bab 2 laporan PKM

15
BAB 1 PENDAHULUAN Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal. Oleh sebab itu, untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi kesehatan agar mampu berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program kesehatan dan perlindungan hukum yang memadai. Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/masyarakat tergantung kepada kondisi “Host(individu), agent(penyebab penyakit), dan environment” (lingkungan). Faktor lingkungan merupakan unsur penentu terjadinya sakit/sehat pada masyarakat. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan lingkungan menjadi jelas disekitar manusia, maka akan terjadi pula perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan masyarakat tersebut. Hal yang terkait dengan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah. Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu 21

description

sepenggal laporan pkm intenship

Transcript of bab 2 laporan PKM

30

BAB 1PENDAHULUANSumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal. Oleh sebab itu, untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi kesehatan agar mampu berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program kesehatan dan perlindungan hukum yang memadai.

Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/masyarakat tergantung kepada kondisi Host (individu), agent (penyebab penyakit), dan environment (lingkungan). Faktor lingkungan merupakan unsur penentu terjadinya sakit/sehat pada masyarakat. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan lingkungan menjadi jelas disekitar manusia, maka akan terjadi pula perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan masyarakat tersebut. Hal yang terkait dengan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah. Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Lingkungan mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu unsur fisik dan sosial.Lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan sebagai contohnya, sampah kaleng yang tertampung air hujan atau bak mandi yang tidak rutin dikuras akan menjadi tempat yang sangat kondusif untuk nyamuk aedes aegepty untuk berkembang biak. . Lingkungan sosial seperti ketidakadilan sosial yang dapat menyebabkan kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan masyarakat yang mengakibatkan timbulnya penyakit berbasis lingkungan. Sebagai contoh, lingkungan yang lebih berisiko untuk terkena penyakit demam berdarah adalah lingkungan yang tingkat sosialnya rendah. Rumah yang berdempet-dempet, kesadaran akan kebersihan lingkungan yang rendah, merupakan faktor pendukung untuk mempermudah penularan demam berdarah.

Demam berdarah diyakini merupakan salah satu penyakit yang sudah ada lama di dunia.Jejak rekam mengenai penyakit dengan gejala yang serupa telah ditemukan di ensiklopedia medis dari Cina tertanggal tahun 992Seiiring dengan perkembangan global di bidang pelayaran dan industri pengiriman barang melalui laut di abad ke 18 dan 19, kota-kota pelabuhan bertambah dengan pesat dan menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan nyamuk vektor bagi penyakit demam berdarah.Nyamuk dan virus yang berperan dalam penyakit ini terus menyebar ke berbagai daerah baru dan telah menyebabkan banyak epidemi di seluruh dunia.Salah satu epidemi demam berdarah yang paling pertama terjadi di daerah Asia Tenggara Laporan resmi pertama mengenai pasien yang terjangkit penyakit serupa demam berdarah terjadi pada tahun 1779. Belum adanya vaksin atau obat antivirus bagi virus dengue membuat demam berdarah menjadi salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian sangat serius secara global.Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah demam berdarah masih sangat besar, demam berdarah masih menjadi penyakit paling mematikan di Indonesia dengan rata-rata kematian 1.125 jiwa pada 2009-2011. Pada 2006, 57% kasus demam berdarah di seluruh dunia berasal dari Indonesia. Bersama Thailand dan Vietnam, Indonesia termasuk tiga negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.Di Indonesia, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) dari 1 Januari -10 Agustus 2005 di seluruh Indonesia mencapai 38.635 orang, sebanyak 539 penderita diantaranya meninggal dunia. Menurut catatan Dinas Kesehatan Jatim, jumlah kasus DBD di Jatim sebanyak 286 kasus pada Januari, dan 159 kasus pada awal sampai pertengahan Februari 2005. Jumlah penderita sejak Januari 2005 mencapai 445 kasus. Di Puskemas Gandusari didapatkan angka kejadian DBD pada rentang bulan september-desember tahun 2012 sebanyak 3 kasus. Oleh karena itu, perlu tindak lanjut untuk menangani permasalahan ini sehingga penyakit DBD dapat dibasmi.

BAB 2PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Dalam menjalankan program pemberantasan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Gandusari ini, ada beberapa permasalahan yang dapat menghambat tercapainya target program antara lain:

1. Hal yang paling utama adalah kesadaran masyarakat yang masih relatif rendah akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, terutama sampah kaleng dan sebagainya, atau untuk menimbun genangan-genangan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk DBD serta frekuensi masyarakat untuk menguras bak kamar mandi secara teratur, harus lebih ditingkatkan lagi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali, (3) Tidak adanya control vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana transportasi3. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai factor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat.

4. Tenaga kesehatan yang jumlahnya kurang memadai untuk menjangkau seluruh wilayah kerja puskesmas Gandusari. Masalah ini juga semakin parah karena beberapa desa jalannya sudah rusak berat.5. Program pemberantasan penyakit demam berdarah ini selain diperlukan tindakan dari pemerintah dan petugas kesehatan, juga bertumpu kepada kesadaran dan kemauan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka sendiri (dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat). Pihak puskesmas hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator.

BAB 3PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Prinsip dasar pemberantasan DBD yaitu memutuskan rantai penularan DBD, yaitu terhadap penderita, nyamuk dan orang yang peka. Tujuan umum menurunkan angka kesakitan dan kematian karena DBD, serta mencegah/membatasi KLB atau wabah. Tujuan khususn menurunkan insiden DBD non endemis < 10/100.000, di daerah endemis kurang dari 30/100.000 penduduk, menurunkan kematian < 2 %, meningkatkan angka bebas jentik (ABJ) 95 %, mencegah atau membatasi KLB atau wabah.Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamukAedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakanbeberapa metode yang tepat, yaitu :LingkunganMetode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:

Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.BiologisPengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik, dan bakteri.KimiawiCara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untukmengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate(temephos) pada tempat-tempat penampungan airseperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

BAB 4PELAKSANAAN

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara yang sudah dibahas pada bab 3, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras,menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprotdengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala,dll sesuai dengan kondisi setempat.

Penanggulangan lain dilakukan di desa/kelurahan rawan, oleh petugas kesehatan dan masyarakat untuk mencegah KLB dan membatasi penyebaran penyakit ke tempat lain. Jenis kegiatan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut:1. Desa/kelurahan rawan I (endemis) : 3 tahun berturt-turut ada kasus

a. Penyemprotan massal oleh petugas kesehatan sebanyak 2 siklus dengan interval 1 minggu, sebelum musim penularan di sebagian atau di seluruh wilayah desa.

b. Pemeriksaan jentik berkala (PJB) di rumah dan tempat-tempat umum

c. Penyuluhan kepada masyarakat2. Desa/kelurahan rawan II (sporadis) : 3 tahun terakhir ada kasus tapi tidak setiap tahun.a. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan tempat-tempat umum

b. Penyuluhan kepada masyarakat3. Desa/kelurahan rawan III (potensial) : 3 tahun terakhir tidak pernah ada kasus, penduduknya padat, tarnsportasi yang ramai dengan wilayah lain yang angka bebas jentiknya < 95 % a. Pemeriksaan jentik berkala di tempat-tempat umum

b. Penyuluhan kepada masyarakatPenyuluhan kepada masyarakat dilakukan agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.1. Oleh petugas/pejabat kesehatan, sektor lain, masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang DBD di berbagai kesempatan

2. Melaui berbagai jalur informasi dan komunikasi kepada masyarakat

3. Secara intensif sebelum musim penularan penyakit DBD terutama di daerah rawan.

BAB 5

MONITORING DAN EVALUASI

Program pemicuan pada mulanya diadakan di seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Gandusari selama dua bulan berturut-turut yaitu pada bulan November dan Desember 2008 oleh dua tim pelaksana dari Puskesmas Gandusari.Berdasarkan laporan sampai bulan desember 2012 di wilayah kerja Puskesmas Gandusari didapatkan data mengenai distribusi penyakit DBD sesudah dilakukan pemicuan program pemberantasan penyakit DBD adalah sebagai berikut :No.BULANDENGUE FEVERDENGUE HEMORAGIC FEVERTOTAL

1.SEPTEMBER000

2.OKTOBER000

3.NOVEMBER101

4.DESEMBER112

Dari tabel diatas dapat dilihat pada bulan september dan oktober tidak didapatkan kasus DBD sama sekalidi wilayah kerja puskesmas Gandusari, dimungkinkan karena pada bulan tersebut di indonesia masih terjadi musim panas. Sedangkan pada bulan-bulan berikutnya, saat sudah mulai memasuki musim penghujan didapatkan peningkatan jumlah penderita DBD.

Bulan November menurut data puskesmas Gandusari didapatkan 1 penderita DBD, dan pada bulan Desember jumlah penderita DBD makin meningkat menjadi dua penderita.BAB 6

KESIMPULAN

Tujuan yang hendak dicapai melalui program pemberantasan penyakit demam berdarah adalah :

1. Masyarakat terbebas dari penyakit demam berdarah dengue2. Semua masyarakat telah mempunyai kesadaran untuk ikut serta dalam program pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.3. Semua masyarakat telah terbiasa untuk menguras bak kamar mandi secara berkala, menimbun genangan air dan mengubur kaleng bekas contohnya, yang berpotensi menjadi sarang nyamuk demam berdarahMenilik angka-angka yang diperoleh dari data puskesmas Gandusari, kasus DBD yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Gandusari memang cenderung kecil, namun hal ini tidak bisa menjadi patokan bahwa wilayah yang dibawahi puskesmas gandusari sudah berhasil melakukan program ini, dikarenakan pada bulan-bulan tersebut masih dalam musim pancaroba, dan belum memasuki puncak musim peghujan yang biasanya juga menjadi puncak kejadian penyakit demam berdarah dengue.DAFTAR PUSTAKAHarry Wahyudi Utama, 2007. Pencapaian Program pemberantasan pnyakit demam berdarah dengue di puskesmas sukarami palembang tahun 2004, 2005, 2006 . Retrieved 8-1-2013. http://klikharry.com/2007/02/08/ppencapaian-pprogram-pemberantasan-penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd-di-puskesmas-sukarami-palembang-tahun-2004-2005-2006/Merry Oktaviana. 2011. Water and Sanitation. Retrieved : 8-1-2013, from http://www.puskesmas-rumbiojaya.page4.me/62.html Pemkab Bondowoso, 2010. Pemberantasan penyakit demam berdarah. Retrieved 8-1-2013. http://haklibondowoso.blogspot.com/2010/12/pemberantasan-penyakit-demam-berdarah.htmlPuskesmas Gandusari. 2012. Rekap Laporan Pemberantasan penyakit demam berdarah. 2012.Vivi Maya Sari. 2011. Faktor-faktor yang Meningkatkan risiko Terserang Demam Berdarah Dengue. Padang.

21