Pkm-1. Laporan Final

207
LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS GANDUSARI TRENGGALEK Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Gandusari Kabupaten Trenggalek Disusun oleh: Wahyu Fajar, dr. Faradina Sulistiyani, dr. Najwal Fitri Yazid, dr. M. Fath Al Haqqi Sanis S., dr.

Transcript of Pkm-1. Laporan Final

Page 1: Pkm-1. Laporan Final

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

PUSKESMAS GANDUSARI

TRENGGALEK

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Gandusari Kabupaten Trenggalek

Disusun oleh:

Wahyu Fajar, dr.

Faradina Sulistiyani, dr.

Najwal Fitri Yazid, dr.

M. Fath Al Haqqi Sanis S., dr.

Program Dokter Internsip Indonesia

Kabupaten Trenggalek

Jawa Timur

Page 2: Pkm-1. Laporan Final

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah

ini. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk

penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Trenggalek, September 2014

Penulis

Page 3: Pkm-1. Laporan Final

3

Halaman Pengesahan

Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Gandusari Kabupaten Trenggalek

Disusun oleh:

Wahyu Fajar, dr.

Faradina Sulitiyani, dr.

Najwal Fitri Yazid, dr.

M. Fath Al Haqqi Sanis S., dr.

Telah diperiksa dan disetujui

Oleh:

Pembimbing Dokter Internsip Puskesmas Gandusari

Dr. MALUKYANTONIP. 19640603 200212 1 003

Page 4: Pkm-1. Laporan Final

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan

pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia

Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat,

berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dinkes, 2009).

Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia Sehat 2014 untuk

mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan kedalam

empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009).

Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan

memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku

hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat

(Dinkes, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan

tatanan yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di

institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum.

Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan

terdepan, kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat

pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi

masyarakat. Di samping itu keberadaan puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan

sebagai upaya-upaya pembaharuan (inovasi) baik di bidang kesehatan masyarakat

maupun upaya pembangunan lainnya bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, sesuai

dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu keberadaan

puskesmas dapat diumpamakan sebagai “agen perubahan” di masyarakat sehingga

masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang

bersumber pada masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang

menjelaskan bahwa puskesmas mempunyai tiga fungsi yaitu yang pertama sebagai

Page 5: Pkm-1. Laporan Final

5

pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yang kedua pusat

pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang ketiga pusat pelayanan kesehatan strata

pertama.

Namun dalam pelaksanaanya puskesmas masih menghadapi berbagai masalah

antara lain yang pertama kegiatan yang dilaksanakan di puskesmas kurang berorientasi

pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat tetapi lebih berorientasi pada

pelayanan kuratif bagi pasien yang datang ke puskesmas. Yang kedua keterlibatan

masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat

pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat ini puskesmas kurang

berhasil menumbuhkan inisiatif masyarakat dalam pemecahan masalah dan rasa

memiliki puskesmas serta belum mampu mendorong kontribusi sumberdaya dan

masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.

Disadari untuk mengatasi masalah tersebut sesuai dengan salah satu asas

penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat. Artinya puskesmas

wajib menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam

penyelenggaraan setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS).

Berkenaan dengan pentingnya peran promosi kesehatan dalam pelayanan

kesehatan, telah ditetapkan kebijakan Nasional promosi kesehatan sesuai dengan Surat

Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004. Kebijakan dimaksud

juga didukung dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

daerah.

Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib tersebut di puskesmas diperlukan

tenaga fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) untuk mengelola promosi

kesehatan di puskesmas secara professional dan mampu untuk mengelola serta

menyelenggarakan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.

1.2 Tujuan

Sebagai acuan bagi petugas puskesmas untuk menyelenggarakan kegiatan

promosi kesehatan di wilayah kerja puskesmas.

Page 6: Pkm-1. Laporan Final

6

Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

2.1 Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan

yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi

didalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku

masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.

Dapat disimpulkan promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang

dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri,

maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurrut Green, promosi kesehatan

adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait

dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perilaku

dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

2.1.1 Tujuan Promosi Kesehatan

Tujuan utama promosi kesehatan adalah:

Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat

Peningkatan perilaku masyarakat

Peningkatan status kesehatan masyarakat

Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri tiga tingkatan, yaitu:

1. Tujuan program

Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu

tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

2. Tujuan pendidikan

Merupakan dekskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah

kesehatan yang ada.

Page 7: Pkm-1. Laporan Final

7

3. Tujuan perilaku.

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang

diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan

sikap.

2.1.2Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit

menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan maupun

program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan indiividu, kelompok, maupun masyarakat.

Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan

mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi. Misi promosi kesehatan adalah:

1. Advokasi (advocation)

Merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para

penentu kebijakan dalam ranggka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik.

Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para

pembuat keputusan agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program

kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau

keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu

kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang

terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan

dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan

kesehatan. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam

mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

Page 8: Pkm-1. Laporan Final

8

3. Kemampuan / ketrampilan (enable)

Masyarakat diberikan suatu ketrampilan agar mereka mampu dan

memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari

pemberian ketrampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan

pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga,

maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan

meningkat.

2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan

Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi

menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Sasaran primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi

kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil, dan menyusui anak

untuk masalah KIA serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagainya.

Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat

(empowerment).

2. Sasaran sekunder

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh adat serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh

penting dalam kegiatan promosi kesehatan.

3. Sasaran tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah

pembuat keputusan (decision maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini

dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang

diikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek dampak serta pengaruh

bagi sasaran skunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi

advokasi (advocacy).

Page 9: Pkm-1. Laporan Final

9

2.1.4 Strategi Promosi Kesehatan

Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004 tentang kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat

keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan. Di daerah, strategi dasar utama Promosi

Kesehatan adalah (1) Pemberdayaan (2) Bina Suasana dan (3) Advokasi serta

dijiwai semangat (4) Kemitraan. Berdasarkan strategi dasar tersebut di atas,

maka strategi promosi kesehatan puskesmas juga dapat mengacu strategi dasar

tersebut dan dapat dikembangkan sesuai sasaran, kondisi puskesmas dan

tujuan dari promosi tersebut.

1. Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan

meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan

masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan

lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya

kesehatan.

Pemberdayaan terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang

diselenggarakan puskesmas harus memperhatikan kondisi dan situasi,

khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

a . Pemberdayaan individu

Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap

petugas kesehatan puskesmas terhadap individu-individu yang

datang memanfaatkan pelayanan puskesmas. Disamping itu, individu-

individu yang menjadi sasaran kunjungan misal, upaya keperawatan

kesehatan masyarakat, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan

perilaku baru kepada individu yang mungkin mengubah perilaku yang

selama ini dipraktekkan oleh individu tersebut.

Metode yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari

dialog, demonstrasi, konseling dan bimbingan. Demikian pula media

komunikasi yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari

Page 10: Pkm-1. Laporan Final

10

lembar balik, leaflet, gambar/foto (poster) atau media lain yang mudah

dibawa untuk kunjungan rumah.

b. Pemberdayaan keluarga

Pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh petugas puskesmas

yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga yaitu keluarga dari

individu pengunjung puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di

wilayah kerja puskesmas.

Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk memperkenalkan

perilaku baru yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini

dipraktekkan oleh keluarga tersebut.

Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan

keluarga dapat berupa pilihan atau kombinasi. Metodenya antara lain

dialog, demonstrasi, konseling dan media komunikasi seperti lembar balik,

leaflet, gambar/foto (poster) atau media lain yang mudah dibawa untuk

kunjungan rumah.

c. Pemberdayaan masyarakat.

Pergerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan

membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang

meganggu kesehatan, sehingga masalah tersebut menjadi masalah bersama.

Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan untuk dipecahkan bersama.

Bererapa yang harus dilakukan oleh puskesmas dalam pemberdayaan

masyarakat yang berwujud UKBM:

Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, bina keluarga

balita.

Upaya pengobatan: pos obat desa, pos kesesehatan desa.

Upayaa perbaikan gizi: posyandu, pantai pemulihan gizi, keluarga

sadar gizi (kadarzi).

Upaya kesehatan sekolaah: dokterr kecil, penyertaan guru dan orang

tua/wali murid, saka bakti husada, pos kesehatan pesantren.

Upaya kesehatan lingkungan: kelompok pemakai air (pokmair), desa

percontohan kesehatan lingkungan.

Page 11: Pkm-1. Laporan Final

11

Disamping itu puskesmas juga berfungsi sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan yaitu:

Menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya

agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

Memantau dan melaporkan secara aktif dampak kesehatan dan

penyelenggaraan setiap program pembanguunan di wilayah

kerjanya.

Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

2. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial

yang mendorong individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah penyakit

dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan

berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.

3. Advokasi

Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat

informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk

mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan

sehat.

4. Kemitraan

Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi prinsip-prinsip kemitraan

harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan puskesmas

dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan,

bina suasana dan advokasi. Disamping itu, kemitraan juga dikembangkan karena

kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, puskesmas

harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti misalnya kelompok

profesi, pemuka agama, LSM, media massa, dan lain-lain.

Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktekkan

adalah kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan.

Page 12: Pkm-1. Laporan Final

12

Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh koordinator yang

mempunyai kapasitas dibidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut dipilih dari

tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan

Masyarakat atau PKM). Jika tidak tersedia tenaga khusus promosi

kesehatan, tersebut dapat dipilih darisemua tenaga kesehatan Puskesmas yang

melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain).

Semua tenaga kesehatan yang ada di Puskessmas hendaknya memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan informasi atau kon se l in g .

J i ka ke t e r a mp i l a n i n i t e r nya t a be lum d im i l i k i , ma ka

ha r us diselenggarakan program pelatihan/kursus.

2.1.5 Pendukung dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan.

1. Metode dan media

Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode

yang telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Bila

penerima informasi tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika

digunakan media yang penuh tulisan atau bila penerima informasi hanya memiliki

waktu sangat singkat, tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika

dipasang poster yang berisi kalimat terlalu panjang.

2. Sumber daya

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi

kesehatan puskesmas adalah tenaga (sumber daya manusia / SDM), sarana /

peralatan termasuk media komunikasi dan dana atau anggaran.

Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh koordinator yang

mempunyai kapasitas dibidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut dipilih dari

tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan

Masyarakat atau PKM).

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif  dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Page 13: Pkm-1. Laporan Final

13

PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.

Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah

tangga yaitu :

1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan

2. memberi bayi ASI ekslusif

3. menimbang balita setiap bulan

4. menggunakan air bersih

5. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. menggunakan jamban sehat

7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu

8. makan buah dan sayur setiap hari

9. melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. tidak merokok di dalam rumah.

Manfaat PHBS Rumah Tangga

Bagi Rumah Tangga :

Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

Anak tumbuh sehat dan cerdas.

Anggota keluarga giat bekerja.

Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,

pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.

Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa

dan lain-lain.

Apa peran kader dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS?

Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan

Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader.

Page 14: Pkm-1. Laporan Final

14

Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk

memperolah dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.

Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di

desa/kelurahan melalui kelompok damawisma.

Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan

perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat.

Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung terwujudnya Rumah Tangga

Ber-PHBS.

Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap

tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga.

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Apa itu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan?

Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para

medis lainnya)

Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?

Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,

sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.

Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke

puskesmas atau rumah sakit.

Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang aman,

bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan

lainnya.

Apa tanda-tanda persalinan?

Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat.

Rahim terasa kencang bila diraba, terutama pada saat mulas.

Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.

Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir.

Merasa seperti mau buang air besar.

Page 15: Pkm-1. Laporan Final

15

Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus dilakukan adalah:

Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter)

Tetap tenang dan tidak bingung

Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui hidung dan

mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.

Apa tanda-tanda bahaya persalinan?

Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas.

Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan.

Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir.

Tidak kuat mengejan.

Mengalami kejang-kejang.

Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas.

Air ketuban keruh dan berbau.

Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar.

Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.

Keluar darah banyak setelah bayi lahir.

Bila ada tanda bahaya, ibu harus segera dibawa kebidan/dokter.

Apa peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan oleh

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?

Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan

memberi tanda seperti menempelkan stiker.

Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidan/dokter.

Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan

tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,

misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, dan

kunjungan rumah.

Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat

dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti dana

sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calon donor darah, warga dan

suami siap antar jaga, dan sebagainya.

Page 16: Pkm-1. Laporan Final

16

Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter

selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari

minggu pertama, ketiga, dam ke-enam setelah melahirkan.

Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.

Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6

bulan (ASI Eklusif).

Memberi bayi ASI Eklusif

Apa itu bayi diberi ASI Eklusif ?

Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan

atau minuman lain.

Apa itu keunggulan ASI?

ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan

sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air

Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik

untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.

Apa saja keunggulan ASI?

Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan

fisik serta kecerdasan.

Mengandung zat kekebalan.

Melindungi bayi dari alergi.

Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam

keadaan segar.

Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan

saja dan di mana saja.

Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

Page 17: Pkm-1. Laporan Final

17

Kapan dan bagaimana ASI diberikan?

Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan mendapat

dukungan dari keluarga.

Bayi diteteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah melahirkan

untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan.

Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu berikan ASI

sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi, dan berikan

ASI dari kedua payudara secara bergantian.

Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan,

selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk

makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi.

Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga berusia 2 tahun. 

Bagaimana cara menyusui yang benar?

Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangannya dengan

menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih.

Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah di rendam terlebih

dahulu dengan air hangat.

Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan santai, pikiran

ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang).

Pegang bayi pada belakang bahunya. Tidak pada dasar kepala.

Upayakan badan bayi menghadap pada badan ibu, rapatkan dada bayi dengan dada

ibu atau bagian bawah payudara ibu.

Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan

lengan ibu bagian dalam.

Bayi disusui dengan cara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan

sampai bayi merasa kenyang.

Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi di bersihkan dengan

kapas yang telah di rendam air hangat.

Sebelum di tidurkan, bayi harus di sendawakan dulu supaya udara yang terhisap

bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan di

usap belakangnya sampai bersendawa. Udara akan keluar dengan sendirinya.

Page 18: Pkm-1. Laporan Final

18

Apa manfaat memberikan ASI?

Bagi ibu:

Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.

Mengurangi pendarahan setelah persalinan.

Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.

Menunda kehamilan berikutnya.

Mengurangi resiko terkena kanker payudara.

Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada saat bayi membutuhkan.

Bagi bayi:

Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.

Bayi tidak sering sakit.

Bagi keluarga:

Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan

perlengkapannya.

Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus

air dan perlengkapannya.

Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI?

Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan sayuran dan buah-

buahan. Makan lebih banyak dari biasanya.

Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.

Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1-2 jam dan menjaga

ketenangan pikiran.

Susui bayi sesering mungkin dari kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian

hingga bayi tenang dan puas.

Apa yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI Eklusif?

Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan

agar upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bisa berhasil.

Page 19: Pkm-1. Laporan Final

19

Apa ibu yang bekerja bisa memberikan ASI Eklusif?

Ibu yang bekerja tetap bisa nemberikan ASI Eklusif pada bayi caranya:

Berikan ASI sebelum berangkat kerja.

Selama bekerja, bayi tetap bisa diberi ASI dengan cara memerah ASI sebelum

berangkat kerja dan ditampung di gelas yang bersih dan tertutup untuk diberikan

kepada bayi di rumah.

Setelah pulang bekerja, bayi disusui kembali seperti biasa.

Bagaimana cara menyimpan ASI di rumah?

ASI yang disimpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam.

ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam.

ASI yang disimpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam.

ASI yang disimpan di freezer akan tahan selama 2 minggu.

Bagaimana cara memberikan ASI yang disimpan?

Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih.

Apabila ASI diletakan di ruangan yang sejuk, segera berikan sebelum masa simpan

berakhir (8 jam).

Apabila ASI disimpan dalam termos atau lemari es, ASI yang disimpan dalam

gelas bersih tertutup dihangatkan dengan cara direndam dalam mangkok berisi air

hangat, kemudian ditunggu sampai ASI terasa hangat (tidak dingin).

ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol atau dot, karena botol

dan dot lebih sulit dibersihkan dan menghindari terjadinya bingung puting susu

pada bayi.

Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eklusif?

Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di

wilayah kerjanya.

Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui di posyandu. Tentang

pentingnya memberikan ASI eksklusif.

Melakukan kunjungan rumah kepada ibu nifas yang tidak datang ke posyandu dan

menganjurkan agar rutin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan

diri untuk memberikan ASI eksklusif.

Page 20: Pkm-1. Laporan Final

20

Menimbang balita setiap bulan

Mengapa balita perlu ditimbang setiap bulan?

Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.

Kapan dan dimana penimbangan balita dilakukan?

Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun

di posyandu.

Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita?

Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)

atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik

(lihat perkembangannya)

Naik, bila:

Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS.

Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.

Tidak naik, bila:

Garis pertumbuhannya menurun.

Garis pertumbuhannya mendatar.

Garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih muda.

Apa tanda-tanda balita gizi kurang?

Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus.

Mudah sakit.

Tampak lesu dan lemah.

Mudah menangis dan rewel.

Ada berapa macam gizi pada balita?

Gizi buruk pada balita ada 3 macam, yaitu:

1. Kwashiorkor

2. Marasmus

3. Marasmus-kwashiorkor.

Page 21: Pkm-1. Laporan Final

21

Apa tanda-tanda balita gizi buruk?

1. Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:

Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)

Wajah bulat dan sembab.

Cengeng dan rewel/apatis.

Perut buncit.

Rambut kusam dan mudah dicabut.

Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.

2. Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus:

Tampak sangat kurus.

Wajah seperti orang tua.

Cengeng/rewel/apatis.

Iga gambang, perut cekung.

Otot pantat mengendor.

Pengeriputan otot lengan dan tungkai.

Apa manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu?

Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.

Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.

Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare).

Apabila berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya

BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi buruk dapat segera di rujuk ke

puskesmas.

Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi.

Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

 

Apa peran kader agar masyarakat mau menimbang balita setiap bulan di posyandu?

Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya.

Memantau jumlah kunjungan ibu yang datang balitanya di posyandu.

Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan

tentang pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan kelompok di

posyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa (pengeras

suara di masjid, pengumuman kelurahan, poster, selebaran dll)

Page 22: Pkm-1. Laporan Final

22

Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak datang ke posyandu untuk

membawa balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di

poyandu.

Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong masyarakat

sepeti: lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat, kegiatan makan

bersama untuk balita dan sebagainya.

Menggunakan air bersih

Mengapa kita harus menggunakan air bersih?

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,

mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan

sebagainya. Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.

Apa syarat-syarat air bersih?

Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat,

dirasa, dicium, dan diraba):

Air tidak berwarna harus bening/jernih.

Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran

lainnya.

Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit

harus bebas dari bahan kimia beracun.

Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.

Apa manfaat menggunakan air bersih?

Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, typhoid,

cacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.

Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.

Di mana dapat memperoleh sumber air bersih?

Mata air

Air sumur atau air sumur pompa

Air ledeng atau perusahaan air minum

Air hujan

Air dalam kemasan

Page 23: Pkm-1. Laporan Final

23

Bagaimana menjaga kebersihan sumber air bersih?

Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling

sedikit 10 meter.

Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.

Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya tidak

rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur

sebaiknya diberi penutup.

Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut

pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih

dan diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).

Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?

Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit

dalam air mati pada suhu 100 °C  (saat mendidih).

Apa peran kader dalam menggerakan masyarakat untuk menggunakan air bersih?

Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan

air bersih di rumahnya.

Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.

Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang

sulit untuk mendapatkan air bersih.

Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya

untuk memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di

lingkungan tempat tinggalnya.

Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa secara

bergilir.

Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara sumber

air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.

Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air

bersih.

Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan

tentang pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui penyuluhan

kelompok di posyandu, pertemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan

desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.

Page 24: Pkm-1. Laporan Final

24

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.

Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat

masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.

Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun

kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

Kapan saja harus mencuci tangan?

Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,

berkebun, dll).

Setelah buang air besar

Setelah menceboki bayi atau anak

Sebelum makan dan menyuapi anak

Sebelum memegang makanan

Sebelum menyusui bayi

Apa manfaat mencuci tangan?

Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan

Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, typhoid, cacingan,

penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu burung atau Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?

Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.

Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan.

Setelah itu keringkan dengan lap bersih.

Page 25: Pkm-1. Laporan Final

25

Apa peran kader dalam membina perilaku cuci tangan

Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan

tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan kelompok di

posyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan

rumah.

Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian

masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun

kemerdekaan.

Menggunakan jamban sehat

Apa itu jamban?

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkanya.

Apa saja jenis jamban yang digunakan?

1. Jamban cemplung

Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi

menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang.

Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

2. Jamban tangki septik/leher angsa

Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki

septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran

manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Page 26: Pkm-1. Laporan Final

26

Bagaimana memilih jenis jamban?

Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.

Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk:

1. Daerah yang cukup air

2. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple latrine” yaitu

satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu

lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).

3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan

kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.

Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?

Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air

besar/buang air kecil.

Mengapa harus menggunakan jamban?

Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.

Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya.

Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular

penyakit Diare, Kolera Disentri, typhoid, cacingan, penyakit saluran pencernaan,

penyakit kulit, dan keracunan.

Apa saja syarat jamban sehat?

Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang

penampungan minimal 10 meter)

Tidak berbau.

Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

Tidak mencemari tanah sekitarnya.

Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

Penerangan dan ventilasi yang cukup.

Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

Page 27: Pkm-1. Laporan Final

27

Bagaimana cara memelihara jamban sehat?

Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.

Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.

Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.

Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.

Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).

Bila ada kerusakan, segera perbaiki.

Apa peran kader dalam membina masyarakat untuk memiliki dan menggunakan

jamban sehat?

Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta

menggunakan jamban di rumahnnya.

Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah

tangga yang belum memiliki jamban sehat.

Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya

untuk menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.

Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.

Menggalang dunia usaha setempat untuk memberi bantuan dalam penyediaan

jamban sehat.

Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi penyuluhan

tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui

penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan,

pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.

Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan

teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan

kodisi daerah setempat.

Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

Mengapa harus memberantas jentik di rumah?

Agar rumah bebas jentik.

Apa itu rumah bebas jentik?

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan

jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.

Page 28: Pkm-1. Laporan Final

28

Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?

Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat

penampungan air) yang ada di dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan

kulkas, dll dan di luar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang

pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.

Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?

Anggota rumah tangga

Kader

Juru pemantau jentik (jumatik)

Tenaga pemeriksa jentik lainnya.

Apa yang perlu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?

Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras,

Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).

PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk

penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya,

Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya.

3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:

1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,

tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak, lubang

pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.

3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung

air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan

(bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll).

Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:

Menggunakan kelambu ketika tidur.

Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ;

bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.

Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar.

Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai

Memperbaiki saluran talang air yang rusak

Page 29: Pkm-1. Laporan Final

29

Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit

dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.

Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan

cupang, ikan nila, dll.

Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya Zodia, Lavender, Rosemerry, dll.

Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?

Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara

nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.

Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam

Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.

Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.

Bagaimana cara Pemeriksaan Jentik Berkala?

Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa

tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat

penampungan air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang

PSN kepada anggota rumah tangga.

Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.

Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.

Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada

anggota rumah tangga

Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang

ditinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.

Apa peran kader dalam membina rumah tangga agar menciptakan Rumah Bebas

Jentik?

Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan

tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu,

pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,

kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, selebaran, spanduk).

Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan

masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.

Page 30: Pkm-1. Laporan Final

30

Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat

angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.

Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di

wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk

mendapat tindak lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.

Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang

dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan

pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila masih

terdapat jentik nyamuk.

Makan sayur dan buah setiap hari

Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah?

Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau

sebaliknya setiap hari.

Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?

Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:

Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan

tubuh.

Mengandung serat yang tinggi.

Apa manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah?

Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata

Vitamin D untuk kesehatan tulang

Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda

Vitamin K untuk pembekuan darah

Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

Vitamin B mencegah penyakit beri-beri

Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.

Apa manfaat serat yang ada di dalam sayur dan buah?

Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sangat berfungsi

untuk memelihara usus. Serat tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak

Page 31: Pkm-1. Laporan Final

31

menghasilkan tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi

dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar.

 

Manfaat makanan berserat, yaitu:

Mencegah Diabetes .

Melancarkan buang air besar.

Menurunkan berat badan.

Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)

Membuat awet muda.

Mencegah kanker

Memperindah kulit, rambut dan kuku.

Membantu mengatasi anemia (kurang darah)

Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.

Berapa banyak sayur dan buah dalam sehari harus kita makan?

Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan

satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya

sayuran dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan

vitamin dan mineral.

Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah

mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau

pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi

yang terkandung dalam buah.

Sayur dan buah seperti apa yang bagus kita makan?

Semua sayur bagus dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning,

dan oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk, wortel, selada hijau atau daun

singkong.

Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti

mangga, pepaya, jeruk, jambu biji atau apel lebih banyak kandungan vitamin dan

mineral serta seratnya.

Pilihan buah dan sayur yang bebas pestisida dan zat berbahaya lainnya. Biasanya

ciri-ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap

segar.

Page 32: Pkm-1. Laporan Final

32

Bagaimana mengolah sayur dan buah dengan tidak merusak atau mengurangi

kandungan gizinya?

Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan

memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Direbus dengan air akan melarutkan

beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan

tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C.

Bagaimana peran keluarga untuk menanamkan kebiasaan makan sayur dan buah?

Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.

Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.

Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang,

dan malam

Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang

pentingnya makan sayur dan buah.

Melakukan aktifitas fisik setiap hari

 Siapa yang diharapkan melakukan aktivitas fisik?

Adalah anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari.

Apa itu aktivitas fisik?

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

Apa jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan?

Bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,

mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa belanjaan.

Bisa berupa olah raga, yaitu: push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam,

bermain tenis, yoga,  fitness, angkat beban/berat.

Page 33: Pkm-1. Laporan Final

33

Berapa lama seseorang perlu melakukan aktivitas fisik setiap hari?

Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari,

sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya.

Jika lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat

yang diperoleh juga lebih banyak.

Jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan ke

depan akan terasa hasilnya.

Bagaimana cara melakukan aktifitas yang benar ?

Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit, jika belum terbiasa dapat

dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap.

Lakukan aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

Awali aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan.

Lakukan gerakan ringan dan perlahan ditingkatkan sampai sedang.

Jika sudah terbiasa melakukan aktivitas tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit

30 menit setiap hari.

Apa keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur ?

Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi,

kencing manis, dll.

Berat badan terkendali

Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat

Bentuk tubuh menjadi bagus

Lebih percaya diri

Lebih bertenaga dan bugar

Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik

Beberapa tips dalam beraktivitas fisik :

Jalan cepat : perlu sepatu yang lebih enak dipakai agar kaki nyaman dan sehat,

apalagi untuk berjalan ke ke kantor atau naik tangga.

Renang, lakukan renang secepat mungkin dengan nafas yang dalam.

Page 34: Pkm-1. Laporan Final

34

Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan

aktivitas fisik setiap hari ?

Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya

melakukan akytivitas fisik.

Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama,

misalnya jalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.

Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di

rumah.

Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga

dan tempat bermain untuk anak.

Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

Tidak merokok di dalam rumah

Siapa yang di harapkan tidak merokok di dalam rumah ?

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.

Mengapa harus tidak merokok ?

Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang di hisap akan di

keluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantanya yang paling berbahaya adalah

Nikotin, Tar, dan Carbon monoksida (CO).

Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.

Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker.

CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga

sel-sel tubuh akan mati.

Apa itu perokok aktif dan perokok pasif?

Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil

apapun walaupun itu hanya 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap

rokok walau walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan cara

menghisap rokok hanya sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke

dalam paru-paru.

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang

lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang

merokok.

Page 35: Pkm-1. Laporan Final

35

Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus

berani menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok.

Apa bahaya perokok aktif dan perokok pasif?

Menyebabkan kerontokan rambut

Gangguan pada mata, seperti katarak.

Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok.

Menyebabkan penyakit paru kronis.

Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.

Menyebabkan stroke dan serangan jantung.

Tulang lebih mudah patah.

Menyebabkan kanker kulit.

Menyebabkan kemandulan dan impotensi.

Menyebabkan kanker rahim dan keguguran.

Bagaimana cara berhenti merokok?

Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti Seketika, Menunda, dan

Mengurangi.  Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan

cara tersebut:

Seketika

Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat,

mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena

rokok mengandung zat Adiktif.

Menunda

Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari

sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut.

Sebagai contoh : seorang perokok biasanya merokok setiap hari pada pukul 07.00 pagi,

maka pada:

Hari 1 : pukul 09.00

Hari 2 : pukul 11.00

Hari 3 : pukul 13.00

Hari 4 : pukul 15.00

Hari 5 : pukul 17.00

Hari 6 : pukul 19.00

Hari 7 : pukul 21.00

Page 36: Pkm-1. Laporan Final

36

Mengurangi

Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur

dengan jumlah yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.

Misalnya dalam sehari-hari  seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka

Si perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan

jumlah pengurangan sebanyak 4 batang sehari.

Sebagai contoh:

Hari 1 : 24 batang

Hari 2 : 20 batang

Hari 3 : 16 batang

Hari 4 : 12 batang

Hari 5 : 8 batang

Hari 6 : 4 batang

Hari 7 : 0 batang

Apa peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok?

Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada

seluruh anggota keluarga.

Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap

Rokok.

Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah.

Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun,

antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok, tidak

memberikan kesempatan siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak

menyediakan asbak.

Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.

Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.

Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena

alasan kesehatan.

Page 37: Pkm-1. Laporan Final

BAB 3PROGRAM PROMOSI KESEHATAN PHBS RUMAH TANGGA PUSKESMAS GANDUSARI

No Jenis Kegiatan Jumlah Jumlah Topik      Sasaran (materi)

    (Kali)(Orang

)    

1 Advokasi 3 150 evaluasi &perencanaan kegiatan selanjutnya  

  ( Lobi, Negosiasi, Seminar, Lokakarya )        

2 Bina Suasana      

  a. Pertemuan dengan :        

  1) Lintas Program di Tingkat Puskesmas 3 150 evaluasi &perencanaan kegiatan selanjutnya  

  2) Lintas Sektor, LSM, Organisasi Profesi, dll 3 66 sos P4K, kemitraan bidkun  

  3) Instansi Swasta        

  b. Promosi kesehatan melalui media cetak (koran, majalah)        

  c. Promosi kesehatan melalui media elektronik (radio)        

  d. Penyuluhan melalui media :      

  1) Tradisional        

  2) Siaran Keliling 6   tipoid, DBD, diare, PHBS  

  3) Luar Ruang (Spanduk, Umbul-umbul)        

  e. Pengadaan Media        

  1) Leaflet 1 300 BPJS  

  2) Spanduk        

Page 38: Pkm-1. Laporan Final

38

  3) Umbul-umbul        

  f. Penyuluhan Kes. pd Kelompok :        

  1) Posyandu 27 844 tipoid, DBD, diare, PHBS, bhy rokok

  2) Polindes        

  3) Kader TOGA        

  4) Saka Bakti Husada      

  5) Masyarakat Umum        

  6) Institusi :        

  - LSM / LSM Agama        

  - Tempat Kerja        

  - Pondok Pesantren        

  - Institusi Sekolah        

3 Materi Penyuluhan        

  - KIA, KB, Gizi, Imunisasi 6 166 Asi eksklusif, tnd bhy pd bumil, P4K, sos KSPR, Gaky

  - Penyakit Menular Potensial (Diare,DBD,TB,ISPA,dll) 16 289 diare, tipoid, DBD  

  - Kesehatan Lingkungan        

  - Narkoba (NAPZA) 7 220 bahaya asap rokok  

  - Penyakit Menular Sexual (AIDS, dll)        

  - Kesehatan Reproduksi Remaja        

  - Kesehatan Usila        

- Makanan dan Minuman

Page 39: Pkm-1. Laporan Final

39

- Lain-lain: 12 235 PHBS, CTPS

  JAMKESMAS/JAMPERSAL        

  - Kesehatan Gigi Mulut        

  - Kesehatan Jiwa        

  - Lain – lain        Tabel Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan di Tingkat Puskesmas Gandusari Tribulan Pertama Tahun 2014

Page 40: Pkm-1. Laporan Final

40

Berdasarkan laporan kegiatan promosi kesehatan Puskesmas Gandusari tribulan pertama

tahun 2014, telah dilakukan bina suasana melalui pertemuan dengan lintas program di tingkat

puskesmas dan lintas sektor, LSM serta organisasi profesi serta diselenggarakannya

penyuluhan mengenai typhoid, DBD, diare, dan PHBS dilaksanakan dengan siaran keliling

terutama melalui kelompok posyandu.

Page 41: Pkm-1. Laporan Final

41

DAFTAR PUSTAKA

Manda, Syamsur. 2006. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), from: http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya Soemirat, Juli.2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Pres

Sumijatun, et al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC

Page 42: Pkm-1. Laporan Final

42

Laporan F2. Upaya Kesehatan LingkunganBAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan

sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program

(ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke

sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Dikutip dari Antara News Jawa Timur

(2010) menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat tiga di dunia untuk penduduk

yang melakukan buang air besar sembarangan (BABs) setelah Cina dan India. Berdasarkan

studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam

mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi

dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v)

sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku

pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan

air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas

dan mortalitas pada anak di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang. Studi

WHO 2009 menyebutkan bahwa 17% kematian anak balita di dunia disebabkan penyakit

diare. Menurut data yang ada di Departemen Kesehatan RI tahun 2006, diketahui sebanyak

41 Kabupaten yang tersebar di 16 propinsi melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) tentang

diare di wilayahnya. Pada tahun tersebut, jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak

10.980 atau 423 kasus per seribu penduduk, dan 277 diantaranya menyebabkan kematian

sehingga Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan sebesar 2,5 persen.

Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah angka kesakitan penyakit sanitasi seperti diare

memang tergolong besar. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan

diare diantaranya melalui : (1) Program pembangunan sanitasi yang dilakukan Direktorat

Penyehatan Lingkungan, Sanitasi, dan Pencemaran air yang diarahkan pada perubahan

perilaku masyarakat tentang pentingnya sanitasi, (2) Program jasa lingkungan oleh USAID

dengan misi peningkatan kesehatan masyarakat melalui perbaikan pengelolaan air dan

perluasan akses masyarakat terhadap layanan sanitasi dan air bersih, (3) Program

Page 43: Pkm-1. Laporan Final

43

WSLIC-3/PAMSIMAS yang didukung oleh Bank Dunia untuk meningkatkan penyediaan air

minum, sanitasi, dan derajat kesehatan masyarakat, (4) Program Cuci Tangan Pakai Sabun

(CPTS), Program Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (STOPS) dan sebagainya.

Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan

sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare

menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan

perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di

rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut,

kejadian diare menurun sebesar 94%.

Pemerintah juga telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan

menetapkan Open Defecation Free (ODF) yaitu sebuah kondisi dimana seluruh individu di

suatu daerah tidak lagi melakukan buang air besar sembarangan serta peningkatan perilaku

hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

nasional (RPJMN) 2004-2009. Perhatian pemerintah tersebut dinilai sejalan dengan capaian

MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan

sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum

mendapatkan akses.

Menyadari hal tersebut di atas, pemerintah telah melaksanakan beberapa kegiatan,

antara lain melakukan uji coba implementasi Community Lead Total Sanitation (CLTS) di 6

Kabupaten pada tahun 2005, dilanjutkan dengan pencanangan gerakan sanitasi total oleh

Menteri Kesehatan pada tahun 2006 di Sumatera Barat serta pencanangan kampanye cuci

tangan secara nasional oleh Menko Kesra bersama Mendiknas dan Meneg Pemberdayaan

Perempuan tahun 2007. Sebagai tindak lanjut, dilakukan replikasi CLTS di berbagai lokasi

oleh berbagai lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang menghasilkan

perubahan perilaku buang air besar di sembarang tempat, sehingga pada tahun 2006 sebanyak

160 desa telah ODF dan tahun 2007 mencapai 500 desa. (Depkes, 2007).

Dalam hal ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, juga

mematok target ODF ("open defecation free" atau terbebas dari segala bentuk aktivitas buang

hajat sembarang tempat) di seluruh kecamatan, maksimal akhir tahun 2012. Tahapan untuk

mencapai target "ODF" se-Kabupaten Trenggalek itu telah dilakukan sejak lima tahun lalu

(2008). Kampanye ODF saat itu ditandai dengan peluncuran program jambanisasi serta

sosialisasi kesehatan terkait pentingnya jamban pribadi bagi setiap warga/rumah. Hasilnya

cukup siginifikan. Dalam kurun satu tahun sejak program jambanisasi diluncurkan,

pembangunan jamban di setiap rumah penduduk mulai dilakukan secara masif. Tahun 2008

Page 44: Pkm-1. Laporan Final

44

lalu program ini telah berhasil mengembangkan 40 desa ODF dan pada tahun 2009

bertambah lagi menjadi 65 desa ODF.

Hasil program ODF di Trenggalek belum mencapai angka 50% dari keseluruhan desa

yang ada di Kabupaten Trenggalek. Oleh karena itu, kami mengangkat tema ini sebagai

pembahasan kami dengan harapan kami dapat memberikan sedikit kontribusi terhadap

keberhasilan program ODF di Trenggalek.

1.2 Tujuan Kegiatan

Tujuan Umum

Meningkatkan jumlahnya desa yang bebas dari buang air besar (BAB) sembarangan

di Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

Tujuan Khusus

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan perilaku higiene sanitasi

lingkungan terutama dalam hal buang air besar pada tempatnya.

Page 45: Pkm-1. Laporan Final

45

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang disebut juga Community-led Total

Sanitation (CLTS) merupakan pendekatan untuk merubah pola pikir dan perilaku higiene dan

sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM merupakan

salah satu konsep untuk mempercepat pencapaian target MDGs poin ketujuh.

Saat ini STBM adalah sebuah program nasional di bidang sanitasi berbasis

masyarakat yang bersifat lintas sektoral. Program ini dicanangkan pada bulan Agustus 2008

oleh Menteri Kesehatan RI. Pada bulan September 2008 STBM dikukuhkan sebagai Strategi

Nasional melalui Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 bahwa dalam rangka memperkuat

upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis

lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen

Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan

dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Strategi Nasional

STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit

berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.

STBM memiliki 5 (lima) pilar utama yakni :bebas buang air besar sembarangan atau

Open Defecation Free (ODF), mencuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan

makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair

rumah tangga.

Indikator output 5 PILAR STBM : setiap individu dan komunitas mempunyai akses

terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang

air di sembarang tempat (ODF), setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air

minum dan makanan yang aman di rumah tangga, setiap rumah tangga dan sarana pelayanan

umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah,kantor, rumah makan, puskesmas, pasar,

terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang

mencuci tangan dengan benar, setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar,

setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

Dalam Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 disebutkan bahwa terdapat 6 (enam)

strategi dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu: penciptaan lingkungan

yang kondusif (enabling environment), peningkatan kebutuhan (demand creation),

Page 46: Pkm-1. Laporan Final

46

peningkatan penyediaan (supply improvement), pengelolaan pengetahuan (knowledge

management), pembiayaan, pemantauan dan evaluasi.

2.2 Open Defecation Free (ODF)

Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas

tidak buang air besar sembarangan. ODF ini merupakan salah satu pilar dasar dari STBM,

yang memiliki peran penting dalam mewujudkan lingkungan dan sanitasi yang sehat dan

terbebas dari penyakit. Apabila suatu komunitas masyarakat buang air bebas (BAB) di

jamban, maka air tanah di lingkungan sekitar tidak akan tercemar bakteri Escherichia coli,

dan angka prevalensi dan kematian akibat diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya

dapat ditekan.

Pengupayaan tercapainya kondisi ODF dibutuhkan kerjasama lintas sektor antar

masyarakat, pusat pelayanan kesehatan primer (PUSKESMAS), dan pemerintah. Hal dasar

yang harus dilakukan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

jamban sehat, dan merubah perilaku dan pola BAB mereka. Edukasi ini dapat dilakukan oleh

Puskesmas, yang merupakan garis depan pelayanan kesehatan masyarakat. Setelah itu,

pemerintah berperan dalam hal pengadaan jamban sehat bagi para penduduk di daerah

masing-masing.

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yangdipergunakan untukmembuang tinja

atau kotoran manusia/najis bagi keluarga yang lazim disebut kakus/WC. Sedangkan yang

dimaksud jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata

rantai penularan penyakit. Manfaat memiliki jamban adalah penularan penyakit dan

pencemaran dari kotoran manusia.

Adapun syarat pembuatan jamban sehat, antara lain:

Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang

penampungan minumun 10 m)

Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

Cukup penerangan

Tersedia air dan alat pembersih

Aman digunakan

Mudah dibersihkan

Terdapat beberapa jenis jamban, antara lain:

Jamban cemplung / jamban tanpa leher angsa

Page 47: Pkm-1. Laporan Final

47

(Kurang aman, sering terbuka sehingga banyak lalat dan tidak memenuhi syarat

kesehatan

Kakus empang

(Dibuat di atas empang / kolam ikan, dengan maksud kotorannya dapat digunakan

sebagai makanan ikan.

Jamban leher angsa

(Model terbaik, pada lekukan lehernya terdapat genangan air yang dimaksudkan

untuk mencegah bau dan keluar masuknya hewan.

Beberapa cara pemeliharaan jamban yang baik adalah sebagai berikut:

Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

Disekeliling jamban tidak ada genangan air

Tidak ada sampah berserakan

Rumah jamban dalam keadaan baik

Tidak ada lalat, tikus, dan kecoa

Tersedia alat pembersih

Bila ada bagian yang rusak segera diperbaiki/diganti.

2.3 Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi

atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala

sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Berdasarkan definisi ini, faktor

penyebab yang paling dominan karena lingkungan, disamping juga faktor perilaku.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di

Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan

menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan

tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan

lingkungan (Data Susenas 2001).

Tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan, khususnya diare, sangat erat

dengan masih rendahna akses sanitasi masyarakat. Laporan kemajuan Millenium

Development Goals (MDGs) yang dikeluarkan oleh Bappenas pada tahun 2010

mengindikasikan bahwa peningkatan akses masyarakat terhadap jamban sehat, tergolong

pada target yang membutuhkan perhatian khusus, karena kecepatannya akses yang tidak

sesuai dengan harapan. Dari target akses sebesar 55,6% pada tahun 2015, akses masyarakat

pada jamban keluarga yang layak pada tahun 2009 baru sebesar 34%. Terdapat kesenjangan

Page 48: Pkm-1. Laporan Final

48

21% peningkatan akses dari sisa waktu 6 tahun (2009 – 2015).

Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya

tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan cakupan air bersih dan jamban

keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh

mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum

memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa,

ginjal, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian,

industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku masyarakat yang

belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.

Para ahli kesehatan masyarakat sangat sepakat dengan kesimpulan Bloom yang

mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan

seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Bahkan,

lebih jauh menurut hasil penelitian para ahli, ada korelasi yang sangat bermakna antara

kualitas kesehatan lingkungan dengan kejadian penyakit menular maupun penurunan

produktivitas kerja. Pendapat ini menunjukkan bahwa demikian pentingnya peranan

kesehatan lingkungan bagi manusia atau kualitas sumber daya manusia.

Penerapan konsep paradigma kesehatan lingkungan merupakan salah satu alternatif

upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan. Berdasar konsep ini kita harus mengetahui

perjalanan suatu penyakit atau patogenesis penyakit tersebut berdasarkan kaca mata ilmu

kesehatan lingkungan, sehingga kita dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat.

Skema patogenesis penyakit terkait dengan lingkungan digambarkan digambarkan dengan

jelas dan sederhana pada teori simpul Achmadi (Ahmadi, 2005)

Berpedoman pada skema tersebut, kemudian dapat dilakukan segmentasi perjalanan

suatu penyakit berdasarkan simpul-simpulnya. Konsep ini kemudian kita kenal sebagai teori

simpul Achmadi.  Simpul pertama dari teori ini berupa sumber penyakit. Sumber penyakit

adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit merupakan

komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak

secara langsung maupun melalui perantara. Beberpa contoh agent biologi seperti  Bakteri,

Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dan lain-lain. Sedangkan agent kimia misalnya logam berat

(Pb, Hg), air pollutants, Debu dan serat, pestisida, dan lain-lain. Contoh Agent Fisika berupa

Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dan lain-lain.

Pada simpul dua, merupakan peran komponen lingkungan sebagai media transmisi.

Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat memindahkan

agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media transmisi antara

Page 49: Pkm-1. Laporan Final

49

lain udara, air, makanan, binatang, serta manusia. Kita dapat mengambil beberapa contoh

bagaimana kejadian luar biasa penyakit demam berdarah dengue masih sulit dikendalikan.

Kita juga dapat berkaca pada data patogenitas diare, yang telah mampu sangat menurunkan

derajat kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut merupakan dua diantara banyak penyakit

dengan peran lingkungan sebagai media transmisinya.

Sedangkan simpul tiga, merupakan komponen penduduk yang berperan dalam

patogenesis penyakit. Beberapa komponen yang terkait dengan hal ini diantaranya

merupakan faktor perilaku, pengetahuan, sikap, dan lainnya. Kita dapat melihat data bahwa

intervensi pada aspek perilaku telah mampu secara signifikan menurunkan kejadian penyakit

berbasis lingkungan. Sebagaimana data penurunan 45% resiko penyakit diare karena

intervensi pada perilaku cuci tangan pakai sabun (Depkes, 2008).

2.3.1 Diare

Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas,

meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda Diare

dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada jenis penyebab diare.

Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora

cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter

aerogenes), kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter,

golongan virus dan  patogen perut lainnya.

Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung

ataupun tidak langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC

(Enterohaemorragic E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara

umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu,

makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang

tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita

tetap berseih harus diutamakan.

Cara Penularan melalui :

Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E. coli yang dibawa oleh lalat yang

hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.

Air minum yang mengandung E. coli yang tidak direbus sampai mendidih.

Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di sungai

digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.

Page 50: Pkm-1. Laporan Final

50

Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci

tangan dengan sabun)

Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E. coli kemudian dimakan oleh

manusia.

Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah sebagai

berikut:

Penyediaan air tidak memenuhi syarat:

Gunakan air dari sumber terlindung

Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran

Pembuangan kotoran tidak saniter:

Buang air besar di jamban

Buang tinja bayi di jamban

Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun berkelompok

dengan tetangga

Perilaku tidak higienis:

Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan

Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar

Minum air putih yang sudah dimasak

Menutup makanan dengan tudung saji

Cuci alat makan dengan air bersih

Jangan makan jajanan yang kurang bersih

Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih.

Sedangkan intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :

Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.

Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat.

Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan,

buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.

Keberadaan lalat sangat berperan dalam penyebaran penyakit diare, karena lalat dapat

berperan sebagai reservoir. Lalat biasanya berkembang biak di tempat yang basah seperti

sampah basah, kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan yang membusuk, dan permukaan air kotor

yang terbuka. Pada waktu hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik

Page 51: Pkm-1. Laporan Final

51

hitam. tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat.

Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-

rumput, dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan

tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Di dalam rumah, lalat

istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari.

Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan 3 cara, fisik (misalnya penggunaan air

curtain), kimia (dengan pestisida), dan biologi (sejenis semut kecil berwana hitam 

Phiedoloqelon affinis untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat-tempat sampah).

Lingkungan yang tidak higienis akan mengundang lalat. Padahal lalat dapat memindahkan

mikroorganisme patogen dari tinja penderita ke makanan atau minuman.

2.3.2 Penyakit Cacing

Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur

terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di

antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor.

Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi

pada tahun 2006. Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi

menunjukkan prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk

Indonesia cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta liter

darah per tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan.

Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

Cara Penularan:

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar

telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi

makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat

berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat

makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah

tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air

mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa

menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke

tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke

tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,

membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk

Page 52: Pkm-1. Laporan Final

52

protein untuk membangun otak.

Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.

Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2

milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan

darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000

telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggung

memproduksi 600.000 telor.

Gejala dan tanda:

Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak menimbulkan gejala

nyata. Gejala lan yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka mengantuk, badan

kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur karena

bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi.  Gangguan ini menyebabkan, kurang zat

gizi, kurang darah atau anemia. Berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya berdampak

pada tingkat kecerdasan, selain berujung anemia.  Anemia akan menurunkan prestasi belajar

dan produktivitas. Menurut penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat

kecerdasannya bisa menurun.  Anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di

bawah lima tahun (balita).

Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat

bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan ileus

obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian.

Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat  menurunnya status gizi penderita yang

menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit

lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.

Penyebab penyakit cacingan pada anak:

Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) berkembang biak di dalam perut manusia dan

di tinja. Telur cacing dapat masuk kedalam mulut melalui makanan yang tercemar atau

tangan yang tercemar dengan telur cacing. Telur Cacing menetas menjadi cacing didalam

perut, selanjutnya keluar bersama-sama tinja.

Kecacingan yang disebabkan karena Cacing Kremi (Enterobius vermicularis).

Tempat berkembang biak jenis cacing ini di perut manusia dan tinja, dengan cara penularan

menelan telur cacing yang telah dibuahi, dapat melalui debu, makanan atau jari tangan

(kuku).

Penyakit kecacingan lain, disebabkan oleh Cacing tambang (Ankylostomiasis

Page 53: Pkm-1. Laporan Final

53

duodenale). Jenis cacing ini mempunyai tempat berkembang biak Perut manusia dan tinja.

Cara Penularan dimulai ketika telur dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas

menjadi larva. Kemudian larva tersebut masuk melalui kulit, biasanya pada telapak kaki.

Pada saat kita menggaruk anus, telur masuk kedalam kuku, jatuh ke sprei atau alas tidur dan

terhirup mulut. Telur dapat juga terhirup melaui debu yang ada di udara. atau dengan

reinfeksi (telur – larva – masuk anus lagi)

Cara efektif mencegah penyakit Kecacingan (berdasarkan faktor penyebab penyakit),

sebagai berikut :

Pembuangan Kotoran Tidak Saniter

Buang air besar hanya di jamban

Lubang WC/jamban ditutup

Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan

tetangga

Plesterisasi lantai rumah

Pengelolaan makanan tidak saniter:

Cuci sayuran dan buah-buahan yang akan dimakan dengan air bersih

Masak makanan sampai benar-benar matang

Menutup makanan pakai tudung saji.

Perilaku tidak higienis:

Cuci tangan pakai sabun sebelum makan

Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar

Gunakan selalu alas kaki

Potong pendek kuku

Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman

2.3.3 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Infeksi virus dengue dapat tidak menimbulkan gejala (asimtomatik), demam ringan

yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih

berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).

Gejala klinis dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai

dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi,

mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan

Page 54: Pkm-1. Laporan Final

54

farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek.

Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga.

Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Selain itu juga dapat

timbul petechiae, perdarahan gusi, perdarahan lambung, dan saluran pencernaan.

Hasil pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan trombositopeni dan

hemokonsentrasi. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa ditemukan pada hari ke-3

sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit.

Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai

hematokrit. Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis, limfositosis relatif

dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok.

Infeksi virus dengue disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegpty. Nyamuk

Aedes aegipty dapat berkembang biak didalam maupun diluar rumah, terutama pada tempat-

tempat yang dapat menampung air bersih seperti :

Di dalam rumah / diluar rumah untuk keperluan sehari-hari seperti ember, drum,

tempayan, tempat penampungan air bersih, bak mandi/WC/ dan lain-lain

Bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga,

perangkap semen, kaleng bekas yang berisi air bersih, dll

Alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,

potongan bambu yang dapat menampung air hujan, dll.

Berikut adalah cara penularan infeksi virus dengue:

Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan merupakan

sumber penyakit.

Bila digigit nyamuk virus terhisap masuk kedalam lambung nyamuk, berkembang

biak, masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu didalam tubuh

nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan virus dengue.

Virus dengue tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada

orang lain, dan seterusnya.

Page 55: Pkm-1. Laporan Final

55

Cara Pencegahan Cara efektif mencegah penyakit Demam Berdarah (berdasarkan faktor

penyebab penyakit), sebagai berikut :

Lingkungan rumah / ventilasi kurang baik :

Menutup tempat penampungan air

Menguras bak mandi 1 minggu sekali

Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan

Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab

Lingkungan sekitar rumah tidak terawat

Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga

Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas

Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau

memelihara ikan pemakan jentik

Perilaku tidak sehat

Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

2.3.4 Penyakit Kulit

Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab

penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil yang bernama

Sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan tanduk kulit

kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur.

Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan

seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain. Sedangkan cara pencegahan penyakit

ini dengan cara antara lain :

Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari dengan sabun,

serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk

Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela agar sinar

matahari masuk.

Page 56: Pkm-1. Laporan Final

56

Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai

berikut:

Penyediaan air tidak memenuhi syarat

Gunakan air dari sumber yang terlindung

Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran

Kesehatan perorangan jelek

Cuci tangan pakai sabun

Mandi 2 kali sehari pakai sabun

Potong pendek kuku jari tangan

Perilaku tidak hygienis

Peralatan tidur dijemur

Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan

Sering mengganti pakaian

Pakaian sering dicuci

Buang air besar di jamban

Istirahat yang cukup

Makan makanan bergizi

Page 57: Pkm-1. Laporan Final

57

BAB 3

RENCANA DAN EVALUASI KEGIATAN

Puskesmas Gandusari telah melakukan kegiatan-kegiatan penyehatan lingkungan

berbasis masyarakat. Tabel berikut akan menunjukkan usaha penyehatan lingkungan yang

telah dilakukan puskesmas Gandusari pada tribulan ke-2 tahun 2014.

Tabel tersebut menunjukkan dari 117 sumur galian diwilayah puskesmas Gandusari

ternyata 30% masih tidak memenuhi syarat. Data tersebut menunjukkan bahwa kesehatan

lingkungan di wilayah puskesmas Gandusari masih perlu perbaikan. Salah satunya dengan

cara pemicuan. Pemicuan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan respon penduduk

terhadap masalah kesehatan. Berbeda dengan penyuluhan yang lebih memberikan informasi

dan ajakan kepada masyarakat untuk mengubah perilaku. Pemicuan membuat masyarakat

aktif dalam mencari sumber masalah kesehatan, mengenali permasalahan yang perlu segera

diselesaikan dan mencari solusi sendiri bagaimana cara penyelesaiannya. Kadang kala cara

ini menyebabkan efek malu karena perilaku tidak sehat oleh masyarakat, dan diharapkan

adanya perubahan perilaku. Pemicuan membuat masyarakat ikut andil bagian dalam menjaga

kesehatan daerahnya sendiri.

Page 58: Pkm-1. Laporan Final

58

NO JENIS KEGIATAN

JML S/D YG

LALUTAMBAH

TRIB II

KOMULATIFDIPERIKSA MEMENUHI SYARAT

YG LALUTRIB

II JML %YG

LALUTRIB

II JML %

1 2 3 4 5=(3+4) 6 7 8 9=(8:5) 10 11 12 13=(12:8)

A PLP & AIR BERSIH                      

1 Jumlah penduduk    35,75

7   35,757                

2 Jumlah KK11,63

8   11,638                

3 KK menggunakan air bersih                          

  a. PP : KU/SR                        

  b. PMA     457   457                

  c. PAH                          

  d. SPT DK/SPT DLM                        

  e. Sumur Gali   5,732 9 5,741   117 117 2   36 36 30

  f. Sumur Artesis                        

  g. PDAM : KU   7   7                

    SR   200   200                

4 SAB yang ada                        

  a. PMA                          

  b. PAH                          

  c. SPT DK/SPT DLM                        

  d. Sumur Gali                        

5 Inspeksi SAB:           36 36          

                35 35          

                57 57          

                39 39          

6 SAB diperbaiki                          

7 SAB di chlorinasi/kaporit                      

8 Sampel Air diperiksa                      

Page 59: Pkm-1. Laporan Final

59

  a. Air minum :                        

                             

  b. Air bersih :         5 13 18   2 9 11 61

                             

  c. Air Limbah                        

  d. Tanah                          

9 Jumlah Air minum depot isi ulang: 6 0 6 6 5 11 100 6 5 11 100

  Sampel air diperiksa Bakteri       0 1 1   0 1 1 100

      Kimia                      

10 Jumlah Pokmair   7   7                

  - Pokmair disuluh           5 5     2 2 40

11 Jumlah rumah  10,23

4   10,234                

  - Sehat     9,652                    

  - Tidak sehat   582                    

12 Jumlah jamban                          

  - Leher angsa 4,471 55 4,526                

  - Cemplung tertutup 4,296   4,296                

  - Cemplung tana tutup                      

  - Tidak punya     288   231                

  - Numpang   827   827                

13 KK menggunakan SPAL     5,731 665 6,396                

14 KK mempunyai tempat sampah     8,508 526 9,034                

15 KK mempunyai tempat CTPS                          

16 Jumlah TPS   2   2   2 2 100        

17 Jumlah TPA                        

18 Pengukuran kepadatan lalat(kl)                          

19 Jumlah TP3 Pestisida     5   5   3 3 60   1 1 33

  -Pengelola TP3P dikursus                          

  -Pemeriksaan Cholins darah                          20 Sarana pengolahan limbah di     1   1   1 1 100   1 1 100

Page 60: Pkm-1. Laporan Final

60

sarkes

21 Penyuluhan kesling (kl)     122 57 179                

B PENYEHATAN MAKMIN                          1 Jasa boga                      

2 Restoran                      

3 Rumah makan                      

4 Grading :                          

                             

                             

5 Makanan jajanan:   warung 32   32 8 12 20 62,5 6 5 11 55

     ped kaki lima 7   7 5 3 8 100 1 1 2 25

6 Industri rumah tangga pangan                    

7 PIRT punya ijin / SP   35   35 21 8 29 82 10 6 16 55

8 Pengelola TPM dikursus         50 50        

9 Kantin Sekolah                        

10 Sampel makmin diperiksa     5 9 14   5 6 11 78

11 Kejadian keracunan: menderita                          

12 Sumber keracunan :                        

  a.                          

  b.                          

  c.                          

                             

C PENYEHATAN TTU                          1 Hotel bintang                          

2 Hotel melati                        

3 Kolam renang     1   1   1 1 100   1 1 100

4 Obyek wisata                        

5 Pasar     2   2   2 2 100        

6 Terminal                          

7 Gedung pertunjukan                        

Page 61: Pkm-1. Laporan Final

61

8 Gelanggang Olah Raga                    

9 Tempat Ibadah : Masjid 55   55 9 19 28 50 6 9 15 53

      Gereja 1   1   1 1 100   1 1 100

      ……………..                      

10 Pondok Pesantren   2   2   2 2 100   1 1 50

11 Sarana kesehatan                        

  - Rumah Sakit                        

  - Puskesmas   1   1   1 1 100   1 1 100

- Puskesmas Pembantu 2   2   2 2 100   2 2 100

  - Pokesdes/Polindes   6   6   6 6 100   5 5 83

12 Pangkas rambut   2   2   1 1 50   1 1 100

13 Salon     8   8   6 6 75   4 4 66

14 Panti pijat                          

15 Industri                          

16 Institusi : Kantor 12   12 10 4 14 100 9 2 11 78

    SD 31   31 14 11 25 80 14 10 24 96

    SLTP 4   4 3 0 3 75 3 0 3 100

    SLTA 3   3 1 2 3 1 1 1 2 66

    PT                      

    …………………                      

17 Pengelola TTU dikursus                      

Tabel Laporan Kegiatan Penyehatan Lingkungan Puskesmas Gandusari s/d tribulan II 2014

Page 62: Pkm-1. Laporan Final

62

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, from: http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf

Kesehatan Lingkungan. 2009. Penyakit Berbasis Lingkungan, from:http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/10/penyakit-berbasis-lingkungan.html

Page 63: Pkm-1. Laporan Final

63

Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga BerencanaBAB 1

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang Masalah

Setiap harinya terdapat 800 wanita di dunia meninggal saat hamil maupun

melahirkan. Dari seluruh kematian ibu tersebut, 99% di antaranya terjadi di negara

berkembang. Terdapat 289.000 kasus kematian ibu di dunia pada tahun 2013. Kematian

ibu ini lebih banyak terjadi di pedesaan, daripada di kota. Ibu usia muda lebih beresiko

daripada usia tua. (WHO. 2014)

Menurut data WHO, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2014. Hal itu sama dengan 66 pesawat Boeing 737 seri 400 jatuh dan seluruh penumpangnya meninggal. (Detik. 2013)

Jumlah kematian ibu secara nasional setiap tahun terus bertambah, sebelumnya pada 2011 berjumlah 4.985 sedangkan pada 2014 mencapai 5.118. Hal ini senada dengan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2014, angka kematian ibu meroket dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Angka ini masih terbilang jauh dari target Target

MDGs yaitu angka kematian ibu yaitu 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Penyebab paling sering kematian ibu di dunia yang dilansir WHO pada 2014 paling banyak adalah karena perdarahan, kemudian disusul dengan infeksi. Penyebab ini sebenarnya dapat dicegah.( WHO. 2014) Kondisi ini diperburuk dengan masih tingginya kehamilan dengan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering dan terlalu banyak) sebanyak 62,7 %.

Faktor lainya disebabkan penderita anemia pada penduduk usia 15-24 tahun masih tinggi mencapai 18,4 persen. Usia perkawinan dini sebesar 46,7 persen dan angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun sebesar 48 per 1000. Serta kebutuhan pelaynan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) masih tinggi sebesar 8,5 persen.

Kepala BKKBN, Prof dr Fasli Jalal, PhD mengatakan ada kaitan antara pertumbuhan laju penduduk dengan angka kematian ibu.

Page 64: Pkm-1. Laporan Final

64

Mengingat laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat, program keluarga berencana dapat menjadi salah satu pintu keluar untuk mengurangi angka kematian ibu.

Angka Kematian Bayi pada data SDKI 2014 mencapai 160.681 anak. Sedangkan pada 2013 AKB ini mencapai 32 per 100 ribu kelahiran hidup. SDKI 2014 menemukan bahwa terdapat 40 kematian bayi di pedesaan per 1.000 kelahiran hidup, yang bila kita bandingkan dengan angka kematian kota merupakan jumlah yang tinggi, yakni hanya 26 kematian per 1.000 kelahiran anak.

Penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) di Indonesia adalah asfiksia 27 %, komplikasi pada bayi baru lahir rendah 29 %, tetanus neonatorum 10 %, masalah pemberian makanan 10 %, infeksi 5 %, gangguan hematologik 6 %, dan lain-lain 13 %. Masalah ini sebenarnya dapat dicegah dengan mengoptimalkan masa kehamilan dan meakukan proses persalinan yang aman.

Masyarakat harus menjadikan kehamilan sebagai investasi. Untuk itu, untuk menghasilkan generasi yang baik membutuhkan perhatian lebih mulai dari gizi ibu dan anak di dalam kandungan sampai proses pemulihan pasca melahirkan dan pertumbuhan anak.

3.2 Permasalahan di Masyarakat

Masih adanya kasus kematian bayi, meningkatnya jumlah ibu hamil dengan

resiko tinggi, masih ada jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga non-kesehatan,

serta adanya jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah, dan permasalahan yang

lainnya membuat kegiatan program KIA dan KB merupakan hal pokok yang masih perlu

menjadi perhatian serius.

3.3 Tujuan

3.3.1 Tujuan Umum

a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak

b. Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini Bumil dan Balita

c. memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA-KB secara

efektif dan efisien

Page 65: Pkm-1. Laporan Final

65

3.3.2 Tujuan Khusus

a. pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai standar serta

menjangkau seluruh sasaran,

b. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan

oleh tenaga kesehatan secara berangsur,

c. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi kebidanan baik oleh tenaga

kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penganan dan

pengamatannya secara terus menerus,

d. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan

secara terus menerus oleh tenaga kesehatan,

e. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan

menjangkau seluruh sasaran,

f. Peningkatan pelaksanaan kegiatan pelayanan keluarga berencana (KB).

3.4 Hasil dan Analisis Kegiatan

Hasil pelaksanaan kegaiatan pembinaan kesehatan keluarga di Puskesmas

Gandusari bulan Januari sampai dengan Juli 2014 dapat diuraikan sebagai berikut :

3.4.1 Jumlah Kematian Ibu dan Kematian Bayi

Dari 147 jumlah kelahiran hidup yang ada, tidak didapatkan kematian Ibu di

Puskesmas Gandusari pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, sedangkan

kematian bayi masih tercatat sebanyak 4 kasus. Secara rinci Kecenderungan Jumlah

Kematian Ibu dan Kematian Bayi di wilayah Puskesmas Gandusari pada bulan Mei -

Agustus 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Kecenderungan Jumlah Kematian Ibu dan Kematian Bayi di Puskesmas

Gandusari Bulan Januari – Juni 2014

Bulan Kelahiran Hidup Kematian Ibu Kematian Bayi

Mei 2014 49 0 3

Jun 2014 37 0 0

Juli 2014 34 0 1

Agust 2014 27 0 0

Jumlah 147 0 4

Page 66: Pkm-1. Laporan Final

66

3.4.2 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil

Cakupan pemeriksaan ibu hamil (K1) di Puskesmas Gandusari Mei-Agustus

2014 rata-rata sebesar 28 % dan cakupan K4 rata-rata sebesar 29 %, dari 495 ibu

hamil yang tercatat. Pencapaian cakupan K1 dan K4 terbanyak pada Desa Wonoanti,

yaitu masing-masing sebesar 33% dan 42%. Secara rinci distribusi frekuensi

Cakupan K1 dan K4 per Desa di wilayah Puskesmas Gandusari pada bulan Mei -

Agustus 2014 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Cakupan K1 dan K4 per Desa di Puskesmas Gandusari

Bulan Mei - Agustus 2014

Desa

Mei - Agustus 2014

Jumlah

Bumil

Cakupan

K1

Presentase

(%)

Cakupan

K4

Presentase

(%)

Gandusari 102 29 28 22 22

Ngrayung 68 18 26 17 25

Jajar 45 11 24 11 24

Wonorejo 75 17 23 18 24

Sukorejo 136 39 29 45 33

Wonoanti 69 23 33 29 42

Jumlah 495 137 28 142 29

Gandusari Ngrayung Jajar Wonorejo Sukorejo Wonoanti0

20

40

60

80

100

120

140

160

Jumlah BumilCakupan K1Cakupan K4

Grafik 3.1 Cakupan K1 dan K4 per Desa di Puskesmas Gandusari Mei - Agustus 2014

3.4.3 Prevalensi Ibu Hamil Risiko Tinggi (Bumil Risti)

Page 67: Pkm-1. Laporan Final

67

Jumlah ibu hamil risiko tinggi bulan Mei sampai Agustus tahun 2014 terdeteksi

sebanyak 26 orang (38%) dari 69 ibu hamil yang ada. Prevalensi bumil risti terendah

terdapat di Desa Jajar sebanyak 8 orang dan tertinggi di Desa Sukorejo yaitu sebanyak

56 orang. Desa Jajar dan Wonorejo memenuhi standar prevalensi bumil risti yang

ditetapkan yaitu kurang dari 20% . Secara rinci distribusi frekuensi bumil Risti di

wilayah Puskesmas Gandusari pada bulan Mei - Agustus 2014 dapat dilihat pada

tabel dan grafik berikut:

Tabel 3.3 Distribusi Ibu Hamil Resiko Tinggi per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas

Gandusari Bulan Mei - Agustus 2014

Gandusari Ngrayung Jajar Wonorejo Sukorejo Wonoanti0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Jumlah BumilBumil Risti

Desa

Mei - Agustus 2014

Jumlah

BumilBumil Risti

Presentase

(%)

Gandusari 102 27 26

Ngrayung 68 16 24

Jajar 45 8 18

Wonorejo 75 12 16

Sukorejo 136 56 41

Wonoanti 69 26 38

Jumlah 495 145 30

Page 68: Pkm-1. Laporan Final

68

Grafik 3.2 Distribusi bumil risti per desa di wilayah puskesmas gandusari Mei -

Agustus 2014

Page 69: Pkm-1. Laporan Final

69

3.4.4 Prevalensi Ibu hamil dengan Hb < 11 gr%.

Jumlah Ibu hamil dengan Hb < 11gr% diwilayah Puskesmas Gandusari pada bulan

Mei - Agustus 2014 sebanyak 6 orang (1%). Secara rinci distribusi frekuensi Ibu

Hamil dengan Hb < 11gr% per Desa di wilayah Puskesmas Gandusari pada bulan Mei

- Agustus 2014 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan Hb < 11gr% per Desa di Wilayah

Kerja Puskesmas Gandusari Bulan Mei - Agustus 2014

Gandusar

i

Ngrayu

ngJaj

ar

Wonorejo

Suko

rejo

Wonoanti

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Series 3Jumlah Bumil

Grafik 3.3 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan Hb < 11gr% per Desa di Wilayah

Kerja Puskesmas Gandusari Bulan Mei - Agustus 2014

Desa

Mei - Agustus 2014

Jumlah

Bumil

Bumil dg Hb

< 11 gr%

Presentase

(%)

Gandusari 102 0 0

Ngrayung 68 0 0

Jajar 45 1 2

Wonorejo 75 0 0

Sukorejo 136 5 4

Wonoanti 69 0 0

Jumlah 495 6 1

Page 70: Pkm-1. Laporan Final

70

3.4.5 Pertolongan Persalinan

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan selama bulan Mei -

Agustus 2014 sebanyak 151 orang dari 472 Ibu bersalin seluruhnya (cakupan

persalinan oleh Nakes sebesar 32%). Secara rinci distribusi frekuensi pertolongan

persalinan oleh Nakes per desa di wilayah Puskesmas Gandusari pada Mei - Agustus

2014 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Pertolongan Persalinan Nakes per Desa di Wilayah

Kerja Puskesmas Gandusari Bulan Mei - Agustus 2014

Gandusar

i

Ngrayu

ngJaj

ar

Wonorejo

Suko

rejo

Wonoanti

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Persalinan oleh NakesSeries 1

Grafik 3.4 Distribusi frekuensi pertolongan persalinan nakes per desa diwilayah

puskesmas gandusari bulan Mei - Agustus 2014

3.4.6 Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)

Desa

Mei - Agustus 2014

Jumlah

Bulin

Persalinan

oleh Nakes

Presentase

(%)

Gandusari 97 28 29

Ngrayung 63 15 24

Jajar 43 8 19

Wonorejo 74 23 31

Sukorejo 129 45 35

Wonoanti 66 32 48

Jumlah 472 151 32

Page 71: Pkm-1. Laporan Final

71

Jumlah kunjungan Neonatus pertama (KN1) di Puskesmas Gandusari Mei - Agustus

2014 sebanyak 147 orang (33%), dan kunjungan Neonatus kedua (KN2)

menunjukkan angka yang sama. Secara rinci distribusi frekuensi cakupan kunjungan

Neonatus pertama dan kedua (KN1 dan KN2) per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas

Gandusari Bulan Mei - Agustus 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Cakupan KN1 dan KN2 per Desa di Wilayah Kerja

Puskesmas Gandusari Bulan Mei - Agustus 2014

Gandusari Ngrayung Jajar Wonorejo Sukorejo Wonoanti0

20

40

60

80

100

120

140

Jumlah BayiJumlah KN1 Jumlah KN2

Gafik 3.5 Distribusi frekuensi cakupan KN1 dan KN2 per desa diwilayah

puskesmas gandusari bulan Mei - Agustus tahun 2014

3.4 Kesimpulan

Desa

Mei - Agustus 2014

Jumlah

Bayi

Jumlah

KN1 (%)

Jumlah

KN2(%)

Gandusari 92 27 29 27 27

Ngrayung 60 15 25 15 15

Jajar 38 8 21 8 8

Wonorejo 68 22 32 22 22

Sukorejo 121 44 36 44 44

Wonoanti 61 31 51 31 31

Jumlah 440 147 33 147 33

Page 72: Pkm-1. Laporan Final

72

Dalam pelaksanaan program KIA –KB di puskesmas Gandusari bulan Mei sampai

Agustus tahun 2014 didapatkan beberapa data yang perlu kita garis bawahi yaitu masih

adanya kematian bayi dan prosentase ibu hamil dengan resiko tinggi yang masih di atas batas

standar. Sedangkan pada program yang lain, seperti cakupan K1 dan K4 ibu hamil,

pertolongan persalinan, kunjungan neonatal telah memenuhi target yang ada. Dengan

demikian daat disimpulkan bahwa program KIA-KB di Puskesmas Gandusari pada bulan Mei

- Agustus 2014 telah berhasil memenuhi target program yang ada.

Dalam pencegahan Kematian ibu dan bayi, puskesmas memiliki peranan penting

dalam mendeteksi dan memberikan penanganan awal. Salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya para kader dalam mendeteksi resiko

tinggi dalam kehamilan. Meningkatkan pengetahuan para kader di tiap desa merupakan

langkah penting yang dapat dilakukan. Diharapkan para kader dapat menularkan pengetahuan

yang mereka miliki kepada masyarakat mengenai deteksi dini resiko tinggi dalam kehamilan

serta pertolongan persalinan yang aman.

Kelas ibu hamil yang telah dilaksanakan di tiap Desa memberikan peran penting

dalam meningkatkan wawasan ibu hamil, sehingga mereka dapat mengenal tanda-tanda

bahaya yang mungkin terjadi serta membantu mereka memilih metode persalinan yang aman

sesuai kondisi masing-masing. Diharapkan hal ini nantinya dapat mengurangi keterlambatan

dalam penanganan penyulit dalam kehamilan dan persalinan.

Page 73: Pkm-1. Laporan Final

73

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.2011. Pedoman kemitraan bidan dukun. Retrieved 20 Mei 2014, from

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/12/

PEDOMAN-KEMITRAAN-BIDAN-DUKUN.pdf

Depkes.2014. Buku pedoman bidan koordinator. Retrieved 20 Mei 2014, from

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2014/02/Buku-

Pedoman-Bidan-Koordinator.pdf

Puskesmas Gandusari. 2011. Laporan Evaluasi Tahunan Puskesmas Gandusari 2011.

Hasanbasri.2009. Jurnal kesehatan program ibu dan anak di puskesmas studi fungsi dinas

kesehatan dikeerom papua. Retrieved 20 Mei 2014, from file:///E:/JURNAL

%20KESEHATAN%20%20%20PROGRAM%20KESEHATAN%20IBU%20DAN

%20ANAK%20DI%20PUSKESMAS%20STUDI%20FUNGSI%20DINAS

%20KESEHATAN%20DI%20KEEROM%20PAPUA%20%C2%AB%20Referensi

%20Kesehatan.htm

SMF,Obgyn. 2011. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kebidanan dan kandungan.Surabaya.

Unifersitas Airlangga pers.

Page 74: Pkm-1. Laporan Final

74

Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi MasyarakatBAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, masalah gizi khususnya bagi balita menjadi masalah besar

karena berkaitan erat dengan indikator derajad kesehatan umum seperti angka

kesakitan dan angka kematian. Hal tersebut merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang penanggulangannya tidak hanya dapat dilakukan dengan hanya pendekatan medis

dan pelayanan kesehatan, namun juga erat kaitannya dengan kemiskinan, masalah

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang

mendukung pola hidup sehat.

Sekitar 37,3 juta penduduk di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan,

separuh dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-

hari, lima juta berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap

berbagai masalah kurang gizi. (Supariasa, 2001). Salah satu usaha untuk meningkatkan

derajad kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui peningkatan status gizi

seluruh anggota keluarga dengan dukungan

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

(MDGs), menegaskan bahwa tahun 2015 setiap Negara sudah harus bias menurunkan

kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Salah satu tujuan dari

MDGs adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita sebesar 20% setiap

tahunnya.

Prevalensi gizi buruk balita cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Secara

nasional, pada tahun 2008 sebanyak 110 kabupaten di Indonesia mempunyai peningkatan

prevalensi gizi buruk sebesar 30%, yang menurut World Health Organization (WHO)

dikelompokkan sangat tinggi. Hal tersebut terbukti dengan masih banyaknya kasus balita

dengan gizi buruk di Jawa Timur pada umumnya, Trenggalek pada khususnya.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Anwar, 2006 di Lombok Timur yang

menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan

status gizi balita. Ibu dengan pengetahuan gizi rendah beresiko lebih tinggi memliki

balita gizi buruk dibandingkan dengn ibu berpengetahuan gizi baik. (Anwar, 2006). Oleh

karena itu, diharapkan dengan adanya berbagai kegiatan mengenai masalah gizi yang

telah dilaksanakan oleh staff Puskesmas Gandusari dapat menunjang tercapainya derajad

Page 75: Pkm-1. Laporan Final

75

kesehatan masyarakat yang sadar betul akan pentingnya gizi dalam lingkungan keluarga

dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas pada

laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keadaan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Gandusari?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Gandusari?

3. Bagaimana hasil kinerja petugas Puskesmas Gandusari terhadap pelaksanaan

program gizi di wilayah kerja Puskesmas Gandusari?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran status gizi balita dan hasil kinerja petugas puskesmas di

wilayah kerja Puskesmas Gandusari.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk memudahkan petugas dalam analisis data status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Gandusari

b. Untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam pelaksanaan

kegatan berikutnya

c. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan Dinas Kesehatan Kabupaten

Trenggalek tentang status gizi masyarakat yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Gandusari

Page 76: Pkm-1. Laporan Final

76

BAB 2

ANALISIS DATA

2.1 Data Geografi

a) Puskesmas Gandusari merupakan salah satu puskesmas di wilayah Kecamatan

Gandusari dengan batas wilayah :

Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Karangan

Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar

Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Kampak

Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Kampak

b) Wilayah kerja Puskesmas Gandusari sebagian besar terdiri dari dataran rendah

(daerah pertanian dan pedesaan) dan sebagian kecil daerah pegunungan yang terdiri

dari

Desa : 6 Desa (Desa Gandusari, Desa Wonoanti, Desa

Jajar, Desa Sukorejo, Desa Wonorejo, Desa

Ngrayung)

Dukuh : 29 pedukuhan

RW : 80 RW

RT : 217 RT

2.2 Data Demografi

Jumlah penduduk wilayah Puskesmas Gandusari pada tahun 2011 sebanyak 30.678 jiwa

yang terbagi laki-laki sebanyak 15.026 jiwa dan perempuan sebanyak 15.652 jiwa.

Secara rinci jumlah penduduk perdesa dan menurut golongan umur dapat diuraikan

sebagai berikut:

Page 77: Pkm-1. Laporan Final

77

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Tiap Desa tahun 2011

DESA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH PENDUDUK

GANDUSARI 3,153 3,285 6,438

NGRAYUNG 2,038 2,123 4,161

JAJAR 1,423 1,482 2,905

WONOREJO 2,263 2,357 4,620

SUKOREJO 4,031 4,199 8,230

WONOANTI 2,118 2,206 4,324

JUMLAH 15,026 15,652 30,678

Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Gandusari Menurut Golongan

Umur Tahun 2011

UMUR L P JML

0 - 1 Th 310 329 639

1 - 4 Th 1,042 1,107 2,149

5 - 9 Th 1,611 1,711 3,322

10 - 14 Th 1,493 1,586 3,079

15 - 19 Th 1,492 1,584 3,076

20 - 24 Th 1,368 1,453 2,821

25 - 29 Th 1,187 1,261 2,448

30 - 34 Th 1,133 1,204 2,337

35 - 39 Th 1,013 1,077 2,090

40 - 44 Th 884 939 1,823

45 - 49 Th 741 787 1,528

50 - 54 Th 647 687 1,334

55 - 59 Th 567 603 1,170

> 60 Th 1,388 1,474 2,862

JML 14,876 15,802 30,678

Page 78: Pkm-1. Laporan Final

78

0 - 1 TH 1 - 4 TH5 - 9 TH

10 - 14 TH

15 - 19 TH

20 - 24 TH25 - 29 TH

30 - 34 TH

35 - 39 TH

40 - 44 TH

45 - 49 TH50 - 54 TH

55 - 59 TH> 60 TH

DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN GOLONGAN UMUR

Diagram 2.1 Distribusi Penduduk berdasarkan Golongan Umur Tahun 2014

Adapun distribusi balita tiap desa pada tahun 2014 dapat digambarkan dalam Pie

Diagram sebagai berikut:

Gandusari Ngrayung Jajar Wonorejo Sukorejo Wonoanti

0

100

200

300

400

500

600

700

438

285195

322

587

298

DISTRIBUSI BALITA BERDASARKAN DESA TAHUN 2014

DISTRIBUSI BALITA BERDASARKAN DESA

Diagram 2.2 Distribusi Balita Berdasarkan Desa Tahun 2014

Page 79: Pkm-1. Laporan Final

79

BAB 3

PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan program gizi Puskesmas Gandusari tahun 2011 adalah sebagai berikut :

3.1 Penimbangan Bulanan

Bentuk kegiatan : Penimbangan dan pencatatan status gizi balita setiap bulan di

posyandu

Tujuan :

a. Untuk mengetahui jumlah balita yang mempunyai KartuMenuju Sehat (KMS)

b. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap kegiatan penimbangan setiap

bulan

c. Untuk mengetahui kelangsungan penimbangan setiap bulan

d. Untuk mengetahui pencapaian program setiap bulan

e. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan

f. Untuk mengetahui keadaan status gizi balita

Sasaran : Semua balita usia 0-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Gandusari

Pencapaian :

Pencapaian penimbangandari seluruh desa :

Balita yang mempunyai KMS (K/S) : 94,23 %

Partisipasi masyarakat (D/S) : 77,52 %

Kelangsungan penimbangan (D/K) : 82,27 %

Pencapaian penimbangan (N/D) : 61,80 %

Pencapaian program (N/S) : 47,91 %

Bawah garis merah (BGM) : 2,75%

Tempat : Ds Gandusari ada 6 posyandu

Ds. Ngrayung ada 5 posyandu

Ds. Jajar ada 3 posyandu

Ds. Wonorejo ada 5 posyandu

Ds. Sukorejo ada 8 posyandu

Ds. Wonoanti ada 7 posyandu

Pelaksana : Tim Posyandu

Sumber Dana : -

Penanggung jawab: Kepala Puskesmas

Page 80: Pkm-1. Laporan Final

80

2.1 Penanggulangan Gizi

2.1.1 Pemberian Vitamin A

Bentuk kegiatan :

Pemberian paket pertolongan gizi dengan pemberian vit A berwarna biru

100.000IU untuk anak umur 6 s/d 11 bulan

Pemberian paket pertolongan gizi dengan pemberian vit A warna merah

200.000IU pada balita umur 12 s/d 60 bulan termasuk anak TK

Tujuan :

Mencegah timbulnya kekurangan vit A pada balita

Membantu daya tahan tubuh

Meningkatkan cakupan pemberian vit A

Sasaran :

Bayi umur 6 s/d 11 bulan berwarna biru

Anak umur 12 s/d 60 bulan berwarna merah

Sumber Dana : Droping dari Dinkes

Waktu : Bulan Februari dan Agustus

Pelaksana : Tim Posyandu

Penanggung jawab : Kepala Puskesmas

2.1.2 Penanggulangan Anemia

Bentuk kegiatan : Pemberian tablet Fe

Tujuan :

Mencegah anemia pada ibu hamil dan CPW

Menurunkan angka kelahiran bayi yang BBLR

Meningkatkan cakupan Fe pada ibu hamil

Sasaran : Semua ibu hamil di wilayah Puskesmas Gandusari

Pelaksana : Bidan

Sumber dana : Droping dari Dinkes

Page 81: Pkm-1. Laporan Final

81

2.2 Pojok Gizi

Bentuk kegiatan :

Memberikan penyuluhan kepada pengunjung puskesmas yang memerlukan

Memberikan penyuluhan kepada pasien rawat inap

Tujuan Umum :

Meningkatkan mutu pelayanan gizi di puskesmas dalamrangka upaya

perbaikan gizi masyarakat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dasar di

posyandu

Tujuan Khusus :

Pengunjung puskesmas memperoleh informasi akurat tentang status gizi

Pengunjung puskesmas memperoleh pelayanan konseling gizi yang sesuai

dengan kondisi gizinya

Pengunjung puskesmas memperoleh tindakan gizi sesuai dengan yang

dibutuhkan

Sasaran : Semua pengunjung puskesmas yang memerlukan pelayanan

gizi baik rawat jalan maupun rawat inap.

Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Gandusari

Pelaksana : Petugas gizi

Waktu : Setiap hari

Penanggung jawab : Kepala Puskesmas

2.3 Pemantauan Status Gizi Balita / PSG

Bentuk kegiatan : Pemantauan status gizi balita melalui penimbangan di

Posyandu

Tujuan :

Mengetahui status gizi balita

Memperoleh gambaran status gizi balita : gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi

buruk dari seluruh balita yang ada di wilayah Puskesmas Gandusari

Sasaran : Semua balita yang ada di wilayah Puskesmas Gandusari

Tempat Pelaksanaan : Di Posyandu wilayah Puskesmas Gandusari

Pelaksana : Pelakana Gizi

Anggaran : Dana Bansos

Penanggung jawab : Kepala Puskesmas

Page 82: Pkm-1. Laporan Final

82

2.4 Monitoring Garam

Bentuk garam : Pemeriksaan sampel garam pada anak Sekolah Dasar di

wilayah Puskesmas Gandusari

Tujuan : Mengetahui bwalitas garam pada masyarakat melalui garam

yang dibawa anak dari rumah

Sasaran : Anak Sekolah Dasar Kelas IV, V, VI di SD

Pelaksana : Petugas gizi dan Petugas UKS

Sumber Dana : DAU 2014

2.5 Palpasi Gondok

Bentuk kegiatan : Pemeriksaan gondok pada anak Sekolah Dasar Kelas 1

dengan cara palpasi

Tujuan :

Mengetahui tingkat pembesaran kelenjar gondok

Mengetahui jumlah anak yang terkena pembesaran gondok

Mengetahui prestasi belajar anak yang terkena pembesaran kelenjar gondok

Sasaran : Anak Sekolah Dasar Kelas 1

Tempat Pelaksanaan : SDN 01 Gandusari

SDN 03 Ngrayung

SDN 01 Jajar

SDN 01 Wonorejo

SDN 02 Sukorejo

SDN 03 Wonoanti

Pelaksana : Petugas Gizi dan Petugas UKS

Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas

Sumber Dana : DAU 2014

Page 83: Pkm-1. Laporan Final

83

2.6 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita

Bentuk kegiatan : Pemberian makanan tambahan apda balita berupa susu

bendera dan Mineral

Tujuan :

Mempertahankan dan memperbaiki status gizi balita

Memberikan makanan tambahan untuk memulihkan status gizi balita

Sasaran : Balita Gakin dan Non Gakin

Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Gandusari

Sumber Dana : APBD I / Droping dari Dinkes

Waktu pelaksanaan : Oktober, Nopember, Desember

Penanggung jawab : Kepala Puskesmas

Data : Terlampir

2.7 Survey Kadarsi

Bentuk kegiatan : Wawancara langsung dengan ibu balita yang menjadi sample

di desa yang telah ditentukan

Tujuan umum : Terbentuknya keluarga sadar gizi melalui proses

pendampingan

Tujuan Khusus :

Supaya orang tua membawa balitanya ke Posyandu

Memberikan ASI ekklusif sampai 6 bulan

Makan aneka ragam makanan

Menggunakan garam beryodium

Minum suplemen gizi bagi balita, ibu hamil, dan ibu nifas

Sasaran : Balita, ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas Gandusari

yang menjadi sample

Tempat Pelaksanaan : Desa Gandusari

Desa Ngrayung

Desa Jajar

Desa Wonorejo

Desa Sukorejo

Desa Wonoanti

Sumber dana : DAU

Penanggung jawab : Kepala Puskesmas

Page 84: Pkm-1. Laporan Final

84

BAB 4

HASIL DAN ANALISIS KEGIATAN

4.1 Hasil Kegiatan Penimbangan Bulanan

Tabel 4.1 Hasil Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan pada Juni dan September 2014

NO VARIABEL Ket.

PENCAPAIAN TARGET%

Juni 2014(%)

Sept 2014(%)

TREND

1.2.3.4.5.

Balita yang mempunyai KMSPartisipasi masyarakatKelangsungan penimbanganPencapaian penimbanganPencapaian program

: K/S: D/S: D/K: N/D: N/S

94,5390,0695,2865,4258,93

94,1690,1695,7569,0862,28

100801007070

Keterangan :Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari pemantauan pertumbuhan berdasarkan penimbangan bulanan selama satu tahun adalah :

- K/S terjadi penurunan sebesar 0,37% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

- D/S terjadi peningkatan sebesar 0,10% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

- D/K terjadi peningkatan sebesar 0,47% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

- N/D terjadi peningkatan sebesar 3,66% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

- N/S terjadi peningkatan sebesar 3,35% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita pada Juni dan September 2014

N VARIABEL PENCAPAIAN

Page 85: Pkm-1. Laporan Final

85

O Juni 2014(%)

Sept 2014(%) TREND

1.2.3.4.

Gizi LebihGizi BaikGizi KurangGizi Buruk

0,00793,930,0470,007

0,00893,330,0540,005

Keterangan :Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil

penimbangan dari Bulan Januari s/d Desember 2011 ialah :

- Gizi lebih terjadi peningkatan 0,001% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

- Gizi baik terjadi penurunan 0,60% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

- Gizi kurang terjadi peningkatan 0,007% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

- Gizi buruk terjadi penurunan 0,002% pada bulan September dibandingkan Juni 2014.

4.2 Hasil Kegiatan Penanggulangan Gizi4.2.1Hasil Kegiatan Pemberian Vit. A

Tabel 4.3 Hasil Pencapaian Vit. A Tahun 2014

NO VARIABEL

2014Target

SasaranPencapai

an1.2.

Vit. A merah (Balita)Vit. A biru (anak)

1386 (80%)442 (80%)

1630 (94%)164 (9,47%)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pencapaian pemberian vitamin A merah pada tahun 2014 mencapai target sasaran, yaitu melebihi 80% balita di puskesmas Gandusari.

4.2.2Hasil Kegiatan Penanggulangan AnemiaTabel 4.4 Penanggulangan Fe pada Ibu Hamil Juni – September 2014

NO VARIABEL PENCAPAIAN ( Orang )

Page 86: Pkm-1. Laporan Final

86

Juni 2014

Juli 2014

Agust

2014

Sept 2014

1. Fe 90 tablet 37 30 37 27

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil penanggulangan anemia dengan pemberian Fe 90 tablet pada ibu hamil paling banyak diberikan pada bulan Juni dan Agustus 2014.

Page 87: Pkm-1. Laporan Final

87

4.3 Hasil Distribusi TTDTabel 4.5 Distribusi TTD Tahun 2014

No. Variabel Jumlah

     Tahun 2014

1 Jumlah Catin diperiksa62

2 Jumlah Catin dengan Hb > 12 gr %40

3 Jumlah Catin dengan Hb < 12 gr %22

4Jumlah Catin dengan Hb > 12 gr % yg beli TTD

56

5Jumlah Catin dengan Hb < 12 gr % yg beli TTD

6

6 Jumlah WUS beli TTD :  a Remaja Putri /anak sekolah 0 / 8

  b Pekerja wanita0

  c WUS lain0

  d Catin beli TTD62

  e. TTD mandiri BPS0

7Jumlah Sekolah yang memberikan TTD Mandiri

4

  ( SLTP dan SLTA )

8Pondok Pesantren yg memberikan TTD Mandiri 0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 62 orang (100%) calon engantin yang diperiksa mendapatkan imunisasi Tetanus.

Page 88: Pkm-1. Laporan Final

88

4.4 Hasil Kegiatan Pojok GiziTabel 4.6 Pojok Gizi Juni – September 2014

NO. Kelompok Pengunjung

Jumlah Pengunjung

 Juni 2014

Juli2014

Agust 2014

Sep 2014

1 Gizi Baik 0 0 0 0

2 Gizi Lebih 0 0 0 0

3 Kurang Energi Protein 11 9 7 3

4 Darah Tinggi 37 38 37 44

5 Diabetes Melitus 9 15 11 12

6 Lain - Lain (sebutkan) :        

  Thypoid11 12 12 16

  GE5 3 2 3

  DHF0 1 0 0

  Pneomunia0 0 0 0

  Stroke1 0 0 0

  TB Paru0 2 1 1

  CPW6 3 0 7

  Hamil6 2 1 5

  Asam urat1 7 5 6

  Anemia0 1 0 0

  Struma1 0 0 0

  Gastritis 7 13 17 27

   JUMLAH 88 106 93 124

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah pengunjung pojok gizi terbanyak pada bulan September 2014, sedangkan jumlah pengunjung pojok gizi terendah pada Juni 2014.

Page 89: Pkm-1. Laporan Final

89

Page 90: Pkm-1. Laporan Final

90

4.5 Hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Kadar Gizi tiap Desa Tabel 4.7 Hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Kadar Gizi tiap

Desa tahun 2014

NO NAMA DESADiperik

saBB

S.KURANGBB

KURANG BB NORMAL BB LEBIH    ( L+P ) n % n % N % n %1 GANDUSARI 407 4 0,9 21 5,1 380 93,2 3 0,82 NGRAYUNG 252 3 1,0 11 4,2 238 94,5 1 0,43 JAJAR 183 1 0,5 12 6,4 170 92,7 1 0,44 WONOREJO 314 2 0,6 20 6,3 291 92,7 1 0,55 SUKOREJO 511 2 0,3 24 4,6 483 94,4 3 0,66 WONOANTI 247 0 0,0 12 4,8 233 94,4 2 0,8

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari hasil survey tersebut, di desa Wonoanti, tidak terdapat balita dengan berat badan sangat kurus pada tahun 2014.

Tabel 4.8 Hasil Survey Pemantauan Status Gizi dan Kadar Gizi per Desa di Wilayah Kerja

Puskesmas Gandusari pada Tahun 2014

PENCAPAIANK / S D / K D / S N / S

( % )( % ) ( % ) ( % )Gandusa

ri97,4 93,6 71,8 91,1

Ngrayung

92,5 93,6 69,2 86,6

Jajar 98,5 93,4 70,0 92,0

Wonorejo

97,6 97,7 72,6 95,4

Sukorejo 90,3 94,2 73,0 85,0

Wonoanti

90,8 89,3 72,9 81,1

Jumlah 97,4 93,6 71,8 91,1

Target 100% 100% 80% 70%

Page 91: Pkm-1. Laporan Final

91

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 dari hasil survey cakupan tertinggi untuk balita yang mempunyai KMS (K/S) adalah desa Jajar. Cakupan tertinggi untuk pencapaian program (N/S) adalah desa Wonorejo.

Page 92: Pkm-1. Laporan Final

92

BAB 5KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan program Gizi di puskesmas Gandusari pada bulan Mei sampai

September tahun 2014 didapatkan beberapa data yang perlu kita garis bawahi yaitu Balita yang memiliki KMS (K/S) masih belum mencapai target, yaitu 94,16% pada September 2014. Kelangsungan penimbangan (D/K) mencapai 90,16% dari target keseluruhan. Pencapaian penimbangan (N/D) dan pencapaian program (N/S) sedikit di bawah target, yaitu masing- masing 69,08% dan 62,28% dari target 70%. Namun demikian, partisispasi masyarakat (D/S) jauh melebihi target, yaitu 94,16% dari target 80%.

Upaya meningkatkan cakupan K/S dapat dilakukan dengan cara pendataan secara berkala terhadap bayi baru lahir mengenai kepemilikan KMS. Upaya meningkatkan cakupan D/S dan N/D dapat dilakukan dengan mengadakan bulan penimbangan serta kunjungan ke sekolah taman kanak-kanak (TK), revitalisasi posyandu serta meningkatkan penyuluhan tentang aneka ragam makanan. Untuk meningkatkan cakupan N/S perlu adanya kerjasama yang kompak dalam melakukan posyandu, baik dari petugas puskesmas maupun para kader.

Balita dengan gizi lebih mengalami peningkatan sebesar 0,001% pada bulan September dibandingkan Juni 2014. Sedangkan balita dengan gizi buruk mengalami penurunan sebesar 0,002%.

Terjadinya peningkatan balita gizi lebih di wilayah Puskesmas Gandusari dikarenakan pengetahuan masyarakat yang kurang benar mengenai gizi yang baik untuk balita, sehingga pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Serta asumsi masyarakat yang masih keliru bahwa gizi lebih berarti baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan mengenai gizi dan pola makan balita sehat terhadap tiap warga desa.

Masih adanya balita gizi buruk di wilayah Puskesmas Gandusari bukan masalah yang mudah dituntaskan. Penesuaian PMT pemulihan sebaiknya dilakukan, dengan memertimbangkan kesukaan makanan ataupun susu

Page 93: Pkm-1. Laporan Final

93

balita gizi buruk. Hal ini perlu dilakukan untuk mengoptimalkan peningkatan berat badan balita gizi buruk . Namun demikian, usaha pemberian PMT ini telah menunjukkan hasil yang cukup membangggakan,, dengan turunnya angka balita gizi buruk pada Juni-September 2014.

Page 94: Pkm-1. Laporan Final

94

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2006. Program Kesehatan Gizi di Puskesmas. Diambil pada tanggal 20 Mei 2014. Diambil dari repository.usu.ac.id/bitstream

Suhardjo. 2003. Masalah Kesehatan Gizi di Indonesia. Diambil pada tanggal 22 Mei 2014. Diambil dari 2014 www.pkpu.or.id/berita.php?id.=19&no=131

Supariasa. 2001. Upaya Perbaikan Gizi Buruk di Indonesia. Diambil pada tanggal 20 Mei 2014.Diambil dari digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-15169-Chapter1-189328.pdf /123456789/31806/5/Chapter%20I.pdf

Puskesmas Gandusari. 2011. Laporan Tahunan Puskesmas Gandusari Tahun 2011.

Puskesmas Gandusari. 2014. Laporan Bulanan Kesehatan Gizi Bulan Januari-April Puskesmas Gandusari Tahun 2014.

Page 95: Pkm-1. Laporan Final

95

Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit MenularBAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut telah

diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu

dengan menempatkan Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggara upaya

kesehatan tingkat pertama.

Puskesmas wajib melaksanakan Program Pokok yang bersifat nasional dan

program tambahan yang bersifat lokal sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan

wilayah kerjanya. Fungsi Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan

terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang

melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk

masyarakat yang berada di wilayah tersebut (Depkes, 1999).

Puskesmas tidak hanya berperan sebagai sarana pelayanan kesehatan yang bersifat

menyembuhkan penyakit (kuratif) saja, namun juga melalui pendekatan, pemeliharaan

dan peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan

(Depkes, 1999).

Mengingat pentingnya peran Puskesmas, maka Puskesmas di tuntut untuk bekerja

secara optimal sesuai dengan tugas dan program-program yang sudah ditentukan. Salah

satu bentuk pertanggungjawaban dari Puskesmas terhadap penyelenggaraan pelayanan

kesehatan adalah mencegah terjadinya penyebaran penyakit menular di wilayah kerjanya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat

Page 96: Pkm-1. Laporan Final

96

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mencegah dan menurunkan terjadinya penularan penyakit.

2. Menurunkan angka kesakitan, kematian dan lain-lain akibat penyakit menular

dalam usaha perbaikan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

3. Memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui tindakan terhadap

lingkungan penular (vektor) penyakit dan manusia (imunisasi, pengobatan,

penyuluhan dan lain-lain).

Page 97: Pkm-1. Laporan Final

97

BAB 2

JENIS PROGRAM

Kegiatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular Puskesmas

Gandusari tahun 2014 adalah sebagai berikut :

2.1. Program Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara

aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang

serupa tidak terjadi penyakit (Siregar & Matondang, 2005). Program imuniasi

merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah penyakit infeksi, hal ini terbukti

dari menurunnya insiden penyakit menular di Amerika Serikat dan negara lain sejak

pertengahan abad ke-20. Di Indonesia sejak tahun 1990, cakupan imunisasi dasar

atau yang disebut dengan Universal Child Immunization (UCI) telah mencapai lebih

dari 90% (Ranuh, 2005).

Tanpa imunisasi kira – kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena

penyaki campak. 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit batuk

rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akanmeninggal karena penyakit tetanus. Dan dari

setip 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio.imunisasi akan dilakukan

dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit –

penyakit tertentu. Walau pun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini

telah tersedia dimasyarakat, tetapi tidak semua bayi telah di bawa untuk

mendapatkan imunisasi yang lengkap (UNICEF, 2007).

Program imunisasi di Puskesmas Gandusari dibagi 2 yaitu statis (di dalam

gedung), bersamaan dengan KIA dan dinamis (di luar gedung), bersamaan dengan

posyandu. Sasaran bayi umur 0-11 bulan, ibu hamil, calon pengantin wanita, murid

SD kelas I s/d kelas III.

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi

cacar. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang

hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteri (Siregar &

Martondang, 2005).

Page 98: Pkm-1. Laporan Final

98

2.1.1. BCG

Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya,

untuk mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi

BCG pada umur antara 0-12 bulan tetap disetujui.

Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0.05 ml dan untuk anak 0.1

ml, diberikan secara intrakutan di daerah insersio M. deltoideus kanan.

2.1.2.Hepatitis B

Program vaksinasi Hep B segera setelah lahir perlu lebih digalakkan

mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk

memutuskan rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.

1. Hep B-1 diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak

3.9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi

maternal ±45 %. Dosis 0.5ml secara i.m.

2. Hep B-2 diberikan dengan interval 4 minggu dari hep B-1 (saat bayi

berumur 1 bulan) dengan dosis 0.5 ml secara i.m

3. Hep B-3 diberikan dengan interval minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka

hep B-3 diberikan 2-5 buln setelah hep B-2, yaitu umur 3-6 bulan dengan

dosis 0.5 ml secara i.m.

2.1.3.Polio

Polio-0 diberikan saat bayi baru lahir, karena Indonesia merupakan

daerah endemis polio. Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4) interval di

antaranya tidak kurang dari 4 minggu, yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan dengan

dosis 2 tetes.

2.1.4.DPT

Diberikan sebanyak 3 kali pada bayi usia 2 – 11 bulan dengan selang

waktu 3 bulan. Reaksi normal adalah anak panas selama 1 – 2 hari setelah

imunisasi.

2.1.5.Campak

Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0.5 ml secara

subkutan dalam pada umur 9 bulan. Efek samping berupa panas ±1 minggu

Page 99: Pkm-1. Laporan Final

99

setelah penyuntikan, timbul bintik-bintik merah seperti campak ± 1 minggu

setelah penyuntikan. Dianjurkan pemberian imunisasi campak ulangan pada

saat masuk sekolah dasar atau usia 5-6 tahun (Hadinegoro, 2005).

2.2. Pemberantasan Penyakit yang Ditularkan Binatang

2.2.1.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian infeksi

virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa

gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile

illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue

(DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).

Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari,

disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot,

tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri

menelan dengan farings hiperemis ditemukan pada

pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga

nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga. Demam tinggi dapat

menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Bentuk perdarahan yang paling sering

adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada

bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah. Kebanyakan kasus,

petekia halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatumole,

yang

biasanya ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi

lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase

demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm di

bawah arcus costae kanan. Sekalipun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat

ringannya penyakit namun pembesaran hati lebih sering ditemukan pada penderita

dengan syok. Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini

terjadi

penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi

yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan

Page 100: Pkm-1. Laporan Final

100

perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat

mengalami syok.

Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu

ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa ditemukan pada

hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan perubahan

nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari

peningkatan nilai hematokrit. Penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera

disusul dengan peningkatan -nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, kedua hal

tersebut

biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu diketahui

bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh perdarahan.

Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis, limfositosis relatif dengan

limfosit atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok.

Definisi kasus DD/DBD

A. Secara Laboratoris

1. Presumtif Positif(Kemungkinan Demam Dengue)

Apabila ditemukan demam akut disertai dua atau lebih manifestasi klinis

berikut; nyeri kepala, nyeri belakang mata, miagia, artralgia, ruam, manifestasi

perdarahan, leukopenia, uji HI >_ 1.280 dan atau IgM anti dengue positif, atau pasien

berasal dari daerah yang pada saat yang sama ditemukan kasus confirmed dengue

infection.

2. Corfirmed DBD (Pasti DBD)

Kasus dengan konfirmasi laboratorium sebagai berikut deteksi antigen dengue,

peningkatan titer antibodi > 4 kali pada pasangan serum akut dan serum konvalesens,

dan atau isolasi virus.

B. Secara Minis

Kasus DBD

1. Demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.

2. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa

• uji tourniquet positif

• petekia, ekimosis, atau purpura

Page 101: Pkm-1. Laporan Final

101

• Perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan

• Hematemesis atau melena

3. Trombositopenia < 100.00/pl

4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan

• Peningkatan nilai hematrokrit >_ 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis

kelamin.

• Penurunan nilai hematokrit >_ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat

Nilai Ht normal diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.

• Efusi pleura, asites, hipoproteinemi

Sindroma Syok Dengue

Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai dengan :

• Nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun

• Hipotensi, kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah

Penatalaksanaan DBD

Penatalaksanaan DBD pada dasarnya bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan

cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat

perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang

perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.

Untuk dapat merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter danperawat yang terampil,

sarana laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dankoloid, serta bank darah yang

senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis dini danmemberikan nasehat untuk segera dirawat

bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di

pihak lain, perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk

keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dantidak tertolong.

Kunci keberhasilan tatalaksana

DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter untuk dapat mengatasi masa

peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik. Cairan

yang dipakai dapat berupa kristaloid seperti D5 Normal Saline, Ringer Laktat, D5 Ringer

Laktat, D5 Ringer Asetat dan koloid yang mempunyai berat molekul yang tinggi seperti

Plasma, Plasma pengganti (Dextran, Haess dll).

Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD danpenyakit lain adalah adanya

peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dangangguan

Page 102: Pkm-1. Laporan Final

102

hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi mendadak, diastesis

hemoragik, hepatomegali, dan kegagalansirkulasi. Maka keberhasilan tatalaksana DBD

terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of

defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan

observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Prognosis

DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari

peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit.

Penurunan jumlah trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/ Ipb (rata-

rata dihitung pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi

penurunan suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan plasma

dan merupakan indikasi untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik atau ringer laktat

sebagai cairan awal pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan berat ringan

penyakit. Perhatian khusus pada asus dengan peningkatan hematokrit yang terus menerus dan

penurunan jumlah trombosit < 50.000/41. Secara umum pasien DBD derajat I danII dapat

dirawat di Puskesmas, rumah sakit kelas D, C dan pada ruang rawat sehari di rumah sakit

kelas B dan A.

Pemberantasan DBD

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat

kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana

& tidak terkendali, (3) Tidak adanya control vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis,

dan (4) Peningkatan sarana transportasi. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue

dipengaruhi berbagai factor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk,

transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat.

Prinsip dasar pemberantasan DBD yaitu memutuskan rantai penularan DBD, yaitu

terhadap penderita, nyamuk dan orang yang peka.Tujuanumum menurunkan angka kesakitan

dan kematian karena DBD, serta mencegah/membatasi KLB atau wabah. Tujuan khususn

menurunkan insiden DBD non endemis < 10/100.000, di daerah endemis kurang dari

30/100.000 penduduk, menurunkan kematian < 2 %, meningkatkan angka bebas jentik (ABJ)

95 %, mencegah atau membatasi KLB atau wabah.

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu : 

Page 103: Pkm-1. Laporan Final

103

Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat

perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

Sebagai contoh: 

o Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

o Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

o Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

o Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan

lain sebagainya.

Biologis

 Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik, dan

bakteri

Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan/fogging (dengan menggunakan

malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas

waktu tertentu. Memberikan bubuk abate(temephos) pada tempat-tempat penampungan

air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

 Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah

denganmengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,

menguras,menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan

pemakan jentik,menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,

menyemprotdengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa

jentik berkala,dll sesuai dengan kondisi setempat.

Penanggulangan laindilakukan di desa/kelurahan rawan, oleh petugas kesehatan dan

masyarakat untuk mencegah KLB dan membatasi penyebaran penyakit ke tempat lain.Jenis

kegiatan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut:

1. Desa/kelurahan rawan I (endemis) : 3 tahun berturt-turut ada kasus

Page 104: Pkm-1. Laporan Final

104

a. Penyemprotan massal oleh petugas kesehatan sebanyak 2 siklus

dengan interval 1 minggu, sebelum musim penularan di sebagian atau

di seluruh wilayah desa.

b. Pemeriksaan jentik berkala (PJB) di rumah dan tempat-tempat umum

c. Penyuluhan kepada masyarakat

2. Desa/kelurahan rawan II (sporadis) : 3 tahun terakhir ada kasus tapi tidak setiap

tahun.

a. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan tempat-tempat umum

b. Penyuluhan kepada masyarakat

3. Desa/kelurahan rawan III (potensial) : 3 tahun terakhir tidak pernah ada kasus,

penduduknya padat, tarnsportasi yang ramai dengan wilayah lain yang angka

bebas jentiknya < 95 %

a. Pemeriksaan jentik berkala di tempat-tempat umum

b. Penyuluhan kepada masyarakat

Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam

pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.

1. Oleh petugas/pejabat kesehatan, sektor lain, masyarakat yang mempunyai

pengetahuan tentang DBD di berbagai kesempatan

2. Melaui berbagai jalur informasi dan komunikasi kepada masyarakat

3. Secara intensif sebelum musim penularan penyakit DBD terutama di daerah

rawan.

3.2.2 Pemberantasan penyakit (P2) Malaria

Penyakit malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di

Indonesia. Di Jawa Timur angka kesakitannya cukup tinggi serta menimbulkan

kerugian social ekonomi bagi masyarakat. Masalah yang dihadapi dalam pengobatan

malaria yaitu adanya penyulit-penyulit yang ditemukan (malaria berat) dan adanya

kekebalan parasit malaria terhadap obat malaria seperti chloroquine (Tjokroprawiro,

2007).

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi

akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk

aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles

betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area =

Page 105: Pkm-1. Laporan Final

105

udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang

mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma,

demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan

paludisme ( Prabowo, 2004 ).

Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus

Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia

terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium

malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk

betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusidarah atau jarum suntik

yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya. (Harijanto P.N.2000)

Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria

tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.

ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan

malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena

malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat

menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di

dalam organ-organ tubuh. (Harijanto P.N.2000)

Siklus hidup Plasmodium malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)

dalam tubuh nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes

vertebra termasuk manusia.

a. Fase aseksual

Terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit.

Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan

berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit.

Proses ini disebut skizogoni pre-eritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase.

Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan measuk aliran darah

(sporulasi). Pada P.vivax dan P.ovale sebagian sporozoit membentuk hipnozoit

dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekuren.

Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk

trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi

merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa

antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah

masa pre-paten, sedangkan masa inkubasi intrinsic dimulai dari masuknya

sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.

Page 106: Pkm-1. Laporan Final

106

Page 107: Pkm-1. Laporan Final

107

b. Fase seksual

Parasit seksual masuk dalam lambung nyamuk betina. Bentuk ini mengalami

pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang

disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk

dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan

mencapai kelenjar liur nyamuk (Mansjoer dkk, 2009).

Patogenesis malaria ada 2 cara :

1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.

2. Indksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia

melalui transfuse, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang

terinfeksi/congenital (Mansjoer dkk, 2009).

Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai

gejalautama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses

skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (Glycosyl

Phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa

penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang

dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam

periodic, anemia dan splenomegali. (Mansjoer A dkk, 2009).

Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:

1. Masa inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit

(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan

pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara

infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya

transfuse darah yang mengandung stadium aseksual). (Harijanto P.N, 2000).

2. Keluhan-keluhan prodromal

Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:

malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia,

perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan

Page 108: Pkm-1. Laporan Final

108

prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P.

malariae keluhan prodromal tidak jelas. (Harijanto P.N, 2000).

3. Gejala-gejala umum

Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria proxym) secara

berurutan:

a. Periode dingin

Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering

membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering

seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini

berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya

temperature. (Mansjoer A dkk, 2009)

b. Periode panas

Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan

panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40o C atau lebih, penderita membuka

selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah

dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat

sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat. (Harijanto P.N, 2006)

c. Periode berkeringat

Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita

merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan

dapat melakukan pekerjaan biasa. (Harijanto P.N, 2006)

Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering

ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari

serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis. (Harijanto P.N, 2006)

Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi

P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan

sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum

stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut (Tjokroprawiro, 2007):

a. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.

b. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit

>10.000/μl.

Page 109: Pkm-1. Laporan Final

109

c. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12

ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin

>3mg%.

d. Edema paru.

e. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.

f. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin atau

perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.

g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan

laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

h. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.

i. Asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).

j. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat

antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase (Black Water

Fever).

k. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh

kapiler jaringan otak.

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria

ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik, yaitu dengan tetes tebal

untuk mengetahui ada tidaknya Plasmodium,dan tetes tipis untuk identifikasi spesies

Plasmodium/tingkat parasitemia.

Penatalaksanaan Malaria :

I. Medikamentosa

A. Pengobatan Malaria Falciparum

a. Lini Pertama

H1 : Artesunat, Amodiakuin, Primaquin

H2-3 : Artesunat, Amodiakuin

*Amodiakuin basa 10mg/kgbb/hr, Artesunat 4mg/kgbb/hr, Primakuin

0,75mg/kgbb/hr

*Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil, bayi<1 tahun, penderita

defisiensi G6-PD.

Page 110: Pkm-1. Laporan Final

110

b. Lini Kedua

H1 : Kina, Doksisiklin/Tetrasiklin, Primakuin

H2-7 : Kina, Doksisiklin/Tetrasiklin

*Doksisiklin 10mg/kgbb/hr, Tetrasiklin 4x250mg/hr

*Doksisiklin/Tetrasiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak<8 tahun.

B. Pengobatan Malaria Vivax dan Ovale

a. Lini Pertama

H1-3 : Artesunat, Amodiakuin

H1-14 : Primakuin

*Primakuin 0,25mg/kgbb/hr

b. Lini Kedua

H1-7 : Kina

H1-14 : Primakuin

c. Relaps

Pengobatan sama dengan Malaria Vivax, hanya dosis

primakuin0,5mg/kgbb/hr.

d. Pengobatan Malaria Mix (Falciparum dan Vivax/Ovale)

H1 : Artesunat, Amodiakuin, Primakuin

H2-3 : Artesunat, Amodiakuin, Primakuin

H4-14 : Primakuin

*Primakuin H1=0,75mg/kgbb/hr, H2-14=0,25mg/kgbb/hr.

II. Suportif

Pemberian cairan, nutrisi, transfusi darah :

1. Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian

oral atau parenteral.

2. Pelihara keadaan nutrisi.

3. Transfusi darah packed red cell 10 ml/kg bb atau whole blood 20 ml/kg bb

apabila anemia dengan Hb < 7,1g/dl.

4. Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah yang sesuai.

5. Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit.

6. Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP. Dialisis

peritoneal dilakukan pada gagal ginjal.

7. Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan oksigen. Apabila terjadi gagal

nafas perlu pemasangan ventilator mekanik (bila mungkin).

Page 111: Pkm-1. Laporan Final

111

8. Pertahankan kadar gula darah normal.

9. Antipiretik diberikan apabila demam > 39 C, kecuali pada riwayat kejang

demam dapat diberikan lebih awal.

Prognosis Malaria Berat

Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta

pengobatan. (Depkes RI, 2006)

Pencegahan Malaria

Hindari nyamuk dengan cara menghindari paparan pada waktu nyamuk mencari

makan (fajar, malam hari). Memakai baju berlengan panjang dan memakai repellent dapat

juga mencegah terjadinya infeksi malaria. Hindari memakai parfum dan cologne.

Pertimbangkan menggunakan kelambu yang diolesi dengan permethrin untuk

melindungi dari gigitan nyamuk.

Pertimbangkan kemoprofilaksis dengan antimalaria pada pasien yang akan bepergian

ke daerah endemis. Kemoprofilaksis tersedia dalam berbagai bentuk. Pilihan obatnya

disesuaikan dengan tujuan daerah yang akan dikunjungi dan kondisi medis yang dimiliki oleh

seseorang, yang mungkin dapat menjadi kontraindikasi dari obat tertentu. Obat yang dapat

dipergunakan yaitu :

a. Klorokuin basa 5 mg/kgbb, maksimal 300 mg, sekali seminggu atau

b. Sulfadoksin-pirimetamin (fansidar) dengan dosis pirimetamin 0,5-0,75 mg/kgbb,

atau

c. Sulfadoksin 10-15 mg/kgbb sekali seminggu (untuk usia > 6 bulan).

Telah dilaporkan adanya penelitian vaksin untuk malaria, yaitu RTS,S/AS01.

Penelitian ini melibatkan 6000 balita Afrika yang berusia 5-17 bulan yang mendapat vaksin

malaria dan vaksin pembanding, diikuti selama 1 tahun. Insidens malaria 0.44 kasus pada

kelompok yang menerima vaksin RTS, S/AS01, dibandingkan dengan 0.83 kasus pada

kelompok yang menerima vaksin pembanding. Sehingga, derajat efektivitas dari vaksin ini

setelah dihitung adalah 55.8% (White, 2011).

Page 112: Pkm-1. Laporan Final

112

3.3. Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML).

3.3.1 Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru (P2TB paru).

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di

dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

tuberkulosis sebagai “Global Emergency”. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan

bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta

adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah

terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB

terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat

dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta

setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar

kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka

mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di

Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi

mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul (PDPI, 2002).

WHO memperkirakan setiap tahunnya di Indonesia terdapat 557.000 kasus

baru TB paru, dimana 250.000 diantaranya adalah penderita TB paru BTA positif,

dengan jumlah kematian 140.000 (WHO, 2004).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Penularan

penyakit ini melalui udara, dimana dahak yang mengandung kuman Mycobacterium

tuberculosis, terhirup orang sehat dalam bentuk droplet (butir-butir/ percikan) dahak

ataupun melalui debu yang telah tercampur dahak yang telah mengering.

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal

dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala

respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat) :

1. Gejala respiratorik

- batuk lebih dari 2 minggu

- batuk darah

- sesak napas

- nyeri dada

Page 113: Pkm-1. Laporan Final

113

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada

saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka

pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi

bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik

- Demam

- Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun

3. Gejala tuberkulosis ekstra paru

Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya

pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri

dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala

meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas &

kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

Pasien TB paru menampakkan gejala klinis, yaitu :

1. Tahap asimtomatis

2. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi

3. Eksaserbasi yang memburuk

4. Gejala berulang dan menjadi kronis

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :

1. Tanda-tanda infiltrate (perkusi redup, suara nafas bronchial, ronkhi

basah, dll)

2. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum

3. Sekret di saluran nafas dan ronkhi

4. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung

dengan bronkus (Mansjoer A dkk, 2009).

Diagnosis TB Paru ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

2. Lab darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)

3. Foto thorax PA dan lateral. Gambaran foto thorax yang menunjang

diagnosis TB, yaitu :

Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apical lobus

bawah

Page 114: Pkm-1. Laporan Final

114

Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (noduler)

Adanya kavitas, tunggal atau ganda

Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru

Adanya kalsifikasi

Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

Bayangan milier

4. Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang

dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini. Caranya yaitu :

a. Sputum semalam (overnight collection sputum)

yaitu mengumpulkan dahak selama 24 jam di rumah penderita

kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

b. Sputum pagi (early morning sputum)

yaitu dahak yang dihasilkan oleh batuk penderita pada waktu

bangun pagi hari

c. Sputum sewaktu (spot sputum)

yaitu sputum yang dihasilkan oleh penderita pada setiap

saat/kunjungan

5. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen

imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik

terhadap basil TB

6. Tes Mantoux/Tuberculin

7. Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay

WHO menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan tuberculosis

adalah dengan menerapkan strategi DOTS, yang juga telah dianut oleh negara kita. Oleh

karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat

ditanggulangi dengan baik.

DOTS mengandung lima komponen, yaitu :

1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional

2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopik

Page 115: Pkm-1. Laporan Final

115

3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung, dikenal dengan

istilah DOT (Directly Observed Therapy)

4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan

5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang (baku/standar) baik Istilah

DOT diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek

setiap hari oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)

A. Tujuan :

o Mencapai angka kesembuhan yang tinggi

o Mencegah putus berobat

o Obat Anti Tuberkulosi (OAT) harus tepat obat, tepat dosis, tepat interval

o Mengatasi efek samping obat jika timbul

o Mencegah resistensi

o Mencegah kematian penderita TB aktif

o Menurunkan transmisi TB padaorang lain

B. Pengawasan

Pengawasan terhadap pasien TB dapat dilakukan oleh:

Pasien berobat jalan

Bila pasien mampu datang teratur, misal tiap minggu maka paramedis atau

petugas sosial dapat berfungsi sebagai PMO. Bila pasien diperkirakan tidak mampu

datang secara teratur, sebaiknya dilakukan koordinasi dengan puskesmas setempat.

Rumah PMO harus dekat dengan rumah pasien TB untuk pelaksanaan DOT ini.

Beberapa kemungkinan yang dapat menjadi PMO

1. Petugas kesehatan

2. Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)

3. Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah

Pasien dirawat

Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah petugas

RS, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya sesuai dengan berobat jalan.

Kategori penderita TBC:

Kategori I:

Pasien baru dengan BTA (+)

Page 116: Pkm-1. Laporan Final

116

Pasien baru dengan BTA (-) Röntgen (+) dengan sakit berat seperti kelainan paru

yang luas atau TB milier

Pasien TB extrapulmonal dengan keadaan berat seperti meningitis, perikarditis,

peritonitis, pleuritis masif atau bilateral spondilitis dengan gangguan neurologis, TB

usus, gagal atau penghentian pengobatan

Kategori II

Kambuh

Gagal pengobatan

Lalai berobat

Kategori III

Kasus baru dengan BTA (-), kelainan paru tidak luas atau TB extrapulmonal selain

yang termasuk pada kategori I

Panduan obat anti tuberculosis

Untuk Kategori I

Dimulai dengan fase intensif paduan Iso Niazid hidrasin(INH)-

Rifampisin-Pyrazinamide-Streptomisin (2HRZS) atau INH-Rifampisin-

Pyrazinamide-Ethambutol (2HRZE). Obat diberikan setiap hari selama 2

bulan. Bila setelah 2 bulan BTA tetap (+), maka diperpanjang 2-4minggu lagi,

kemudian masuk fase lanjutan tanpa pemeriksaan sputum lagi. Bila setelah 2

bulan pertama (fase intensif), BTA sudah (-), maka langsung dimulai fase

lanjutan.

Fase lanjutan : INH-Rifampisin sebanyak 3x seminggu selama 4 bulan

(4H3R3).Dosis INH : 300, Rifampisin : 450, Pyrazinamide = 1500,

Ethambutol : 750

Untuk Kategori II

Dimulai dengan fase intensif dengan regimen: 3HRZES / 1HRZE. Bila

setelah 3 bulan, BTA menjadi (-), maka dilanjutkan dengan fase lanjutan. Bila

dalam 3 bulan BTA masih (+), maka fase intensif dilajutkan 1 bulan lagi.

Apabila setelah 4 bulan, BTA masih (+) maka pengobatan dihentikan 2-3 hari

lalu diperiksa biakan dan tes resistensi, dan pengobatan diteruskan dengan fase

lanjutan. Bila pasien mempunyai data sensitifitas sebelumnya dan

menunjukkan masih sensitif terhadap semua obat, serta setelah fase intensif

Page 117: Pkm-1. Laporan Final

117

BTA menjadi (-) maka fase lanjutan bisa diubah sepert kategori I dengan

pengawasan ketat.

Fase lanjutan adalah bila dapat dilakukan supervisi maka selama 5

bulan berikutnya diberikan INH-Rifampisin-Etambutol masing-masing 3x

seminggu (5H3R3). Bila tidak dapat dilakukan supervisi maka selama 5 bulan

berikutnya diberikan INH-Rifampisin-Etambutol setiap hari (5HRE).Dosis

INH : 300, Rifampisin : 450, Pyrazinamide = 1500, Ethambutol : 750

Streptomisin: injeksi, 5 gr → 2 bulan

Untuk Kategori III

Fase intensif menggunakan 2 HRZ dilanjutkan dengan fase lanjutan 4

HR atau 4H3R3. Bila lesi di paru lebih luas dari 10cm2 atau pada penderita TB

extrapulmonal dimana remisi belum sempurna, maka dilanjutkan dengan INH

saja selama 4 bulan lagi.

Pencegahan

Memberikan penyuluhan kesehatan menggunakan bahasa yang sederhana tentang

penyakit TB, memberikan informasi tentang pentingnya ventilasi dan pencahayaan yang

cukup dalam rumah, mengedukasi untuk menutup mulut bila batuk, menjelaskan perlunya

wadah khusus untuk menampung dahak di rumah agar tidak membuang dahak di sembarang

tempat.

Pencegahan ini dilaksanakan secara berkesinambungan untuk menanamkan kesadaran

bila ada pasien yang menderita batuk lama untuk segera memeriksakan diri ke sarana

pelayanan kesehatan terdekat.

3.3.2 Pemberantasan penyakit pneumonia.

Pneumoni adalah salah satu penyebab kematian terbanyak pada anak-anak di seluruh

dunia, diperkirakan terdapat lebih dari 1.4 juta balita meninggal setiap tahunnya (WHO,

2011).

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di

seluruh dunia menurut laporan UNICEF dan WHO pada tahun 2006. Berdasarkan Survey

kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992, 1995 dan 2001 didapatkan pneumonia

sebagai urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Hasil ini juga sesuai dengan survey

mortalitas terhadap 10 propinsi di Indonesia yang dilakukan oleh Subdit ISPA Departemen

Page 118: Pkm-1. Laporan Final

118

Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan

salah satu penyebab kematian terbanyak yaitu sejumlah 15,5% (IDAI, 2009).

Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh

bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing

yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi (keterbatasan

terhirupnya oksigen) dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch) akibat terisinya

alveoli dengan cairan dan pus.

Penyebab tersering pneumonia di antaranya adalah :

- Streptococcus pneumoni (paling sering menyerang anak-anak)

- Haemophilus influenza type b (Hib)

- Respiratory syncytial virus (virus penyebab yang paling sering)

- Pada anak-anak yang terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci adalah penyebab

yang paling umum

Patofisiologi pneumonia adalah sebagai berikut. Paru terlindung dari infeksi melalui

beberapa mekanisme : filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks

epiglotis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh

mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi

imun lokal dan drainase melalui sistem limfatik.Mikroorganisme mencapai paru melalui

jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada

neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme,

sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan

pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering

pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya

umur.

Penyebaran pneumonia dapat dengan berbagai macam cara. Virus dan bakteri yang

biasa ditemukan di tenggorokan ataupun hidung anak-anak dapat menginfeksi paru-paru

bila terhirup. Virus dan bakteri ini juga dapat menyebar melalui droplet (butir-butir) di

udara yang dikeluarkan saat batuk atau bersin.

Gejala klinis dari pneumonia akibat virus maupun bakteri adalah sama.

Bagaimanapun, gejala pneumonia akibat virus lebih banyak daripada akibat bakteri.

Gejalanya meliputi :

- Nafas cepat dan sulit (sesak)

Page 119: Pkm-1. Laporan Final

119

- Batuk kental, produktif, sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi

kemerahan

- Nyeri dada

- Demam

- Menggigil

- Kehilangan nafsu makan

- Pada bayi muda ditemukan kejang, penurunan kesadaran, kembung,

kedinginan

Dari pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan adalah :

- Suhu ≥ 390 C

- Dyspnea

- Inspiratory effort (takipnea)

- Retraksi dada (chest indrawing)

- Pernafasan cuping hidung

- Cyanosis

- Gerakan dinding dada menurun pada daerah yang terkena

- Perkusi redup

- Auskultasi paru : suara nafas melemah, ronchi basah halus +

Faktor risiko terinfeksi pneumoni adalah anak-anak yang memiliki imunitas menurun/

immunokompromais. Sistem kekebalan tubuh seorang anak dapat menurun akibat dari

malnutrisi, khususnya pada anak-anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Penyakit yang

sebelumnya diderita seorang anak juga dapat meningkatkan risiko, seperti campak dan infeksi

HIV. Kondisi lingkungan juga menentukan kepekaan anak untuk dapat mengalami

pneumonia seperti polusi udara dalam rumah seperti asap memasak atau asap pembakaran

kayu, tinggal di rumah yang ditinggali banyak anggota keluarga, lingkungan sekitar rumah

yang kumuh dan kotor, hingga adanya perokok dalam keluarga, terutama orangtua.

Penatalaksanaan pneumonia yaitu dengan antibiotik. Pada bayi dibawah 2 bulan

atau lebih muda direkomendasikan untuk menjalani rawat inap, juga pada kasus-kasus yang

berat.

Page 120: Pkm-1. Laporan Final

120

Pencegahan pneumonia adalah komponen yang penting dalam strategi untuk

menurunkan angka kematian. Imunisasi Hib, pneumococcus, campak dan pertusis adalah hal

yang paling efektif untuk dapat mencegah terjadinya pneumonia.

Nutrisi yang adekuat adalah kunci untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh anak,

dimulai dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Selain itu, memperpendek

lamanya sakit pada anak juga dapat membantu mencegah terjadinya pneumonia.

Mengurangi polusi udara seperti polusi udara dalam rumah (rajin membersihkan

kompor, membuka pintu dapur bila memasak, contohnya) dan menjaga kebersihan makanan

di rumah yang padat dapat menurunkan angka kejadian pneumonia.

Pada anak-anak yang terinfeksi HIV, antibiotik cotrimoxazole diberikan setiap hari

untuk menurunkan risiko terjadinya pneumonia (WHO, 2011).

3.3.3 Pemberantasan penyakit diare.

Diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak

terutama di negara berkembang, dengan perkiraan sekitar 1.5 milyar episode dan 1.5-

2.5 juta kematian balita setiap tahun. Sekitar 85% kematian yang berhubungan dengan

diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami

episode diare sebanyak 2 kali setahun. Diare akut merupakan salah satu penyebab

utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di berbagai negara yang sedang

berkembang, setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia

dengan 3.3 juta kasus kematian sebagai akibatnya (Depkes, 2007).

Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang tidak memadai, dan

malnutrisi menunjang timbulnya kesakitan dan kematian karena diare. Hal ini terjadi

lebih dari satu milyar episode diare setiap tahunnya dengan 2-3% kemungkinan jatuh

ke dalam keadaan dehidrasi.

Kejadian diare ini disebabkan karena kesehatan lingkungan pemukiman yang

masih tidak memadai, di samping pengaruh dari faktor-faktor lainnya seperti perilaku

masyarakat, keadaan gizi, kependudukan, dan keadaan sosial ekonomi yang secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penyakit diare ini.

Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare di antaranya adalah faktor

lingkungan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku

masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan

Page 121: Pkm-1. Laporan Final

121

perorangan seperti kebersihan puting susu, botol susu, dan dot susu maupun

kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.

Faktor gizi yang dimaksud adalah diberikannya makanan tambahan meskipun

anak telah berusia 4-6 bulan, faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu

tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare

lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan

faktor perilaku orang tua dan masyarakat adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci

tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah BAB atau membuang tinja anak.

Semua faktor tersebut di atas berkaitan erat dengan faktor ekonomi masing-masing

keluarga (Depkes, 2009).

Diare menurut WHO, didefenisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air

besar) lebih dari biasanya/ lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan

konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga

macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Mekanisme

diare, ada yang bersifat sekretorik dan ada yang bersifat osmotik. Pada umumnya,

diare akut disebabkan oleh infeksi virus (40-60%), dan hanya 10% disebabkan infeksi

bakteri (WHO, 2011).

Sebagian besar (sekitar 90%) diare pada`anak disebabkan oleh infeksi

rotavirus. Sebagian kecil diare disebabkan diare dapat disebabkan infeksi bakteri,

parasit, jamur. Diare dapat dipicu pemakaiaan antibiotik (antibiotic induced diare).

Sebagian kecil lagi penyebab keracunan makanan, alergi, faktor psikologis yaitu stres.

Penyebab diare pada orang dewasa berbeda dengan pada anak-anak.

Sedangkan pada orang dewasa diare lebih sering disebabkan oleh infeksi

bakteri, akibat salah makan, gangguan pencernaan malabsorpsi, pengaruh obat-obatan

(pencahar) dan faktor stres. Diare pada dewasa disebabkan makanan dan minuman

yang tercemar kuman, seperti Eschericia coli (patogen), Salmonella sp, Shigella,

virus, parasit seperti amuba, beberapa jamur seperti Candida sp. Obat-obatan juga

bisa menyebabkan diare,yaitu obat-obatan yang bekerja meningkatkan peristaltik usus

atau mengencerkan feses seperti obat pencahar. Penularannya disebut dengan 3F yaitu

Finger (jari), Food (makanan) dan Fly (lalat).

Penanganan diare akut secara umum ditujukan untuk mencegah /

menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,

mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.

Page 122: Pkm-1. Laporan Final

122

Diare pada anak sebagian besar tidak memerlukan antibiotik oleh karena sembuh

sendiri (self limiting) karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus

(Rotavirus). Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare

misalnya kolera, shigella, Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi

terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam

sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta

berulang atau yang menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau

gejala sepsis. Untuk itu, manajemen kasus diare harus dilakukan secara komprehensif,

efisien dan efektif serta rasional untuk mengurangi angka kematian anak akibat diare

(Soebijanto, 2008).

Page 123: Pkm-1. Laporan Final

123

BAB 4

HASIL KEGIATAN DAN ANALISA KEGIATAN

Hasil pelaksanaan kegiatan program pengamatan, pencegahan, pemberantasan

penyakit dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di Puskesmas Gandusari bulan Juli

tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1. Pemberantasan Penyakit Malaria.

Jumlah penderita klinis malaria yang ditemukan selama bulan Juli 2014 sebanyak

23 orang. Dari 23 penderita klinis tersebut telah dilakukan pengambilan dan pemeriksaan

darah pada jarinya secara mikroskopis ternyata 4 penderita yang dinyatakan positif

malaria. Dari 4 penderita tersebut didapatkan semuanya menderita sakit malaria dengan

jenis Plasmodium vivax. Secara rinci distribusi pengambilan dan pemeriksaan darah jari

serta penderita yang positif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1.1. Distribusi Frekuensi Penderita Malaria per Desa di Wilayah

Puskesmas Gandusari Bulan Juli 2014

No Desa

Jumlah

Penderita

Klinis

SD DiperiksaJumlah

SD Positif

Jenis Plasmodium

ACD PCD PF PV Mix

1 Gandusari 0 0 0 0 0 0 0

2 Ngrayung 18 0 0 0 0 0 0

3 Jajar 1 0 1 1 0 1 0

4 Wonorejo 0 0 0 0 0 0 0

5 Sukorejo 1 0 0 0 0 0 0

6 Wonoanti 0 0 0 0 0 0 0

7Luar Wilayah 3 0 3 3 0 3 0

  Jumlah 23 0 4 4 0 4 0

Page 124: Pkm-1. Laporan Final

124

Dari tabel diatas dapat dibuat diagram balok dibawah ini :

Klinis ACD SD Positif PV02468

1012141618

Gandusari

Ngrayung

Jajar

Wonorejo

Sukorejo

Wonoanti

Grafik 4.1.1. Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Gandusari Bulan Juli 2014

Hasil pelaksanaan kegiatan program pengamatan, pencegahan, pemberantasan

penyakit dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) Malaria di Puskesmas Gandusari

bulan Juli tahun 2014 adalah didapatkan 4 penderita yang positif menderita malaria melalui

pemeriksaan darah tetes tebal pada 4 pasien terduga malaria.

Page 125: Pkm-1. Laporan Final

125

4.3. Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML)2

4.3.1 Pemberantasan Penyakit Pneumonia

Dalam upaya penemuan penderita penyakit pneumonia telah ditemukan sebanyak 9

penderita pneumonia pada balita. Proporsi penemuan penderita terbanyak ada di desa Jajar,

Wonorejo, dan Sukorejo masing-masing sebanyak 3 penderita dan terendah dari desa

Wonoanti sebanyak 0 penderita (0.00%). Secara rinci penemuan penderita Pneumonia per

desa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.2.1 Distribusi Frekuensi Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita per

Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Gandusari Bulan Juli 2014

No DesaJumlah

BalitaJumlah Penderita

Ditemukan Proporsi

1 Gandusari 446 2 0,004%

2 Ngrayung 292 1 0.003%

3 Jajar 202 3 0.015%

4 Wonorejo 331 3 0,009%

5 Sukorejo 600 3 0,005%

6 Wonoanti 303 0 0,000%

Jumlah 2174 9 0,004%

Upaya pemberantasan pneumonia salah satunya adalah dengan penemuan pasien dan

mengobatinya secara tuntas. Hal ini dapat dicapai jika para petugas kesehatan cukup sering

mengadakan penyuluhan pneumonia secara berkala. Pengertian yang perlu ditekankan juga

bagi para ibu adalah pentingnya vaksin campak bagi balita, sebagai upaya mencegah

komplikasi pneumonia. Selain itu, diperlukan juga penghindaran balita terhadap polusi udara

sejak dari dalam rumah, seperti rokok ataupun asap dapur.

4.3.3 Pemberantasan Penyakit Diare.

Jumlah penderita Diare yang ditemukan di wilayah Puskesmas Gandusari pada Juli

2014 sebanyak 15 penderita. Proporsi penderita terbanyak ditemukan dari desa Wonoanti dan

terendah dari desa Jajar. Distribusi penderita diare perdesa dapat dilihat pada table berikut :

Page 126: Pkm-1. Laporan Final

126

Tabel 4.3.3.1 DistribusiPenderita Diare per Desa di Wilayah Puskesmas Gandusari Bulan Juli 2014

NO Puskesmas

Penderita Diare yang ditemukan di Sarana Kesehatan

< 1 Th 1-4 Th 5-14 Th > 15 Th Total Pemakaian

L Pr L Pr L Pr L Pr L PrORALI

TZINC RL

P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M

1 GANDUSARI 1 1 1 1 2 9

2 NGRAYUNG 1 1 2 8 10

3 JAJAR 1 1

4 WONOREJO 1 1 1 1

5 SUKOREJO 1 1 1 3 10

6 WONOANTI 1 1 2 1 3 7 20

7LUAR WILAYAH

JUMLAH 0 0 1 3 2 2 1 6 4 11 24 40

Page 127: Pkm-1. Laporan Final

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI. Sensus Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) 1995, Depkes & Kesos, 1996 dan Profil Kesehatan RI, 2001.

Mansjoer, Ali dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran (472-474). Jakarta. Universitas

Indonesia.

Martondang, CS & Siregar. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia : Aspek Imunologi

Imunisasi (7-18). Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2002. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

Tuberkulosis di Indonesia (2-5). Persatuan Dokter Paru Indonesia.

Puskesmas Gandusari. 2010. Laporan Evaluasi Tahunan Puskesmas Gandusari 2010.

Ranuh, IGN. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia : Imunisasi Upaya Pencegahan

Primer (2-6). Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.

RSUD Dr. Soetomo. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak

(2-11). Surabaya. Universitas Airlangga.

Subijanto. 2008. Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Available from:

http://www.pediatrik.com/buletin/20060220-s05jfg-buletin.doc

Tjokroprawiro, A dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (314-317). Surabaya.

Universitas Airlangga.

White, NJ. 2011. A Vaccine for Malaria (editorial). N Eng J Med. 2011/Oct : 365.

World Health Organization. 2011. Facts Sheet of Pneumonia. Available from :

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/index.html#

World Health Organization. 2008. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah sakit

Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten (131-155). Jakarta World Health

Organization.

Page 128: Pkm-1. Laporan Final

128

Laporan F6. Upaya Pengobatan DasarBAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita

diare akut dehidrasi berat, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 5 tahun, dimana penderita

merupakan salah satu dari penderita diare yang berada di wilayah Puskesmas Gandusari.

Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah

Puskesmas Gandusari. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan

dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. A

Umur : 5 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Gandusari

Suku : Jawa

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Tidak sadar

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dibawa dalam keadaan tidak sadar setelah sebelumnya mencret seperti air

kran sejak pagi pukul 06.00. Pasien mulai lemas sejak pukul 09.00 kemudian tidak

sadarkan diri pukul 12.00 disertai kejang dan seluruh tubuh menjadi dingin pada pukul

12.00. Keluhan muntah disangkal, riwayat mengonsumsi makanan di luar kebiasaan

disangkal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat panas, kejang demam, mencret disangkal.

Page 129: Pkm-1. Laporan Final

129

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa disangkal.

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok

3. Mata : penglihatan kabur (-)

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan biasa, nyeri perut (-), BAB

seperti air kran

11. Genitourinaria : BAK lancar

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (+), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : dalam batas normal

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak lemah-sakit berat, kesadaran coma (GCS E1V1M!), kesan gizi cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : tak teraba

Pernafasan :40 x/menit

Suhu :36,8 oC

Page 130: Pkm-1. Laporan Final

130

3. Kepala : anemis (-), icterus (-), cyanosis (-), dyspnea (-)

4. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra

batas kiri bawah :SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

batas kanan bawah :SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

batas jantung kesan tidak melebar

A: S1S2 tunggal

- Pulmo:

I : pengembangan dada kanan dan kiri simetris

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan ronkhi (-/-), whezing (-/-)

5. Abdomen

I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, cekung

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba, turgor menurun

P :timpani seluruh lapang perut

A :peristaltik (+) meningkat

12. Ektremitas : Acral dingin, lembab, pucat, CRT > 3 detik.

Page 131: Pkm-1. Laporan Final

131

F. PENATALAKSANAAN

Pasang double IV line + RL grojok

Injeksi Diazepam 1,5 cc per rectal

Rujuk ke rumah sakit

Page 132: Pkm-1. Laporan Final

132

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

Diare adalah keluar tinja cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dikatakan diare akut

apabila berlangsung paling lama 3 – 5 hari, diare berkepanjangan jika berlangsung lebih

dari 7 hari, dan diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari.

Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium,

kalium, dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Dehidrasi terjadi bila

hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, sehingga timbullah

kekurangan cairan dan elektrolit. derajat dehidrasi diklasifikasikan sesuai dengan gejala

dan tanda yang mencerminkan jumlah cairan yang hilang. Rejimen rehidrasi dipilih sesuai

dengan derajat dehidrasi yang ada.

Zinc merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan anak.

Zinc hilang dalam jumlah banyak selama diare. Penggantian zinc yang hilang ini penting

untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga anak tetap sehat di bulan-bulan

berikutnya. Telah dibuktikan bahwa pemberian zinc selama episode diare, mengurangi

lamanya dan tingkat keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pada 2-3

bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini, semua anak dengan diare harus diberi zinc, segera

setelah anak tidak muntah.

Selama diare, penurunan asupan makanan dan penyerapan nutrisi dan peningkatan

kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama menyebabkan penurunan berat badan dan

berlanjut ke gagal tumbuh. Pada gilirannya gangguan gizi dapat menyebabkan diare

menjadi lebih parah, lebih lama, dan lebih sering terjadi, dibandingkan dengan kejadian

diare pada anak yang tidak menderita gangguan gizi. Lingkaran setan ini dapat diputus

dengan memberi makanan kaya gizi selama anak diare dan ketika anak sehat. Obat

antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin. Antibiotik hanya bermanfaat pada anak

dengan diare berdarah (kemungkinan besar Shigellosis), suspek kolera, dan infeksi berat

lain yang tidak berhubungan dengan saluran pencernaan misalnya pneumonia. Obat anti-

protozoa jarang digunakan. Obat-obatan “anti-diare” tidak boleh diberikan pada anak kecil

dengan diare akut atau diare persisten atau disenteri. Obat-obatan ini tidak mencegah

Page 133: Pkm-1. Laporan Final

133

dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, malah dapat menimbulkan efek samping

berbahaya dan terkadang berakibat fatal.

1. Anak dengan Diare

Anamnesis

Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tata laksana anak

dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:

Diare

- frekuensi buang air besar (BAB) anak

- lamanya diare terjadi (berapa hari)

- apakah ada darah dalam tinja

- apakah ada muntah

Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera

Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya

Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi)

Pemeriksaan Fisik

Cari:

Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:

- rewel atau gelisah

- letargis/kesadaran berkurang

- mata cekung

- cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat

- haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.

Darah dalam tinja

Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)

Tanda-tanda gizi buruk

Perut kembung.

Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan diare.

Page 134: Pkm-1. Laporan Final

134

2. Diare Akut

Menilai Dehidrasi

Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan

klasifikasikan status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan/sedang, atau

tanpa dehidrasi dan beri pengobatan yang sesuai.

2.1. Diare dengan Dehidrasi Berat

Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravenas

secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral

segera setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera,

berikan pengobatan antibiotic yang efektif terhadap kolera.

Diagnosa

Jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak menderita dehidrasi berat:

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Cubitan kulit perut kembali sangna lambat (> 2 detik)

Tidak bisa minum atau malas minum.

Tatalaksana

Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat

yang diikuti dengan terapi rehidrasi oral.

Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri

larutan oralit jika anak bisa minum.

Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat. Tersedia juga

larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam

noramal (NaCl 0,9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrose) tunggal

tidak efektif dan jangan digunakan.

Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai table berikut.

Page 135: Pkm-1. Laporan Final

135

Pemberian Cairan Intravena bagi Anak dengan Dehidrasi Berat

Pertama, berikan 30 ml/kg

dalam:

Pertama, berikan 30 ml/kg

dalam:

Umur < 12 bulan 1 jam* 5 jam

Umur > 12 bulan 30 menit 2 ½ jam

*ulangi kembali jika denyut nadi radial masih lemah atau tidak teraba

Kolera

Curigai kolera pada anak umur di atas 2 tahun yang menderita diare cair akut

dan menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit di daerah tempat

tinggal anak.

Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya.

Beri pengobatan antibiotic oral yang sensitif untuk strain Vibrio cholerae, di

daerah tersebut. Pilihan lainnya adalah: tetrasiklin, doksisiklin, kotrimoksazol,

eritromisin, dan kloramfenikol.

Berikan zinc segera setelah anak tidak muntah lagi.

Pemantauan

Nilai kembali anak setiap 15-30 menit hingga denyut nadi radial anak

teraba. Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetasan infus lebih cepat.

Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan

kemmapuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa

telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan membaik lebih lambat

dibanding tanda-tanda linnya dan tidak begitu bermanfaat dalam pemantauan.

Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai kembali status

hidrasi anak.

Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti

yang telah diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten)

setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi

hanya bila anak terus menerus BAB cair selama dilakukan rehidrasi.

Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi

ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam. Jika anak bisa

Page 136: Pkm-1. Laporan Final

136

menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI

pada anaknya.

Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya

lebih sering. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang

dari rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan

hidrasi anak dengan memberi larutan oralit.

Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5 ml/kgBB/jam) ketika

anak bisa minum tanpa kesulitan (bisasanya dalam waktu 3-4 jam untuk bayi,

atau 1-2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium,

yang mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat

berhasil diatasi, beri tablet zinc.

2.2. Diare dengan Dehidrasi Sedang/Ringan

Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi

larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam

pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit. Jika

anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi

ringan/sedang:

Gelisah/rewel

Haus dan minum dengan lahap

Mata cekung

Cubitan kulit perut kembalinya lambat

Perhatian: Jika anak hanya menderita salah satu dari tanda di atas dan salah satu

tanda dehidrasi berat (misalnya: gelisah/rewel dan malas minum), berarti anak

menderita dehidrasi sedang/ringan.

Tata laksana

Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai

dengan berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak

diketahui). Namun demikian, jika anak ingin minum lebih banyak, beri

minum lebih banyak.

Page 137: Pkm-1. Laporan Final

137

Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok the

setiap 1-2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang

lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan menggunakan

cangkir.

Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah

- Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih

lambat (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit)

- Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan beri minum

air matang atau ASI.

Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan pun anaknya mau.

Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu cara

menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya

kepada ibu agar bisa menyelesaikan rehidrasi di rumah ditambah untuk

rehidrasi dua hari berikutnya.

Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang

terlihat sebelumnya. (Catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak

tidak bisa minum larutan oralit atau keadaannya terlihat memburuk)

- Jika terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk perawatan di

rumah.

1. beri cairan tambahan

2. beri tablet Zinc selama 10 hari

3. lanjutkan pemberian makan/minum

4. kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:

a. anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu

b. kondisi anak memburuk

c. anak demam

d. terdapat darah dalam tinja anak.

- Jika anak masih mengalami dehidrasi dehidrasi sedang/ringan, ulangi

pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, seperti di atas dan

mulai beri anak makanan, susu atau jus dan berikan ASI sesering mungkin.

- Jika timbul tanda dehidrasi berat, meskipun belum terjadi dehidrasi berat

tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak

muntah profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena

Page 138: Pkm-1. Laporan Final

138

secepatnya. Berikan 70 mL/kgBB cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat

(atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut:

Umur Pemberian 70 ml/kg selama

Bayi (di bawah umur 12 bulan) 5 jam

Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 2 ½ jam

- Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.

- Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.

- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam, klasifikasikan

dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk

melanjutkan penanganan.

Beri tablet Zinc

Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak

(selama 10 hari):

Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari

6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari

Pemberian Makan

Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen

yang penting dalam tata laksana diare.

ASI tetap diberikan

Meskipun nafsu makan anak belum membaik, pemberian makan tetap

diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau lebih.

Jika anak biasanya tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk

relaktasi (yaitu memulai lagi pemberian ASI setelah dihentikan) atau beri

susu formula yang biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau

Page 139: Pkm-1. Laporan Final

139

sudah makan makanan padat, beri makanan yang disajikan secara segar

dimasak, ditumbuk atau digiling.

Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6

kali sehari. Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan

tambahan per harinya selama 2 minggu.

2.3. Diare Tanpa Dehidrasi

Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus

mendapatkan cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi.

Anak harus terus mendapatkan diet yang sesuai dengan umur mereka, termasuk

meneruskan pemberian ASI.

Diagnosis

Diagnosis diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak memiliki dua atau

lebih tanda yang dicirikan sebagai tanda dehidrasi ringa/sedang atau berat.

Tata laksana

Anak dirawat jalan

Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah:

- beri cairan tambahan

- beri tablet Zinc

- lanjutkan pemberian makan

- nasihati kapan harus kembali

Beri cairan tambahan, sebagai berikut:

- Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih

sering dan lebih lama setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI

eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai tambahan ASI dengan

menggunakan sendok. Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI

eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur anak.

- Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan di

bawah ini:

a. larutan oralit

Page 140: Pkm-1. Laporan Final

140

b. cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)

c. air matang

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan

tambahan-sebanyak yang anak dapat minum:

- untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50 – 100 ml setiap kali anak BAB

- untuk anak berumur 2 tahun, beri + 100 – 200 ml setiap kali anak BAB

Ajari ibu untuk member minum anak sedikit demi sedikit dengan

menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan

kembali dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan

sampai diare anak berhenti.

Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml)

untuk dibawa pulang.

Beri tablet zinc

- Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya selama

10 hari

Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari

Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari

- Ajari ibu cara memberi tablet zinc:

o Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang,

ASI perah atau larutan oralit

o Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau dilarutkan

Ingatkan ibu untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10 hari

penuh.

Lanjutkan pemberian makan.

Nasihati ibu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang.

Tindak Lanjut

Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah

parah, atau tidak bisa minum atau mneyusu, atau malas minum, atau timbul

demam, atau ada darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda

ini namun tetap tidak menunjukkan perbaikan, nasihati ibu untuk kunjungan ulang

Page 141: Pkm-1. Laporan Final

141

pada hari ke-5. Nasihati juga bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada

anak di waktu yang akan dating jika anak mengalami diare lagi.

Page 142: Pkm-1. Laporan Final

142

DAFTAR PUSTAKA

Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF

Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

World Health Organization. 2008. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit

Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta : WHO Indonesia.