencahayaan

Penerangan adalah faktor lingkungan kerja yang termasuk kelompok faktor

resiko, apabila intensitas pencahayaan tidak memadai maka dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

produktivitas tenaga kerja yang menurun. Kondisi kerja yang suram umumnya

tenaga kerja berupaya untuk dapat melihat pekerjaan dengan sebaik-baiknya dengan

cara berakomodasi secara terus menerus, sehingga dapat terjadi ketegangan mata (eye

strain) dan terjadi ketegangan otot dan saraf dapat menimbulkan kelelahan mata, otot

saraf dan kelelahan mental, sakit kepala, adanya konsentrasi dan kecepatan berpikir

menurun, demikian juga kemampuan intelektualnya juga mengalami penurunan.

Intensitas berlebihan terjadi kesilauan di tempat kerja sehingga timbul ketegangan

mata, otot saraf dan mempercepat terjadi kelelahan. Pencahayaan yang cukup

(memadai) membuat pekerjaan lebih mudah dan menghemat waktu kerja. Dapat

melihat dengan mudah dan nyaman merupakan penghematan energi terjadinya

kelelahan.

Pencahayaan digunakan pada malam hari, dan kadang-kadang siang hari,

sebagai tambahan bila matahari tidak mencukupi. Pencahayaan, berpengaruh pada

kenyamanan fisik, sikap mental, output dan kelelahan tenaga kerja. Persyaratan

cahaya, suhu sebaiknya dipahami agar dapat memberikan kondisi fisik

menyenangkan dalam bekerja (Barnes, 1980; Oborne, 1982). Tenaga kerja harus

dengan jelas dapat melihat objek-objek yang sedang dikerjakan, juga harus dapat

melihat dengan jelas pula mesin-mesin/ peralatan selama proses produksi agar tidak

terjadi kecelakaan kerja.Untuk itu diperlukan pencahayaan di tempat kerja yang

memadai. Suma’mur (1993) menyatakan bahwa untuk setiap jenis pekerjaan

diperlukan intensitas pencahayaan yang tertentu pula. Hal ini telah diatur dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Tabel 2.3. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002

JENIS KEGIATAN

TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)

KETERANGAN

Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus

100 Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinu.

Pekerjaan rutin 200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 R.administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun.

Pekerjaan agak Halus

500 Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau Pekerjaan dengan mesin.

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesantekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat Halus

1500 Tidak

menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesindan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci 3000 Tidak

menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.3. Kelelahan Kerja

2.3.1. Definisi Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan

biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi

semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta

ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004). Kelelahan adalah rasa capek yang tidak hilang

waktu istirahat (Spirita, 2004). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya

tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono dkk, 2000). Kelelahan akibat kerja

seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja dan

berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang

harus dilakukan.

2.3.2. Konsep Kelelahan

Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak

mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta membuang sisa

metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak terkumpul, otot

akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika

berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga

menyebabkan terjadinya kelelahan (Santoso, 2004).

Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan–percobaan yang

luas terhadap manusia dan hewan, menyatakan bahwa keadaan dan perasaan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang

dipengaruhi oleh 2 sistem antagonistik, yaitu sistem menghambat (inhibisi) dan

sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat pada thalamus yang mampu

menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk

mengantuk. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis yang

dapat merangsang pusat–pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan

dalam tubuh kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain–lain

(Depkes RI, 2003).

Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja

diantara 2 sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat

seseorang dalam keadaan kelelahan. Sebaliknya manakala sistem aktivitas lebih kuat

maka seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja (Depkes RI., 2000)

2.3.3 Gejala Kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan

obyektif antara lain ( Budiono dkk., 2000) :

1. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing

2. Kurang mampu berkonsentrasi

3. Berkurangnya tingkat kewaspadaan

4. Persepsi yang buruk dan lambat

5. Berkurangnya gairah untuk bekerja

6. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas

kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa

keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja (Budiono,

dkk., 2000).

Suma’mur (1996) membuat suatu daftar gejala yang ada hubungannya dengan

kelelahan yaitu perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa

berat, menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada

mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau

berbaring, merasa susah berpikir, lelah bicara, menjadi gugup, tidak dapat

berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk

lupa,kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tak dapat mengontrol sikap, tidak

dapat tekun dalam pekerjaan, sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di

punggung, merasa pernafasan tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari

kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat. Gejala-gejala

tersebut menunjukkan pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan gambaran

kelelahan fisik akibat keadaan umum (Suma’mur, 1996).

2.3.4 Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan

Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa faktor yang

berhubungan dengan kelelahan di industri sangat bervariasi. Faktor tersebut yaitu,

kesegaran jasmani, sikap kerja, lingkungan kerja, usia, beban kerja, waktu kerja,

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

status gizi, jenis kelamin, status kesehatan. Beberapa penyakit yang berhubungan

dengan kelelahan:

1. Penyakit jantung

Kerja fisik yang sangat berat merupakan kondisi yang sangat menegangkan

yang harus dihadapi oleh sistem sirkulasi normal. Hal ini karena pada beberapa

kondisi, aliran darah yang melalui otot dapat meningkat lebih dari 20 kali lipat.

Kenaikan dari aliran darah ini juga dapat meningkatkan aktivitas jantung lebih dari

normal. Kenaikan aliran darah ini salah satunya adalah dikarenakan berkurangnya O2

dalam jaringan otot (Guyton & Hall, 1997). Kekurangan O2

yang berkurang secara

cepat memungkinkan terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam

laktat yang mempercepat kelelahan (Gempur Santoso, 2004). Penempatan sebelum

tenaga kerja bekerja harus disesuaikan dengan keadaan kemampuan jantung seorang

tenaga kerja (Suma’mur, 1996).

2. Hipertensi.

Hipertensi adalah suatu penyakit dimana salah satu penyebabnya adalah karena

tekanan tinggi pada arteri sehingga arteri kehilangan kelenturannya untuk

mengembang dan menyempit sehingga terjadi penyumbatan dan mengganggu

peredaran darah (Gunawan,2001). Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika

berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa O2

memungkinkan

terjadinya kelelahan ( Santoso, 2004). Kelelahan merupakan gejala dari hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

(kenaikan tekanan darah) dan pada umumnya bersamaan dengan sakit kepala (gejala

utama) dan pada kasus-kasus berat dengan sesak nafas pada gerakan berlebihan dan

pusing ( Gibson, 1985).

3. Penyakit ginjal

Pengaruh kerja terhadap faal ginjal terutama dihubungkan dengan pekerjaan

yang perlu mengerahkan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca kerja panas. Kedua-

duanya mengurangi peredaran darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan

zat–zat yang diperlukan oleh ginjal (Suma’mur, 1996). Apabila terjadi secara terus

menerus maka akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan ginjal. Kelelahan

merupakan suatu gejala dari gagal ginjal. Kelelahan timbul bersamaan dengan

muntah–muntah, lidah yang kering, pigmentasi yang kekuning–kuningan pada kulit,

depresi dan kebingungan (Gibson, 1985).

2.3.5 Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan terjadi karena beberapa hal : melakukan aktifitas monoton, beban

kerja dan waktu kerja yang berlebihan, Iingkungan kerja, fasilitas kerja, keadaan

psikologis, dan keadaan gizi. Kelelahan secara umum ditandai dengan berkurangnya

kemauan bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas lama kerja fisik,

lingkungan dan sebab mental. Menurut Grandjean (1993), kelelahan kerja adalah

suatu kondisi yang dihasilkan dengan stres sebelum mengakibatkan melemah fungsi

kinerja, fungsi organ saling mempengaruhi fungsi kepribadian bersamaan dengan

menurunnya kesiagaan kerja dan meningkat sensasi ketegangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Pengelompokan kelelahan dapat dilihat pada Gambar 2.1, terbagi 3 jenis:

1. Menurut proses terjadinya pada otot : kelelahan umum dan otot

2. Menurut terjadinya : akut dan kronis

3. Menurut penyebabnya : faktor nonfisik (psikososial) dan lingkungan fisik.

Kelelahan otot adalah tremor/perasaan nyeri pada otot berarti menurunnya

kinerja sesudah mengalami tekanan tertentu ditandai dengan menurunnya kekuatan

dan kelambanan gerak. Sedang kelelahan umum biasa ditandai dengan berkurangnya

kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monoton, intensitas dan

lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, kesehatan dan gizi.

Kelelahan subjektif terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja

melebihi 30 – 48% tenaga aerobik maksimal (Astrand et all, 1977 dan Pulat, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Kelelahan

Otot Lokal

Kerja Statis

Kerja Dinamis

Umum

Akut

Kehabisan tenaga fisik

Beban mental kerja

Overload

Underload

Cicardian

Sekunder

Primer

Kronis

Organik

Depresi

Post – viral

Psychoneuroti

Kegelisahan

Hypoglycaenic

Penyakit jantung

Efek Obat Dan lainnya

Gambar 2.1. Pengelompokan kelelahan (Tarwaka, dkk. 2004)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.3.5.1. Kelelahan Otot (Mascular Fatigue)

Pada dasarnya kelelahan menggambarkan 3 (tiga) fenomena yaitu perasaan

lelah, perubahan fisiologis tubuh dan pengurangan kemampuan melakukan kerja

(Barnes, 1980). Kelelahan merupakan suatu pertanda yang bersifat sebagai pengaman

yang memberitahukan tubuh bahwa kerja yang dilakukan telah mendekati batas

maksimal kemampuannya. Kelelahan pada dasarnya merupakan keadaan fisiologis

normal yang dapat dipulihkan dengan beristirahat. Kelelahan yang dibiarkan terus-

menerus akan berakibat buruk dan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.

Terdapat 2 (dua) jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum

(Grandjean, 1988; Suma’mur: 1996).

Kelelahan otot merupakan suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja

akibat kontraksi berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan

keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot (Guyton, 1981). Otot yang lelah akan

menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi,

berkurangnya kondisi serta otot menjadi gemetar. (Suma’mur, 1996).

Secara fisiologis tubuh manusia diibaratkan sebagai suatu mesin yang

mengkonsumsi bahan bakar sebagai sumber energinya. Mekanisme prinsip tubuh

nencakup sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem otot, sistem syaraf dan sistem

pernafasan. Kerja fisik yang terus menerus mempengaruhi mekanisme tersebut baik

sebagian maupun secara keseluruhan (Setyawati, 1994).

Secara subjektif kelelahan otot dapat digambarkan dengan adanya perasaan

tertekan, berat seperti beban, kaku dan nyeri (Suma’mur, 1990). Kelelahan otot

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

dikenal dengan adanya perasaan tertekan dan lemah. (Grandjen, 1998). Pada

penelitian untuk memperoleh data tentang kelelahan sering digunakan kuesioner

dengan skala bi-polar maupun skala sifat seperti skala Borg maupun skala Semantik.

Kuesioner dari skala ini dapat dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan data yang

diinginkan peneliti. (Grandjean, 1998; Suma’mur, 1990; Lueder (NIOSH), 1997;

Sarwono, 1992).

Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh

manusia adalah stres dan kelelahan (fatigue) kelelahan kerja memberikan kontribusi

50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja. (Setyawati, 2007)

2.3.5.2. Kelelahan Umum

Suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan

kelambatan pada setiap aktivitas (Grandjean,1985). Perasaan adanya kelelahan umum

adalah ditandai dengan berbagai kondisi antara lain kelelahan visual yang disebabkan

iluminasi, iluminasi dan seringnya akomodasi mata, kelelahan seluruh tubuh,

kelelahan mental, kelelahan urat saraf, stress dan rasa malas bekerja (Nurmianto,

2004)

Budiono, dkk. (2000) jenis kelelahan umum adalah:

1. Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata

2. Kelelahan seluruh tubuh, karena beban fisik bagi seluruh organ tubuh

3. Kelelahan mental, karena pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual

4. Kelelahan syaraf, karena terlalu tertekannya sistem psikomotorik

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

5. Kelelahan kronis, karena terjadi kelelahan dalam waktu panjang

6. Kelelahan siklus hidup, bagian dari irama hidup siang dan malam

2.3.5.3 Kelelahan Kronis

Terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan

kadang-kadang kelelahan terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan (Grandjean dan

Kogi, 1972).

Kelelahan yang terus–menerus setiap hari dalam jangka waktu lama berakibat

keadaan kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja sore

hari, tetapi juga selama bekerja bahkan kadang–kadang sebelumnya. Kelelahan kronis

disebut juga kelelahan klinis. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang

mengalaini konflik mental, sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan

atau lingkungan kerja (Suma’mur, 1996). Penyebab kelelahan kronis adalah faktor

fisik ditempat kerja, faktor psikologi dan faktor fisiologis yaitu akumulasi dari

substansi toksin dalam darah dan faktor psikologis yaitu komplik yang

mengakibatkan stres emosional yang berkepanjangan (McFarland dalam Silaban,

1996).

2.3.5.4 Kelelahan Mental

Kelelahan mental ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja

akibat gangguan secara psikis (Depkes RI, 2003). Kelelahan psikologis biasanya

bersumber pada kebosanan (Anies, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.3.5.5. Kelelahan Akut

Terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara

berlebihan (Silaban, 1996)

2.3.5.6. Kelelahan Fisik

Kelelahan karena kerja fisik, kelelahan patologis (kelelahan yang kaitannya

dengan penyakit); dan kelelahan psikologis ditandai dengan menurunnya prestasi

kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psiko sosial (Phoon, 1988).

Penyebab kelelahan fisik adalah :

a. Faktor Fisik di tempat kerja dan faktor psikologis (Singlenton, 1972). Faktor

psikologis menurut Suma’mur (2003), memainkan peranan besar dalam

menimbulkan kelelahan besar. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan

apapun juga, tetapi mereka merasa lelah.

b. Faktor Fisiologis

Merupakan Akumulasi dari subtansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor

psikologis yaitu konflik yang mengakibatkan stres emosional yang berkepanjangan

(McFarland, 1972).

Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap

perpanjangan stress. Menurut Grandjen (1988) gejala kondisi tertentu yang

berhubungan penting dengan stress seperti sakit kepala, pusing, jantung berdebar,

diare, gangguan lambung dan lainnya. Gangguan tidur merupakan gambaran dan

kondisi tersebut dan menunjukkan gejala hyperarousal pada siang hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Nixon (1982) mengatakan bahwa hyperarousal kronis berhubungan dengan

kondisi kehabisan tenaga yang meningkat adalah gejala awal umum penyakit jantung.

Kehabisan tenaga dan kehilangan kendali yang bersatu dalam kelelahan kronis

bergabung kedalam indera yang peka tentang apatis, kehilangan ingatan, kegagalan

yang mencirikan kondisi psychoneurotic (depresi), dan melancholia.

Kelelahan diatur secara, sentral oleh otak Pada susunan syaraf pusat terdapat

sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat para simpatis).

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi

kesadaran otak dan perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta proses

pemulihan menunjukkan: 1. Penurunan perhatian, 2. Pelambatan persepsi, 3.Lambat

dan sukar berpikir, 4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, 5.Kurang

efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental.

Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973), gejala kelelahan ditandai

1. Menurun kesiagaan dan perhatian, 2. Penurunan dan hambatan persepi. Cara

berpikir atau perbuatan anti sosial, 4. Tidak cocok dengan lingkungan, 5. Depresi,

kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif, 6. Gejala umum (sakit kepala, vertigo,

gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan,

kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan dan sukar tidur).

2.3.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan kerja

Barnes (1980) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi jumlah

pekerjaan yang akan dilakukan seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

akibat kerja. Tersedianya kondisi kerja dan peralatan, jumlah pekerjaan setiap hari

akan tergantung pada kemampuan dan kecepatan kerja yang dilakukan tenaga kerja.

Faktor terakhir adalah tergantung pada keinginan atau kemauan kerja yang

dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu :

2.3.6.1. Lama Waktu Kerja

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan peneliti yang

sesuai dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan itu

dilakukan. Shift kerja temyata berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja

terutama shift kerja siang dan malam. Shift kerja ini nyata lebih menimbulkan

kelelahan dibandingkan dengan shift pagi, karena menyebabkan gangguan circadian

rhythm (gangguan tidur) (Ida, 1997).

Shift kerja adalah sistem jam kerja sebagai suatu jadwal kerja yang diatur

dalam memperpanjang waktu produksi dalam 24 jam. Dalam upaya menghasilkan

produksi yang berkesinambungan, suatu perusahaan selalu mempekerjakan

karyawannya dalam sistem shift selama 24 jam, hal ini perlu mendapat perhatian

yang kemungkinan akan meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja.

Ada beberapa sistem jadwal kerja shift, tetapi umumnya perusahaan sering

menggunakan sistem shift rotasi yang mengakibatkan terganggunya irama circadian

dan kesehatan seseorang. Pada umumnya pekerja sebagian menyesuaikan diri, tetapi

dapat juga yang mengalaini intoleransi, dikenal dengan Shift Maladaptation

Syndrome (SMS). Keluhan-keluhan yang dijumpai pada keadaan ini berupa gangguan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

pencernaan (mual dan muntah), nyeri dada, sesak nafas, kegelisahan, rasa dingin, dan

lelah. Hal ini kadang-kadang mengakibatkan pekerja berhenti dari pekerjaannya.

Beberapa penelitian mengatakan kecelakaan banyak terjadi pada shift malam

sehubungan dengan gangguan irama circadian. Penelitian lain, di Inggris menemukan

bahwa puncak kecelakaan lokal terjadi sebelum waktu istirahat shift pagi yang

mungkin disebabkan faktor kelelahan atau pekerja mempercepat produksi pada saat-

saat ini untuk mengejar target sebelum istirahat. Suatu penelitian menunjukkan bahwa

1/3 tenaga kerja tidak dapat menyesuaikan diri pada shift malam dan banyak tidak

menyukai rotasi shift kerja 1 minggu, sebab mempengaruhi kesehatan dan kehidupan

pribadi. Pada penelitian tersebut digunakan skedul kerja 1 minggu setiap shift pagi,

minggu depannya shift sore, minggu ke 3 shift tengah malam. (Barnes, 1980).

2.3.6.2. Periode Istirahat

Pada berbagai jenis pekerjaan berat dan ringan diperlukan periode istirahat

dengan alasan :

a. Periode istirahat meningkatkan jumlah pekerjaan yang dilakukan

b. Periode istirahat dibutuhkan tenaga kerja

c. Periode istirahat menurunkan keragaman pekerjaan dan cenderung

mendorong operator mempertahankan tingkat performance mendekati

output yang maksimum.

d. Periode istirahat mengurangi kelelahan fisik.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

e. Periode istirahat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan selama jam

kerja.

Selain faktor-faktor diatas, kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan

sarana tempat istirahat, memberi waktu libur dan rekreasi, pengetrapan ergonomi,

organisasi proses produksi yang tepat, penggunaan warna dan dekorasi pada

lingkungan kerja, musik di tempat kerja. Waktu-waktu istirahat untuk latihan-latihan

fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk tenaga kerja akan lebih cepat merespon

rangsang yang diberi dan seseorang yang telah mengalaini kelelahan akan lebih lama

merespon rangsang yang diberi (Koesyanto dan Tunggul, 2005).

Menurut Tarwaka dkk (2004) faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja

adalah :

1. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

2. Lingkungan iklim,penerangan, kebisingan, getaran dll

3. Cicardian rhythm

4. Problem fisik, tanggung jawab, kekhawatiran konflik

5. Kenyerian dan kondisi kesehatan

6. Nutrisi

2.3.7. Upaya Penanggulangan Kelelahan

Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting adalah bagaimana

menangani setiap kelelahan yang muncul agar tidak menjadi kronis. Agar dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

menangani kelelahan dengan tepat, maka harus diketahui apa penyebab dari kelelahan

tersebut (Tarwaka, 2004).

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara; (1) Pengaturan jam kerja; (2)

Pemberian kesempatan istirahat; (3) Adanya hari libur dan rekreasi; (4) Pengetrapan

ilmu ergonomi dalam bekerja; (5) Penggunaan musik ditempat kerja; (6)

Memperkenalkan perubahan rancangan produk; (7) Merubah metoda kerja menjadi

lebih efisien dan efektif; (8) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman

dan nyaman ( Budiono dkk., 2000).

Kelelahan kerja yang disebabkan monotoni dan tegangan dapat dikurangi

dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat

kerja dan waktu-waktu istirahat untuk latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil

duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja, lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya

juga memegang peranan penting (Suma’mur , 1996)

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan dengan faktor fisik, faktor manusia

yang tidak memenuhi keselamatan. Misalnya, kelengahan, kecerobohan, mengantuk,

kelelahan dan sebagainya, sedangkan kondisi-kondisi lingkungan yang tidak aman

misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin terbuka, dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 1997)

2.3.7.1. Beberapa Langkah Mengatasi Kelelahan

Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor sangat kompleks sa1ing terkait,

perlu penanganan agar tidak kronis. Pada gambar 2.2 terdapat skematis faktor

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

penyebab terjadi kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak

menimbulkan resiko yang lebih parah.

CARA MENGATASI 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomi 4. Sikap kerja alamiah 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi Kerja 9. Kebutuhan kalori seimbang 10. Istirahat setiap 2 jam kerja

dengan sedikit kudapan 11. Dan lain-lain

PENYEBAB KELELAHAN 1. Aktivitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10 Waktu kerja istirahat tidak tepat 11. Dan lain-lain

1. Tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris

2. Tindakan kuratif 3. Tindakan rehabilitatif 4. Jaminan masa tua

1. Motivasi kerja turun 2. Performansi rendah 3. Kualitas kerja rendah 4. Banyak terjadi kesalahan 5. Stres akibat kerja 6. Penyakit akibat kerja 7. Cedera 8.Terjadi kecelakaan akibat kerja 9. Dan lain-lain

MANAJEMEN PENGENDALIAN

RESIKO

Gambar 2.2. Penyebab Kelelahan, Cara mengatasi dan Manajemen Resiko (Tarwaka, dkk. 2004)

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.3.7. 2. Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur kelelahan secara langsung

Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelum hanya berupa indikator yang

menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelempokkan

metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:

1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan

Kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses Kerja (waktu yang

digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu.

Namun demikian banyak faktor harus dipertimbangkan seperti : target produksi,

faktor sosial dan perilaku psikologis. Sedangkan kualitas output (kerusakan dan

penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya

kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.

2. Uji Psiko-motor Test (Psycho-motor test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor. Salah

satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi

adalah jangka waktu dan pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat

kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Uji waktu reaksi dapat digunakan nyala

lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya

pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan proses faal

syaraf dan otot. Menurut Sanders et al (1987) waktu reaksi adalah waktu untuk

membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

terpendek biasa antara 150 - 200 millidetik. Waktu reaksi tergantung dan stimuli

yang dibuat, intensitas lamanya rangsang, dan umur subjek.

3. Uji hilang kelipan (Flicker Fusion Test)

Dalam kondisi lelah kemampuan melihat kelipan akan berkurang. Semakin

lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan.

Uji hilang kelipan untuk menunjukkan keadaan kewaspadaan pekerja.

4. Perasaan kelelahan (Subjective Feeling of Fatigue)

Perasaan kelelahan (Subjective Self Rating Test,) dari Industrial Fatigue

Research Cominittee (IFRC) Jepang merupakan salah satu kuesioner mengukur

tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner berisi 30 daftar pertanyaan:

A). Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan terdapat 10 butir: 1 .Perasaan berat di

kepala, 2. Lelah seluruh badan, 3.Berat di kaki, 4.Menguap, 5. Pikiran kacau, 6.

Mengantuk, 7. beban di mata, 8.Gerakan canggung dan kaku, 9. Berdiri tidak stabil,

10. ingin baring, B). Pertanyaan tentang pelemahan motivasi terdapat 10 butir: 1.

Susah berpikir, 2.Lelah bicara, 3.Gugup, 4.Tidak konsentrasi, 5. Sulit memusatkan

perhatian, 6.Mudah lupa, 7. Kepercayaan diri kurang, 8. Merasa cemas, 9. Sulit

mengontrol sikap, 10.Tidak tekun, C).Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik

terdapat 10 butir : 1. Sakit kepala, 2. Kaku bahu, 3.Nyeri punggung, 4. Sesak nafas,

5.Haus, 6.Serak,7.Pening,8.Spasme di kelopak mata, 9.Tremor, 1 0.Merasa kurang

sehat

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

5. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang

digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Bourdon

Wiersma test merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menguji kecepatan,

ketelitian dan konsentrasi. Hasil tes menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang

maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konsentrasi akan semakin rendah dan

sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma lebih tepat untuk mengukur

kelelahan akibat aktivitas yang lebih bersifat mental. Sedangkan untuk menilai

kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak Iangsung

baik secara objektif maupun subjektif.

2.4 Kondisi Lingkungan Kerja

2.4.1. Lingkungan Fisik Kerja

Lingkungan kerja bagi karyawan akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil

terhadap jalannya operasi perusahaan. Lingkungan kerja ini yang akan mempengaruhi

para karyawan perusahaan sehingga dengan demikian baik langsung maupun tidak

langsung akan dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan.

Kondisi lingkungan kerja dapat menimbulkan ketidaknyamanan seseorang

dalam menjalankan pekerjaannya misalnya udara dan kebisingan, karena beberapa

orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan (Margiati, 1999). Lingkungan kerja

yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik, sirkulasi udara kurang, lingkungan

kerja yang kurang bersih, membuat pekerja mudah menderita stres.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Semua karyawan dan pegawai rendah sampai menengah dikelompokkan

kedalam satuan-satuan kerja fungsional, masing-masing dipisahkan dari satuan-

satuan lainnya dengan pohon-pohon dan tanaman, kaca jendela yang rendah, lemari-

lemari pendek dan rak buku, kantor pemandangan alam ini dikatakan dapat

melancarkan komunikasi dan alur kerja. Disamping itu keterbukaan menunjang

timbulnya keikatan dan kerjasama kelompok serta mengurangi rintangan-rintangan

psikologis antara management dan karyawan.

2.5. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional

(ILO, 1962) dalamSuma’mur (1987) adalah sebagai berikut :

2.5.1. Klasifikasi menurut Jenis Kecelakaan

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

i. Jenis-jenis lain termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi

tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.5.2. Klasifikasi menurut Penyebab

a. Mesin

- Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik

- Mesin penyalur

- Mesin-mesin untuk mengerjakan logam

- Mesin-mesin pengolah kayu

- Mesin-mesin pertanian

- Mesin-mesin pertambangan

- Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut

b. Alat angkat dan angkut

- Mesin angkat dan peralatannya

- Alat angkutan di atas rel

- Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api

- Alat angkutan udara

- Alat angkut air

- Alat-alat angkutan lain

c. Peralatan lain

- Bejana bertekanan

- Dapur pembakar dan pemanas

- Instalasi pendingin

- Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat

listrik (tangan)

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

- Alat-alat listrik (tangan)

- Alat-alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat-alat listrik

- Tangga

- Perancah

- Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

- Bahan peledak

- Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak

- Benda-benda melayang

- Radiasi

- Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.

e. Lingkungan kerja

- Di luar bangunan

- Di bangunan

- Di bawah tanah

f. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan-golongan tersebut

- Hewan

- Penyebab lain

g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data

tidak memadai

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

2.5.3. Klasifikasi menurut Sifat Luka atau Kelainan

a. Patah tulang

b. Dislokasi

c. Renggang otot/urat

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Luka-luka lain

g. Gegar dan remuk

h. Luka bakar

i. Luka dipermukaan

j. Keracunan akut

k. Akibat cuaca dan lain-lain

l. Mati lemas

m. Pengaruh arus listrik

n. Pengaruh radiasi

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya

p. Lain-lain

2.5.4. Klasifikasi menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh

a. Kepala

b. Leher

c. Badan

d. Anggota gerak atas

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

e. Anggota gerak bawah

f. Banyak tempat

g. Kelainan umum

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi tersebut.

Departemen tenaga kerja telah menerapkan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.

05/MEN/1996 yang bertujuan menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan

lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi

kecelakaan. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja meliputi kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan yang merupakan salah satu alat penting

dalam menjainin kompetensi kerja audit sistem manajemen K3 yang berguna untuk

mengetahui keefektifan penerapan sistem manajemen K3, inspeksi dan supervisi

sebagai pemantau proses kerja sehari-hari sehingga diharapkan dapat mencegah dan

mengurangi kecelakaan.

Zabetakis M. Mengemukakan bahwa umumnya kecelakaan sesungguhnya

disebabkan oleh adanya pelepasan energi (berupa mekanik, listrik, kimia, suhu,

radiasi ion) yang berlebihan atau bahan-bahan berbahaya (seperti karbon monoksida,

karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan air) yang tidak direncanakan atau tidak

diharapkan. Dengan sedikit pengecualian, pelepasan ini disebabkan tindakan tidak

aman dan kondisi tidak aman. Tindakan dan keadaan yang berbahaya adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

penyebab dasar kecelakaan yang hanyalah merupakan suatu simptom. Penyebab

dasar selalu dapat ditelusuri bersumber dari aturan-aturan dan keputusan manajemen

yang salah, faktor individu (pekerja) dan lingkungan.

2.5.5. Sebab Kecelakaan Kerja

Sangat jarang suatu kecelakaan timbul dari satu penyebab, pada umumnya

merupakan kombinasi dari faktor-faktor yang secara simultan muncul. Seseorang

tidak akan mengalami kecelakaan kerja tanpa ada faktor yang mempengaruhi seperti

dijumpai kondisi yang tidak aman berinteraksi dengan lingkungan fisik yang tidak

nyaman, dan berinteraksi juga dengan pekerja (manusia) yang berkerja tanpa

petunjuk dalam menggunakan peralatan kerja sehingga terjadi suatu kecelakaan.

Salah satu teori kecelakaan kerja, dikemukakan oleh H.W. Heinrich (Teori

Domino) yaitu faktor-faktor yang merupakan rangkaian kejadian kecelakaan kerja.

1. Lingkungan sosial yang berbeda

2. Kesalahan manusia

3. Tindakan dan keadaan yang berbahaya (Unsafe action dan unsafe condition)

4. Kecelakaan

5. Kerugian

Sebab kecelakaan kerja diberbagai negara tidak sama, namun ada kesamaan

yaitu kecelakaan kerja disebabkan oleh (Matondang, RA, 2007).

1. Kondisi berbahaya (Unsafe Condition)]

a. Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja

d. Sifat pekerjaan

e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia

a. Sikap dan tingkah laku yang tidak baik

b. Kurang pengetahuan yang tidak baik

c. Cacat tubuh yang tidak terlihat

d. Keletihan dan kelesuan.

Tiap-tiap kecelakaan adalah kerugian dapat dilihat dari ada dan besarnya

biaya akibat kecelakaan yang sering sangat besar dan menjadi tanggungan

perusahaan.

Kerugian-kerugian yang diakibatkannya dapat berupa kerugian langsung :

1. Gangguan produksi, penjualan dan keuntungan

2. Biaya akibat sakit pada pekerja yang cedera

3. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena rasa

ingin tahu, simpati, menolong yang luka dan alasan lain.

4. Biaya penggantian (rekruitmen, seleksi dan pelatihan)

5. Pembayaran lembur atau pembayaran pekerjaan sementara karyawan untuk

mengatasi kehilangan waktu dari karyawan yang cedera.

6. Hilangnya kemampuan produksi pada pekerja yang cedera

7. Jika diperlukan pelatihan ulang pada pekerja ketika kembali bekerja

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Kerugian tidak langsung meliputi :

1. Produktivitas sebagai efek dari masalah moral antara pekerja

2. Image dari masyarakat terhadap perusahaan

3. Biaya tak terduga sehubungan dengan berkurangnya kualitas hidup pekerja yang

cedera dan keluarganya.

2.6. Landasan Teori

1. Hasil penelitian Tri Yuni Ulfa Hanifa (2005) di Industri Pengolahan Kayu

Brumbung Perum Perhutani Semarang ada hubungan yang signifikan antara

kebisingan dengan kelelahan tenaga kerja.

2. Hasil penelitian hasil penelitian Irawan Harwanto (2004) di Depo Lokomotif PT.

Kereta Api, Daerah Operasi IV Semarang, bahwa 13% tenaga kerja mengalami

kelelahan ringan, 69,6% kelelahan sedang dan 17,4% mengalami kelelahan berat

akibat paparan bising yang melebihi NAB, yaitu : 85,8-90,6dBA.

3. Hasil Penelitian Ema Isnarningsih di bagian welding 2b dan bagian p2 shipping

CBU di PT X Plant II Jakarta Utara menunjukan bahwa ada pengaruh intensitas

kebisingan terhadap kelelahan kerja.

4. Hasil Penelitian Risva (2002) di PT. Indokores Sahabat Purbalingga menunjukkan

ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan kelelahan tenaga kerja.

5. Hasil Penelitian Giacinta Yunita Anggraini (2005) di Pabrik tekstil PT A Pada

Operator Loom Unit Weaving V Denim Di Pabrik Tekstil PT.A Kabupaten

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebisinganrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21945/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Pengertian Kebisingan . Kebisingan

Semarang ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan

kelelahan.

6. Hasil Penelitian Fatimah Noor (2002) dibagian packing PT. Palur Raya Karang

Anyar bahwa ada 90% tenaga kerja mengalami kelelahan sedang dan 10% berat

akibat paparan bising sebesar 82,4dBA.

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Kondisi Lingkungan Kerja : - Kebisingan - Pencahayaan

Kelelahan Kerja

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Terikat : Kelelahan Kerja

Variabel Bebas : Kondisi lingkungan kerja

Universitas Sumatera Utara